Anda di halaman 1dari 14

PEMODELAN BENDA CAGAR BUDAYA MENGGUNAKAN APLIKASI FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT DENGAN WAHANA TANPA AWAK ( STUDI KASUS

CANDI SAMBISARI - YOGYAKARTA )

USULAN SKRIPSI

OLEH: NOVI ARISTIA NIM : 10 / 301288 / TK / 36904

JURUSAN TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 pasal 1 tentang Cagar Budaya menjelaskan bahwa cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 disebutkan pula bahwa yang disebut dengan pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi,

mengembangkan, dan memanfaatkannya. Dalam mempertahankan cagar budaya dilakukan upaya pengelolaan yang pengertiannya adalah upaya terpadu untuk melindungi,

mengembangkan, dan memanfaatkan cagar budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Pengelolaan Cagar budaya di daerah Yogyakarta dewasa ini mencakup aspek administratif dan teknis. Kegiatan pelestarian sebagai salah satu aspek teknis dalam pengelolaan benda cagar budaya terutama terhadap bukti fisik harus mampu menjamin agar nilai-nilai penting masalampau, masa kini, maupun masa mendatang dapat diapresiasi oleh masyarakat. Dua aspek fisik yang harus dapat dipertahankan kondisinya adalah keaslian (authenticity) dan keutuhan (integrity). Untuk mempertahankan keaslian, dapat dilakukan upaya-upaya mempertahankan kondisi unsur-unsur berikut ini; (a) bentuk dan rancangan (desain), (b) bahan, (c) kegunaan dan fungsi,(d) tradisi, teknik, dan sistem manajemen, (e) lokasi dan latar lingkungan, (f) bahasa dan warisan budaya tak-bendawi lainnya, dan (g) semangat dan perasaan yang melingkupinya. Sementara itu, untuk memenuhi kondisi keutuhan atau keterpaduan unsur, maka pelestarian harus mampu mempertahankan unsur-unsur karya budaya yang ada dalam keadaan cukup lengkap sedemikian rupa sehingga masih mampu memberikan gambaran yang utuh tentang cagar budaya yang ada dan mencerminkan nilai-nilai penting yang dikandungnya (Mulyadi, 2012). Geodesi dan Geomatika sebagai cabang ilmu dan teknologi pemetaan dapat berperan serta dalam melakukan proses pelestarian benda cagar budaya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah kegiatan pelestarian bentuk dan rancangan (desain) dan pembuatan sistem

manajemen pengelolaan cagar budaya. Pada kegiatan pelestarian bentuk dan rancangan Geodesi dan Geomatka dapat melakukan pemetaan, studi deformasi dan pemodelan 3D benda cagar budaya sehingga kedepannya bisa dimanfaatkan sebagai acuan dalam mempertahankan bentuk dan rancangan benda cagar budaya oleh badan atau instansi pemerintah terkait. Kegiatan pelestarian melalui teknik pemodelan 3D benda cagar budaya yang dapat diterapkan salah satunya adalah dengan menggunakan metode Fotgrametri Jarak Dekat. Fotogrametri Jarak Dekat merupakan suatu teknik pengukuran tiga dimensi tanpa kontak langsung dengan objek dan menggunakan kamera untuk mendapatkan geometri objek (Cooper & Robson, 1996). Cara pengambilan data pada Fotogrametri Jarak Dekat dibagi menjadi tiga cara, yaitu pengambilan foto secara terestris (menggunakan kamera yang dioperasikan langsung oleh fotografer), pengambilan foto secara aerial (menggunakan bantuan wahana pesawat tanpa awak) dan dengan metode kombinasi keduannya. Pada pelaksanaan tugas akhir ini digunakan metode fotogrametri jarak dekat kombinasi antara teknik pengambilan data terestris dan aerial untuk pemodelan 3D benda cagar budaya dengan pelaksanaan studi kasus di kawasan Candi Sambisari Yogyakarta. diharapkan dengan cara kombinasi ini bisa membantu mendapatkan data yang tidak bisa terlihat apabila hanya menggunakan salah satu metode teristris atau aerial saja. sehingga hasil dari pemodelan 3D ini bisa dimanfaatkan sebagai salah satu model benda yang bisa merepresentasikan bentuk dan desain dari benda cagar budaya untuk mendukung upaya pelestarian benda cagar budaya di Yogyakarta. I.2. Lingkup Kegiatan Lingkup kegiatan pada tugas akhir ini adalah melakukan pemodelan 3D untuk benda cagar budaya menggunakan metode fotogrametri jarak dekat kombinasi antara teknik pengambilan data terestris dan aerial dengan pelaksanaan studi kasus di kawasan Candi Sambisari Yogyakarta untuk mendukung pelestarian benda cagar budaya di Yogyakarta. I.3. Tujuan 1. 2. Tersediannya model 3D dari benda cagar budaya Membantu upaya pelestarian benda cagar budaya di Yogyakarta.

I.3. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari kegiatan proyek ini adalah dapat membantu pengelolaan dan pelestarian benda cagar budaya di Yogyakarta. I.4. Landasan Teori 1.4.1 Fotogrametri jarak dekat Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu obyek fisik dan keadaan disekitarnya melalui proses perekaman, pengamatan/pengukuran, dan interpertasi citra fotografis atau rekaman gambar gelombang elektromagnetik (Dipokusumo, 2004). Terdapat dua klasifikasi dasar fotografi yang digunakan oleh ilmu fotogrametri yaitu aerial dan terrestris. Fotogrametri jarak dekat, merupakan suatu metode pengukuran dengan menggunakan kamera non-metrik pada jarak yang relatif dekat dengan objek. Kelebihan lain dari metode Fotogrametri jarak dekat selain tingkat akurasinya yang tinggi adalah waktu yang singkat dalam pengambilan data dan mampu mencakup area yang cukup luas. Dari model 3D yang dihasilkan dapat diambil berbagai macam informasi seperti luas permukaan, volume serta mempermudah dalah melihat bentuk objek secara keseluruhan. Beberapa kelebihan dari teknik Fotogrametri jarak dekat antara lain (Atkinson, 1980 dalam Danurwendi, 2012): 1. Fotogrametri jarak dekat merupakan metode yang tidak memerlukan kontak langsung dengan objek, sehingga pengukuran dapat dilakukan walaupun akses langsung tidak memungkinkan. Cakupan dapat berupa keseluruhan objek maupun sebagian dari objek yang diteliti. 2. Akuisisi data dengan menggunakan fotografi dapat dilakukan dengan cepat dan sesuai. 3. Repetisi untuk evaluasi selalu dimungkinkan. 4. Fotogrametri merupakan teknik yang sangat baik jika metode lain tidak memungkinkan dilakukan atau tidak efektif dan efisien mengingat aksesibilitas objek yang diukur, biaya dan kendala lainnya. Kekurangan dari teknologi Fotogrametri jarak dekat antara lain (Leitch 2002 dalam Danurwendi, 2012):

1. Hasil pengukuran tidak dapat diperoleh secara langsung mengingat perlu dilakukan pengolahan dan evaluasi. 2. Kebutuhan akan spesialisasi dan peralatan pendukung yang mahal dapat

mengakibatkan harga yang tinggi dalam implementasi. 3. Kesalahan selama pengambilan dan pengolahan foto dapat menyulitkan pekerjaan.

1.4.1.1. Unmanned Aerial Vehicle Fotogrametri. Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Fotogrametri merupakan sebuah metode baru dalam fotogrametri yang mengaplikasikan Fotogrametri jarak dekat dengan wahan terbang tanpa awak, sehingga menciptakan alternative baru yang lebih hemat biaya dibandingkan dengan fotogrametri dengan pewasat terbang berawak. Wahana ini menggunakan sistem radio kontrol yang dapat dioperasikan baik secara manual, semi-otomatis, ataupun otomatis. Semua proses mulai dari penerbangan wahana, control jalur terbang, dan pengambilan foto dapat dilakukan dari darat melalui kendali radio kontrol. 1.4.1.2. Terrestrial Fotogrametri. Foto terrestris diambil dari kamera yang diletakkan diatas permukaan tanah. Posisi dan orientasi seringkali diukur secara langsung saat exposure. Fotogrametri jarak dekat ini biasanya digunakan untuk foto yang diambil secara terrestris. Fotogrametri terrestris masih digunakan dalam pemetaan topografi tetapi biasanya untuk penerapannya terbatas pada daerah yang sempit dan situasi khusus seperti untuk lembah, pegunungan, pemetaan bangunan, galian-galian pertambangan dan lain sebagainya (Cooper & Robson, 1996 dalam Indrariani, 2010 ) 1.4.2 Kalibrasi Kamera Kalibrasi kamera adalah suatu proses yang sangat penting dalam pengukuran Fotogrametri. Kalibrasi kamera merupakan proses penentuan parameter orientasi dalam dari sebuah kamera. Sebuah kamera dikatakan telah terkalibrasi apabila parameter panjang fokus (c), principle point (Xp, Yp), dan distorsi lensa(K1, K2, K3, P1, P2) telah diketahui. Panjang Fokus Panjang fokus adalah jarak tegak lurus antara titik pusat lensa (titik fokus) dengan bidang proyeksi kamera (CCD/CMOS) dalam kamera digital atau film dalam kamera analog. Principle Point

Principle Point merupakan titik utama hasil proyeksi tegak lurus titik pusat perspektif (titik pusat proyeksi) pada bidang foto. titik ini merupakan titik utama pada sistem koordinat foto. Distorsi Lensa Distorsi Lensa terdiri dari distorsi radial dan distorsi tangensial. Distorsi radial adalah pergeseran linier titik foto dalam arah radial terhadap titik utama dari posisi idealnya. Distorsi lensa biasa diekspresikan sebagai fungsi polynomial dari jarak radial (r) terhadap titik utama foto. Distorsi radial kearah luar dianggap positif dan kearah dalam dianggap negatif. Distorsi radial dideskripsikan sebagai fungsi polinom dari jarak radial (r) terhadap titik utama foto. r = K1r3 + K2r5 + K3r7 Dimana : r = Besar distorsi radial. K1, K2, K3 = Parameter distorsi radial. r = Jarak radial. Distorsi tangensial adalah pergeseran linier titik difoto pada arah normal (tegak lurus) garis radial melalui titik foto tersebut. Distorsi tangensial disebabkan kesalahan sentering elemen-elemen lensa dalam satu gabungan lensa dimana titik pusat elemen-elemen lensa dalam gabungan lensa tersebut tidak terletak pada satu garis lurus. pergeseran ini biasa dideskripsikan dengan dua persamaan polinomial untuk pergeseran pada arah x (x) dan y (y) x = P1 [r2 + 2(x - xo)2] + 2P1(x - xo) (y - yo) y = P1 [r2 + 2(x - xo)2] + 2P2(x - xo) (y - yo) Dimana : x = Besarnya pergeseran pada arah x y = Besarnya pergeseran pada arah y (I.2) (I.3) (I.1)

P1, P2 = Parameter distorsi tangensial r = jarak radial 1.4.3 Photomodeller Scanner PhotoModeler Scanner merupakan perangkat lunak untuk membuat model 3D yang akurat dan memiliki kualitas tinggi dari hasil pengukuran foto. PhotoModeler Scanner mampu melakukan banyak pemodelan, berbeda dari produk dasar PhotoModeler kemampuan

PhotoModeler Scanner bisa untuk memindai pasangan foto sehingga menghasilkan point cloud and meshed surfaces. PhotoModeler Scanner memiliki semua kemampuan dari produk PhotoModeler ditambah dengan kemampuan untuk melakukan Dense Surface Modeling ( DSM ) yaitu kemampuan membuat model permukaan dari suatu benda dengan proses pemindaian foto. Dense Surface Modeling digunakan dalam aplikasi di mana sejumlah besar poin 3D diperlukan . Permukaan dimodelkan dalam tekstur alam atau acak ( atau tekstur dapat diterapkan atau diproyeksikan ). Beberapa aplikasi DSM adalah : Arsitektur dan Konservasi : menghasilkan dense surface cloud (permukaan padat) dari dinding batu atau struktur bangunan ; menangkap detail dari bagian muka suatu bangunan. Penggalian arkeologi : menghasilkan dense surface cloud dari permukaan galian yang berlapis , memodelkan artefak tanpa proses kontak langsung. Museum / kuratorial : untuk memodelkan benda-benda antik dan bersejarah tanpa harus melakukan kontak langsung dengan benda-benda tersebut. Forensik : melakukan pemodelan 3D dari tanda lintasan ban dan jejak kaki di tanah dan pasir basah. Pertambangan : memodelkan permukaan tambang terbuka, tebing, karakteristik batuan, memodelkan timbunan dan galian di area tambang. Teknik Sipil : Model-model timbunan dan galian pada pekerjaan konstruksi jalan, survei timbunan pasir untuk pemantauan erosi.

Teknik Mesin dan Industri : memodelkan bentuk dan permukaan benda yang akan diproduksi. Medis : Pemodelan 3D dari permukaan tubuh dan pengukuran morfologi tubuh.

1.4.4 Pemodelan 3D Pembentukan model tiga dimensi dalam metode fotogrametri jarak dekat, terdapat dua macam metode yang dapat dilakukan yaitu dense point cloud dan sparse point. Pemilihan model yang dibentuk tergantung dari kebutuhan dan ketelitian yang diinginkan. 1.4.4.1 Dense Point Cloud. Pemodelan dengan metode dense point cloud merupakan salah satu metode yang paling sesuai untuk memodelkan objek yang memiliki tekstur. Metode ini termasuk metode semi-otomatis karena proses pembentukan point cloud dapat dilakukan dalam perangkat PhotoModeler Scanner secara otomatis dengan melakukan sedikit pengaturan setelah semua foto yang diperlukan melalui proses referensing terlebih dahulu. Dengan kemampuan menghasilkan point cloud yang sangat kecil akan dihasilkan model dense yang sangat akurat sesuai dengan keadaan sebenarnya. Proses pengambilan foto dengan metode ini dilakukan secara stereo dan diusahakan memiliki daerah pertampalan yang besar karena kualitas point cloud yang dihasilkan sangat bergantung pada proses image matching daerah yang bertampalan tersebut. 1.4.4.2 Sparse Point. Metode ini merupakan suatu pemodelan sederhana dimana tidak

diperlukan proses image matching seperti pada metode dense point cloud. Pengolahan data dilakukan dengan proses marking (penandaan) disetiap titik atau fitu yang akan dimodelkan. Minimal enam titik harus dapat teridentifikasi disetiap pertampalan antar foto agar proses dapat berjalan diperangkat lunak PhotoModeler Scanner.

BAB II RENCANA KEGIATAN II.1. Persiapan II.1.1 Permohonan Ijin. Permohonan ijin ke instansi terkait, dalam hal ini yaitu Badan Pengelolaan dan Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta. Ijin ini dimintakan oleh pelaksana pekerjaan. II.1.2 Perencanaan Jalur Terbang. Rencana jalur terbang dibuat berdasarkan wilayah yang akan dipetakan dan spesifikasi pemotretan udara II.1.3 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam Pelaksanaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Perangkat keras a. 1 unit Laptop ACER dengan spesifikasi : i. Processor : 2.40 GHz Intel Core i3 - 370M ii. Memory : 2 GB iii. System type : 32-bit Operating System iv. Hard Disk : 320 GB b. 1 unit Printer Canon Ip2700. Printer digunakan untuk mencetak data dan laporan kegiatan c. Kamera non metrik untuk pemotretan terrestris. d. Satu unit pesawat tanpa awak (UAV) e. Tripod untuk dudukan kamera f. Pita ukur untuk mengukur ukuran benda yang dimodelkan g. Bidang kalibrasi berkode unik untuk proses kalibrasi kamera. 2. Perangkat Lunak a. PhotoModeler Scanner 6 untuk kalibrasi kamera dan pemodelan 3D b. Microsoft Word 2007. Software ini digunakan untuk menulis laporan kegiatam.

II.1.4 Data Data yang dibutuhkan dalam pembuatan model 3D benda cagar budaya ini adalah sebagai berikut : 1. Foto udara dari hasil pemotretan menggunakan wahana pesawat tanpa awak (UAV). 2. Foto objek hasil pemotretan secara terrestris. 3. data ukuran objek yang dimodelkan. II.2. Pelaksanaan II.2.1 Pengambilan Data II.2.1.1 UAV Fotogrametri. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan wahana pesawat tanpa awak yang dikendalikan menggunakan remote control. Data diambil secara berurutan mengikuti jalur terbang pesawat yang telah ditentukan pada tahap persiapan II.2.1.2 Terrestrial Fotogrametri. Pengambilan data foto pada tahap ini dilakukan menggunakan kamera non metrik. Pengambilan gambar objek dilakukan secara konvergen sehingga mencakup keseluruhan area objek. Setiap pemotretan dilakukan dengan nggunakan tripod dan self-timer untuk mengurangi efek getaran saat pengambilan gambar. II.2.2 Kalibrasi Kamera Kalibrasi kamera bertujuan untuk memodelkan nilai distorsi dan konstanta sistem optic yang ada pada kamera. Kalibrasi kamera dilakukan dengan metode kalibrasi in-field dan pelaksanaannya dilakukan dalam beberapa set dimana satu set terdiri dari 8 kali pemotretan untuk empat sisi bidang kalibrasi yang berkode unik. Satu set pemotretan dibagi kedalam 4 posisi kamera landscape dan 4 posisi kamera portrait.Pemotretan dilakukan menggunakan tripod dan self-timer agar mengurangi efek getaran saat pengambilan foto. Pengolahan data untuk kalibrasi dilakukan pada perangkat lunak PhotoModeler Scanner 6. II.2.3 Pemodelan 3D II.2.3.1 Marking. Marking adalah proses penandaan titik-titik pertampalan pada foto yang dijadikan acuan dalam pembuatan model 3 dimensi. penentuan titik marking diatur sedemikian

rupa sehingga bisa terlihat minimal dari dua buah foto. Tapi apabila menginginkan hasil yang maksimal maka titik marking tersebut minimal terdapat dalam tiga buah foto atau lebih. II.2.3.2 referencing foto. Dalam proses ini titik-titik objek yang tealh ditandai akan diidentifikasi dan direfernsikan antar foto yang satu dan lainnya. titik-titik tersebut kemudian dijadikan sebagai titik ikat dalam tahap perataan berkas. Setiap kamera akan diketahui posisisnya terhadap ruang dan setiap titik ikat akan memiliki koordinat 3 dimensi setelah dilakukan perataan berkas. II.2.3.3 Penyekalaan. Langkah selanjutnya adalah melakukan penyekalaan dari model 3D yang telah dibuat agar sesuai dengan ukuran sebenarnya. Proses penyekalaan dilakukan pada perangkat lunak PhotoModeler Scanner dengan memasukkan data ukuran hasil pengukuran objek dengan menggunakan pita ukur. II.2.3.4 Penggabungan Project. Pada proses ini dilakukan penggabungan beberapa project pembuatan model 3D yang terdapat pada PhotoModeler Scanner. Hasil model 3 dimensi dari foto udara dijadikan sebagai project utama. II.2.4 Visualisasi 3D Tahapan selanjutnya adalah memvisualisasikan model 3D benda cagar budaya hasil penggabungan project secara keseluruhan. kemudian model tersebut di export kedalam format .dxf agar bisa ditampilkan dalam program aplikasi penyajian gambar.

Mulai

Studi Referensi

Persiapan

Data Kalibrasi Kamera

Pengambilan Data

Data Foto Udara

Data Foto Terrestris

Pengolahan Data

Pemodelan 3D

Penyajian Data

Model 3D

Selesai

Gambar II.1. Diagram Alir Rencana Kegiatan

II. 3. Jadwal Rencana Kegiatan Pelaksanaan penelitian ini sedianya akan dilaksanakan pada bulan November 2013 April 2014 dan rincian kegiatan dapat dilihat dari tabel Jadwal Kegiatan berikut ini: Tabel III.1 Waktu Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan November Desember Januari Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 I. Persiapan 1. Studi Pustaka 2. Pembuatan Proposal 3. Penyerahan Proposal 4. Ujian Proposal Skripsi II. Pelaksanaan 1. Pengumpulan bahan 2. Proses Data 3. Penyajian Hasil 4. Penulisan skripsi 5. Ujian skripsi 6. Revisi skripsi

DAFTAR PUSTAKA Mulyadi, Y, Mengoptimalkan Zonasi Sebagai Upaya Pelestarian Cagar Budaya, http://www.academia.edu/2923484/Mengoptimalkan_Zonasi_Sebagai_Upaya_Pelestarian_Cagar _Budaya, diakses pada tanggal 23 Desember 2013. Anonim, 2011, Cagar Budaya, http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/1573/cagar-

budaya, diakses pada tanggal 9 Desember 2013 Anonim, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya,http://www.djpp.kemenkumham.go.id/inc/buka.php?czozMzoiZD0yMDAwKzEwJmY9 dXUxMS0yMDEwcGpsLnBkZiZqcz0xIjs=, diakses pada tanggal 9 Desember 2013 Anonim, PhotoModeler Scanner, http://www.3dphoto.dk/photomodeler-1/photomodelerscanner-2, diakses pada tanggal 9 Desember 2013 Danurwendi, C, 2012, Skripsi Pemanfaatan Fotogrametri Rentang Dekat Dalam Bidang Arsitektur Lansekap (Studi Kasus : Campus Center Institut Teknologi Bandung), Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat Indrariani, N, 2010, Skripsi Studi Pemanfaatan Fotogrametri Rentang Dekat Secara Terestrial Dan Aerial Menggunakan Pesawat Remote Control, Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat Atkinson, 1980, Publisher. London, UK. Hanke, Klaus. Accurcy Study Project of Eos System PhotoModeler. Final Report. University of Innsbruck, Austria. www.photomodeler.com, diakses pada tanggal 9 Desember 2013 Cooper, M., & Robson, S. (1996). Theory of Close Range Photogrammetry. Dalam Indrariani, N, 2010, Skripsi Studi Pemanfaatan Fotogrametri Rentang Dekat Secara Terestrial Dan Aerial Menggunakan Pesawat Remote Control, Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat. Developments in Close Range Photogrametry. Applied Science

Anda mungkin juga menyukai