Anda di halaman 1dari 4

Berbuka puasa merupakan salah satu momen yang dinanti-nantikan bagi mereka yang berpuasa.

Orang yang berpuasa senantiasa mendapatkan kegembiraan ketiaka ia berbuka, yaitu kegembiraan dengan nikmat yang telah Allah Azza wa Jalla berikan dengan menyempurnakan puasanya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, .Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yaitu kegemb iraa ketika dia berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabbnya.HR. Muslim no. 1151 Namun jangan lupa untuk membaca doa supaya puasa dan makanan yang kita makan mendatangkan rahmat dan keberkahan dari Allah. Karena doa setelah melaksanakan beberapa ibadah memiliki pengaruh yang sangat besar dalam syariat seperti doa setelah melaksanakan shalat-shalat dan manasik haji, demikian juga termasuk puasa, InsyaAllah. Berbicara masalah doa, kita semua tentu sudah tidak asing lagi dengan doa berbuka puasa yang satu ini,

Allahumma laka shumtu waala rizqika afthortu (Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka. Doa ini merupakan bagian dari hadits dengan redaksi lengkap sebagai berikut: :

Dari Muadz bin Zuhrah, sesungguhnya telah sampai riwayat kepadanya bahwa sesungguhnya jika Nabi shallallahu alaihi wa sallam berbuka puasa, beliau membaca (doa), Allahumma laka shumtu wa ala rizqika afthortu (Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka). [Shahih wa Dhoif Sunan Abi Daud, Kitab ash-Shaum, Bab al-Qaul inda al-Ifthar, hadits no. 2358] Tapi tahukah kita bahwa doa yang bersumber dari hadits tersebut diatas merupakan hadits yang dhoif (lemah). Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud, dan dinilai dhoif oleh Syekh al-Albani dalam Shahih wa Dhoif Sunan Abi Daud. Penulis kitab Tahdzirul Khalan min Riwayatil Hadits hawla Ramadhan menuturkan, (Hadits ini) diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunannya (2/316, no. 358). Abu Daud berkata, Musaddad telah menyebutkan kepada kami, Hasyim telah menyebutkan kepada kami dari

Hushain, dari Muadz bin Zuhrah, bahwasanya dia menyampaikan, Sesungguhnya jika Nabi shallallahu alaihi wa sallam berbuka puasa, beliau mengucapkan, Allahumma laka shumtu wa ala rizqika afthartu. *Tahdzirul Khalan min Riwayatil Hadits hawla Ramadhan, hlm. 74-75] Mata rantai periwayat hadits di atas terdiri dari 5 orang, yaitu Imam Abu Daud >> dari Musaddad >> dari Husyaim >> dari u ai >> dari Muaz bin Zuhrah menghubungkan langsung lafaz doa berbuka puasa yang populer dibaca oleh para ulama Indonesia bahkan oleh umat Islam di dunia ini, kepada Nabi Muhammad SAW. Ternyata hadits yang sudah dihafal mati oleh hampir seluruh kaum muslimin yang menjalankan ibadah puasa mulai dari tingkat anak-anak sampai orang-orang dewasa adalah hadits mursal, yaitu hadits yang terputus periwayatnya, yaitu antara Muaz bin Zuhrah dengan Nabi Muhammad Saw ada seorang sahabat yang tidak disebut dalam mata rantai riwayat hadits tersebut, karena perkataan Muaz bin Zahrah mendapat informasi dari Nabi SAW, sebenarnya melalui perantara, sayangnya perantara itu tidak disebut di dalam rangkai periwayat, maka sanad hadits ini dikatakan musral. Dengan kata lain, Muaz bin Abi Zahrah tidak pernah bertemu langsung dengan Nabi Muhammad SAW, karena beliau adalah seorang generasi pertengahan dari tabiin (tanpa tahun wafatnya). Sedangkan periwayat yang di bawah tingkatannya adalah u ai i A ahma (wafat 136 H) adalah generasi kecil (junior) tabiin, dan periwayat berikutnya lagi Husyain bin Basyir (wafat 183 H) dan periwayat berikut adalah Musaddad bin Musarhad (wafat 228 M) dan sampai kepada Abu Daud Al-Sajastani (wafat 275 M). Matan hadits populer ini terdapat dalam karya monumentalnya Sunan Abi Daud yang memuat 4800 hadits, tergolong kepada kitab induk (ummahat). Dan perlu digaris bawahi, hanya Imam Abu Daud satu-satunya yang mencantumkan doa berbuka puasa ini, tidak terdapat pada kitab-kitab induk yang lain, seperti Sunan An-Nasai, Turmuzi, apalagi ahih Bukhari dan ahih Muslim, dan lain-lain. Hasil penelusuran dari mata rantai (sanad) periwayat hadits berbuka puasa ini menyimpulkan bahwa hadits ini tidak tergolong kepada hadits ahih, karena hadits ahih seperti yang didefenisikan oleh Imam Nawawi dan Ibnu alah adalah: hadits yang mata rantai (sanad)nya tidak terputus diriwayatkan oleh perawi yang adil (dapat dipercaya, bagus akhlaknya, istiqamah dalam agamanya, lagi kuat ingatannya tanpa ada keganjilan dan cacat moral). Dengan demikian, hadits tentang berbuka puasa yang telah diamalkan dan dibaca menjelang berbuka puasa atau setelah berbuka puasa, digolongkan kepada hadits aif, dan jika ada hadits ahih yang dibaca ketika berbuka puasa sebaiknya lebih diprioritaskan dari pada hadits ini. Selain itu, ada juga doa berbuka yang kerap kita dengar sebagai berikut:

Allahumma laka shumtu wa ika aama tu wa ala rizqika afthortu (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku beriman, dan dengan rizki-Mu aku berbuka). Mulla Ali Al Qori mengatakan, Tambahan wa bika aamantu adalah tambahan yang tidak diketahui sanadnya, walaupun makna doa tersebut shahih. *Mirqotul Mafatih, 6/304-ed.] Artinya doa dengan lafazh kedua ini pun adalah doa yang dhoif sehingga amalan tidak bisa dibangun dengan doa tersebut. Lantas, apa doa berbuka yang shahih (benar)? Doa yang sebaiknya kit abaca adalah doa yang berikut ini: Dzahaba-zh Zamau, Wa talati-l Uruuqu wa Tsa ata-l Ajru, Insyaa Allah (Telah hilang dahaga, urat-urat telah basah, dan telah diraih pahala, insya Allah). Bunyi Hadits lengkapnya adalah sebagai berikut: Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma, beliau mengatakan: : Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, apabila beliau berbuka, beliau membaca: Dzaha a-zh Zamau, Wa talati-l Uruuqu (HR. Abu Daud 2357, Ad-Daruquthni dalam sunannya 2279, AlBazzar dalam Al-Musnad 5395, dan Al-Baihaqi dalam As-Shugra 1390. Hadits ini dinilai hasan oleh Al-Albani). Lalu, kapan doa tersebut diatas dapat sebaiknya kita ucapkan? Umumnya doa terkait perbuatan tertentu, dibaca sebelum melakukan perbuatan tersebut. Doa makan, dibaca sebelum makan, doa masuk kamar mandi, dibaca sebelum masuk kamar mandi, dst. Nah, apakah ketentuan ini juga berlaku untuk doa tersebut? Dilihat dari arti doa di atas, lebih baik doa ini dibaca setelah orang yang berpuasa itu berbuka. Karena itu, urutan yang tepat untuk doa ketika berbuka adalah: 1. Membaca basmalah sebelum makan kurma atau minum (berbuka). 2. Mulai berbuka 3. Membaca doa berbuka: Dzahaba-zh Zamau, Wabtalati-l Uruuqudst. Ringkasnya, bahwa doa terkait bebuka ada dua: 1. Doa menjelang berbuka. Doa ini dibaca sebelum anda mulai berbuka. Doa ini bebas, kita bisa membaca doa apapun, untuk kebaikan dunia dan akhirat Anda. 2. Doa setelah berbuka.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam, sebagaimana dinyatakan dalam riwayat dari Ibnu Umar. Lafadz doanya adalah Dzahaba-zh Zamau, Wabtalati-l Uruuqu wa Tsabata-l Ajru, Insyaa Allah

Demikianlah yang dapat disampaikan pada kesempatan kali ini. Sebagai muslim yang baik, selayaknya kita cukupkan doa setelah berbuka dengan doa yang shahih ini, dan tidak memberi tambahan dengan redaksi yang lain. Allahu alam

Disadur dari:
http://www.konsultasisyariah.com/doa-sahih-berbuka-puasa/ http://radiomuslim.com/doa-berbuka-puasa/ http://muslimah.or.id/ramadhan/doa-berbuka-puasa-yang-shahih.html http://wigan.abatasa.co.id/post/detail/21536/ternyata-doa-buka-puasa-%E2%80%9Cbukan-doarasulullah%E2%80%9D.html (ar/voa-islam.com)

Anda mungkin juga menyukai