Anda di halaman 1dari 24

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Permasalahan Sistem urinaria atau ginjal terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine

dan mengeluarannya dari tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk mempertahankan homeostasis (kekonstanan lingkungan internal). Sistem urinaria terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua ureter yang membawa urine ke sebuah kandung kemih untuk penampungan sementara, dan uretra yang mengalirkan urine keluar tubuh melalui orifisium uretra eksterna. Semua manusiamemiliki sistem urinary. Kebanyakan orang telah mengenal salah satu fungsi ginjal yang penting, yaitu untuk membersihkan tubuh dari bahan-bahan sisa hasil pencernaan atau yang diproduksi oleh metabolisme. Fungsi kedua adalah untuk mengontrol volume dan komposisi cairan tubuh. Untuk air dan semua elektrolit dalam tubuh, keseimbangan antara asupan (hasil dari pencernaan) dan keluaran (hasil dari ekskresi atau konsumsi metabolik) sebagian besar dipertahankan oleh ginjal. Pada bab ini kita akan membicarakan tentang anatomi, histologi dan fisiologi sistem urinary beserta dengan pembentukan urine.

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Anatomi ginjal Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan). Setiap ginjal memiliki berat antara 125 sampai 175 g pada laki-laki dan 115 sampai 155 g pada perempuan. Lokasi ginjal Ginjal terletak di area yang tinggi yaitu pada dinding abdomen posterior yang berdekatan dengan dua pasang iga terakhir. Organ ini merupakan organ retroperitoneal dan terletak diantara otot-otot punggung dan peritoneum rongga abdomen atas. Tiap-tiap ginjal memiliki kelenjar adrenal diatasnya. Ginjal kanan terletak agak di bawah dibandingkan ginjal kiri. Hal ini dikarenakan pada ginjal kanan terdesak ke bawah oleh hati. Jaringan ikat pembungkus pada ginjal diselubungi tiga jaringan ikat : Fasia renal adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini melabuhkan ginjal pada struktur disekitarnya dan

mempertahankan posisi organ. Lemak perirenal adalah jaringan adipose yang terbungkus fasia ginjal. Jaringan ini membantali ginjal dan membantu ginjal tetap pada posisinya. Kapsul fibrosa (ginjal) adalah membran halus transparan yang langsung membungkus ginjal dan dapat dengan mudah dilepas. Struktur internal ginjal 1. Hilus adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal. 2. Sinus ginjal adalah ronga berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus ini membentuk perlekatan untuk jalan masuk dan keluar ureter, vena dan arteri renalis, saraf dan limfatik. 2

3. Pelvis ginjal adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini berlanjut menjadi dua atau tiga kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai glandular, bagian penghasil urin pada ginjal. Setiap kaliks mayor bercabang menjadi beberapa (8 sampai 18) kaliks minor. 4. Parenkim ginjal adalah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus ginjal. Jaringan ini menjadi medulla dalam dan korteks luar. Medulla terdiri dari massa-massa triangular yang disebut piramida ginjal. Ujung yang sempit dari setiap piramida, papilla, masuk dengan pas dalam kaliks minor dan ditembus duktus pengumpul urin. Korteks tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang merupakan unit structural dan fungsional ginjal. Korteks terletak didalam diantara piramida-piramida medular yang bersebelahan untuk membentuk kolumna ginjal yang terdiri dari tubulustubulus pengumpul yang megalir ke dalam duktus pengumpul. 5. Ginjal terbagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu piramida ginjal, kolumna yang saling berdekatan dan jaringan korteks yang melapisinya.

Suplai darah dalam ginjal 1. Arteri renalis adalah percabangan aorta abdomen yang mensuplai masingmasing ginjal dan masuk ke hilus melalui cabang posterior dan anterior. 2. Cabang arterior dan posterior arteri renalis membentuk arteri-arteri interlobaris yang mengali diantara piramda-piramida ginjal. 3. Arteri arkuata berasal dari arteri interlobaris pada area pertemuan antara korteks dan medulla. 4. Arteri interlobularis merupakan percabangan arteri arkuata di sudut kanan dan melewati korteks. 5. Arteriol aferen berasal dari arteri interlobularis. Satu arteriol aferen membentuk sekitar 50nkapiler yang membentuk glomerulus. 6. Arteriol aferen meninggalakan setiap glomerulus dan memebentuk jarringjaring kapiler lain, kapiler peritubular yang mengelilingi tubulus proksimal dan distal untuk member nutrient pada tubulus tersebut dan mengeluarkan zat-zat yang direabsorbsi.

a. Arteriol aferen dari glomerulus nefron korteks memasuki jarringjaring kapiler peritubular yang mengelilingi tubulus proksimal dan distal pada nefron tersebut. b. Arteriol aferen dari glomerulus pada nefron jukstaglomerular memiliki perpanjangan pembuluh kapiler panjang yang lurus disebut vasa recta yang berdesenden ke dalam piramida medulla. Lekukan vasa recta membentuk lengkungan jepit yang melewati ansa henle. Lengkungan ini memungkinkan terjadinya pertukaran zat antara ansa henle dan kapiler serta memegang peranan dalam konsentrasi urin. 7. Kapiler peritubular mengalir ke dalam vena korteks yang kemudian menyatu dan membentuk vena interlobularis. 8. Vena arkuata menerima darah dari vena interlobularis. Vena arkuata bermuara ke dalam vena interlobaris yang bergabung untuk bermuara ke dalam vena renalis. Vena ini meninggalkan ginjal untuk bersatu dengan vena kava inferior. 2.2 Histologi Ginjal Ginjal terutama bertugas mengeluarkan urin. Organ ini dibungkus oleh simpai jaringan ikal kuat tediri atas serat-serat kolagen dan sedikit serat elastin. Pada potongan sagital telihat parenkim ginjal terdiri atas: a. Korteks (bagian luar) dan b. Medula (bagian dalam), yang sebagian meliputi suatu rongga, sinus renal, yang membuka ke hilus. Pada sinus renal ini terdapat: 1. Pelvis renal, yaitu bagian atas ureter yang melebar 2. 2 sampai 3 kaliks mayor 3. Sampai 8 kaliks minor 4. Cabang-cabang arteri dan vena renal 5. Saraf dan pembuluh limfa 6. Jarngan ikat longgar dan lemak

KORTEKS Korteks ginjal terdiri atas banyak tubulus kontortus dan badan-badan bulat yang dikenal sebagai korpus renal atau korpus Malpighi. Korteks tidak hanya membentuk bagian luar ginjal, tetapi pada tempat-tempat tertentu menyusup diantara bagian medula dan membentuk apa yang disebut kolom Bertini atau kolom Renal. MEDULA Massa medula utama terdiri atas 8 sampai 18 piramid medula. Bagian dasarnya yang lebar berhubungan dengan bagian korteks dan bagian puncak (apeks) yang membulat dan menonjol ke dalam kaliks minor. NEFRON Parenkim ginjal terdiri atas nefron atau tubulus uriniferus yang berhimpit padat. Nefron merupakan satuan fungsional ginjal yang bertugas menghasilkan urine. Diantara tubulus ini tedapat pembuluh darah dan sedikit jaringan ikat. Tubulus ini bermuara ke dalam tubulus penampung (duktus koligens), kemudian ke tubulus

penampung besar (duktus papilaris Bellini), yang mengcurahkan urine ke dalam pelvis dan ureter melalui kaliks minor dan mayor. Nefron terdiri atas: a. Korpus renal Yang bertugas menyaring substansi dari plasma, dan b. Tubulus renal Yang bertugas mengadakan resorpsi selektif terhadap substansi dari filtrat glomerulus, sampai mendapatkan komposisi urine.

KORPUS RENAL (KORPUS MALPIGHI) Korpus renal merupakan badan bulat berdiameter 0,2 mm yang terdapat pada bagian korteks dan kolom renal. Terdapat 1 juta atau lebih korpus renal pada setiap ginjal. 1 korpus renal terdiri atas 2 bagian, glomerulus di pusat dan suatu kapsula glomerulus, yang berupa pelebaran tubulus renal mirip kantung, yang disebut kapsula Bowman. a. Glomerulus Glomerulus terdiri atas gelung-gelung kapiler yang terdapat diantara arteriol aferen dan arteriol eferen. Daerah tempat arteriol aferen masuk dan arteriol eferen keluar disebut kutub vaskular. Setelah masuk dalam glemerulus, arteriol aferen memecah menjadi 4 atau 5 kapiler yang relatif besar. Masing- masing kapiler ini menjadi sejumlah kapiler yang lebih kecil yang membentuk lengkung-lengkung tidak teratur menuju ke arteriol eferen. Arteriol eferen lebih kecil dari arteriol aferen. Perbedaan ukuran ini ada kaitan dengan fungsinya . pembuluh eferen mengangkut lebih sedikit cairan bila dibandingkan dengan pembuluh aferen, karena cukup banyak cairan tersaring dari darah selama melalui kapiler glomerulus. Akibat adanya perbedaan ukuran maka tekanan di dalam aliran glomerulus tetap diperahankan dan hal ini membantu penyaringan plasma. b. Kapsula Bowman Kapsula ini terdapat lapisan dalam atau viseral yang melapis glomerulus, dan suatu lapisan luar atau parietal. Lapisan viseral secara langsung 7

membungkus glomerulus, dan terdiri atas selapis sel epitel gepeng diatas membran basal, yang telah menyatu dengan membran basal epitel kapiler glomerulus. Jadi epitel viseral dan endotel kapiler hanya terpisah oleh suatu membran basal tipis. Membran basal ini tebalnya hanya 0,3m, tediri atas srat-serat halus dan disebut membran basal glomerulus. Lapisan parietal kapsula Bowman terdiri atas selapis sel epitel gepeng. Celah diantara lapian viseral dan parietal disebut ruang urine atau ruang Bowman.

Sel-sel gepeng lapisan viseral kapsula Bowman mempunyai struktur khusus, dan sel itu disebut podosit. Podosit ini gepeng, merangkul sel endotel kapiler. Juluranjuluran kaki atau pedikelnya menempel pada membran basal dan berselisih dengan pedikel-pedikel podosit sebelahnya. Podosit merupakan sel yang sangat aktif yang tercermin dari banyaknya metokondria, vakuola dan mikrotubul di dalam sitoplasma. Endotel kapiler yang terdapat disini memiliki tingkap yang kecil-kecil. Pori-pori ditutup fragma khusus. Pedikel-pedikel podosit yang berbaris paralel dan berselisip dengan pedikel podosit berdekatan, mirip susunan kancing-rigi (resleting). Keadaan ini membentuk sawar selektif.

Sel Mesangial Sel ini merupakan sel fagositik, berupa perisit pada lengkung kapiler golmerulus. Sel mesangial membersihkan sisa sel mati dan kompleks imun, yang bila dibiarkan akan menyumbat saringan urin. Jadi fungsinya adalh sebagai pembersih saringan.

TUBULUS RENAL Tubulus renal terdiri atas: (1) Kapsula Bowman (2) Tubulus kontortus proksimal (3) Ansa Henle pars desnden, yang terletak dalam bagian piramid medula yang membalik dan membentuk 8

(4) Ansa Henle (5) Ansa Henle pars asenden, menuju dan masuk kembali ke korteks dan melanjutkan disri sebagai (6) Tubulus kontortus distal, yang bagian akhirnya melurus dan membentuk. (7) Tubulus penghubung, yang berakhir dengan bermuara pada duktus koligens. Diantara tubulus kontortus distal dan tubulus penghubung terdapat suatu segmen bersudut pendek, tubulu berbiku (zig-zag). Duktus koligens mulai dari bagian korteks dan pada jarak-jarak pendek saling berhubungan dan akhirnya bermuara ke dalam saluran lebar yang disebut duktus Bellini, yang akan bermuara pada puncak piramid yang menonjol ke dalam kaliks minor. 1. Tubulus kontortus Tubulus ini merupakan segmen nefron yang paling besar dan paling berkelok dan membentuk sebagian besar korteks. Panjangnya lebih kurang 14 mm dengan garis tengah 50-60um. Dilapisi selapis sel-sel silindris rendah atau piramid terpancung, dengan inti bulat, dan sitoplasma bergranula yang terpulas gelap dengan eosin. Permukaan bebas sel-sel epitel dilengkapi mikrosili yang membentuk semacam Brush Border. Mitokondria berderet-deret pada agian basal sel yang memberinya corak bergaris. Bagian sel dekat Brush Border mengandung fosfatase alkali. 2. Ansa Henle Pars Desenden Bagian ini mempunyai susunan sama dengan yang terdapat pada tubulus kontortus proksimal, kecuali Brush Border nya yang disini kurang berkembang. 3. Ansa Henle Segmen Tipis Bagan ansa henle ini mempunyai gais tengah 15m, dilapisi selapis sel epiteliol pipih dngan ini menonjol ke dalam lumen. Mikrofili yang membentuk Bruh Border disini lebih sedikit dan lebih pendek. Mitokondria dalam sel juga kurang.

4. Ansa Henle Pars Asenden Panjang bagian ini 9mm dengan garis tengah 30m. Bagian ini naik menuju korteks dan menghampiri kutub atau polus vaskular glomerulus asalnya. Pada tempat ini saluran telah menjadi tubulus kontortus distal. Bagian saluran ini dibatasi sel kuboid yang terletak diatas membran sel. 5. Tubulus Kontortus Distal Berawal dekat kutub vaskular glomerulus dan berakhir saat menyatu dengan duktus koligens bagian melengkung. Panjangnya 4 -5 mm, dengan garis tengah 22-50 m. Dilapisi sel kuboid. Pada bagian distal yang berdekatan dengan ateriol aferen, sel-sel yang berbatasan dengan ateriol aferen, sel-sel yang berbatasan dengan ateriol itu mengalami perubahan menjadi berbentuk silindris. Bagian tubulus distal yang mengalami perubahan ini disebut makuladensa. Sel-sel ini membentuk aparat yuksta-glomerular bernama sel-sel epiteloid.pada tunika media arteriol aferen yang bersebelahan. Sel terakhir ini menghasilkan renin. 6. Duktus Koligens Bagian ini dilapisi epitel selapis kuboid.

Fungsi Tubulus Renal 1. Glomerulus Mempertahankan adanya tegangan dalam aliran. 2. Membran Basal Glomerulus dan Podosit Viseral Menyaring selektif 3. Tubulus Kontortus Proksimal Resorpsi selektif terhadap Na, Cl, HCO3, ion Ca, asam amino, sejumlah protein glukosa dan air. Sel-sel yang banyak mikrovili pada permukaan lumen dan lipatan-lipatan membran sel bagian basal. Lipatan-lipatan basal ini jalannya paralel satu sama lain dan berhimpitan. Banyak mitokondria terselip di dalam lipatan-lipatan itu. Jadi kedua permukaan membran sel membentuk permukaan reabsorpsi yang cukup luas. Di dalam sitoplasma terdapat terdapat mikrotubul dan mikrofilamen untuk 10

transpor aktif. Sel-sel banyak mengandung enzim seperti adenosin trifosfat oksidase sitokrom, dehidrogenase suksinat, fosfatase asam (di dalam benda-benda lisosom), glukose 6 fosfatase dan leusin amino peptidase yang membantu resorpsi. 4. Ansa Henle Pars Desenden Mensekresi ion H dan kreatinin ke dalam urin. 5. Ansa Henle Pars Asenden Resorpsi ion Na dan Ca. 6. Tubulus Kontortus Distal Dipengaruhi hormon aldosteron. Mengabsorpsi kembali ion Ca, PO4, Na dan menyekresi ion K, H, dan NH4. 7. Duktus Koligens Dipengaruhi hormon ADH dan menyerap air.

SEL INTERSTISIAL Terdapat di antara duktus koligens, dan menghasilkan prostaglandin yang mempengaruhi otot viseral.

URETER Ureter terdiri dari atas 3 lapisan: fibrosa, muskular, dan mukosa. 1. Tunika Fibrosa Satu ujungnya menyatu dengan kapsula fibrosa ginjal pada dasar sinus renal, sedangkan ujung lain berakhir pada dinding kandung kemih. Terdiri atas jaringan ikat fibrosa dengan sedikit serat elastin. 2. Tunika muskular Tunika muskular pada bagian pelvis, kaliks dan 2/3 ureter bagian atas terdiri atas dua lapisan, yang dalam longitudinal dan yang luar sirkular. Pada 1/3 ureter bagian bawah terdapat tambahan lapisan longitudinal luar dan lapisan longitudinal dalam menjadi kurang berkembang. Lapisan muskular pada ureter ini tidak tersusun sepadat yang terdapat pada usus, tetapi disebut jaringan ikat dari lapisan fibrosa dan mukosa. 11

3. Tunika Mukosa Permukaannya rata dan umumnya membentuk 6 lipatan memanjang. Lapisan ini terdiri atas jaringan fibrosa dengan banyak serat elastin. Dilapisi epitel transisional (uroepitel) setebal 4 sampai 5 sel. Pada bagian pelvis dan kaliks hanya setebal 2-3 sel.

KANDUNG KEMIH Kandung kemih (versika urinaria) terdiri atas 3 lapisan: serosa, muskular, dan mukosa. 1. Tunika Serosa Peritoneum. 2. Tunika muskular Lapisan ini yang membentuk muskulus detrusor, terdiri atas tiga lapisan otot polos. Lapisan luar dan dalam jalannya longitudinal dan lapisan tengah sirkular. Karena banyak serat otot jalannya tidak beraturan, maka ketiga lapisan itu tidak terbatas tegas. 3. Tunika mukosa Tampaknya berwarna merah muda. Lapisan ini menyatu dengan bagian dari ureter dan dengan uretra. Epitelnya transisional (uropitel). Banyaknya lapisan sel dan bentuk sel itu sendiri sebagian besar tergantung pada terisi tidaknya kandung kemih itu. Dalam keadaan teregang sedang, sel-sel permukaan kandung kemih berbentuk gepeng dan epitelnya lebih tipis bila dibandingkan dengan organ itu dalam keadaan kontraksi. Pada keadaan organ yang diregangkan penuh, selsel permukaan itu makin pipih dan epitel itu tinggal setebal 2 sampai 3 sel. Lapisan submukosa dan kelenjar-kelenjar tidak terdapat disini, sama seperti ureter.

URETRA PRIA Uretra pria dibagi dalam 3 bagian: pars prostatika, pars membranosa, dan pars spongiosa. 12

Susunan tunika mukosanya berbeda pada berbagai bagian itu. 1. Uretra pars prostatika Epitel yang melapisi saluran ini sampai muara duktus eyakulatorius adalah epitel transisional, setelah itu dilapisi epitel berlapis silindris. 2. Uretra pars membranosa dan spongiosa Kedua bagian saluran ini dilapisi epitel berlapis silindris atau bertingkat silindris sampai fossa navikularis. Pada bagian ini menjadi epitel berlapis gepeng, yang ada pintu uretra luar menyatu dengan epidermis kulit. Epitel terletak pada membran basal, dan di luarnya terdapat stroma jaringan ikat longgar dengan serat elastin. Pada bagian yang lebih ke dalam lagi terdapat pleksus kapiler dan vena berdinding tipis. Serat-serat otot polos yang tersusun memanjang dan melingkar,terdapat pada kedua bagian uretra ini. Tidak jelas adanya muskularis mukosa. Uretra pars prostatika dikelilingi jaringan fibromaskular dari prostat, yang dalam keadaan biasa menutup lumen uretra. Bagian membranosa dikelilingi suatu sfingter jaringan otot rangka. Mukosa uretra bagian spongiosa (atau kavernosa) hampir tidak mengandung otot dan dikelilingi suatu massa silindris terdiri atas jaringan erektil, yaitu korpus spongiosum penis. Lumen uretra di sini mengadakan penonjolan-penonjolan ke luar yang tidak beraturan, disebut lakuna Morgagni. Lakuna ini berlanjut menjadi kelenjar tubular bercabang, yaitu kelenjar Littr, yang meluas ke dalam stroma dan bahkan dapat menembus korpus spongiosum.

URETRA WANITA Uretra wanita panjangnya 3 sampai 5 cm. Epitelnya tidak sama untuk semua orang. Dekat kandung kemih, biasanya 13

merupakan epitel transisional. Bagian lainnya dilapisi epitel berlapis atau bertingkat. Mukosanya mengadakan lipatan

memanjang. Kelenjar Littr , walaupun tidak sebanyak pada pria, bermuara ke dalam Lakuna di antara lipatan-lipatan itu. Terdapat lapisan muskularis mukosa yang tidak nyata, terdiri atas serat otot polos memanjang dan melingkar. Lapisan otot rangka membentuk sfingter uretra. Tidak jelas adanya lapisan fibrosa, dan jaringan ikat di bagian luar menyatu dengan yang berasal dari vagina. 2.3 Fisiologi Ginjal Dunia kedokteran biasa menyebutnya 'ren' (renal/kidney). Bentuknya seperti kacang merah, berjumlah sepasang dan terletak di daerah pinggang. Ukurannya kira-kira 11x 6x 3 cm. Beratnya antara 120-170 gram. Struktur ginjal terdiri dari: kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal (medula) dan rongga ginjal (pelvis). Pada bagian kulit ginjal terdapat jutaan nefron yang berfungsi sebagai penyaring darah. Setiap nefron tersusun dari Badan Malpighi dan saluran panjang (Tubula) yang bergelung. Badan Malpighi tersusun oleh Simpai Bowman (Kapsula Bowman) yang didalamnya terdapat Glomerolus.

FUNGSI GINJAL 1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh 2. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan 3. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal 4. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh manusia 5. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang.

14

Proses Pembentukan Urine Darah difiltrasi menjadi Filtrat Glomerulus (Urine Primer), reabsorbsi di Tubulus Kontortus Proksimal menjadi Filtrat Tubulus (Urine Sekunder), dan augmentasi di Tubulus Kontortus Distal.

Jumlah Urine Dipengaruhi oleh: - Jumlah cairan yang diminum (Balans cairan). - Jumlah garam yang masuk. - Hormon Antidiuretika (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis ..postenor. Defisisensi hormon akan menyebabkan penyakit Diabetes ..Insipidus --> jumlah urine yang keluar terlalu banyak.

Metabolisme Protein Hingga Menghasilkan Urea 1. ORNITIN + NH3 + COz 4 SITRULIN 2. SITRULIN + NH3 4 ARGININ 3. ARGININ 4 ORNITIN + UREA Reaksi ke-3 dibantu oleh enzim Arginase, Sitrulin, Arginin dan Ornitin adalah nama asam amino. Homeostasis Homeostasis adalah ilmu yang mempelajari semua proses yang terjadi dalam organisme hidup untuk mempertahankan lingkungan interna didalam kondisi agar optimal bagi kehidupan organisme yang bersangkutan

(Guyton,1996).

Faktor Yang Mempengaruhi Homeostasis : Untuk mencapai homeostasis, harus ada keseimbangan antara asupan atau produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Konsentrasi ion hidrogen dinyatakan dengan satuan pH. Di dalam tubuh, pH normal dapat bervariasi besarnya. Tergantung letak dan fungsinya (Guyton, 1996 ).

Mekanisme Homeostasis 15

Mekanisme ini diatur oleh otak terutama hipotalamus, yang bila terangsang akan merangsang koordinasi tubuh. Proses ini akan terjadi terus menerus hingga lingkungan dinamis dalam tubuh akan berada pada jumlah yang normal (Guyton, 1996 ).

Sekresi Ion Ginjal juga mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah. Selain itu, ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran ion hidronium dan hidroksil. Akibatnya, urine yang dihasilkan dapat bersifat asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8. Kadar ion natrium dikendalikan melalui sebuah proses homeostasis yang melibatkan aldosteron untuk meningkatkan penyerapan ion natrium pada tubulus konvulasi.Kenaikan atau penurunan tekanan osmotik darah karena kelebihan atau kekurangan air akan segera dideteksi oleh hipotalamus yang akan memberi sinyal pada kelenjar pituitari dengan umpan balik negatif. Kelenjar pituitari mensekresi hormon antidiuretik vasopresin, untuk menekan sekresi air, sehingga terjadi perubahan tingkat absorpsi air pada tubulus ginjal. Akibatnya, konsentrasi cairan jaringan akan kembali menjadi 98 persen .

Fungsi pemindahan ini terdapat dalam tubulus proksimal yaitu mengambil dan memindahkan ion organik dan disekresikan ke cairan tubulus. Ion organik ini termasuk endogenous produk sisa dan exogenous drugs dan racun. Ion organik seperti garam, oxalate, urate, creatinine, prostaglandin, epinephrine dan hipurates merupakan sisa produk endogen yang disekresikan ke cairan tubulus proksimal (Guyton, 1996). Urine terbentuk dalam ginjal dan membuangnya dari tubuh lewat saluran. Urine terdiri dari 98% air dan yang lainnya terdiri dari pembentukan metabolisme nitrogen (urea, uric acis, creatinin dan juga produk lain dari metabolisme protein (Bykov, 1960). Urine biasanya bersifat kurang asam dengan pH antara 5 - 7 (Kimber, 1949). Urine yang sehat gaya beratnya berkisar 1.010 - 1.030,

16

tergantung perbandingan larutan dengan air. Banyaknya urine yang dikeluarkan dalam 1 hari dari 1.200 - 1.500 cc (40 - 50 oz). (Ganong, 2001)

Mekanisme Pembentukan Urine 1 Penyaringan ( Filtrasi ) Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan struktur spesifik dibuat untuk menahan komonen selular dan medium-molekularprotein besar kedalam vascular system, menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi air. Cairan ini disebut filtrate glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari jaringan kapiler. Di mamalia, arteri renal terkirim dari arteriol afferent dan melanjut sebagai arteriol eferen yang meninggalkan glomrerulus. Tumpukan glomerulus dibungkus didalam lapisan sel epithelium yang disebut kapsula bowman. Area antara glomerulus dan kapsula bowman disebut bowman space dan merupakan bagian yang mengumpulkan filtrate glomerular, yang menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus proksimal. Struktur kapiler glomerular terdiri atas 3 lapisan yaitu : endothelium capiler, membran dasar, epiutelium visceral. Endothelium kapiler terdiri satu lapisan sel yang perpanjangan sitoplasmik yang ditembus oleh jendela atau fenestrate (Guyton.1996). Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air dan solute menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan tekanan oncotik dari cairan di dalam bowman space merupakan kekuatn untuk proses filtrasi. Normalnya tekanan oncotik di bowman space tidak ada karena molekul protein yang medium-besar tidak tersaring. Rintangan untuk filtrasi (filtration barrier) bersifat selektif permeable. Normalnya komponen seluler dan protein plasmatetap didalam darah, sedangkan air dan larutan akan bebas tersaring (Guyton.1996). Pada umunya molekul dengan raidus 4nm atau lebih tidak tersaring, sebaliknya molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan. Bagaimanapun karakteristik juga mempengaruhi kemampuan dari komponen darah untuk menyebrangi filtrasi. Selain itu beban listirk (electric charged) dari sretiap 17

molekul juga mempengaruhi filtrasi. Kation (positive) lebih mudah tersaring dari pada anion. Bahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein (Guyton.1996).

Penyerapan (Absorbsi) Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar

dari filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari tubulus renal tiak sama. Pada umumnya pada tubulus proksimal bertanggung jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang tersaring di reabsorbsi sebelum cairan meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan mempunyai hubungan dengan kapiler peritubular yang memfasilitasi pergherakan dari komponen cairan tubulus melalui 2 jalur : jalur transeluler dan jalur paraseluler. Jalur transeluler, kandungan (substance) dibawa oleh sel dari cairn tubulus melewati epical membran plasma dan dilepaskan ke cairan interstisial dibagian darah dari sel, melewati basolateral membran plasma (Sherwood, 2001).

Jalur paraseluler, kandungan yang tereabsorbsi melewati jalur paraseluler bergerakdari vcairan tubulus menuju zonula ocludens yang merupakan struktur permeable yang mendempet sel tubulus proksimal satu daln lainnya. Paraselluler transport terjadi dari difusi pasif. Di tubulus proksimal terjadi transport Na melalui Na, K pump. Di kondisi optimal, Na, K, ATPase pump manekan tiga ion Na kedalam cairan interstisial dan mengeluarkan 2 ion K ke sel, sehingga konsentrasi Na di sel berkurang dan konsentrasi K di sel bertambah. Selanjutnya disebelah luar difusi K melalui canal K membuat sel polar. Jadi interior sel bersifat negative . pergerakan Na melewati sel apical difasilitasi spesifik transporters yang berada di membran. Pergerakan Na melewati transporter ini

18

berpasangan dengan larutan lainnya dalam satu pimpinan sebagai Na (contransport) atau berlawanan pimpinan (countertransport) (Sherwood, 2001). Substansi diangkut dari tubulus proksimal ke sel melalui mekanisme ini ( secondary active transport ) termasuk gluukosa, asam amino, fosfat, sulfat, dan organik anion. Pengambilan active substansi ini menambah konsentrasi intraseluler dan membuat substansi melewati membran plasma basolateral dan kedarah melalui pasif atau difusi terfasilitasi. Reabsorbsi dari bikarbonat oleh tubulus proksimal juga di pengaruhi gradient Na (Sherwood, 2001)

Penyerapan Kembali ( Reabsorbsi ) Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu,

99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrate dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali (Sherwood.2001).

Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zatzat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zatzat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal (Sherwood.2001).

Augmentasi Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai

terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter 19

adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat (Cuningham, 2002). Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut (Sherwood, 2001). Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja dan urin.Asam urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah (Sherwood,2001).

SISTEM URINARI 1. Konsep Klirens Ginjal adalah suatu organ yang berfungsi untuk membersihkan plasma darah dari zat-zat buangan seperti urea dan nitrogen nonprotein lain yang terbentuk sebagai hasil proses metabolic. Jika plasma tersaring saat melalui glomerulus dan bergerak melewati tubulus nefron, plasma akan menjadi bersih dari zat-zat yang tidak terabsorbsi ulang atau hanya sebagian terabsorbsi ulang. Plasma klirens dapat dinyatakan dalam

20

ml/menit, itu adalah volume darah per menit yang telah bersih dari zat. Volume ini dapat dihitung dengan memakai rumus berikut: Plasma Klirens (ml/menit) = Laju ekskresi urinaria (mg/menit) Konsentrasi plasma (mg/ml) Misalnya saja plasma klirens terhadap urine, jika jumlah urea yang memasuki urine per menit adalah 12 mg (laju ekskresi urinaria) dan konsentrasi urea dalam plasma 0,2 mg/ml (konsentrasi plasma), maka plasma klirens terhadap urea adalah 60 per menit. Dengan demikian hanya separuh lebih sedikit urea yang difiltrasi melalui glomerulus dalam setiap aliran yang diekskresi dalam urine.

2. Karakteristik urine Urine adalah cairan yang diekskresi oleh ginjal yang disimpan dalam kandung kemih, dan dikeluarkan melalui uretra. Urine terdiri dari 95 % air dan mengandung zat-zat terlarut sebagai berikut: a. Zat buangan nitrogen yang meliputi urea dari deaminasi protein, asam urat dari katabolisme asam nukleat dan kreatinin dari proses penguraian keratin fosfat dalam jaringan otot. b. Asam hipurat adalah produk sampingan pencernaan sayuran dan buah c. Badan keton yang dihasilkan dalam metabolisme lemak adalah konstituen normal dalam jumlah kecil d. Elektrolit meliputi ion natrium, klor, kalium, ammonium, sulfat, fosfat, kalsium, dan magnesium e. Hormone atau katabolit hormone ada secara normal dalam urine f. Berbagai jenis toksin atau zat kimia asing, pigmen, vitamin, atau enzim secara normal ditemukan dalam jumlah kecil g. Konstituen abnormal meliputi albumin, glukosa, sel darah merah, sejumlah besar badan keton, zat kapur, dan batu ginjal atau kalkuli. 3. Hipertensi Seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan arteri rata-ratanya lebih tinggi daripada batas atas yang dianggap normal. Dalam keadaan istirahat bila 21

tekanan arteri rata-ratanya lebih tinggi dari 110 mmHg maka orang tersebut dapat dikatakan hipertensi. Efek letal yang timbul dari hipertensi itu disebabkan oleh 3 hal, yaitu: a. Kelebihan beban kerja pada jantung b. Tekanan yang tinggi dapat berakibat rupturnya pembuluh darah di otak yang disebut infark serebral dan secara klinis dapat mengakibatkan penderita menjadi stroke. c. Terjadinya berbagai perdarahan pada ginjal yang mengakibatkan organ tersebut rusak dan dapat menyebabkan gagal ginjal, uremia, dan kematian. Volume cairan ekstrasel dan volume darah kembali hampir sepenuhnya ke nilai normal bersama dengan turunnya curah jantung. Terdapat 2 faktor, yaitu: 1. Kenaikan tahanan arteriol akan menurunkan tekanan kapiler sehingga cairan dalam ruang jaringan diabsorbsi kembali ke dalam darah. 2. Peningkatan tekanan arteri tersebut sekarang menyebabkan ginjal mengekskresi volume cairan yang berlebihan yang semula di akumulasi dalam tubuh. 2.4 Pengaruh usia terhadap kelainan pada ginjal Usia sangat mempengaruhi kinerja suatu ginja. Tiap 10 tahun kemampuan ginjal manusia akan berkurang, hal itu disebabkan karena semakin tua tubuh kita maka sel-sel yang ada di dalam tubuh akan semakin lambat dalam melakukan regenerasi, selain itu dalam dalam kurun waktu 30 tahun sel dalam tubuh akan banyak mengalami degenerasi. Hal itu akan berdampak besar pada kemampuan ginjal kita dalam menjalankan tugasnya, karena kita tahu sendiri bahwa sel sangat berperan penting dalam metabolisme dan transport energi maupun bahan-bahan yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga apabila sel dalam tubuh kita mengalami degenerasi, akan mengakibatkan kemampuan tubuh berkurang dalam menjalankan tugasnya termasuk dengan ginjal kita. Dan penurunan kemampuan kerja pada ginjal tersebut akan mengakibatkan mudahnya ginjal mengalami kelainan yang

22

diakibatkan oleh tugas ginjal yang tetap sedangkan kemampuannya menurun. Sehingga ginjal bekerja lebih berat dalam menjalankan tugasnya.

MIKSI (BERKEMIH) Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Proses ini terdiri dari dua langka utama: (1) kandung kemih secara progsesif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat di atas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua; (2)timbul reflex saraf yang disebut reflex miksi (reflex berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal , setidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomic medulla spinalis, refleks ini juga bisa dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks cerebri atau batang otak.

SUPLAY DARAH GINJAL Darah yang mengalir kedua ginjal normalnya merupakan 21% dari curah jantung atau sekitar 1200ml/menit. Ateri renalis memasuki ginjal melalui hilum bersama dengan ureter dan vena renalis, kemudian bercabang-cabang secara progrsif membentuk arteri interlobaris, arteri arculata, arteri interlobularis (juga disebut arteri radialis), dan arteriol aferen, yang menuju ke kapiler glomerulus dalam glomerulus dimana sejumlah cairan dan zat terlarut (kecuali protein plasma) difiltrasi untuk memulai pembentukan urin. Ujung distal dari setiap kapiler glomerulus bergabung untuk membentuk arteriol aferen yang menju jaringan kapiler kedua, yaitu kapiler peritubular, yang mengelilingi tubulus ginjal. Sirkulasi ginjal bersifat unik karena memiliki dua bentuk kapiler, yaitu kapiler glomerulus dan kepiler peritubulus yang diatur dalam suatu rangkaian dan dipisahkan oleh arteriol eferen yang membantu untuk mengatur tekanan hidrostatik dalam perangkat kapiler. Tekanan hidrostatik yang tinggi pada kapiler glomerulus (kira-kira 60 mmHg) menyebabkan filtrasi cairan yang cepat, sedangkan cairan hidrostatik yang jauh lebih rendah pada kapiler peritubulus (kira-kira 13 mmHg) menyebabkan reabsorpsi cairan yang cepat. Dengan mengatur resistensi arteriol aferen dan eferen, ginjal dapat mengatur 23

tekananhidrostatik kapiler glomerulus dan kapiler peritubulus, dengan demikian mengubah laju filtrasi glomerulus dan/atau reabsopsi tubulus sebagai respon terhadap kebutuhan homeostatic tubuh. Kapiler peritubulus mengosongkan isinya kedalam pembuluh sistem vena, yang berjalan secaraparalel dengan pembuluh arteriol dan secara progresif membentuk vena interlobularis, vena arcuata, vena interlobularis dan vena renalis, yang meninggalkan ginjal di samping arteri renalis dan ureter.

SIFAT FISIK URINE 1. Warna Urine encer berwarna kuning pucat, dan kuning pekat jika kental. Urine segar biasanya jernih dan menjadi keruh jika didiamkan. 2. Bau Urine memilki bau yang khas dan cenderung berbau ammonia jika didiamkan. Bau ini dapat berfariasi sesuai dengan diet; misalnya, setelah makan asparagus. Pada diabetes yang tidak terkontrol, aseton

menghasilkan bau manis pada urine. 3. Asiditas atau Alkalinitas PH urine bervariasi antara 4.8 sampai 7.5 dan biasanya sekitar 6.0tetapi juga bergantung pada diet. Ingesti makanan yang berprotein tinggi akan meningkatkan asiditas, sementara diet sayuran meningkatkan alkalinitas. 4. Berat Jenis Urine Berkisar antara 1.001 sampai 1.035, bergantung pada konsentrasi urine.

24

Anda mungkin juga menyukai