Anda di halaman 1dari 11

Jurnal ELTEK, Vol 10 No 02, April 2012 ISSN 1693-4024

ANALISIS PENENTUAN PENEMPATAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV


Harrij Mukti K4
Masalah yang dibahas adalah penempatan arrester pada transformator distribusi memiliki tujuan dan fungsi yang sama tetapi memiliki penempatan arrester yang berbeda, berhubungan dengan cara pengawatan arrester dengan transformator dan pelebur ( Cut Out) yang memiliki tujuan untuk memberikan proteksi pada transformator dari tegangan lebih. Penempatan arrester ini perlu dikaji kembali tentang keberhasilan proteksinya pada transformator, yaitu keberhasilan perlindungan yang diberikan pada transformator dengan memperkecil tegangan lebih yang terjadi sehingga transformator dan peralatan lain tidak mengalami kerusakan. Dengan cara mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi tegangan surja dan arus surja yang terjadi pada sistem, seperti pengawatan, panjang kawat dan, jarak arrester yang digunakan dalam penempatan arrester, kecuraman gelombang datang, kecepatan merambat gelombang surja, dan Basic Insulation Level (BIL) peralatan, sehingga diperoleh satu sistem penempatan arrester yang tepat sebagai proteksi transformator distribusi 20 kV. Pada penempatan arrester sebelum cut out diperolehkan arus pelepasan nominal 1,3 kA, arus hubung singkat 3,58 kA dan tegangan surja 42,2 kV dan tegangan surja tidak melebihi BIL 125 kV sehingga trafo aman dan cut out hanya mengalami pemutusan. Sedangkan pada penempatan arrester setelah cut out diperoleh tegangan surja 101 kV. Karena tegangan surja masih dibawah nilai BIL trafo 125 kV maka trafo aman. Tetapi tegangan surja yang mengenai cut out 252,5 kV, karena nilai tegangan surja lebih besar dari nilai BIL cut out sebesar 125 kV maka cut out mengalami kerusakan. Kata-kata kunci: Arrester, Traformator Distribusi, Fuse Cut Out

Harrij Mukti K. Dosen Program Studi Teknik Listrik, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang.

26

Harrij Mukti K, Analisis Penentuan Penempatan Arrester, Hal 26-36 Abstract Problem of the studied is location of arrester at distribution which have is same function and target but owning location of different arrester. Location of arrester relate to wiring of arrester with transformer and fuse Cut Out (Cut Out) owning target to give protection at transformer of over voltage. In the last location of this arrester require to study again about its efficacy of its at transformer. Efficacy of protection at such transformer is efficacy of passed to protection is transformer by minimizing over voltage that happened at the transformer so that equipments and transformer which its of him do not experience of damage. By considering factor influencing the level of voltage of surge and current of surge that happened at each system, like wiring of arrester, length of wire, apart arrester which is utilized in system location of arrester, steepness of wave come, speed creep waving surge, and Basic Insulation Level (BIL) equipments, so that is in the final got one of location of correct arrester as 20 kV distribution transformer protection. From data exist in location of arrester before cut out system is got by nominal discharge current equal to 1,3 kA, breaking capacity equal to 3,58 kA and voltage of surge equal to 42,2 kV and surge do not exceed of BIL equal to 125 kV so that transformer be undamage and cut out only experiencing of disconnection. And for location of arrester after cut out system obtained of surge which hitting transformer equal to 101 kV, due to surge still under value of BIL transformer equal to 125 kV so that transformer is not damage and surge which hitting cut out equal to 252,5 kV because value of surge bigger than value of BIL cut out equal to 125 kV, so that cut out be damage. Keywords: Arrester, Distribution Transformer, Fuse Cut Out.

1. PENDAHULUAN Gardu Transformator Tiang (GTT) merupakan salah satu bagian penting dalam suatu sistem distribusi tenaga listrik. GTT digunakan sebagai tempat peletakan transformator distribusi 20 kV. Transformator tersebut berfungsi sebagai penurun tegangan (step down transformer), yang menurunkan tegangan 20 kV (tegangan menengah) menjadi 400/230 V (tegangan rendah). Karena trafo terhubung dengan saluran udara 20 kV dengan kawat telanjang dan penempatannya ditempat terbuka sehingga pada trafo dapat terjadi gangguan tegangan lebih akibat sambaran petir (surja). Sambaran petir akan menimbulkan tegangan lebih 27

Jurnal ELTEK, Vol 10 No 02, April 2012 ISSN 1693-4024

yang tinggi melebihi kemampuan isolasi trafo hingga menyebabkan kerusakan isolasi yang fatal. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka setiap pemasangan trafo distribusi 20 kV pada GTT selalu dilengkapi dengan arrester. Pada saat ini telah diterapkan dua cara penempatan arrester pada GTT yaitu dengan pemasangan arrester sebelum Fuse Cut Out (antara SUTM dan CO) serta dengan pemasangan arrester setelah atau di bawah CO. Penempatan arrester adalah sistem yang berhubungan dengan cara pengawatan arrester dengan transformator dan CO yang memiliki tujuan untuk memberikan proteksi pada trafo dari tegangan lebih. Pada akhirnya kedua cara penempatan arrester ini perlu dikaji kembali tentang keberhasilanya dalam melindungi trafo. Dengan cara mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi besarnya tegangan surja dan arus surja yang terjadi pada masing-masing sistem, seperti pengawatan, panjang kawat dan jarak arrester yang digunakan dalam sistem penempatan arrester, kecuraman gelombang datang, kecepatan merambat gelombang surja, dan Basic Insulation Level (BIL) peralatan. Sehingga pada akhirnya didapatkan satu penempatan arrester yang tepat sebagai proteksi tranformator distribusi 20 kV. 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Transformator Distribusi Transformator yang umum dipergunakan untuk sistem distribusi adalah trafo 3 fasa dan satu fasa, sedangkan trafo tiga fasa merupakan trafo yang paling banyak dipakai hal ini karena untuk daya yang sama tidak memerlukan ruang yang besar, mempunyai nilai ekonomis serta pemeliharaan persatuan barang lebih murah dan mudah. Jenis transformator distribusi adalah: a) Transformator Konvensional Trafo konvensional tidak memilik alat pengaman seperti arrester, pengaman beban lebih sebagai kesatuan unit trafo. Namun alatalat pengaman tersebut didapat dan dipasang secara terpisah. Untuk nilai pengenal (rating) yang tidak terlalu besar tipe konvensional adalah dalam bentuk pemasangan tiang, sedang untuk rating yang besar ditempatkan pada gardu distribusi. 28

Harrij Mukti K, Analisis Penentuan Penempatan Arrester, Hal 26-36

b) Transformator CSP (Completely Self Protection) Transformator dengan pengaman sendiri (CSP) adalah suatu transformator distribusi fasa tunggal terendam minyak, berpendingin alami yang dilengkapi dengan sistem pengaman arus hubung singkat yang ditempatkan di dalam transformator dan yang dapat dipasang di tiang. Disamping itu pada sisi primer dilengkapi pula dengan arrester. 2.2 Gelombang Berjalan Bentuk umum dari gelombang berjalan digambarkan sebagai berikut : (Hutahuruk : 4)
puncak 1,0 E 1,0 0,9 ekor ekor E

0,5

0,5

0,1 0 kaki (a) waktu 0 kaki t1 t2 (b) waktu

Gambar 1. Spesifikasi Gelombang Berjalan Gelombang standar yang disetujui adalah gelombang yang utuh yang mempunyai waktu sebesar 1,2 s pada bagian depan gelombang, dan untuk bagian ekor gelombang sampai nilai 50% dari harga puncak gelombang, waktunya harus 50 s. Jadi gelombang dapat ditulis sebagai gelombang dengan T1/T2 = 1,2/50 ms. Sampai saat ini sebab-sebab dari gelombang berjalan yang diketahui adalah: 1) Sambaran kilat secara langsung pada kawat, 2) Sambaran kilat tidak langsung pada kawat (induksi), 3) Operasi pemutusan (switching operation), 4) Busur tanah (arching ground), 5) Gangguan-gangguan pada sistem oleh berbagai kesalahan, dan 6) Tegangan mantap sistem. 2.3 Fuse Cut Out (CO) Fuse Cut Out (CO) adalah jenis pelebur yang dilengkapi suatu bagian khusus dan disesuaikan ukurannya untuk melebur, sekaligus membuka rangkaian dimana pelebur tersebut terpasang 29

Jurnal ELTEK, Vol 10 No 02, April 2012 ISSN 1693-4024

dan memutuskan arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai tertentu dalam waktu yang cukup. Cut Out (CO) adalah pengaman yang dipakai untuk mengamankan sistem terhadap gangguan arus lebih pada jaringan. Pengaman ini biasanya untuk mengamankan sistem terhadap gangguan hubung singkat antar fasa atau sebagai pengaman hubung tanah bagi sistem yang diketanahkan. 2.4 Arrester Arrester adalah alat proteksi peralatan tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya ke tanah. Sebuah alat pelindung yang baik yang tinggi, yaitu perbandingan antara tegangan surja maksimum yang diperbolehkan pada waktu pelepasan (discharge) dan tegangan sistem 50 Hz maksimum yang dapat ditahan sesudah pelepasan terjadi. Saat normal arrester berlaku sebagai isolator dan bila timbul tegangan surja arrester berlaku sebagai konduktor. Setelah surja hilang arrester harus dengan cepat kembali menjadi isolator sehingga pemutus daya tidak sempat membuka. Pemilihan arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat isolasi dasar yang sesuai dengan Basic Impuls Insulation Level (BIL) peralatan yang dilindungi, sehingga didapatkan perlindungan yang baik. Dalam memilih arrester yang paling sesuai untuk suatu keperluan tertentu, harus diperlukan beberapa fakor, antara lain : Protective Need (keperluan proteksi), System Voltage (keadaan sistem tegangan) dan faktor ekonomi. Tingkat pengenal arreseter didasarkan pada: 1) Tegangan Dasar Arrester Tegangan dasar arrester adalah tegangan dimana penangkap petir atau arrester masih dapat bekerja sesuai dengan karakteristiknya. Arrester tidak boleh bekerja pada tegangan maksimum sistem yang direncanakan, tetapi masih mampu memutuskan arus ikutan dari sistem secara effektif. Untuk mengetahui tegangan maksimum yang mungkin terjadi pada fasa yang sehat ke tanah sehingga gangguan satu fasa ke tanah perlu diketahui. Untuk menentukan tegangan dasar 30

Harrij Mukti K, Analisis Penentuan Penempatan Arrester, Hal 26-36

arrester harus diketahui tegangan sistem tertinggi umumnya diambil harga 110% dari harga tegangan nominal sistem dan koefisien pentanahan. 2) Arus Pelepasan nominal ( Nominal Discharge Current) Arus pelepasan adalah arus surja yang dapat mengalir melalui arrester setelah tembusnya sela seri tanpa merusak atau merubah karakteristik dari penangkap petir. Besarnya arus pelepasan arrester adalah :

2 e Eo Z R

(1)

Keterangan : I = Arus pelepasan arrester (A) e = tegangan surja yang datang (kV) Eo= Tegangan arrester pada saat arus nol (kV) Z = Impedansi surja saluran ( ) R = Tahanan arrester ( ) 3) Tegangan Pelepasan (Nominal Discharge Voltage) Tegangan pelapasan arrester adalah karakteristik yang paling penting dari penangkapan petir untuk perlindungan peralatan dalam gardu. Tegangan pelepasan atau tegangan kerja ini menentukan tingkat perlindungan dari penangkapan petir tersebut. Jika tegangan kerja arrester ada dibawah BIL dari peralatan yang dilindungi, maka dengan faktor keamanan yang cukup perlindungan peralatan yang optimal dapat diperoleh. Tegangan pelepasan arrester didapatkan sesuai dengan persamaan: ea=Eo+(IxR) (2) Keterangan : I = Arus pelepasan arrester (kA) Eo= tegangan arrester pada saat arus nol (kV) ea = Tegangan pelepasan arrester (kV) R = Tahanan arrester ( ) 4) Pemilihan Tingkat Isolasi Dasar (BIL) Basic impuls insulation Level (BIL) adalah suatu referensi level yang dinyatakan dalam impuls crest voltage (tegangan puncak impuls) dengan standar suatu gelombang 1,2 x 50 s. Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus 31

Jurnal ELTEK, Vol 10 No 02, April 2012 ISSN 1693-4024

mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama atau tinggi dari BIL tersebut. 3. METODOLOGI Single Line Diagram GTT 20 Kv
SUTM S1 S2
Kawat Saluran 2

CO

Arrester

S3

Trafo

Gambar 2. Single Line Diagram GTT 20 kV dengan Penempatan Arrester Sebelum Cut Out Pada sistem ini CO dan transformator yang terhubung seri. Terangkai secara paralel dengan arrester pada titik simpul J. Saluran-1 berupa kawat dengan panjang S1 = 1 m yang menghubungkan titik J dengan SUTM. CO terhubung langsung dengan titik J tanpa melalui kawat, sedangkan arrester dihubungkan ke titik J melalui kawat dengan panjang S2 = 0,5 m. Trafo dihubung seri dengan CO melalui kawat dengan panjang S3 = 2 m.Yang dihubungkan dengan hantaran AAAC 120 mm2.
SUTM S1
Kawat

CO S 2
Saluran 2

Arrester S3

Trafo

Gambar 3. Single Line Diagram GTT 20 kV dengan Penempatan Arrester Sesudah Cut Out Pada sistem ini, CO dihubungkan pada SUTM melalui kawat dengan panjang S1 = 1,5 m dan dihubungkan dengan titik 32

Harrij Mukti K, Analisis Penentuan Penempatan Arrester, Hal 26-36

simpul J tanpa melalui kawat. Arrester dan transformator terhubung pada titik simpul J melalui kawat dengan panjang S2 = 0,5 m dan S3 = 2 m. Titik simpul J menghubungkan paralel transformator dan arrester. 4. PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Penentuan Pemilihan (CO) dan Arrester Sebagai Pengaman Transformator Untuk pemasangan transformator tiga fasa dengan kapasitas 50 kVA, 100 kVA, 160 kVA, dan 200 kVA perlu diperhatikan pengamanan trafo dan instalasi gardu terhadap tegangan lebih, sehingga pada gardu distribusi dipasang arrester dan dihubungkan dengan pembumian. Tabel 1. Data Lapangan Arrrester pada Transformator
Spesifikasi Transformator 100 kVA BIL 125 kVA 160 kVA BIL 125 kVA 200 kVA BIL 125 kVA 50 kVA BIL 125 kVA Teg. Pengenal 24 kV 24 kV 24 kV 24 kV Data Lapangan Spesifikasi Arrester Arus pelepasan Teg. Pelepasan nominal nominal 5 KA 10 kA 10 kA 10 kA BIL 125 kV 125 kV 125 kV 125 kV

Tabel 2. Data Perhitungan Arrrester pada Transformator


Teg. Pengenal 24 kV 24 kV 24 kV 24 kV Data Perhitungan Spesifikasi Arrester Arus pelepasan Teg. Pelepasan nominal nominal 1,30 kA 102,09 kV 1,30 kA 102,09 kV 1,30 kA 102,09 kV 1,30 kA 102,09 kV BIL 150 kV 150 kV 150 kV 150 kV

33

Jurnal ELTEK, Vol 10 No 02, April 2012 ISSN 1693-4024

Tabel 3. Hasil Perhitungan Batas Aman Transformator dengan Penempatan Arrester Sebelum Cut Out
Spesifikasi trafo Daya 100 nominal kVA Daya 160 nominal kVA Daya 200 nominal kVA Daya 50 kVA nominal BIL Trafo (kV) 125 125 125 125 EP (kV) 42,2 42,2 42,2 42,2 Keterangan BIL > EP BIL > EP BIL > EP BIL > EP Kondisi Aman Aman Aman Aman

Tabel 4. Hasil Perhitungan Batas Aman Transformator dengan Penempatan Arrester Sesudah Cut Out
Spesifikasi trafo Daya 100 nominal kVA Daya 160 nominal kVA Daya 200 nominal kVA Daya 50 kVA nominal BIL Trafo (kV) 125 125 125 125 EP (kV) 101 101 101 101 Keterangan BIL > EP BIL > EP BIL > EP BIL > EP Kondisi Aman Aman Aman Aman

Dari hasil perhitungan didapatkan analisis sebagai berikut : 1) Jarak sambaran surja yang tidak melebihi 1000 m dari arrester maka tegangan surja yang sampai pada arrester enyebabkan arrester mulai bekerja. Tegangan lebih akan langsung disalurkan ke tanah oleh arrester dan tegangan pelepasan 102,09 kV akan menuju ke sisi tegangan tinggi transformator. Sedangkan pada jarak yang lebih jauh dari 1000 m, tegangan yang sampai ke arrester adalah lebih kecil dari tegangan pelepasan arrester sehingga pada jarak ini arrester belum bekerja sehingga tegangan surja tersebut akan langsung menuju sisi tegangan tinggi transformator. 2) Pada pemasangan arrester sebelum CO dengan kecuraman gelombang surja 400 kV/s nilai tegangan surja yang 34

Harrij Mukti K, Analisis Penentuan Penempatan Arrester, Hal 26-36

memukul CO dan transformator adalah 42,2 kV dengan arus surja 0,1 kA. Hal ini berarti tegangan surja masih dibawah BIL dari CO dan transformator (125 kV), sehingga CO dan transformator masih aman. Sedangkan kawat lebur CO mengalami pemutusan, karena arus surja melebihi arus pengenal pelebur dari CO dan arus surja tidak melebihi arus hubung singkat CO sehingga CO tidak mengalami kerusakan. 3) Pada pemasangan arrester sesudah CO dengan besar kecuraman gelombang surja 400 kV/s tegangan surja yang memukul CO 252,5 kV dan arus surja 0,7 kA. Hal ini berarti tegangan surja lebih besar dari BIL CO (125 kV), sehingga menyebabkan kerusakan. Kawat lebur CO mengalami pemutusan, karena arus surja melebihi arus pengenal pelebur CO. Tegangan surja yang memukul transformator 101 kV, berarti tegangan surja masih dibawah BIL transformator, sehingga transformator masih dalam kondisi aman. 4) Pada penempatan arrester sesudah CO, tegangan dan arus surja yang memukul transformator lebih besar dibandingkan dengan penempatan arrester sebelum CO. Hal ini berarti penempatan arrester sebelum CO merupakan sistem penempatan arrester yang efektif, dari segi tegangan surja yang memukul CO dan transformator. 5. PENUTUP Dari hasil perhitungan dan analisis dengan arrester dipasang sebelum CO dan arrester dipasang sesudah CO sebagai pengaman transformator distribusi 20 kV, diperoleh kesimpulan: 1) Ditinjau dari tegangan surja dan arus surja : a) Pada pemasangan arrester sebelum CO, tegangan surja yang memukul CO dan trafo 42,2 kV dengan arus surja 0,1 kA. b) Untuk pamasangan arrester sesudah CO, tegangan surja yang memukul CO sebesar 252,5 kV dengan arus surja 0,7 kA, sedangkan tegangan surja yang memukul trafo 101 kV. 2) Ditinjau dari BIL dan arus hubung singkat (pada CO) : Pada pemasangan arrester sebelum CO:

35

Jurnal ELTEK, Vol 10 No 02, April 2012 ISSN 1693-4024

a) Semua CO dalam kondisi tidak rusak karena BIL CO (125 kV) lebih besar dari tegangan surja yang memukul CO (42,2 kV). Dan semua transformator dalam kondisi tidak rusak, karena BIL transformator (125 kV) lebih besar dari tegangan surja yang memukul transformator (42,2 kV). b) Arus surja yang memukul CO tidak melebihi arus hubung singkat CO sehingga CO tidak rusak, tetapi hanya mengalami pemutusan karena arus surja yang memukul CO melebihi arus pengenal pelebur dari CO. c) Pada pemasangan arrester sesudah CO : d) Semua CO dalam kondisi rusak karena BIL CO (125 kV) lebih kecil dari tegangan surja (252,5 kV) dan semua transformator dalam kondisi tidak rusak karena BIL transformator(125 kV) lebih besar dari tegangan surja(101 kV). e) CO mengalami pemutusan karena arus surja melebihi arus pengenal pelebur dari CO. 3) Pemasangan arrester sebelum CO sebagai pengaman transformator distribusi 20 kV lebih baik dari pada pemasangan arrester sesudah CO ditinjau dari tegangan dan arus surja. 6. DAFTAR PUSTAKA Arismunandar. 1994. Teknik Tegangan Tinggi. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Hutahuruk. 1991. Gelombang Berjalan Dan Proteksi Surja. Erlangga. Jakarta. K.T. Sirait, R. Zoro. 1987. Proteksi Sistem Tenaga Bagian I. Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi dan Pengukuran Listrik. ITB. Bandung. PLN. Bahan Ajar D1 Sistem Jaringan Tegangan Menengah. Udiklat Pandaan. Pandaan. SPLN.1978. 7 SPLN. 1985. 64 Zuhal. 1980. Dasar Tenaga Listrik Edisi ke-2. Penerbit ITB. Bandung.

36

Anda mungkin juga menyukai