Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DASAR WAHAM

A. PENGERTIAN Kaplan dan Sadock (1998) mengatakan bahwa waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam kenyataan. Waham sedikitnya harus ada selama sebelum dan sistematik dan tidak bizar ( dalam bentuk fragmentasi, respon, emosi pasien terhadap sistem waham biasanya kongruen dan sesuai dengan isi waham itu. Pasien secara relative biasanya bebas dari psikopatologi diluar wawasan system wahamnya. Awal mulanya sering terjadi pada umur dewasa , menengah dan lanjut. David A Tomb (2004) beranggapan bahwa waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah yang tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut, mungkin aneh dan tetap dipertahankan meskipun telah diberikan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya. Waham sering ditemukan dalam gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizoprenia. Semakin akut psikosis semakin sering di temui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis. Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikir yang tidak sesuai dengan kenyataanya atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan, biarpun dibuktikan kemustahilan hal itu ( Marasmis 2009 hal 266). Townsend 1998 mengatakan bahwa waham adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan ide-ide yang salah. Dari pendapat para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa waham adalah sebagai salah satu perubahan proses khususnya isi pikir yang ditandai dengan keyakinan terhadap ide-ide, pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan sulit diubah dengan logika atau bukti-bukti yang ada.

B.

Jenis-Jenis Waham

Mayer-Gross membagi waham dalam dua kelompok, yaitu : 1. Waham Primer Waham primer adalah waham yang timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apapun dari luar. Menurut Mayer-Gross hal ini hampir patognomonik bagi skizofrenia. Contoh Waham Primer : Mr. Anton waham bahwa istrinya sedang berbuat serong dengan pria lain sebab ia melihat seekor cicak berjalan dan berhenti dua kali Mr.Thomas berkata dunia akan kiamat sebab ia melihat seekor anjing sedang mengangkat kaki terhadap sebatang pohon untuk kencing.

Jadi dapat disimpulkan bahwa waham primer adalah waham yang timbul namun terdengar secara tidak logis dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya. 2. Waham Sekunder Waham sekunder biasanya logis kedengarannya. Menanyakan hal-hal spesifik tentang waham sekunder yang dialami klien namun tanpa membenarkan merupakan cara bagi tenaga kesehatan untuk mengetahui jenis waham apa yang terjadi pada klien. Pada proses pengkajian tersebut juga dapat didapatkan gejala-gejala lain dari skizofrenia. Adapun jenis-jenis waham sekunder menurut Marasmis (2009), stuart and sundeen ( 1998) dan Keliat (1998) waham sekunder terbagi atas beberapa jenis, yaitu: a. Waham agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari. Atau orang yang kemana-mana selalu memakai baju putih dan surban, serta membawa tasbih kemana pun pergi dan selalu berdzikir karena ia yakin dengan hal begitu ia akan masuk surga.

b. Waham kebesaran : klien yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuatan khusus diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : Saya ini presiden Indonesia yang ke 6, semua orang adalah ajudan saya. Orang tersebut menganggap dirinya adalah seorang presiden, mengenakan jas dan dasi seperti presiden, namun terkadang tidak ia imbangi dengan tingkah laku yang sesuai.

c. Waham somatic : klien meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya teganggu dan terserang penyakit, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : Saya sakit kanker. Namun setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.

d. Waham curiga : kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional dimana klien yakin bahwa ada seseorang atau kelompok orang yang berusaha merugikan atau

mencurigai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : Saya tahu..seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya

e. Waham nihilistic : klien yakin bahwa dirinya sudah ridak ada di dunia atau sudah meninggal, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh: Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh. Saya adalah roh dan kamu semua adalah roh. Kita sedang berada di alam kubur.

f.

Waham bizar 1. Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang dsisipkan di dalam pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan 2. Siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. 3. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.

C.

Fase-Fase Waham 1. Lack of Selfesteen Tidak ada pengakuan lingkungan dan meningkatnya kesenjangan antara kenyataan dan harapan. Ex : Mr. Suroso yang mengaku dirinya seorang anggota DPR RI. Namun orang-orang di sekelilingnya tidak mempercayai pengakuan tersebut. Sehingga orang tersebut mulai kehilangan harapan. 2. Control Internal External Mencoba berfikir rasional, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Ex :

Mr. Suroso yang mencoba menutupi kekurangannya dengan sering bicara politis (internal) dan memakai jas serta dasi kemanapun ia pergi (external) untuk meyakinkan orang lain bahwa dirinya seorang anggota DPR RI. 3. Environment support Kerusakan control dan tidak berfungsi normal ditandai dengan tidak merasa bersalah saat berbohong. Ex : Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungan, sehingga

klien merasa didukung, klien menganggap hal yang dikatakan adalah sebagai kebenaran, terjadi kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsi normal (super ego). 4. Fisik Comforting Klien merasa nyaman dengan kebohongannya 5. Fase Improving Jika tidak ada konfrontasi dan korelasi maka keyakinan yang salah akan meningkat.

D.

Rentang Respon Neurobiologist Adapun rentang respon manusia terhadap stress yang menguraikan tentang respon

gangguan adaptif dan malladaptif dapat dijelaskan sebagai berikut (Stuart dan Sundeen, 1998) :
Rentang respon
neurobiologis

Respon adaptif

Respon maladaptif

Pikiran logis

Distorsi pikiran

Gangguan proses pikir/delusi/waham

Persepsi akurat Emosi konsisten dengan pengalaman Prilaku sesuai Berhubungan social

Ilusi Reaksi emosi berlebihan atau kurang Prilaku aneh Menarik diri Halusinasi Sulit brespon emosi Prilaku disorganisasi Isolasi sosial

Dari rentang respon neurobiologis diatas dapat dijelaskan bila individu merespon secara adaptif maka individu akan berfikir secara logis. Apabila individu berada pada keadaan diantara adaptif dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau perubahan isi pikir terganggu. Bila individu tidak mampu berfikir secara logis dan pikiran individu mulai menyimpang maka ia makan berespon secara maladaptif dan ia akan mengalami gangguan isi pikir : waham curiga. Agar individu tidak berespon secara maladaptive maka setiap individu harus mempunyai mekanisme pertahanan koping yang baik. Menurut seorang ahli medis dalam penelitiannya

memberikan definisi tentang mekanisme koping yaitu semua aktifitas kognitif dan motorik yang dilakukan oleh seseorang yang sakit untuk mempertahankan intrgritas tubuh dan psikisnya, memulihkan fungsi yang rusak dan membatasi adanya kerusakan yang tidak bisa dipulihkan ( dipowski, 2009). Mekanisme koping dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara reaksitik tuntunan situasi stress. a. Perilaku menyerang, digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. b. Perilaku menarik diri, digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stress. c. Perilaku kompromi, digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoprasikan, menmgganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang. 2. Mekanisme pertahanan ego, merupakan mekanisme yang dapat membantu mengatasi cemas ringan dan sedang, jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan disorientasi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptive terhadap stress.

E. PSIKOPATOLOGI WAHAM Etiologi Townsend (1998, hal 158) mengatakan bahwa hal-hal yang menyebabkan gangguan isi pikir : waham adalah ketidakmampuan untuk mempercayai orang lain, panic, menekan rasa takut stress yang berat yang mengancam ego yang lemah., kemungkinan factor herediter. Secara khusus factor penyebab timbulnya waham dapat diuraikan dalam beberapa teori yaitu : a. Faktor Predisposisi Menurut Townsend (1998) factor predisposisi dari perubahan isi pikir : waham kebesaran dapat dibagi menjadi dua teori yang diuraikan sebagai berikut : 1. Teori Biologis a. Faktor-faktor genetic yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain). b. Secara relative ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan skizoprenia mungkin pada kenyataanya merupakan suaru kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu

kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia. c. Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dopamin neorotransmiter yang dipertukarkan dan menghasilkan gejala-gejala peningkatan aktifitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis. 2. Teori Psikososial a. Teori sistem keluarga Bawen dalam Townsend (1998) menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas dan suatu kondisi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan diri kepada orang tua dan masuk kepada masa dewasa, dimana di masa ini anak tidak akan mampu memenuhi tugas perkembangan dewasanya. b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dan orang tua tidak mampu membentuk rasa percaya tehadap orang lain. c. Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling

mempengaruhi orang tua dan anak . karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan itu pada waktu kecemasan yang ekstrem mennjadi suatu yang maladaptive dan perilakunya sering kali merupakan penampilan dan sekmen diri dalam kepribadian. b. Faktor Presipitasi Menurut Stuart dan Sundeen (1998) faktor presipitasi dari perubahan isi pikir : waham kebesaran yaitu : 1. Biologis Stressor biologis yang berhubungan dengan nerobiologis yang maladaptive termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.

2. Stress lingkungan Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku. 3. Pemicu gejala Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologist yang maladaptive berhubungan denagn kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur,infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkunag yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stress agngguan dalam berhubungan interpersonal, kesepian, tekanan, pekerjaan, kemiskinan,

keputusasaan dan sebaigainya.

F.

PROSES TERJADINYA WAHAM Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego spesifik,

reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham, menggunakan mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi, digunakan sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan cinta. Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan menjadi kemandirian yang kokoh. Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataan yang menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak dapat diterima didalam dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas, telah dihipotesiskan menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi, waham kebesaran dan superioritas. Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka. Waham kebesaran merupakan regresi perasaan maha kuasa dari anak-anak, dimana perasaan akan kekuatan yang tidak dapat disangkal dan dihilangkan (Kaplan dan Sadock, 1997). Cameron, dalam Kaplan dan Sadock, (1997) menggambarkan 7 situasi yang memungkinkan perkembangan waham, yaitu : peningkatan harapan, untuk mendapat terapi sadistik, situasi yang meningkatkan ketidakpercayaan dan kecurigaan, isolasi sosial, situasi yang meningkatkan kecemburuan, situasi yang memungkinkan menurunnya harga diri (harga diri rendah), situasi yang menyebabkan seseorang melihat kecacatan dirinya pada orang lain, situasi yang meningkatkan kemungkinan untuk perenungan tentang arti dan motivasi terhadap sesuatu. G. AKIBAT DARI WAHAM

Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

H.

GEJALA-GEJALA WAHAM Menurut Kaplan dan Sadock (1997), kondisi klien yang mengalami waham adalah: a. Status mental 1) Pada pemeriksaan status mental, menunjukan hasil yang sangat normal, kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas. 2) Mood klien konsisten dengan isi wahamnya. 3) Pada waham curiga, didapatkan perilaku pencuriga. 4) Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal. 5) Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya kualitas depresi ringan. 6) Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang menonjol/ menetap, kecuali pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.

b. Sensori dan kognisi 1) Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki waham spesifik tentang waktu, tempat dan situasi. 2) Daya ingat dan proses kognitif klien adalah intak (utuh). 3) Klien waham hampir selalu memiliki insight (daya titik diri) yang jelek. 4) Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya. Keputusan terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang direncanakan.

I. PENATALAKSANAAN a. Farmakoterapi Tatalaksana pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada penatalaksanaan skizofrenia secara umum menurut Townsend (1998), Kaplan dan Sadock (1998) antara lain : 1) Anti Psikotik Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain :

a) Chlorpromazine Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 325 mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis tertinggi : 1000 mg/hari secara oral.

b) Trifluoperazine Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik menarik diri. Dosis awal : 31 mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari.

c) Haloperidol Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis,dan mania. Dosis awal : 30,5 mg sampai 3 mg.

Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan waham. Pada kondisi gawat darurat, klien yang teragitasi parah, harus diberikan obat antipsikotik secara intramuskular. Sedangkan jika klien gagal berespon dengan obat pada dosis yang cukup dalam waktu 6 minggu, anti psikotik dari kelas lain harus diberikan. Penyebab kegagalan pengobatan yang paling sering adalah ketidakpatuhan klien minum obat. Kondisi ini harus diperhitungkan oleh dokter dan perawat. Sedangkan terapi yang berhasil dapat ditandai adanya suatu penyesuaian sosial, dan bukan hilangnya waham pada klien.

2) Anti parkinson Triheksipenydil (Artane), untuk semua bentuk parkinsonisme, dan untuk menghilangkan reaksi ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15 mg/hari Difehidamin Dosis yang diberikan : 10- 400 mg/hari

3) Anti Depresan Amitriptylin, untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan somatik. Dosis : 75-300 mg/hari. Imipramin, untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotik. Dosis awal : 25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75 mg/hari.

4) Anti Ansietas

Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan somatroform, kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obat- obat yang termasuk anti ansietas antara lain: Fenobarbital Meprobamat : 16-320 mg/hari : 200-2400 mg/hari

Klordiazepoksida : 15-100 mg/hari

b. Psikoterapi Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok. Terapis tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus-menerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien. Kepuasan yang berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan klien, karena disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis perlu menyatakan pada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif. Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes realitas. Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal klien, dan harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien, misalnya dengan berkata : Anda pasti merasa sangat lelah, mengingat apa yang anda lalui, tanpa menyetujui setiap mis persepsi wahamnya, sehingga menghilangnya ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu klien memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat dilakukan.

c. Terapi Keluarga Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien, sebagai sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam membantu ahli terapi dan membantu perawatan klien.

PEDOMAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN WAHAM

Nama klien No RM

:............................... :...............................

Dx Medis Ruangan

:.................................. :..................................

Tgl/ No Dx

Tindakan Keperawatan Untuk Pasien

Tindakan keluarga SP 1

Keperawatan

untuk

SP 1 1. Membentu orientasi realita 2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi 3. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya 4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan SP 2

1. Menjelaskan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis waham yang dialami pasien, serta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan waham SP 2 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan waham Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pasien waham

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. harian pasien 2. Mendiskusikan tentang kemampuan yang dimiliki 2. 3. Melatih kemampuan yang dimiliki SP 3 SP 3 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur 3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (dischange planning) 2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

Anda mungkin juga menyukai