Anda di halaman 1dari 29

MODUL RESPIRASI

Trigger 2

TUTOR 18
Micco Vandermal Izi Triani Imelda Sari Melany Liza Nofrela Siti Olivia Handayani Jeffy Marta Sherly Ilna Roha Silvia Apsary Novi Evita Effendi Arrasyid Lia Utami

TRIGGER 2

Lili, berusia 12 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sesak nafas menciut sejak 5 hari yg lalu. Lili juga mengeluh sering bersin bersin apabila kena debu, hidung tersumbat, dan ingus encer. Keluhan ini semakin meningkat jika cuaca dingin. Lili telah konsultasi ke dokter THT dan dinyatakan menderita rinitis alergi.

Ayah lili menderita asma dari kecil. Dokter menganjurkan lili periksa Rontgen thoraks PA untuk mengetahui penyakit dan penatalaksanaan yang tepat. Apakah yang terjadi pada lili?

Step 1 : Clarify Unfamiliar Terms


1.

2.
3. 4. 5. 6.

Bersin Rhinitis Alergi Asma Rontgen Thoraks PA Spirometri

1.

2. 3.

4.

5.

6.

Bersin : keluarnya udara dari mulut dan hidung karna tidak tertahan seperti mencium bau yang menusuk Rinitis : radang selaput lendir hidung Alergi : reaksi yang di peroleh, timbul akibar terbentuknya kompleks antigen antibodi dalam tubo Asma : sesak nafas yang datang berupa serangan di tandai dengan nafas yang berbunyi dan penyempitan jalan nafas Rontgen Thoraks PA : foto rontgen dengan posisi dada menghadap ke film Spirometri : pengukuran kapasitas udara paru

STEP 2 : DEFINE THE PROBLEMS


1. 2. 3. 4. 5.

6.

Apa yang di maksud dengan rinitis alergi ? Apa yang terjadi pada penderita rinitis alergi ? Apa faktor penyebab dari rinitis alergi ? Pada bagian apa rinitis alergi terjadi ? Apa tujuan dari pemeriksaan rontgen thoraks AP dan spirometri ? Apakah ada pengaruh genetik pada penderita rinitis alergi ? jelaskan !

7. Apakah ada pemeriksaan dan pengobatan alternatif dari rinitis alergi ? 8. Bagaimana reflek batuk dan bersin terjadi ? 9. Kenapa pada penderita rinitis alergi bersinbersin, hidung tersumbat, dan ingus encer meningkat pada cuaca dingin ? 10. Penyakit apa saja yang terjadi pada saluran pernafasan ?

OR EXPLANATION

1.

2.

Rinitis alergi adalah : imflamasi pada membran mukosa hidung yang di sebabkan karna adanya alergen yang terhirup yang dapat memicu respon hypersensitifitas berupa hidung tersumbat berat rinorea yang berlebihan dan bersin yang berulang dan cepat Patogenesa pada rinitis alergi Alergen masuk respon hypersensitifitas mukosa membengkak obstruksi parsial hidung

Gejala :

Rinorea Bersin berulang dan cepat Defleksi ujung hidung Dilatasi pembuluh darah Pruritus palatum Mata ber air Muka merah Post nasal drip

3. Faktor : Genetik Alergen lingkungan 4. Terjadi pada saluran pernafasan bagian atas tepatnya di cavum nasi 5. Tujuan Spirometri : untuk mengukur kapasitas udara paru Rontgen thoraks PA : untuk memeriksa bagian paru dan saluran pernafasan

6. Ada. Karna, rinitis alergi adalah suatu keadaan atopi atau reaksiyang timbul akibat terbentuknya kompleks antigen antibodi yang bersifat herediter dalam tubuh 7. Ada. Yaitu Tes kulit : untuk menyokong / menolak kesan yang di peroleh dalam pemerisaan khusus. Cara : menusuk kulit sambil memasukkan alergen yang berupa ekstrak cair sehingga menimbulkan tes epidermis dengan jumlah kecil (0,02 ml)

8. Reflek bersin Sangat mirip dengan reflek batuk kecuali bahwa reflek ini berlangsung pada saluran hidung, bukan trakhea. Rangsangan awal yang menimbulkan refleks bersin adalah iritasi dalam saluran hidung, impuls aferen berjalan dalam nervus V menuju medula, tempat reflek ini di cetuskan. Terjadi serangkaian reaksi yang mirip dengan reflek batuk tetapi uvula di tekan, sehingga sejumlah besar udara dengan cepat melalui hidung, dengan demikian membantu membersihkan cavum nasi dari corpus alienum Reflek batuk : LO

9. LO 10. Gangguan : Bag atas ; Rinitis alergi Sinusitis Bag bawah ; Asma Bronkitis Emfisema

STEP 4 : Arrange Explanation Into a Tentative Solution


gangguan saluran pernafasan

rinitis alergi

asma

patologi

pemeriksaan

pemeriksaan

gejala

penyebab

rontgen thoraks PA dan spirometri

rontgen toraks PA dan spirometri

STEP 5:DEFINE LEARNING OBJECTIVE


Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang : 1. Rinitis alergi - Definisi - Gejala - Patofisiologi - Pemeriksaan 2. Asma : pemeriksaan 3. Anatomi dan histologi : - Cavum nasi - Pulmo - Broncus - Bronciolus 4. Reflek batuk dan bersin 5. Contoh penyakit pada saluran pernafasan

STEP 6. GATHERING INFORMATION AND PRIVATE STUDY

STEP 7: Share The Result of Information

Rhinitis Alergi Definisi : inflamasi pada membran mukosa hidung yang di sebabkan oleh alergen yang terhirup yang dapat memicu respon hipersensitivitas berupa hidung tersumbat, rinorea yang berlebihan dan bersin yang cepat dan berulang kulit

Gejala : Fase lambat : seperti hidung tersumbat, kurangnya penciuman dan hyersensitivitas lebih diperankan oleh oesinofil Fase cepat : gejala baru akan timbul setelah 46 jam pasca pajanan alergen akibat reaksi inflamasi jaringan yang berkepanjangan Sesuai dengan patogenesanya, gejala dapat berupa rasa gatal di hidung dan mata, sekresi hidung, hidung tersumbat dan bernafas melalui mulut

Pada kontak pertama dengan allergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang berperan sebagai sel penyaji (antigen presenting cell/ APC) akan menangkap allergen yang menempel di permukaan mukosa hindung. Setelah dip roses, antigen akan membentuk fragmen pendek peptide dan bergabung dengan molekul HLA kelas II membentuk komplek peptide MHC kelas II (wayor histocompatibility complex) yang kemudian dipresentasikan pada sel hepat T (Th 0). Kemudian sel penyaji akan melepas sitokin seperti interleukin 1 (IL 1) yang akan mengektifkan Th0 untuk berproliferasi menjadi Th1 dan Th2. Th2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL 3, IL 4, IL 5 dan IL 13. IL 4 dan IL 13 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B, sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan memproduksi imunoglobin E (IgE).

IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor Ig E di permukaan sel matosit dan basofil (sel mediator ) sehingga kedua sel ini menjadi aktif. Proses ini disebut sensitiasi yang menghasilkan sel mediator yang ersensitiasi. Bila mukosa yang sudah tersensitiasi terpapar dengan allergen yang sama, maka kedua rantai Ig E akan mengikat allergen spesifik dan terjadi degranulasi ( pecahnya dinding sel ) matosit dan basofil dengan akibat terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk (preformed mediators) terutama histamine. Selain histamine juga di keluarkan newly formed mediators antara lain prostaglandin D2 (PGD2), leukrotein D4 (LT D4) leukotrein C$ (LT C4), bradikinin, platelet activating factor (PAF) dan berbagai sitokin. (IL3, IL4, IL5, IL6, GM-CSF (granulocyte macrophage colony stimulating factor) dll. Inilah yang di sebut sebagai reaksi alergi fase cepat (RAFC)

Histamine akan merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin bersin. Histamine juga akan menyebabkan kelenjar mukosa dan sel globet mengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinore. Gejala lain adalah hidung tersumbat akibat vasodilatasi sinusoid. Selain histamine merangsang ujung syaraf vidianus, juga menyebabkan rangsanga pada mukosa hidung sehingga terjadi pengeluaran Inter Cellular Adhesion Molecule 1 (ICAM 1).

Pada RAFC, sel mastosit juga akan melepaskan molekul kemotaktik yang menyebabkan akumulasi sel eosinofil dan netrofil di jaringan target. Respons ini tidak berhenti sampai disini saja, tetapi gejala akan berlanjut dan mencapai puncak 6-8 jam setelah pemaparan. Pada RAFL ini di tandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi seperti eosinofil, limfosit, netrofil, basofil, dan mastosit di mukosa hidung serta peningkatan sitokin seperti IL3, IL4, IL5 dan granulocyte macrophage colony stimulating factor (GM-CSF) dan ICAM 1 pada secret hidung.

Timbulnya gejala hyperaktif atau hierresponsif hidung adalah akibat peranan eosinofil dengan mediator inflamasi dari granulnya seperti Eosinophilic Cationic Protein (ECP), Eosiniphilic derifed Protein (EDP), major basic protein (MBP) dan eosinophilic peroksidase (EPO). Pada fase ini, selain factor spesifik (allergen), iritasi oleh factor non specific dapat memperberat gejala seperti asap rokok, bau yang merangsang, perubahan cuaca, dan kelembaban udara yang tinggi Pemeriksaan Penunjang : skin test.

2.Asma Pemeriksaan : - Fisis - Penunjang : 1. Pemeriksaan fungsi paru 2.Pemeriksaan hyperaktivitas saluran nafas 3. Pengukuran petanda inflamasi saluran nafas non invasive 4. Penilaian status alergi 5. Test inhalasi metakolin (beta adregenik, epinefrin) 6. Rontgen thoraks 7. Pemeriksaan eosinofil total

Anatomi a. cavum nasi -anatomi Dari nares/ nostril sampai ke choanae Nostril adalah pintu keluar dari cavum nasi dan choannea pintu masuk ke pharing Dasar :pallatum durum Dinding lateral : concha nasalis superior, medial dan inferior Dibawah masing-masing concha terdapat meatus nasi superior, medial dan inferior Sinus paranasalis bermuara kedalam meatus nasi superior dan medial (sinus sphenoidale, frontalis, etmoidale, dan sinus maxillaries) Ductus nasolacrimalis bermuara kedalam meatus nasi inferior

Vascularisasinya : A. sphenopalatina A. ethmoidale anterior dan superior A. labialis superior A. palatine major A. maxillaries A. facialis A. ophtalmicus

-histologi Kulit : epitel berlapis gepeng tidak bertanduk jaringan ikat Tulang a.tonjolan tulang chonca nasalis ( superior, medial dan inferior) b.berbentuk septum nasi membagi rongga hidung menjadi 2 Tulang rawan hialin Mukosa : Vestibulum Regio respirasi Regio olfactorius Sinus paranasalis

Vestibulum nasi Sinus paranasalis Mukosa olfactorius Mukosa respiratorius

Anda mungkin juga menyukai