Anda di halaman 1dari 23

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Kerja Fisik dan Konsumsi Energi Secara umum yang dimaksudkan dengan kerja fisik ( physical work) adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya (power). Kerja fisik seringkali disebut sebagai manual operation dimana performans kerja sepenuhnya akan tergantung manusia baik yang berfungsi sebagai sumber tenaga ( power) ataupun pengendali kerja (control). Kerja fisik seringkali pula dikonotasikan sebagai kerja berat ataupun kerja kasar yang dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang memerlukan usaha fisik manusia yang kuat selama periode kerja berlangsung. Dalam hal kerja fisik ini, maka konsumsi energi (energy consumption) merupakan faktor utama dan tolak ukur yang dipakai sebagai penentu berat atau ringannya kerja fisik tersebut. roses mekanisasi kerja dalam berbagai kasus akan diaplikasikan sebagai jalan keluar untuk mengurangi beban kerja yang terlalu berat dan harus dipikul manusia. Dengan mekanisasi peran manusia sebagai sumber energi kerja akan digantikan oleh mesin. !al ini akan memberikan kemampuan yang lebih besar lagi untuk penyelesaian akti"itas#akti"itas yang memerlukan energi fisik yang besar dan berlangsung dalam periode lama. $engukur akti"itas kerja manusia adalah mengukur berapa besarnya tenaga tenaga kerja yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya. %enaga yang dikeluarkan biasanya diukur dalam satuan kilokalori. Secara umum kriteria pengukuran akti"itas kerja manusia dapat dibagi dalam dua kelas yaitu kriteria fisiologis dan kriteria operasional, yaitu&

'. Kriteria fisiologis Kriteria fisologis dari kegiatan manusia biasanya ditentukan berdasarkan kecepatan denyut jantung dan pernafasan. (saha untuk menentukan besarnya tenaga yang setepat#tepatnya berdasarkan kriteria ini agak sulit, karena perubahan fisik dari keadaan normal menjadi keadaan fisik yang aktif akan melibatkan beberapa fungsi fisiologis yang lain, seperti tekanan darah, peredaran udara dalam paru#paru, jumlah oksigen yang digunakan, jumlah karbondioksida yang dihasilkan, bah)a temperatur kecepatan badan, denyut banyaknya jantung keringat, dan dan komposisi kimia dalam urin dan darah. Secara lebih luas dapat dikatakan kecepatan pernafasan dipengaruhi oleh tekanan psikologis, tekanan oleh lingkungan atau tekanan akibat kerja keras, dimana ketiga tekanan tersebut sama pengaruhnya. Sehingga apabila kecepatan denyut jantung seseorang meningkat, kita akan sulit menentukan apakah meningkatnya hal ini disebabkan akibat kerja atau tingkat temperatur yang terlampau panas. Dengan demikian pengukuran berdasarkan kriteria fisiologis ini bisa digunakan apabila faktor#faktor yang berpengaruh tersebut kecil atau situasi kerjanya harus dalam keadaan normal. *olume oksigen yang dibutuhkan selama bekerja dipakai sebagai dasar menentukan jumlah kalori yang diperlukan selama kerja atas dasar persamaan& ' liter + ,,-#.,/ kilokalori0menit. *olume oksigen yang digunakan tersebut dihitung dengan cara mengukur udara ekspirasi dan kemudian kadar oksigen ditentukan dengan teknik sampling. Dengan mengetahui temperatur dan tekanan udara, maka "olume oksigen yang digunakan akan bisa diketahui. engukuran berdasarkan kecepatan denyut jantung lebih mudah dilakukan tetapi pengukuran ini kurang tepat dibandingkan dengan konsumsi oksigen karena lebih banyak dipengaruhi oleh faktor#faktor indi"idu, seperti& emosi, kondisi fisik, kelamin dan lain#lain.

Sehubungan dengan pekerjaannya sendiri, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran tenaga selama bekerja, diantaranya cara melaksanakan kerjanya, kecepatan kerjanya, sikap pekerja, kondisi lingkungannya. 1. Kriteria 2perasional Kriteria operasional melibatkan teknik#teknik untuk mengukur atau menggambarkan hasil#hasil yang bisa dilakukan tubuh atau anggota# anggota tubuh pada saat melaksanakan gerakan#gerakannya. Secara umum hasil gerakan yang bisa dilakukan tubuh atau anggota tubuh dapat dibagi dalam berbagai bentuk yaitu range (rentangan) gerakan, pengukuran akti"itas berdasarkan kekuatan, ketahanan, kecepatan dan ketelitian. (ntuk mengukur akti"itas#akti"itas tersebut, bisa digunakan bermacam#macam alat ukur seperti alat pengukur tegangan dinamometer. engukuran akti"itas fisik berdasarkan range dari gerakan, digunakan untuk jenis pekerjaan yang berulang dengan tetap. !asil gerakan tubuh dikatakan menurun atau meningkat jika range gerakannya makin kecil atau makin besar. $aka dalam hal ini diperlukan teknik tertentu untuk menggambarkan atau mencatat informasi#informasi tentang gerakan fisik yang terlibat dalam suatu akti"itas. %eknik# teknik yang biasa digunakan untuk mencakup teknik film, pemakaian chronophoto graphy dan teknik elektronik serta mekanik. engukuran akti"itas fisik berdasarkan kekuatan dan daya tahan pada hakekatnya tidak hanya ditentukan oleh kekuatan otot saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor#faktor subjektif lainnya, seperti besarnya tenaga yang dikeluarkan, kecepatan kerja, cara dan sikap melaksanakan kerja, kebiasaan olahraga, jenis kelamin, umur, daya reaksi, stabilitas, letak posisi beban dan arah gerakan dari anggota tubuh. 3esarnya penggunaan tenaga saat melakukan akti"itas tentu akan berpengaruh pada kekuatan dan daya tahan tubuh untuk melaksanakan akti"itas tersebut. $akin besar tenaga yang dituntut

oleh pekerjaan tersebut berarti kekuatan dan daya tahan tubuh untuk menangani pekerjaan tersebut akan makin rendah, dan sebaliknya. 2.1.1. Proses e!a"o#isme

roses metabolisme yang terjadi dalam tubuh manusia merupakan fase yang penting sebagai penghasil energi yang diperlukan untuk kerja fisik. roses metabolisme ini bias dianalogikan dengan proses pembakaran yang kita jumpai dalam mesin motor baker ( combustion engine). 4e)at proses metabolisme akan dihasilkan panas dan energi yang diperlukan untuk kerja fisik (mekanis) le)at sistem otot manusia. Di sini 5at#5at makanan akan bersenya)a dengan oksigen (2 1) yang dihirup, terbakar dan menimbulkan panas serta energi mekanik. Dalam ergonomi, besarnya energi yang dihasilkan0dikonsumsi akan dinyatakan dalam unit satuan kilo kalori (Kcal) atau kilo joule (Kj) bilamana akan dinyatakan dalam Satuan Standar 6nternasional (S6), dimana& ' Kilocalories (Kcal) + ,.1 KiloJoules (K7) Selanjutnya dalam fisiologi kerja, energi yang dikonsumsikan seringkali bisa diukur secara langsung yaitu melalui konsumsi oksigen yang dihisap, dalam hal ini kon"ersi bisa dinyatakan sebagai berikut& ' 4iter 21 + ,.8 Kkal + 1/ K7 Dari nilai kon"ersi tersebut tampak bah)a nilai kalori dari 2 1 untuk setiap liter 2ksigen yang dihirup akan menghasilkan energi rata# rata sebesar ,.8 Kcal atau 1/ K7. 6stialah yang sering digunakan untuk mengkon"ersikan nilai ' liter oksigen dengan energi yang dihasilkan oleh tubuh manusia adalah nilai klarifik dari 2ksigen. engukuran detak0denyut jantung nadi akan sangat sensitif terhadap temperatur dan tekanan emosi manusia, dan diisi lain pengukuran melalui konsumsi oksigen pada dasarnya tidak akan banyak dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik indi"idu manusia yang akan di ukur. Dalam akti"itas penelitian tentang pengukuran energi fisik untuk

kerja maka kedua metode ini yang paling sering diaplikasikan. (ntuk pengukuran denyut nadi0jantung, pengukuran dilaksanakan pada saat sebelum siklus kerja dimulai, kemudian pada saat setiap menit selama siklus kerja berlangsung dan tiga menit selama periode pemilihan (recovery). Sedangkan untuk pengukuran oksigen yang dikonsumsikan (liter0menit), maka pengukuran dilakukan terhadap "olume oksigen yang dihirup permenit yang diambil lima menit terakhir setiap siklus berlangsung. erlu diketahui konsumsi oksigen akan tetap diperlukan meskipun orang tidak melakukan akti"itas fisik kondisi seperti ini disebut sebagai basal metabolism dimana dalam kondisi seperti ini energi kimia)i dari makanan hampir seluruhnya akan di pakai untuk menjaga panas badan agar manusia bisa tetap hidup. 9danya kerja fisik akan menyebabkan penambahan energi. Kenaikan konsumsi energi dalam kerja fisik ini disebut kalori kerja sehingga nilai konsumsi energi untuk kerja atau metabolisme kerja dapat diformulasikan sebagai berikut & Konsumsi energi untuk kerja + metabolisme basal : nilai kalori kerja 3asal metabolisme sering juga disebut sebagai metaabolisme dasar. 3esar kecilnya akan ditentukan oleh berat badan, tinggi badan dan jenis kelalmin. Sebagai acuan dasar metabolisme untuk& $etabolisme 3asal ria -/ Kg + '.1 Kkal0menit $etabolisme 3asal ;anita </ Kg + './ Kkal0menit 2.1.2. S!andar un!uk Energi Kerja Standar dalam hal ini adalah pengaturan yang dibuat untuk mengetahui berapa energi atau tenaga yang dibutuhkan dalam melaksanakan akti"itas. Dari hasil penelitian mengenai fisiologi kerja diperoleh kesimpulan bah)a ..1 Kcal0menit akan dipertimbangkan sebagai energi maksimum yang dikonsumsikan untuk melaksanakan kerja fisik berat atau kasar secara terus menerus. 3ilamana nilai metabolisme basal + '.1 Kcal0menit maka energi yang dikonsumsikan untuk kerja fisik

berat adalah ,./ Kcal0menit (..1 Kcal0menit = '.1 Kcal0menit + ,./ Kcal0menit). Kepastian energi yang mampu dihasilkan oleh seseorang juga akan dipengaruhi oleh faktor usia. Di sini kapasitas maksimum seorang pekerja adalah pada usia antara 1#>/ tahun. persentase kemampuan kerja sesuai dengan usia dan kategori beban kerja sesuai dengan energi kerja dapat dilihat pada %abel 1.'. dan %abel 1.1. Ta"e# 2.1. Persen!ase Kemam$uan Kerja Sesuai Dengan %sia %sia &!a'un( 1/#>/ ,/ ./ </ <. Persen!ase Kemam$uan &)( '// ?< ?/ 8/ -.

Ta"e# 2.2. Ka!egori Be"an Kerja Sesuai Dengan Energi Kerja Be"an Kerja @ingan Sedang 3erat Energi Kerja '// = 1// kkal0jam A1// = >./ kkal0jam A>./ = .// kkal0jam

2.1.*. Pengukuran Den+u! ,an!ung 7antung adalah alat yang sangat penting bagi tubuh dimana bertugas sebagai alat transportasi, merubah dan mengangkut, memelihara dan mencegah. Sebagai contoh, jantung mengangkut 2 1 dan nutrisi serta mengedarkannya ke seluruh bagian tubuh. 7antung terdiri dari atrium dan "entrikel, jantung diatur oleh saraf simpatis, parasimpatis dan sistem hormon. Di dalam sistem jantung terdapat cardiac output (B2). Cardiac Output adalah "olume darah yang dipompakan "entrikel dalam unit )aktu.

Ta"e# 2.*. Pengaru' Ber"agai Keadaan Pada CO Cardiac Output '. %idak berubah Kondisi - Fak!or a. %idur b. erubahan suhu yang moderat c. Bemas ./#'//C a. $akan >/ C b. Exercises -/ C c. Suhu %inggi d. Kehamilan e. Epincphrine a. Duduk0 berdiri dari berbaring. b. Aritmia yang cepat c. enyakit jantung

1. 3ertambah

>. $enurun

7antung mengalami tiga fase yaitu fase systole, fase diastole, dan fase istirahat bila tekanan darah normal adalah '1/08/ maka angka systole adalah '1/ sedangkan diastole 8/ dengan satuan mm!g diukur dengan tencimeter dan stetoskop. Denyutan jantung normal adalah </# 8/ kali0menit diukur dengan meletakkan jari diatas arteri radialis sejajar dengan ibu jari diukur dalam '. detik dan hasilnya akan dikalikan empat. Heart rate adalah kemampuan jantung dalam melakukan akti"itas. ervus !agus bisa menurunkan Heart "ate 1/#>/ kali0menit. Heart "ate #ax& 4aki#4aki + 11/ = usia ;anita + 1// = usia Dormal Heart "ate + </#8. kali 0 menit C H" "eserve adalah peningkatan denyut nadi dari istirahat sampai kerja maksimum.
% HR Reserve = Denyut nadi kerja - Denyut nadi istirahat x100 Denyut nadi maksimum - Denyut nadi istirahat

Ketahanan jantung adalah kemampuan jantung terhadap kerja tubuh hingga mengalami kelelahan dan melakukan recovery atau

pemulihan. Bontohnya adalah tubuh bekerja di tempat panas maka tubuh akan melakukan proteksi dengan penurunan denyut jantung tubuh akan meningkatkan pengeluaran keringat. Eangguan jantung akibat kerja ada 1 yaitu& '. $ekanis $ekanis adalah adanya beban yang berlebihan secara mendadak tanpa melalui tahapan#tahapan yang rendah hingga ke tinggi. Bontoh& ekerja pabrik bangunan secara manual mengangkut semen dengan beban a)al yang sangat berat akan berpengaruh pada beban yang diberikan di bagian tubuh tempat meletakkan beban tersebut. 1. Chemis Ffek kimia yang disekitar kita bekerja akan menimbulkan 5at racun. Gat racun ini mmenyebabkan kerusakan jantung dengan 1 cara yaitu& a. $engenai jantung dan sistem pembuluh darah jantung. b. $engenai jaringan. 2.2. Peningka!an E.isiensi Kerja Fisik Eerakan#gerakan yang harus dilakukan oleh tubuh manusia khususnya tangan dan kaki pada saat melaksanakan kerja fisik akan sangat ditentukan oleh kemampuan ototnya. $anusia bisa bergerak ataupun menggerakkan anggota tubuhnya karena adanya sistem otot yang tersebar di seluruh tubuh (lebih dari ,.C berat badan). %enaga otot dari seorang pekerja laki#laki yang diperoleh akibat mengencangnya otot maksimal bisa mencapai , kilogram per cm 1 luas penampang otot. Dengan luas penampang otot sekitar 1 cm 1, maka beban maksimum yang bisa diangkat atau digerakkan bisa sebesar H '1 kg. %enaga terbesar dalam hal ini diperoleh pada saat otot mulai mengencang. Fnergi mekanis yang mengencangkan otot disebabkan oleh cadangan energi kimia)i dari otot. Elukosa yang diperoleh dari 5at makanan yang masuk dan diolah dalam tubuh yang merupakan sumber energi terpenting bagi bekerjanya otot. Dalam hal ini, aliran darah berfungsi sebagai sarana

untuk mensuplai glukosa dan oksigen ke sistem otot yang bekerja dan juga membuang sisa#sisa pembakaran. 9gar penggunaan tenaga otot bisa optimal maka pengaturan cara kerjanya otot harus diperhatikan dengan benar. Dalam hal ini kegiatan otot dapat dibedakan dalam dua hal, yaitu& 1. Kerja otot dinamik (bergerak) 2. Kerja otot statik (tetap) ada kerja dinamik, otot akan mengencang dan mengerut (mengendor secara bergantian) atau berirama, sedangkan pada kerja statik atau bersikap tetap otot akan berada dalam posisi mengencang dalam )aktu yang cukup lama. Selama kerja dinamik berlangsung maka otot akan bekerja secara bergantian, sesuai dengan irama tegang0kencang tekan atau kendor seperti layaknya sebuah pompa yang memba)a dampak pada kelancaran aliran darah. Di sini otot akan banyak sekali memba)a0menerima glukosa dan 21 pada saat mengencang dan selanjutnya membuang metabolis (sisa hasil pembakaran) pada saat mengendor karena mekanisme mengencang dan mengendornya otot terjadi secara bergantian, maka sirkulasi darah : 2 1 dan metabolis akan berlangsung secara lancar. Sebaliknya yang terjadi dalam kerja otot secara statik adalah mengencangnya otot dalam )aktu yang lama akan menyebabkan aliran darah terganggu suplai glukose : 2 1 terhambat dan metabolis tidak bisa segera terbuang. Kondisi tersebut akan mengakibatkan rasa sakit dan lelah pada otot. $aksimum tenaga yang bisa dihasilkan oleh otot manusia akan sangat tergantung pada jenis kelamin (seks) dan umur. tahun. uncak tenaga otot baik laki#laki atau )anita akan berada pada umur antara 1/#>/ ada umur sekitar ./#</ tahun, tenaga otot hanya bisa menghasilkan sekitar -.C dari maksimumnya. Selanjutnya berdasarkan fisiologi bisa ditarik kesimpulan bah)a kekuatan otot yang dihasilkan rata#rata )anita ternyata hanya sekitar -/C saja dari kekuatan otot laki#

laki. 2leh karena itu, dalam perancangan dan penyusunan deskripsi kerja harus ada pertimbangan#pertimbangan khusus yang berkaitan dengan penyesuaian kemampuan pekerja ditinjau dari kedua aspek ini. 2.*. E/a#uasi e!ode Kerja dengan 0ara Pengukuran Energi +ang

Dikonsumsi engukuran fisiologis sering kali juga diaplikasikan sebagai dasar untuk menge"aluasi dan menetapkan tata cara kerja yang harus diikuti. Suatu cara kerja dibandingkan dengan cara kerja yang lain, dimana tolak ukur akan ditetapkan berdasarkan pemakaian energi fisik yang paling minimal. 3eberapa sikap dan cara kerja tertentu yang harus diselesaikan dengan posisi berdiri tegak, duduk, jongkok, ataupun harus membungkukkan badan ternyata memerlukan konsumsi energi fisik yang berbeda#beda. Dalam kasus pengukura fisiologis kerja yang dilakukan terhadap berbagai macam cara memba)a beban akan memberikan hasil yang berbeda#beda dalam hal konsumsi energi yang harus dipikul. Dalam penelitian ini, pengukuran fisiologis dilakukan dengan mengukur konsumsi oksigen yang dihirup bilamana orang yang harus memba)a beban dalam jumlah yang sama dengan berbagai macam cara. Bara memba)a beban dari hasil penelitian adalah& '. $etode $ouble %ack Dalam metode ini, beban diba)a dengan cara meletakkannya menempel di dekat dada dan di bahu. Kebutuhan konsumsi oksigen dalam hal ini ternyata yang paling kecil dibandingkan dengan cara lain. 3ilamana kebutuhan 21 dengan cara seperti ini ditetapkan '//C, maka tolok ukur tersebut selanjutnya akan dipakai sebagai referensi cara#cara lain untuk memba)a beban yang sama. 1. $etode Head %ack

$etode Head %ack dilakukan dengan cara meletakkan beban di atas kepala. Dalam kasus ini kebutuhan relatif untuk oksigen adalah sebesar '/.C dibandingkan dengan metode $ouble %ack. >. $etode &oke %ack Dalam metode ini, beban diletakkan pada masing#masing ujung alat pemikul badan. Di sini akan terjadi momen pada masing#masing ujung pikulan, sehingga konsumsi relatif oksigen yang dibutuhkan juga lebih besar lagi yaitu sebesar '>/C. ,. $etode Hands %ack ada metode ini, beban akan diba)a dengan kedua tangan. Bara semacam ini ternyata memberikan hasil yang paling buruk, dimana konsumsi relatif oksigen sekitar ',.C. Selain itu otot menjadi kaku dan tangan akan memikul beban statis. 3eban kerja statik akibat rancangan kerja yang salah bisa dihindari dengan cara membuat rancangan kerja yang memperhatikan ukuran tubuh manusia. Dengan rancangan yang lebih ergonomis maka pekerja tidak lagi harus bekerja dengan posisi membungkuk atau posisi lain yang tidak memberi kenyamanan bagi anggota tubuh lainnya. 2.1. Ke#e#a'an Aki"a! Kerja Kelelahan akibat kerja seringkali diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, akti"itas kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. 9da beberapa kelelahan yang dikenal dan diakibatkan oleh faktor#faktor yang berbeda seperti& '. 4elah otot Dalam hal ini, dapat muncul gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus menerima beban yang berlebihan. 1. 4elah "isual

$erupakan kelelahan yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ "isual (mata). $ata yang terkonsentrasi secara terus menerus pada suatu objek akan terasa lelah. Bahaya yang terlalu kuat yang mengenai mata juga akan bisa menimbulkan gejala yang sama.

>. 4elah mental ada kasus ini, datangnya kelelahan bukan diakibatkan secara langsung oleh akti"itas fisik, melainkan le)at kerja mental. 4elah mental ini seringkali juga disebut lelah otak. ,. 4elah monotonis $erupakan suatu jenis kelelahan yang disebabkan oleh akti"itas yang bersifat rutin, monoton ataupun lingkungan kerja yang sangat membosankan. ekerjaan#pekerjaan yang tidak memberikan tantangan, tidak memerlukan skill akan menyebabkan moti"asi pekerja rendah. (Sumber& Sritomo ;ignjosoebroto, Frgonomi dan Studi Eerak ;aktu). Kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus menerus dan terakumulasi akan menyebabkan lelah kronis. Eejala#gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis dicirikan sebagai& 1. $eningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran terhadap orang lain. 2. $unculnya sikap apatis terhadap pekerjaan. 3. Depresi yang berat. Dampak yang nyata akibat kondisi seperti ini bisa menja)ab pada fisiologis maupun psikologis manusia yang akhirnya akan memerlukan pera)atan khusus. Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk#produk sisa dalam otot dan peredaran darah, dimana produk#produk sisa ini bersifat bisa membatasi kelangsungan akti"itas otot. 9tau, mungkin bias dikatakan bah)aproduk#produk sisa ini mempengaruhi serat#serat saraf dan system

saraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah. $akanan yang mengandung glikogen, mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot selalu diikuti oleh reaksi kimia (oksidasi glukosa) yang merubah glikogen tersebut menjadi tenaga, panas dan asam laktat (produk sisa). Dalam tubuh dikenal dengan fase pemulihan, yaitu suatu proses untuk merubah asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari pernapasan, sehingga memungkinkan otot#otot bisa bergerak secara kontinu ini berarti, keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik, apabila kerja fisiknya terlalu berat. ada dasarnya kelelahan ini timbul karena terakumulasinya produk sisa dalam otot atau peredaran darah yang disebabkan tidak seimbangnya antara kerja dan proses pemulihan. 2.1.1. Penger!ian Ke#e#a'an 3anyak defenisi yang memberikan arti pada kelelahan ini, tetapi secara garis besarnya dapat diartikan bah)a kelelahan merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan yang secara umum terjadi pada setiap indi"idu yang tidak sanggup lagi untuk melakukan akti"itasnya. ada dasarnya pola kelelahan ditimbulkan oleh dua hal yaitu akibat kelelahan fisiologis dan psikologis. Kelelahan fisiologis merupakan kelelahan yang timbul karena adanya perubahan#perubahan fisiologis dalam tubuh manusia. Dari segi fisiologis, tubuh manusia dianggap sebagai mesin yang mengkonsumsi bahan bakar dan memberikan output berupa tenaga#tenaga yang berguna untuk melaksanakan akti"itasnya sehari#hari. Kelelahan psikologis merupakan kelelahan yang terjadi akibat perubahan dalam perasaan dan kesadaran manusia tersebut. 2.1.2. Fak!or Pen+e"a" Terjadin+a Ke#e#a'an Aki"a! Kerja

Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk#produk sisa dalam otot dan peredaran darah, dimana produk#produk sisa ini bersifat bisa membatasi kelangsungan akti"itas otot. 9tau, mungkin bisa dikatakan bah)a produk#produk sisa ini mempengaruhi serat#serat saraf dan sistem saraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi lambat bekerja dan sudah lelah. Setelah pekerja melakukan pekerjaannya, maka umumnya terjadi kelelahan. Dalam hal ini kita harus )aspada, dan harus kita bedakan jenis kelelahannya. 3eberapa ahli membedakan atau membaginya sebagai berikut &

'. Kelelahan fisik Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan dapat diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini dihilangkan dengan istirahat dan tidur yang cukup. 1. Kelelahan yang patologis Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba#tiba dan berat gejalanya. >. sikologis dan emotional 'atigue Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis mekanisme melarikan diri dari kenyataan pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan moti"asi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja. , (paya kesehatan dalam mengatasi kesalahan, meskipun seseorang mempunyai batas ketahanan. 9kan tetapi ada beberapa hal akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi& a. 4ingkungan harus bersih dari 5at#5at kimia. encahayaan dan "entilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising.

b. 7am kerja sehari diberi )aktu istirahat sejenak dan istrihat yang cukup saat makan siang. c. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor. d. %empo kegiatan tidak harus terus#menerus. e. ;aktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau memungkinkan. f. Secara aktif mengindentifikasikan sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja. g. Iasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja. h. ;aktu liburan harus diberikan pada para pekerja. i. Kelompok pekerja yang rentan harus lebih dia)asi.

2.1.*. Langka'2Langka'

enga!asi Ke#e#a'an

9gar operator tidak mengalami kelelahan yang begitu lama diperlukan cara untuk mengurangi atau mengatasai kelelahan tersebut. Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara, diantaranya& 1. 2. 3. 4. 5. Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh. 3ekerja dengan menggunakan metode kerja yang baik, misalnya bekerja dengan memakai prinsip ekonomi gerakan. $emperhatikan kemampuan tubuh, artinya pengeluaran tenaga tidak melebihi pemasukannya dengan memperhatikan batasan#batasannya. $emperhatikan )aktu kerja yang teratur. 3erarti harus dilakukan pengaturan terhadap jam kerja, )aktu istirahat, dan rekreasi. $engatur lingkungan fisik sebaik#baiknya, seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, )arna dan lainnya. 6. 3erusaha untuk mengurangi sikap yang monoton dan ketegangan# ketegangan akibat kerja, misalnya dengan menggunakan )arna dan dekorasi ruangan kerja.

7.

4ingkungan kerja bebas dari 5at berbahaya, penerangan memadai, sesuai dengan jenis pekerjaan yang dihadapi, maupun pengaturan udara yang adekuat, bebas dari kebisingan, getaran, serta ketidaknyamanan.

8. . 10.

;aktu kerja diselingi istirahat pendek dan istirahat untuk makan. Kesehatan umum dijaga dan dimonitor. emberian gi5i kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja.

11. %empat tinggal diusahakan sedekat mungkin dengan tempat kerja, kalau perlu bagi tenaga kerja dengan tempat tinggal jauh diusahakan transportasi dari perusahaan. 12. embinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka stabilitas kerja dan kehidupannya. 13. Buti dan liburan diselenggarakan sebaik#baiknya. 14. Diberikan perhatian khusus pada kelompok tertentu seperti tenaga kerja beda usia, )anita hamil dan menyusui, tenaga kerja dengan kerja gilir di malam hari, tenaga baru pindahan. 15. $engusahakan tenaga kerja bebas alkohol, narkoba dan obat berbahaya. 2.1.1. Pengukuran Ke#e#a'an engukuran kelelahan kerja dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya& 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. ;aktu reaksi (ji ketuk jari ('ingger(tapping test). (ji 'licker 'usion Critical 'licker 'usion (ji 3ourdon ;iersma Skala kelelahan 6I@B ( )ndustrial *ati+ue "ating Committe) Skala 'ati+ue rating (*" ,cale) Fkskresi katekolamin

8. .

,troop test Kuesioner 9lat (kur erasaan Kelelahan Kerja (K9( K1) lelah Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan

10. 6ndikator pengukuran kelelahan kerja yaitu )aktu reaksi dan rasa

secara langsung.

engukuran#pengukuran yang dilakukan oleh peneliti

sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Erandjean ('??>) dalam %ar)aka et al (1//,) mengelompokkan kelompok, yaitu& '. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan 1. (ji psikomotor >. (ji hilangnya kelipan ('licker('usion test) ,. erasaan kelelahan secara subjektif .. (ji mental metode pengukuran kelelahan dalam beberapa

2.3. Be"an Kerja 3eban kerja merupakan beban yang diterima oleh operator akibat pelaksanaan kerja. 3eban kerja ini diterima oleh tubuh akibat melaksanakan suatu akti"itas kerja. 3eban kerja dapat mempengaruhi reaksi fisiologis operator. terdapat klasifikasi beban kerja dan reaksi fisiologisnya terhadap operator dalam mealkukan pekerjaan. @eaksi fisiologis tersebut dapat berupa energi yang dikeluarkan, denyut jantung dan konsumsi oksigen. Ta"e# 2.1. K#asi.ikasi Be"an Kerja dan Reaksi Fisio#ogis Tingka! Pekerjaan (nduly !ea"y *ery hea"y Energi Eks$endi!ur Kka#-meni! A'1.. '/ = '1.. Kka#-4 jam A</// ,8// # </// Den+u! jan!ung Den+u!-meni! A'-. './# '-. Konsumsi Oksigen Li!er-meni! A1.. 1 = 1..

!ea"y $oderate 4ight *ery light 2.3.1.

-.. # '/ . = -.. 1.. # . J 1.. Fak!or +ang

><// # ,8// 1,// = ><// '1// = 1,// J '1//

'1. = './ '// = '1. </ # '// J </

'.. = 1 ' = '.. /.. = ' J /..

em$engaru'i Be"an Kerja

Erandjean ('??>) menjelaskan bah)a konsumsi energi sendiri tidak cukup untuk mengestimasi beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah K7 yang dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dan meningkatkan denyut nadi. 3erdasarkan hal tersebut, maka denyut nadi lebih mudah dan dapat digunakan untuk menghitung indeks beban kerja. @odhal ('?8?) menyatakan bah)a denyut nadi mempunyai hubungan linier yang tinggi dengan asupan oksigen pada )aktu kerja. Dan salah satu yang sederhana untuk menghitung denyut nadi adalah dengan merasakan denyutan pada arteri radialis di pergelangan tangan. Denyut nadi untuk mengestimasi indeks beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yang didefinisikan oleh Erandjean ('??>), yaitu & '. Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai 1. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja >. Dadi kerja adalah selisih antara denyut denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja. 2.3.2. Peni#aian Be"an Kerja Fisik 3eban kerja fisik (physical workload) merupakan beban yang diterima oleh fisik akibat pelaksanaan kerja. 3eban kerja fisik ini diterima oleh tubuh akibat melaksanakan suatu akti"itas kerja. rinsip dasar dalam ergonomi adalah bagaimana agar demand J capacity sehingga perlu diupayakan agar beban kerja fisik yang diterima oleh tubuh saat bekerja tidak melebihi kapasitas fisik manusia (pekerja) yang bersangkutan. (ntuk mengetahui menge"aluasi suatu pekerjaan berdasarkan kapasitas fisik manusia dapat dilihat dari 1 sisi, yakni sisi

biomekanika dan sisi fisiologi. Sisi fisiologis melihat kapasitas kerja manusia dari sisi fisiologi tubuh (faal tubuh), meliputi denyut jantung, pernapasan, dan lain#lain. Sedangkan biomekanika lebih melihat kepada aspek terkait proses mekanik yang terjadi pada tubuh, seperti kekuatan otot, dan sebagainya. 9da sejumlah faktor resiko ergonomi yang erat kaitannya dengan pembebanan fisik, yakni& 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. $asalah postur kerja yang tidak normal ekerjaan yang berulang (repetitif) Durasi kerja yang lama embebanan statis pada otot %ekanan kontak fisik Eetaran %emperatur @esiko#resiko di atas dapat menyebabkan terjadinya permasalahan ergonomi secara fisik, khususnya yang terkait dengan permasalahan sistema oto#rangka (muskuloskeletal disorder). 3eberapa metode sudah banyak dikembangkan untuk menge"aluasi faktor resiko tersebut yang ada pada suatu pekerjaan. 2.3.2.1.Peni#aian Be"an Kerja Fisik Se5ara Langsung enilaian beban kerja fisik secara langsung dapat dilakukan dengan 1 cara, yaitu &

'. $etode Heart "ate reserve (H" reserve) (ntuk melakukan penilaian beban kerja fisik dengan menggunakan metode ini, dapat ditentukan klasifikasi beban kerjanya berdasarkan peningkatan cardiac output dari istirahat sampai kerja maksimum. eningkatan yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja maksimum tersebut oleh @odhal ('?8?) didefenisikan sebagai heart rate reserve (H" reserve). H" reserve tersebut diekspresikan

dalam persentase yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut &
% HR Reserve = Denyut nadi kerja - Denyut nadi istirahat x100 Denyut nadi maksimum - Denyut nadi istirahat

1. $etode Cardiovasculair -oad (B*4) $enurut $anuaba K *an)onterghem ('??<), untuk melakukan penilaian beban kerja fisik dengan menggunakan metode ini, dapat ditentukan klasifikasi beban kerjanya berdasarkan peningkatan denyut nadi "erja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardio"askuler (cardiovasculair load + CB*4) yang dihitung dengan humus sebagai berikut&
% $%& = 100 # "Denyut nadi kerja - Denyut nadi istirahat! "Denyut nadi maksimum - Denyut nadi istirahat!

Dimana denyut nadi maksimum adalah (11/ = umur) untuk laki#laki dan (1// = umur) untuk )anita. Dari hasil penghitungan CB*4 tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut & J >/C >/ s.d. J </C </ s.d. J 8/C 8/ s.d. J '//C A '//C + %idak terjadi kelelahan + Diperlukan perbaikan + Kerja dalam )aktu singkat + Diperlukan tindakan segera + %idak diperbolehkan berakti"itas

2.3.2.2.Peni#aian Be"an Kerja Fisik Se5ara Tidak Langsung enilaian beban kerja fisik secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara metode .rouha. Kilbon ('??1) mengusulkan denyut nadi pemulihan atau dikenal dengan metode .rouha. Keuntungan dari metode ini adalah sama sekali tidak mengganggu atau menghentikan pekerjaan, karena pengukuran dilakukan tepat setelah subjek berhenti bekerja. Denyut nadi pemulihan ( ) dihitung pada akhir >/ detik pada menit pertama, kedua, dan ketiga.

',

1,

dan

>

adalah rata#rata dari ketiga tersebut dan dihubungkan dan seluruhnya J ?/, maka nadi = A '/,maka beban

dengan total cardiac cost dengan ketentuan sebagai berikut & 1. 7ika
'

>

A '/ atau

',

1,

>

pemulihan normal. 2. 7ika rata#rata 3. 7ika =


'

yang tercatat L ''/, dan

'

>

kerja tidak berlebihan.


' >

J '/, dan jika

>

A ?/, perlu ada perbaikan.

4aju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolut denyut nadi pada ketergantungan pekerjaan (the interruption o' work), tingkat kebugaran (individual 'itness) dan pemaparan panas lingkungan. 7ika nadi pemulihan tidak segera tercapai, maka diperlukan redesign pekerjaan untuk mengurangi tekanan fisik. "edesign tersebut dapat berupa "ariabel tunggal maupun "ariabel keseluruhan dari "ariabel bebas (tasks, organisasi kerja, dan lingkungan kerja) yang menyebabkan beban kerja tambahan. Kerja fisik mengakibatkan pengeluaran energi yang berhubungan erat dengan konsumsi energi. Konsumsi energi pada )aktu kerja biasanya ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan pengukuran kecepatan denyut jantung dan konsumsi oksigen. 3entuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan berikut& M + '.8/,'' = /./11?/>8 N : ,.-'-''O '/#, N1 2.6. Penen!uan 7ak!u Kerja dan 7ak!u Is!ira'a! roblematik kelelahan akhirnya memba)a manajemen untuk selalu berupanya mencari jalan keluarnya. Selain memberikan )aktu istirahat yang cukup untuk proses pemulihan kondisi fisik yang lelah, beberapa penelitian telah berhasil membuktikan bah)a pengaturan )aktu kerja yang diselingi dengan beberapa kali )aktu istirahat di samping juga perubahan lamanya periode )aktu kerja bisa memberikan dampak perubahan terhadap efisiensi operator. Sebagai contoh, dari

suatu hasil penelitian ternyata dengan memperpendek jam kerja di pabrik dari 8 P jam0hari menjadi 8 jam0hari akan bisa menghasilkan peningkatan prestasi >C sampai '/C. Kesimpulan yang bisa ditarik dalam hal ini adalah dengan jam memperpendek output per harian akan jam jam, kerja harian akan menghasilkan memperpanjang per jamnya. kenaikan sebaliknya dengan

kerja

menjurus

memprlambat

kecepatan kerja yang akhirnya berakibat pada penurunan prestasi kerja enurunan total prestasi kerja tersebut cenderung diakibatkan oleh penurunan kecepatan kerja akibat kelelahan yang menjadi faktor#faktor penyebab utamanya. $emperpanjang jam kerja harian dengan lembur, misalnya bisa terlalu berlebihan tidak hanya memberikan hasil yang akan meragukan, tetapi juga akan diikuti dengan meningkatnya absent karena sakit atau rasa lelah yang berlebihan. enelitian yang berkaitan dengan pengukuran fisiologis kerja memberikan kesimpulan bah)a jam kerja 8 jam0hari sulit untuk dilampaui tanpa menimbulkan efek#efek negatif terhadap fisik manusia. enambahan jam kerja hanya bisa ditoleransi untuk jenis#jenis pekerjaan tertentu, ringan, non fisik dan banyak memiliki kesempatan untuk istirahat. engaturan jad)al kerja harian sebesar 8 jam0hari sudah merupakan hasil yang optimal. emberian istirahat pada dasarnya diperlukan untuk memulihkan kesegaran fisik ataupun mental bagi diri manusia atau pekerja. 7umlah total )aktu yang dibutuhkan untuk istirahat berkisar rata#rata '.Cdari total )aktu kerja. %etapi besar kecilnya persentase tersebut juga dapat tergantung pada tipe pekerjaannya. (ntuk pekerjaan normal fisik berat, persentase )aktu istirahat yang diperlukan bisa mencapai >/C. 3ekerja dengan frekuensi istirahat yang sering akan lebih baik dibandingkan dengan yang jarang. 3eberapa kali melakukan istirahat pendek akan memberikan hasil yang lebih baik ditinjau dari output yang dihasilkan maupun efek terhadap fisik tubuh dari pada diberikan sekaligus istirahat dalam jangka )aktu panjang.

(ntuk mengestimasi jumlah )aktu untuk istirahat yang baik harus dijad)alkan atau tidak terjad)al yang diperlukan dalam pelaksanaan kerja dapat diformulasikan& @ + % (K = S)0 K = ',. Dimana& @ + ;aktu istirahat yang diperlukan (menit) % + %otal )aktu yang dipergunakan untuk kerja (menit) K + @ata#rata energi yang dikonsumsikan untuk kerja (Kcal0menit) S + Standar beban kerja normal yang diaplikasikan (Kcal0menit) engaturan jad)al )aktu istirahat umumnya dilakukan dengan dasar pertimbangan pemakaian energi yang dikonsumsikan untuk kerja. (ntuk kegiatan#kegiatan yang dikualifikasikan ringan akan memerlukan )aktu istirahat sekitar '/#'. menit yang dijad)alkan pada pagi atau siang hari di luar jad)al istirahat makan siang pada periode )aktu kerjanya. (ntuk kergiatan#kegiatan yang bersifat rutin atau monoton seperti halnya kegiatan yang mengharuskan melakukan pengamatan atau penga)asan terus#menerus, maka akan memerlukan periode )aktu istirahat yang diatur dengan frekuensi yang lebih sering. 3agi seseorang professional umumnya akan lebih menyenangi jad)al istirahat yang diatur secara tidak tersruktur ketat. 2.8.

Anda mungkin juga menyukai