Anda di halaman 1dari 2

Pencegahan Xerostomia pada terapi radiasi dapat dilakukan dengan 3 cara. a.

Parotid-gland Sparing radiotherapy Merupakan teknik penyinaran terfokus sehingga dapat menghindari terpaparnya kelenjar saliva di sekitar tumor. Dapat dilakukan apabila menggunakan teknik radiasi terkomputerisasi (3-dimensional radiotherapy) (Mravak,2012) b. Penggunaan cytoprotectants Merupakan teknik pencegahan dengan menggunakan agen sitoprotektan untuk melindungi jaringan normal terhadap efek sitotoksik dari radioterapi dan/atau kemoterapi. Salah satu contoh sitoprotektan adalah amifostine. (Mravak,2012) c. Salivary gland transfer Merupakan teknik pencegahan xerostomia dengan cara bedah. Teknik ini dilakukan dengan cara memindahkan 1 glandula submandibular ke arae submental space. Tetapi teknik ini memiliki beberapa kelemahan yaitu: apabila pasien menolak tindakan bedah, dan apabila submental space juga masuk dalam area paparan radiasi. (Mravak,2012) Penatalaksanaan mukositis radiasi: a. Pemberian Analgesik Pemberian analgesik dalam bentuk cair atau larutan. Pemberian analgesik disesuaikan dengan tingkat keparahan mukositis yang diderita. Untuk perawatan mukositis ringan diberikan paracetamol dalam bentuk larutan yang dapat melapisi mukosa terinflamasi. Apabila mukositis bertambah parah, diberikan intermediate analgesik seperti dihidrokodein. Dan untuk mukositis yang parah, dapat diberikan morfin. (Mais, 2006) Contoh analgesik lainnya dapat berupa benzydamine dalam bentuk larutan. Pada saat penggunaan, pasien dapat merasakan sensasi terbakar pada mukosa terinflamasi, sehingga bisa diencerkan dengan air dengan perbandingan 50:50. (Mais, 2006) Dapat dilakukan beberapa cara untuk mencegah bertambah parahnya sensasi terbakar pada BMS (Sunil, 2012) a. Mengindari produk tembakau b. Menghindari produk yang mengandung mint atau cinnamon. c. Menghindari makanan dan minuman panas atau pedas. d. Menghindari makanan dan minuman asam. e. Melakukan kontrol stress. Tambahan: Waktu terjadinya beberapa masalah pada rongga mulut pada terapi radiasi. (Tschoppe, 2010) a. Kehilangan sesnsasi pengecapan pada hari ke-1 radiasi, hingga minggu ke 64 setelah radiasi. b. Mucositis terjadi pada hari ke-2 radiasi, hingga minggu ke 5 setelah radiasi. c. Xerostomia terjadi mulai hari ke-3 radiasi, hingga waktu yang tidak ditentukan tergantung keparahan kerusakan kelenjar saliva, dan pada beberapa kasus, kerusakan kelenjar saliva dapat bersifat permanen (irreversible) d. Karies radiasi terjadi mulai hari ke 6 radiasi. e. Pasien mulai rentan terhadap osteoradionecrosis pada minggu ke 48 setelah radiasi.

Daftar Pustaka 1. Mais, Kathleen. Mucositis from Radiotherapy to the Head and Neck. Journal Volume 1:2006. 2. Mravak, Marinka. Xerostomia Diagnostics and Treatment. Department of Oral Medicine, School of Dental Medicine, University of Zagreb, Zagreb, Croatia : 2012. 3. Tschoppe, Peter et al. Etiologic factors of hyposalivation and consequences for oral health. Quintessence publishing co. inc. : 2006. 4. Sunil, Anuradha et al. Clinical practice of burning mouth syndrome. Indian journal of clinical practice, vol. 23, no. 3 : 2012.

Anda mungkin juga menyukai