Anda di halaman 1dari 10

Kapasitas kalor Kristal Dalam Kristal-kristal atom bervibrasi.

Jika diselesaikan dengan mekanika kuantum maka energi vibrasi atom-atom dalam Kristal terkuantisasi. Kuantisasi getaran atom tersebut disebut fonon. Energy fonon dengan bilangan kuantum n adalah . Karena

jumlah fonon tidak konstan maka fungsi distribusi untuk fonon diperoleh dengan mengambil . Fungsi distribusi tersebut persis sama dengan fungsi distribusi untuk foton. Karena frekuensi fonon umumnya merupakan fungsi bilangan gelombang, , maka secara umum energy toal yang dimiliki fonon dalam Kristal dapat ditulis

] maka

Jika fonon memiliki sejumlah polarisasi dan polarisasi kep memiliki frekuensi energy total fonon setelah memperhitungkan polarisasi tersebut adalah

] dilakukan engan asumsi bahwa adalah integer. Tetapi jika

Penjumlahan terhadap

adalah variable kontinu maka penjumahan terhadap melakukan transformasi berikut ini

dapat diganti dengan integral dengan

Tetapi karena integral terhadap

merupakan fungsi

maka kita dapat mengubah integral terhadap

menjadi

dengan melakukan transformasi

Akhirnya kita dapat menulis menulis ulang persamaan (1.34) menjadi

Dari definisi energy dalam persamaan (1.37) maka kita dapat menentukan kapasitas panas yang didefinisikan sebagai berikut

Untuk menyederhanakan persamaan (1.38) mari kita lihat suku diferensial dalam persamaan tersebut. Untuk mempermudah kita misalkan . Dengan pemisalan tersebut maka

[ { [ [

] }

] ]

Dengan demikian, kapasitas kalor dapat ditulis { [ [ [ [ ] ] ] ] }

2.2.1 Model Einstein Untuk mencari kapasitas kalor Kristal, Einstein mengusulkan model bahwa semua fonon berisolasi dengan frekuensi karakteristik yang sama, ditulis dengan asumsi ini maka dapat

Di mana

merupakanfungsi data dirac. Dengan model ini kita dapatkan kapasitas

kalor Kristal untuk satu macam polarisasi saja sebesar [ [ [ [ [ [ ] ] ] ] ] ]

Untuk Kristal 3 dimensi, terdapat tiga arah polarisasi fonon yang mungkin (arah sumbu x, y, dan z).dengan menganggap bahwa ke tiga polarisasi tersebut memberikan sumbangan energy yang sama besar maka kapasitas kalor total menjadi tiga kali dari yang tampak dalam persamaan (1.41), yaitu menjadi * ( * + + ) dan T * .dalam kondisi T + akibatnya maka exp

Tinjau kasus-kasus khusus, yaitu ketika T [ ] sehingga exp [ [ ( [ ] ]) ]

Perhatikan suku pembilang danpenyebut pada persamaan (1.43).jika T penyebut [ ] dan suku pembilang * +

maka suku

sehingga kita dapat mengaproksimasi

Dengan aproksmasi ini maka persamaan (1.42) dapat ditulis menjadi

[ ( [ ]

] )

Dengan

bilangan Avogadro, n jumlah mold an R=

konstanta gas umum. Hasil ini

persis sama dengan teori klasik dari dulong-petit bahwa kapasitas kalor persatuan mol semua padatan adalah konstan, yaitu 3R. Gambar 1.7 adalah perbandingan hasil pengamatan kapasitas kalor intan (symbol) dan prediksi dengan model Einstein. Terdapat kesesuaian yang baik antara prediksi model tersebut dengan pengamatan, khususnya nilai kapasitas kalor yang menuju nol jika suhu menuju nol dan nilai kapasitas kalor menuju konstanta dulong-petit pada suhu tinggi.

Gambar 1.7 Kapasitas panas intan yang diperoleh dari pengamatan (simbol) dan prediksi menggunakan model kapasitas panas Einstein. Model Einstein dapat menjelaskan dengan baik kebergantugan kapasitas panas terhadap suhu. Sesuai dengan pengamatan experiment bahwa pada suhu menuju nol kapasitas panas menuju nol dan pada suhu tinggi kapasitas panas menuju nilai yang diramalkan Dulong-petit.Akan tetapi, masih ada sedikit penyimpangan antara data eksperimen dengan ramalan Einstein.Pada

suhu yang menuju nol, hasil eksperimen memperlihatkan bahwa kapasitas panas berubah sebagai fungsi kubik 9pangkat tiga) dari suhu, bukan seperti pada persamaan (1.42).oleh karena itu perlu penyempurnaan pada model Einstein untuk mendapatkan hasil yang persis sama dengan eksperimen.

2.2.2 Model Debeye Salah satu masalah yang muncul dalam model Einstein adalah asumsi bahwa semua fonon bervibrasi dengan frekuensi yang sama. Tidak ada justifikasi untuk asumsi ini.Asumsi ini digunakan semata-mata karena kemudahan mendapatkan solusi.Oleh karena itu hasil yang lebih tepat diharapkan muncul jika dianggap frekuensi fonon tidak seragam.Asumsi ini digunakan oleh Debeye untuk membangun teori kapasitas panas yang lebih teliti. Namun, sebelum masuk ke teori Debeye kita akan terlebih dahulu membahas kerapatan keadaan untuk kisi dalam usaha mencari ekspresi yang tepat untuk Frekuensi getaran kisi dalam Kristal secara umum tidak konstan, tetapi bergantung pada bilangan gelombang. Persamaan yang menyatakan kebergantungan frekuensi dengan bilangan gelombang dinamakan persamaan dispersi, . Dari persamaan dispersi

tersebut dapat diturunkan persamaan kerapatan keadaan sebagai berikut

Kebergantungan

terhadap

kadang sangat kompleks. Sebagai contoh, untuk Kristal satu [ ] , dengan m massa atom, C

dimensi, kita peroleh persamaan dispersi

konstanta pegas getaran kisi, dan a jarak antar atom dalam kisi (periodisitas). Namuun, jika sangat kecil, atau panjang gelombang yang besat ( persamaan aproksimasi , jika dapatkan sebuah

Dengan

disebut kecepatan grup. Dalam membangun model kapasitas panas, Deybe

mengambil asumsi sebagai berikut : i. Frekuensi getaran kisi memenuhi persamaan dispersi

ii.

Ada sebuah frekuensi maksimum,

yang boleh dimiliki fonon dalam kristal . , dan . Akhirnya

sehingga tidak ada fonon yang dimiliki frekuensi di atas Dari persamaan dispersi (1.46) kita dapatkan bahwa untuk sehingga kerapatan keaadaan pada persamaan (1.45) menjadi jika gabung

dengan asumsi kedua tentan adanya frekuensi maksimum getaran fonon

diperoleh ungkapan umum untuk kerapatan keadaan sebagai berikut :

Gambar 1.8Kurva kerapatan keadaan sebagai fungsi pada model Einstein dan Debeye Perbedaan kurva kerapatan keadaan sebagai fungsi pada model Einstein dan Deybe diperlihatkan pada gambar 1.8. Berapa nilai kita kembali pada defenisi bahwa frekuensi maksimum fonon adalah pada model Debye? Untuk menentukan

adalah jumlah keadaan per satuan frekuensi. Karena maka integral dari frekuensi 0 sampai

memberikan jumlah total keadaan yang dimiliki fonon, dan itu sama dengan jumlah atom, N . Jadi,

Yang memberikan ungkapan untuk frekuensi maksimum

Untuk kemudahan mari kita didefenisikan suhu Debye,

, berdasarkan hubungan ini

Dengan definisi di atas didapatkan

Kita asumsikan bahwa kapasitar kalor kisi yang dihasilkan oleh tiap polarisasi fonon sama besarnya. Karena terdapat tiga polarisasi getaran yang mungkinan maka penjumlahan terhadap indeks dalam persamaan (1.39) mengahasilakan tiga kali nilai per polarisasi.

Akibatnya, tanda sumasi dapat diganti dengan tiga dan kita peroleh kapasitas panas yang disumbangkan oleh semua polarisasi menjadi,

Untuk menyelesaikan integral pada persamaan (1.51) kita misalkan Dengan permisalan tersebut maka

Selanjutnya, syarat batas untuk x ditentukan sebagai berikut. Jika maka panas menjadi

maka

dan jika

. Dengan demikian, bentuk integral untuk kapasitas

Berdasarkan definisi atau

pada persamaan (1.50) maka dapat ditulis . Subtitusikan hubungan ini ke dalam persamaan (1.52) maka

diperoleh ungkapan kapasitas kalor dalam bentuk yang lebih sederhana sebagai berikut

Selanjutnya integral tidak bergantung lagi pada T dan hasil integral adalah sebuah bilangan. Jika menggunakan program Mathematic, maka diperoleh hasil integral pada persamaan (1.53) adalah

Dengan demikian, untuk T ( )

diperoleh

Dengan

Persamaan (1.56) sangat sesuai dengan hasil eksperimen.Sebaliknya, untuk penyebut pada persamaan (1.52) dapat diaproksmasi diaproksimasi sehingga

maka

dan pada pembilang dapat

Yang juga persis sama dengan ramalan Dulong-Petit.

Gambar 1.9 Kapasitas kalor argon padat diukur pada suhu jauh di bawah suhu Debeye. Garis adalah hasil perhitungan menggunakan teori Debeye (kittel, hal 125) Gambar diatas adalah hasil pengukuran kapasitas panas argon padat (titik-titik) beserta kurva yang diperoleh menggunakan model Deybe. Tampakbahwa ramalan Deybe tentang

kebergantungan kapasitas kalor pada pangkat tiga suhu sangat sesuai dengan hasil pengamatan. Teori Deybe dan Einstein hanya berbeda pada suhu rendah. Pada suhu agak tinggi, kedua teori tersebut memprediksi hasil yang sangat mirip dan pada suhu yang sangat tinggi ke dua teori memberikan prediksi yang sama persis sama dengan hukum Dulong-Petit.

Anda mungkin juga menyukai