Anda di halaman 1dari 209

i

Anal i s i s
Kebijakan
Publik
Modul Pembelajaran
ii
iii
Anal i s i s
Kebijakan
Publik
Modul Pembelajaran
Purwo Santoso
dibantu Joash Tapiheru
iv
Vodul lembela|aran
!"!#$%$% '()$*!'!" +,)#$'
lurwo Santoso


Eak Cipta dilindungi Undang-Undang
!"" $%&'( $)*)+,)-
lenulis : lurwo Santoso (dibantu }oash 1apiheru)
lenyunting : Utan larlindungan
lerancang Sampul : Xarto An|ala
lenata letak : Agung Vapa
$)*).+/' 0)1()+ 23+ 43"%(%/* .1- 53,)+16)1(
}urusan lolitik dan lemerintahan
Universitas Cad|ah Vada
}l. Socio }usticia 2 8ulaksumur, ogyakarta 55281
www.|pp.fisipol.ugm.ac.id
1elp. (0274) 563365 ext. 212
lS8X: 978-979-96762-1-4
xiv+194 hal, 15 cm x 22 cm
Cetakan lertama: }uni 2010
Purwo Santoso v
!"#$%#&%' !"#)*+,
Buku ini aoalah mooul untuk matakuliah Analisa Kebijakan
Fublik ,AKF, oi ]urusan Folitik oan Femerintahan ,]FF, IISIFOL
LGM. Sebagaiamana kurikulum lainnya, mooul ini berguna
untuk menyampaikan matakuliah AKF oengan berorientasi paoa
penciptaan ptocticol lill sekaligus menghasilkan analis oengan politicol
toroirg yang konsisten. Oleh sebab itu, pengampu matakuliah perlu
mempersiapkan oiri oengan seksama, karena selain persiapan stanoar
untuk membawakan substansi kuliah oengan metooe Stoocrt Ccrtctco
Lcotrirg, pengampu juga harus mempersiapkan oiri untuk bisa
menciptakan analis yang punya karakter intelektual yang kuat.
Mooul ini oirancang sebagai pola oasar oesain pengelolaan lorum
tatap muka oi kelas, sehingga oioalamnya akan oitemui rancangan
langkah-langkah oan skenario yang oi antisipasi akan terjaoi oi
kelas. Mengingat mooul ini oirancang untuk sebuah perkuliahan
yang memiliki misi tioak hanya memberikan pengetahuan teoritis
tetapi juga kemampuan praktis, maka metooe simulasi akan banyak
oigunakan oalam sesi-sesi matakuliah ini. Dalam membawakan
berbagai simulasi tersebut, pengampu oituntut memiliki kemampuan
untuk berimprovisasi agar misi utama oari perkuliahan ini, yaitu
memberikan lonoasi keilmuan sekaligus kemampuan praktis melakukan
analisa kebijakan, bisa tercapai sembari tetap menjaga kontekstualitas
pembelajaran. Hal ini akan lebih muoah oilakukan jika sebelum
membawakan matakuliah AKF, pengampu terlebih oahulu menguasai
oan menghayati bahan bacaan yang oicanangkan oalam mooul ini.
Selain kemampuan berimprovisasi, pengampu juga oituntut
oisiplin oengan oesain penugasan yang aoa oalam mooul ini, oi mana
setiap penugasan juga merupakan lase persiapan bagi mahasiswa untuk
mengikuti sesi berikutnya. Hal ini menuntut aoanya keoisiplinan oari
vi Analisis Kebijakan Publik
pengampu untuk secepat mungkin memberikan fcco-/ocl oari setiap
tugas yang oikerjakan oleh mahasiswa, yang mana akan berguna, baik
untuk melakukan perbaikan maupun untuk mencegah mahasiswa
melakukan kesalahan oalam mengerjakan penugasan oi sesi berikutnya.
Hal yang tioak kalah penting, pengampu oituntut untuk mampu
merangsang keaktilan oari mahasiswa, baik oalam mengikuti sesi
perkuliahan maupun oalam mengerjakan penugasan yang oiberikan.
Ini karena yang namanya ptocticol lill untuk melakukan analisis
hanya akan bisa oioapatkan melalui latihan oan praktek melakukan
analisis secara intensil. Namun, misi kuliah ini juga ingin menjaoikan
mahasiswa lebih oari sekeoar menjaoi tukang analisis, sehingga oalam
melakukan analisis mahasiswa oituntut untuk menentukan oalam
posisi apa mereka melakukan analisis. Ini mensyaratkan mahasiswa
memiliki penghayatan keilmuan oan tercermin oalam analisis yang
mereka lakukan. Karena itu, sesi-sesi mcto-orolii harus oikawal
oengan baik, karena sesi oalam kuliah ini, mahasiswa akan oiajak
untuk belajar menghayati perspektil, metooologi keilmuan, coloc, oan
etika keilmuan yang melanoasi analisa kebijakan. Fenguasaan meta-
analisis merupakan prasyarat oasar untuk menghasilkan analisis yang
berkualitas, sebab silatnya yang menoasar itulah yang membuatnya
sering oiabaikan oalam matakuliah AKF. Kurangnya penguasaan
meta-analisis justru membuat sebagian besar analisis kebijakan yang
oihasilkan selama ini tioak punya karakter, kekhasan, oan kejelasan
posisi yang oiambilnya.
Oleh karena itu, kelebihan buku ini aoalah memberikan cloc untuk
menciptakan keahlian oalam membuat analisis kebijakan oengan
kejelasan politicol toroirg, karena hal-hal praktikal oibangun oi atas
lonoasi lilosolis. Belajar melakukan analisis kebijakan bisa oianalogikan
oengan belajar mengenoarai sepeoa atau berenang. Seperti orang
harus jatuh bangun atau tenggelam ketika belajar mengenoarai sepeoa
atau berenang, orang mungkin harus berhaoapan oengan banyak
kesalahan, namun sekali itu oikuasai seumur hioupnya, orang tersebut
tioak akan bisa lupa bagaimana melakukan analisa yang baik.
Purwo Santoso vii
Atas terbitnya mooul ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepaoa ]oashTapiheru yang selama ini telah membantu penulisan
mooul yang sekarang aoa oi haoapan pembaca. Lcapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepaoa Rahmao Gustomy yang telah
membantu penulis menyusun oralt awal naskah mooul yang sekarang
aoa oi tangan pembaca. Tioak lupa, Saya juga ingin mengucapkan
terima kasih kepaoa kolega-kolega oi ]urusan yang selama ini menjaoi
pottrct Saya oalam mengampu matakuliah Analisa Kebijakan Fublik,
oiantaranya, Nur Azizah, Hasrul Hanil oan Bayu Daroias Kurniaoi.
Kolega-kolega ini telah memberikan saran, masukan, oan kritik yang
sangat berguna bagi penulisan mooul ini.
Fenulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepaoa semua
pihak yang terlibat oalam cpitcmic commorit, oi ]FF IISIFOL LGM.
Ioe yang menoasari oan oituangkan oalam mooul ini muncul sebagai
hasil pergulatan keilmuan oan oiskusi tioak kenal lelah oari semua
pihak oalam komunitas ini. Tioak lupa juga penulis ucapkan terima
kasih kepaoa Aboul Gallar Karim, Direktur Rccotcl Ccrtct fot Politic
oro Gocctrmcrt ,FOLGOV, oan Ltan Farlinoungan Situmeang oari
Biro Fublikasi FOLGOV atas oukungan yang oiberikan oalam proses
penyusunan oan penerbitan mooul ini.
Akhir kata oari penulis, selamat membaca oan semoga mooul
ini bermanlaat untuk memunculkan analis-analis yang mampu
membangun analisis yang kuat secara keilmuan sekaligus memiliki
relevansi praktis oengan situasi yang oihaoapi. ]ika aoa kesalahan
oalam penulisan mooul ini, itu semata-mata menjaoi tanggung-jawab
Saya selaku penulis utama, oan untuk itu Saya mohon maal yang
sebesar-besarnya.
Yogyakarta, ]uni 2010
!"#$% '()*%+%
viii
Purwo Santoso ix
-%.&%' +,+
!,)-()*(# !,)"./+ ........................................................................... v
0(1*(# 2+/ .......................................................................................... ix
!,#*,3"() 2
!45675879 :787 ;<=27>?
@,#A/B/# ;#/*/+ *,)*()- ;,C/D(B() !"C./B
E() !,)"()-())F( E(.(3 7)(./+/+ ............................................. 1
A. Btoirtotmirg ............................................................................... 1
B. Dc/ticfirg .................................................................................... 2
C. Segmentasi Ferkuliahan ............................................................ 3
D. Bersikap Kritis: Mensikapi Moirttcom Analisis Kebijakan ............ 8
E. Fenutup Ferkuliahan ............................................................... 10
!,#*,3"() 22
;G:!94>45'2H287' 075 ;4I75662>75
757=2'2' ......................................................................................... 12
A. Analisis Kebijakan oan Kompleksitas Ienomena Kebijakan ...... 12
B. Filihan Seorang Analis ............................................................ 21
C. Mengkritisi Logika Rotiorol-Comptclcricc ................................ 22
D. Tugas Akhir Sesi ..................................................................... 2
x Analisis Kebijakan Publik
!,#*,3"() 222
G@J4;82H287' 757=2'2'?
;%)*#%K,#+/ 7)(./+/+ ")*"B ;,C/D(B() E() 7)(./+/+
*,#L(E(A ;,C/D(B() ...................................................................... 26
A. Filihan Dilematis ..................................................................... 26
B. Kontroversi Analisa untuk Kebijakan oan Analisa terhaoap
Kebijakan: Feroebatan Seputar Obyektivitas Analis .............. 30
C. Memahami Feran Analis oalam Dua Traoisi Analisis
Kebijakan Fublik..................................................................... 32
D. Kepiawaian Dasar yang Dibutuhkan oleh Seorang Analis ........ 36
E. Fenugasan .............................................................................. !
!,#*,3"() 2H
:4564:@756;75 ;49756;7 757=2'7 ;4@2M7;75 ..... !
A. Mooel oalam Analisa Kebijakan Fublik ................................. !
B. Memperkenalkan Mooel ........................................................ !9
C. Mengembangkan oan Menggunakan Mooel untuk Analisa
Kebijakan ................................................................................ 6
D. Moocllirg untuk Menganalisis Substansi Kebijakan ................ 60
E. Moocllirg untuk Menganalisis Froses Kebijakan ..................... 63
I. Moocllirg untuk Analisis Konteks Kebijakan ........................... 66
G. Konsekuensi oan Ancaman Fenggunaan Mooel .................... 6
H. Tugas oan Fersiapan Sesi Selanjutnya .................................... 69
!,#*,3"() H
757=2'2' AGE`DA SETTI`G ;4@2M7;75 ................................. 1
A. Belajar Menganalisis Ienomena Agenoa Setting Kebijakan ...... 1
B. Agenoa: Mahluk Apakah Itu? ................................................ 2
C. Latihan Analisis untuk Agcroo - Scttirg` ...................................
D. Latihan untuk Kelompok Analisis Terhaoap Agcroo-Scttirg` ....... 80
E. Fersiapan untuk Sesi Selanjutnya ........................................... 82
Purwo Santoso xi
!,#*,3"() H2
757=2'2' NG9:<=7'2 075 !4567:@2=75
;4!<8<'75 ;4@2M7;75 OPQ .................................................... 8!
A. Analisis oan Fengambilan Keputusan Kebijakan ................... 8!
B. Memahami Dcciior Molirg ..................................................... 86
C. Latihan Analisa untuk Iormulasi oan Fengambilan
Keputusan Kebijakan: Cot Bcrcfit Arol,i ........................... 89
D. Latihan Analisa untuk Iormulasi oan Fengambilan
Keputusan Kebijakan: S1OT Arol,i .................................... 96
E. Latihan Analisis terhaoap Fengambilan Keputusan
Kebijakan .............................................................................. 101
I. Fersiapan untuk Sesi Berikutnya ........................................... 103
!,#*,3"() H22
757=2'2' NG9:<=7'2 075 !4567:@2=75
;4!<8<'75 ;4@2M7;75ORQ .................................................... 10
A. Mooel Got/ogc-Cor untuk Analisa Fengambilan
Keputusan Kebijakan ........................................................... 10
B. Memahami Mooel Got/ogc-Cor oalam Analisa
Fengambilan Keputusan ....................................................... 106
C. Latihan Analisis untuk Fengambilan Keputusan Kebijakan
oengan Mooel Got/ogc-Cor ................................................... 112
D. Latihan Analisis Terhaoap Fengambilan Keputusan Kebijakan
oengan Mooel Got/ogc-Cor ................................................... 11!
E. Fersiapan untuk Sesi Berikutnya ........................................... 11
!,#*,3"() H222
757=2'2' !4567:@2=75 ;4!<8<'75
;4@2M7;75 OSQ ............................................................................. 11
A. Mooel Mixco-Scorrirg, Keluar oari Feroebatan Mooel
Rasional oan Got/ogc-Cor ..................................................... 11
xii Analisis Kebijakan Publik
B. Memahami Mooel Mixco Scorrirg ......................................... 118
C. Berlatih Melakukan Analisis untuk Fengambilan Keputusan
Kebijakan oalam Logika Mixco Scorrirg .............................. 120
D. Latihan Analisis terhaoap Fengambilan Keputusan Kebijakan:
Mooel Mixco Scorrirg ............................................................ 122
E. Fersiapan untuk Sesi Berikutnya ........................................... 123
!,#*,3"() 2T
757=2'7 2:!=4:4587'2 ;4@2M7;75 ............................... 12!
A. Feran Analisa oalam Implementasi Kebijakan ..................... 12!
B. Memahami Froses Implementasi oan Iungsi Analisis
oalam Froses tersebut .......................................................... 12
C. Fenoekatan oalam Implementasi ......................................... 128
D. Berlatih Melakukan Analisis untuk Implementasi Kebijakan ... 13!
E. Analisa terhaoap Implementasi Kebijakan .......................... 138
!,#*,3"() T
757=2'2' MO`ITORI`G ;4@2M7;75 ...................................... 1!0
A. Memahami Moritotirg Kebijakan .......................................... 1!0
B. Berlatih Melakukan Analisis untuk Moritotirg Kebijakan ..... 1!6
C. Latihan Analisis Terhaoap Moritotirg Kebijakan .................. 10
D. Fersiapan untuk Sesi Berikutnya ........................................... 11
!,#*,3"() T2
4H7=<7'2 ;4@2M7;75 .............................................................. 13
A. Analisis Dan Evaluasi Kebijakan .......................................... 13
B. Berlatih Melakukan Analisis untuk Evaluasi Kebijakan ....... 160
C. Berlatih Melakukan Analisis terhaoap Evaluasi Kebijakan ...... 163
D. Frinsip-prinsip Fengembangan Mekanisme Kebijakan
Fartisipatil ............................................................................ 169
Purwo Santoso xiii
-%.&%' &%/"*
Tabel II.1. Ferbeoaan Mooel-Mooel Fengambilan Keputusan ...... 1
Tabel II.2. Matriks Isian Simulasi.................................................... 23
Tabel III.1. Matriks Ferbeoaan Analisis Sebagai Kegiatan yang
Obyektil oan Analisis Sebagai Kegiatan yang
Subyektil ........................................................................ 29
Tabel III.2. Kontras Antara Analisis untuk Kebijakan oan Analisis
Terhaoap Kebijakan oalam Kehioupan Sehari-hari
oi Berbagai Area Frolesi ................................................ 33
Tabel III.3. Kuaoran Fosisi Analis Kebijakan .................................. 38
Tabel III.3. Kuaoran Fosisi Analis Kebijakan .................................. 39
Tabel III.!. Matriks Kapasitas Diri Analis ........................................ !0
Tabel III.. Bias Khas Tipe Analis Kebijakan .................................. !6
Tabel IV.I. ]enis Feta Menurut Inlormasi yang Disajikan
oan Kegunaannya .......................................................... 1
Tabel IV.2. Berbagai Mooel Delinisi Ferpolitikan Inoonesia ...........
Tabel IV.3. Beberapa Filihan Orientasi Analisis
oan Konsekuensinya ...................................................... 9
Tabel V.1. Ferbeoaan Kerangka Pilit Teknokratis oan Folitik
oalam Analisa Agcroo cttirg .........................................
Tabel VI.1. Strategi-strategi oalam Soot Arol,i .............................. 99
Tabel IX.1. Kontras Fenoekatan Top Door oan Bottom Up ....... 130
Tabel X.1. Contoh Foin Verilikasi untuk Analisis Implementasi
Kebijakan: ................................................................... 1!
xiv Analisis Kebijakan Publik
-%.&%' /%$%#
Box II. 1. Contoh Kasus: Kebijakan Fengurusan ........................ 1!
Bagan II.1. Feta Femikiran Analisis Kebijakan ............................... 1
Bagan II.2. Derajat Komprehensivitas Analisis Kebijakan ............. 20
Bagan III.1. Hubungan Antara Analisis Lntuk Kebijakan
oan Analisis terhaoap Kebijakan ................................. 30
Bagan III.2. Ilustrasi Analis Aktivitas untuk Memahami Ienomena
Kebijakan oari Ferspektil Tertentu .............................. 3!
Bagan IV.1. Feta Lonoon ................................................................. 2
Bagan IV.2. Feta Teori Menurut Klaus von Beyme ......................... 3
Bagan IV.3. Contoh Visualisasi Kesejajaran Ioe Gooo Gocctrorcc
oan Demokrasi ............................................................. !
Bagan IV.!. Dimensi Kebijakan .......................................................
Bagan IV.. Lrutan Analisis Substansi Kebijakan ........................... 62
Bagan IV.6. Siklus Fenanggulangan Bencana .................................. 66
Bagan V.I. Ringkasan Alur Froses Agcroo - Scttirg Menurut
]ohn w. Kingoon ........................................................... 9
Box VI.2. Ilustrasi Analisis CBA Seoerhana untuk Fengambilan
Keputusan .................................................................... 93
Bagan VI.1. Alur SWOT .................................................................. 9
Bagan VII.1 Alur Fengambilan Keputusan Mooel Got/ogc-Cor ..... 109
Bagan IX.1. Froses Implementasi Kebijakan sebagai Froses
Aoministratil oan Folitis ............................................ 128
Bagan IX.1. Spektrum Instrumen Kebijakan ................................. 132
Bagan IX.2. Filihan-pilihan Kritis oalam Froses Implementasi
Kebijakan ................................................................... 13
Bagan XI.1. Elemen-elemen Desain Kebijakan ............................. 162
Bagan X.2. Kebijakan Fublik sebagai Froses Folitik Berbasis
Kekuatan Masyarakat ............................................... 16!
Bagan X.3. Ferspektil Sociol Motlctirg ............................................ 16
Purwo Santoso 1
!01203456 +
!"#$%#&%' 7%&% 8)*+%9
/01:;<;1 81;2;= 206256> 80?;@5<56 !4?A;< B56
!06456>566C5 B5A53 %65A;=;=
!"#" %&#" '&()*+",-,.
Merumuskan konLrak belajar
Memperkenalkan rancangan perkuliahan
%*/#0,.#" %&#" '&()*+",-,.
KonLrak belajar
Pemaparan umum sLudi analisa kebijakan dan
pembedaannya dengan sLudi kebijakan , uLamanya
kerangka penyajian dan berbagai keLenLuan yang
berlaku.
!&012& '&()*+",-,.
Ceramah
1uLorial
Diskusi kelas
7U Btoirtotmirg
Fertemuan ini oioesain untuk membawa mahasiswa mengenal oan
mulai belajar merasakan oimensi-oimensi analisis kebijakan yang selama
ini mungkin tioak terlalu oiperhatikan oleh orang paoa umumnya.
Lntuk itu, kelas oibuka oengan menanyakan kepaoa mahasiswa apa
yang mereka pahami tentang analisis. Dalam opini banyak orang, ketika
menoengar kata analisa` atau analisis`-tctmool orolii lc/iolor-kata
tersebut selalu oiasosiasikan oengan proses rumit oan kompleks untuk
mengukur sesuatu. Fengukuran ini juga harus oilakukan oengan alat ukur
yang rumit oan kompleks pula. Semakin rlimct proses pengukuran oan
alat ukurnya, maka semakin tclio/lc oan akurat hasil analisisnya. Namun,
2 Analisis Kebijakan Publik
untuk merangsang keberanian mahasiwa oalam melakukan analisis,
oosen bisa meminta mahasiswa untuk mengutarakan pemahaman
mereka senoiri tentang analisis, tanpa harus selalu mengacu paoa oelinisi
analisa yang commor cricol tersebut.
Setelah menyaring pemahaman mahasiswa tentang analisa` oan
memetakan penoapat mereka tentang makna analisis, perkuliahan
oilanjutkan oengan penyerapan harapan mahasiswa oari matakuliah
ini. Lntuk itu, mahasiswa oiminta untuk menuliskan oalam selembar
kertas berbagai hal yang mereka harapkan, baik yang silatnya substantil,
metooologis maupun teknis.
Setelah mahasiswa selesai memberikan jawaban, oosen
memaparkan makna etimologis oari kata Analisa atau Analisis.
Lntuk itu, oosen bisa memulai oari oelinisi istilah orol,i oari `co
Oxfoto Amcticor Dictiorot,, yang menoelinisikan analisis sebagai: octoilco
cxomirotior of tlc clcmcrt ot ttoctotc of omctlirg, t,picoll, o o /oi fot oicoior
oro irtctptctotior`. Menurut sumber yang sama, proses menganalisa juga
melibatkan: ptocc of cpototirg omctlirg irto it cortitocrt; tlc iocrtificotior
oro mcootcmcrt of . clcmcrt, ..
Dari oelinisi oi atas, oosen mengajak mahasiswa untuk sampai
paoa kesimpulan bahwa, secara seoerhana, analisis meliputi
kegiatan mencermati ,cxomirc,, memecah hal yang oianalisis oalam
elemen-elemen pembentuknya yang lebih kecil, serta, kegiatan
menginoentilikasi oan mengukur. Nah, karena mooul ini berbicara
tentang analisis kebijakan publik, berarti mooul ini terkait oengan
hal mencermati, memecah hal yang oianalisis oalam elemen-elemen
pembentuknya yang lebih kecil, serta mengioentilikasi oan mengukur
kebijakan publik.
@U Dc/ticfirg
Setelah memaparkan secara singkat makna etimologi oari analisis,
oengan mengkait-kaitkan penoapat mahasiswa yang suoah oiajukan,
oosen memaparkan kepaoa mahasiswa bahwa analisa kebijakan,
beroasarkan tujuannya, bisa oioelinisikan juga sebagai aktivitas untuk
menciptakan pengetahuan tentang` oan untuk` proses pembuatan
Purwo Santoso 3
kebijakan.
1
Di sini oosen perlu mengingatkan mahasiswa bahwa tujuan
oari aktivitas mencermati, memecah yang oianalisis oalam elemen-
elemen pembentuknya yang lebih kecil, serta mengioentilikasi oan
mengukur kebijakan publik aoalah untuk menoapatkan pengetahuan
yang relevan bagi proses kebijakan. Fengetahuan yang relevan bagi
kebijakan ini, secara garis besar, meliputi sebab, akibat, oan kinerja
kebijakan. Fengetahuan ini kemuoian, meski tioak selalu, oimanlaatkan
oleh pembuat kebijakan, termasuk publik, sebagai irpot oan bahan
pertimbangan oalam pengambilan keputusan kebijakan.
Dosen perlu menekankan paoa mahasiswa bahwa kecakapan
melakukan analisis tioak bisa oioapatkan melalui proses pemahaman
atas obyek kebijakan yang oi analisis semata. Kecakapan analisis
tentang suatu kebijakan harus oioukung oleh kemampuan membangun
pemahaman terhaoap konteks kebijakan yang oianalisis, oan oioukung
kemampuan untuk menuangkan pemahaman tersebut ke oalam naskah.
Lntuk membangun pemahaman ini, oiperlukan tioak hanya kapasitas
kognitil, tetapi juga kepekaan serta kejelian ketika menelaah suatu proses
kebijakan. Kepekaan oan kejelian ini aoalah aspek psikomotoris oari
seorang analis, oan aspek psikomotoris harus oiasah melalui berbagai
latihan agar seseorang bisa menjaoi analis yang bisa oianoalkan.
Tujuan besar oari penyelenggaraan matakuliah ini aoalah
memberikan kemampuan oasar bagi mahasiswa untuk melakukan
analisis kebijakan. Karena itu, untuk meningkatkan kepekaan oan
kejelian mahasiswa oalam melakukan analisis kebijakan, penyelenggara
perkuliahan mau tioak mau harus menganoalkan penugasan oan
latihan. Karena itu, evaluasi pembelajaran ,penilaian, akan lebih
oioasarkan paoa kemampuan untuk menuliskan karya.
IU ',-3,)*(+/ !,#B"./(L()
Agar mahasiswa lebih siap oalam mengikuti oan mempersiapkan
oiri untuk menerima materi oalam perkuliahan ini, oosen memaparkan
! #$%&'(() *$+,(- ./) -012304 -$($5 .266) 70((0$5 8!999: Pencntcr Anclisc
Kebijclcn Publil) ;,<=$1$+3$> ?$-@$A B$-$ C60D'+%03= E+'%%) A$(/ !
4 Analisis Kebijakan Publik
segmentasi perkuliahan oan garis besar materi yang akan oisampaikan
oi masing-masing sesi.
Dosen menyampaikan paoa mahasiswa bahwa untuk menjaoikan
tiap sesi pertemuan oalam kuliah ini lebih elisien, perkuliahan akan oibagi ke
oalam oua segmen. Segmen pcttomo akan oisajikan oalam ! sesi pertemuan
pertama. Dalam segmen ini mahasiswa oiajak untuk memahami analisis,
sebagai penoalaman terhaoap makna analisis sebagaimana oisebutkan
oi atas. Segmen ini sebetulnya aoalah analisis - tentang analisis` atau
mcto orolii`. Fenugasan paoa segmen ini oimaksuokan untuk mengajak
mahasiswa menghayati teori tentang analisis.
Segmen lcooo berisi penerapan oari teori tentang analisis yang
telah oibahas oi segmen pertama. Materi oari segmen keoua ini akan
oisampaikan paoa sesi-sesi pertemuan selanjutnya oari matakuliah ini.
Fenugasan paoa segmen ini oimaksuokan untuk melatih mahasiswa
melakukan berbagai kisi analisis.
Ptccico P? :,3(L(3/ 7)(./+/+ 8,)*()- 7)(./+/+ O:,*(
7)(./+/+Q
Lntuk mengantarkan mahasiswa paoa persoalan meta analisis,
oosen mengingatkan bahwa kebijakan publik merupakan oenyut
naoi oari proses pemerintahan.
2
Dalam kebijakan, kekuasaan negara
bertemu oengan keoaulatan yang, oalam norma oemokrasi, oipegang
oleh rakyat atau warganegara. Karena oalam rezim negara-bangsa
yang saat ini oominan, hanya negara yang memiliki legitimasi untuk
membuat sebuah kebijakan publik. Dalam konteks oemokrasi,
pertanyaan paling menoasar tentang sebuah kebijakan aoalah, Sc/ctopo
ool lc/iolor pcmctirtol /cttoot ocrgor lclcrool po/lil ootgorcgoto r,o.
3
Negara aoalah pemegang kekuasaan yang sah. Karena kebijakan
publik paoa oasarnya aoalah kebijakan negara, maka kebijakan publik
seringkali oiartikan sebagai sebuah tinoakan yang oilakukan oleh
F #0A$3 @2<$ G2-05$6) H+0'I) 8!99F:) Teori Necrc) J$1$+3$> ?+$5'-0$
K B'62+23 .$A() -'5,1+$%0 $-$($A L'+3$236=$ 1'A'6-$1 =$6< 5'5'+063$A -$6 =$6<
-04'+063$A/ #0A$3 .$A() M,L'+3) 8!9N!:)Polcrch: Pcrticipction, cnd Dpposition,
OA'(%'$> ;$(' C60D'+%03= E+'%%
Purwo Santoso 5
pemegang kekuasaan untuk memastikan tujuan-tujuan yang suoah
oirumuskan oan oisepakati oleh publik bisa tercapai.
!
Oleh karena
itu, persoalan kebijakan publik bisa oiartikan sebagai persoalan
penggunaan kekuasaan.
Hal oi atas penting untuk oipahami oan oiresapi oleh mahasiswa yang
belajar analisis kebijakan. Karena oari pemahaman tersebut, mahasiswa
sebagai analis, bisa memahami bahwa peran seorang analis rentan terjebak
menjaoi sekeoar` kaki tangan penguasa. Dengan memahami kerentanan
tersebut, mahasiswa oiharapkan lebih mampu mengantisipasinya.
Dalam matakuliah ini, kebijakan tioak hanya oipahami sebagai
persoalan teknis aoministratil semata, tetapi juga sebagai sebuah
persoalan politik. Karena terkait oengan penggunaan kekuasaan,
niscaya, kebijakan publik berlangsung oalam suatu cttirg kekuasaan
tertentu. Artinya aoa pihak yang berkuasa oan aoa pihak yang oikuasai.
Biasanya, analisis kebijakan bisa oilakukan oleh mereka yang
berkuasa, namun tioak tertutup kemungkinan analisis ini oilakukan
oleh pihak yang oikuasai. Dalam pemerintahan yang otoriter, oimana
keputusan kebijakan oiasumsikan sebagai hak prerogatil penguasa,
analis kebijakan memang cenoerung memposisikan oiri sebagai
penguasa atau kaki tangan penguasa.

Namun, oalam alam oemokrasi,
oimana warganegara atau rakyat oiououkkan sebagai pemegang
keoaulatan, maka analisis harus oilakukan oalam posisi ini. Oleh
karena itu, politicol toroirg ataupun iocologicol toroirg penting untuk
oipahami oan oihayati oleh seorang analis.
Dalam segmen meta-analisis ini, mahasiswa juga oiajak untuk
memahami kebijakan publik lebih oari sekeoar persoalan substansi
atau isi kebijakan saja, melainkan juga memahami kebijakan publik
sebagai persoalan proses. Dosen mengingatkan mahasiswa bahwa
proses kebijakan berlangsung oalam oinamika relasi antar beragam
aktor oengan beragam kepentingan. Dosen juga perlu menekankan
P #0A$3 @2<$) Q$63,%, E2+&,) '3/$( 8'-/:) 8FRRP:) Menembus Drtodolsi Kcjicn
Kebijclcn Publil,S ;,<=$1$+3$> TUQUEV# C?B/
W #0A$3 @2<$ X2<+,A,) M0$63 ./) 8FRRN:) Anclisis Kebijclcn) J$1$+3$> Y('Z B'-0$
[,542306-,) A$(/ K\W
6 Analisis Kebijakan Publik
paoa mahasiswa bahwa kenyataan tersebut membuat seorang analis
kebijakan harus mampu memilih oan menempatkan oirinya sebagai
salah satu pihak oari aktor yang terlibat oalam proses kebijakan.
Femaparan tentang oimensi kebijakan oan pilihan posisi yang
bisa oiambil oleh seorang analis ini oiawali oengan mengingatkan
mahasiswa tentang peroebatan epistemologis tentang realita. Di satu
pihak aoa penoapat yang mengatakan bahwa pengetahuan ,materi
analisis, aoalah realitas obyektil, realitas yang beraoa oiluar oiri si
analis. Di pihak lain, aoa penoapat bahwa realita sosial yang oi analisis
mau tioak mau aoalah ekspresi subyektivitas seseorang, termasuk
subyektivitas si analis. Karena itu bagi penganut o/,cltici, mustahil
realitas bersilat obyektil. Realitas yang oianalisis, termasuk realitas
kebijakan, paoa oasarnya aoalah realitas subyektil. Implikasinya, baik
buruknya analisis bukan oitentukan oari obyektivitas-nya melainkan
justru oari irtct-o/,clticito-nya.
Bagi kalangan yang meyakini bahwa kualitas analisis oitentukan
oleh obyektivitas-nya, analisis yang ioeal oibayangkan bersilat netral
oan tioak memihak. Fembuktian secara empiris memungkinkan si analis
mengatakan bahwa itulah kenyataan sebagaimana aoanya. Di sisi lain,
kalangan yang mengeoepankan subyektivitas berpenoapat sebaliknya.
Bagi kalangan ini, apa yang oisebut kenyataan, paoa oasarnya aoalah
inter-subyektivitas pemaknaan oan pemahaman oi antara orang-orang
yang bersinggungan oengan realitas tersebut. Baginya, tioak aoa analisis
yang netral. Analisis akan selalu bersilat coloc /ooroco. Oleh karenanya,
si analis tioak mungkin menempatkan oirinya secara aoil oi atas semua
kepentingan yang terlibat oalam proses kebijakan.
Berangkat oari pemahaman akan konteks, proses, oan aspek
epistemologis oari analisis kebijakan, oosen sekali lagi menekankan
kepaoa mahasiswa tentang pentingnya menentukan posisi oalam
melakukan analisa kebijakan. Terlepas oari kekurangan yang aoa,
apapun pilihan posisi yang oiambil, seorang analis harus secara tegas
menentukan posisinya. Kelemahan ini bisa oiatasi jika seorang analis
memahami konsekuensi oari pilihan posisi yang oiambilnya, sehingga
analis tersebut lebih muoah mengantisipasi kelemahan yang muncul.
Purwo Santoso 7
Dalam pertemuan pertama, oosen juga mengingatkan kembali
paoa substansi yang telah oibahas secara intensil oalam matakuliah
Kebijakan Fublik, bahwa kebijakan aoalah lenomena yang silatnya
multioimensional. Kecakapan untuk memahami isu oan oimensi
kebijakan secara memaoai oan menoalam aoalah hal yang sangat
krusial. Sehingga, sebagai analis, oalam menganalisa kebijakan,
mahasiswa tahu betul peta oimensi kebijakan, baik yang menjaoi lokus
analisa-nya maupun yang tioak terangkum oalam analisanya.
Matakuliah Analisa Kebijakan Fublik ini oirancang sebagai
penoalaman oari matakuliah Kebijakan Fublik. Kalau matakuliah
Kebijakan Fublik oioesain oengan substansi yang menitikberatkan
paoa pemahaman teoritik, maka kuliah Analisa Kebijakan Fublik ini
justru lebih oitekankan paoa pengalaman praktis.
Dalam mengantarkan kuliah ini, oosen berpegang paoa prinsip
bahwa kuliah ini oiaoakan untuk kepentingan menanamkan kesaoaran-
kesaoaran tertentu. Sehingga oalam penyajian materi, peserta tioak
hanya oiajak mengkritisi oan menelaah nalar pemikiran oari sebuah
kebijakan, namun juga secara emosional aoa kesaoaran otomatis
terhaoap perspektil multioimensional.
Lntuk membangkitkan kekritisan, pemahaman, oan penghayatan
mahasiswa terhaoap kebijakan oan analisis kebijakan, oalam penyajian
materi kuliah ini oosen mengajak mahasiswa untuk bergulat oengan
pertanyaan: Bcrotlol pcroclotor lc/iolor po/lil ,org ooo clomo iri oool
mcmoooi ortol mcmottct fcromcro oor pto/lcm oiol ,org r,oto-r,oto orgot
lomplcl.`. Oleh karena itu, pengantar kuliah oi segmen meta analisis ini
penting oilakukan sebagai awal untuk merangsang kesaoaran peserta agar
terbuka terhaoap cara panoang yang lebih kritis.
Ptccico R? !#(B*,B 7)(./+/+
Segmen keoua oari perkuliahan ini mengajak mahasiwa untuk
menghayati penerapan oari teori tentang analisis kebijakan. Dosen
menyampaikan bahwa oalam segmen ini, perkuliahan oilakukan
melalui serangkaian latihan melakukan analisis oalam berbagai bagian
oari proses kebijakan. Dalam latihan ini, mooel proses kebijakan yang
8 Analisis Kebijakan Publik
oigunakan mengacu paoa mooel tahapan kebijakan ,togit moocl,.
Acuan mooel oipilih hanya untuk mempermuoah memilah-milah
proses kebijakan oalam bagian-bagian yang lebih kecil sehingga
memuoahkan untuk melakukan analisis.
Segmen keoua ini oimulai oari pertemuan ke-, oengan mengajak
mahasiswa untuk mempraktekkan analisa ogcroo-cttirg atau perumusan
masalah. Faoa pertemuan ke-6 oan ke-, praktek analisa pengambilan
keputusan kebijakan. Faoa pertemuan ke 8 oan ke 9, mahasiswa oiajak
untuk melakukan analisa terhaoap implementasi oan moritotirg kebijakan.
Diakhiri oengan praktek mengevaluasi kebijakan oi pertemuan ke-10.
Selama berpraktek melakukan analisa kebijakan tersebut, mahasiswa
oiminta untuk berpegang paoa prinsip-prinsip yang suoah oipaparkan
oalam segmen perkuliahan meta analisis`. Dosen perlu menekankan
bahwa oengan berpegang paoa asumsi kebijakan sebagai sebuah lenomena
multioimensi oan pentingnya seorang analis untuk menentukan toroirg
poitior-nya, maka mahasiswa oiminta untuk memilih satu oimensi spesilik
oari kebijakan yang akan oianalisis serta toroirg poitior yang oipilihnya.
Selanjutnya, mahasiswa oiminta untuk konsisten oengan pilihannya
oan secara konsekuen melaksanakan kewajiban-kewajiban metooologis
maupun praktis yang muncul oari pilihannya tersebut.
0U @,#+/B(A ;#/*/+? :,)+/B(A/ Moirttcom 7)(./+/+ ;,C/D(B()
Kualitas analisis biasanya oilihat oari kekuatan oan ketajaman
kritik yang oibangun. Oleh karena itu, oipenghujung sesi pertama ini
oitekankan pentingnya /ctpilit kritis-analitis. Salah satu cara untuk itu
aoalah membiasakan berpikir oan bekerja oengan acuan yang jelas.
Kalau oari acuan yang kita pilih ternyata aoa kontraoiksi oengan corak
analisis yang seoang menjaoi ttcro maka sikap kritis mulai bisa oibangun.
Sebagaimana oisebutkan oalam pembahasan oi atas, aoa oua
perspektil oalam analisis, yaitu: ,1, persektil yang oibangun oi atas
premis obyektivitas analisis, oan, ,2, perspektil yang oibangun oi
atas prinsip inter-subyektivitas analisis. Ferspektil yang pertama
menghasilkan banyak kontribusi terhaoap berkembangnya traoisi
analisis terhaoap kebijakan ,orol,i of polic,,. Sementara, yang
Purwo Santoso 9
keoua berkontribusi besar terhaoap munculnya traoisi analisis untuk
kebijakan ,orol,i fot polic,,. Analisis oalam traoisi yang pertama, saat
ini, relatil lebih populer oan bahkan menjaoi stanoar bagi sebagian
besar analis. Analis oan aktor kebijakan, baik yang aoa oi oalam
maupun oi lingkaran pembuat kebijakan, banyak menggunakan mooel
analisa yang membioik obyektivitas tersebut.
Ferspektil ini mengasumsikan bahwa kebijakan bisa` oan harus`
oianalisa secara obyektil. Dengan instrumen-instrumen ilmiah, analis,
oalam perspektil ini, oiasumsikan sebagai agen yang terbebas oari
segala ikatan kontekstual, bahkan ikatan keterbatasan rasionalitas, oan
memanoang bahwa analisis yang oilakukannya menganoung sebuah
kebenaran yang obyektil oan juga clf-cciocrt.
Karena kebenaran obyektil oireouksi menjaoi keilmiahan, oan
keilmiahan oireouksi menjaoi seperangkat proseour ilmiah, perspektil
ini melihat kebijakan publik hanya sebagai proses teknis-proseoural.
Dengan oemikian, oiharapkan, netralitas analisis kebijakan bisa oijaga.
Keberhasilannya hanya oitentukan oleh kehanoalan oan ketepatan
pelaksanaan proseour analisis yang ilmiah. Selama proseour hanoal
oan oitaati oalam pelaksanaan, maka oikesankan bahwa semua analisis
kebijakan pasti memberikan hasil yang memuaskan oan tclio/lc.
Sebagai konsekuensinya, karena berorientasi paoa kebenaran
obyektil, mooel analisa ini memanoang bahwa kebenaran hanyalah
kebenaran jika kebenaran itu berlaku oi segala tempat oan oi setiap
saat. Lntuk memastikan bahwa kebenaran yang obyektil itu tercapai,
mooel penoekatan ini, secara oetil, memberikan perhatian lebih paoa
pilihan-pilihan instrumen oan proseour analisa yang oipakainya.
Tentu saja panoangan ini tioak sepenuhnya salah, tetapi oi sini aoa
satu kecenoerungan untuk terjebak oalam kesempitan cara panoang yang
membuat orang tiool ,moo) tolo /oloo oio tiool tolo`. Ketioak-tahuan
yang paling menoasar aoalah ketioak-tahuan terhaoap kebenaran lain
yang oihasilkan oleh perspektil analisa lain, yang mempunyai cara
panoang yang berbeoa terhaoap analisa oan kebijakan.
Kebalikannya, perspektil analisa yang keoua lebih menekankan
paoa prinsip bahwa kebenaran selalu bersilat subyektil. Begitu pula
10 Analisis Kebijakan Publik
oengan analisa. Semua analisa pasti menganoung unsur subyektivitas.
Pcttomo, karena kebijakan, oan analisa kebijakan haoir oalam sebuah
konteks yang spesilik oan memuat banyak kepentingan, sehingga
mau tioak mau si analis harus melakukan pilihan posisi. oan lcooo,
rasionalitas manusia terbatas untuk bisa mengioentilikasi oan
memperhitungkan semua variabel yang mempengaruhi kebijakan. Di
sini analis harus memilih variabel tertentu oan melakukan elaborasi
yang lebih paoa variabel tersebut oengan mengabaikan variabel yang
lain. Variabel apa yang oielaborasi tentunya merupakan pilihan yang
oilatarbelakangi kepentingan tertentu, setioaknya kepentingan si analis
itu senoiri. Tetapi tioak menutup kemungkinan bahwa pilihan itu
senoiri oipengaruhi oleh kepentingan si analis itu senoiri atau orang
lain yang oilayani oleh si analis.
Dalam perspektil o/,clticime, kebenaran, termasuk kebenaran
analisa, yang obyektil oalam artian bebas oari ikatan ruang oan waktu
oianggap sebagai utopia. Yang paling jauh bisa oitangkap aoalah
kebenaran intersubyektil, oi mana pihak-pihak yang terkait oengan
kebenaran itu, paoa konteks waktu oan ruang tertentu, bersepakat
bahwa kebenaran itu aoalah kebenaran.
Karenanya, secara saoar, perspektil ini tioak berambisi mengejar
kebenaran yang bersilat universal. Analisa oari perspektil ini selalu
meletakkan kontekstualitas oan inter-subyektivitas sebagai ukuran
utama kebenarannya. Keberpihakan analis bukan menjaoi satu
hal yang tabu, tetapi menjaoi suatu keniscayaan, tioak hanya untuk
menghayati kontekstualitas oan inter-subyektivitas, tetapi juga menjaoi
suatu keniscayaan proses kebijakan itu senoiri, oi mana si analis
aoalah salah satu pihak oari sekian banyak kepentingan yang terlibat
oioalamnya.
4U !,)"*"A !,#B"./(L()
Sebagai penutup oari sesi pertama ini, oosen meminta mahasiswa
untuk melakukan tccico atas beberapa literatur analisis kebijakan.
Sebagai persiapan untuk sesi berikutnya oari kuliah ini, oosen
memberikan penugasan paoa mahasiswa untuk membaca buku:
Purwo Santoso 11
Hogwooo, Bryan oan Lewiss A. Gunn, ,198!,, Polic, Arol,i fot tlc
Rcol 1otlo,Oxloro Lniversity Fress, Bo/ I oan Bo/ 2;
Nugroho, Riant, ,200,, Arolio Ic/iolor,]akarta: Elex Meoia
Komputinoo, Bo/ 8 oanBo/ 9,
Dunn, William N. ,1999, ,199+, 2
ro
coitior), Pcrgortot Arolii Ic/iolor
Po/lil, Yogyakarta: Gaojah Maoa Lniversity Fress,Bo/ 1.
Mahasiswa oiminta untuk membuat tccico oari hasil pembacaan
masing-masing. Harapannya, paoa pertemuan berikutnya, mahasiswa
telah memahami bagaimana suout panoang, posisi, nilai oan
kepentingan satu aktor sangat berperan oalam menentukan posisinya
oalam suatu proses kebijakan.
0(1*(# !"+*(B(
Buoiman, Ariel, ,1992,, Tcoti `cgoto, ]akarta: Grameoia
Dunn, William, ,1999,, Pcrgortot Arolio Ic/iolor Po/lil, Samoora
Wibowo ,terj.,, Yogyakarta: Gaojah Maoa Lniversity Fress
Dahl, Robert, ,191,, Pol,otcl,: Potticipotior, oro Oppoitior, Chelsea: Yale
Lniversity Fress
Nugroho, Riant D., ,200,, Arolii Ic/iolor, ]akarta: Elex Meoia
Komputinoo
12 Analisis Kebijakan Publik
!01203456 ++
8D7!'"9"#,+E+&%,
-%# 8"F%#$$+9%# %#%*+,+,
!"#" %&#" '&()*+",-,.
Memperkenalkan kepada mahasiswa variasi derajaL
komprehensiviLas dan kecanggihan analisis
Memberikan pemahaman kepada mahasiswa LenLang
variasi derajaL komprehensiviLas dan kecanggihan
analisis sebagai konsekuensi dari pilihan posisi si analis
%*/#0,.#" %&#" '&()*+",-,.
Paradigma ilmu sosial dalam analisa kebijakan publik
Kebijakan publik sebagai enomena mulLidimensional
dan cakupan analisa kebijakan
!&012& %&#" '&()*+",-,.
Ceramah
1uLorial
Diskusi kelas
7U 7)(./+/+ ;,C/D(B() E() ;%3A.,B+/*(+ N,)%3,)( ;,C/D(B()
Faoa pertemuan ke-2 ini, oosen mengajak mahasiswa untuk
mengenal oan memahami bagaimana seorang analis kebijakan
melakukan analisis oengan tingkat kecanggihan oan komprehensivitas
tertentu, yang membeoakan seorang analis oengan orang awam.
Lntuk itu, oosen mengawali sesi ini oengan mengingatkan kepaoa
mahasiswa tentang kebijakan sebagai lenomena multioimensional. Hal
ini tentu telah oiketahui oleh mahasiswa oalam matakuliah Kebijakan
Fublik. Dengan memperlihatkan bahwa lenomena kebijakan bisa
oipotret sebagai realita yang berbeoa-beoa, oosen bisa menunjukkan
bahwa aoa banyak cara untuk melihat oan memperlakukan kebijakan
Purwo Santoso 13
sebagai sebuah obyek analisis. Ferbeoaan perspektil melihat kebijakan
oan kerangka analisis kebijakan akan menghasilkan kesimpulan yang
berbeoa, meskipun obyek kebijakan yang oikaji sama.
Sebagai contoh, oosen bisa mengajak mahasiswa untuk melihat
proses kebijakan konversi bahan bakar minyak tanah ke bahan bakar
gas. Dari satu perspektil, proses kebijakan tersebut bisa oilihat sebagai
sebuah sebuah proses yang oigerakkan paoa suatu tujuan yang jelas,
elisiensi liskal melalui pengurangan beban subsioi negara oi sektor
energi, oengan langkah-langkah yang oioasari oleh perhitungan yang
komprehensil, misalnya:Berapa jumlah rumah tangga yang harus
oisuplai subsioi bahan bakar gas?,Siapa yang menyalurkan?,
Bagaimana penyalurannya?, Dari mana anggarannya akan
oiambil?, oan seterusnya. Namun, oari perspektil yang lain, kebijakan
ini juga bisa oilihat sebagai sebuah proses yang bergerak ke arah oan
tujuan yang belum pasti oan proses kebijakan itu senoiri oiisi oleh
pertarungan berbagai kepentingan yang nantinya akan menentukan
arah oan hasil kebijakan. Misalnya, Siapa yang oiajak untuk membuat
keputusan kebijakan konversi ke bahan bakar gas tersebut?, Fihak
mana yang oiuntungkan oan oirugikan?, Dampak sosial yang
mungkin oitimbulkan oari proses konversi tersebut?, oan seterusnya.
Contoh serupa bisa kita oapatkan juga oalam kasus penggusuran
yang oitampilkan oalam @%V 22UPU I%)*%L ;(+"+? ;,C/D(B()
!,)--"+"#(). Dari kacamata pemerintah, sebagai pihak yang
mengeluarkan kebijakan, langkah ini oianggap perlu oemi kebaikan
masyarakat senoiri. Dalam kasus eksekusi tanah milik Ferum Ferumnas,
argumen oan logika yang oigunakan untuk menjustilikasi penggusuran
aoalah oemi terciptanya keaoilan oan terpenuhinya prinsip supremasi
hukum, yang oalam kasus tersebut menyatakan tanah tersebut aoalah
milik Ferum Ferumnas, oan karenanya mereka berhak menggusur
orang yang oianggap tioak berhak menoiami tanah tersebut.
Namun, oalam perspektil yang lain, seperti oikemukakan oalam
artikel tersebut, aoa oampak oari kebijakan penggusuran tersebut yang
sangat berpotensi memunculkan permasalahan publik baru. Warga
yang tergusur tentunya mengalami gangguan oalam kehioupan sosial
14 Analisis Kebijakan Publik
oan ekonominya. Bagi analis kebijakan, tentunya hal ini tioak bisa
oikesampingkan begitu saja, mengingat tujuan oari kebijakan publik
aoalah menyelesaikanpermasalahan publik, bukan menciptakan
masalah publik baru.
@%V 22UPU I%)*%L ;(+"+? ;,C/D(B() !,)--"+"#()
Sarapan Fagi Bersama : Tubagus Karbyanto
!,)--"+"#() 7E(.(L 8,#%# :,)W,B(3
Fenggusuran aoalah teror bagi masyarakat korban karena senoi
kehioupan mereka tercabut oari akarnya ungkap pemerhati masalah
perkotaan Tubagus Karbyanto. Fenggusuran aoalah teror yang
mencekam, kata Tubagus saat oihubungi KCM, Kamis ,210,.
Setioaknya lebih oari oua minggu ke belakang, warga ]akarta akrab
oengan berita penggusuran. Setelah ratusan warga Kampung Baru,
Cengkareng kehilangan tempat tinggal mereka karena lahan yang
oipakai oiambil pemiliknya Ferum Ferumnas, giliran warga Kampung
Sawah, Tanjung Duren bernasib naas. Kamis pagi, 100 warga yang
menoiami lahan oi RW 0 oan RW 06, persis oi samping Mal Taman
Anggrek kalah aou lisik oengan sekitar 300 petugas tramtib berikut
polisi. Tempat tinggal mereka pun, rata oengan tanah.
.......Menurut Tubagus yang juga Wakil Ketua Iorum
Warga Kota ,Iakta, ini, penggusuran seperti oijelaskan oi atas akses
masyarakat korban untuk menoapatkan hak-hak hioup mereka
betul-betul tertutup. Mereka tioak bisa lagi memikirkan pekerjaan
mereka. Anak-anak pun tak lagi bisa sekolah. Mereka pun cemas akan
ancaman penggusuran-penggusuran selanjutnya, kata Tubagus.
Sumber: http:www.kompas.comutamanews031003026!9.htm,
Bcrotlol pcrggootor ooolol cooto ,org mctogilor. Bolorlol tooor ooti
pcrggootor lcpcrtirgor otorg /or,ol.
Dosen mengajak mahasiswa untuk melihat bahwa masing-masing
perspektil mengeoepankan aspek tertentu oengan mengesampingkan
aspek yang lain. Di atas, perspektil yang pertama mengeoepankan
aspek teknis-aoministratil-ekonomis, oengan mengabaikan aspek sosio-
Purwo Santoso 15
politis. Sebaliknya perspektil yang keoua lebih mengeoepankan aspek
sosio-politis, oan menoorong upaya mencari solusi alternatil untuk
permasalahan kepemilikan oan pemanlaatan lahan yang menjaoi
pokok permasalahan kebijakan oi atas. Filihan perspektil seorang
analis akan berkonsekuensi paoa mooel atau kerangka analisis yang
oigunakannya ,Mooel kebijakan akan oibahas paoa Bab IV,. Faoahal,
oua contoh tersebut hanyalah sebagian kecil oari berbagai perspektil
tentang kebijakan. Artinya, aoa oemikian banyak cara untuk memahami
kebijakan publik oan menganalisa kebijakan publik. Ini bisa kita lihat
paoa @(-() 22UPU !,*( !,3/B/#() 7)(./+/+ ;,C/D(B() yang
menunjukkan, setioaknya, empat perspektil kebijakan, yaitu kebijakan
sebagai lenomena politis, oeliberatil, teknis, oan strategis.
@(-() 22UPU !,*( !,3/B/#() 7)(./+/+ ;,C/D(B()
Sumber: Nugroho, Riant, ,200,, Arolii Ic/iolor, ]akarta: Elex Meoia
Komputionoo, hal. 18
Konoisi seperti oi atas, oi satu sisi, memberikan ruang yang leluasa
bagi orang untuk mengembangkan berbagai mooel oan metooe analisis
kebijakan. Namun, oi sisi yang lain, menempatkan analis kebijakan
paoa situasi yang oilematis untuk menentukan perspektil mana yang
16 Analisis Kebijakan Publik
harus oipakai untuk menghasilkan analisis yang komprehensil.
Keinginan untuk menghasilkan sebuah analisis yang
komprehensil, tioak jarang membawa seorang analis untuk berupaya
memperhitungkan semua laktor yang mempengaruhi proses sebuah
kebijakan. Harapannya, oengan memperhitungkan semua laktor, si
analis bisa menghasilkan inlormasi oan ramalan kebijakan yang akurat.
Sayangnya, keinginan seperti oi atas jarang sekali menjaoi
kenyataan oalam praktek analisis kebijakan. Salah-salah, analis yang
bersangkutan, jika tioak hati-hati, bisa terjebak oalam penggunaan
nalar Rotiorol-Comptclcricc secara berlebihan, ketika oia terlalu percaya
oiri paoa rasionalitas oan kapasitasnya sebagai seorang teknokrat atau
analis kebijakan. Sebaliknya, analisis yang silatnya hanya parsial, atau
menyeluruh namun hanya berpilar paoa prinsip-prinsip normatil
umum,kurang memiliki oaya ramal oan seoikit sekali utilitasnya bagi
kebutuhan praktis kebijakan.
Dalam menentukan pilihan perspektil oan konsekuensi tuntutan
oerajat komprehensivitas yang oitimbulkan, sebagai seorang analis,
mahasiswa harus mengenal, memahami, oan menghayati perspektil-
perspektil oasar yang selama ini oigunakan untuk memahami,
menjelaskan, oan memperlakukan kebijakan. Lntuk itu, oosen
memperkenalkan oua mazhab pemikiran oalam stuoi kebijakan publik
oan analisis kebijakan publik. Keoua mazhab itu aoalah Rotiorol-
Comptclcricc oan Got/ogc Cor Moocl. Keoua mooel oasar ini banyak
oipakai untuk menjelaskan logika oalam proses kebijakan publik.
Ferbeoaan keouanya aoalah paoa keyakinan yang mereka letakkan oi
atas rasionalitas, seperti tampak oalam To/cl II.I. !,#C,E(() :%E,.X
:%E,. !,)-(3C/.() ;,A"*"+()U
Purwo Santoso 17
8
(
C
,
.

2
2
U
P
U
!
,
#
C
,
E
(
(
)

:
%
E
,
.
X
:
%
E
,
.

!
,
)
-
(
3
C
/
.
(
)

;
,
A
"
*
"
+
(
)
!
4
5
0
4
;
7
8
7
5
R
A
T
I
O
`
A
L

-

C
O
M
P
R
E
H
E
`
S
I
V
E
M
I
X
E
D
-
S
C
A
`
`
I
`
G
G
A
R
B
A
G
E
-
C
A
`
!
G
2
5

!
4
9
@
4
0
7
7
5
A
s
u
m
s
i

o
n
t
o
l
o
g
i
s
S
e
t
i
a
p

p
e
r
m
a
s
a
l
a
h
a
n

m
e
m
i
l
i
k
i

s
o
l
u
s
i

o
b
y
e
k
t
i
l
S
e
t
i
a
p

p
e
r
m
a
s
a
l
a
h
a
n

b
e
r
a
o
a

o
a
l
a
m

s
e
b
u
a
h

k
o
n
t
e
k
s

y
a
n
g

s
p
e
s
i
l
i
k
T
i
o
a
k

a
o
a

s
o
l
u
s
i

y
a
n
g

b
e
n
a
r
-
b
e
n
a
r

o
b
y
e
k
t
i
l

u
n
t
u
k

s
e
t
i
a
p

s
o
l
u
s
i
,

k
a
r
e
n
a

p
e
r
m
a
s
a
l
a
h
a
n

o
a
n

p
e
n
g
a
m
b
i
l
a
n

k
e
p
u
t
u
s
a
n

s
e
l
a
l
u

t
e
r
j
a
o
i

o
a
l
a
m

s
e
b
u
a
h

k
o
n
t
e
k
s

y
a
n
g

s
p
e
s
i
l
i
k
A
s
u
m
s
i

e
p
i
s
t
e
m
o
l
o
g
i
s
F
e
n
o
e
k
a
t
a
n

y
a
n
g

r
a
s
i
o
n
a
l

m
e
m
b
a
w
a

p
a
o
a

p
i
l
i
h
a
n

s
o
l
u
s
i

o
b
y
e
k
t
i
l
S
e
l
a
i
n

k
e
t
e
r
b
a
t
a
s
a
n

n
a
l
a
r

m
a
n
u
s
i
a
,

k
o
n
t
e
k
s

i
n
i

m
e
m
b
a
t
a
s
i

k
e
m
u
n
g
k
i
n
a
n

u
n
t
u
k

m
e
n
o
a
p
a
t
k
a
n

i
n
l
o
r
m
a
s
i

y
a
n
g

l
e
n
g
k
a
p

o
a
n

m
e
l
a
k
u
k
a
n

p
e
r
t
i
m
b
a
n
g
a
n

y
a
n
g

k
o
m
p
r
e
h
e
n
s
i
l
,
s
e
h
i
n
g
g
a

k
e
p
u
t
u
s
a
n

t
i
o
a
k

p
e
r
n
a
h

o
i
o
a
s
a
r
k
a
n

p
a
o
a

p
e
r
h
i
t
u
n
g
a
n

r
a
s
i
o
n
a
l

y
a
n
g

k
o
m
p
r
e
h
e
n
s
i
l
.
F
i
l
i
h
a
n

s
o
l
u
s
i

y
a
n
g

o
i
a
m
b
i
l

o
i
o
a
s
a
r
k
a
n

p
a
o
a

k
e
b
i
a
s
a
a
n

o
a
r
i
p
a
o
a

p
e
m
i
k
i
r
a
n

y
a
n
g

k
o
m
p
r
e
h
e
n
s
i
l
S
i
k
a
p

t
e
r
h
a
o
a
p

k
o
n
t
e
k
s
H
a
m
p
i
r

s
e
p
e
n
u
h
n
y
a

a
b
a
i

t
e
r
h
a
o
a
p

k
o
n
t
e
k
s
,

m
i
s
a
l

s
e
l
a
l
u

m
e
n
g
a
s
u
m
s
i
k
a
n

b
a
h
w
a

i
n
l
o
r
m
a
s
i

y
a
n
g

o
i
b
u
t
u
h
k
a
n

a
k
a
n

s
e
l
a
l
u

t
e
r
s
e
o
i
a

s
e
c
a
r
a

t
i
o
a
k

t
e
r
b
a
t
a
s
M
e
m
b
e
r
i
k
a
n

p
e
r
h
a
t
i
a
n

k
e
p
a
o
a

k
o
n
t
e
k
s

s
e
m
b
a
r
i

m
e
n
g
u
p
a
y
a
k
a
n

a
g
a
r

p
r
o
s
e
s

p
e
n
g
a
m
b
i
l
a
n

k
e
p
u
t
u
s
a
n

o
a
l
a
m

r
a
s
i
o
n
a
l
i
t
a
s

t
e
k
n
o
k
r
a
t
i
s

b
i
s
a

o
i
m
a
k
s
i
m
a
l
k
a
n
T
e
r
l
a
l
u

h
i
r
a
u

o
e
n
g
a
n

k
o
n
t
e
k
s
,

s
e
h
i
n
g
g
a

o
a
l
a
m

p
e
n
g
a
m
b
i
l
a
n

k
e
p
u
t
u
s
a
n

s
e
l
a
l
u
,

t
e
r
l
e
b
i
h

o
a
h
u
l
u

m
e
n
g
a
c
u

p
a
o
a

p
e
n
g
a
l
a
m
a
n

o
i

m
a
s
a

l
a
l
u

u
n
t
u
k

s
i
t
u
a
s
i

y
a
n
g

o
i
a
n
g
g
a
p

h
a
m
p
i
r

s
e
r
u
p
a
L
o
g
i
k
a

F
r
o
s
e
s
T
e
k
n
o
k
r
a
t
i
s
F
o
l
i
t
i
s
B
i
r
o
k
r
a
t
i
s
18 Analisis Kebijakan Publik
C
a
k
u
p
a
n

a
n
a
l
i
s
i
s
S
u
b
s
t
a
n
s
i
S
u
b
s
t
a
n
s
i

o
a
n

p
r
o
s
e
s
F
r
o
s
e
s
K
e
p
u
t
u
s
a
n

y
a
n
g

o
i
h
a
r
a
p
k
a
n

a
k
a
n

o
i
h
a
s
i
l
k
a
n
E
l
e
k
t
i
l

o
a
n

e
l
i
s
i
e
n
,

o
e
n
g
a
n

a
s
u
m
s
i

k
l
a
i
m

i
l
m
i
a
h

o
a
n

o
b
y
e
k
t
i
l

t
i
o
a
k

p
e
r
l
u

o
i
t
u
n
o
u
k
k
a
n

p
a
o
a

o
i
n
a
m
i
k
a

p
o
l
i
t
i
k

y
a
n
g

a
o
a

o
a
l
a
m

s
i
t
u
a
s
i

k
e
p
u
t
u
s
a
n

k
e
b
i
j
a
k
a
n
E
l
e
k
t
i
l

o
a
n

e
l
i
s
i
e
n
,

n
a
m
u
n

j
u
g
a

h
a
r
u
s

b
i
s
a

o
i
t
e
r
i
m
a

o
l
e
h

a
k
t
o
r
-
a
k
t
o
r

y
a
n
g

t
e
r
l
i
b
a
t

o
a
n

i
k
u
t

m
e
n
c
i
p
t
a
k
a
n

s
i
t
u
a
s
i

k
e
p
u
t
u
s
a
n

k
e
b
i
j
a
k
a
n
S
e
s
u
a
i

o
e
n
g
a
n

k
e
a
o
a
a
n

y
a
n
g

o
i
h
a
o
a
p
i
,

n
a
m
u
n

j
u
g
a

t
i
o
a
k

t
e
r
l
a
l
u

b
a
n
y
a
k

m
e
r
u
b
a
h

k
e
b
i
a
s
a
a
n

y
a
n
g

s
e
l
a
m
a

i
n
i

t
e
r
l
e
m
b
a
g
a
F
o
s
i
s
i

a
n
a
l
i
s
S
e
b
a
g
a
i

o
r
a
n
g

l
u
a
r

y
a
n
g

i
m
p
a
r
s
i
a
l
S
e
b
a
g
a
i

b
a
g
i
a
n

y
a
n
g

i
k
u
t

m
e
m
p
e
n
g
a
r
u
h
i

p
r
o
s
e
s

o
a
n

h
a
s
i
l

p
e
n
g
a
m
b
i
l
a
n

k
e
p
u
t
u
s
a
n
S
e
b
a
g
a
i

b
a
g
i
a
n

o
a
r
i

s
i
s
t
e
m

y
a
n
g

m
e
r
e
p
r
o
o
u
k
s
i

k
e
b
i
a
s
a
a
n
`
T
e
k
n
i
k

o
a
n

m
e
t
o
o
e

a
n
a
l
i
s
i
s

y
a
n
g

b
i
a
s
a

o
i
g
u
n
a
k
a
n
C
B
A
,

S
W
O
T
,

L
i
r
c
o
t

p
t
o
g
t
o
m
m
i
r
g
.
G
o
m
c

t
l
c
o
t
,
G
o
m
c

t
l
c
o
t
,
Purwo Santoso 19
Diantara keoua mooel tersebut, aoa mooel yang berusaha
mengambil jalan tengah, yang oisebut sebagai Mooel Mixco - Scorrirg.
Ketiga mooel tersebut memiliki oelinisi-nya senoiri tentang proses
kebijakan. Mooel Got/ogc Cor melihat proses kebijakan yang seoikit
sekali melibatkan proses yang rasional, oalam artian ilmiah. Froses
kebijakan lebih oigerakkan oleh kebiasaan-kebiasaan yang suoah
pernah oilakukan oi masa sebelumnya atau oitempat lain.
Sebaliknya, Mooel Rotiorol-Comptclcricc menoelinisikan proses
kebijakan sebagai proses yang sepenuhnya rasional. Froses kebijakan
meliputi aktivitas kalkulasi, proyeksi, perencanaan, oan lormulasi yang
rlimct. Segala keputusan oiambil beroasarkan inlormasi yang lengkap
oan perhitungan yang komprehensil.
Mooel Mixco-Scorrirg mencoba mengambil posisi oi antara
keouanya. Mooel ini mengakui keterbatasan nalar manusia, oan melihat
proses kebijakan tioak semata-mata oitentukan oleh perhitungan
rasional elektil elisien, tetapi juga perhitungan rasional politis,
yang mengakibatkan proses kebijakan oiwarnai oleh proses tawar-
menawar antar berbagai aktor oan kepentingan yang terlibat. Froses
tawar-menawar ini juga oianggap terjaoi oalam sebuah konteks sosial
yang spesilik, oengan nilai, norma, oan kebiasaan yang mengkerangkai
proses aoministratil oan politik yang terjaoi.
1
Dosen memaparkan bahwa penggunaan ketiga mooel itu oalam
analisa kebijakan, berimplikasi paoa tuntutan komprehensivitas oan
kepiawaian analisa yang berbeoa oari seorang analis. Tentunya,
ini oisebabkan oleh perbeoaan asumsi yang oijaoikan sebagai oasar
analisa oalam tiap mooel. Instrumen analisa yang oipakai oalam tiap
mooel juga berbeoa-beoa.
! #0A$3 @2<$ *,&('33) B/ -$6 M$5'%A) 8!9]P:) Studin Public Polic: Polic Ccles
cnd Polic Subsstem) C60D'+%03= E+'%%^ OA$4/ N Decision Mclin: eond
Rctionclism cnd Incrementclism/
20 Analisis Kebijakan Publik
@(-() 22URU
0497M78 ;G:!94>45'2H287' 757=2'2' ;4@2M7;75
Misalnya, aoa seorang analis yang melakukan analisis untuk
pengambilan keputusan kebijakan. Ketika oia memilih menggunakan
Moocl Rotiorol-Comptclcricc, mau tioak mau, analis tersebut oituntut untuk
melihat oan memperhitungkan secara komprehensil segala kemungkinan
yang menjaoi konsekuensi oari setiap alternatil pilihan kebijakan yang
aoa. Sehingga, analisis kebijakan oalam mooel ini tioak hanya oilakukan
untuk menganalisis proses pengambilan keputusan kebijakan, tetapi juga
sampai paoa pembuatan lormula oan oesain kebijakan.
Dalam mooel ini, pergeseran praktek oan realita kebijakan oari
oesain atau lormula yang suoah oirumuskan merupakan hal yang paling
tioak oiharapkan, meskipun bukan berarti tioak oiantisipasi. Biasanya
oesain oan lormula kebijakan yang oibangun oengan mooel ini telah
menyiapkan oesain atau lormula cortirgcrc, atau cxit plor jika situasi
kebijakan berkembang ke arah yang tioak oiantisipasi sebelumnya. Ini
berarti, pilihan untuk melakukan analisa oengan mooel ini memang
menuntut seorang analis untuk benar-benar melakukan analisis yang
komprehensil.
Sebaliknya, analis yang bekerja oengan Mooel Got/ogc Cor atau
Keranjang Sampah, ketika melakukan analisis untuk pengambilan
keputusan kebijakan, mungkin sekali hanya oituntut untuk
Purwo Santoso 21
mengioentilikasi pengalaman-pengalaman yang mirip oengan konoisi
yang sekarang oianalisis. Kemuoian mengioentilikasi keputusan apa
yang biasanya` oiambil oalam situasi yang oianggap serupa itu oan
seberapa besar keputusan itu berhasil. Iormula oan oesain kebijakan
oirancang secara garis besar oan sangat mungkin untuk mengalami
perubahan seiring oengan perkembangan situasi yang oihaoapi. Namun
pilihan atas mooel ini juga menghaoirkan konsekuensi bahwa analis
harus selalu siap oengan perubahan situasi yang bisa terjaoi seketika.
Dosen menegaskan kepaoa mahasiswa bahwa pilihan mooel oalam
melakukan analisa kebijakan bukanlah sebuah aktivitas yang tioak
bermakna, tetapi merupakan suatu pilihan yang selanjutnya menjaoi
kerangka acuan bagi seorang analis oalam membangun analisanya. Baik
buruknya analisa yang oilakukan, ikut oitentukan oleh konsistensi antara
mooel yang oigunakan oan analisis yang oihasilkan oari suatu analisis.
Sementara Mooel Mixco Scorrirg berusaha menawarkan
lleksibilitas oi antara ketegangan oua mooel sebelumnya. Ini karena
asumsi Mooel Mixco Scorrirg melihat bahwa meskipun proses kebijakan
melibatkan konllik kepentingan oan tawar-menawar antar aktor, seluruh
aktor tersebut berbicara oalam suatu batas rasionalitas minimum.
@U !/./L() ',%#()- 7)(./+
Lebih lanjut, oosen memaparkan bahwa yang mempengaruhi
pilihan posisi seorang analis bukan sekeoar keunggulan oan kelemahan
masing-masing mooel. Seringkali, oalam memilih mooel, analis juga
harus mempertimbangkan laktor waktu yang terseoia, akses terhaoap
sumber oata, oan laktor-laktor lainnya. Tentunya kita tioak bisa
mengabaikan laktor-laktor teknis ini oalam pilihan mooel analisis.
Namun, terlepas oari itu semua, penting untuk oipahami oleh
seorang analis bahwa kecanggihan analisis sebetulnya tetap menjaoi
poin utama yang oituntut oari seorang analis. Kecanggihan seorang
analis ini akan berujung paoa reliabilitas oan akurasi analisis yang
oihasilkan. Kecanggihan inilah yang kemuoian harus oikompromikan
oengan laktor-laktor teknis yang seringkali harus oipertimbangkan
oleh seorang analis oalam menentukan pilihan posisinya.
22 Analisis Kebijakan Publik
Dalam menentukan pilihan posisi ini, seorang analis harus
sanggup memahami oan memproyeksikan konsekuensi yang muncul
oari tiap pilihan posisi yang oihaoapinya. Konsistensi seorang analis
oengan pilihan posisi yang oiambilnya, oengan segala konsekuensinya,
merupakan poin utama penilaian baik buruknya seorang analis, selain
kecanggihan analisa yang oihasilkan. Ini mengingat bahwa situasi yang
mempengaruhi pilihan seorang analis tioak pernah sama.
Lntuk bisa memahami oan memproyeksikan konsekuensi oari tiap
pilihan posisi, seorang analis memerlukan kemampuan untuk berpikir
kritis. Kritisisme ini terutama oitujukan paoa berbagai pilihan perspektil
oan mooel kebijakan yang aoa. Dari situ si analis akan bisa meraba
keunggulan oan kelemahan oari masing-masing perspektil oan mooel
kebijakan, serta konsekuensinya oalam analisis yang akan oilakukan.
Faoa kesempatan ini, oosen bisa merangsang kemampuan
berpikir kritis mahasiswa, oengan mengajak mereka untuk mengkritisi
logika mooel-mooel kebijakan Rotiorol-Comptclcricc oan Got/ogc-Cor
yang suoah oipaparkan sebelumnya.
IU :456;9282'2 =G62;7 RATIO`AL-COMPREHE`SIVE
Lntuk memicu kritisisme mahasiswa, oosen menggunakan
simulasi yang akan berguna sebagai bahan relleksi bagi mahasiswa.
Simulasi ini berkaitan oengan masalah komprehensivitas pengetahuan,
mengingat klaim logika Rotiorol-Comptclcricc menyatakan bahwa proses
kebijakan yang baik aoalah proses yang sepenuhnya oikenoalikan oleh
rasionalitas obyektil manusia.
Dalam simulasi ini, pcttomo, mahasiswa oibagi oalam beberapa
kelompok. Selanjutnya, mahasiswa oiminta untuk mengomentari
suatu isu kebijakan tertentu. Dosen bisa mengusahakan satu contoh isu
kebijakan yang kontroversial yang seoang hangat menjaoi pembicaraan
masyarakat. Setelah itu, komentar mahasiswa oikumpulkan, oan
bersama-sama, masing-masing kelompok oiminta untuk mengisi kolom
yang terseoia seperti oalam To/cl II.2. Mottil Iior Simoloi.
Purwo Santoso 23
8(C,. 22URU :(*#/B+ 2+/() '/3".(+/
J756 :494;7 87><
J756 :494;7
8207; 87><
J756 '7J7 87>< Terbuka bagi Diskusi Titik Buta Mereka
J756 '7J7 8207;
87><
Titik Buta Saya Titik Buta Semua Fihak
Masing-masing kelompok, memasukan komentar oari kelompok
lain yang sama oengan komentarnya oalam kolom Tct/olo Bogi Diloi.
Sementara komentar kelompok lain yang berbeoa oengan komentar
kelompoknya, oi masukkan oalam kolom Titil Boto So,o. Komentar oari
kelompok yang bersangkutan, yang tioak oisinggung oleh kelompok
lain, oimasukkan oalam kolom Titil Boto Mctclo.
Kita akan menemukan komentar-komentar oalam kolom Tct/olo
Bogi Diloi. Komentar yang aoa oalam kolom ini bisa oisebut sebagai
inter-subyektivitas yang aoa oi antara para mahasiswa tersebut, terkait
oengan isu yang oikomentari. Atau oalam bahasa penganut perspektil
obyektivis, oisebut sebagai pengetahuan yang obyektil.
Dari simulasi tersebut, oosen bisa mengajukan pertanyaan, Apa
yang membuat seseorang memberikan komentar yang berbeoa?. ]ika
inlormasi tentang isu kebijakan yang oigunakan oalam simulasi ini
relatil seoikit oimiliki oleh mahasiswa,opini mahasiswa akan banyak
terkumpul oi kolom kuaoran Titil Boto So,o oan Titil Boto Mctclo.
Artinya semakin kecil inter-subyektivitas yang muncul.
Karena seluruh mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Analisis
Kebijakan Fublik pasti suoah pernah membahas masalah klaim
obyektivitas ilmu oalam mata kuliah Ilmu Sosial Dasar, oosen bisa
mengajukan pertanyaan, Apakah obyektivitas bisa menyelesaikan
masalah?. Melalui simulai oi atas, sebetulnya akan nampak bahwa
obyektivitas menjaoi tioak relevan ketika pengetahuan tioak lengkap, baik
pengetahuan yang kita miliki maupun oimiliki orang lain. Sebetulnya,
obyektil atau tioak itu oitentukan oleh apa yang kita ketahui oan orang
lain ketahui. Orang Alrika oan orang Siberia memiliki obyektivitas atas
gajah kalau keouanya sama-sama mengenal oan memahami gajah, baik
24 Analisis Kebijakan Publik
secara konseptual maupun simbolik. Tapi, obyektivitas itu tioak akan
terbentuk jika salah satunya tioak atau belum pernah mengenal gajah.
Do, apa beoanya obyektivitas oengan inter-subyektivitas?
Dengan inspirasi oari simulasi yang oilakukan sebelumnya, oosen
meminta komentar mahasiswa tentang subyektivitas. Fertanyaan,
Apakah subyektivitas itu selamanya buruk?. Setelah mahasiswa
memberikan komentar mereka, oosen bisa mulai memaparkan bahwa
realitas, atau apa yang kita anggap sebagai realitas, sangat mungkin
hanyalah sebuah lenomena yang kita maknai secara intersubyektil.
Dari situ, oosen bisa mulai memaparkan tentang pentingnya
seorang analis untuk mengambil oan menentukan posisinya oalam
menganalisis. Foin penting yang perlu oiutarakan oleh oosen oi
sini aoalah, oengan menentukan posisinya seorang analis bisa
menoelinisikan apa yang oia tahu oan apa yang oia tioak tahu. Karena
banyak hal yang oia tioak tahu, maka penting bagi si analis untuk selalu
membuka pikirannya terhaoap penoapat orang lain.
Faoa sesi sebelumnya, mahasiswa telah oiminta untuk membaca
tulisan Eugene, ,Baroach, Eugene, 200, Ptocticol Goioc fot Polic,
Arol,i: Eigltfolo Potl toooto Pto/lcm Solcirg,NY: CQ Fress,. Faoa Bab I
aoa oua sub-bab yang masing-masing berjuoul Scrtol Dolo Boir,o`
oor Mcrggorolor Scpoto Otorg Loir. Dalam oua tulisan itu, poin yang
oikemukakan oleh Baroach aoalah, seorang analis yang cukup canggih
sekalipun perlu menoengarkan masukan oari orang lain, terutama aktor-
aktor lain yang terlibat oalam area kebijakan yang sama. Karena bisa
jaoi oari mereka akan aoa masukan yang berharga untuk menghasilkan
analisa kebijakan yang lebih berkualitas. Setioaknya, ketika analis yang
bersangkutan oiminta untuk menghasilkan rekomenoasi kebijakan oari
analisis yang oilakukannya, si analis bisa mengurangi potensi resistensi
oari aktor-aktor kebijakan yang lain. Di sini, terlihat bahwa Baroach
menyaoari pentingnya aspek politik oalam analisa kebijakan, selain
aspek teknokratis, meskipun buku tersebut oitulis oari posisi oan lebih
menggambarkan analisis yang oilakukan seorang analis prolesional.
Fosisi apa yang penting untuk oiambil, serta konsekuensi
apa saja selain, komprehensivitas oan kecanggihan analisis, yang
Purwo Santoso 25
harus oipertimbangkan oalam menentukan posisi akan menjaoi
lokus pembahasan oi sesi berikutnya. Berangkat oari pemahaman
yang oioapatkan paoa sesi ini, paoa oua sesi berikutnya oosen akan
mengajak mahasiswa untuk menghayati bagaimana oari pemahaman
tersebut kepiawaian melakukan analisis bisa oibangun. Selain itu,
mahasiswa juga akan oiajak untuk menghayati posisinya sebagai analis
oan konsekuensi oari pilihan posisinya.
0U 8"-(+ 7BL/# ',+/
Sebelum kelas oitutup, mahasiswa oiminta mempersiapkan oiri
untuk sesi berikutnya, oengan membaca oan me-tccico oua literatur yang
akan oigunakan sebagai acuan oan perbanoingan untuk sesi berikutnya.
Baroach, Eugene, ,200,, Ptocticol Goioc fot Polic, Arol,i: Eigltfolo
Potl toooto Pto/lcm Solcirg,NY: CQ Fress.
Michael Howlett oan M. Ramesh, ,199,, Stoo,irg Po/lic Polic,:
Polic, C,clc oro Polic, So/,tcm, Oxloro Lniversity Fress, Chap. ,
Po/lic Polic, Dcciior-Molirg Bc,oro Rotiorolim, Irctcmcrtolim oro
Ittotiorolim.
0(1*(# !"+*(B(
Baroach, Eugene, ,200,, Ptocticol Goioc fot Polic, Arol,i: Eigltfolo Potl
toooto Pto/lcm Solcirg, NY
Hogwooo oan Gunn,,1989,, Polic, Arol,i fot tlc Rcol 1otlo, Oxloro
Lniversity Fress
Howlett, Michael oan Ramesh, M. ,199,, Stoo,irg Po/lic Polic,: Polic,
C,clc oro Polic, So/,tcm, Oxloro Lniversity Fress
Nugroho, Riant, ,200,, Arolii Ic/iolor, Elex Meoia Komputinoo:
]akarta
Stone, Deborah,199,, Polic, Potooox: tlc Att of Politicol Dcciior
Molirg,W8W Norton 8 Company, New York, pertama kali
oipublikasikan 1988 oengan juoul Polic, Potooox oro Politicol Rcoor
26 Analisis Kebijakan Publik
!01203456 +++
D/G"8&+E+&%, %#%*+,+,
8H621HI01=; %65A;=;= 4624< 80?;@5<56
B56 %65A;=;= 201J5B5: 80?;@5<56
!"#" %&#" '&()*+",-,.
Menjelaskan LenLang sikap dan nilai dalam analisa kebijakan
Mengungkap asumsi-asumsi dibalik !"#$%&'("! Leori
kebijakan publik
%*/#0,.#" %&#" '&()*+",-,.
Pengaruh nilai dan sikap dalam kerangka analisa kebijakan
Macam-macam analis dan analisa kebijakan
Menjelaskan variasi ")'"!(" aLau kerangka analisa
kebijakan berdasarkan variasi seLLing insLiLusional,
orienLasi akademik, kepenLingan kebijakan dan relasi
Lerhadap proses kebijakan
!&012& %&#" '&()*+",-,.
Ceramah
Diskusi Kelas
7U !/./L() 0/.,3(*/+ @(-/ ',%#()- 7)(./+
Faoa pertemuan ini, mahasiswa akan oiajak untuk menyelami salah
satu peroebatan utama oalam kajian Analisa Kebijakan Fublik, yaitu
peroebatan tentang obyektivitas VS subyektivitas analisa kebijakan oan
pilihan posisi seorang analis kebijakan. Lntuk itu, oosen mengawali sesi
ini oengan seoikit mengulang kembali materi sesi sebelumnya, tentang
perspektil-perspektil oasar Rotiorol-Comptclcricc, Got/ogc-Cor, oan
Mixco-Scorrirg yang banyak oigunakan oalam kajian kebijakan publik.
Dosen mengajak mahasiswa untuk mencermati bahwa oalam masing-
masing perspektil analisa oan si analis oiasumsikan mengambil posisi
tertentu terhaoap obyek kebijakan yang oikajinya.
Purwo Santoso 27
Seoerhananya, kita bisa mengasumsikan bahwa perspektil
totiorol-comptclcricc mewakili perspektil yang mengasumsikan bahwa
analisis kebijakan harus bersilat obyektil oan analis harus mengambil
jarak oan bersikap netral oari obyek kebijakan yang oikajinya. Analisis
yang obyektil oitentukan oari sejauh mana analisis tersebut oilakukan
sesuai oengan kaioah teknokratis oan proseour yang aoa. Karena itu,
perspektil ini juga oisebut perspektil Teknokratis-Aoministratil.
Sementara, Got/ogc-Cor kita asumsikan sebagai perspektil yang
mewakili asumsisubyektivitas analisis oan keterlibatan kepentingan analis
oengan obyek kebijakan yang oikajinya aoalah sebuah keniscayaan. Tarik-
menarik kepentingan oalam proses kebijakaan juga menjaoi sebuah
keniscayaan yang lain, karena aoa beragam aktor yang terlibat oalam
proses kebijakan. Froses kebijakan tioak selalu oioasari oleh suatu tujuan
yang jelas oan teroelinisi oengan baik, tetapi bisa juga oioasari untuk
menemukan kompromi oi antara berbagai kepentingan yang terlibat.
Terakhir, Mixco-Scorrirg mewakili perspektil yang melihat
bahwa proses kebijakan merupakan proses yang meliputi oimensi
teknis-aoministratil oan politis, serta mencari cara yang paling tepat
untuk memaoukan keouanya. Dalam perspektil ini, proses kebijakan
oilihat sebagai proses untuk mengioentilikasi berbagai alternatil yang
berpotensi menghasilkan oi antara berbagai kepentingan yang terlibat
oalam proses kebijakan, oilanjutkan oengan menentukan alternatil
mana yang oianggap paling rasional oan elektil.
Di kutub teknokratis aoministratil, analisis kebijakan oiklaim
sebagai kegiatan memilah-milah oan mengukur suatu kebijakan untuk
menghasilkan inlormasi oan pengetahuan yang silatnya obyektil. Di
sini, oiasumsikan bahwa analisis oan pengetahuan yang oihasilkannya
bersilat obyektil, bebas nilai, oan tioak melayani kepentingan apapun.
Tarik-menarik kepentingan politik, yang sangat kental mewarnai
proses kebijakan, oianggap sebagai oistorsi bagi upaya analisis, yang
sayangnya, kemuoian cenoerung oiabaikan oalam kebanyakan analisis
yang oilakukan oengan perspektil ini.
Di kutub politis, konllik kepentingan oalam proses kebijakan
oipanoang sebagai sebuah keniscayaan, termasuk oalam analisis yang
28 Analisis Kebijakan Publik
menyertai proses tersebut. Tentunya ini membuat analisis yang oilakukan
menjaoi tioak obyektil oari perspektil teknokratis-aoministratil. Di
situ, analisis yang oihasilkan bisa jaoi muncul bukan sekeoar sebagai
pengetahuan yang bebas nilai atau tioak memihak, tetapi oitujukan agar
bisa menjaoi argumen untuk mempengaruhi kebijakan yang oihasilkan
agar menguntungkan bagi kepentingan tertentu.
Dosen memaparkan kepaoa mahasiswa bahwa, sebetulnya, keoua
asumsi tersebut muncul oari ketegangan antara paraoigma obyektivis
positivis oan subyektivis, yang tentunya suoah oipahami oleh mahasiswa
oalam berbagai mata kuliah metooologi yang telah oiikuti sebelumnya.
Dalam paraoigma yang pertama, analisa oan analis, oituntut untuk
beroiri mengatasi semua pertikaian oan silang sengketa kepentingan
oari aktor-aktor kebijakan yang terlibat oalam proses kebijakan yang
oianalisis. Di sini oiasumsikan bahwa rasionalitas manusia akan
mampu menemukan sebuah jalan keluar yang secara obyektil oiakui
kebenarannya oan bisa oiterima oleh semua aktor yang terlibat oalam
suatu isu atau area kebijakan tertentu.
Sebaliknya, paraoigma o/,cltici melihat bahwa analisis
kebijakan, niscaya, berlangsung oalam sebuah konteks relasi berbagai
aktor kebijakan yang memiliki kepentingan yang beragam. Sebagai
konsekuensinya, proses kebijakan maupun analisa kebijakan tioak steril
oari relasi kepentingan tersebut. Analisis yang oilakukan, mau tioak
mau, akan oihinggapi oleh subyektivitas. Karena itu, analisis oi sini
oilakukan bukan untuk menghasilkan suatu pengetahuan yang obyektil,
namun lebih oiarahkan untuk membangun inter-subyektivitas atau
kesepahaman oi antara relasi kepentingan terkait oengan kebijakan
yang oianalisis.Dosen bisa mengingatkan mahasiswa paoa simulasi
tentang pemahaman kita oan orang lain oi pertemuan sebelumnya!
Ljung oari ini semua aoalah, bagaimanakah posisi si analis?
Haruskah atas nama obyektivitas, si analis tetap berpura-pura beroiri
oalam menara obyektivitas, oengan resiko besarnya potensi resistensi
terhaoap kesimpulan analisanya? Ataukah, oengan mengorbankan
obyektivitas, si analis harus mengakui posisi subyektilnya, oengan
resiko oicap tioak ilmiah? Kontras antara analisis yang mengacu
Purwo Santoso 29
paoa obyektivisme oan inter-o/,cltici-me oapat oilihat oi 8(C,.
222UPU :(*#/B+ !,#C,E(() 7)(./+/+ ',C(-(/ ;,-/(*() F()-
GCF,B*/1 E() 7)(./+/+ ',C(-(/ ;,-/(*() F()- '"CF,B*/1U
8(C,. 222UPU :(*#/B+ !,#C,E(() 7)(./+/+ ',C(-(/ ;,-/(*() J()- GCF,B*/1 E()
7)(./+/+ ',C(-(/ ;,-/(*() F()- '"CF,B*/1
ANALISIS SEBAGAI
KEGIATAN YANG OBYEKTII
ANALISIS SEBAGAI
KEGIATAN YANG
SLBYEKTII
Asumsi tentang posisi
analisis oengan realitas
yang oianalisis
Analis merasa beraoa oi luar
realita yang oianalisis
Analis merasa menjaoi bagian
oari realitas yang oianalisis
Tipe analisis Analisis terhaoap kebijakan Analisis untuk kebijakan
Tipikal analis Ilmuwan, komentator, wartawan Folitisi, polic, molct, teknokrat
Feran yang oijalankan
Analis
Memproouksi pengetahuan
tentang kebijakan
Memproouksi kebijakan
Ootpot yang oiharapkan
Fengetahuan, teori, serta
penyempurnaan metooe analisis
kebijakan, orientasi pemerintah
Basis inlormasi untuk
pembuatan kebijakan,
tawaran rumusan kebijakan
tertentu
Sebagaimana oipahami oalam simulasi paoa pertemuan
sebelumnya,kecenoerungan tioak lengkapnya inlormasi yang oimiliki
oleh seseorang cenoerung memunculkan /liropot atau titik-buta.
Begitu juga oalam analisa kebijakan,keterbatasan rasionalitas oan
pengetahuan para analis seringkali memunculkan berbagai titik-
buta. Dalam paraoigma subyektivis, analisis oilakukan untuk menarik
berbagai titik-buta ini ke wilayah Tct/olo Bogi Diloi sehingga inter-
subyektivitas bisa tercipta.
Lebih oari itu, begitu berharganya pengetahuan atau inlormasi
yang oibutuhkan untuk membuat kebijakan, seringkali oalam praktek
kebijakan, inlormasi ini menjaoi komooiti politik. Fenguasaan atas
pengetahuan atau inlormasi menentukan nasib kepentingan setiap
aktor oalam proses kebijakan yang oiikutinya. Dengan oemikian,
muncul kecenoerungan akan tioak pernah lengkapnya inlormasi oalam
setiap proses kebijakan. Hal ini tentunya membuat analis menghaoapi
kesulitan yang luar biasa untuk menghimpun keseluruhan pengetahuan
oan inlormasi yang oibutuhkan untuk melakukan suatu analisa yang
30 Analisis Kebijakan Publik
obyektil oengan hasil yang memuaskan semua pihak.
1
@U ;%)*#%K,#+/ 7)(./+( ")*"B ;,C/D(B() E() 7)(./+( *,#L(E(A
;,C/D(B()? !,#E,C(*() ',A"*(# GCF,B*/K/*(+ 7)(./+
Dalam praktek analisa kebijakan, ketegangan antara oua kutub
ini muncul oalam ketegangan antara oua corak analisa, yaitu analisa
untuk kebijakan` oan analisa terhaoap kebijakan`. Secara seoerhana,
analisa untuk kebijakan` aoalah analisa yang oitujukan untuk
memproouksi suatu proouk yang secara spesilik menjaoi bagian oari
proses kebijakan tertentu. Sementara, analisis terhaoap kebijakan`
lebih oitujukan untuk memproouksi pengetahuan` tentang proses
kebijakan. Fengetahuan yang oihasilkan oi sini bisa oiambil oari suatu
kebijakan tertentu secara spesilik, yang kemuoian oiabstraksikan
menjaoi bagian oari pengetahuan tentang kebijakan secara umum.
Sebetulnya keoua corak analisa itu lebih bersilat saling melengkapi
,komplementer, oaripaoa bersilat saling menggantikan, atau substitutil.
Hubungan keoua corak analisa itu bisa oicermati oalam Bogor III.1.
Ho/orgor Artoto Arolii ortol Ic/iolor oor Arolii tctlooop Ic/iolorU
Dalam bagan tersebut, Hogwooo oan Gunn memakai istilah polic,
tooic untuk analisa terhaoap kebijakan, oan polic, orol,i bagi analisis
untuk kebijakan.
@(-() 222UPU >"C")-() 7)*(#( 7)(./+/+ <)*"B ;,C/D(B()
0() 7)(./+/+ 8,#L(E(A ;,C/D(B()
! #0A$3 Q3,6') .'L,+$A) 8!99N:) Polic Pcrcdox: the Art oj Politiccl Decision Mclin)
X'& ;,+1> 7_7 X,+3,6 _ O,54$6=) 4'+3$5$ 1$(0 -042L(01$%01$6 !9]] -'6<$6
@2-2( Polic Pcrcdox cnd Politiccl Recson) OA$4/F/
Purwo Santoso 31
Dosen meminta mahasiswa untuk memperhatikan bahwa oalam
kolom aovokasi kebijakan, Hogwooo oan Gunn menempatkan oi
bawahnya analis kebijakan yang ,bisa, sekaligus berperan sebagai
aktor politik, oan sebaliknya, aktor politik yang ,bisa, berperan
sebagai analis kebijakan. Di sini analisis oilakukan untuk melayani
kebutuhan oan permasalahan praktis yang memang menempatkan
analis kebijakan ataupun aktor politik yang bersangkutan oalam situasi
oi mana kebijakan yang oibuat harus bisa mengatasi permasalahan
yang oihaoapi. Do, analisis semacam ini tioak akan oikritisi jika
tioak sepenuhnya mentaati kaioah keilmiahan, selama analisis yang
oilakukan menghasilkan kebijakan yang relevan oengan situasi yang
oihaoapi. Baik-tioaknya analisis kebijakan oalam corak ini oiukur
oari elektil tioaknya kebijakan yang oihasilkan oari analisis tersebut
mengatasi permasalahan publik yang oihaoapi.
Analisis yang oilakukan oalam corak analisis untuk kebijakan,
tentunya membutuhkan oasar teoritik. Dasar teoritik ini, sebagian
besar, oihasilkan melalui analisis terhaoap kebijakan oalam polic, tooic.
Di sini, proses pembangunan teori memang tunouk paoa kaioah-
kaioah ilmiah, oan baik-buruknya analisis oalam corak ini oilihat
oari sejauh mana proses analisis oan teori yang oibangun memenuhi
kaioah-kaioah keilmiahan. Namun, ketika beraoa oi tangan analis
atau aktor politik yang melakukan analisis oengan corak analisis
untuk kebijakan, teori-teori ini akan oiuji oalam ounia nyata untuk
membuktikan lcgoroorr,o oalam situasi kebijakan yang spesilik. Bila
terbukti memiliki kegunaan oalam praktek nyata kebijakan, maka
penerimaan terhaoap teori yang bersangkutan akan semakin besar.
Namun, jika sebaliknya, teori yang bersangkutan tioak-serta merta
oinyatakan salah, namun hanya akan oipanoang tioak relevan oengan
situasi kebijakan yang tengah oihaoapi. Ini karena teori tersebut
merupakan hasil abstraksi oari lenomena praktek kebijakan tertentu,
yang mungkin saja berbeoa oengan praktek kebijakan oi mana teori
tersebut kemuoian oigunakan.
Dosen menjelaskan kepaoa mahasiswa bahwa oalam segmen
keoua mata kuliah ini, mahasiswa bebas memilih salah satu oi antara
32 Analisis Kebijakan Publik
keoua corak analisa kebijakan tersebut. Mahasiswa perlu oiingatkan,
sebelum menentukan pilihan, mahasiswa harus memahami hal-hal
yang silatnya meta-analisis sebelum menyentuh persoalan tertentu.
Kelatahan oan ketioakkritisan akibat kurangnya pemahaman terhaoap
permasalahan meta analisis ini penting untuk oihinoari mengingat
kecenoerungan setiap perspektil atau penoekatan untuk memlokuskan
perhatiannya paoa suatu aspek tertentu oan abai oengan aspek yang
lain. Lntuk itu, pcttomo, analis harus tahu apa yang oiketahuinya oan
apa yang mungkin oihasilkan oari pengetahuannya melalui kecakapan
oan instrumen analisis yang oimilikinya.
Icooo, si analis harus memahami potensi karyanya oianalisis oleh
orang lain oan oikritik karena corak analisisnya, bukan karena substansinya.
Dengan mengetahui lubang atau kekurangan oari pengetahuan oan hasil
analisanya, si analis bisa mengantisipasi aoanya kritik yang oilontarkan
oleh orang lain atas corak analisis yang oigunakannya.
7U :,3(L(3/ !,#() 7)(./+ E(.(3 0"( 8#(E/+/ 7)(./+/+
;,C/D(B() !"C./B
Agar mahasiswa memiliki pemahaman lebih, sebagai bahan
pertimbangan, oosen perlu memaparkan kontroversi seputar obyektivitas
terkait oengan posisi oan corak analisa yang oipilih oleh seorang analis.
Dosen menjelaskan bahwa pilihan posisi oan corak analisa seorang
analis akan memunculkan konsekuensi tersenoiri, salah satunya aoalah
peran tertentu yang oituntut oari si analis. Analisis terhaoap kebijakan
menuntut kepiawaian si analis untuk mengabstraksikan lenomena
kebijakan.Sementara, analisis untuk kebijakan menuntut kepiawaian
si analis oalam menciptakan realitas kebijakan. Karena aktivitasnya
berbeoa, maka hasil yang oiharapkan juga berbeoa.
Sayangnya, aoa semacam arogansi oari para analis yang
mengambil posisi sebagai analis terhaoap kebijakan. Mereka menuntut
agar analis yang melakukan analisis untuk kebijakan bersikap obyektil `
oalam ukuran obyektil-nya analis yang melakukan analisis terhaoap
kebijakan. Faoahal baik buruknya analisis oiukur oengan ukuran
yang berbeoa untuk masing-masing posisi tersebut.
Purwo Santoso 33
Sementara, oalam melakukan analisis oengan corak untuk
kebijakan, seorang analis mau tioak mau harus menentukan untuk
siapa oan untuk apa kebijakan itu oibuat. Hanya oengan oasar
itu si analis bisa mengembangkan analisanya untuk menghasilkan
lormula kebijakan yang oiharapkan sesuai oengan tujuan kebijakan
yang oiinginkan. Tuntutan peran semacam ini, niscaya, membuat si
analis beraoa oalam posisi berkepentingan oengan kebijakan yang
oianalisisnya. Tuntutan semacam itu juga membuat baik-buruknya
kinerja si analis tioak bisa oiukur oari seberapa obyektil analisis yang
oilakukan oan pengetahuan yang oihasilkan, melainkan seberapa jauh
analisis yang oilakukannya menghasilkan lormula yang elektil untuk
mencapai tujuan kebijakan yang suoah oigariskan.
Agar lebih muoah oipahami oan oihayati oleh mahasiswa, oosen
bisa memberikan pertanyaan sebagai berikut: Apa perbeoaan peran
yang oituntut oari seorang ahli masak, ketika oia bekerja untuk sebuah
restoran oengan ketika oia bekerja sebagai kontestan lomba menulis
resep?. Ilustrasi serupa juga bisa kita oapatkan oari berbagai sektor
kehioupan yang kita temui sehari-hari. Itu bisa kita lihat oalam To/cl
III.2.Iortto Artoto Arolii ortol Ic/iolor oor Arolii tctlooop Ic/iolor
oolom Iclioopor Scloti-loti oi Bct/ogoi Atco Ptofci.
8(C,. 222URU ;%)*#(+ 7)*(#( 7)(./+/+ ")*"B ;,C/D(B() E() 7)(./+/+
8,#L(E(A ;,C/D(B() E(.(3 ;,L/E"A() ',L(#/XL(#/ E/ @,#C(-(/ 7#,(
!#%1,+/
BIDANG KER]A
FADANAN ANALIS
TERHADAF KEBI]AKAN
FADANAN ANALIS
LNTLK KEBI]AKAN
Konstruksi Arsitek Tukang Batu
Keantariksaan Astronom Astronot
Kuliner Ahli Kuliner Chel
Seni Sineas Sutraoara
Olah raga KomentatorFakar Olah Raga FelatihAtlet
Kenapa analisis kebijakan oi sini oibanoingkan oengan memasak?
Karena, seperti memasak, analisa kebijakan publik, selain merupakan
34 Analisis Kebijakan Publik
bagian oari sebuah oisiplin ilmu, juga merupakan sebuah seni.
2
Di sini,
selain oioasarkan paoa metooe oan kaioah ilmiah, seorang analis juga harus
menganoalkan intuisi oan cita-rasanya`, layaknya seorang ahli masak.
Kembali ke pertanyaan sebelumnya, seorang ahli masak yang
seoang memasak untuk pelanggan restoran aoalah seorang ahli masak
yang melayani orang yang membutuhkan realitas` masakan-nya, terlepas
oari cara mengolah oan resep yang oipakai oleh si ahli masak. Sementara,
seorang ahli masak yang seoang berusaha menyusun buku masakan atau
menyampaikan pelajaran oalam sebuah kursus memasak, aoalah seorang
ahli masak yang melayani orang yang membutuhkan ilmu` memasaknya,
terlepas oari permasalahan apakah sesuoahnya, mereka mencicipi hasil
oemonstrasi yang oiperagakan oleh si ahli memasak.
@(-() 222URU
2."+*#(+/ 7)(./+ 7B*/K/*(+ ")*"B :,3(L(3/ N,)%3,)(
;,C/D(B() E(#/ !,#+A,B*/1 8,#*,)*"
F G$+-$`A) Y2<'6') 8FRRW:)Prccticcl Guide jor Polic Anclsis: the Eihtjold Pcth to
More Ejjectite Problem Soltin Second Edition) 7$%A06<3,6 .O> Oa E+'%%^ A$(/ Z0D/
Purwo Santoso 35
Konoisi yang sangat mirip juga terjaoi oalam analisis untuk
kebijakan oan analisis terhaoap kebijakan. Ketika melakukan analisis
untuk kebijakan, si analis seoang melayani orang yang membutuhkan
proouk` kebijakan yang elektil, menurut kriteria oari orang tersebut.
Sementara, ketika melakukan analisis terhaoap kebijakan, si analis
seoang melayani orang yang membutuhkan ilmu` untuk menganalisis,
termasuk untuk membuat, kebijakan yang elektil oan tclio/lc.
Seoerhananya, kalau kita umpamakan analisis seperti sebuah
lensa kacamata, oalam posisi melakukan analisis terhaoap kebijakan, si
analis berkutat oengan hal ikhwal membuat oan cara menggunakan
lensa yang tepat oan terpercaya untuk kebijakan secara umum.
Sementara, oalam posisi melakukan analisis untuk kebijakan, si analis
berkutat oengan hal ikhwal menggunakan lensa tersebut oemi
menoapatkan panoangan yang jelas oan jernih. Hasil oari analisis
yang pertama aoalah benoa` lensa oan cara penggunaan yang baik,
seoangkan oari analisis yang keoua, yang oiharapkan aoalah sesuatu
yang oilihat secara tepat oengan lensa tersebut, yang mungkin tioak
akan terlihat jika lensa yang oigunakan berbeoa. Lihat Bogor III.2.
Ilottoi Aroli Alticito ortol Mcmolomi Fcromcro Ic/iolor ooti Pctpcltif
Tcttcrto.
Lntuk menjaoi seorang analis yang baik, kita harus sensitil oan
tanggap terhaoap perbeoaan tuntutan oan kebutuhan yang oilayani
oari posisi yang oiambil sebagai analis. Karena, untuk memenuhi
kebutuhan tersebut memerlukan penoekatan oan keahlian yang
berbeoa.Misalnya, ketika sama-sama menggunakan instrumen Cot-
Bcrcfit Arol,i - CBA, analis oalam posisi melakukan analisis untuk
kebijakan akan menggunakannya oengan berlokus paoa hasil analisis
yang akurat oan tclio/lc, sebab itu yang oibutuhkan untuk membuat
sebuah kebijakan yang elektil. Sementara, analis yang beraoa oalam
posisi melakukan analisis terhaoap kebijakan akan menggunakan
instrumen yang sama, tetapi berlokus paoa oetil cara penggunaannya.
Misalnya untuk melihat apakah instrumen ini suoah oigunakan secara
benar ataukah CBA memberikan hasil yang benar-benar akurat oan
tclio/lc, atau, bisa juga, melihat apakah CBA memiliki kelemahan-
36 Analisis Kebijakan Publik
kelemahan oan apa yang bisa oilakukan untuk menutup kelemahan
tersebut.
Lntuk memberikan pemahaman kepaoa mahasiswa, oosen bisa
memberikon contoh melalui ilustrasi kasus riil analisis kebijakan.
Misalnya, mahasiswa bisa oiajak untukmelihat ekspresi analisis orang-
orang ]FF ,saat itu masih ]IF, LGM ketika beroiri sebagai orang luar
oan mengomentari proses Rancangan Lnoang-unoang Keistimewaan-
RLLK Yogyakarta. Selanjutnya, kita bisa banoingkan ekspresi tersebut
oengan ekspresi oari orang-orang yang sama ketika mereka telah
menjaoi bagian oari lingkaran pembuat kebijakan untuk kasus RLLK.
Tentunya oalam posisi yang keoua kita menoapati aoanya keoekatan
emosional yang ikut mewarnai ekspresi oari orang-orang ]FF LGM,
oibanoingkan sebelumnya ketika masih beroiri sebagai orang luar.
0U ;,A/($(/() 0(+(# F()- 0/C"*"LB() %.,L ',%#()- 7)(./+
Dosen menjelaskan bahwa antara corak analisis untuk kebijakan oan
analisis terhaoap kebijakan, oistingsi utamanya terletak paoa tujuan yang
ingin oicapai melalui analisis kebijakan. 1org pcttomo, analisis oilakukan
untuk membangun sebuah kebijakan yang oianggap relevan oengan
situasi kebijakan yang oihaoapi. Sementara, ,org lcooo, untuk membangun
pemahaman yang lebih komprehensil tentang realita kebijakan.
Lntuk memberikan gambaran yang lebih tentang tuntutan
peran yang harus oilakoni seorang analis sesuai oengan pilihan corak
analisanya, oosen mengajak mahasiswa untuk mencermati Tabel III.3.
Tabel tersebut memberikan oeskripsi apa yang biasanya oilakukan oleh
analis ketika beraoa oi posisi analis untuk kebijakan oan analis terhaoap
kebijakan. Dalam tabel tersebut, oengan menggunakan lormula
-W-1-H Harolo D. Laswell, mahasiswa oiajak untuk memahami posisi
oan tuntutan yang harus oihaoapi oleh seorang analis, sesuai oengan
pilihan corak analisis yang oilakukannya.
Dalam tabel itu aktivitas oan kepiawaian yang oituntut oari
analis oi masing-masing posisi oioeskripsikan menurut Apa yang
mereka lakukan?`, Siapa yang melakukan?`, Lntuk siapaapa analisis
oilakukan?`, Bagaimana itu oilakukan?`, oan Sampai sejauh mana
Purwo Santoso 37
analisis tersebut oilakukan?`.
Dosen juga menjelaskan bahwa oi Tabel III.3., oalam masing-
masing corak analisis oitambahkan satu kategori, yang menempatkan
posisi analis, sebagai bagian pengambil keputusan kebijakan atau
sebagai orang luar. Karena perbeoaan posisi tersebut akan berimplikasi
paoa perbeoaan tuntutan peran yang harus oilakukan oleh seorang
analis. Namun, oosen perlu menambahkan bahwa kategorisasi yang
terakhir ini menjaoi agak kabur batas-batasnya, karena oalam konteks
gocctrorcc yang sekarang aoa, peran oan pengaruh aktor-aktor non
negara semakin besar oalam proses kebijakan. Meskipun oemikian,
kategorisasi ini tetap oiberikan sekeoar memberikan gambaran yang
lebih lengkap kepaoa mahasiswa.
Batas antara analis beraoa oi oalam atau oi luar lingkaran
pembuatan kebijakan yang jelas oan torgi/lc, untuk saat ini, aoalah
posisi lormal si analis atau kepentingan yang oilayani oleh si analis.
Misalnya, apakah si analis, selain sebagai analis, juga menempati
posisi sebagai pejabat publik atau bekerja untuk pejabat publik. ]ika
ya`, maka oi situ si analis bisa oisebut berposisi sebagai orang oalam.
Tetapi jika tioak, kita bisa mengatakan bahwa analis itu beraoa oi luar
lingkaran pembuat kebijakan.
Setelah mahasiswa mengenal apa yang oiminta oari seorang
analis oari posisi yang oipilihnya, mahasiswa akan oiajak untuk
mengenal oan menghayati tipologi analis kebijakan beroasarkan
kapasitas oirinya. Ini berguna bagi mahasiswa untuk memahami corak
analis yang menjaoi kecenoerungan masing-masing tipe analis. Dari
situ, sama seperti oi atas, sebagai analis, mahasiswa bisa mulai belajar
untuk memaksimalkan keunggulan oan menutup kelemahan yang
timbul oari masing-masing tipe tersebut. Lihat 8(C,. 222USU ;"(E#()
!%+/+/ 7)(./+ ;,C/D(B()U
38 Analisis Kebijakan Publik
8
(
C
,
.

2
2
2
U
S
U
;
"
(
E
#
(
)

!
%
+
/
+
/

7
)
(
.
/
+

;
,
C
/
D
(
B
(
)
!
%
+
/
+
/

7
)
(
.
/
+
7
)
(
.
/
+
/
+

"
)
*
"
B

;
,
C
/
D
(
B
(
)
7
)
(
.
/
+
/
+

*
,
#
L
(
E
(
A

;
,
C
/
D
(
B
(
)
G
#
(
)
-

=
"
(
#
G
#
(
)
-

0
(
.
(
3
G
#
(
)
-

=
"
(
#
G
#
(
)
-

0
(
.
(
3
; 9 2 8 4 9 2 7
1 l o t
A
g
c
r
o
o

c
t
t
i
r
g

o
i
l
a
k
u
k
a
n

o
a
l
a
m

r
a
n
g
k
a

a
o
v
o
k
a
s
i

k
e
b
i
j
a
k
a
n
:

p
o
l
i
c
,

m
o
l
i
r
g

a
t
a
u

p
o
l
i
c
,

c
l
o
r
g
c
A
g
c
r
o
o

c
t
t
i
r
g

o
i
l
a
k
u
k
a
n

o
a
l
a
m

r
a
n
g
k
a

a
o
v
o
k
a
s
i

k
e
b
i
j
a
k
a
n
:

p
o
l
i
c
,

m
o
l
i
r
g

a
t
a
u

p
o
l
i
c
,

c
l
o
r
g
c
A
n
a
l
i
s
a

o
g
c
r
o
o

c
t
t
i
r
g

o
i
l
a
k
u
k
a
n

o
a
l
a
m

r
a
n
g
k
a

m
e
m
a
h
a
m
i

p
r
o
s
e
s

k
e
b
i
j
a
k
a
n
A
n
a
l
i
s
a

o
g
c
r
o
o

c
t
t
i
r
g

o
i
l
a
k
u
k
a
n

o
a
l
a
m

r
a
n
g
k
a

m
e
m
a
h
a
m
i

p
r
o
s
e
s

k
e
b
i
j
a
k
a
n
1 l o
I
n
o
i
v
i
o
u

a
t
a
u
p
u
n

i
n
s
t
i
t
u
s
i

y
a
n
g

m
e
m
i
l
i
k
i

a
t
a
u

b
e
r
h
u
b
u
n
g
a
n

l
a
n
g
s
u
n
g

o
e
n
g
a
n

o
t
o
r
i
t
a
s

o
a
l
a
m

p
e
n
e
n
t
u
a
n

k
e
b
i
j
a
k
a
n

y
a
n
g

r
e
l
e
v
a
n
I
n
o
i
v
i
o
u

a
t
a
u
p
u
n

i
n
s
t
i
t
u
s
i

y
a
n
g

t
i
o
a
k

s
e
c
a
r
a

l
a
n
g
s
u
n
g

m
e
m
i
l
i
k
i

o
t
o
r
i
t
a
s

o
a
l
a
m

p
e
n
e
n
t
u
a
n

k
e
b
i
j
a
k
a
n
I
n
o
i
v
i
o
u

a
t
a
u
p
u
n

i
n
s
t
i
t
u
s
i

y
a
n
g

m
e
m
i
l
i
k
i

a
t
a
u

b
e
r
h
u
b
u
n
g
a
n

l
a
n
g
s
u
n
g

o
e
n
g
a
n

o
t
o
r
i
t
a
s

o
a
l
a
m

p
e
n
e
n
t
u
a
n

k
e
b
i
j
a
k
a
n
I
n
o
i
v
i
o
u

a
t
a
u
p
u
n

i
n
s
t
i
t
u
s
i

y
a
n
g

t
i
o
a
k

s
e
c
a
r
a

l
a
n
g
s
u
n
g

m
e
m
i
l
i
k
i

o
t
o
r
i
t
a
s

o
a
l
a
m

p
e
n
e
n
t
u
a
n

k
e
b
i
j
a
k
a
n
1 l ,
H
i
r
a
u

p
a
o
a

p
e
r
s
o
a
l
a
n

y
a
n
g

m
e
n
y
a
n
g
k
u
t

n
a
m
a

b
a
i
k

a
t
a
u

k
e
p
e
n
t
i
n
g
a
n

i
n
s
t
i
t
u
s
i
M
e
m
p
e
r
j
u
a
n
g
k
a
n

k
e
p
e
n
t
i
n
g
a
n

k
e
l
o
m
p
o
k
M
e
l
a
k
u
k
a
n

b
e
r
o
a
s
a
r
k
a
n

o
o
r
o
n
g
a
n

o
a
r
i

o
i
r
i

s
e
n
o
i
r
i

a
t
a
u

i
n
s
i
t
i
t
u
s
i

y
a
n
g

r
e
l
e
v
a
n
B
e
r
o
a
s
a
r
k
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n

o
i
r
i

s
e
n
o
i
r
i

a
t
a
u
p
u
n

o
o
r
o
n
g
a
n

o
a
r
i

p
i
h
a
k

l
a
i
n
F o t 1 l o m
L
n
t
u
k

k
e
p
e
n
t
i
n
g
a
n

i
n
s
t
i
t
u
s
i

o
e
n
g
a
n

m
e
n
g
a
t
a
s
n
a
m
a
k
a
n

p
u
b
l
i
k
M
e
n
j
a
m
i
n

k
e
p
e
n
t
i
n
g
a
n

k
e
l
o
m
p
o
k

t
e
r
t
e
n
t
u

t
e
r
p
e
n
u
h
i
K
e
p
e
n
t
i
n
g
a
n

i
n
t
e
r
n
a
l

i
n
s
t
i
t
u
s
i
.

N
a
m
u
n

b
i
s
a

j
u
g
a

o
i
b
u
a
t

a
k
s
e
s
i
b
e
l

u
n
t
u
k

m
a
s
y
a
r
a
k
a
t

l
u
a
s
D
i
k
e
t
a
h
u
i

k
h
a
l
a
y
a
k

l
u
a
s
Purwo Santoso 39

8
(
C
,
.

2
2
2
U
S
U
;
"
(
E
#
(
)

!
%
+
/
+
/

7
)
(
.
/
+

;
,
C
/
D
(
B
(
)
!
%
+
/
+
/

7
)
(
.
/
+
7
)
(
.
/
+
/
+

"
)
*
"
B

;
,
C
/
D
(
B
(
)
7
)
(
.
/
+
/
+

*
,
#
L
(
E
(
A

;
,
C
/
D
(
B
(
)
G
#
(
)
-

=
"
(
#
G
#
(
)
-

0
(
.
(
3
G
#
(
)
-

=
"
(
#
G
#
(
)
-

0
(
.
(
3
; 9 2 8 4 9 2 7
H o o
I

o
c

c
o
t
c
l

a
t
a
u

i

o
c

f
i
l
t
t
o
t
i
o
r
;
M
e
l
a
k
u
k
a
n

a
k
s
i

n
y
a
t
a

y
a
n
g

t
i
o
a
k

k
e
l
u
a
r

o
a
r
i

k
e
w
e
n
a
n
g
a
n
n
y
a
,

c
a
r
a
n
y
a

o
e
n
g
a
n

s
e
b
a
t
a
s

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

s
u
m
b
e
r
o
a
y
a

y
a
n
g

o
i
m
i
l
i
k
i
,

a
t
a
u
,
M
e
n
y
i
s
i
p
k
a
n

k
e

o
a
l
a
m

p
e
r
t
e
m
u
a
n

i
n
l
o
r
m
a
l

a
t
a
u

r
c
t
o
o
t
l
i
r
g
.
M
e
m
b
e
n
t
u
k

b
a
s
i
s

o
u
k
u
n
g
a
n
,

k
o
n
s
o
l
i
o
a
s
i

s
e
c
a
r
a

i
n
l
o
r
m
a
l
,

m
e
n
g
i
n
i
s
i
a
s
i

a
g
e
n
o
a

s
e
c
a
r
a

l
r
o
n
t
a
l

o
e
n
g
a
n

o
t
o
r
i
t
a
s

k
e
b
i
j
a
k
a
n
.

M
i
s
a
l
,

m
e
l
a
l
u
i

p
e
r
t
e
m
u
a
n

l
o
r
m
a
l

o
e
n
g
a
n

o
t
o
r
i
t
a
s

k
e
b
i
j
a
k
a
n
,

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

r
c
t
o
o
t
l
i
r
g
,

p
e
w
a
c
a
n
a
a
n

m
e
o
i
a

a
t
a
u
p
u
n

a
k
s
i

m
a
s
s
a
H
a
n
y
a

s
e
b
a
t
a
s

m
e
n
c
a
r
i

i
n
l
o
r
m
a
s
i

y
a
n
g

o
i
b
u
t
u
h
k
a
n
.

C
a
r
a
n
y
a
,

m
e
n
g
i
o
e
n
t
i
l
i
k
a
s
i

o
o
k
u
m
e
n
-
o
o
k
u
m
e
n
,

a
t
a
u
p
u
n

n
o
t
u
l
e
n
s
i

k
e
g
i
a
t
a
n
M
e
n
g
a
n
a
l
i
s
a

k
e
m
u
o
i
a
n

o
i
p
u
b
l
i
k
a
s
i
k
a
n

o
i

b
e
r
b
a
g
a
i

m
e
o
i
a

m
a
s
s
a
,

j
u
r
n
a
l
,

a
t
a
u
p
u
n

k
a
j
i
a
n

i
l
m
i
a
h

l
a
i
n
n
y
a
,

m
e
n
g
u
t
a
m
a
k
a
n

k
e
o
a
l
a
m
a
n

a
n
a
l
i
s
a
T o 1 l o t
E x t c r t
M
e
l
a
k
s
a
n
a
k
a
n

r
a
n
c
a
n
g
a
n

k
e

o
a
l
a
m

p
r
o
s
e
s

y
a
n
g

l
e
b
i
h

k
o
n
k
r
i
t

,
l
o
r
m
u
l
a
s
i
,

i
m
p
l
e
m
e
n
t
a
s
i

o
a
n

e
v
a
l
u
a
s
i
,
,

m
e
m
p
e
n
g
a
r
u
h
i

p
e
m
b
u
a
t
a
n

o
a
n

o
a
m
p
a
k

k
e
b
i
j
a
k
a
n
M
e
n
g
g
a
l
a
n
g

k
e
s
e
p
a
k
a
t
a
n
,

m
e
m
p
e
n
g
a
r
u
h
i

p
e
m
b
u
a
t
a
n

o
a
n

o
a
m
p
a
k

k
e
b
i
j
a
k
a
n
L
c
o
t
r
i
r
g
,

c
c
o
l
o
o
t
i
o
r
L
c
o
t
r
i
r
g
,

c
c
o
l
o
o
t
i
o
r
40 Analisis Kebijakan Publik
8
(
C
,
.

2
2
2
U
Y
U
:
(
*
#
/
B
+

;
(
A
(
+
/
*
(
+

0
/
#
/

7
)
(
.
/
+
T
i
p
c

A
r
o
l
i

A
l
t
o
t

1
o
r
g

m
c
r

o
o
i

i
r
t
i

o
o
t
o
r
g
o
r

m
o
t
i
c
o

i
S
t
o
r
o
o
t

l
c

o
l

o
r
S
o
m
/
c
t

P
o
l
o
l
}
o
r
g
l
o

1
o
l
t
o

P
c
r
g
o
t
o
l
P
i
l
i
l
o
r

S
i
l
o
p

t
c
t
l
o
o
o
p

A
r
o
l
i

o

I
c
/
i

o
l
o
r
I
o
r
t
c
l


R
o

o
l
o
r
8 , B ) / + /
O t o l o r g )


F
e
n
e
l
i
t
i

k
a
m
p
u
s


S
k
r
i
p
s
i
,

T
e
s
i
s

o
a
n

o
i
s
e
r
t
a
s
i

,
m
a
h
a
s
i
s
w
a
,
K
e
s
e
m
p
a
t
a
n

u
n
t
u
k

m
e
l
a
k
u
k
a
n

k
e
b
i
j
a
k
a
n

s
e
b
a
g
a
i

o
r
i
e
n
t
a
s
i

p
e
n
e
l
i
t
i
a
n
K
u
a
l
i
t
a
s

k
e
r
j
a

y
a
n
g

m
e
m
u
a
s
k
a
n

o
i
r
i
n
y
a

o
a
n

k
o
l
e
g
a
n
y
a
D
e
t
i
l
-
o
e
t
i
l

p
e
r
i
n
t
a
h

o
a
n

p
e
m
a
h
a
m
a
n

l
r
o
o
l
c
o
g
c
)
]
a
n
g
k
a

p
a
n
j
a
n
g
O
b
y
e
k
t
i
l

o
a
n

a
p
o
l
i
t
i
s
:

a
n
a
l
i
s
a

s
e
b
a
g
a
i

t
u
j
u
a
n

a
k
h
i
r

i
t
u

s
e
n
o
i
r
i
M
a
n
u
a
l

a
n
a
l
i
s
a

k
e
b
i
j
a
k
a
n

L
i
h
a
t

D
u
n
n
! % . / * / + /


F
o
l
i
t
i
s
i


W
a
r
t
a
w
a
n


A
o
v
o
k
a
t
o
r

K
e
b
i
j
a
k
a
n
K
e
s
e
m
p
a
t
a
n

u
n
t
u
k

o
i
r
i

s
e
n
o
i
r
i

b
e
r
i
k
l
a
n

,
o
o

c
o
r
c
c
m
c
r
t
)

o
a
n

p
e
n
g
a
r
u
h

p
r
i
b
a
o
i
n
y
a
M
e
m
u
a
s
k
a
n

k
l
i
e
n
n
y
a

s
e
c
a
r
a

l
a
n
g
s
u
n
g
K
e
a
h
l
i
a
n

k
o
m
u
n
i
k
a
s
i

o
a
n

k
o
o
r
o
i
n
a
s
i
]
a
n
g
k
a

p
e
n
o
e
k
A
n
t
i

a
n
a
l
i
s
i
s
:

a
n
a
l
i
s
i
s

s
e
b
a
g
a
i

s
e
b
u
a
h

t
u
j
u
a
n

u
n
t
u
k

p
e
n
g
a
r
u
h

p
r
i
b
a
o
i
n
y
a
A
o
v
o
k
a
s
i

L
i
h
a
t

I
a
k
i
h
Purwo Santoso 41
Z / # ( + $ ( + * ( $ ( )
, E r t t c p t c r c o t )


T
l
i
r
l
-
t
o
r
l


L
i
t
b
a
n
g

i
r

t
i
t
o

i
K
e
s
e
m
p
a
t
a
n

u
n
t
u
k

m
e
n
e
l
u
s
u
r
i

p
i
l
i
h
a
n
-
p
i
l
i
h
a
n

k
e
b
i
j
a
k
a
n

,
p
o
l
i
c
,

p
t
c
f
c
t
c
r
c
c

)
D
i
t
e
r
i
m
a

s
e
b
a
g
a
i

k
e
b
i
j
a
k
a
n
-
k
e
b
i
j
a
k
a
n

y
a
n
g

o
a
p
a
t

o
i

i
m
p
l
e
m
e
n
t
a
-
s
i
k
a
n

y
a
n
g

o
a
p
a
t

m
e
m
b
a
w
a

a
k
i
b
a
t

m
a
n
l
a
a
t
F
e
m
a
h
a
m
a
n

p
l
o


k
e
a
h
l
i
a
n

k
o
m
u
n
i
k
a
s
i

o
a
n

k
o
o
r
o
i
n
a
s
i
F
e
r
s
p
e
k
t
i
l

s
e
i
m
b
a
n
g

:

j
a
n
g
k
a

p
a
n
j
a
n
g

o
a
n

j
a
n
g
k
a

p
e
n
o
e
k
F
o
l
i
t
i
s

o
a
n

a
n
a
l
i
t
i
s
:

a
n
a
l
i
s
i
s

s
e
b
a
g
a
i

t
u
j
u
a
n

u
n
t
u
k

m
e
m
p
e
n
g
a
r
u
h
i

k
e
b
i
j
a
k
a
n
A
r
g
u
m
e
n

s
e
b
u
a
h

k
e
b
i
j
a
k
a
n

L
i
h
a
t

P
o
p
c
t

p
o

i
t
i
o
r
, S o l t o l o )
P t c t c r o c t


G
o
s
i
p
-
g
o

i
p

l
c
/
i

o
l
o
r


I
o
m
c
r
t
o
t
o
t


l
c
/
i

o
l
o
r
S
e
n
s
a
s
i
,

m
e
n
g
i
s
i

w
a
k
t
u
,

t
c

p
o
r


l
a
n
g
s
u
n
g
D
i
p
e
r
c
a
y
a
,

m
e
m
b
a
n
g
u
n

o
i
s
k
u
r
s
u
s
K
a
b
a
r

b
u
r
u
n
g
,

b
e
r
i
t
a

s
e
k
i
l
a
s
S
a
n
g
a
t

p
e
n
o
e
k
O
p
p
o
r
t
u
n
i
s
,

p
r
o
v
o
k
a
t
i
l
K
o
m
e
n
t
a
r
-
k
o
m
e
n
t
a
r

s
a
m
b
i
l

l
a
l
u
.

L
i
h
a
t


,
M
a
i
l
l
i
s
t
,

o
b
r
o
l
a
n
,

s
u
r
a
t

p
e
m
b
a
c
a
,

o
l
l
,
42 Analisis Kebijakan Publik
Lntuk lebih memperjelas tipologi analis, beroasarkan pilihan
posisinya, serta konsekuensi yang oitimbulkan oleh pilihan tersebut,
oosen mengajak mahasiswa untuk membanoingkan tipologi analis
kebijakan oalam Tabel III.3., oengan tipologi yang oibangun Arnolo
]. Meltsner oalam 8(C,. 222UYU :(*#/B+ ;(A(+/*(+ 0/#/ 7)(./+.
Dosen menjelaskan bahwa tipologi yang oigunakan oalam Tabel III.!
aoalah tipologi Arnolo ]. Meltsner. Sesungguhnya, selain tipologi
yang oibangun oleh Meltsner masih banyak tipologi yang lain,
sehingga mahasiswa tioak perlu merasa canggung jika mereka ingin
menggunakan tipologi yang lain. Dalam membangun tipologinya,
Meltsner telah melakukan penelitian oengan mengambil sampel 116
analis kebijakan. Dalam penelitiannya tersebut, kapasitas oiri analis
oipilah menjaoi empat kategori yang merujuk paoa nilai oan cara
kerja mereka oalam melakukan analisa.
3
Kategori pemilahan oibuat
beroasar paoa inoikator keterampilan politik oan keterampilan
analisa. Hasil pemilahan tersebut aoalah empat karakter analis
beroasarkan lill yang oimiliki, yaitu Wirausahawan ,Ertctptcrcot,,
TeknisiTukang, Folitisi serta Analis Sok Tahu` ,Ptctcroct,.
Masing-masing tipologi analis tersebut bisa oijabarkan oalam To/cl
III.+. Mottil Iopoito Diti Aroli. Femahaman akan kapasitas oiri seorang
analis ini juga penting untuk sebagai pertimbangan pemilihan posisi oan
mooel analisis, yang akan oipaparkan paoa sesi berikutnya, karena pilihan
posisi oan mooel melibatkan tuntutan terkait oengan komprehensivitas
oan kecanggihan analisa yang oituntut oari si analis.
PU Z/#("+(L($()
Ertctptcrcot aoalah tipe gabungan teknisi oan politisi, oia seorang
pragmatis namun juga penoioik, manipulator sekaligus pembangun
koalisi. Dia mengawinkan politik oan lingkungan organisasinya. Lebih
politis oan agresil oaripaoa teknisi, tetapi secara teknis berkompeten oan
memiliki stanoar internal sekaligus kontrol kualitas. Frinsipnya oia tioak
oalam kontrol klien, jika klien tioak menoengarkan maka orang lain
K #0A$3 -$($5 B'(3%6'+) H+6,(- J) 8!9Nb:) Polic Anclsts in the eurecucrcc) #H>
C60D'+%03= ,I O$(0I,+60$ E+'%%) A(5/ !W/
Purwo Santoso 43
yang akan menoengar karena analis ini lebih melihat kepentingan publik
sebagai klien utamanya. Kebanyakan tipe ini aoalah para ahli analisis
kebijakan yang berasal oari kalangan akaoemisi ataupun birokrat.
Analisis aoalah kekuasaan, begitulah kira-kira motto seorang analis
wirausahawan. Analis jenis ini paham benar bahwa polic, molirg oipenuhi
oleh banyak aktor besar, maka mereka mengembangkan kuasanya senoiri
untuk memanlaatkan semua pengaruh. Dia menyaoari kekuatannya,
yaitu membuat kebijakan oengan mempengaruhi keputusan. Analis ini
lebih menempatkan oiri sebagai tlirl-tlorl kepentingan publik. Analis
jenis ini rajin membangun taktik, baik oi oalam maupun oi luar birokrasi.
Singkatnya, seorang analis crttcptcrcot aoalah analis yang ioeal` karena
tioak hanya mahir melakukan analisa kebijakan, tapi secara oiam-oiam
juga panoai oalam membangun kekuatan politik.
RU 8,B)/+/
Seorang teknisi aoalah peneliti akaoemis -seorang intelektual-
oalam area birokrasi. Bayangkan orang yang oikelilingi komputer,
mooel-mooel teori, statistika, oan lain-lain tetapi seperti ulat oalam
kepompong. Dia hanya berkepentingan oengan riset atau tinoakan
yang berhubungan oengan analisa kebijakan. Dia tahu politik tapi
tioak banyak, karena politik aoalah sesuatu yang lain oi luar kebijakan.
Dia menerapkan stanoar untuk oirinya senoiri, sehingga motto-nya lc/il
/oil mcrooi /crot ootipooo tcpot oolto. Tipe ini biasanya aoalah para
akaoemisi oan peneliti yang oikontrak oleh biro pemerintah tertentu.
Motivasi utama oari analis tipe ini aoalah kesempatannya untuk
melakukan riset yang berhubungan oengan kebijakan oalam sebuah
lingkungan pembuatan kebijakan ,polic, molirg). Sehingga kebanyakan
oari para teknisi ini aoalah para intelektual yang beraoa oi menara
gaoing, oengan menjaoi pengamat oan tioak terlibat oalam polic,
molirg. Baginya akurasi pengamatan oan penjelasan lebih penting
oaripaoa proses gool-nya kebijakan.
Seorang teknisi mampu menjaoi guoang oata, karena
kemampuannya mengolah beragam oata statistik, ootllcct, laporan
pemerintah, oan semacamnya. Sehingga mereka cenoerung untuk
44 Analisis Kebijakan Publik
menempatkan analisa sebagai alat untuk menemukan kunci oalam
memahami masalah kebijakan atau solusi kebijakan. Substansi oari
kebijakan lebih menarik bagi mereka oaripaoa proses oioalamnya.
SU !%./*/+/
Meski menyaoari oirinya bukan birokrat, seorang analis politisi
lebih berpikir olo birokrat oaripaoa seorang analis. Seorang analis
politisi lebih memperhatikan oimana oia ououk oan kepaoa siapa
oia bekerja.Dia lebih khawatir penilaian yang buruk paoa kinerja
pelayanannya oaripaoa kualitas analisanya. Atribut kantor seorang
analis politisi lebih menonjolkan simbol yang menunjukkan oirinya
sebagai seorang politisi oaripaoa sebagai guoang oata. Meski mereka
menyaoari oirinya generalis, namun mereka tetap melihat oirinya
berbeoa. Tipe ini biasanya aoalah para politisi.
Analisis kebijakan kelihatan seperti menawarkan kesempatan bagi
politisi untuk memperluas wawasan oirinya. Seperti halnya rekayasa
sosial,mereka melihat pengalaman sebagai perluasan kesempatan
oalam ranah sosial oan membantu mereka mempelajari tentang
beberapa aktivitas pemberoayaan komunitas. Kepercayaan oiri
oari analis politisi aoalah keyakinan akan kemampuannya merubah
gagasan menjaoi kenyataan. Mereka percaya bahwa oirinya mampu
mentranslormasi penelitian ilmu sosial ke oalam kebijakan publik.
Mereka ingin beraoa oioalam kegiatan kebijakan itu senoiri oan
bekerja oioalamnya. Akibatnya oia lebih mengutamakan agenoa klien
oaripaoa agenoanya senoiri.
YU ['%B 8(L"\ OptctcroctQ
Kiranya untuk tipe analis seperti ini tioak perlu kita bahas secara
lebih menoetil karena kontribusinya paoa analisa kebijakan sangatlah
seoikit. Namun oemikian, mungkin tipe inilah yang paling banyak
oan paling muoah kita temukan. Kita oapat menemukannya hampir
oisetiap jalan, warung, cale, oan oimanapun tentang gosip-gosip politik
oibicarakan. Analisa para ptctcroct tioak oapat oipertanggungjawabkan
sekaligus tioak memiliki elek yang politis. Namun jangan salah, biasanya
Purwo Santoso 45
para ptctcroct pula yang mampu menyebarkan gosip kebijakan menjaoi
perhatian, yang sangat mungkin akan oirespons secara serius oleh para
teknisi, politisi maupun crtctptcrcot.
Sekali lagi oosen mengingatkan mahasiswa bahwa kategorisasi
oiatas hanyalah sebentuk penyaringan.Kalau kita cermati, Arnolo ].
Meltsner membangun tipologi-nya hanya oengan menggunakan oua
variabel analisa, yaitu kemampuan analisa oan ketrampilan politiknya.
]ika kita mau melakukan investigasi lain yang lebih serius, kitapun oapat
menerapkan stanoar nilai yang akan kita ukur. Dari lenomena tersebut,
kita semakin saoar oan mengakui bahwa setiap analis memiliki stanoar
nilai yang berbeoa.
Bagaimana oengan konteks Inoonesia? Tentu kita memiliki tingkat
rasionalitas berbeoa oan justru perlu memasukkan perangkat analisa
yang berbeoa pula. Boleh jaoi kita tioak perlu mengukur keseriusan
sebuah kebijakan oari keoalaman nalar pikir polic, molct, melainkan
seberapa kuat seorang istri atau, mungkin juga penasehat spiritual
seorang pembuat kebijakan mempengaruhinya. Artinya, masih terbuka
lebar bagi kita untuk mencari senoiri kriteria etika oan nilai yang tepat
oigunakan oi Inoonesia.
4U !,)"-(+()
Di akhir pertemuan ini, mahasiswa yang telah oiajak untuk
mengenal tipologi analis menurut kapasitas mereka. Diminta untuk
mulai mempertimbangkan posisi oan corak analisis apa yang akan
oipilihnya oalam melakukan latihan analisis kebijakan oi segmen
keoua oari perkuliahan ini. Lntuk mengasah kepekaan mahasiswa
oalam melakukan poitiorirg, mahasiswa oiminta untuk:
Memberikan kejelasan pilihan posisi oan alasan oia memilih posisi
tersebut,
Mengioentilikasi kecenoerungan bias yang mungkin bisa timbul
oari posisi yang oipilihnya tersebut. Sebagai ilustrasi, mahasiswa
bisa merujuk paoa 8(C,. 222U]U @/(+ ;L(+ 8/A, 7)(./+
;,C/D(B(),
46 Analisis Kebijakan Publik
8(C,. 222U]U @/(+ ;L(+ 8/A, 7)(./+ ;,C/D(B()
8/*/B !/D(B ;,W,)E,#")-() <*(3(
Ilmuwan, Aoministrator, oan
Militer
Kelangsungan proseour, terlaksananya
perintah ,komanoo,
Folitisi Tercapainya tujuan oirikelompoknya
Fengusaha Keuntungan
Aktivis Ferubahan tatanan
Mahasiswa oiminta untuk mempersiapkan oiri oengan membaca
literatur tentang mooel kebijakan oan moocllirg oalam analisa kebijakan:
o Hupe, Feter ]. oan Michael ]. Hill, Tltcc Actior Lcccl of Gocctrorcc:
Rcftomirg tlc Polic, Ptocc Bc,oro tlc Stogc Moocl, oalam Fieters,
B. Guy oan ]on Fierre, ,2006,, Horo/ool of Po/lic Polic,, Sage
Fublications
0(1*(# !"+*(B(
Hogwooo, Brian W oan Lewis E. Gunn,,1989,, Polic, Arol,i fot tlc Rcol
1otlo, LK: Oxloro Lniversity Fress
Meltsner, Arnolo ], ,196,, Polic, orol,t ir tlc Bcotcooctoc,, LA:
Lniversity ol Calilornia Fress
Stone, Deborah, ,199,, Polic, Potooox: tlc Att of Politicol Dcciior Molirg,
New York: W8W Norton 8 Company, pertama kali oipublikasikan
1988 oengan juoul Polic, Potooox oroPoliticol Rcoor
Purwo Santoso 47
!01203456 +E
7"#$"7/%#$8%# 8"'%#$8%
%#%*+,% 8"/+K%8%#
!"#" %&#" '&()*+",-,.
Memperkenalkan konsep kerangka analisa kebijakan
kepada mahasiswa
Memberikan pemahaman kepada mahasiswa LenLang
konsep kerangka analisa kebijakan kepada mahasiswa
MelaLih mahasiswa unLuk bisa membangun kerangka
analisa kebijakan sederhana.
%*/#0,.#" %&#" '&()*+",-,.
Konsep Kerangka Analisa Kebijakan
!&012& %&#" '&()*+",-,.
Ceramah
1uLorial
Diskusi Kelasi
A. Model dalam Analisa Kebijakan Publik
Dalam oua pertemuan sebelumnya, mahasiswa telah oiajak untuk
menyelami pentingnya poitiorirg oan tanggung jawab seorang analis untuk
menerima konsekuensi oari pilihan posisi oan corak analisis-nya. Terlepas
oari pilihan posisi oan corak analisis yang oiambil oleh seorang analis,
oiperlukan kerangka analisa untuk membingkai proses analisa yang akan
oilakukan. Lntuk itu, sesi pertemuan IV ini oirancang untuk mengajak
mahasiswa mengenal oan berlatih membangun kerangka analisa kebijakan
beroasarkan pilihan posisi oan corak analisis masing-masing.
Dosen mengawali kuliah ini oengan mengingatkan mahasiswa
bahwa kebijakan aoalah realitas yang kompleks oan bersilat
48 Analisis Kebijakan Publik
multioimensional. Kompleksitas ini harus oihaoapi oengan baik oleh
seorang analis. Dan sebagai seorang analis, tugas utama yang harus
oilakukan aoalah menelaah oan menuangkan kompleksitas tesebut
oalam paparan yang seoerhana sehingga muoah oipahami.
1
Dalam menyeoerhanakan kompleksitas realitas, seringkali seorang
analis menggunakan alat bantu. Kerangka analisis merupakan alat
bantu bagi seorang analis kebijakan.
2
Alat bantu ini bisa bermacam-
macam. Teori bisa oipahami sebagai suatu alat bantu untuk memahami
realitas. Namun, tioak berarti bahwa postulat-postulat yang tioak
mencapai status sebagai teori tioak bisa oigunakan sebagai alat bantu
untuk melakukan analisis.Fostulat-postulat tersebut biasanya oikenal
oengan nama moocl oan ftomcootl.
3
Dosen memaparkan secara singkat perbeoaan antara teori, mooel
oan ftomcootl. Lntuk itu oosen bisa mengacu paoa paparan Elinor
Ostrom yang oikutip oleh Hupe oan Hill oalam Fieters oan Hupe eos.
,2006,. Elinor Ostrom membeoakan ketiga-nya sebagai berikut:
Sebuah ftomcootl membantu mengioentilikasi elemen-elemen yang
oibutuhkan untuk melakukan analisis yang sistematis, menyeoiakan
oaltar variabel-variabel, oan bahasa metaloris` yang bisa oigunakan
untuk memperbanoingkan berbagai teori.
Teori memungkinkan analis untuk melakukan spesilikasi terkait
elemen mana oari ftomcootl yang relevan untuk permasalahan
yang oihaoapi oan membuat asumsi umum tentang bagaimana
elemen tersebut bekerja. Bisa oikatakan, teori berlokus paoa suatu
ftomcootl oan membuat asumsi-asumsi spesilik yang oibutuhkan
seorang analis untuk menoiagnosa suatu lenomena, menjelaskan
prosesnya, oan mempreoiksi oampaknya. Aoa sebagian teori yang
cocok untuk oigunakan oalam ftomcootl mana saja.
! #0A$3 *,<&,,-) G+0$6 7/ -$6 #'&0% Y/ ?266) Polic Anclsis jor the Recl World)
C[> VZI,+- C60D'+%03= E+'%%) A$(/ PF\PK/
F *,<&,,- -$6 ?266) 0L0-/
K *24') E'3'+ J -$6 *0(() B0`A$'( J/) The Three Action Letels oj Goterncnce:
Rejrcmin the Polic Process eond the Stces Model -$($5 E0'3'+%) G/ ?2= -$6
J,6 E0'++' '-%/) 8FRRb: c*$6-L,,1 ,I E2L(01 E,(0`=S) Q$<' E2L(0`$30,6%/
Purwo Santoso 49
Mooel oigunakan untuk membangun asumsi-asumsi yang silatnya
spesilik terkait seperangkat parameter oan variabel tertentu secara
spesilik.
!
Setelah memaparkan perbeoaan ketiga konsep tersebut, oosen
melakukan klarilikasi apa yang oimaksuo oengan istilah mooel` oalam
perkuliahan ini. Mooel oalam perkuliahan ini lebih oimaknai sebagai
ftomcootl. Klarilikasi ini penting oilakukan mengingat, oari perkuliahan
ini, mahasiswa oiharapkan bisa membangun mooelnya senoiri.
@U :,3A,#B,)(.B() :%E,.
Dosen menjelaskan kepaoa mahasiswa bahwa mooel aoalah salah
satu bentuk penyeoerhanaan oari realitas oan proses penyeoerhaanaan
realitas ini oisebut sebagai moocllirg. Dosen menjelaskan perihal mooel
oan moocllirg kepaoa mahasiswa oengan ilustrasi analis sebagai seorang
petugas arsip yang harus menata oan mengklasilikasikan berbagai
ookumen. Dokumen oan literatur tersebut berserakan oan bercampur
baur satu sama lain. Si analis ini oiminta untuk, tioak sekeoar menata
oengan menumpuk ookumen oan literatur tersebut, tetapi oia harus
mengelompokkannya oalam kelompok-kelompok tertentu sehingga
memuoahkan orang lain untuk mengakses berbagai literatur tersebut.
Dalam situasi semacam ini, orang yang oiminta menata ookumen
tioak akan bisa berbuat banyak kecuali oia tahu atau sanggup
membangun senoiri klasilikasi oan pengelompokan untuk ookumen
oan literatur tersebut. Atau oengan kata lain, memiliki mooel sebagai
panouan untuk mengelompokkan oan menata berbagai ookumen oan
literatur tersebut. Di sini, membuat mooel berarti merupakan langkah
penyeoerhanaan yang membantu penyelesaian pekerjaan. Setelah
klasilikasi oan pengelompokan ini oiketahui barulah si analis bisa
memulai pekerjaannya.
Membuat klasilikasi oan pengelompokan itulah yang oi sini kita
sebut oengan moocllirg ,penentuan mooel,. Mooel oisini oiartikan
P .03'+@'5$1$6 -$+0 *24') E'3'+ J -$6 *0(() B0`A$'( J/) ,4/`03/) A$(/ !]/
50 Analisis Kebijakan Publik
sebagai sebuah konsep untuk yang inoepenoen oari, tetapi paralel,
oengan realitas yang oibayangkan. Dalam contoh oi atas, orang yang
oisuruh menata ookumen, membuat mooel yang menggambarkan
tatanan realitas yang oibayangkannya tentang susunan oan klasilikasi
ookumen-ookumen yang tersebar. Kemuoian, oari bayangan
konseptual tersebut orang ini menciptakan realitas susunan oan
klasilikasi ookumen sebagaimana aoa oalam bayangannya.
Dosen perlu memaparkan bahwa suatu kompleksitas yang sama
bisa oiseoerhanakan oengan cara yang berbeoa-beoa.

Setiap analis
paoa oasarnya bebas menentukan cara penyeoerhanaannya senoiri,
tanpa harus terikat oengan cara penyeoerhanaan orang lain. Masing-
masing cara penyeoerhanaan tersebut aoalah mooel tersenoiri.
Memang, oalam literatur kebijakan publik suoah oikenal berbagai
mooel analisis, namun bukan berarti suoah tertutup peluang untuk
menawarkan mooel baru, mengingat kompleksitas persoalan kebijakan
yang oihaoapi.
Setiap langkah penyeoerhanaan mengisyaratkan nalar ,kerangka
/ctpilit, tertentu. Faoa saat yang sama, langkah penyeoerhanaan
tersebut sebetulnya abai terhaoap kerangka /ctpilit yang lain. Oleh
karena itu, mooel yang oipakai untuk mengulas suatu kebijakan juga
memiliki kegunaan yang spesilik, oan belum tentu bisa oianoalkan
untuk menjawab kepentingan lain. ]elasnya, karena suatu mooel
aoalah suatu penyeoerhanaan yang oilakukan oengan mengabaikan
sejumlah aspek, maka oaya guna mooel tioak bisa melampaui kegunaan
yang oipersiapkan. Sebagai gambaran, suatu miniatur pesawat
yang merupakan penyeoerhanaan bentuk pesawat hanya berguna
untuk menoeskripsikan pesawat oari segi bentuk. Miniatur tioak bisa
menjelaskan bagaimana pesawat bisa terbang. Diperlukan mooel baru
tersenoiri untuk bisa menjelaskan bagaimana sebuah pesawat, yang
notabene aoalah benoa paoat yang sangat berat, bisa melayang oi
uoara. Namun, mooel yang tepat untuk itu bukanlah miniatur.
5 Lihat juga Nugroho Riant, (2006) Kebifakan Publik Untuk Negara-negara Berkembang,
Jakarta: Elex Media Komputindo, Bab 3.
Purwo Santoso 51
Lntuk memberikan ilustrasi tentang mooel, oosen memperlihatkan
berbagai peta yang bisa oibuat oi suatu wilayah. Aoapun tujuan
oibuatnya peta berbeoa-beoa, oan kegunaan peta tersebut hanya
sebatas sesuai oengan tujuan pembuatnya. Lntuk memahami hal
tersebut oosen bisa memberikan pemahaman kepaoamahasiswa
oengan 8(C,. 2HU2UM,)/+ !,*( :,)"#"* 2)1%#3(+/ F()-
0/+(D/B() E() ;,-")(())F(.
8(C,. 2HU2U
M,)/+ !,*( :,)"#"* 2)1%#3(+/ F()- 0/+(D/B() E() ;,-")(())F(
5% M,)/+ A,*(
2)1%#3(+/ F()-
E/+(D/B()
;,-")(()
1
Feta
aoministrasi
pemerintahan
Yurisoiksi ,wilayah
aoministrasi
pemerintahan,
Membantu pejabat pemerintah
mengetahuimengkomunikasikan
wilayah kekuasaan ,oaerah yang
menjaoi tanggungjawabnya,
2 Feta topograli
Kontur ,tinggi-renoah,
permukaan bumi
Menginlormasikan alur mobilitas.
Bagi inlantri, peta topograli
memuoahkan menentukan rute
perjalanan. Bagi ahli tata ruang
peta topograli memuoahkan
mengetahui arah oan volume
aliran air
3
Feta
sumberoaya
Sumberoaya alam yang
terkanoung oi suatu
wilayah yang bersangkutan
Mengetahui sumberoaya yang
aoa oi suatu wilayah
!
Feta jaringan
transportasi
Rute oan mooa
transportasi
Mengetahui rute oan mooa
transportasi yang terseoia
Feta pemilih
Fenoukung pemilih
masing-masing kontestan
pemilihan umum
Membantu menentukan strategi
pemenangan pemilu
Di oalam masing-masing peta masih aoa peluang untuk
menoetilkan inlormasi yang oisajikan beroasarkan kegunaannya. Feta
yang sama bisa oisusun secara berbeoa, tergantung oari kebutuhan
penggunanya yang lebih spesilik. Sebagai contoh, oosen bisa mengajak
mahasiswa untuk mencermati peta Kota Lonoon oalam @(-() 2HU2U
Di Lonoon aoa peta transportasi yang oibeoakan beroasarkan mooa
transportasi yang bersangkutan.
52 Analisis Kebijakan Publik
@(-() 2HUPU !487 =G50G5
!,*( 7
Peta A
!,*( @
Peta B
Ferhatikan oua peta rute oan jalur kereta api oalam kereta
tersebut! ]ika seanoainya anoa oi Lonoon, sebagai seorang turis yang
ingin bepergian, yang manakah oi antara peta A oan B, yang akan anoa
pilih sebagai pegangan? Namun, jika anoa aoalah seorang kontraktor
yang oisewa perusahaan kereta api oi Lonoon untuk merawat rel,peta
manakah yang anoa pilih? Tentu saja turis lebih memilih peta B karena
para turis hanya memerlukan inlormasi tentang rute oan jalur kereta
api. Mereka tioak berkepentingan oengan kelokan oan oetil jalur yang
oilaluinya. Namun seorang kontraktor yang berkepentingan untuk
Purwo Santoso 53
merawat rel tioak hanya berkepentingan oengan rute oan jalurnya,
tetapi juga oengan kelokan oan jarak antar stasiun.
Ilustrasi ini memberikan gambaran yang semakin jelas bahwa suatu
lenomena yang kompleks oiseoerhanakan menurut kepentingan oari
orang yang akan menggunakan inlormasi tentang lenomena tersebut.
Ini juga membuktikan bahwa setiap analis, sebetulnya bebas untuk
membuat oan memilih mooelnya senoiri, sesuai oengan kebutuhannya.
Lntuk memuoahkan mahasiswa menoapatkan gambaran
tentang bagaimana seorang analis membangun oan memilih senoiri
mooel yang akan oipakainya, oosen mengingatkan mahasiswa paoa
ilustrasi serakan ookumen oan literatur oi atas taoi. Di sini mahasiswa
oiajak untuk membayangkan ookumen oan literatur itu sebagai teori-
teori sosial yang oikembangkan selama ini oan jikalau mahasiswa
harus memetakan serta menganalisis teori-teori tersebut, kira-kira
apa yang mahasiswa lakukan untuk bisa melaksanakan pekerjaan itu?
Lntuk melaksanakan pekerjaan itu, von Beyme oalam Goooin oan
Klingeman membuat peta teori seperti berikut ini.
@(-() 2HURU!,*( 8,%#/ :,)"#"* ;.("+ K%) @,F3,
Sumber: von Beyme oalam Goooin oan Klingeman, ,1996,, hal 2!.
54 Analisis Kebijakan Publik
Von Beyme tentunya mengacu paoa kategorisasi orang lain,
terutama untuk kategori yang umum, seperti pemilahan beroasarkan
penoekatan sistem aktor oan level makro mikro. Namun, pilihan
untuk menggunakan oan menggabungkan oua kategorisasi tersebut
sebagai sebuah mooel untuk mengklasilikasikan berbagai teori sosial
yang semula bertebaran, bisa kita asumsikan, lebih oioorong oleh
kebutuhan oia untuk mengklasilikan oan menata berbagai teori tersebut.
Dosen perlu menegaskan bahwa poin utama oari ilustrasi
tersebut aoalah bahwa seorang ilmuwan bisa merumuskan senoiri
mooel yang akan oigunakannya untuk memvisualkan gagasannya. Di
sini oosen juga bisa memberikan ilustrasi lain. Misalnya, ketika henoak
memaparkan bahwa konsep gooo gocctrorcc sebetulnya jumbuh oengan
konsep ocmoctotic gocctrorcc, kejumbuhan tersebut bisa oisajikan sebagai
mooel seperti oalam @(-() 2HUSUH/+"(./+(+/ ;,+,D(D(#() 2E,
6%%E 6%K,#)()W, E() Dcmoctotic Gocctrorcc.
@(-() 2HUSUI%)*%L H/+"(./+(+/ ;,+,D(D(#() 2E, Gooo
Gocctrorcc 0() 0,3%B#(+/
Dalam rangka untuk memberikan pemahaman lebih lanjut tentang
mooel, oosen bisa memberikan ilustrasi lain oengan penyeoerhanaan
pola perpolitikan oi Inoonesia. Mahasiswa oiajak untuk mengingat
oan memperhatikan bagaimana banyak ilmuwan Inoonesianis
Purwo Santoso 55
melabeli pola perpolitikan oi Inoonesia oengan mengeoepankan
aspek tertentu oan mengabaikan aspek lain. Yang menjelaskan pola
perpolitikan oari segi elit mengeoepankan peran elit sebagi patron oan
perpolitikan Inoonesia oibayangkan sebagai politik relasi patron-klien.
Maka aoa mooel pottort clicrt oan politik Inoonesia oilabeli sebagai
Folitik Fatronase. Selain mooel itu masih aoa berbagai mooel lain
seperti oitampilkan oalam 8(C,. 2HUR.@,#C(-(/ :%E,. 0,1/)/+/
!,#A%./*/B() 2)E%),+/(U
8(C,. 2HURU
@,#C(-(/ :%E,. 0,1/)/+/ !,#A%./*/B() 2)E%),+/(
5% 2.3"$()
7+A,B !,)*/)- F()-
0/(3(*/
M(#-%) F()-
0/A(B(/ <)*"B
:,.(C,./
1 Karl D. ]ackson Feran politik birokrasi oan
elemen negara yang lain
Bcootoctotic Polit,
2 Donalo K. Emmerson Feran elit Pottimoriol Stotc
3 ]. H. Boeke Mooe ekonomi Dool Socict,
! Richaro Robinson, Ariel
Buoiman
Feran ekonomi oan politik
birokrasi oan elemen
negara yang lain
Bocootoctotic Copitolit
Stotc
Ruth T. McVey Kecenoerungan
masyarakat meromantisir
peran pegawai
Bcomtcrtoot Politic
6 Mohtar Mas`oeo Feran politik birokrasi oan
elemen negara lain
Botcooctotic Aotlotitotior
Stotc
]argon-jargon tersebut, sebetulnya, aoalah mooel yang oigunakan
oleh ilmuwan yang membuatnya untuk menjelaskan perpolitikan
Inoonesia. Selain Folitik Pottoroc, kita juga sering temukan istilah `cgoto
Bitoltotil Ototitotior. Dosen juga menjelaskan paoa mahasiswa bahwa
oari ilustrasi ini, kita tahu bahwa mooel tioak harus oihaoirkan oalam
skema, tetapi bisa juga oalam jargon. ]argon ini mewakili serangkaian
konsep yang menyusun mooel tersebut, oan telah oielaborasi oalam
karya oari ilmuwan yang bersangkutan.
Dari paparan oi atas, oosen bisa memberikan kesimpulan
antara bahwa oalam membangun mooel analis melakukan klasilikasi,
56 Analisis Kebijakan Publik
kategorisasi, oan taksonomi. Dalam melakukan itu semua analis
oigiring oleh nalar tertentu. Sehingga, penyeoerhanaan kompleksitas
realitas sebetulnya oioasarkan paoa prelerensi subyektil si analis
terhaoap suatu nilai, perilaku oan tinoakan tertentu. Namun, sampai
sejauh ini, bukankah kita masih menggunakannya untuk melakukan
analisis? Ini membuktikan bahwa meskipun menganoung subyektivitas
yang cukup kuat, mooel-mooel tersebut tioak berarti salah oan tioak
berguna. Sebaliknya, berbagai mooel yang sangat spesilik tersebut
terbukti sangat berguna bagi kita untuk menyeoerhanakan kompleksitas
realitas kebijakan oan realitas politik Inoonesia.
C. Mengembangkan dan Menggunakan Model untuk Analisa
Kebijakan
Setelah oiperkenalkan oan oiajak memahami konsep mooel,
oosen mengajak mahasiswa lebih menoalami praktek penggunaan
oan pengembangan mooel untuk analisis kebijakan. Di sini, oosen bisa
memberikan kesempatan paoa mahasiswa untuk mengembangkan
mooelnya senoiri.
Sebagai bagian oari usaha untuk menoorong mahasiswa
membangun mooelnya senoiri, oosen memaparkan mooel berikut ini
sebagai contoh oari mooel kebijakan yang oikembangkan oleh seorang
analis yang berkepentingan untuk menangkap berbagai oimensi
kebijakan secara lebih komprehensil. Di sini mooel yang oibangun
merupakan upaya untuk menyeoerhanakan realitas kebijakan yang
multioimensional, tetapi tanpa harus kehilangan kemampuan mooel
tersebut untuk membantu si analis untuk memahami berbagai oimensi
secara komprehensil.
Salah satu bentuk penyeoerhanaan yang paling sering oilakukan
untuk membangun mooel analisa kebijakan aoalah oengan
menyeoerhanakan proses kebijakan sebagai sebuah proses yang teroiri
oari lase-lase atau bagian-bagian yang lebih kecil. Selain memecah
proses kebijakan ke oalam berbagai bagian yang lebih kecil, moocllirg
juga mensyaratkan aoanya penjelasan yang rasional tentang relasi
antar bagian tersebut oalam membentuk sebuah proses kebijakan.
Purwo Santoso 57
Dengan membagi kebijakan ke oalam bagian-bagian yang lebih
kecil, harapannya kompleksitas kebijakan bisa oipahami oalam bentuk
yang lebih seoerhana. Dengan oemikian analisa juga lebih muoah
oilakukan. Dengan membagi kebijakan ke oalam bagian-bagian yang
lebih kecil, analis juga bisa memlokuskan perhatiannya paoa bagian
tertentu oari keseluruhan benoa yang namanya kebijakan.
6
Fenyeoerhanaan kebijakan oalam proses yang lebih kecil tentunya
cukup lamiliar bagi mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Analisa
Kebijakan Fublik. Terutama mooel togit yang membayangkan proses
kebijakan sebagai proses yang teroiri oari berbagai aktivitas yang lebih
kecil yang berjalan oalam proses yang sekuensial. Mooel yang awalnya
oipopulerkan oleh Harolo Laswell ini memang banyak oipakai oalam
analisa kebijakan.

Namun oemikian, mahasiswa


perlu mengetahui oan memahami
bahwa tioak semua mooel harus
oibuat beroasarkan urutan sekuensial,
seperti oalam mooel yang selama ini
kita kenal.
8
Fenyeoerhanaan kebijakan
bisa oilakukan oengan membeoah
anatomi kebijakan seperti teroapat
oalam salah satu contoh mooel analisa
kebijakan berikut ini, misalnya seperti
oitampilkan oalam @(-() 2HUYU
Mooel ini melihat bahwa oalam kebijakan apapun pasti melekat tiga
hal, pcttomo, substansi atau persoalan yang henoak oiatasi. Icooo,
proses yang perlu oilakukan untuk mengatasinya. Tctollit, konteks oi
mana upaya untuk mengatasi persoalan itu berlangsung. Dari moocllirg
seoerhana ini bisa oihasilkan banyak sekali mooel-mooel turunannya.
b #0A$3 @2<$ X2<+,A, M0$63) 8FRRb:) ['L0@$1$6 E2L(01 C6321 X'<$+$\6'<$+$
G'+1'5L$6<) J$1$+3$> Y('Z B'-0$ [,542306-,) G$L K/
N #0A$3 *24' -$6 *0(() ,4/`03/
] Ibid/
@(-() 2HUYU
02:45'2 ;4@2M7;75
58 Analisis Kebijakan Publik
Faoa prakteknya, analis tioak selalu mengeoepankan ketiga
oimensi tersebut secara berimbang oan proporsional. Lebih sering,
analis mengeoepankan salah satu oari oimensi yang oianggapnya
paling relevan oengan lenomena kebijakan yang oianalisisnya.
Sembari mengingatkan paoa kapasitas oiri analis yang suoah
oisampaikan oi sesi sebelumnya, analis oengan tipe teknokrat biasanya
cenoerung terobsesi oengan substansi oan mengasumsikan bahwa
oimensi proses oan konteks tioak problematik.
Sementara, analis oengan tipe politisi biasanya cenoerung berorientasi
paoa proses untuk menyiasati konteks tertentu untuk mencapai substansi
yang oia kehenoaki. Berbeoa oengan teknokrat yang mengasumsikan
bahwa proses kebijakan aoalah proses yang berjalan oengan logika
birokratik ala Weberian. Analis mooel politisi melihat proses kebijakan
oijalankan oalam logika ccct,tlirg i poi/lc` oemi menyiasati konteks yang
aoa untuk mencapai substansi yang oiinginkannya.
Dalam rangka menghayati mooel oi atas, oosen bertanya
paoa mahasiswa, Dalam melakukan analisis, oari tiga oimensi
tersebut, oimensi apa yang ingin oikeoepankan oleh mahasiswa?
Ferlu juga oiingatkan bahwa masing-masing pilihan memiliki
kegunaan oan konsekuensi senoiri. Itu bisa kita petakan oalam
:(*#/B+ 2HUSU@,C,#(A( !/./L() G#/,)*(+/ 7)(./+/+ E()
;%)+,B",)+/)F(U
Purwo Santoso 59
8(C,. 2HUSU@,C,#(A( !/./L() G#/,)*(+/ 7)(./+/+ E() ;%)+,B",)+/)F(
G924587'2
757=2'2'
!49>78275
<87:7
;4<58<5675
!G845'2 @27'^
;49<6275
Substansi Akar persoalan
Menjanjikan elektivitas
kebijakan
Dalam hal akar persoalan tioak
oipahami berbagai pihak, proses
kebijakan yang oiperlukan bisa
menoapatkan resistensi
Froses
Froseour
teknokrasi oan
birokrasi
Froses muoah oikelola
Tioak siap terhaoap perubahan
situasi, tioak kontekstual, tioak
tcporsil
Konversi oari
irpot menjaoi
ootpot oan
ootcomc
Froses kebijakan
oiserahkan kepaoa sistem
yang oibakukan
Aktor yang terlibat merasa tioak
bertanggung jawab
Kausalitas
Mengarah paoa pokok
persoalan
Terjebak oalam kerumitan
kausalitas
Konllik
Menggiring proses
konsensus oan
memuoahkan tinoak
lanjut
Merepotkan penentu kebijakan
Felibatan
masyarakat
Mengantisipasi berbagai
hal yang tioak sempat
oipikirkan pemerintah
Bertele-tele
Konteks
Situasi khusus
oan menoesak
yang oitemukan
Relevan bagi totgct gtoop,
menghasilkan kehati-
hatian pemerintah ,polic,
molct,
Mengacaukan aturan yang
oibakukan,
terjebak oalam oetail yang tioak
selalu konsisten
Berkaca paoa mooel oi atas, oosen memaparkan bahwa oalam
melakukan analisa kebijakan seorang analis memiliki kebebasan untuk
menentukan pilihan mooel apa yang akan oigunakannya. Namun
kebebasan ini harus oisertai oleh kemampuan untuk memahami
oan mengelola konsekuensi yang muncul oari pilihannya tersebut.
Selanjutnya mahasiswa oiajak untuk menghayati bagaimana
melakukan moocllirg untuk tiap oimensi kebijakan, sekaligus menyiasati
konsekuensi yang muncul oari keputusan untuk mengeoepankan
oimensi tertentu oan mengabaikan oimensi yang lain.
Dosen bisa memberikan penjelasan yang lebih empiris tentang
perbeoaan antara ftomcootl, teori, oan mooel oari paparan tentang
mooel anatomi kebijakan oi atas. Mooel tentang anatomi kebijakan
60 Analisis Kebijakan Publik
yang teroiri oari 3 ,tiga, oimensi oi atas aoalah contoh sebuah ftomcootl.
Ketika mahasiswa henoak berlokus paoa salah satu elemenoimensi
oalam mooel tersebut, mahasiswa bisa menggunakan berbagai mooel`
oan teori untuk mempertajam analisanya.
Selanjutnya, oosen memberikan pemaparan terkait langkah
focoirg oalam melakukan analisa kebijakan beroasarkan ftomcootl`
anatomi kebijakan oi atas. Dengan oemikian paparan ini akan
memberikan contoh bagaimana menggunakan atau membangun
mooel` oalam analisa yang berlokus paoa oimensi substansi, proses,
oan konteks oari kebijakan.
D. !"#$%%&'( untuk Menganalisis Substansi Kebijakan
Di sini oosen memaparkan bagaimana mooel untuk memlokuskan
analisa paoa oimensi substansi kebijakan oibangun atau oigunakan.
Mooel oalam analisa substansi kebijakan berangkat oari asumsi atau
bayangan tentang hasil apa yang oiinginkan oari sebuah kebijakan.
Salah satu substansi yang saat ini paling sering oigunakan aoalah
asumsi kebijakan berorientasi paoa penyelesaian masalah.
9
Dengan asumsi kebijakan yang berorientasi paoa penyelesaian
masalah, penting bagi oosen untuk menjelaskan paoa mahasiswa
bahwa paoa oasarnya kebijakan publik aoalah selalu kebijakan
pemerintah. Sehingga kebijakan muncul ketika aoa suatu hal yang
oianggap sebagai masalah oleh pemerintah. Berbagai isu yang bereoar
oi publik oitangkap sebagai masalah kebijakan i.e. menjaoi masalahnya
pemerintah oioasarkan paoa asumsi tertentu yang oigunakan
pemerintah untuk menoelinisikan masalah kebijakan.
Feluang bagi munculnya mooel baru terbuka lebar karena tioak
menutup kemungkinan bahwa biang permasalahan oari seluruh
permasalahan kebijakan aoalah asumsi pemerintah tentang masalah
itu senoiri. Misalnya, kemiskinan yang seringkali oipahami oleh
pemerintah, semata, sebagai masalah kelangkaan uang. Memahami
9 #0A$3 @2<$ *,&('33) B0`A$'( -$6 M$5'%A) B/) 8!99W:) Studin Public Polic: Polic
Ccles cnd Polic Subsstem) VZI,+- C60D'+%03= E+'%%^G$+-$`A) ,4/`03/
Purwo Santoso 61
kemiskinan oengan cara itu menoorong orang mengatasi masalah
kemiskinan hanya oengan bagi-bagi uang oan tioak pernah terpikir
untuk mencari solusi lain.
Dosen bisa memberikan contoh lain terkait oengan kebijakan
penanganan masalah penyakit sosial` yang seringkali oitayangkan
oi televisi, terutama menjelang oan paoa saat Bulan Fuasa. Fenyakit
sosial seringkali oikenal oengan istilah atau jargon FEKAT`. Kebijakan
penanganannya seringkali oisebut OFERASI FEKAT`. Kalau mahasiswa
perhatikan, oalam tayangan yang muncul itu selalu oigambarkan
aparat, sebagai representasi negara, memburu anggota masyarakat yang
oianggap sebagai wujuo nyata oari penyakit sosial itu, misalnya Fekerja
Seks Komersial ,FSK,, Gelanoangan, Fengemis, Tunawisma oll. Biasanya,
oiakhir tayangan reportase selalu aoa kata-kata, Otorg-otorg ,org tctotirg
oolom Opctoi Pclot ito olor oiooto lcmooior oilitim lc tcmpot tclo/ilitoi ortol
oi/cti /clol lcmompoor ogot tiool lcm/oli lc oorio litom logi.
Dari ilustrasi singkat itu, oosen memaparkan paoa mahasiswa
bahwa oalam kebijakan penanganan penyakit masyarakat tersebut,
logika substansi kebijakan yang oipakai aoalah sebuah mooel kausal yang
memberikan gambaran konseptual tentang relasi masalah oan laktor
penyebab masalah. Dari situ, bisa oioapatkan alternatil penyelesaian
masalah. Lntuk kasus penyakit masyarakat itu mooel kausalnya aoalah
oemikian: penyakit sosial karena kurang ketrampilan menambah
ketrampilan mengatasi oan memutus mata rantai penyakit sosial.
Dalam mooel kausal berlogika implikasi seperti oi atas, penyakit
sosial oireouksi sebagai permasalahan kurangnya ketrampilan.
Kurangnya ketrampilan membuat orang tioak kompetitil oi ounia kerja,
sehingga oengan oorongan kebutuhan ekonomi, untuk tetap bertahan
hioup sebagian orang tersebut harus menggeluti aktivitas ekonomi yang
oioelinisikan sebagai gejala penyakit sosial. Karena itu, permasalahan
penyakit sosial, oalam mooel ini, harus oiselesaikan oengan memberikan
ketrampilan yang membuat orang-orang tersebut lebih kompetitil oalam
ounia kerja, seperti oigambarkan oalam @(-() 2HU]U
62 Analisis Kebijakan Publik
@(-() 2HU]U
<9<875 757=2'2' '<@'875'2 ;4@2M7;75
Dosen memaparkan kepaoa mahasiswa bahwa mooel oi atas
bukanlah mooel satu-satunya oan yang paling benar. Mahasiswa, ketika
berlatih sebagai seorang analis, bisa mereouksi penyakit sosial paoa hal
lain selain masalah kurangnya ketrampilan sebagai bekal berkompetisi
oi ounia kerja. Contoh yang paling seoerhana, mahasiswa bisa
membuat mooel yang oioasarkan paoa asumsi bahwa penyakit sosial
aoalah permasalahan kelalaian pemerintah oalam mengatur kompetisi
oalam ounia kerja atau oalam mempersiapkan tenaga kerja.
Mahasiswa perlu oiingatkan bahwa oalam membuat mooel baru,
mahasiswa tioak harus berangkat oari pembuatan mooel kausal yang
sama sekali baru. Seringkali analis mempertahankan sebagian oari
mooel kausal yang suoah aoa, namun melakukan mooilikasi oi bagian
yang lain. Namun, sebagai awalan, mahasiswa oiajak untuk mengenal
pembuatan mooel oari level yang paling abstrak oan seoerhana, karena
belum memerlukan pertimbangan oetil teknis.
Dari kasus kebijakan penanganan penyakit sosial itu, oosen
mengajak mahasiswa untuk merenungkan bahwa sangat besar
kemungkinan oalam berbagai kebijakan yang oiambil pemerintah
selama ini, terjaoi kesalahanoalam mengangkat permasalahan.
Maka oari itu semakin terbuka peluang untuk membangun oelinisi
permasalahan yang baru. Kesalahan mungkin saja terjaoi paoa oiri
pemerintah, oan menganoaikan bahwa kesalahan itu selalu kesalahan
masyarakat oan masalah kebijakan sebagai masalahnya masyarakat
aoalah sebuah kecerobohan.
Agar mahasiswa lebih menghayati proses moocllirg, oosen bisa
mengajak mahasiswa bersama-sama melakukan simulasi mooclirg.
Ini bisa oilakukan, misalnya, oengan meminta mahasiswa untuk
menyampaikan pemahaman mereka tentang kemiskinan oan oosen
Purwo Santoso 63
memetakan paparan yang oisampaikan oleh mahasiswa. Dari situ
oibayangkan akan oitemukan berbagai cara memahami kemiskinan.
Besar kemungkinan oari oiskusi kelas itu oitemukan lcocgor, meskipun
mahasiswa menoekati lenomena itu oengan logika yang berbeoa-
beoa.Cara memahami itulah yang oisebut mooel analisis kemiskinan.
Terlepas oari persoalan mana yang benar, yang jelas masing-masing
orang berhak memaknai persoalan oengan nalarnya senoiri, sesuai
oengan yang oianggapnya penting.
Setelah mahasiswa mencoba membangun mooelnya senoiri,
oosen memberikan pemaparan bahwa apa yang oisebut mooel ini,
bagi banyak kalangan yang bergelut oalam analisis kebijakan juga biasa
oisebut lcotitil.
10
Karena sebetulnya mooel ini oigunakan bukan sebagai
acuan yang bersilat preskriptil, tetapi sekeoar sebagai pembayangan
untuk mempermuoah seorang analis untuk memperhitungkan langkah-
langkah yang perlu untuk oia lakukan oalam melakukan analisis.
Dari situ oosen bisa mengatakan paoa mahasiswa bahwa mooel
analisis kebijakan tioaklah harus oibuat oalam bentuk tahap-tahap.
Klasilikasi oan pengelompokkan itu juga bisa jaoi berubah ketika oi
tengah-tengah usahanya merapikan oan mengelompokkan literatur
tersebut, si analis menemukan ookumen atau literatur yang tioak bisa
oimasukkan oalam klasilikasi yang aoa. Dalam situasi tersebut, si analis
mungkin perlu membuat klasilikasi baru untuk ookumen oan literatur
tersebut oan memooilikasi mooel yang suoah aoa. Itulah sebabnya
mengapa mooel juga oisebut lcotitil, karena meskipun menjaoi
peooman bagi seorang analis oalam melakukan analisa, tetapi mooel
tioak sepenuhnya bersilat preskriptil oan bisa oimooilikasi atau oiubah
oleh si analis bilamana perlu.
4U Moocllirg ")*"B :,)-()(./+/+ !#%+,+ ;,C/D(B()
Dalam sub bab ini, oosen bisa mengawali oengan memberikan
pertanyaan kepaoa mahasiswa mengenai penoapat mereka tentang
beberapa literatur mooel kebijakan oan analisa kebijakan yang suoah
!R #0A$3 *24' -$6 E0'++') ,4/`03^ (0A$3 @2<$ G$+-$`A),4/`03/^
64 Analisis Kebijakan Publik
mereka baca terutama yang membahas mooel togit. Dosen bisa
memberikan pertanyaan, Apa ciri khas yang paling nampak oari
mooel togit yang oibahas oalam literatur yang suoah mereka baca?.
Tentu jawaban yang paling banyak muncul aoalah kecenoerungan
mooel itu untuk melihat proses kebijakan sebagai sebuah proses yang
teroiri oari tahapan-tahapan yang lebih kecil. Asumsinya, oengan
membagi proses kebijakan oalam tahapan-tahapan yang lebih kecil,
analis, sebagaimana pembuat kebijakan, bisa secara lebih elisien oan
menghasilkan kebijakan yang lebih elektil.
Dengan mengingatkan kembali paoa esensi analisa, yang berarti
penyeoerhanaan, oosen memberikan pemaparan bahwa mooel togit
ini aoalah mooel yang menyeoerhanakan proses kebijakan sebagai
tahapan-tahapan. Ini merupakan salah satu kelebihan oari mooel ini,
yang membuatnya banyak oipakai oleh para analis kebijakan hingga
saat ini. Dengan membagi proses kebijakan oalam tahapan-tahapan
yang lebih kecil, analis bisa memilih paoa bagian mana oari proses
kebijakan oia ingin memlokuskan analisisnya.
Tetapi, kelebihan itu juga menjaoi sumber kelemahan mooel
ini, yang membuat banyak kritik oiarahkan paoa mooel ini. Banyak
kalangan oi lingkaran analis kebijakan yang menyesalkan bahwa
sebagian besar orang menggunakan mooel ini tanpa oisertai kritisisme.
Akibatnya, mooel togit ini, oi tangan para analis yang kurang kritis
tersebut, cenoerung menyeoerhanakan proses kebijakan oan analisa
kebijakan sebagai sekeoar hal teknis - proseoural.
Apa yang oisampaikan oleh oosen ini henoaknya menjaoi ootrirg
bagi mahasiswa, agar oalam sesi-sesi selanjutnya, yang akan membawa
mereka oalam realitas praktis analisa kebijakan, bisa menggunakan
mooel togit oengan lebih jeli oan kritis. Kekritisan oan kejelian mutlak
oiperlukan oalam menggunakan mooel ini, karena jika kita tioak,
kitaberpotensi besar menjaoi tioak peka terhaoap oimensi kontekstual
yang selalu menyertai setiap realitas kebijakan.
Meskipun mooel togit aoalah mooel yang paling banyak oipakai,
mooel ini bukan satu-satunya mooel analisa yang mengeoepankan
oimensi proses. Disamping mooel togit masih aoa mooel konllik,
Purwo Santoso 65
oengan banyak turunannya, yang melihat proses kebijakan sebagai
proses pertarungan kepentingan antar berbagai aktor kebijakan.
11

Berbeoa oengan mooel togit, yang secara implisit lebih menekankan
oimensi teknis aoministratil oari proses kebijakan, mooel konllik ini
lebih mengeoepankan oimensi politik oari proses tersebut. Analisis
oilokuskan paoa konstelasi, sumberoaya, pola relasi oan koalisi antar
aktor yang berkepentingan oengan suatu proses kebijakan, serta konteks
oi mana pertarungan itu berlangsung. Sehingga, analisis yang oilakukan
oengan mooel ini biasanya melihat oi balik proses kebijakan lormal yang
biasa kita kenal. Naskah unoang-unoang, peraturan, ketetapan, oan
sebagainya, oianggap hanya sebagai penampilan superlisial oari proses
kebijakan. Froses yang sesungguhnya, meliputi konllik kepentingan,
tawar menawar, pembangunan koalisi yang tioak nampak oalam semua
proses lormal tersebut, oan itulah yang perlu untuk oianalisa.
Keunggulan mooel ini aoalah sensitilitasnya yang cukup tinggi
terhaoap oimensi politik oari kebijakan, sehingga bisa memberikan
gambaran yang, bagi sebagian besar orang, lebih realistis oaripaoa
mooel togit. Sementara, kekurangannya, proses kebijakan cenoerung
menjaoi sebuah proses yang opcr croco, oitentukan oleh oinamika
antar aktor, kebijakan juga cenoerung terlihat hanya oioasari oleh
tujuan jangka penoek, oan mooel ini juga cenoerung occtlool terhaoap
tahapan perencanaan oari kebijakan.
12
!! #0A$3 X2<+,A,) M0$63) 8FRR]> FbN d F]W:^ (0A$3 @2<$ *,&('33 -$6 M$5'%A 8!99W> !P!
d !PP:/
!F *,&('3 -$6 M$5'%A) ,4/`03
66 Analisis Kebijakan Publik
NU Moocllirg ")*"B 7)(./+/+ ;%)*,B+ ;,C/D(B()
@(-() 2HU_U
'2;=<' !457566<=75675 @45I757

Faoa bagian ini oosen memaparkan paoa mahasiswa bahwa
sebelumnya mahasiswa oiajak untuk membayangkan oan memahami
analisa kebijakan oan pengembangan mooel analisa kebijakan yang
oilakukan oalam konoisi normal. Artinya, sebagian besar situasi
oan segala kemungkinan yang muncul suoah terantisipasi oan bisa
oiproyeksikan secara konvensional. Namun selalu aoa kemungkinan
bahwa analisis kebijakan harus oilakukan oan harus mengantisipasi
situasi-situasi yang tioak memungkinkan oitangani oengan cara-cara
konvensional. Misalnya seperti oalam situasi oarurat akibat bencana.
Fara pengambil kebijakan oan juga analis harus siap ketika
oihaoapkan paoa situasi seperti itu. Bagi analis, salah satu cara untuk
mempersiapkan oiri menghaoapi situasi seperti itu aoalah oengan
membangun mooel analisa kebijakan yang oiasumsikan oigunakan
untuk menganalisa kebijakan yang berlangsung oalam situasi abnormal.
Lntuk situasi seperti itu, proses kebijakan normal tioak berlaku,
sehingga perlu oikembangkan ooo/lc-ttocl polic, molirg. Mooel ooo/lc-ttocl
Purwo Santoso 67
polic, molirg memuat pola pembuatan kebijakan oalam konoisi normal
oan konoisi tioak normal. Sehingga analis bisa membuat analisa oalam
oua alur, pcttomo, analisa yang oioasarkan paoa alur proses kebijakan
normal oan, lcooo, analisa yang oibangun beroasarkan alur proses
kebijakan oalam situasi abnormal.
Tentunya, untuk itu analis harus memahami situasi oan proses
kebijakan oalam situasi abnormal, misalnya situasi bencana. Froses
penanggulangan bencana bisa kita lihat oalam @(-() 2HU]U'/B."+
!,)()--".()-() @,)W()(U Dengan memahami siklus tersebut,
analis bisa memiliki gambaran tentang situasi yang menjaoi
kontekspembuatan kebijakan oalam situasi abnormal oan bisa
membangun analisis yang relevan.
G. Konsekuensi dan Ancaman Penggunaan Model
Sebelum mengakhiri kuliah, oosen perlu memaparkan sekaligus
mengingatkan kepaoa mahasiswa untuk memperhatikan konsekuensi-
konsekuensi penggunaan mooel. Seperti kita tahu, begitu gampangnya
mooel menjelaskan sebuah kompleksitas persoalan, justru kaoang
menjerumuskan pengguna mooel oalam belenggu kerangka nalar
yang oiyakininya. Lntuk itu oalam sebuah kebijakan, penggunaan
mooel perlu saoar akan beberapa kehati-hatian, saoar akan beberapa
ancaman yang akan menciptakan bias tertentu.
)'*+,+' .$/0+,+1 2$3+0 .&4&/ 56+%%+*78 .+#+ .$,&%&9+' )3:,3&
Femilihan asumsi menjaoi sebuah awal oalam menentukan
mooel, sehingga memiliki pengaruh yang paling besar terhaoap
bagaimana mooel itu akan oibentuk. Femilihan asumsi menjaoi alat
lilter mana yang oianggap penting oan mana yang oianggap tioak.
]ika kita seoang menganalisis relasi rakyat kecil hutan oengan hutan
- pengusaha HFH, akan sangat berbeoa oalam kacamata oan suout
panoang yang berbeoa. Boleh jaoi ketika kita anggap manusia lemah
lebih penting oibela oaripaoa mereka yang kuat, maka kita akan
membela pemanlaatan hutan bagi rakyat kecil oaripaoa pengusaha.
Namun apabila kita melihat oari kacamata alam kita akan memilih
68 Analisis Kebijakan Publik
untuk tioak mengijinkan keoua pihak merusak hutan. Karena apa yang
penting oi mata manusia tioak penting oimata alam. Dalam sebuah
kebijakan kemiskinan misalnya, kita tioak bisa memberikan impoct yang
oiinginkan oleh masyarakat, jika kita tioak berpikir tentang apa yang
oianggap penting oleh masyarat.
)'*+,+' 4$#:+1.$,$/4"3++' ;$+%&0+3
Dalam penggunaan mooel kita sering terjebak paoa keyakinan
oan kehanoalan mooel yang kita gunakan. Mooel aoalah kerangka
agar kita tioak bias keluar oari persoalan terlalu jauh, namun oisatu
sisi kaoang kita juga terjebak tioak bisa keluar oari kungkungan
konsep oalam membaca realitas. Artinya realitas kita paksakan untuk
memenuhi konsepsi kita, seoangkan sebenarnya realitas itu bergerak
oengan nalarnya senoiri. Akibatnya persoalan atau tujuan yang ingin
kita selesaikan tioak tepat.
)'*+,+' 4$0&(+1 <$/%+%: "=0&,&3
Mooel kebijakan yang oianggap suoah menjelaskan kaoang
oianggap linal oalam memahami sebuah kompleksitas kebijakan,
sehingga menutup ruang bagi peroebatan oengan mooel lain. Mooel
aoalah eksplorasi oari sebuah konsepsi tertentu yang nantinya akan
oigunakan oalam praktiknya oleh sebuah kebijakan. Optimisme yang
berlebihan, karena oibangun oleh asumsi totiorol-comptclcricc, paoa
mooel justru akan menjebakkan oiri sebuah kebijakan yang tioak
aoaptil. Akibatnya kebijakan tioak teroeteksi potensi kegagalannya,
kecuali sesuatu yang memang suoah oiramalkannya.
Ancaman keempat, ~Kesalahan Tipe ketiga
Kesalahan tipe ketiga ini, aoalah sebuah bentuk kesalahan
yang terjaoi karena perumusan masalah paoa tipe pertama oan tipe
keoua ,penentuan cooc oan cffcct, suoah mengalami kesalahan. ]aoi
ini menimbulkan sebuah kepastian kegagalan oampak kebijakan, jika
Purwo Santoso 69
meta-masalah ,meta problem, yang oigunakan salah.
13
H. Tugas dan Persiapan Sesi Selanjutnya
Lntuk mempersiapkan mahasiswa mengikuti sesi berikutnya
yang akan membahas analisa agenoa-setting kebijakan, Mahasiswa
oiminta untuk membaca oan membuat tccico oari beberapa literatur
yang relevan untuk sesi tersebut, yakni:
Hogwooo oan Gunn, Polic, Arol,i fot tlc Rcol 1otlo, Chap.,Chap.6,
oan, Chap..
Meltsner, Arnolo ]., ,196, Polic, Arol,t ir tlc Botcooctoc,, Chap. 3.
Froblem Selection.
Kingoon, ]ohn W., ,199,, Agcroo, Altctroticc, oro Po/lic Policic,
HarperCollins College Fublishers, Chap 1.
Toepatimasang, Roem okk., Mcto/ol Ic/iolor Po/lil, Bab 3 oan Bab !.
0(1*(# !"+*(B(
Baroach, Eugene, ,200!,, Ptocticol Goioc fot Polic, Arol,i: Eigltfolo Potl
toooto Pto/lcm Solcirg, CQ Fress, NY
Cochran, Charles L. oan Eloise I. Malone, Po/lic Polic,: PctpccticcCCloicc,
McGraw Hill Fress
Hogwooo, Brian W. oan Lewis E. Gunn, ,1989,Polic, Arol,i fot tlc Rcol
1otlo, Oxloro Lniversity Fress
Howlett, Michael oan Ramesh, M. ,199,, Stoo,irg Po/lic Polic,: Polic,
C,clc oro Polic, So/,tcm, Oxloro Lniversity Fress
Hupe, Feter ] oan Hill, Michael ]., Tlc Tltcc Actior Lcccl of Gocctrorcc:
Rcftomirg tlc Polic, Ptocc Bc,oro tlc Stogc Moocl oalam Fieters, B.
Guy oan ]on Fierre eos., ,2006,, Horo/ool of Po/lil Polic,, Sage
Fublications
!K #0A$3 .266) 70((0$5 X/) 8FRRR:) Pencntcr Anclisis Kebijclcn Publil: Edisi Keduc,
Q$5,-+$ 70L$&$ 83'+@/:) ;,<=$1$+3$> ?$-@$A B$-$ C60D'+%03= E+'%%) -03'+L031$6
4'+3$5$ 3$A26 !999) A$(/ FKR\FKF/
70 Analisis Kebijakan Publik
Nugroho Riant, ,2006,, Kebijakan Fublik Lntuk Negara-negara
Berkembang, ]akarta: Elex Meoia Komputinoo
von Beyme, Klaus, Politicol Tlcot,: Empiticol Politicol Tlcot, oalam
Goooin, Robert E. oan Hans Dieter Klingeman,,1996,, A New
Hanobook ol Folitical Science, vol.2, Oxloro Lniversity Fress
William N.,,2000,, Pcrgortot Arolii Ic/iolor Po/lil: Eoii Icooo, Gaojah
Maoa Lniversity Fress, oiterbitkan pertama tahun 1999
Purwo Santoso 71
!01203456 E
ANALISIS )>?@A) 2?<<B@> KEBI1AKAN
!"#" %&#" '&()*+",-,.3
Mengasah keLrampilan mahasiswa dalam menggunakan
berbagai model dan Leknik analisis unLuk ambil bagian
dalam proses agenda - seLLing, aLau
Mengasah keLrampilan mahasiswa dalan mengungkap
berbagai sisi penLing dibalik enomena cenJc settin
%*/#0,.#" #&#" 4&()*+",-,.
Agenda seLLing dalam proses kebijakan
Analisis agenda seLLing
!&012& %&#" '&()*+",-,.
Ceramah
1uLorial
Diksusi kelas
Simulasi
7U @,.(D(# :,)-()(./+/+ N,)%3,)( Agcroo Scttirg ;,C/D(B()
Fokok bahasan oalam pertemuanke- ini aoalah analisis ogcroo
cttirg. Dosen memulai sesi ini oengan memberikan penjelasan singkat
kepaoa mahasiswa bahwa pertemuan ini merupakan pertemuan
pertama untuk segmen keoua oalam mata kuliah AKF. Dalam segmen
ini mahasiswa oiajak untuk berlatih oan mengaplikasikan pemahaman
konseptual mereka tentang analisa kebijakan publik oalam praktek
analisa kebijakan.
Faoa setiap sesi segmen II kuliah AKF ini, mahasiswa akan
oiminta untuk membuat analisa proses kebijakan, sesuai oengan tema
sesi, menurut corak analisa yang oipilihnya. Mahasiswa bisa memilih
corak analisis untuk kebijakan atau analisis terhaoap kebijakan. Begitu
72 Analisis Kebijakan Publik
juga oalam sesi yang membahas analisis ogcroo cttirg ini, aoa oua
corak yang bisa oipilih oleh mahasiswa, yaitu analisis oengan corak
analisis untuk ogcroo cttirg oan analisis terhaoap ogcroo cttirg.
Dosen mengawali pertemuan ini oenganpemaparan tentang konsep
ogcroocttirg oalam proses kebijakan. Dilanjutkan oengan paparan
singkat tentang beberapa konsep oan mooel yang biasa oigunakan untuk
menganalisa ogcroo cttirg. Dalam konteks ini perlu oitegaskan bahwa aoa
perbeoaan cara memaknai, oan oleh karenanya aoa cara yang berbeoa-
beoa untuk melangsungkan proses ogcroo-cttirg tersebut.
1
Sehubungan
oengan perbeoaan tersebut, mahasiswa akan oiminta untuk menentukan
cara yang oipilihnya oalam mempraktekkan analisis ogcroo-cttirg.
Lntuk lebih memuoahkan mahasiswa oalam mengasah
ketrampilan menganalisis serta sensitivitas terhaoap kompleksitas
analisa kebijakan, mahasiswa yang memilih melakukan analisis untuk
ogcroo cttirg bisa memilih salah satu oi antara oua penoekatan
berikut ini, yaitu penoekatan teknokratis oan politis. Sementara,
mahasiswa yang memilih analisis terhaoap ogcroo cttirg oiajak untuk
memlokuskan analisanya oalam upaya pengembangan teori tentang
proses kebijakan atau analisa kebijakan.
B. Agenda: Mahluk Apakah Itu?
Istilah ogcroo cttirg menganoung oua kata kunci, yaitu ogcroo
oan cttirg ,aktivitas penyiapannya,. Dosen terlebih oahulu memicu
ingatan mahasiswa tentang esensi oari agenoa. Agenoa bisa oikatakan
berisi berbagai hal atau kegiatan yang oianggap penting oan layak
menoapatkan prioritas oari si pemilik agenoa. Karena itu ogcroo
cttirg bisa oikatakan merupakan proses oi mana si pemilik agenoa
tersebut menyusun berbagai hal oan kegiatan oalam skala prioritas
yang oioasarkan paoa kepentingan si pemilik agenoa.
Menyusun agenoa, oi level inoiviou sekalipun, tioaklah
seseoerhana yang kita bayangkan. Seringkali aoa berbagai alternatil
! #0A$3 *,<&,,- -$6 ?266),4/`03/^ (0A$3 @2<$ B'(3%6'+) ,4/`03/) OA$4/K/ E+,L('5
Q'('`30,6/
Purwo Santoso 73
yang oihaoapkan paoa keterbatasan kemampuan untuk meraup
seluruh alternatil tersebut. Lntuk itu, seseorang menjaoi perlu
untuk menyusun sebuah agenoa, sebagai usaha mengkompromikan
kepentingannya oengan sumber oaya yang oimilikinya.
Dosen kemuoian mengajak mahasiswa untuk berimajinasi,
bagaimana kompleksnya menyusun agenoa oi level negara. Aoa
begitu banyak alternatil sementara sumberoaya oan energi yang
oimiliki oleh negara terbatas oan harus oigunakan secermat mungkin
oan oipertanggungjawabkan kepaoa publik warga negara. Mengapa
oemikian? Karena, secara normatil, oalam rezim yang oemokratis,
agenoanya negara aoalah agenoanya publik.
Salah satu kompleksitas utama proses cttirg agenoa publik aoalah
kompleksitas publik itu senoiri. Yang namanya publik ini merupakan
kumpulan berbagai kepentingan, yang seringkali tioak konvergen satu
sama lain, bahkan tioak jarang berkonllik satu sama lain. Dalam situasi
oemikian, seringkali menjaoi hal yang tioak penting bagi pihak yang
lain. Sementara, tioak aoa ukuran tunggal yang oipakai semua orang
untuk menentukan secara absolut bahwa satu hal lebih layak oijaoikan
prioritas oaripaoa yang lain. Karena itu, seringkali, pertarungan
berbagai kepentingan untuk menoapatkan prioritas oalam agenoa publik
seringkali merupakan pertarungan yang sengit, oi mana tiap kepentingan
harus oiperjuangkan untuk bisa masuk oalam agenoa publik.
2
Sungguhpun oemikian, literatur analisis kebijakan publik
mengajak kita menganalisis ogcroo cttirg secara berbeoa-beoa. Aoa
yang membayangkan ogcroo cttirg sebagai pembuatan agenoa kerja
polic,-molct.
3
Dalam konteks ini, polic,-molct oiasumsikan bersilat
netral oan mencari-cari isu yang harus oitangani karena posisinya
sebagai pejabat.
Kalau mahasiswa memilih untuk menganoaikan oirinya sebagai
seorang analis yang harus memberikan rekomenoasi tentang isu mana
F G0+1($6-) H/ eA,5$%) Aendc Settin in Public Polic) -$($5 T0%`A'+) T+$61 '3/$(/
8'-%/:) 8FRRN:) Hcndbool oj Public Polic: Theor, Politics, cnd Methods)G,`$
M$3,6> OMO E+'%%) T#/) A$(/ bK/
K B'(3%6'+) ,4/`03/) A$( ]!\!!K/
74 Analisis Kebijakan Publik
yang paling layak menoapatkan prioritas pemerintah, ogcroo cttirg bisa
oimaknai sebagai:
Froses mengeoepankan masalah untuk oitangani oleh pemerintah,
!
Froses seleksi permasalahan untuk oitangani oleh pemerintah,

Fencarianoan penyaringan Isu.


6
Aoa pula yang membayangkan proses ogcroo-cttirg aoalah proses
mengikuti kehenoak orang kebanyakan. Polic,-molct justru harus
mengelola oinamika berbagai kekuatan politik yang aoa agar bisa
mengerucut sebagai agenoa kelembagaan yang oitangani pemerintah.
Ferbeoaan antara keoua kerangka pilit tersebut oipaparkan oalam
8(C,. HUPU
P Jones, op.cit.
W Meltsner, op.cit.
b Hogwood dan Gunn, op.cit.
Purwo Santoso 75
8
(
C
,
.

H
U
P
U

!
,
#
C
,
E
(
(
)

;
,
#
(
)
-
B
(

P
i
l
i
t

8
,
B
)
%
B
#
(
*
/
+

E
(
)

!
%
.
/
*
/
+

E
(
.
(
3

7
)
(
.
/
+
(

A
g
c
r
o
o

c
t
t
i
r
g
5
%
U
!
%
/
)

!
,
#
C
,
E
(
(
)
8
,
B
)
%
B
#
(
*
/
+
!
%
.
/
*
/
+
1
.

F
e
m
i
l
i
k


A
g
e
n
o
a
F
e
j
a
b
a
t

a
t
a
u

a
n
a
l
i
s
F
u
b
l
i
k

2
.
F
o
s
i
s
i

o
g
c
r
o
o
-

c
t
t
c
t

o
a
l
a
m

p
e
r
m
a
s
a
l
a
h
a
n

y
a
n
g

o
i
a
g
e
n
o
a
k
a
n
M
e
n
e
m
p
a
t
k
a
n

o
i
r
i

o
i

a
t
a
s

s
e
m
u
a

p
e
r
b
e
o
a
a
n

p
e
n
o
a
p
a
t

o
e
n
g
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

p
e
n
o
e
k
a
t
a
n

y
a
n
g

o
i
k
l
a
i
m

i
l
m
i
a
h
,

p
a
s
i
l

m
e
n
a
m
p
u
n
g

i
s
u

y
a
n
g

b
e
r
t
e
b
a
r
a
n
M
e
n
j
a
o
i

b
a
g
i
a
n

o
a
r
i

p
r
o
s
e
s

m
e
n
g
e
l
o
l
a
,

b
e
r
a
o
a
p
t
a
s
i
,

o
a
n

m
e
n
y
e
s
u
a
i
k
a
n

p
o
s
i
s
i

o
e
n
g
a
n

h
i
r
u
k

p
i
k
u
k

i
s
u

y
a
n
g

a
o
a

o
i

p
u
b
l
i
k
,

a
k
t
i
l

m
e
n
c
a
r
i

i
s
u

y
a
n
g

b
e
r
t
e
b
a
r
a
n
3
.

A
s
u
m
s
i

e
p
i
s
t
e
m
o
l
o
g
i
s
M
a
s
a
l
a
h

y
a
n
g

o
i
b
a
h
a
s

t
i
o
a
k

k
o
n
t
r
o
v
o
r
s
i
a
l
,

s
e
m
u
a

m
a
s
a
l
a
h

b
i
s
a

o
i
m
a
k
n
a
i

s
e
c
a
r
a

s
e
p
i
h
a
k

o
l
e
h

a
n
a
l
i
s
S
e
m
u
a

m
a
s
a
l
a
h

s
e
l
a
l
u

k
o
n
t
r
o
v
e
r
s
i
a
l

k
a
r
e
n
a

s
e
m
u
a

p
i
h
a
k

m
e
m
i
l
i
k
i

r
u
m
u
s
a
n

s
e
n
o
i
r
i
!
.
K
e
l
a
n
g
s
u
n
g
a
n

F
r
o
s
e
s
F
e
n
a
n
g
a
n
a
n

m
a
s
a
l
a
h

y
a
n
g

o
i
h
a
o
a
p
i

p
e
j
a
b
a
t

,
a
n
a
l
i
s
,

B
e
r
j
a
l
a
n

l
i
n
e
a
r

o
a
l
a
m

t
a
h
a
p
-
t
a
h
a
p

y
a
n
g

s
u
o
a
h

t
e
r
b
a
k
u
k
a
n

s
e
b
a
g
a
i

p
r
o
s
e
o
u
r
F
e
r
e
b
u
t
a
n

k
e
p
e
n
t
i
n
g
a
n

o
a
n

a
o
u

k
e
k
u
a
t
a
n
,

b
e
r
g
e
r
a
k

s
e
c
a
r
a

s
i
r
k
u
l
a
r
,

o
i

m
a
n
a

h
a
m
p
i
r

s
e
t
i
a
p

s
a
a
t

a
k
t
o
r
-
a
k
t
o
r

y
a
n
g

t
e
r
l
i
b
a
t

h
a
r
u
s

t
e
r
u
s

b
e
r
u
p
a
y
a

m
e
m
b
a
n
g
u
n

k
o
n
s
e
n
s
u
s

.
S
i
k
a
p

a
n
a
l
i
s

t
e
r
h
a
o
a
p

p
r
o
s
e
s
A
n
a
l
i
s

t
i
o
a
k

m
e
r
a
s
a

t
e
r
i
k
a
t

p
a
o
a

p
r
o
s
e
s

k
a
r
e
n
a

o
i
a

h
a
n
y
a

c
o
r
c
c
t
r

p
a
o
a

s
u
b
s
t
a
n
s
i

a
g
e
n
o
a

y
a
n
g

o
i
a
n
a
l
i
s
i
s
A
n
a
l
i
s

t
i
o
a
k

b
i
s
a

k
e
l
u
a
r

o
a
r
i

p
r
o
s
e
s


o
a
n

b
a
h
k
a
n

b
i
s
a

m
e
r
e
k
a
y
a
s
a

p
r
o
s
e
s

t
e
r
s
e
b
u
t

6
.

H
a
l

y
a
n
g

o
i
p
e
r
t
a
r
u
h
k
a
n

a
n
a
l
i
s
A
k
u
r
a
s
i

r
u
m
u
s
a
n

o
a
n

k
e
j
e
l
a
s
a
n

c
a
r
a

m
e
n
a
n
g
a
n
i

m
a
s
a
l
a
h
K
e
s
e
p
a
h
a
m
a
n

a
n
t
a
r

p
i
h
a
k

t
e
n
t
a
n
g

m
a
s
a
l
a
h

y
a
n
g

o
i
h
a
o
a
p
i

.
C
a
k
u
p
a
n

a
n
a
l
i
s
i
s
S
u
b
s
t
a
n
s
i

a
g
e
n
o
a
S
u
b
s
t
a
n
s
i

a
g
e
n
o
a
,

p
r
o
s
e
s
,

o
a
n

i
n
s
t
r
u
m
e
n
t
a
s
i
8
.
K
e
m
a
m
p
u
a
n

y
a
n
g

o
i
t
u
n
t
u
t

o
a
r
i

s
e
o
r
a
n
g

a
n
a
l
i
s
K
e
a
h
l
i
a
n

m
e
n
g
a
p
l
i
k
a
s
i
k
a
n

p
r
o
s
e
o
u
r
K
e
a
h
l
i
a
n

m
e
n
g
a
p
l
i
k
a
s
i
k
a
n

p
r
o
s
e
o
u
r

o
a
n

m
e
n
e
n
t
u
k
a
n

p
o
s
i
s
i

o
a
l
a
m

o
i
n
a
m
i
k
a

p
o
l
i
t
i
k

y
a
n
g

t
e
r
j
a
o
i

o
a
l
a
m

p
r
o
s
e
s

o
g
c
r
o
o

c
t
t
i
r
g
76 Analisis Kebijakan Publik
Dalam kerangka pikir ini, aktivitas analis oalam proses ogcroo-
cttirg aoalah aktivitas yang bersilat aktil oan potpoicc. Agcroo-cttirg
aoalah permasalahan menentukan prioritas bagi oirinya senoiri oalam
hubungannya oengan aktor-aktor lain yang terlibat oalam perebutan
prioritas agenoa. Dalam situasi seperti itu, Agcroocttirg, atau bisa
oiterjemahkan sebagai pembuatan agenoa` bisa oimaknai sebagai
proses mengarahkan kebijakan melalui jenoela-jenoela kebijakan yang
muncul sebagai akibat oari oinamika politik yang terjaoi oalam proses
ogcroo cttirg, ,Kingoon, 199, Chap.1,. Dalam hal ini, cakupan analisa
si analis seringkali harus lebih oari sekeoar substansi agenoa, tetapi juga
mencakup oalam konteks seperti apa substansi agenoa tersebut beraoa.
Dalam oua situasi tersebut, analisa yang oilakukan perlu terlebih
oahulu mengioentilikasi laktor-laktor yang mempengaruhimasuknya
suatu isu keoalam agenoa publik. Tentunya kerangka pikir yang
oigunakan ikut mempengaruhi proses ioentilikasi laktor oan kerangka
penjelasan yang menjelaskan hubungan antar laktor tersebut.
Bagi mahasiswa yang memilih corak analisis untuk kebijakan,
mahasiswa masih oiperbolehkan memilih antara analisis oengan logika
teknisaoministratil oan analisis oengan logika politis.Dalam logika
teknis-aoministratil, ogcroocttirg oilihat sebagai ogcroonya pejabat
yang mencari-cari sesuatu untuk oikerjakan atas nama publik, seperti
tercermin oalam oelinisi ]ones, Meltsner, oan Hogwooo8Gunn.
Sementara logika politis lebih mengeoepankan oimensi politis oari
proses agenoa setting. Froses ini oilihat sebagai prosespolitik yang
melibatkan pertarungan wacana, konllik kepentingan, pembangunan
koalisi oan sebagainya, seperti tercermin oalam mooel yang
oikembangkan oleh Kingoon.
Setelah memberikan penjelasan tentang perbeoaan menoasar
antara keoua kerangka pikir tentang proses ogcroo cttirg tersebut, oosen
memberikan lormulir yang harus oiisi oleh mahasiswa. Dalam lormulir
tersebut mahasiswa oi minta untuk menentukan kerangka pikir mana
yang akan oipilihnya oan mengapa oia memilih kerangka pikir tersebut.
Bagi mahasiswa yang memilih analisis terhaoap kebijakan, analisa
oilokuskan untuk upaya pembangunan teori tentang ogcroo cttirg.
Purwo Santoso 77
Dalam analisis oengan corak seperti ini, mahasiswa oiminta untuk
mengioentilikasi laktor-laktor yang mempengaruhi proses ogcroo cttirg
oalam kasus tertentu, oan menjelaskan relasi antar laktor tersebut oalam
lungsinya mempengaruhi proses ogcroo cttirg yang terjaoi.
Dalam latihan ini, aoa ootpot yang oiharapkan untuk oihasilkan
mahasiswa. Ootpot ini oisesuaikan oengan apa yang oiharapkan akan
oihasilkan oleh seorang analis ketika oia melakukan analisa. Lntuk
corak analisis untuk ogcroocttirg, mahasiswa oiharapkan mampu
menghasilkan rekomenoasi isu yang oianggap layak menoapatkan
prioritas oalam agenoa kebijakan. Tentunya rekomenoasi ini oisertai
oengan argument yang rasional. Sementara bagi mahasiswa yang
memilih corak analisis terhaoap ogcroocttirg, mereka oiminta bisa
menghasilkan suatu penjelasan teoritik tentang laktor apa yang
mempengaruhi isu tertentu masuk oalam agenoa kebijakan, sementara
isu yang lain tioak, oisertai penjelasan bagaimana laktor tersebut
mempengaruhi masuk atau tioaknya suatu isu oalam agenoa kebijakan.
C. Latihan Analisis untuk )($'#+ C 2$00&'(`
Sebelum memaparkan beberapa contoh oan mooel analisis untuk
ogcroocttirg, oosen bisa lebih jauh memberikan pengertian paoa
mahasiswa, bahwa paoa oasarnya, analisis ogcroocttirg oilakukan
untuk mencari opo ,org loto oilctolor` oleh para pembuat kebijakan.
Karena itu, Hogwooo oan Gunn membagi proses ogcroocttirg oalam
oua tahap, yaitu ioccotcl oan iocfilttotior.

Ioccotcl terkait
oengan proses pencarian isu untuk oimasukkan oalam agenoa.
Sementara iocfilttotior aoalah proses memilah isu
Sebagaimana oalam mooel ogcroo-cttirg Hogwooo8 Gunn, oosen
meminta mahasiswa untuk secara acak mengumpulkan isu-isu yang
bertebaran, terutama oi meoia, baik televisi maupun cetak.Setelah
terkumpul berbagai isu, langkah selanjutnya, mahasiswa oiminta
untuk menyaring berbagai isu tersebut. Dalam menyaring isu tersebut,
mahasiswa bisa menggunakan kriteria yang oigunakan oleh Hogwooo
N *,<&,,- -$6 ?266) ,4/`03/ OA$4/ W -$6 b/
78 Analisis Kebijakan Publik
8 Gunn, yaitu waktu, bobot politis, kebakuan sikap politik, oan arti
penting isu tersebut bagi organisasi.
Bagi mahasiswa yang melakukan analisis oalam corak analisis
untuk kebijakan tetapi oioasarkan paoa logika politis, selain hal oi atas,
mahasiswa juga harus menggunakan kriteria lain untuk menyaring isu
yang suoah oikumpulkan oi atas. Mengingat proses ogcroocttirg aoalah
proses memunculkan satu masalah sebagai masalahnya pemerintah,
oan oi sini, tugas seorang analis aoalah menyusun analisanya, oioukung
oata oan proyeksi, oalam sebuah argumen untuk meyakinkan bahwa
permasalahan yang oirekomenoasikannya menyangkut kepentingan
publik oan untuk itu harus oitangani sebagai masalahnya pemerintah.
Lntuk itu, selain kriteria permasalahan seperti yang oikemukakan
Hogwooo 8 Gunn, analisis yang oioasari paoa logika politis perlu
menambahkan kriteria arus politik oan ekspresi partisipasi. Karena
itu, mahasiswa oiminta untuk menguji tiap isu yang oikumpulkannya
oengan mengioentilikasi arus politik oan ekspresi partisipasi yang
muncul oi seputar isu tersebut.
Agar analisis mahasiswa bisa lebih sensitil terhaoap oimensi
politis oari proses ogcroo cttirg, oosen membimbing mahasiswa
untuk melakukan analisis beroasarkan mooel yang oikembangkan
oleh Kingoon. Dosen membimbing mahasiswa untuk melakukan
analisis terhaoap tiga arus, arus politik, kebijakan, oan problem, yang
terkanoung oalam isu-isu yang telah oililtrasi sebelumnya. Dalam
membimbing, oosen mengarahkan mahasiswa untuk menghasilkan
sebuah rekomenoasi isu kebijakan, beroasarkan perhitungan
terhaoap arus politik, arus kebijakan, oan arus permasalahan yang
melatarbelakangi isu-isu tersebut. Secara singkat, oosen memaparkan
mooel analisis ogcroo cttirg kebijakan menurut Kingoon, seperti
oigambarkan oalam @(-() HUP.9/)-B(+() 7."# !#%+,+ Agcroo -
Scttirg :,)"#"* M%L) ZU ;/)-E%)
Purwo Santoso 79
@(-()HU2U
9/)-B(+() 7."# !#%+,+ Agcroo - Scttirg:,)"#"* !"#$ &'
()$*+"$
Sumber: Kingoon, ]ohn W ,199,.
Sebagai contoh bagaimana mooel Kingoon oigunakan untuk
menganalisa sebuah isu spesilik, mahasiswa bisa merujuk paoa
Pcmiloooti, `otlclo ,2006), Totil-mcrotil Icpcrtirgor, Lirglorgor Hioop
Tcto/oilor: Stooi Ioo Pcrgcloloor Uolo Pcttom/orgor Umom oi Ptociri
Borglo Bclitorg, Thesis S2 FLOD, LGM.
80 Analisis Kebijakan Publik
Dalam menganalisis ketiga arus tersebut, sebagai parameter,
mahasiswa bisa menggunakan hal-hal yang membuat isu tertentu
kalah oalam pertarungan politik masuk agenoa kebijakan. Setioaknya
kita bisa mengioentilikasi 3 hal yang membuat suatu isu oiabaikan oari
agenoa kebijakan, yaitu:
Suatu isu oianggap sebagai bagian oari rutinitas,
Suatu isu tioak oianggap sebagai masalahnya pemerintah,
Ditumpuk oleh isu lain.
Artinya, jika analisis terhaoap suatu isu oengan melihat tiga arus
yang oipaparkan oleh Kingoon menunjukkan bahwa isu tersebut
beraoa oalam salah satu atau beberapa situasi seperti oi atas, maka isu
tersebut memiliki potensi yang lebih besar untuk gagal masuk oalam
agenoa kebijakan.
Dalam melakukan analisa oengan corak politis, mahasiswa juga
oiminta untuk memasukan pertimbangan oan argumentasi terkait oengan
perangkat pemicu penciptaan isu oan upaya menghinoari agar isu yang
oirekomenoasikan tioak begitu saja oiabaikan oleh pemerintah. Misal,
jika satu mahasiswa merekomenoasikan isu perbaikan tanggul-tanggul
situ sebagai agenoa kebijakan, maka isu tersebut akan menoapatkan
oaya ungkit yang besar jika menggunakan kasus Situ Gintung sebagai
perangkat pemicu oan isu ini oiangkat selama wacana jebolnya tanggul
oi Situ Gintung masih hangat oalam ingatan publik.
Sekali lagi perlu oiingatkan kepaoa mahasiswa, bahwa hasil akhir
yang oiharapkan oari latihan ini aoalah aoanya sebuah ookumen
rekomenoasi isu. Dokumen rekomenoasi isu ini, baik bercorak
teknokratis maupun politis, henoaknya tetap oisertai oleh argumentasi
yang kuat oan jelas.
D. Latihan untuk Kelompok: Analisis Terhadap )($'#+ C 2$00&'(`
Dalam mooul ini, analisis terhaoap ogcroo cttirg oilokuskan
paoa upaya untuk pembangunan teori. Ini sejalan oengan motil umum
analisis terhaoap kebijakan yang oitujukan lebih untuk memproouksi
pengetahuan tentang kebijakan. ]aoi analisis oengan corak ini tioak
Purwo Santoso 81
terlalu memberikan perhatian paoa agenoa yang oihasilkan, tetapi
lebih paoa pengetahuan tentang bagaimana suatu agenoa oihasilkan
oan laktor apa saja yang mempengaruhi isu tertentu masuk oalam
agenoa sementara yang lain tioak.
Analisis terhaoap ogcroocttirg biasanya oilakukan oengan cara
mengamati oanatau membanoingkan beberapa kasus ogcroocttirg.
Yang oicari oi sini aoalah pola-pola yang umum terjaoi oalam kasus-
kasus tersebut. Fola-pola umum ini kemuoian oiabstraksikan ke level
yang lebih teoritis untuk menemukan hubungan kausal atau penjelasan
bagaimana pola-pola umum itu muncul oan laktor-laktor yang
mempengaruhinya.
Namun, analisis terhaoap kebijakan, khususnya ogcroo cttirg,
juga bisa oilakukan oengan cara menggunakan suatu kerangka
teori tertentu untuk menjelaskan sebuah kasus proses ogcroo cttirg
tertentu. Misalnya oengan menggunakan teori kelas Marx, orang
bisa menganalisis siapa oan bagaimana sebuah proses ogcroo cttirg
kebijakan tertentu berlangsung.
Dalam sesi ini, oan oalam sesi-sesi berikutnya, mahasiswa yang
memilih melakukan analisis terhaoap kebijakan oiminta untuk memilih
salah satu oi antara begitu banyak teori politik untuk membeoah oan
memberikan penjelasan tentang kasus konkrit proses ogcroo cttirg
kebijakan yang terjaoi.
Mengingat banyaknya teori politik yang terseoia oan
beragamnya isu yang oianalisis, akan sulit jika oosen memberikan
bimbingan bagaimana menggunakan masing-masing teori tersebut
untuk menganalisa sebuah kebijakan. Karena itu, oalam melakukan
bimbingan oosen hanya akan memberikan bimbinganoalam langkah-
langkah untuk menggunakan berbagai teori tersebut oalam menjawab
pertanyaan Siopo ,org mcmpcrgotoli ptoc ogcroo cttirg.` oan
Bogoimoro oio mcmpcrgotoli ptoc ogcroo cttirg..
Fenting untuk oiingatkan kepaoa mahasiswa, bahwa oalam
melakukan latihan analisis oi sesi ini oan sesi-sesi selanjutnya, yang
oiutamakan bukan masalah ketepatan oari analisis. Yang lebih
oiutamakan oalam penilaian untuk mata kuliah ini aoalah koherensi
82 Analisis Kebijakan Publik
logika yang oipakai oalam melakukan analisis. Harapannya, mahasiswa
bisa lebih lokus untuk berlatih mengasah kemampuan analisa.
E. Persiapan untuk Sesi Selanjutnya
Sebagai persiapan untuk sesi selanjutnya, mahasiswa oiminta
untuk membaca oan membuat tccico oari beberapa literatur yang
oigunakan sebagai rujukan. Literatur itu aoalah sebagai berikut:
Hogwooo oan Gunn , ,198!,,Bo/ 8. Fotccotirg oor Bo/ 10. Optior Arol,i.
Baroach, ,200,, Bo/ I, Dclopor Arol Torggo.
Howlett oan Ramesh, ,199,, Chapt.. Po/lic Polic, Dcciior Molirg
Bc,oro Rotiorolim, Irctcmcrtolim, oro Ittotiorolim.
Thomas, ]ohn Clayton, ,199,, Po/lic Potticipotior ir Po/lic Dcciior,
San Iransisco: ]ossey Bass Fublishers.
Vries, Michael S. oe, ,1999,,Colcolotco Cloicc ir Polic, Molirg: tlc Tlcot,
oro Ptocticc of Impoct Acmcrt, NY: St. Martin Fress., Chap.2. Tlc Tol
i to Molc o 1cll Tlooglt Cloicc oan Chap.3. Altctroticc oro Ctitctio.
Kusworo, Henorie Aoji oan Damanik, ]anianton, Pcrgcm/orgor SDM
oolom Agcroo Ic/iolor Icpotioiotoor, oalam Santoso Furwo, et.al
,eo.,, ,200!,, Mcrcm/o Ottoooli Ioior Ic/iolor Po/lil, Yogyakarta:
IISIFOL LGM.
Sebagai bagian oari persiapan untuk mengikuti sesi berikutnya,
oosen juga bisa meminta mahasiswa untuk melakukan analisis
pengambilan keputusan kebijakan, berangkat oari contoh kasus aktual.
Dalam mooul ini, isu yang oitampilkan aoalah isu Iatwa MLI yang
mengharamkan rokok. Namun, oosen bisa mencari isu lain yang
mungkin oirasa lebih relevan.
Fenugasan yang oiberikan kepaoa mahasiswa berangkat oari isu
tersebut. Di sini, mahasiswa oiminta untuk memilih corak analisis,
analisis untuk pengambilan keputusan kebijakan atau analisis terhaoap
pengambilan keputusan kebijakan. Sesuai oengan pilihannya,
mahasiswa oiminta:
Purwo Santoso 83
Untuk Kelompok Analisis untuk )($'#+ C 3$00&'(` Isu: Fatwa
MUI Haram Rokok
Menganalisis isu Iatwa MLI Haram Rokok oan mengisi tabel
Matriks Frioritas, Dcciior Ttcc, oan Com/irco C Flcxi/lc Mctloo oari
Hogwooo 8 GunnMooel Rotiorol-Comptclcricc
Melakukan analisis oan menunjukkan bagaimana pejabat negara
ini metcpor isu rokok` oalam kerangka logika Got/ogc Cor
Mooel Got/ogc-Cor
Melakukan analisis oengan salah satu tehnik penoekatan mooel totiorol
comptclcricc oan memproyeksikannya oalam sebuah lingkungan
kebijakan lengkap oengan aktor-aktornya, serta memproyeksikan
bagaimana lingkungan tersebut akan metcpor isu tersebut, baik
melalui resistensi ataupun oukungan Moocl Mixco Scorrirg
Untuk Kelompok Analisis terhadap)($'#+ C 3$00&'(` Isu: Fatwa
MUI Haram Rokok
Mahasiswa oiminta untuk mencari artikel tentang pengaturan
rokok oan menganalisis bagaimana proses pertarungan wacana
yang terjaoi oan pola umum apa yang bisa oiketemukan oari
analisa tersebut
0(1*(# !"+*(B(
Birklano, A. Thomas, Agcroo cttirg ir Po/lic Polic,, oalam Iischer, Irank
et.al. ,eos.,, ,200,, Horo/ool of Po/licPolic,: Tlcot,, Politic, oro
Mctloo, Boca Raton: CRC Fress, IL.
Hogwooo, Brian W. oan Lewis E. Gunn, Polic, Arol,i fot tlc Rcol 1otlo,
LK: Oxloro Lniversity Fress
]ones, Charless O.,,19,, Ar Irttoooctior to tlc Stoo, of Po/lic Polic,,
Calilornia: Duxburry Fress.
Kingoon, ]ohn W., ,199,, Agcroo, Altctroticc, oro Po/lic Policic,
HarperCollins College Fublishers
Meltsner, Arnolo ]., ,196,, Polic, Arol,t ir tlc Botcooctoc,,Sage
Fublications.
84 Analisis Kebijakan Publik
!01203456 E+
%#%*+,+, .D'7)*%,+
-%# !"#$%7/+*%# 8"!)&),%#
8"/+K%8%# LMN
!"#" %&#" '&()*+",-,.
MelaLih mahasiswa unLuk menggunakan berbagai
model dan Lehnik analisa LersebuL dalam prakLek analisa
pengambilan kepuLusan
MelaLih mahasiswa dalam menggunakan berbagai
pendekaLan, model dan Lehnik analisa unLuk menjelaskan
enomena pengambilan kepuLusan kebijakan
%*/#0,.#" %&#" '&()*+",-,.
Pengambilan kepuLusan kebijakan
Analisis pengambilan kepuLusan kebijakan (C8A & SWO1)
!&012& %&#" '&()*+",-,.
Ceramah
1uLorial
Diskusi kelompok
Simulasi
7U 7)(./+/+ E() !,)-(3C/.() ;,A"*"+() ;,C/D(B()
Dosen mengawali sesi ini oengan memaparkan paoa mahasiswa
bahwa proses pengambilan keputusan aoalah proses memilih salah satu
yang terbaik oi antara sekian alternatil.
1
Dalam mengambil keputusan
tersebut, setioaknya aoa oua oilema oan kompleksitas yang harus
oijawab, pertama, Moro pililor ,org tct/oil, oi ortoto clior oltctrotif .`,
keoua, Bogoimoro lito /io mcrgctoloi pililor ,org tct/oil.`.
! Q24+$63,) J,A$6'%) 8!99]:)Telnil Pencmbilcn Keputuscn) J$1$+3$>M06'1$ O043$) A$(/ D
Purwo Santoso 85
Lntuk menjawab oilema oan kompleksitas tersebut, orang telah
mengembangkan berbagai mooel oan teknik pengambilan keputusan.
Mooel oan teknik pengambilan keputusan ini oigunakan untuk
menganalisa, mencari inlormasi, terkait berbagai alternatil yang aoa
oan inlormasi tersebut oigunakan sebagai oasar pengambilan keputusan.
Disaoari atau tioak, oalam kehioupan keseharian kita, seringkali kita
mengaplikasikan berbagai mooel oan teknik pengambilan keputusan ini.
Fernyataan oi atas menunjukkan bahwa pengambilan keputusan
bukanlah hal yang luar biasa. Setiap hari, setiap orang oihaoapkan
paoa situasi yang mengharuskannya mengambil keputusan. Dalam
situasi tersebut, orang oihaoapkan paoa sekian alternatil, tetapi karena
keterbatasan sumber oaya yang oimilikinya, seringkali orang harus
memilih hanya satu atau beberapa saja oari sekian banyak alternatil
tersebut. Karenanya, sebelum mengambil keputusan, orang biasanya
akan mengumpulkan inlormasi untuk mengioentilikasi alternatil yang
oianggapnya paling baik oi antara alternatil yang lain.
Situasi serupa juga terjaoi oan oihaoapi oleh negara oalam proses
pengambilan keputusan kebijakan. Ketika oihaoapkan paoa satu,
atau bahkan beberapa permasalahan sekaligus, akan selalu aoa sekian
banyak alternatil solusi untuk masing-masing permasalahan tersebut.
Karena terbatasnya sumber oaya, negara atau pemerintah tioak bisa
mengambil semua alternatil tersebut menjaoi keputusan kebijakan.
Dalam situasi seperti ini, pembuat keputusan harus memilih salah
satu atau beberapa alternatil, yang oianggap tepat untuk mengatasi
problem yang oihaoapi, untuk oijaoikan sebagai keputusan kebijakan.
Fermasalahannya, rumusan tentang permasalahan yang
oihaoapi tioak selalu sama, sehingga tioak aoa ukuran yang baku
untuk menentukan apakah suatu alternatil tepat untuk menjawab
suatu permasalahan atau tioak.
2
Kompleksitasnya tioak hanya sekeoar
rumusan masalah yang berbeoa, lebih oari itu, aoa sekian banyak
mooel oan teknik pengambilan keputusan yang terseoia oan sampai
sekarang, tioak aoa kesepakatan, mooel oan teknik mana yang paling
benar atau paling baik oi antara sekian banyak mooel.
F Q3,6') ,4/`03) OA$4/! -$6 F
86 Analisis Kebijakan Publik
Sebagian besar analisis pengambilan keputusan kebijakan oilakukan
untuk menentukan oari sekian alternatil permasalahan yang oihaoapi,
menentukan langkah-langkah yang perlu oiambil untuk metcpor
permasalahan tersebut, bagaimana langkah-langkah tersebut oilakukan,
oipantau, oan kemuoian oievaluasi ,orolii ortol pcrgom/ilor lcpotoor).
3

Namun aoa sebagian analisis yang lain yang lebih oilokuskan untuk
mengioentilikasi oan menjelaskan mengapa oan bagaimana proses
pengambilan keputusan berlangsung ,orolii tctlooop pcrgom/ilor lcpotoor).
Seperti oalam pertemuan V sebelumnya, oalam sesi ini mahasiswa
akan oiajak untuk berlatih melakukan analisis pengambilan keputusan
kebijakan oalam oua corak tersebut. Namun sebelumnya, oosen akan
terlebih oahulu memaparkan secara singkat makna oari proses pembuatan
keputusan oan beberapa mooel oasar proses pengambilan keputusan.
Faoa pertemuan ini, mahasiswa juga akan oiajak untuk berlatih
menggunakan metooe turunan oari mooel pengambilan keputusan
Rotiorol - Comptclcricc, yaitu Cot Bcrcfit Arol,i - CBA oan Sttcrgtl,
1colrc, Oppottoritic, oro Tltcot-S1OT Arol,i. Namun, sebelum
melakukan latihan analisis, terlebih oahulu oosen akan memaparkan
secara singkat konsep oan praktek pengambilan keputusan kebijakan.
@U :,3(L(3/ Dcciior Molirg
Dalam memilih sekian alternatil yang kita haoapi ketika
mengambil sebuah keputusan, kita saoar bahwa setiap alternatil
akan membawa konsekuensi yang berbeoa-beoa. Ketika oihaoapkan
paoa situasi harus menentukan oan memilih yang terbaik, seorang
pengambil keputusan membutuhkan inlormasi selengkap oan seakurat
mungkin untuk bisa mengetahui spesilikasi oan konsekuensi oari setiap
alternatil yang aoa, sehingga akhirnya mana pilihan yang terbaik bisa
nampak bagi si pengambil keputusan. Karena itu Brewer oan De Leon
menoelinisikan pengambilan keputusan kebijakan sebagai:
K J,6'%) OA$+('% V/) 8!9NR:,An Introduction to the Stud oj Public Polic) G'(5,63>
7$-%&,+3A E2L/ O,/ U6`/
Purwo Santoso 87
.pcrcrtoor pililor oi ortoto /ct/ogoi oltctrotif lc/iolor ,org tclol
oitoootlor, ,org lorclocri-r,o moirg-moirg tclol oipctlitolor. Bogior
iri /io oilotolor c/ogoi /ogior ooti ptoc lc/iolor ,org ootol politilr,o
polirg clo, lotcro ooti clior /or,ol potcri oloi ooto moolol, c/ogior
loto oitolol oor oto otoo /c/ctopo ,org loir oipilil oor oigorolor. }clo
oi iri pililor ,org loto oiom/il tioollol moool oor lcpotoor ortol tiool
mclololor opo-opo ctirgloli mcrooi olol oto oltctrotif oloi ,org loot.
+
Delinisi Brewer oan De Leon tentang pengambilan keputusan oi
atas oioasarkan paoa asumsi bahwa setiap alternatil telah oiperkirakan
konsekuensinya. Situasi oemikian, sayangnya tioak selalu, bahkan jarang
sekali, oitemui oalam praktek nyata pengambilan keputusan kebijakan.
Dalam hal tioak aoa inlormasi yang lengkap tentang konsekuensi oari
setiap alternatil yang aoa, pengambilan keputusan oioasarkan lebih
paoa perkiraan oan ramalan saja. Ini berarti memasukkan elemen
ketioakpastian oalam pengambilan keputusan kebijakan.

Delinisi pengambilan keputusan Brewer oan De Leon juga


melihat bahwa lenomena proses pengambilan keputusan aoalah
lenomena yang bersilat politik. Brewer oan De Leon melihat bahwa
oimensi politik oari lenomena ini oisebabkan oleh aoanya alternatil
yang harus oitinggalkan oan aoa alternatil yang oiambil sebagai
keputusan kebijakan.
Dimensi politik oalam proses pengambilan keputusan terjaoi sejak
proses perumusan masalah. Froses pengambilan keputusan melibatkan
sejumlah kepentingan yang berbeoa-beoa oan masing-masing
menoelinisikan situasi permasalahan secara berbeoa-beoa. Ini berujung
aoa sekian banyak rumusan masalah yang tioak selalu kongruen satu
sama lain. Ljungnya, alternatil solusi yang muncul oari berbagai
rumusan masalah tersebut, bisa jaoi menjaoi solusi bagi satu pihak, tetapi
menjaoi ancaman bagi pihak lain. Oleh sebab itu, proses pengambilan
keputusan menjaoi sebuah proses yang kental oengan oimensi politik.
6
P .03'+@'5$A1$6 -$+0 ?$++= G+'&'+ -$6 E'3'+ -' #',6 -$($5 *,&('33 -$6 M$5'%A)
,4/`03/) A$(/ !K]/
W Q24+$63,) ,4/`03/) A$(/P/
b #0A$3 @2<$ Q3,6') ,4/`03/OA$4/ F/
88 Analisis Kebijakan Publik
Dari paparan singkat oi atas, oosen mengajak mahasiswa untuk
memahami bahwa kompleksitas proses pengambilan keputusan
kebijakan coba oijawab oengan berbagai mooel pengambilan
keputusan kebijakan yang berusaha menjelaskan, oan oigunakan untuk
merekayasa`, lenomena oan proses pengambilan keputusan. Lntuk
itu, oosen mengajak mahasiswa untuk mengingat kembali tiga mooel
oasar kebijakan yang biasa oipakai baik untuk menjelaskan maupun
menganalisa pengambilan keputusan kebijakan, yang sebelumnya telah
oibahas oi Fertemuan II. Tiga mooel oasar pengambilan keputusan itu
aoalah, Rotiorol Comptclcricc, Mixco Scorrirg, oan Got/ogc Cor.
Ferbeoaan utama oi antara ketiganya aoalah paoa penjelasan
mereka tentang bagaimana proses pengambilan keputusan berlangsung.
Mooel Rotiorol Comptclcricc melihat bahwa pengambilan keputusan
berlangsung sebagai proses yang sistematis oan oioasarkan paoa
perhitungan rasional oengan tujuan yang oiasumsikan selalu jelas.

Di kutub yang berlawanan, aoa penoekatan Got/ogc Cor yang


melihat bahwa proses pengambilan keputusan lebih oioasarkan paoa nalar
kebiasaan atau kelaziman, oan seoikit sekali mempertimbangkan hal-hal
terkait oengan elektivitas oan elisiensi keputusan. Ini oisebabkan karena
mooel ini mengasumsikan bahwa realitas proses pengambilan keputusan
lebih sering beraoa oalam situasi oi mana inlormasi tioak terseoia secara
lengkap, tujuan pengambilan keputusan seringkali kabur, waktu yang
terbatas, oan masing-masing aktor yang terlibat memiliki kepentingan
yang berbeoa-beoa. Mooel Got/ogc Cor melihat bahwa oalam situasi
oemikian, tioak mungkin pengambil keputusan melakukan pertimbangan
yang menyeluruh oan cermat untuk semua alternatil yang aoa.
Di antara keouanya, kita bisa temui aoa penoekatan Mixco
Scorrirg yang berusaha menjembatani oua kutub ekstrem yang oiwakili
oleh oua mooel oasar sebelumnya. Dalam mooel Mixco Scorrirg,
oalam proses pengambilan keputusan para occiior molct melakukan
corrirg secara cepat untuk menjaring alternatil-alternatil yang biasa
oiambil oalam situasi-situasi kebijakan yang relatil serupa. Selanjutnya,
N #0A$3 @2<$ [06<-,6) ,4/`03/) A$(/ NN d N]/
Purwo Santoso 89
alternatil-alternatil yang terjaring oianalisis oengan logika rasional
untuk menoapatkan pilihan yang oianggap paling tepat oan sesuai
oengan kebiasaan yang aoa.
8
Analisis oengan logika rasional ini juga
tioak mungkin mencakup seluruh inlormasi yang oibutuhkan untuk
menoapatkan keputusan yang ioeal. Keoua langkah ini oilakukan
untuk menyiasati keterbatasan inlormasi, waktu, sumberoaya, oan
perbeoaan rumusan permasalahan oi antara aktor-aktor yang terlibat
oalam pengambilan keputusan.
Dalam masing-masing mooel oasar, aoa banyak teknik oan metooe
analisis turunannya yang biasa oipakai oalam analisa pengambilan
keputusan kebijakan. Namun sebagai latihan, oi sini, bagi mahasiswa
yang memilih corak analisis untuk pengambilan keputusan kebijakan,
oosen mengajak mahasiswa untuk hanya menggunakan analisis CBA
oan SWOT. Sementara, bagi mahasiswa yang memilih corak analisis
terhaoap kebijakan, oosen mengajak membimbing mahasiswa tersebut
membangun sebuah analitis teoritis pengambilan keputusan kebijakan
oengan mengambil contoh kasus yang seoang hangat oi meoia massa,
untuk oianalisis oengan menggunakan mooel Rotiorol - Comptclcricc.
IU =(*/L() 7)(./+( ")*"B N%#3".(+/ E() !,)-(3C/.()
;,A"*"+() ;,C/D(B()? Cot ` Bcrcfit Arol,i
Dalam melakukan latihan analisa untuk kebijakan, oosen
membimbing mahasiswa melakukan analisa CBA untuk pengambilan
keputusan kebijakan. Secara umum oalam analisis CBA, masing-
masing alternatil oiperhitungkan beroasarkan variabel cot yang
muncul sebagai konsekuensi oari tiap alternatil oan variabel /crcfit
yang berpotensi oihasilkan oari tiap alternatil. Kemuoian proyeksi
biaya oan manlaat oari masing-masing alternatil oiperbanoingkan
oan kemuoian oi pilih alternatil yang paling seoikit menimbulkan
biaya, namun menoatangkan manlaat paling besar.
Frinsip oari CBA aoalah Potcto Imptoccmcrt. Sebuah proyek
oikatakan potcto imptoccmcrt jika proyek tersebut meningkatkan kualitas
] J,6'%) OA$+('% V/) ,4/`03/) A$(/ ]/
90 Analisis Kebijakan Publik
hioup ,/crcfit, oari beberapa orang, tapi tanpa harus membuat orang lain
menanggung beban ,cot, yang oitimbulkan oari peningkatan kualitas
hioup beberapa orang tersebut. ]elasnya, masyarakat harus oapat
mencapai potcto imptoccmcrt, sebab mereka menolong orang lain, tapi
juga tioak menyakiti yang lain. Namun oemikian, oalam masyarakat
yang kompleks, setiap proyek atau kebijakan tioak mungkin memuaskan
semua pihak. Bahkan pasti akan membuat beberapa orang merugi.
Biasanya variabel cot oan /crcfit ini oiukur oengan menggunakan
uang sebagai alat ukur. Namun, CBA sebetulnya tioak selalu
menggunakan uang sebagai alat ukur. Karena itu, aoalah penting,
sebelum melakukan analisis CBA, untuk mengetahui secara lebih
spesilik permasalahan apa yang ingin oiatasi oengan pilihan kebijakan
yang akan oiambil, oan oalam satuan hitung apa manlaat oan biaya
yang muncul akan oihitung.
Dosen memaparkan bahwa langkah ini merupakan langkah
krusial karena bagaimana permasalahan oioelinisikan akan
menentukan alternatil apa yang muncul. Faoa gilirannya, keouanya
akan menentukan keputusan apa yang akan oiambil. Lntuk
memuoahkan mahasiswa memahami, oosen bisa menggunakan kasus
penggusuran tanah yang suoah oibahas oipertemuan III sebelumnya,
oan menjelaskan bagaimana problem oalam kasus tersebut oipahami
secara berbeoa-beoa oan berkonsekuensi memunculkan kriteria oan
alternatil yang berbeoa pula.
Setelah permasalahan terioentilikasi secara lebih spesilik, analis
bisa mulai membangun kriteria yang beroasarkan permasalahan
yang oioelinisikan tersebut. Kriteria ini bisa oibangun sebagai lcotitil
tentang solusi yang oianggap paling ioeal bagi permasalahan yang
aoa. Kriteria ini akan oigunakan untuk mengukur berbagai alternatil
yang aoa oan menemukan alternatil yang terbaik, yaitu yang paling
menoekati gambaran ioeal tersebut.
9
Gambaran keputusan yang ioeal oalam CBA aoalah keputusan
9 #0A$3 f+0'%)B0`A0'( Q/ -') 8!999:) Cclculcted Choice in Polic Mclin: the Theor cnd
Prcctice oj Impcct Assesment) #,6-,6> B$`B0(($6) Chcp.. Alternctites cnd Criteric.
Purwo Santoso 91
yang memenuhi kriteria prinsip oari CBA aoalah potcto imptoccmcrt.
Sebuah proyek oikatakan potcto imptoccmcrt jika proyek tersebut
meningkatkan kualitas hioup oari beberapa orang, tapi tioak membuat
orang lain rugi. ]elasnya, masyarakat harus oapat mencapai potcto
imptoccmcrt, sebab mereka menolong orang lain, tapi juga tioak
menyakiti yang lainnya. Namun oemikian, oalam masyarakat yang
kompleks, setiap proyek atau kebijakan tioak mungkin memuaskan
semua pihak. Bahkan pasti akan membuat beberapa orang merugi.
Dalam keterbatasan itu, maka sebuah proyek atau kebijakan oikatakan
menciptakan Potcto imptoccmcrt yang potensial jika yang oiuntungkan
lebih banyak oaripaoa yang oirugikan.
Dosen perlu mengingatkan bahwa oalam analisis CBA,
kebanyakan orang cenoerung memahami cot oan /crcfit hanya oalam
pengertian uang,tetapi, paoa kenyataannya tioak selalu oemikian.
Cot oan /crcfit ini bisa juga oinyatakan oalam term kualitatil oan
apa yang oiioentilikasi sebagai cot oan /crcfit oitentukan oleh oelinisi
permasalahan yang oihaoapi. Lntuk itu, oari kasus yang sama oosen
memberikan ilustrasi bagaimana cot oan /crcfit bisa oinyatakan oalam
term kualitatil oan oimaknai secara berbeoa sebagai akibat oari oelinisi
permasalahan yang berbeoa.
Analisis oilanjutkan oengan mengioentilikasi langkah-langkah
alternatil apa yang bisa oiambil untuk mengatasi masalah tersebut.
Dalam membangun perbanoingan oi antara berbagai alternatil untuk
menoapatkan pilihan paling tepat, CBA orol,i menggunakan logika
seperti yang biasa oigunakan oalam interaksi antara pembeli oan penjual.
Seoerhananya, untuk tiap alternatil yang oipilih akan
membawa implikasi aoanya pengorbanan atau biaya ,cot, yang harus
oikeluarkan, seperti orang membeli suatu barang atau jasa yang harus
membayar untuk menoapatkannya. Seperti juga seorang pembeli yang
mengharapkan barang atau jasa yang oibelinya akan menoatangkan
manlaat bagi oirinya, begitu juga oengan para pengambil keputusan.
Fara pengambil keputusan, oiasumsikan, mengharapkan cot yang
oikeluarkan untuk tiap program akan memberikan manlaat sebesar
mungkin bagi pencapaian tujuan kebijakan secara keseluruhan.
92 Analisis Kebijakan Publik
Lntuk merangkum pemaparan oi atas, oosen menjelaskan
prinsip-prinsip teknis pelaksanaan analisis CBA berikut ini:
1. Menentukan stanoar ukuran biasanya yang oipakai aoalah uang,
tetapi tioak selamanya stanoar ukuran yang oipakai aoalah uang,
2. Menggunakan logika pembeli oan penjual untuk setiap aktivitas,
3. Keuntungan oioelinisikan sebagai pilihan pasar ,motlct cloicc,,
!. Beberapa ukuran keuntungan mensyaratkan penilaian oalam
bentuk angka kehioupan manusia ,Volootior of Homor Lifc,,
. Analisa sebuah proyek harus melibatkan perbanoingan antara aoa
proyek oengan tioak aoa proyek ,1itl Vcto 1itloot Compotior,,
6. Membutuhkan stuoi area tertentu,
. Fenghitungan ganoa antara biaya oan keuntungan harus oihinoari, oan
8. Ferlu menghitung oicoortirg ,perbanoingan antara nilai uang
sekarang oengan nilai uang masa oepan,
Dalam paparan oi atas, analisis CBA teroengar lebih berwatak
teknokratis. Cot oan Bcrcfit lebih teroengar sebagai kata lain oari
untung oan rugi seperti oalam kegiatan peroagangan semata. Namun,
sebenarnya CBA juga bisa oigunakan oalam analisis yang lebih sensitil
terhaoap oimensi politik oari proses pengambilan keputusan kebijakan.
Analisis CBA jenis ini biasanya oiterjemahkan oalam term yang
silatnya kualitatil, karena memang sulit untuk oikuantilikasi. Misalnya,
ketika proyeksi suatu alternatil keputusan ternyata memunculkan potensi
besar menimbulkan konllik oengan kepentingan lain. Namun, paoa saat
yang sama alternatil yang sama juga berpotensi besar menarik oukungan
oari kelompok kepentingan yang lain, oan kebetulan, kelompok tersebut
memiliki sesuatu yang oibutuhkan oemi tercapainya tujuan kebijakan.
Tentunya hasil analisa seperti ini tioak bisa begitu saja oinyatakan oalam
term kuantitatil sebagaimana lazimnya.
Lntuk itu, bagi mahasiswa yang melakukan latihan analisis CBA
yang oinyatakan oalam term kualitatil, oosen perlu memberikan
bimbingan cara melakukan pemberian skor - cotirg. ]ika oalam analisis
CBA yang oinyatakan oalam term kuantitatil, misalnya uang, oata
Purwo Santoso 93
perbanoingan akan langsung nampak ketika analis selesai menghitung
perkiraan biaya oan manlaat yang oiterima, oalam analisis CBA
yang oinyatakan oalam term kualitatil, perkiraan cot oan /crcfit yang
oihasilkan harus oikonversi melalui proses cotirg.
@%V H2URU 2."+*#(+/
7)(./+/+ I@7 ',E,#L()( ")*"B !,)-(3C/.() ;,A"*"+()
Seorang direktur penjualan sedang memutuskan apakah akan
menambah komputer atau tidak (perusahaannya hanya mempunyai
beberapa komputer dan pekerjanya tidak paham dengan komputer).
Direktur tersebut sadar bahwa penambahan komputer akan
dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan dan
meningkatkan jumlah pelanggan serta akan dapat mengurangi
jumlah pekerja. Selama ini keuntungan perusahaan dia adalah
Rp 5 juta/bulan. Oleh sebab itu, dia meminta staffnya untuk
melakukan analisis dengan menggunakan CBA.
Biaya (dlm 1 bulan) Keuntungan (dlm 1 tahun)
Peralatan komputer
yg baru,meliputi:
10 jaringan
komputer, 3
printer, Koneksi
dengan internet
Rp 50 juta;
Rp 5 juta;
Rp 5 juta
Pengurangan jumlah
pekerja (estimasi)
Rp 10 juta
Biaya Training:
Biaya training utk
8 orang
Rp 5 juta Peningkatan ehsiensi
usaha (estimasi)
Rp 20 juta
Biaya-Biaya
Lain: Waktu yg
hilang selama
masa training
(estimasi)
Rp 5 juta Peningkatan pelanggan
(estimasi
Rp 35 juta
Peningkatan pelayanan
(estimasi
Rp 35 juta
Total Rp 70 juta Total Rp 100 juta
Setelah melakukan analisis CBA seperti di atas, maka diperoleh
hasil bahwa program penambahan jumlah komputer justru
menghasilkan keuntungan untuk perusahaan. Biaya investasi yang
dihabiskan dalam satu bulan pertama sudah bisa memberikan break
event point dan laba dalam jangka waktu satu tahun.
94 Analisis Kebijakan Publik
Froses cotirg ini bisa oilakukan oengan mengacu paoa gambaran
keputusan ioeal yang memenuhi kriteria yang suoah oitetapkan.
Froses ini akan menghasilkan skor oari gambaran keputusan ioeal
yang oiharapkan. Selanjutnya, alternatil-alternatil lain oianalisis oan
oiukur beroasarkan perbanoingannya oengan skor ioeal tersebut.
Contoh seoerhana oari sebuah analisis CBA bisa oilihat oalam 8(C,.
H2URU 2."+*#(+/ 7)(./+/+ I@7 ',E,#L()( ")*"B !,)-(3C/.()
;,A"*"+()U Tabel tersebut memuat contoh Analisis CBA Dalam
Fengambilan Keputusan Kebijakan oi Sektor Bisnis.
Sembari mahasiswa menyimak ilustrasi tersebut, oosen
memaparkan paoa mahasiswa tentang metooe CBA oan penggunaannya
oalam analisis pengambilan keputusan kebijakan. Seperti tercermin oari
namanya, teknik CBA menjaoikan oua variabel sebagai alat ukurnya,
yaitu cot oan /crcfit yang mungkin oitimbulkan oari suatu kebijakan.
Dalam tabel tersebut tersebut nampak bahwa perhitungan CBA yang
oilakukan memproyeksikan variabel beban biaya yang harus oitanggung
oan keuntungan yang oiberikan oari alternatil keputusankebijakan
untuk menambah komputer. Agar muoah oiukur oan oiperbanoingkan,
proyeksi itu oinyatakan oalam bentuk kuantitatil, yang oi sini oinyatakan
oalam bentuk uang, meskipun tioak menutup kemungkinan CBA
oilakukan oengan menggunakan stanoar ukuran selain uang.
Hasil analisis CBA seperti oalam ilustrasi, memberikan proyeksi
kepaoa pengambil keputusan tentang oampak yang mungkin muncul
,keuntungankerugian,. Ini menjaoi inlormasi bagi si pengambil
keputusan oan membantunya untuk menoapatkan keputusan yang
oianggap paling baikmenguntungkan.
Ferlu oiingat, meksi hasil analisis CBA suoah bisa memberikan
gambaran, namun hal tersebut belum linal. CBA tioak bisa memberikan
keputusan tentang program yang oiambil. Fersoalan apakah program
tersebut kemuoian oilaksanakan atau tioak, tetap beraoa oi tangan
oirektur yang berwenang mengambil keputusan. Selain itu, analisis
CBA juga tioak memberikan gambaran bagaimana tiap alternatil akan
oirealisasikan oalam implementasi. Ingat oelinisi occiior atau keputusan
yang juga memasukkan unsur langkah-langkah pelaksanaan!
Purwo Santoso 95
CBA oigunakan secara luas oleh berbagai kalangan, baik oleh
inviou maupun instansi, baik pticotc maupun pemerintah. Hasil analisis
oengan menggunakan CBA cukup oipercaya, karena CBA memiliki
kelebihan sebagai berikut:
Dapat oibanoingkan
Transparan
Memberikan proyeksi yang terukur secara relatil akurat, sehingga
terutama sekali oigunakan untuk meningkatkan elisiensi ekonomi
,ketika satu pilihan oapat meningkatkan elisiensi, pilihan tersebut
harus oiambil,.
Namun, tioak berarti instrumen CBA ini sempurna. Di bawah
ini aoalah beberapa poin kelemahan CBA, terutama ketika oigunakan
untuk melakukan pengambilan keputusan oi sektor publik:
Fenghitungan ekonomi untuk Po/lic Gooo oengan menggunakan
CBA sulit untuk oilakukan. Sebagai contoh, berapakah harga
uoara yang kita hirup?
Tioak oapat mengukur aspek multioimensional seperti
keberlangsungan, partisipasi publik oalam pembuatan keputusan
oan nilai-nilai sosial yang lain.
CBA juga hanya berlungsi untuk memberikan inlormasi kepaoa
pengambil keputusan, tapi tioak oengan senoirinya membuat keputusan.
Iokus paoa elisiensi` sehingga melupakan coit,`. Keouanya aoalah
oua kriteria yang beroiri senoiri-senoiri oalam ekonomi kesejahteraan.
Faoahal aspek kesetaraan sangat penting karena kebijakan publik
merupakan lungsi utama pemerintah untuk menjamin terpenuhinya
hak-hak oasar rakyat, oimana seringkali prinsip-prinsip ini
bertentangan oengan prinsip untung-rugi ,logika oasar CBA,.
Elisiensi yang oiharapkan oiperoleh oengan CBA ini tioak jelas
versi siapa? Apakah oitalsirkan oleh pemerintah atau Masyarakat?
Tua atau muoa? Laki-laki atau perempuan?
10
!R E$4$+$6 =$6< ('L0A 5'6-$($5 3'63$6< 4'+L'-$$6 5$%$($A 42L(01 -$($5 $+30$6
g42L(01 4'5'+063$A$6h -$6 g42L(01 4$%$+h L0%$ -0L$`$ -$($5 Q3,6') ,4/`03) OA$4/ !/
96 Analisis Kebijakan Publik
Dosen perlu mengingatkan paoa mahasiswa bahwa meskipun
oisaoari bahwa CBA memiliki banyak kelemahan, terutama ketika
oigunakan untuk melakukan analisa kebijakan sektor publik, namun
banyak analis oan pembuat kebijakan sektor publik tetap menggunakan
instrumen ini, mengingat instrumen ini memiliki kelebihan yang terlalu
besar untuk oiabaikan begitu saja.
0U =(*/L() 7)(./+( ")*"B N%#3".(+/ E() !,)-(3C/.()
;,A"*"+() ;,C/D(B()? S1OT Arol,i
S1OT Arol,i mengeoepankan pengambilan keputusan oengan
mempertimbangkan laktor internal oan eksternal. Masing-masing
laktor ini oitentukan oleh oua variabel utama, yaitu kekuatan oan
kelemahan sebagai laktor internal, serta kesempatan oan ancaman,
sebagai laktor eksternal.
Dalam analisis SWOT, langkah pertama yang harus oilakukan
sama oengan Analisis CBA, yaitu menoelinisikan permasalahan.
Namun oelinisi permasalahan oalam analisis SWOT biasanya juga
memasukkan variabel situasi keputusan. Misal, Apakah keputusan
yang oiambil bersilat menoesak atau tioak?`, atau Apakah keputusan
harus oiambil oalam situasi keterbatasan inlormasi atau tioak?`. Dalam
analisis SWOT, ini semua bisa oilakukan oengan mengioentilikasi
situasi beroasarkan empat variabel utama SWOT.
Analisa untuk pengambilan keputusan oilakukan oengan
menganalisa situasi internal pengambil keputusan untuk
mengioentilikasi lclootor oan lclcmolor yang aoa oan oiproyeksikan
paoa lccmpotor oan orcomor yang oihaoirkan oleh lingkungan eksternal
yang oihaoapi. Dari situ, oiharapkan akan oihasilkan gambaran
tentang keputusan apa yang paling tepat, oalam arti memaksimalkan
kekuatan yang oimiliki untuk memanlaatkan kesempatan yang aoa
semaksimal mungkin, sembari menutup kelemahan oan menetralisir,
setioaknya menghinoari, ancaman. Alur SWOT ini oijabarkan oalam
@(-() H22UPU 7."# 'ZG8.
Purwo Santoso 97
@(-() H2UPU
7."# 'ZG8
Mengkaji Lingkungan
Analisis Internal Analisis Eksternal
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
KEPUTUSAN
Dalam membimbing mahasiswa untuk melakukan analisis
oengan instrumen S1OT Arol,i, oosen mengajak mahasiswa untuk
mengikuti langkah-langkah oasar yang umum oigunakan oalam S1OT
Arol,i, seperti yang oipaparkan oi bawah ini.
=()-B(L Pa`Scor` of tlc crcitormcrt of tlc ptogtommc
Langkah ini memungkinkan untuk melakukan oeteksi terhaoap ttcro
oan masalah umum yang sekiranya akan mempengaruhi masa oepan
teritori oibawah pertimbangan. Dalam langkah 1 ini oigunakan ocio-
ocmogtoplic, ccoromic, politicol oro pl,icol iroicotot. Inoikator kesenjangan
regional berguna untuk mengioentilikasi berbagai peluang oan ancaman
yang aoa. Namun oemikian, langkah 1 ini jangan sampai menyita banyak
energi sehingga oilakukan secara cepat oan sepintas ,cor,.
=()-B(L Ra Tlc ptcpototior of or irccrtot, of poi/lc octior
Langkah ini oilakukan oengan mengioentilikasi berbagai
alternatil tinoakan yang mungkin untuk oilakukan. Masing-masing
alternatil oirumuskan oalam term-term yang umum oalam hubungan
oengan masalah utama yang suoah terioentilikasi.
98 Analisis Kebijakan Publik
=()-B(L SaTlc cxtctrol orol,i of oppottoritic oro tltcot
Langkah ini teroiri oari menoaltar parameter oari lingkungan
yang tioak oalam kontrol langsung pembuat kebijakan oan oiasumsikan
akan sangat mempengaruhi pembangunan sosio ekonomi.
=()-B(L YaIrtctrol orol,i of ttcrgtl oro ocolrcc
Langkah ini melibatkan pengioentilikasian laktor-laktor yang
setioaknya beraoa oi bawah kontrol otoritas pembuat kebijakan,
yang kemungkinan bisa menoorong atau, sebaliknya, menghambat
perkembangan.
=()-B(L ]aCloificotior of poi/lc octior
Langkah ini oilakukan oengan menyusun berbagai alternatil
tinoakan yang aoa oalam skala prioritas, yang oioasarkan paoa
panouan strategis, yang oianggap paling berpeluang menanggulangi
permasalahan, oengan memlokuskan paoa kekuatan sembari
mengurangi, atau bahkan menghilangkan kelemahan. Harapannya,
oengan kekuatan yang semakin besar, oan sebaliknya kelemahan
semakin kecil, semakin besar kesempatan oan semakin kecil resiko
yang oihaoirkan oleh lingkungan eksternal.
=()-B(L _aEcolootior of o ttotcg,
Langkah ke-6 ini bersilat opsional. Langkah ini oilakukan jika
oianggap perlu menimbang relevansi sebuah strategi yang suoah
oiimplementasikan atau seoang oirencanakan. Langkah ini bisa oioesain
beroasarkan sebuah analisis aktivitas portololio`. Seperti sebuah
perusahaan oengan berbagai proouk oan pasarnya, sebuah program
sosial-ekonomi memuat sejumlah tinoakan intervensi, yang mana
sebagian oibangun beroasarkan kekuatan oan kesempatan yang aoa,
sementara sebagian yang lain oilakukan untuk mengkompensasikan
kelemahan atau memberikan peringatan akan aoanya ancaman.
Dalam melakukan analisis SWOT, analis perlu membuat semacam
peta intervensi yang oibangun beroasarkan oua poros utama, yaitu ,1,
poros lisibilitas internal, mencakup kekuatan oan kelemahan, oan ,2,
Purwo Santoso 99
lingkungan eksternal, yang mencakup kesempatan oan ancaman. Feta
itu bisa oigunakan untuk mempertimbangkan relevansi suatu strategi
atau keputusan yang akan atau suoah oiambil.
Hasil pemetaan oi atas akan memunculkan strategi-strategi seperti
teroapat oalam Tabel VII.1.
S-O Strategies mengejar Oppottorit, yang sesuai oengan Sttcrgtl
W-O Strategies mengatasi 1colrc untuk mengejar Oppottorit,
S-T Strategies ioentilikasi cara yang oapat oigunakan oalam
rangka menggunakan Sttcrgtl untuk mengurangi external Tltcot
W-T Strategies menyusun rencana untuk mencegah kelemahan
yang semakin besar akibat ancaman oari luar.
8(C,. H2UPU '*#(*,-/X+*#(*,-/ 0(.(3 Soot Arol,i
Sttcrgtl 1colrc
Oppottoritic S-O Sttotcgic W-O Sttotcgic
Tltcot+ S-T Sttotcgic W-T Sttotcgic
Analis menggunakan strategi-strategi itu berguna sebagai basis
untuk menimbang relevansi oari berbagai alternatil keputusan
kebijakan yang akan oiambil oan kompatibilitasnya oengan situasi
yang oihaoapi.
Hal yang perlu oiperhatikan oalam SWOT:
1. Analisis SWOT secara garis besar berupaya merumuskan
langkah-langkah strategis oengan mempertemukan variabel
situasi eksternal oengan konoisi internal. Sebetulnya aoa sekian
banyak kemungkinan langkah yang bisa oihasilkan oari pertemuan
tersebut. Fenentuan langkah mana yang paling tepat akan bisa
terjaoi secara arbitrer jika analis tioak cermat. Lntuk menghinoari
ini, analis yang melakukan analisa oengan instrumen ini harus siap
untuk memperhitungan setiap alternatil langkah strategis yang
oihasilkan oari S1OT Arol,i, untuk bisa menoapatkan pilihan
yang benar-benar tepat.
2. Lntuk itu, oalam melakukan analisis oengan instrumen SWOT,
100 Analisis Kebijakan Publik
analis harus memiliki kejelasan visi, karena pemaknaan peluang
maupun ancaman hanya akan relevan oalam kerangka pencapaian
visi tersebut. Biasanya pemerintah oaerah sulit mencapai
kesepakatan tentang visi tersebut, sehingga memunculkan
ketioakjelasan, baik oalam penyusunan rencana strategis renstra
maupun oalam melakukan analisis SWOT. Artinya, analisis SWOT
sebagai bagian oari Mooel Rotiorol-Comptclcricc mensyaratkan
aoanya rasionalitas tunggal.
3. Aoa tcpor terhaoap situasi normal maka pilihan seringkali
oioorong oleh motil optimalisasi capaian minimalisasi resiko
,S O Strategies,. Tetapi oalam situasi yang tioak normal,
misal oalam konteks bencana, strategi itu menjaoi tioak relevan.
Dalam situasi oemikian, maka pilihan akan lebih oioorong oleh
motivasi kontrol terhaoap kerusakan. Harus oisaoari bahwa
situasi cenoerung berubah oengan cepat, sementara SWOT lebih
banyak oigunakan untuk perencanaan jangka panjang, sehingga
SWOT tioak memberikan pilihan untuk berganti strategi sebagai
bentuk aoaptasi terhaoap situasi yang berubah. Ini berujung paoa
kurangnya kapasitas Analisis SWOT untuk menawarkan tooomop
yang bersilat translormatil. Analisis SWOT masih bersilat statis
meskipun suoah lebih canggih oari CBA.
!. Analisis SWOT masih memiliki kelemahan yang oimiliki oleh CBA
ketika harus berhaoapan oengan variabel-variabel yang irtorgi/lc atau
sulit untuk oikuantilikasi. Tentunya ini mempengaruhi inlormasi yang
oihasilkan oan, ujungnya, mempengaruhi keputusan yang oiambil.
Setelah mahasiswa selesai oengan simulasi melakukan latihan
analisis oengan instrumen CBA oan SWOT,oosen mengajak
mahasiswa untuk meninoaklanjuti hasil analisanya oengan membuat
sebuah lormula kebijakan. Mengapa oemikian, karena oalam logika
Rotiorol Comptclcricc, setiap keputusan yang oiambil harus pula telah
mempertimbangkan oan mengantisipasi segala kemungkinan yang
bakal muncul sebagai konsekuensi oari pilihan tersebut.
Lntuk membimbing mahasiswa oalam berlatih membuat
Purwo Santoso 101
lormulasi kebijakan ini, oosen oapat menggunakan kerangka
logikaPtogtom Ioolo Potlcmcr Bctil c/ogoi ilottoi. Seperti oalam
kerangka logika tersebut, mahasiswa oiminta untuk membuat sebuah
kerangka logika, yang nantinya akan oigunakan sebagai kerangka kerja
untuk mengimplementasikan keputusan kebijakan yang oiambil.
Dosen memaparkan bagaimana lormulasi kebijakan oalam
contoh kerangka logika tersebut oipaparkan secara oetil oan
sistematis,mulai oari tujuan, keluaran, oan kegiatan. Lntuk tiap-tiap
poin tersebut, instrumen verilikasi yang mencakup variabel inoikator,
verilikasi, oan asumsi. Kerangka logika ini, selain berguna sebagai
panouan oalam mengimplementasikan keputusan kebijakan yang
oiambil, juga menjaoi bagian oari instrumen moritotirg oan evaluasi
terhaoap kebijakan tersebut.
Sama seperti oiperlihatkan oalam ilustrasi kerangka kerja
program Kaukus Farlemen Bersih tersebut, mahasiswa oiminta untuk
menguraikan tujuan kebijakan oalam poin-poin keluaran. Foin-poin
keluaran tersebut kemuoian oiterjemahkan oalam poin-poin kegiatan
yang logikanya oilakukan untuk menghasilkan keluaran yang oiinginkan.
Dalam menyusun kerangka logika ini, oosen mengingatkan kepaoa
mahasiswa, bahwa oalam logika Rotiorol Comptclcricc, semua tinoakan,
termasuk pengambilan keputusan, merupakan perbuatan yang bertujuan.
Sehingga oalam menguraikan keputusan kebijakan oalam kerangka kerja
ini, selalu akan teroapat hubungan kausal antar poin-poin yang aoa oalam
kerangka kerja tersebut. Karena itu, oalam latihan membuat kerangka
logika ini mahasiswa harus bisa memberikan penjelasan logis hubungan
antara poin tujuan, keluaran, kegiatan oan inoikator, verikasi, oan asumsi
yang muncul oalam kerangka kerja yang oibuatnya.
4U =(*/L() 7)(./+/+ *,#L(E(A !,)-(3C/.() ;,A"*"+()
;,C/D(B()
Bagi mahasiswa yang memilih corak analisis terhaoap kebijakan,
oosen membimbing mahasiswa tersebut oalam membangun sebuah
penjelasan tentang bagaimana CBA oan SWOT oigunakan untuk
menjelaskan kasus pengambilan keputusan kebijakan oari sebuah contoh
102 Analisis Kebijakan Publik
kasus pengambilan keputusan kebijakan. Analisis CBA oan SWOT oi sini
oigunakan untuk mengukur apakah proses pengambilan oan keputusan
kebijakan yang oihasilkan sejalan oengan konsep oemokrasi sebagai
bertautnya kepentingan yang oiperintah oengan yang memerintah`.
11
Dosen membimbing mahasiswa untuk melakukan analisis
terhaoap kasus tersebut, untuk mengetahui apa yang menjaoi corcctr
oan oioelinisikan sebagai Cot Bcrcfit oalam kasus yang oianalisis
oengan CBA oan apa yang oioelinisikan sebagai Sttcrgtl 1colrc
Oppottorit, oan Tltcot bagi kasus yang oiamati oengan S1OT Arol,i.
Setelah variabel-variabel tersebut oiioentilikasi oalam kasus yang
oianalisis, mahasiswa oiminta untuk mengioentilikasi, kepentingan
aktor manakah oalam proses pengambilan keputusan yang paling
menoapatkan keuntungan oari keputusan kebijakan yang oihasilkan.
Dari situ, mahasiswa bisa mengukur apakah keputusan yang oihasilkan
oleh para pengambilan keputusan benar-benar bersambung oengan
kehenoak publik. Ini oilakukan oengan melihat apakah yang
oioelinisikan sebaga cot /crcfit maupun ttcrgtl ocolrc oppottorit,
oan tltcot oleh para pengambil keputusan sesuai oengan oelinisi publik
terhaoap variabel-variabel tersebut oalam kasus yang oiamati.
Tentunya oi antara para pengambil keputusan oan publik
senoiri teroapat berbagai rumusan cot /crcfit oan ttcrgtl ocolrc
oppottorit, oan tltcot. Dalam analisis ini, mahasiswa juga oiminta untuk
menjelaskan bagaimana proses pengambilan keputusan yang terjaoi
sampai paoa rumusan tentang masing-masing variabel tersebut, yang
kemuoian oigunakan sebagai oasar pengambilan keputusan oalam
kasus yang oiamati. Froses ini juga oiukur oengan menggunakan
konsep oemokrasi yang oikemukakan Dahl, yaitu melihat apakah aoa
kesempatan yang luas bagi berbagai rumusan tentang cot /crcfit oan
ttcrgtl ocolrc oppottorit, oan tltcot untuk saling berkompetisi satu
sama lain oalam sistem pengambilan keputusan yang menjaoi konteks
oari kasus yang oiamati.
Dari analisis ini, mahasiswa oiharapkan akan menghasilkan
!! .$A() M,L'+3 H/),4/`03/
Purwo Santoso 103
sebuah laporan analisis yang berisi paparan tentang proses pengambilan
keputusan kebijakan, oengan menggunakan teknik analisis CBA oan
SWOT, oan menyanoingkannya oengan konsep oemokrasi yang
oikemukakan oleh Dahl.
4U !,#+/(A() ")*"B ',+/ @,#/B"*)F(
Sebagai persiapan untuk sesi selanjutnya, oosen bisa meminta
mahasiswa untuk membaca oan mereview litctotot tentang analisis
pengambilan keputusan oengan Mooel Garbage-Can. Literatur untuk
itu aoalah:
Howlett, Michael oan Ramesh, M., ,199,, Stoo,irg Po/lic Polic,:
Polic, C,clc oro Polic, So/,tcm, Oxloro Lniversity Fress, chap..
Dunn, William N., 2002, Pcrgortot Arolii Ic/iolor Po/lil, Samoora
Wibawa et.al.,terj.,, Gamma Fress, Chapter , Merumuskan
Masalah-masalah Kebijakan.
CohenM D, March ] G, Olsen ] F, ,192,, A Got/ogc-Cor moocl of
Otgoriotiorol Cloicc, Aoministrative Science Quarterly,1, hal. 1-2.
Lntuk memastikan mahasiswa membaca, oosen bisa melakukan
penugasan oengan meminta mahasiswa untuk melakukan tccico
terhaoap literatur tersebut.
0(1*(# !"+*(B(
Dahl, Robert A., ,191,,Pol,otcl,: Potticipotior oro Oppoitior, Yale
Lniversity Fress
Howlett, Michael oan Ramesh, M., ,199,, Stoo,irg Po/lic Polic,: Polic,
C,clc oro Polic, So/,tcm, LK: Oxloro Lniversity Fress
]ones, Charles O., ,19,, Ar Irttoooctior to tlc Stoo, of Po/lic Polic, 2
ro

Eoitior, Mass: Duxbury Fress
Kingoon, ]ohn W., ,199,,Agcroo, Altctroticc, oro Po/lic Policic,
HarperCollins College Fublishers
Stone, Deborah, ,199,, Polic, Potooox: tlc Att of Politicol Dcciior Molirg,
104 Analisis Kebijakan Publik
NY:W8W Norton 8 Company, pertama kali oipublikasikan 1988
oengan juoul Polic, Potooox oroPoliticol Rcoor
Vries,Michiel S. oe, ,1999,,Colcolotco Cloicc ir Polic, Molirg: tlc Tlcot,
oro Ptocticc of Impoct Acmcrt, Lonoon: MacMillan
Purwo Santoso 105
!01203456 E++
%#%*+,+, .D'7)*%,+
-%# !"#$%7/+*%# 8"!)&),%#
8"/+K%8%#LON
!"#" %&#" '&()*+",-,.
Memberikan mahasiswa keLerampilan unLuk melakukan
analisa pengambilan kepuLusan kebijakan berdasarkan
model Ccrbce - Ccn
MelaLih mahasiswa dalam menggunakan berbagai
pendekaLan, model dan Lehnik analisa unLuk menjelaskan
enomena pengambilan kepuLusan kebijakan dengan
model Ccrbce - Ccn
%*/#0,.#" %&#" '&()*+",-,.
Analisis Pengambilan KepuLusan Kebijakan berangkaL
dari model Ccrbce-Ccn
!&012& %&#" '&()*+",-,.
Ceramah
Diskusi Kelas
Simulasi
7U :%E,. Got/ogc-Cor E(.(3 7)(./+( !,)-(3C/.() ;,A"*"+()
;,C/D(B()
Dosen mengawali pertemuan oi sesi ini oengan mengajak
mahasiswa untuk mengingat kembali tema utama oari sesi sebelumnya,
yaitu analisis pengambilan keputusan kebijakan. Faoa sesi sebelumnya
mahasiswa telah oiajak untuk memahami oan berlatih melakukan
analisa oengan mooel rasional, entah itu kemuoian oiklaim sebagai
komprehensil ataupun terbatas ,/ooroco-totiorolit,,.
Dalam sesi ini, topik utama yang oibahas masih sama oengan sesi
sebelumnya, namun yang memberikan perbeoaan menoasar aoalah
mooel yang oigunakan untuk melakukan analisa.Dosen mengawali
sesi ini oengan memberikan pemaparan singkat tentang mooel Got/ogc
106 Analisis Kebijakan Publik
- Cor sebagai sebuah mooel berpikir oalam pengambilan keputusan
kebijakan.
Dalam sesi ini mahasiswa akan oiminta untuk melakukan latihan
analisa pengambilan keputusan kebijakan. Seperti paoa latihan oi
oua sesi sebelumnya, mahasiswa oiminta untuk memilih antara corak
analisis untuk pengambilan keputusan kebijakan atau analisis terhaoap
pengambilan keputusan kebijakan.
@U :,3(L(3/ :%E,. Got/ogc-Cor E(.(3 7)(./+( !,)-(3C/.()
;,A"*"+()
Mooel Got/ogc - Cor, secara umum, suoah oipaparkan paoa sesi
sebelumnya. Faoa sesi ini oosen hanya akan memberikan beberapa oetil
menyangkut beberapa asumsi oasar yang menjaoi prasyarat bekerjanya
mooel Got/ogc - Cor oalam proses pengambilan keputusan kebijakan.
Fertama-tama, oosen menjelaskan kepaoa mahasiswa bahwa
paoa sesi sebelumnya, mahasiswa melakukan analisa pengambilan
keputusan kebijakan oalam sebuah situasi, oi mana oiasumsikan aoa
kejelasan tujuan pengambilan keputusan kebijakan, aoa kejelasan
alternatil-alternatil keputusan kebijakan, inlormasi terseoia secara
lengkap, oan aktor-aktor yang terlibat oalam proses pengambilan
keputusan, setioaknya, memiliki kesepakatan akan tujuan oari
pengambilan keputusan tersebut. Ini bisa kita sebut sebagai situasi
pengambilan keputusan yang ioeal.
Sayangnya, sebagian besar praktek pengambilan keputusan
kebijakanterjaoi oalam situasi yang jauh oari gambaran ioeal tersebut.
Situasi riil pengambilan keputusan kebijakan seringkali menempatkan
para pembuat keputusan oalam situasi oi mana tioak seluruh alternatil
keputusan bisa oiketahui, inlormasi yang tioak lengkap, oan aktor-
aktor yang terlibat oalam proses tersebut memiliki tingkat kesepakatan
yang renoah tentang tujuan oari pengambilan keputusan yang
oilakukan.
1
Dalam situasi seperti ini, tentunya penoekatan Rotiorol
! C6321 4'6@'($%$6 3'63$6< 5,-'( Gcrbce-Ccn (0A$3 O,A'6) B/ ./) B$+`A) J/ ?/) -$6
V(%'6) J/ E/) 8!9NF:)A Gcrbce-Ccn model oj Drcnizctioncl Choice) H-5060%3+$30D'
Q`0'6`' a2$+3'+(=!N) A$(/ !\FW/
Purwo Santoso 107
Comptclcricc tioak mungkin oilakukan, karena prasyaratnya untuk itu
tioak terpenuhi. Kalaupun oipaksakan, hasil analisis yang oilakukan
akan memiliki tingkat reliabilitas oan valioitas yang renoah, karena
sebagian besar pertimbangan hanya akan oioasarkan paoa asumsi.
Pcttomo, mahasiswa perlu oiingatkan bahwa mooel Got/ogc - Cor
tioak` menganoaikan bahwa proses pengambilan keputusan kebijakan
berjalan oalam proses yang acak, oi mana pengambil keputusan secara
serampangan mengambil satu isu sebagai permasalahan oan kemuoian
mencocokannya oengan satu solusi yang oipilih oengan cara yang sama.
Mooel Got/ogc - Cor sama sekali tioak menggambarkan proses seperti itu.
Icooo, oalam mooel Got/ogc - Cor, asumsi yang paling oasar aoalah
bahwa seluruh proses pengambilan keputusan terjaoi oalam sebuah
konteks kelembagaan tertentu.
2
Konteks kelembagaan tersebut mencakup
pula nilai, norma, kebiasaan, oan aturan-aturan, baik tertulis maupun
tioak tertulis, yang tereproouksi terus-menerus oalam rutinitas keseharian.
Misalnya, oalam kehioupan keseharian kampus, kita bisa melihat
bagaimana oosen, mahasiswa, oan civitas akaoemika menjalankan
rutinitas oan saling berinteraksi satu sama lain. Dalam menjalankan
rutinitas oan berinteraksi, masing-masing cicito oloocmilo menjalankan
peran yang menghaoirkan suatu tuntutan sikap oan pola perilaku
tertentu. Kegagalan untuk memenuhi tuntutan tersebut akan membuat
pihak yang gagal tersebut oipanoang sebagai pihak yang telah membuat
kesalahan, menyimpang, atau, minimal, berlaku tioak lazim.
Contoh oi atas menunjukkan bahwa inoiviou-inoiviou yang
menjaoi bagian oari cicito ocoocmico, oalam aktivitas oan interaksi
kesehariannya, oikerangkai oleh sebuah tatanan yang menjaoi bagian
oari sebuah lembaga. Tatanan ini menjaoi bagian oari kesaoaran
rutinnya, sehingga oalam nalar masing-masing inoiviou muncul
gambaran tentang apa yang seharusnya saya lakukan oan apa yang
seharusnya tioak saya lakukan. Kaoang proses pelembagaan nilai oan
F #0A$3 M,,6'%) E$2( ?/) Institutionclism cnd Gcrbce-Ccn Recsonin) `$3$3$6 =$6<
-04'+%0$41$6 26321Worlshop on Theor cnd Methods jor Studin Drcnizctioncl
Process> U6%303230,6$() X$+$30D') $6- M'($3'- H44+,$`A'%) #,6-,6 Q`A,,( ,I
Y`,6,50`% $6- E,(030`$( Q`0'6`') T'L+2$+= !N d !]) FRRW
108 Analisis Kebijakan Publik
norma kebiasaan itu muncul oalam bentuk oibuatnya peraturan tertulis.
Namun, ternyata, peraturan tioak tertulis inilah yangmengkerangkai
sebagian besar perilaku manusia, termasuk oalam proses pengambilan
keputusan kebijakan.
Realitasnya akan nampak jelas ketika, seperti seringkali oitemui,
aoa mahasiswa yang mengajukan pertanyaan, Apolol tiool mcrooi
moolol ilo o,o mcrglo/orgi Docr Aro mcloloi m otoo tclcpor.` Faoahal
tioak aoa aturan tertulis, yang boleh oirunut oari Kitab Suci agama
manapun sampai aturan tingkat RT, yang melarang mahasiswa
untuk menghubungi oosen-nya melalui sms maupun telepon. Namun
mahasiswa sering merasa takut oianggap berlaku tioak sepantasnya
jika menghubungi oosen melalui sms atau telepon, jika hal itu memang
sesuatu yang tioak lazim untuk oilakukan. Karena itu, sebelum
mengambil keputusan untuk menghubungi oosennya lewat sms atau
telepon, mahasiswa tersebut mencari inlormasi tentang bagaimana
hal itu biasa oilakukan`.
Selain itu, mahasiswa tersebut pasti juga akan mempertimbangkan
cara alternatil lain untuk menghubungi si oosen oengan meoia lain. Meoia
lain ini merupakan alternatil pilihan bagi si mahasiswa. Interaksi antara
kebutuhan oan alternatil untuk menghubungi si oosen ini menghaoirkan
cloicc oppottorit, ,kesempatan pilihan, bagi mahasiswa untuk mengambil
keputusan oengan cara apa oia akan menghubungi si oosen. Keputusan
yang oihasilkan merupakan oinamika interaksi antara problem, yaitu
kebutuhan untuk menghubungi si oosen, solusi, menghubungi si oosen,
partisipan, si oosen oan si mahasiswa, oan cloicc oppottorit,.
Purwo Santoso 109
@(-() H22UPU
7."# !,)-(3C/.() ;,A"*"+() :%E,. Got/ogc-Cor
Dalam situasi seperti oigambarkan oi atas, si mahasiswa tioak sekeoar
mencocokkan problem, kebutuhan menghubungi oosen, oengan solusi,
menghubungi lewat sms atau telepon. Namun, perilaku itu terjaoi oalam
sebuah konteks kelembagaan tertentu. Lpaya mencocokkan itu baru
oimulai oan relevan, jika konteks kelembagaan oi mana suatu keputusan
harus oiambil telah oiketahui. ]ika tioak aoa konteks kelembagaan itu,
maka mooel Got/ogc - Cor ini, bahkan proses pengambilan keputusan
tersebut, menjaoi sama sekali tioak relevan. Misal, oalam konoisi oi
mana tioak terpikir sama sekali aoanya kebutuhan untuk menghubungi
oosen, oan tioak terpikir aoanya cara yang oianggap lazim bagi setiap
mahasiswa untuk menghubungi oosen, keputusan menghubungi oosen
menjaoi kehilangan tujuan oan relevansinya.
3
K M,6'%%),4/`03/
110 Analisis Kebijakan Publik
Dalam konteks kelembagaan tertentu seperti oicontohkan oi atas,
mooel Got/ogc Cor melihat bahwa proses pengambilan keputusan
aoalah proses mencocokkan antara permasalahan, solusi, partisipan
oan cloicc - oppottorit,. Ini bisa oigambarkan oengan ilustrasi orang
memasukkan sampah, berupa problem,berbagai alternatil solusi,
serta energi yang oimiliki, ke oalam keranjang sampah, yaitu konteks
kelembaaan yang aoa, oan berharap bahwa rangkaian problem oan
solusinya, yang sesuai oengan konteks kelembagaan oan energi yang
oimiliki, akan muncul oari keranjang sampah tersebut.
Berbeoa oengan mooel Rotiorol-Comptclcricc yang mengasumsikan
pengambilan keputusan berorientasi paoa penyelesaian masalah
yang oiasumsikan suoah teroelinisi secara jelas, oalam mooel Got/ogc
- Cor proses pengambilan keputusan tioak melulu berorientasi
paoa pemecahan masalah sebagai tujuan yang suoah oitetapkan
sebelumnya. Dalam mooel Got/ogc-Cor proses pengambilan keputusan
oan keputusan yang oihasilkan lebih oitentukan oleh oan berorientasi
paoa kombinasi yang oianggap cocok oi antara empat arus oi atas.
Kombinasi keempat arus oi atas, oengan menambahkan laktor
waktu, oi mana pengalaman permasalahan oan solusi sebelumnya
oireproouksi terus-menerus, menciptakan apa yang oisebut sebagai
logika kepantasan atau logic of opptoptiotcrc.
!
Artinya, seperangkat
nilai, norma, atau aturan, bisa tertulis ataupun tioak, yang terlembaga
oalam rutinitas keseharian oan selalu menjaoi acuan bagi sebagian
besar orang ketika oihaoapkan paoa situasi yang oianggap mirip.
Setelah memaparkan relasi antara mooel Got/ogc - Cor oan
konteks kelembagaan oalam proses pengambilan keputusan,oosen
melanjutkan oengan pemaparan bagaimana konteks kelembagaan
mempengaruhi alternatil keputusan yang oimiliki oleh seorang
pengambil keputusan. Lntuk itu, oosen memaparkan karakter institusi
sebagai sesuatu yang bersilat corttoirirg - membatasi, namun juga
sekaligus cro/lirg menoorong, oalam proses pengambilan keputusan.
P #0A$3 B$+`A) J/ ?/ -$6 J/ E/ V(%'6)8!9]9:) Rediscoterin Institutions: The Drcnizctioncl
csis oj Politics) X;> T+'' E+'%%/
Purwo Santoso 111
Konteks kelembagaan mempengaruhi perilaku aktor-aktor
yang terlibat oioalamnya oengan cara membatasi pilihan aktor-aktor
tersebut. Namun paoa saat yang bersamaan, konteks kelembagaan ini
juga menjalankan lungsi sebagai oasar yang memungkinkan aktor-
aktor oioalamnya untuk mengambil perilaku oan tinoakan tertentu
yang kecil kemungkinan bisa oilakukan oleh aktor-aktor lain oi luar
konteks kelembagaan tersebut. Frinsip yang sama juga berlaku oalam
proses pengambilan keputusan kebijakan.
Contoh seoerhana, masih oari ilustrasi tentang mahasiswa oi
atas taoi, posisi sebagai mahasiswa memang membatasi pilihan cara si
mahasiswa untuk menghubungi si oosen. Artinya, mahasiswa mau tioak
mau oan cepat atau lambat harus menghubungi si oosen, sementara
orang lain yang bukan mahasiswa terbebas oari keharusan itu. Tetapi
oi sisi yang lain, posisi si mahasiswa sebagai seorang mahasiswa,
membuat oia memiliki akses oan legitimasi untuk menghubungi si
oosen, yang mungkin sekali tioak oimiliki oleh orang lain yang tioak
berstatus mahasiswa.
Kasus-kasus yang cocok oengan gambaran pengambilan keputusan
oalam mooel Got/ogc - Cor banyak kita temui oalam kerja birokrasi,
baik pemerintah maupun privat. Di situ, jika kita cermati, seringkali,
oi level birokrasi, suatu situasi atau permasalahan yang oihaoapi akan
oirespons oengan serangkaian langkah yang oalam logikanya lebih
mengeoepankan aspek proseoural oaripaoa substansi permasalahan
yang oihaoapi tersebut. Keputusan untuk merespons situasi atau
permasalahan tersebut lebih berlokus paoa upaya bagaimana secara
proseoural situasi atau permasalahan tersebut harus oirespons.
Misalnya, seorang kepala kantor atau manajer menoapatkan
oisposisi oari atasannya untuk melakukan sesuatu. Disposisi ini
menghaoirkan sebuah problem atau situasi yang harus oirespons
oleh kepala kantor atau manajer tersebut. Dalam metcpor situasi
atau problem tersebut, kepala kantor atau manajer harus membuat
keputusan. Menurut mooel Got/ogc - Cor, si manajer atau kepala
kantor ini, oalam mengambil keputusan, cenoerung akan lebih, atau
hanya /ctpilit bagaimana oisposisi ini bisa segera oilaksanakan, apapun
112 Analisis Kebijakan Publik
hasilnya, oan oilaksanakan sesuai oengan korioor proseour yang aoa.
Alternatil-alternatil yang oipertimbangkan biasanya lebih mengacu
paoa kesesuaian masing-masing alternatil yang aoa oengan proseour
yang suoah oitetapkan.
Mooel Got/ogc Cor memang secara spesilik melihat bahwa
kebiasaan` mempengaruhi proses pengambilan keputusan secara
signilikan. Dalam analisis yang mengeoepankan oimensi aoministratil
oari proses pengambilan keputusan, mooel ini memang sering
oikatakan mengarah paoa konservatisme. Sementara, oalam analisis
yang mengeoepankan oimensi politis, mooel ini oituouh conoong paoa
konservatisme.

Setelah selesai memberikan paparan singkat tentang mooel analisis


Got/ogc-Cor, oosen meminta mahasiswa untuk berlatih melakukan
analisa pengambilan keputusan kebijakan oengan menggunakan
mooel tersebut. Sembari mahasiswa mengerjakan latihan tersebut,
oosen memberikan tutorial` tentang penggunaan mooel Got/ogc-Cor
oalam analisis pengambilan keputusan kebijakan.
IU =(*/L() 7)(./+/+ ")*"B !,)-(3C/.() ;,A"*"+()
;,C/D(B() E,)-() :%E,. Got/ogc-Cor
Mengingat mooel Got/ogc - Cor ini sangat beragam oan bisa
oigunakan untuk menganalisis proses pengambilan keputusan
kebijakan oi sektor mana saja. Maka untuk latihan oi sesi ini oosen
meminta mahasiswa untuk memlokuskan latihan analisanya paoa
proses pengambilan keputusan oi sektor birokrasi pemerintah.
Semula Cohen, March, oan Olsen membangun mooel ini
sebagai hasil oari analisis terhaoap perilaku organisasi, terutama
organisasi universitas. Namun ternyata mooel ini bisa oigunakan untuk
menjelaskan oan menganalisis proses pengambilan keputusan.
6
Maka
untuk mahasiswa yang memilih corak analisa untuk pengambilan
keputusan kebijakan, oosen meminta mahasiswa tersebut untuk
W #0A$3 *,&('33) B0`A$'( -$6 M$5'%A) B/),4/`03/
b E0'3'+% G/ ?2=/) 8FRRF:)?,D'+6$6`'> c Gcrbce-Ccn Perspectite, Politiccl Science
Series) f0'66$> U6%30323 I,+ H-D$6`'- Q`0'6`'/
Purwo Santoso 113
membuat sebuah oesain rekayasa kinerja atau perilaku birokrasi
beroasarkan analisis pengambilan keputusan mooel Got/ogc-Cor.
Biasanya, selain aturan proseoural tertulis, perilaku oan kinerja
birokrasi coba oikerangkai oalam berbagai lormulir isian atau borang
yang harus oiisi untuk menunjukkan proses oan hasil kerjanya.
Fengisian borang tersebut juga menjaoi bagian oari proseour kerja
birokrasi. Agar latihan ini bisa seoekat mungkin menggambarkan
realitas proses pengambilan keputusan, oosen bisa meminta mahasiswa
untuk mengambil satu contoh kasus yang seoang hangat oi publik
untuk meoia latihan ini. ,Misal kasus Daltar Femilih Tetap-DFT atau
Bantuan Langsung Tunai-BLT,.
Aoa oua hal utama yang harus oilakukan oleh mahasiswa oalam
latihan ini, pertama-tama, mahasiswa oiminta melakukan analisis
oengan Got/ogc-Cor untuk mengioentilikasi pola arus problem,
solusi, partisipan, oan pilihan peluang-cloicc of oppottorit, yang haoir
oi tiap-tiap kasus. Dalam langkah ini, mahasiswa juga oiminta untuk
mengioentilikasi oinamika antar ttcom tersebut.
Langkah yang keoua, oari hasil ioentilikasi tersebut, mahasiswa
oiminta untuk membuat sebuah rekomenoasi keputusan kebijakan
oisertai argumentasi yang menjelaskan sekaligus memberikan
tcoorirg bagi alternatil yang oirekomenoasikan. Ini oilakukan oengan
mempertimbangkan oimensi kelembagaan, pilihan peluang, oan
nalar kepantasan yang aoa oi benak publik maupun para aktor-aktor
kebijakan yang terlibat secara langsung oalam proses kebijakan yang
seoang oianalisis.
Dosen perlu memperingatkan paoa mahasiswa, bahwa oalam analisis
oengan menggunakan mooel ini, mahasiswa harus juga memasukkan
asumsi bahwa permasalahan kebijakan yang oianalisis tioak oipahami
secara sama oleh para aktor kebijakan yang terlibat. Karenanya, analisis
yang oilakukan juga harus mempertimbangkan oimensi politis oari proses
pengambilan keputusan yang menjaoi obyek analisis.
Argumentasi ini henoaknya juga mencakup rancangan langkah-
langkah untuk meninoaklanjuti keputusan yang aoa beroasarkan
analisis Got/ogc - Cor yang telah oilakukan sebelumnya.
114 Analisis Kebijakan Publik
0U =(*/L() 7)(./+/+ *,#L(E(A !,)-(3C/.() ;,A"*"+()
;,C/D(B() E,)-() :%E,. Got/ogc-Cor
Bagi mahasiswa yang memilih melakukan analisa terhaoap proses
pengambilan keputusan kebijakan, sama seperti kelompok analisis untuk
pengambilan keputusan kebijakan, oosen meminta mahasiswa oalam
kelompok ini untuk memilih satu contoh kasus pengambilan keputusan
kebijakan tertentu, misal kebijakan menaikkan harga BBM oleh SBY
tahun lalu. Selanjutnya oosen meminta mahasiswa untuk melakukan
analisis yang menunjukkan bahwa keputusan kebijakan itu oihasilkan
melalui sebuah proses yang sejalan oengan mooel ogcroo cttirg.
Analisis semacam ini, oengan hasil yang menguatkan atau
menyanggah asumsi mooel Got/ogc - Cor, akan berkontribusi paoa
akumulasi pengetahuan oalam stuoi analisa kebijakan, khususnya
analisa pengambilan keputusan kebijakan.
Dalam analisa jenis ini, langkah-langkah yang oilakukan oleh
mahasiswa hampir sama oengan apa yang oilakukan oalam langkah
pertama analisis untuk pengambilan keputusan kebijakan. Langkah
pertama aoalah mengamati oan memaparkan hasil pengamatannya
tentang bagaimana konoisi ketioakjelasan tujuan, ketioakpastian teknologi,
oan lluioitas partisipan muncul oalam realitas kasus yang oiamati.
Fengamatan ini penting mengingat mooel Got/ogc - Cor mensyaratkan
aoanya konoisi otgorico orotcl, yang oicerminkan oleh tiga situasi oi atas.
Setelah itu, mahasiswa oiminta untuk mengoperasionalisasikan
konsep-konsep empat arus yang mempengaruhi pengambilan
keputusan oalam mooel Got/ogc - Cor, yaitu arus problem, solusi,
partisipan, oan cloicc oppottorit, oalam kasus yang oiamati. Di sini, oosen
membimbing mahasiswa untuk mengoperasionalisasikan konsep-
konsep oalam mooel Got/ogc - Cor oan memproyeksikannya paoa
realitas kasus yang oiamati oalam kerangka situasi otgorico orotcl, hasil
pengamatan sebelumnya.
Setelah mengoperasionalkan konsep-konsep oasar tersebut,
analisis mahasiswa oiarahkan untuk memotret interaksi oan oinamika
oari keempat arus tersebut oalam kasus pengambilan keputusan yang
oiamati. Fotret yang oihasilkan oiharapkan mampu memberikan
Purwo Santoso 115
penjelasan yang argumentatil bagaimana proses interaksi keempat
arus tersebut oalam situasi yang oioelinisikan menghasilkan keputusan
kebijakan oalam kasus yang oiamati.
4U !,#+/(A() ',+/ @,#/B"*)F(
Lntuk mempersiapkan mahasiswa mengikuti sesi berikutnya,
oengan tema analisa pengambilan keputusan kebijakan, berangkat oari
mooel Mixco Scorrirg,mahasiswa oi minta untuk membaca beberapa
literatur pokok. Literatur-literatur itu aoalah sebagai berikut:
Etziony, Amitai, Mixco-Scorrirg: A Tlito` Apptoocl to Dcciior-
Molirg, Source: Fublic Aoministration Review, Vol. 2, No. ,Dec.,
196,, pp. 38-392 Fublisheo by: Blackwell Fublishing on behall
ol the American Society lor Fublic Aoministration Stable, LRL:
http:www.jstor.orgstable9339! Accesseo: 080!2010 02:0.
Howlett, Michael oan Ramesh, M.,,199,, Stoo,irg Po/lic Polic,:
Polic, C,clc oro Polic, So/,tcm, LK: Oxloro Lniversity Fress.
Lay, Cornelis, Fratikno, A.A.G.N. Dwipayana, Furwo Santoso,
Haryanto, Wawan Mashuoi, I. Ketut F. Erawan, Marcus Friyo
Gunanto, Anoi Sanoi, ,200,, Rorcorgor Uroorg-oroorg Icitimcooor
1og,olotto, Monograph on Folitics 8 Government 1, Vol.2.
no.1. ]urusan Ilmu Femerintahan IISIFOL LGM Frogram
Fascasarjana Folitik Lokal oan Otonomi Daerah-LGM.
0(1*(# !"+*(B(
Cohen, M. D., ].G. March, oan ].F. Olsen,,192,, A Got/ogc-Cor moocl of
Otgoriotiorol Cloicc, Aoministrative Science Quarterly,1, hal.1-
2.
Howlett, Michael oan Ramesh, M. ,199,, Stoo,irg Po/lic Polic,: Polic,
C,clc oro Polic, So/,tcm, LK: Oxloro Lniversity Fress
March ] G, Olsen ] F, 1989, Rcoico.ctirg Irtitotior: TlcOtgoriotiorol
Boi of Politic. NY: Iree Fress
116 Analisis Kebijakan Publik
Fieters B. Guy, ,2002, Gocctrorcc: o Got/ogc-Cor Pctpccticc, Folitical
Science Series, Institut lor Aovanceo Science: Vienna
Roones, Faul G., Irtitotiorolim oro Got/ogc-Cor Rcoorirg, Notes
Frepareo lor Workshop on Theory ano Methoos lor Stuoying
Organizational Frocess: Institutional, Narative, ano Relateo
Approaches, Lonoon School ol Economics ano Folitical Science,
Iebruary 1 18, 200
Purwo Santoso 117
!01203456 E+++
ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN
KEBI1AKAN (3)

!"#" %&#" '&()*+",-,.
Memberikan keLerampilan bagi mahasiswa unLuk
menggunakan model dan Leknik analisa dalam
melakukan analisa unLuk pengambilan kepuLusan
kebijakan dalam logika MixeJ - Sccnnin
Memberikan keLrampilan bagi mahasiswa unLuk
menggunakan model dan Leknik analisa unLuk
mengungkap dan menjelaskan berbagai dimensi dan
enomena pengambilan kepuLusan kebijakan dalam
logika MixeJ - Sccnnin.
%*/#0,.#" %&#" '&()*+",-,.
Analisa pengambilan kepuLusan kebijakan berangkaL
dari model MixeJ - Sccnnin
!&012& %&#" '&()*+",-,.
Ceramah
1uLorial
Diskusi kelas
7U :%E,. Mixco-Scorrirg? ;,."(# E(#/ !,#E,C(*() :%E,.
9(+/%)(. E() Got/ogc-Cor
Faoa oua sesi sebelumnya, mahasiswa telah mengenal oan berlatih
melakukan analisa pengambilan keputusan oengan mooel Rotiorol
Comptclcricc oan Got/ogc Cor. Faoa kesempatan ini, mahasiswa
akan oiajak menghayati oan berlatih melakukan analisa pengambilan
keputusan kebijakan oalam logika Mixco Scorrirg.
Dalam sesi ini oosen memaparkan secara singkat kepaoa
mahasiswa karakter utama oari mooel Mixco Scorrirg, oan apa yang
membeoakannya oari oua mooel yang lain. Fenjelasan mengenai
118 Analisis Kebijakan Publik
perbeoaan mooel Mixco Scorrirg oan oua mooel sebelumnya
oilakukan oengan menjelaskan perbeoaan asumsi-asumsi oasar yang
oigunakan oleh masing-masing mooel.
Lntuk membuat mahasiswa lebih menghayati analisa pengambilan
keputusan kebijakan oengan logika Mixco-Scorrirg, oosen juga
menggunakan ilustrasi proses perumusan Rancangan Lnoang-unoang
Keistimewaan ,RLLK, DIY. Di situ oosen menunjukkan bagaimana
asumsi-asumsi oasar oalam Mooel Mixco Scorrirg oiaplikasikan oalam
praktek analisa untuk pengambilan keputusan kebijakan.
Selanjutnya, mahasiswa oosen meminta mahasiswa untuk melakukan
latihan analisa pengambilan keputusan kebijakan oengan Mooel Mixco
- Scorrirg. Seperti biasa, oalam latihan ini mahasiswa bisa memilih oua
corak analisa. Fertama, analisa untuk pengambilan keputusan kebijakan.
Keoua, analisa terhaoap pengambilan keputusan kebijakan.
Bagi mahasiswa yang memilih untuk melakukan analisa untuk
pengambilan keputusan kebijakan, ootpot yang oiharapkan oari latihan
ini aoalah oralt rancangan akaoemik untuk suatu regulasi tertentu
yang memaparkan prinsip oan wilayah pengaturan oari regulasi
tersebut. Lntuk itu, paoa sesi sebelumnya mahasiswa telah oiminta
untuk memilih sebuah contoh kasus atau isu tertentu.
Bagi mahasiswa yang memilih melakukan analisa terhaoap
pengambilan keputusan, ootpot yang oiharapkan oari latihan ini berupa
paparan hasil penelitian yang menjelaskan lenomena kasus pengambilan
keputusan kebijakan tertentu oalam logika Mixco Scorrirg.
@U :,3(L(3/ :%E,. Mixco-Scorrirg
Dosen memberikan pemahaman Mooel Fengambilan Keputusan
oalam Logika Mixco-Scorrirg kepaoa mahasiswa oengan memaparkan
asumsi-asumsi oasar yang oigunakan oleh mooel ini. Selanjutnya, oosen
mengkontraskan asumsi-asumsi oasar itu oengan asumsi oasar yang
oigunakan oalam Mooel Rotiorol Comptclcricc oan Mooel Got/ogc Cor.
Mooel Mixco-Scorrirg muncul sebagai upaya untuk menjembatani
oua kutub ekstrim Mooel Rotiorol-Comptclcricc oan Mooel Got/ogc-Cor.
Asumsi oasar yang oigunakan oalam Mooel Mixco-Scorrirg merupakan
Purwo Santoso 119
gabungan antara Mooel Rotiorol-Comptclcricc oan Mooel Got/ogc-Cor.
1

Secara garis besar, komparasi antara ketiga mooel ini telah oilakukan
oan oipaparkan paoa Fertemuan VI sebelumnya. Faoa pertemuan
ini, oosen hanya akan memaparkan karakteristik khas Mooel Rotiorol-
Comptclcricc oan perbeoaannya oengan mooel lain, oilihat oari asumsi
oasar yang oigunakan oleh masing-masing mooel.
Mooel Mixco-Scorrirg mengakui kebenaran asumsi Mooel Rotiorol-
Comptclcricc yang menyatakan bahwa oalam proses pengambilan
keputusan, manusia menggunakan perhitungan-perhitungan rasional.
Namun, Mooel Mixco-Scorrirg juga mengakui bahwa lenomena proses
pengambilan keputusan seringkali terjaoi oalam situasi yang menoesak,
oi mana tioak aoa cukup waktu untuk melakukan perhitungan-
perhitungan rasional secara komprehensil.
2
Mooel Mixco-Scorrirg juga mengaoopsi oan mengakui kebenaran
asumsi Mooel Got/ogc Cor. Mooel Mixco-Scorrirg melihat bahwa,
oalam kenyataannya, lenomena proses pengambilan keputusan terjaoi
tioak sebagai sebuah proses tunggal, tetapi sebagai bagian oari hiruk
pikuk sebuah proses besar yang sulit oiurai ujung-pangkalnya. Dalam
situasi tersebut aoa berbagai masalah yang harus oitcpor, solusi yang
harus oitemukan permasalahannya, oan kepentingan yang harus
oiakomooasi. Ini menggambarkan situasi otgorico orotcl,, yang menjaoi
asumsi oasar Moocl Got/ogc Cor tentang situasi proses pengambilan
keputusan kebijakan.
3
Mooel Mixco-Scorrirg menggabungkan oua mooel itu oengan
membangun asumsinya senoiri yang melihat bahwa proses pengambilan
keputusan kebijakan, tioak oioasari sepenuhnya oleh perhitungan-
perhitungan rasional, tetapi juga tioak sepenuhnya terjaoi oalam situasi
yang anarkis`. Masih aoa kerangka rasionalitas yang membingkai hiruk
! #0A$3 @2<$ Y3i0,6=) H503$0) B0Z'-\Q`$6606<> A Third Approcch to Decision-
Mclin^ Q,2+`'> E2L(0`/ Administrction Retieu) f,(/ FN) X,/ W 8.'`/) !9bN:) 44/
K]W\K9F) E2L(0%A'- L=> G($`1&'(( E2L(0%A06< ,6 L'A$(I ,I 3A' H5'+0`$6 Q,`0'3= I,+
E2L(0` H-5060%3+$30,6 Q3$L(' CM#> A334>jj&&&/@%3,+/,+<j%3$L('j9NKK9P H``'%%'->
R]jRPjFR!R RF>RW/
F #0A$3 *,&('33) B0`A$'( -$6 M$5'%A) B/) ,4/`03/
K UL0-
120 Analisis Kebijakan Publik
pikuk tujuan, solusi, oan kepentingan yang berputar oalam proses
pengambilan keputusan kebijakan.
Ferbeoaannya oengan Mooel Rotiorol-Comptclcricc, Mooel Mixco-
Scorrirg mengakui bahwa setiap aktor kebijakan yang terlibat memiliki
rasionalitasnya senoiri oan tioak bisa oireouksi oleh rasionalitas
teknokratis seperti oalam Mooel Rotiorol-Comptclcricc. Rasionalitas,
oalam pemahaman Mooel Mixco-Scorrirg, bukanlah sesuatu yang
bersilat menoaku kebenaran tunggal, melainkan bagian oari komooiti
yang oipertukarkan oengan rasionalitas yang lain oalam proses politik
pengambilan keputusan kebijakan.
Karenanya, lormulasi kebijakan, oalam Mooel Mixco Scorrirg
tioak oipanoang sebagai sesuatu yang baku serta oiaplikasikan secara
kaku oalam keseluruhan proses kebijakan. Iormula kebijakan lebih
oipanoang sebagai sebuah bingkai untuk mengarahkan proses tawar
menawar, aoaptasi, akomooasi, yang terjaoi secara terus-menerus
oalam proses kebijakan.
Artinya, upaya Mooel Mixco-Scorrirg menjembatani Mooel
Rotiorol-Comptclcricc oan Mooel Got/ogc-Cor oilakukan oengan cara
membangun kompromi antara substansi rasional oari proses kebijakan
oengan konteks anarkis yang meliputi proses kebijakan.
Setelah memaparkan Mooel Mixco-Scorrirg secara konseptual,
oosen meminta mahasiswa untuk berlatih melakukan analisis
pengambilan keputusan kebijakan. Dalam latihan ini oosen
membimbing mahasiswa oengan cara memberikan ilustrasi sebuah
kasus analisa pengambilan keputusan kebijakan. Lntuk keperluan itu,
oosen bisa memakai kasus penyusunan Rancangan Lnoang-unoang
Keistimewaan ,RLLK, Yogyakarta.
IU @,#.(*/L :,.(B"B() 7)(./+/+ ")*"B !,)-(3C/.()
;,A"*"+() ;,C/D(B() E(.(3 =%-/B( Mixco-Scorrirg
Dalam latihan ini, sebelumnya mahasiswa telah oiminta untuk
memilih sebuah contoh kasus kebijakan sebagai bahan analisa.
Dihasilkan oengan instrumen analisis apapun, setiap kebijakan
mahasiswa oiharapkan bisa menuangkannya oalam naskah akaoemik,
Purwo Santoso 121
oan bisa oijaoikan oasar untuk lcgol otoftirg terkait oengan kebijakan
yang oianalisis. Tentunya oi sini mahasiswa tioak oiminta untuk
menuangkannya oalam sebuah naskah akaoemik, namun cukup
sampai paoa level prinsip-prinsip oan asas-asas yang oigunakan sebagai
peooman oalam penjabaran lebih lanjut oari konsep akaoemik tersebut.
Lntuk itu, sembari mahasiswa melakukan latihan, oosen
memberikan tutorial melalui ilustrasi sebuah analisa untuk pengambilan
keputusan kebijakan oan menunjukkan langkah-langkah yang harus
oitempuh oleh mahasiswa oalam menganalisa kasus yang oipilihnya.
Dosen terlebih oahulu memberikan gambaran situasi oan latar
belakang munculnya inisiatil penyusunan RLLK tersebut. Sekaligus oi
sini oosen memaparkan bagaimana situasi oan latar belakang tersebut
menjaoi konteks yang mempengaruhi proses oan hasil pengambilan
keputusan.
Kebutuhan akan rumusan Lnoang-unoang yang mengatur
Keistimewaan Yogyakarta oiawali oleh kebutuhan Departemen Dalam
Negeri terkait penataan oan moritotirg penyelenggaraan pemerintahan
oi oaerah. Dalam situasi ini banyak kepentingan yang harus
oiperhitungan, pertama, kepentingan Departement Dalam Negeri-
DEFDAGRI senoiri, keoua, oari Sultan oan masyarakat Yogyakarta,
ketiga, presioen, oan publik Inoonesia yang lain.
Dalam situasi penuh kontroversi ini, Depoagri memilih
menggunakan analisa pengambilan keputusan kebijakan oengan mooel
Mixco-Scorrirg. Dalam situasi seperti ini, Mooel Rotiorol Comptclcricc
tioak fcoi/lc untuk oigunakan mengingat banyaknya kepentingan yang
terlibat oan konteks otonomi oaerah yang membuat Depoagri tioak
bisa memaksakan rasionalitasnya kepaoa aktor lain.
Mooel Got/ogc Cor juga tioak memungkinkan karena mengingat
oerajat kontroversi oari isu yang oihaoapi membuat legitimasi menjaoi
kebutuhan mutlak. Lntuk itu, tim perumus RLL melakukan /toirtotmirg
untuk memetakan kajian oan rumusan tentang Keistimewaan Yogyakarta
yang selama ini telah oilakukan. Femetaan tersebut menghasilkan peta
kontroversi ioe yang selama ini terjaoi oalam berbagai rumusan tentang
Keistimewaan Yogyakarta. Dalam kasus ini aoa oua kubu utama yang
122 Analisis Kebijakan Publik
terlibat oalam kontroversi ioe tersebut, yaitu: Pcol gcorg roctcl Soltor vs.
moirttcom nasional tentang oemokratisasi.
Artinya, oi situ analis bisa melihat ioe-ioe apa yang sensitil
oan aktor-aktor manasaja yang merasa sensitil oengan ioe-ioe
tersebut. Femetaan ini membantu analis untuk menentukan posisi
oi tengah-tengah kontroversi tersebut. Dengan oemikian analis bisa
menspesilikkan alternatil-alterntatil kebijakan yang relatil lebih bisa
oiterima oleh semua pihak, oengan menghinoari atau memoles ulang
ioe-ioe yang sensitil tersebut.
Tahap analisa oi atas memberikan gambaran mooel Got/ogc-Cor
oalam kasus analisis kebijakan untuk menyusun RLLK DIY. Namun,
ketika konsekuensi pilihan posisi tersebut oijabarkan oalam prinsip-
prinsip oan asas-asas yang menjaoi panouan bagi penyusunan substansi
RLLK DIY, maka mooel analisis yang oigunakan menjaoi lebih
bersilat rasionalteknokratis, tanpa harus mengklaim komprehensil.
Seperti suoah oisampaikan oi atas, mahasiswa yang memilih
corak analisis untuk pengambilan keputusan kebijakan oiminta untuk
merumuskan analisisnya oalam sebuah naskah akaoemik sampai paoa
level perumusan prinsip oan asas yang muncul sebagai konsekuensi
oari pilihan posisinya.
0U =(*/L() 7)(./+/+ *,#L(E(A !,)-(3C/.() ;,A"*"+()
;,C/D(B()? :%E,. Mixco-Scorrirg
Lntuk contoh analisis terhaoap lormulasi oan pengambilan
keputusan kebijakan, oosen bisa menggunakan berbagai tanggapan
atau komentar terhaoap naskah akaoemik RLLK Yogyakarta oi atas.
Mahasiswa yang memilih melakukan analisa terhaoap pengambilan
keputusan kebijakan melakukan hal yang sama khususnya terkait
oengan kasus kebijakan yang oipilihnya.
Mahasiswa yang berlatih melakukan analisa oalam corak ini,
oiharapkan bisa memberikan paparan tentang pola-pola yang secara
ajeg terjaoi oalam pengambilan keputusan oengan mooel Mixco-
Scorrirg oari kasus kebijakan yang oiamatinya. Termasuk oi situ,
mahasiswa bisa memaparkan bagaimana kasus pengambilan keputusan
Purwo Santoso 123
kebijakan yang oianalisis menggunakan mooel Mixco-Scorrirg, seperti
oicontohkan oi atas, penentuan posisi perumus RLLK DIY oilakukan
oengan mooel Got/ogc-Cor, sementara penjabaran posisi oalam prinsip
oan asas substansi kebijakan oijabarkan oengan mooel rasional.
Mahasiswa oiharapkan bisa melakukan pemilahan anatomi serupa
paoa kasus kebijakan yang oianalisisnya.
4U !,#+/(A() ',+/ @,#/B"*)F(
Faoa pertemuan berikutnya, mahasiswa akan oiajak untuk
melakukan analisa implementasi kebijakan. Lntuk mempersiapkan
oiri, mahasiswa oiminta membaca beberapa literatur berikut ini:
Grinole, Merilee S. eo., ,1980,, Politic oro Polic, Implcmcrtotiorir tlc
Tlito 1otlo, Frinceton Lniversity Fress, Chap. 1.
Hill, Michael, ,199,, Tlc Polic, Ptocc ir tlc Mooctr Stotc, Frentice
HallHarvester Wheatsheal, chap. 6.
0(1*(# !"+*(B(
Etziony, Amitai, Mixco-Scorrirg: A Tlito` Apptoocl to Dcciior-Molirg,
Source: Fublic Aoministration Review, Vol. 2, No. ,Dec., 196,,
pp. 38-392 Fublisheo by: Blackwell Fublishing on behall ol the
American Society lor Fublic Aoministration Stable, LRL: http:
www.jstor.orgstable9339! Accesseo: 080!2010 02:0
Howlett, Michael oan Ramesh, M., ,199,, Stoo,irg Po/lic Polic,: Polic,
C,clc oro Polic, So/,tcm, Oxloro Lniversity Fress
Lay, Cornelis, Fratikno, A.A.G.N. Dwipayana, Furwo Santoso,
Haryanto, Wawan Mashuoi, I. Ketut F. Erawan, Marcus
Friyo Gunanto, Anoi Sanoi, ,200,, Rorcorgor Uroorg-oroorg
Icitimcooor 1og,olotto, Monograph on Folitics 8 Government
1, Vol.2. no.1. ]urusan Ilmu Femerintahan IISIFOL LGM
Frogram Fascasarjana Folitik Lokal oan Otonomi Daerah-LGM
124 Analisis Kebijakan Publik
!01203456 +P
%#%*+,% +7!*"7"#&%,+ 8"/+K%8%#
!"#" %&#" '&()*+",-,.
MelaLih mahasiswa unLuk menggunakan berbagai
model dan Leknik analisis dalam prakLek implemenLasi
kebijakan
MelaLih mahasiswa unLuk menggunakan berbagai Leori,
model dan Leknik analisis unLuk menelaah, mencermaLi
dan menjelaskan enomena proses implemenLasi
kebijakan
%*/#0,.#" %&#" '&()*+",-,.
PendekaLan tc-Jcwn dan bcttcm-u unLuk analisa
implemenLasi kebijakan.
!&012& %&#" '&()*+",-,.
Ceramah
Diskusi kelas
Simulasi
7U !,#() 7)(./+( E(.(3 23A.,3,)*(+/ ;,C/D(B()
Faoa pertemuan ini, lokus pembahasan, oiskusi, oan penugasan
akan oilokuskan paoa analisa implementasi kebijakan.Lntuk itu oosen
mengawali pertemuan ini oengan pemaparan tentang konsep oan
proses implementasi serta peran analisis oalam pembangunan konsep
oan proses implementasi tersebut.
Dosen mengawali pertemuan ini oengan memberikan pemaparan
singkat tentang konsep implementasi kebijakan, laktor-laktor yang
mempengaruhi proses implementasi kebijakan, oan penoekatan oalam
melakukan implementasi kebijakan. Di sini oosen juga memberikan
penjelasan singkat bagaimana konsep-konsep tersebut oigunakan
oalam aktivitas analisis implementasi kebijakan.
Purwo Santoso 125
Dalam pemaparannya tentang konsep implementasi, oosen
juga menjelaskan paoa mahasiswa oistingsi antara istilah kebijakan
oan program, serta kaitan antara keouanya. Ini akan mempermuoah
mahasiswa memahami konsep implementasi kebijakan.
Setelah mahasiswa memahami kerangka konseptual oari
implementasi kebijakan, oosen menjelaskan beberapa mooel analisa
implementasi kebijakan yang nantinya bisa oigunakan mahasiswa oalam
latihan melakukan analisa kebijakan. Di sini oosen memperkenalkan
mooel analisa implementasi kebijakan yang oikemukakan oleh Michael
]. Hill
1
oan Merilee S. Grinole
2
Faparan konsep analisa implementasi kebijakan oiikuti oengan
latihan melakukan analisa. Mahasiswa oiminta untuk melakukan
analisa implementasi kebijakan. Sama seperti paoa latihan analisa
paoa sesi-sesi sebelumnya, mahasiswa bisa memilih oua corak analisa,
yaitu analisa untuk implementasi kebijakan oan analisa terhaoap
implementasi kebijakan.
@U :,3(L(3/ !#%+,+ 23A.,3,)*(+/ E() N")-+/ 7)(./+/+
E(.(3 !#%+,+ 8,#+,C"*
Mengawali sesi ini, oosen memberikan pemaparan tentang proses
implementasi kebijakan oan lungsi analisis bagi proses tersebut.Secara
umum, implementasi kebijakan aoalah proses oi mana lormula kebijakan
oitranslormasikan menjaoi proouk konkrit kebijakan. Dalam asumsi
ioeal yang seringkali oipakai sebagai oasar untuk melakukan analisa,
implementasi kebijakan aoalah upaya untuk mewujuokan tujuan kebijakan
yang oinyatakan oalam lormula kebijakan, sebagai polic, totcmcrt, ke oalam
polic, ootcomc, yang muncul sebagai akibat oari aktivitas pemerintah.
3
Lntuk mewujuokan kesinambungan antara tujuan kebijakan oan
ootcomc kebijakan perlu aoanya sebuah polic, oclicct, ,tcm`. Dalam
! *0(() B0`A$'() 8!99N:) The Polic Process in the Modern Stcte) E+'630`' *$((j
*$+D'%3'+ 7A'$3%A'$I) `A$4/ b/
F ?+06-(') B'+0('' Q/) 8!9]R:) Politics cnd Polic Implementction in the Third World)
E+06`'3,6 C60D'+%03= E+'%%) XJ/ OA$4/ !/
K ?+06-(') ,4/`03/ A$(/ b/
126 Analisis Kebijakan Publik
sistem itu, kebijakan oiterjemahkan oalam program-program, oan
oalam masing-masing program aoa instrumen-instrumen yang oioesain
untuk memastikan bahwa implementasi program-program tersebut
secara simultan berkontribusi paoa tercapainya tujuan kebijakan.
!
Karena itu, implementasi akan lebih baik jika oimaknai sebagai:
proses aoministratil untuk mengeksekusi keputusan-keputusan politis
oengan menoayagunakan serangkaian instrumen kebijakan untuk
menghasilkan perubahan sosial ke arah yang oikehenoaki, yang
mencakup pula serangkaian proses negosiasi antara implementor oengan
sasaran kebijakan untuk memastikan tercapainya misi kebijakan.

Froses implementasi selama ini lebih banyak memberikan peran


kepaoa aktor-aktor negara, khususnya aparatus pemerintah.
6
Hal ini
membuat proses implementasi kebijakan seringkali oimaknai sebagai
proses aoministratil semata.

Terjebak oleh mitos netralitas birokrasi,
proses implementasi oianggap sebagai proses yang steril oan terpisah
oari hiruk pikuk politik proses pengambilan keputusan oalam proses
pembuatan kebijakan.
Namun, kenyataan menunjukkan bahwa selalu aoa kesenjangan
antara tujuan yang oinyatakan oalam polic, totcmcrt oengan ootcomc
yang oihasilkan oari polic, implcmcrtotior membuat sebagian analis mulai
menelaah miirg-lirl oalam analisis implementasi kebijakan yang
selama ini oilakukan.
8
Sejak saat itu, analisis implementasi kebijakan
mulai bergerak lebih jauh lagi oaripaoa sekeoar memanoang proses
implementasi kebijakan sebagai proses aoministratil semata. Di sini,
analis mulai mencoba menemukan oan memetakan bagaimana proses
implementasi kebijakan memiliki oinamikanya senoiri oan oinamika
ini mempengaruhi ootcomc oari kebijakan yang oiimplementasikan.
Salah satu ahli kebijakan publik yang melihat oimensi lain, oi
P UL0-/) A$(/ b d ]/
W Q$63,%,) E2+&,)8FRRF:) Modul Kulich Kebijclcn Pemerintchcn dcn
Implementcsinc, Prorcm Pcsccscrjcnc Prorcm Studi Ilmu Politil) ;,<=$1$+3$>
[,6%'63+$%0 E,(0301 #,1$( -$6 V3,6,50 .$'+$A) C?B/
b #0A$3 @2<$ *24' -$6 *0(() ,4/`03/
N *0(() ,4/`03/) A$(/ !FN d !F]/
] UL0-/)
Purwo Santoso 127
samping oimensi teknis aoministratil, oari proses implementasi ini
aoalah Grinole. Dinamika proses implementasi ini, menurut Grinole,
melibatkan, paling tioak oua variabel utama, yaitu polic, cortcrt oan
polic, cortcxt.
9
Polic, cortcrt mempengaruhi proses implementasi karena
policy cortcrt yang oihasilkan melalui proses polic, molirg menentukan
apa yang harus oi-oclicct melalui sebuah kebijakan, perubahan apa yang
bakal muncul sebagai akibat oari kebijakan yang oiimplementasikan,
oi mana kebijakan tersebut oiimplementasikan, oan siapa yang
mengimplementasikan kebijakan tersebut.
10
Sementara, polic, cortcxt merepresentasikan lingkungan oi mana
suatu proses kebijakan, termasuk implementasi, berlangsung. Grinoole
mengioentilikasi elemen oari polic, cortcxt ini meliputi: kekuatan,
kepentingan, oan strategi aktor yang terlibat, karakteristik rezim oan
institusi, oan kepatuhan oan responsivitas. Elemen-elemen yang aoa
oi oalam variabel polic, cortcxt ini merupakan hal-hal yang cenoerung
oiabaikan ketika orang terlalu nal oengan penoekatan teknokratis-
aoministratil, karena oiasumsikan bahwa semua orang akan patuh oan
tioak aoa hal yang kontroversial oengan polic, cortcrt. Namun oalam
kenyataannya, polic, cortcrt yang tioak kompatibel oengan konteks-nya
bisa menuai resistensi yang membuyarkan seluruh keputusan kebijakan,
bahkan yang paling teknokratis sekalipun. Mooel ini mengajak para analis
untuk memberikan perhatian yang selayaknya paoa oimensi polic, cortcxt.
Sub-variabel yang aoa oi oalam variabel cortcrt kebijakan oi atas
menjaoi laktor yang menentukan ketika oisaoari bahwa implementasi
kebijakan selalu terjaoi oalam konteks sosial, politik, oan ekonomi
tertentu. Sehingga oalam proses oan analisa implementasi kebijakan,
konteks menjaoi variabel keoua yang perlu oiperhitungkan.
11
Misalnya,
ketika melakukan upaya aoministratil untuk mengimplementasikan
suatu kebijakan, implementor juga, mau tioak mau, harus berinteraksi
oengan aktor kebijakan lain. Aktor-aktor lain ini ikut menentukan
kinerja oan hasil oari kebijakan yang oiimplementasikan.
9 ?+06-(') ,4/`03/)
!R UL0-/ A$(/ ] \ !R
!! UL0-/ A$(/ !R
128 Analisis Kebijakan Publik
Interaksi ini, oengan oerajat yang bervariasi, niscaya akan
melibatkan proses-tawar menawar, akomooasi oan konllik. Hal ini
menunjukkan bagaimana proses implementasi juga merupakan proses
yang bersilat politis, oisamping aoministratil. Dua karakter, politis oan
aoministratil, oari proses implementasi ini oiperlihatkan oleh Grinole
oalam Bagan IX.1.
@(-() 2TUPU
!9G'4' 2:!=4:4587'2 ;4@2M7;75 '4@7672 !9G'4'
70:252'89782N 075 !G=282'
Sumber: Grinole, Marilee S., 1980, hal. 11
IU !,)E,B(*() E(.(3 23A.,3,)*(+/ ;,C/D(B()
Setelah memahami makna oan tujuan implementasi kebijakan,
oosen mengajak mahasiswa untuk mengingat kembali penoekatan
yang oigunakan oalam proses implementasi. Menurut Hogwooo oan
Gunn aoa oua perspektil umum oalam proses implementasi kebijakan,
yaitu penoekatan top ooor oan penoektan /ottom - op.
12
Singkatnya,
perspektil top-ooor melihat proses implementasi sebagai sebuah proses
yang oitentukan oari atas, berjalan oalam secara konsekuental oalam
tahap-tahap yang suoah oitentukan. Implementasi kebijakan oilakukan
menurut proseour oan petunjuk yang oitetapkan oari atas. Dalam
!F *,<&,,- -$6 ?266) ,4/`03/
Purwo Santoso 129
praktek kebijakan oi Inoonesia lenomena ini bisa kita temui oalam
Fetunjuk Felaksanaan ,]uklak, oan Fetunjuk Teknis ,]uknis, yang biasanya
menyertai setiap kebijakan yang oikeluarkan oleh pemerintah, baik oi
level pusat maupun oaerah. Contoh praktek implementasi kebijakan
yang bersilat top-ooor bisa kita lihat oalam Fetunjuk Felaksanaan-
]uklak oan Fetunjuk Teknis-]uknis BOS.Kebalikan oari perspektil top-
ooor, perspektil /ottom-op melihat proses implementasi sebagai sebuah
proses yang inisiatil oan prakteknya oibangun oari bawah. Frosesnya
bukanlah sebuah proses yang bersilat konsekuental, namun berlangsung
oalam proses tawar-menawar yang terjaoi terus menerus antar berbagai
aktor kebijakan. Intinya, perspektil ini, alih-alih menekankan paoa
ketepatan oan pcoorticim-teknokratis, lebih menganoalkan paoa inisiatil,
pengetahuan, oan kemampuan belajar oan beraoaptasi oari masyarakat
sebagai tolcloloct oalam mengimplementasikan suatu kebijakan. Tabel
IX.1. memberikan gambaran lebih oetil tentang perbeoaan antara
perspektil Top Door oan Bottom Up.
Masih mengacu paoa Hogwooo oan Gunn, oosen memaparkan
empat perspektil, yang bersama-sama oengan oua penoekatan oi atas,
sering oigunakan oalam proses maupun analisa implementasi kebijakan.
13

Ferspektil yang pcttomo aoalah Pcroclotor Sttoltotol. Analis yang
menggunakan penoekatan ini biasanya memlokuskan analisanya paoa
analisis organisasional mooern. Di sini sebisa mungkin oesain kebijakan
oan organisasional oianggap sebagai oua hal yang, kurang lebih, kongruen.
Ferspektil yang lcooo aoalah Pcroclotor Ptocootol. Analis yang
menggunakan perspektil ini akan menekankan paoa analisa terkait
oengan proses oan proseour yang tepat, termasuk tehnik-tehnik
yang tepat, untuk mengimplementasikan kebijakan. ]ika proseour
implementasi suoah oiatur oalam lormula kebijakan yang suoah
oisepakati, analisis yang menggunakan penoekatan ini akan melihat
apakah implementasi yang oilakukan sesuai oengan proseour tersebut.
!K Hogwood & Gunn, op.cit.
130 Analisis Kebijakan Publik
8(C,. 2TUPU ;%)*#(+ !,)E,B(*() Top Door E() Bottom Up
5%
!G25
!49@40775
8G! ` 0GZ5 @G88G: ` <!
1. Corak institusi State promoteo menganoalkan
kewenangan birokrasi pemerintah
oan oana. masyarakat cenoerung
oipanoang hanya sebagai obyek
kebijakan
Society promoteo
menganoalkan mooal
sosial oan jaringan oan
cenoerung oihasilkan
sebagai proouk manoiri
masyarakat
2. Silat
keputusan
oalam
implementasi
Keputusan bersilat otoritatil Keputusan merupakan
hasil oari komitmen
terhaoap kebijakan
bersilat konsensual,
keputusan kebijakan
hanya bersilat garis besar
3. Tujuan
kebijakan
Tujuan kebijakan bersilat linal
oan tioak bisa oitawar
Tujuan kebijakan
banyak menganoung
ambiguitas oan harus
selalu oiotorisasi melalui
proses negosiasi untuk
membangun konsensus
!. Femaknaan
terhaoap
implementasi
Implementasi oireouksi sekeoar
sebagai proses aoministratil
Implementasi oireouksi
sebagai proses politis
yang secara terus
menerus melibatkan
negosiasi.
Ictigo, Pctpcltif Bclociotol. Fenoekatan ini menekankan paoa
analisa tentang perilaku manusia terhaoap kebijakan. Ini terkait oengan
silat oasar kebijakan sebagai sebuah langkah intervensi. Intervensi ini
mau tioak mau akan menimbulkan perubahan, oan tioak semua orang
senang oengan perubahan. Analisa oengan penoekatan ini biasanya
akan oitujukan untuk menciptakan sebuah atmosler kepercayaan,
terutama melalui pengelolaan yang memperlihatkan kepeoulian
terhaoap kepentingan publik.
Tctollit, Pctpcltif Politil. Ferspektil ini oioasarkan paoa asumsi
seoerhana: Implementasi sebuah kebijakan bisa jaoi telah oirencanakan
secara cermat menurut organisasi, proseour oan manajemen yang
tepat, oan menghasilkan perilaku sebagaimana oiharapkan, tetapi jika
itu semua mengabaikan realitas kekuasaan, misalnya, kemampuan
Purwo Santoso 131
kelompok-kelompok yang menentang kebijakan tersebut untuk
mengganggu` kebijakan tersebut, maka kebijakan itu bisa jaoi akan
gagal. Analisis oengan penoekatan ini biasanya, meskipun tioak selalu,
terkait oengan pola-pola kekuasaan antar oan oalam organisasi.
1!
Dalam analisis implementasi kebijakan, perspektil oan
penoekatan yang oipakai akan mempengaruhi asumsi yang oigunakan
untuk membangun mooel implementasi oan pilihan instrumen yang
oigunakan oioalam mooel tersebut. Sebetulnya, keempat penoekatan
oi atas merupakan representasi mooel berpikir, yang sebelumnya suoah
oiperkenalkan oi pertemuan IV oari mata kuliah ini. Hal ini semakin
mempertegas oan memperkuat pemahaman mahasiswa tentang
pentingnya memahami mooel oan konsekuensi yang muncul oari
pilihan mooel yang oiambilnya oalam menganalisis suatu kebijakan.
Menariknya, oalam praktek analisa implementasi kebijakan,
analis bisa mengkombinasikan keempat perspektil tersebut oalam
membangun oesain implementasi-nya. Sehingga oesain implementasi
kebijakan yang oihasilkan bisa saja mengkombinasikan berbagai
instrumen yang muncul sebagai konsekuensi oari mooel oipilih.
Berikut ini aoalah beberapa macam kelompok instrumen
kebijakan yang oiklasilikasikan oleh Howlett oan Ramesh, seperti
yang oitampilkan oalam @(-() 2TUPU 'A,B*#"3 2)+*#"3,)
;,C/D(B(). Di mana Howlett oan Ramesh mengklasilikan berbagai
instrumen kebijakan beroasarkan utilitas-nya oilihat oari level intervensi
negara.
!P *,<&,,- -$6 ?266) ,4/`03/
132 Analisis Kebijakan Publik
@(-() 2TUPU
'A,B*#"3 2)+*#"3,) ;,C/D(B()
Sumber: Howlett oan Ramesh ,199:82,
Dosen memaparkan bahwa oalam analisis untuk menentukan
instrumen kebijakan yang akan oipakai untuk meng-implementasi-kan,
Howlett oan Ramesh melihat level intervensi negara sebagai variabel
oeterminan. Volortot, irttomcrt banyak oigunakan sebagai instrumen
kebijakan ketika negara tioak banyak melakukan intervensi oan warga,
relatil memiliki kebebasan untuk melakukan oiskresi. Dalam situasi tertentu,
seringkali paoa level pengambilan keputusan, negara memutuskan untuk
tioak melakukan apa-apa, karena berasumsi bahwa problem publik terkait
akan lebih elektil jika oitangani oleh pasar atau oleh masyarakat senoiri.
Instrumen colortot,, biasanya memberikan sebuah kerangka untuk
menggiring perilaku masyarakat, oengan cara memberikan insentil bagi
mereka yang mengikuti perilaku yang oiinginkan oleh kerangka tersebut.
Sementara, bagi yang tioak patuh, oia tioak akan kehilangan apa-apa,
tetapi oia juga tioak menoapatkan insentil. Tetapi, litur paling menonjol
aoalah aoanya oiskresi yang relatil sangat besar yang aoa oi tangan warga
tanpa intervensi negara. Instrumen-instrumen colortot, ini biasanya banyak
oigunakan oalam implementasi kebijakan yang silatnya /ottom-op.
Analisis untuk implementasi kebijakan oengan colortot, irttomcrt
perlu menelaah terlebih oahulu tujuan yang ingin oicapai oari kebijakan
Purwo Santoso 133
yang akan oiimplementasikan. Selanjutnya, mengioentilikasi kiranya
apa perilaku seperti apa oari pihak masyarakat yang memungkinkan
tercapainya tujuan kebijakan yang oiinginkan. Dari situ, analis bisa
mulai menoesain colortot, irttomcrt oan mekanisme insentil seperti apa
untuk mengkerangkai perilaku publik agar konousil bagi tercapainya
tujuan kebijakan yang oiimplementasikan. Ferlu oiingatkan, bahwa
oalam menyusun mekanisme insentil perlu berpegang paoa prinsip
bahwa melalui instrumen yang oihasilkan, publik oigiring` berpikir
bahwa oengan melakukan hal tertentu, yang konousil bagi tercapainya
tujuan kebijakan, mereka akan menoapatkan keuntungan lebih,
oaripaoa jika mereka tioak melakukan hal tersebut, meskipun untuk
itu mereka juga tioak akan menoapatkan hukuman.
Sebaliknya, instrumen yang bersilat memaksa compolot,
irttomcrt, oisebut juga oitccticc irttomcrt, aoalah instrumen yang
melibatkan intervensi negara yang cukup tinggi, karena instrumen
tersebut, agar memberikan hasil yang oiinginkan, harus oisertai oleh
kekuatan pemaksa yang elektil oan oianggap absah. Instrumen oalam
kelompok ini memberikan ruang oiskresi yang jauh lebih sempit bagi
warga, oan negara menentukan keputusan apa yang harus oiambil
oleh warganya, oengan oisertai ancaman sangsi bagi yang tioak patuh.
]ika mahasiswa melakukan analisis untuk implementasi kebijakan
oengan menggunakan compolot, irttomcrt, maka analisis yang
oilakukan haruslah menelaah instrumen-instrumen pemaksa apa yang
bisa oigunakan oleh negara. Kegunaan pilihan-pilihan instrumen
implementasi ini oitimbang beroasarkan kegunaan oan kemungkinan
pengaoopsian instrumen tersebut untuk menghasilkan oampak
kebijakan yang oiinginkan.
Ditengahnya, aoa Mixco-irttomcrt, yang mengkombinasikan
karakter oari oua kelompok instrumen sebelumnya. Instrumen-instrumen
ini biasanya memberikan kesempatan paoa negara untuk melakukan
intervensi oan mengarahkan warganya untuk sampai paoa keputusan
tertentu, tetapi keputusan linal tetap beraoa oi tangan warganya.
1
!W .0%$+01$6 -$+0 *,&('33 -$6 M$5'%A 8!99W> ]R \ !R!:
134 Analisis Kebijakan Publik
Hal yang sama juga oigunakan oleh Cleaves, yang menggunakan
istilah sistem politik. Level intervensi negara yang tinggi oalam Howlet
oan Ramesh paralel oengan Sistem Folitik Tertutup Claeves. Sebaliknya,
level intervensi negara renoah paralel oengan Sistem Folitik Terbuka.
Setelah memaparkan berbagai penoekatan untuk menganalisa
implementasi kebijakan, oosen kembali membagi mahasiswa oalam
kelompok beroasarkan corak analisanya. Kemuoian, secara bergantian
oosen meminta mahasiswa untuk berlatih melakukan analisis atas suatu
kasus aktual tertentu oan melakukan bimbingan oalam latihan tersebut.
0U @,#.(*/L :,.(B"B() 7)(./+/+ ")*"B 23A.,3,)*(+/ ;,C/D(B()
Bagi mahasiswa yang memilih melakukan analisis untuk
implementasi kebijakan, oosen meminta mereka untuk mengambil
satu contoh kasus keputusan kebijakan untuk oiimplementasikan. Dari
contoh kasus tersebut, mahasiswa oiminta untuk memerankan oirinya
menjaoi seorang analis yang bekerja untuk membuat sebuah oesain
implementasi kebijakan.
Ootpot yang oiharapkan oari mahasiswa oalam latihan ini aoalah
ookumen rekomenoasi strategi implementasi kebijakan. Substansi oari
rekomenoasi tersebut harus memperlihatkan kemampuan mahasiswa
untuk merancang strategi implementasi kebijakan yang responsil
terhaoap konteks, tanpa secara prinsipil mengkompromikan konten
oari kebijakan yang oiimplementasikan.
Dokumen tersebut memberikan contoh bagaimana oalam
melakukan analisis untuk implementasi kebijakan, lorglol pcttomo ,org
loto oilololor ooolol mcrocfiriilor o/tori pctmoololor lc/iolor ,org
loto oitorgori. Menurut, Grinole, terkait oengan cortcrt atau substansi
kebijakan, setioaknya aoa enam laktor yang harus oiamati oalam
melakukan analisa kebijakan. Enam laktor itu aoalah:
1. Icpcrtirgor ,org oipcrgotoli olcl o/tori lc/iolor ,org olor
oiimplcmcrtoilor. Ketika kebijakan oipahami sebagai sebuah
intervensi terhaoap suatu situasi yang telah aoa sebelumnya,
harus oisaoari bahwa oalam situasi tersebut suoah aoa sistem
yang berjalan, lengkap oengan nilai oan aktor-aktor yang terlibat
Purwo Santoso 135
oioalamnya. Aktor-aktor tersebut tentu saja memiliki kepentingan
oengan situasi yang aoa paoa saat itu. ]ika keberaoaan keputusan
kebijakan yang akan oiimplementasikan ternyata berimplikasi
negatil oengan kepentingannya, tentunya akan muncul
resistensi oari para aktor tersebut, oan bisa menggagalkan proses
implementasi oan tercapainya tujuan kebijakan.
RU 8/A, 3()1((* F()- E/*,#/3(U Tipe manlaat oari kebijakan
yang oiterima juga berpengaruh paoa keberasilan proses
implementasi oan pencapaian oampak kebijakan yang oiinginkanU
Setelah kita menyaoari bahwa oalam cttirg oi mana kebijakan akan
oiimplementasikan teroapat banyak aktor oengan kepentingannya
masing-masing, tentu kita, sebagai analis, juga harus saoar bahwa
masing-masing aktor memiliki kepentingan yang berbeoa-beoa
terhaoap kebijakan yang akan oiimplementasikan.
SU 0,#(D(* A,#"C(L() F()- 3")-B/) E/*/3C".B() %.,L
B,C/D(B() F()- (B() E//3A.,3,)*(+/B(). Analis harus
memahami oerajat potensi perubahan yang oitimbulkan sebagai
akibat oari intervensi kebijakan terhaoap situasi yang aoa. Dalam
banyak kasus, substansi kebijakan yang memproyeksikan perubahan
yang menoasar terhaoap situasi yang aoa, cenoerung menoapatkan
resistensi yang lebih kuat, sehingga memiliki potensi yang lebih
besar untuk gagal. Analis harus mampu membaca kemungkinan
ini untuk bisa membangun sebuah oesain implementasi kebijakan
yang aplikabel.
YU =,*(B A,)-(3C/.() B,A"*"+(). Analis harus memper-
hitungkan konsekuensi oari isi lormula kebijakan terhaoap letak
pengambilan keputusan untuk implementasi kebijakan oan siapa
saja yang akan menjaoi aktor kunci pengambilan keputusan paoa
proses implementasi. Ingat, proses implementasi tioak hanya proses
aoministratil yang tinggal menjalankan apa yang suoah oinyatakan
oalam lormula, tetapi juga melibatkan proses tawar menawar,
akomooasi, oan konllik oengan aktor yang beragam.
]U 23A.,3,)*%# A#%-#(3U Analis perlu memahami oan
memperhitungkan konsekuensi oari keputusan tentang siapa
136 Analisis Kebijakan Publik
yang akan menjaoi implementor program. Selain berkaitan
oengan masalah teknis, seperti kompetensi oari si implementor,
untuk laktor ini seorang analis perlu memahami bahwa oi
antara para implementor program, baik itu oi kalangan agensi
aparatus pemerintah maupun kelompok-kelompok oi masyarakat,
seringkali terjaoi tarik-menarik kepentingan. Implementasi
kebijakan bisa gagal, atau memberikan hasil yang tioak maksimal
karena aoanya tarik menarik-kepentingan ini. Karenanya, oalam
membangun oesain implementasi kebijakan, khususnya oalam
merekomenoasikan implementor program, seorang analis perlu jeli
oan peka oalam melihat relasi antar aktor kebijakan.
_U '"3C,# E(F( F()- *,#+,E/(U Implementasi kebijakan
mengimplikasikan aoanya kebutuhan akan tcootcc. Tingkat
kebutuhan akan tcootcc seringkali juga oipengaruhi oleh pilihan
strategi oan instrumen implementasi kebijakan. Dalam kalkulasi
rasional, pilihan strategi oan instrument kebijakan biasanya juga
harus oianalisa oalam relasinya oengan variabel sumberoaya
yang terseoia, oisamping variabel elektivitas oari berbagai pilihan
strategi oan instrument implementasi yang terseoia.
Dari pengetahuan akan tujuan tersebut, si analis melakukan lorglol
lcooo, ,oito mcrglortcltoolioilor tooor tctc/ot ocrgor loroii oor itooi
lorltit oi moro lcpotoor lc/iolor tctc/ot olor oiimplcmcrtoilor. Menurut
Grinoolle, oalam menganalisa konteks, analis perlu memperhitungan
hal-hal sebagai berikut:Pcttomo, kontekstualisasi tujuan kebijakan oalam
cttirg yang lebih spesilik tersebut akan memberikan gambaran tentang
apa yang harus oilakukan agar tujuan kebijakan yang oimaksuokan
bisa tercapai melalui proses implementasi oalam cttirg tersebut. Ini
penting untuk oilakukan mengingat tujuan kebijakan oitetapkan
cenoerung oengan mengabaikan keragaman oan kompleksitas yang
aoa oi lapangan. Karena itu, oalam proses implementasinya, harus
oilakukan oootmcrt oengan situasi konkrit yang oihaoapi.
Icooo, setelah memahami tujuan kebijakan, situasi oan konteks
spesilik oi mana kebijakan itu akan oiimplementasikan, langkah
Purwo Santoso 137
selanjutnya aoalah menentukan alternatil-alternatil implementasi
kebijakan. Kalibrasi antara tujuan kebijakan oan situasi konkrit akan
menghasilkan asumsi. Asumsi ini akan menjaoi oasar bagi analis oalam
membangun mooel kausal. Beroasarkan asumsi oan mooel kausal
tersebut, seorang analis bisa mulai menginventarisir berbagai alternatil
instrumen implementasi yang oianggap relevan ,Lihat Bagan IX.1,.
@(-() 2TURU
!/./L()X!/./L() ;#/*/+ 0(.(3 !#%+,+ 23A.,3,)*(+/
;,C/D(B()
Dalam menginventarisir oan memilih alternatil instrumen
implementasi ini aoa beberapa hal yang harus oiperhatikan. Yang paling
utama aoalah anatomi oan oampak oari oesain implementasi kebijakan
yang oihasilkan oari sebuah analisis untuk kebijakan. Hal ini oibahas
oleh Grinole seperti oalam Bagan IX.2. Melalui bagan tersebut, oosen
menekankan sekali lagi bagaimana oalam melakukan analisis untuk
implementasi kebijakan, analisa terhaoap cortcrt oan cortcxt kebijakansecara
signilikan mempengaruhi oesain implementasi yang oihasilkan.
Dalam anatomi pengambilan keputusan kebijakan yang
oigambarkan oalam Bagan IX.2., setioaknya analisis untuk implementasi
138 Analisis Kebijakan Publik
kebijakan harus oilakukan oi tiga level. Level pertama aoalah analisis
tentang konsekuensi cortcrt kebijakan terhaoap upaya implementasi
secara umum. Level yang keoua aoalah konsekuensi strategi implementasi
terhaoap upaya oclicct, program yang muncul sebagai penerjemahan
oari isi kebijakan. Level yang ketiga terkait analisis terhaoap tcpor yang
mungkin muncul oari berbagai aktor kebijakan yang terlibat terhaoap
pilihan strategi oclicct, program yang oiambil.
4U 7)(./+( *,#L(E(A 23A.,3,)*(+/ ;,C/D(B()
Bagi mahasiswa yang memilih untuk melakukan analisis terhaoap
implementasi kebijakan, oosen membimbing mereka untuk berlatih
menggunakan oan mengembangkan teori politik, kususnya terkait oengan
penjelasan lenomena implementasi kebijakan. Dalam latihan ini oosen
meminta agar mereka mengambil satu kasus implementasi kebijakan
tertentu, misalnya: Kasus Implementasi Frogram Femberoayaan
Masyarakat ,FNFM, Manoiri oi suatu tempat tertentu atau bisa juga
kasus lain ,usahakan kasus yang seoang hangat oi meoia massa,.
Dalam melakukan analisa oengan corak, ini mahasiswa bisa
menggunakan berbagai teori, baik oari teori manajerial, yang
merepresentasikan perspektil teknokratis aoministratil oari proses
implementasi kebijakan, sampai teori-teori politik seperti Teori Negara
Otoritarian Birokrat nya O`Donnel atau Teori Neo patrimonial
nya Dwight King, untuk melihat oan menjelaskan proses implementasi
kebijakan oalam kasus yang oianalisis.
Dengan menggunakan teori tersebut sebagai kerangka analisa,
mahasiswa oiminta untuk mengurai, menjelaskan, kemuoian
mengabstraksikan proses implementasi oalam kasus yang oiamati.
Dalam laporan hasil analisa yang akan oibuat oleh mahasiswa nanti,
uraian mahasiswa harus memuat kesimpulan tentang laktor apa saja
yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan yang oiamati,
oalam pengertian kesesuaian antara tujuan oan ootcomc yang oihasilkan
oari proses implementasi oan bagaimana laktor tersebut bekerja
mempengaruhi proses implementasi yang oiamati.
0(1*(# !"+*(B(
Purwo Santoso 139
Grinole, Merilee S. eo., ,1980,, Politic oro Polic, Implcmcrtotior in the
Thiro Worlo, Frinceton Lniversity Fress
Hogwooo, Brian W. oan Lewis E. Gunn, Polic, Arol,i fot tlc Rcol 1otlo,
Oxloro Lniversity Fress
Hill, Michael, 199, Tlc Polic, Ptocc ir tlc Mooctr Stotc, Frentice Hall
Harvester Wheatsheal
Santoso, Furwo, ,2002,, Moool Ioliol Ic/iolor Pcmctirtolor oor
Implcmcrtoir,o, Frogram Fascasarjana Frogram Stuoi Ilmu
Folitik, Yogyakarta: Konsentrasi Folitik Lokal oan Otonomi
Daerah, LGM.
140 Analisis Kebijakan Publik
!01203456 P
%#%*+,+, !"#$%"&$#' 8"/+K%8%#
!"#"%&#" '&()*+",-,.
Memberikan keLrampilan bagi mahasiswa unLuk
mengaplikasikan pemahamannya LenLang berbagai
model dan meLode analisis kebijakan dalam analisis
!*$#&*'#$+ kebijakan.
Memberikan keLrampilan bagi mahasiswa unLuk
mengaplikasikan pemahamannya LenLang berbagai
model dan meLode analisis kebijakan unLuk menelaah
berbagai dimensi dari enomena !*$#&*'#$+ kebijakan
%*/#0,.#" %&#" '&()*+",-,.
MoniLoring Kebijakan
Analisis unLuk ,*$#&*'#$+ Kebijakan dan Analisis
Lerhadap ,*$#&*'#$+ Kebijakan
!&012& %&#" '&()*+",-,.
ceramah
1uLorial
Diskusi kelas
7U :,3(L(3/ Moritotirg ;,C/D(B()
Tema utama yang oibahas oalam pertemuan ini aoalah analisis
moritotirg kebijakan. Dalam sesi pertemuan ini oosen mengawali
oengan memberikan pemaparan singkat tentang konsep oan praktek
moritotirg kebijakan. Faoa kesempatan itu, oosen juga memaparkan
kepaoa mahasiswa tentang lungsi oan tujuan analisis bagi keseluruhan
proses moritotirg.
Setelah memberikan pemaparan tentang konsep moritotirg
kebijakan oan analisis moritotirg kebijakan, oosen meminta mahasiswa
untuk berlatih melakukan analisis moritotirg kebijakan. Dalam latihan
ini, sama seperti sesi-sesi sebelumnya, mahasiswa oiperbolehkan untuk
Purwo Santoso 141
memilih oua corak analisa, yaitu analisa untuk moritotirg kebijakan oan
analisa terhaoap moritotirg kebijakan. Dalam melakukan latihan analisa,
mahasiswa oiminta untuk mempersiapkan oiri oengan memilih satu
contoh kasus kebijakan untuk oijaoikan sebagai obyek analisis.
Dalam pemaparan tentang proses moritotirg kebijakan, oosen
mengawali oengan penjelasan tentang makna istilah moritotirg` oan
tujuan melakukan moritotirg` secara umum. Setelah itu, barulah oosen
memberikan pemaparan tentang proses moritotirg sebagai bagian oari
proses kebijakan publik.
Dalam penggunaan sehari-hari, kita biasa menoengar istilah
moritotirg` banyak oigunakan oengan makna mengawasi, memeriksa,
atau mengobservasi`. Dalam konteks penggunaan seperti itu, proses
moritotirg, biasanya, menjaoi bagian oari sebuah aktivitas yang lebih
besar, yang oilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Aktivitas moritotirg
oilakukan sebagai lungsi pengawasan oan observasi untuk memastikan
bahwa aktivitas yang oilakukan benar-benar membawa paoa tujuan
yang suoah oitetapkan sebelumnya.
Menyambung pemaparan oan pembahasan materi paoa sesi-
sesi sebelumnya, terutama terkait proses lormulasi oan implementasi
kebijakan, mahasiswa telah memahami bahwa proses kebijakan,
setioaknya oalam pengertian teknokratis, oipahami sebagai proses
yang terencana oan oirancang secara sistematis untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Karenanya, oalam proses kebijakan, perlu oisertakan
lungsi moritotirg, yang berguna untuk memastikan bahwa program oan
kegiatan yang oilakukan benar-benar, pcttomo, oijalankan sesuai oengan
rencana oan rancangan yang suoah oibuat oan, lcooo, membawa paoa
tercapainya tujuan yang oiinginkan.
Di sini oosen perlu memperingatkan mahasiswa, bahwa oelinisi
proses moritotirg yang oipaparkan oi atas oiambil oari mooel kebijakan
teknokratis yang mengasumsikan bahwa tujuan kebijakan oan langkah-
langkah untuk mencapainya suoah teroelinisi secara jelas oalam
lormula kebijakan. Meskipun, oalam prakteknya, proses kebijakan
lebih sering terjaoi oalam konteks otgorico orotcl,, oi mana tujuan
oan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut hanya oipahami
142 Analisis Kebijakan Publik
secara kabur oleh masing-masing aktor yang terlibat.
1
Sehingga apa
yang oiimplementasikan seringkali berbeoa atau tioak nyambung`
oengan apa yang oiinginkan oleh pembuat kebijakan. Tentunya, ini
akan beroampak paoa kinerja oan relevansi moritotirg yang oilakukan
oan inlormasi yang oihasilkan.
2
Namun, kenyataan tersebut oi atas tioak berarti lungsi moritotirg
menjaoi lungsi yang tioak relevan sama sekali. Malahan, berangkat oari
kenyataan bahwa seringkali muncul perbeoaan pemahaman terhaoap
kebijakan oi level lormulasi oan level implementasi.Iungsi moritotirg
menjaoi semakin oiperlukan untuk memastikan bahwa perbeoaan
pemahaman itu tioak beroampak negatil terhaoap proses kebijakan
oan pencapaian tujuan secara keseluruhan.
3
Selain memiliki keterkaitan yang sangat erat oengan proses
lormulasi oan implementasi kebijakan, kinerja moritotirg kebijakan
juga menjaoi poin krusial bagi proses evaluasi kebijakan.
!
Melalui
moritotirg yang berkelanjutan, kinerja kebijakan oan output-nya bisa
oievaluasi beroasarkan inlormasi yang akurat oan reliabel, yang
berarti menunjang obyektivitas evaluasi terhaoap kebijakan yang
bersangkutan. Secara teknis, evaluasi menentukan penilaian perlorma
suatu kebijakan oan keberlanjutan oari kebijakan tersebut.
Merujuk paoa pembahasan paoa pertemuan sebelumnya, telah
oipaparkan bahwa proses kebijakan yang bersilat top - ooor cenoerung
melihat proses kebijakan sebagai proses yang tujuannya telah oitetapkan
sejak awal secara jelas oan oelinitil. Sementara proses kebijakan yang
bersilat /ottom op, tujuan kebijakan harus selalu oinegosiasikan oan
kesepakatan harus selalu oibangun kembali sepanjang proses kebijakan
masih berlangsung. Sehingga perubahan rumusan oan lormula
kebijakan bisa berubah-ubah sesuai oengan oinamika interaksi antara
aktor-aktor yang terlibat oan konteks yang oihaoapi. Lntuk itu, oosen
! O,A'6) B$+`A) V(%'6) ,4/`03/
F *,<&,,- _ ?266) ,4/`03) A$(/ FFR d FFF/
K #0A$3 @2<$ E$(25L,) .'660% J -$6 *$+-'+) B$+D06 H/ '-%/) 8!9]!:) Implementin
Public Polic) #'Z06<3,6 G,,1%) A$( 0Z d ZD/
P *,<&,,-_?266) ,4/`03/
Purwo Santoso 143
mengingatkan kepaoa mahasiswa bahwa pemaparan tentang moritotirg
kebijakan oi atas memang lebih relevan oigunakan paoa proses
kebijakan yang bersilat top - ooor oan cenoerung menggunakan asumsi
teknokratis, oan kurang relevan jika oigunakan paoa proses kebijakan
yang bersilat /ottom op.
Mengingat proses kebijakan yang oibangun oengan mooel
kebijakan yang berbeoa membutuhkan oan memunculkan oesain
serta instrumentasi moritotirg yang berbeoa, maka analisa moritotirg
kebijakan memegang lungsi yang krusial. Analisa moritotirg oibutuhkan
untuk memproouksi inlormasi, pengetahuan, oan mengembangkan
metooe moritotirg kebijakan yang sangat oiperlukan agar oesain oan
instrumentasi moritotirg suatu kebijakan bisa kompatibel oengan proses
kebijakan secara keseluruhan.
Selain lensa teknokratis, moritotirg kebijakan juga bisa oibaca
oari lensa politis. Seperti telah oiketahui sebelumnya, proses kebijakan
tentunya melibatkan berbagai aktor oan kepentingan yang berbeoa-
beoa. Bagi aktor-aktor kebijakan ini, baik yang berkepentingan
oengan oiinisiasi atau oi-otop-nya suatu kebijakan, proses oan hasil
moritotirg tentunya menjaoi sebuah arena oan instrumen politik untuk
memaksimalkan kepentingan mereka oalam proses kebijakan yang
berlangsung. Secara kasat mata, praktek ini banyak oilakukan oleh
kalangan NGOLSM oalam melakukan aovokasi kebijakan. Misalnya,
apa yang oilakukan oleh LSM IDEA yang melakukan aovokasi
anggaran partisipatil. Lntuk menoesakkan agenoanya tentu LSM ini
akan menempuh cara, salah satunya, aoalah oengan meng-liglliglt
tioak elektil-nya oan tioak elisien-nya kinerja anggaran konvensional.
Bukti-bukti untuk itu, tentu saja memerlukan upaya moritotirg. Dalam
hal ini, moritotirg kebijakan memiliki makna lebih oari sekeoar kegiatan
yang bersilat teknis aoministratil, namun juga bersilat politis.
Femerintah juga melakukan moritotirg yang oijalankan oengan
logika politik, misalnya proses moritotirg, baik yang bersilat politis maupun
teknis aoministratil, yang oijalankan sebagai bagian oari pelaksanaan
lungsi-lungsi pemerintah, termasuk oi oalamnya melaksanakan lungsi
pengawasan yang melekat oari DFR. Selain DFR, paoa tiap-tiap
144 Analisis Kebijakan Publik
instansi pemerintah biasanya aoa bagian inspektorat yang tugas oan
lungsi utamanya aoalah melakukan moritotirg terhaoap pelaksanaan
kegiatan oari instansi yang terkait. Fatut oiingat bahwa instansi-instansi
inilah yang biasanya menjalankan lungsi implementasi oari kebijakan,
sehingga tioak berlebihan jika oikatakan bahwa bagian inspektorat ini,
juga, melakukan lungsi moritotirg kebijakan. Iungsi moritotirg oi sini,
termasuk yang melekat paoa DFR, oengan metooe oan instrumen
tertentu, bertujuan memastikan bahwa proses kebijakan, kegiatan
yang oilaksanakan, oan oana yang oigunakan, oipakai sebagaimana
oirencanakan oan membawa paoa tujuan yang ingin oicapai.
Sampai oi situ, lungsi moritotirg yang oilakukan, bisa oikatakan
masih bersilat teknis-aoministratil. Namun, perlu oicatat bahwa hasil
moritotirg yang oilakukan akan mempengaruhi hasil evaluasi kebijakan.
Faoa gilirannya, hasil evaluasi kebijakan akan mempengaruhi
keputusan apakah sebuah kebijakan akan oilanjutkan ataukah
oihentikan. Tentunya, oari pertemuan sebelumnya, mahasiswa telah
memahami bahwa proses sebuah isu menjaoi kebijakan merupakan
sebuah proses politik yang sangat panjang. Tentunya, proses
pengambilan keputusan tentang penghentian atau meneruskan sebuah
kebijakan juga menganoung tensi politik yang sama. Karena itu, tioak
mengherankan proses oan lungsi moritotirg kebijakan juga memiliki
muatan politis yang tinggi.
Sekeoar tambahan oan sebagai pengantar untuk sesi berikutnya,
oosen memaparkan paoa mahasiswa bahwa perbeoaan utama antara
moritotirg oan evaluasi terletak paoa logika penilaian terhaoap proses
kebijakan yang berlansung. Moritotirg kebijakan lebih oioasarkan
paoa logika praktis pragmatis, terkait oetil pelaksanaan prinsip oan
oesain kebijakan yang suoah oigariskan. Sementara, evaluasi kebijakan
lebih oioasarkan paoa logika strategis, terkait oengan oampak yang
oitimbulkan oleh suatu kebijakan.

Dari kacamata teknis-aoministratil, proses moritotirg memiliki


beberapa lungsi lunoamental oalam praktek kebijakan negara, yaitu:
W X2<+,A,) M0$63) 8FRRN:),4/`03/
Purwo Santoso 145
Fenajaman oan atau pengalihan prioritas oan alokasi anggaran
oan belanja pemerintah kepaoa program oan kebijakan yang
oimaksuo. Atau oengan kata lain, sejauh mana alokasi oan prioritas
anggaran oapat oilokuskan kepaoa sasaran oan target kebijakan
secara akurat.
Memastikan belanja pemerintah suoah sesuai atau suoah taat azas
oengan rencana aksi yang telah oibuat.
Selain lungsi lunoamental yang bersilat teknis aoministratil
tersebut, mahasiswa juga perlu oiingatkan bahwa oalam rezim yang
oemokratis, proses moritotirg juga oiharapkan untuk mampu memenuhi
lungsi partisipatil yang menjaoi perwujuoan oari keoaulatan rakyat.
Dalam oemokrasi representatil, lungsi moritotirg juga menjaoisebuah
lungsi yang bersilat representatil, sehingga, seharusnya DFR maupun
DFRD mengkonsilioasikan lungsi-lungsi yang aoa oi masyarakat,
memetakan kekuatan-kekuatan oi masyarakat, kemuoian memberikan
akses untuk ikut melakukan lungsi moritotirg kebijakan negara.
Tetapi oalam prakteknya, kita jarang menemukan aoanya metooe
oan instrumentasi yang oigunakan secara tepat guna oleh pemerintah
untuk menjalankan pengawasan oalam logika besar seperti itu.
Fengawasan cenoerung oilakukan secara parsial oan lebih berorientasi
paoa masalah teknis.
Dari pemahaman akan kecenoerungan tersebut, oosen
mengingatkan kepaoa mahasiswa bahwa oalam melakukan analisis
moritotirg kebijakan perlu selalu mengkaitkan mooel kebijakan oan
logika oasar masalah solusi oan implementasi kebijakan yang
oianalisis oengan oesain moritotirg yang oibangun.
Setelah memberikan pemaparan tentang moritotirg kebijakan,
seperti sesi-sesi sebelumnya, oosen meminta mahasiswa untuk berlatih
melakukan analisis. Dalam latihan ini, mahasiswa oibagi oalam oua
kelompok beroasarkan pilihan corak analisis yang mereka pilih, antara
analisis untuk kebijakan oan analisis terhaoap kebijakan.
146 Analisis Kebijakan Publik
@U @,#.(*/L :,.(B"B() 7)(./+/+ ")*"B Moritotirg ;,C/D(B()
Dalam melakukan latihan analisis untuk moritotirg kebijakan
ini, mahasiswa oiminta untuk memilih sebuah kasus kebijakan untuk
oijaoikan sebagai bahan analisisnya. Dari latihan ini, mahasiswa
oiharapkan bisa menghasilkan oesain moritotirg kebijakan terkait
oengan contoh kasus yang oianalisisnya. Desain moritotirg kebijakan
yang oihasilkan oleh mahasiswa, setioaknya memuat tiga elemen, yaitu:
instrumen-moritotirg, pelaksanaan moritotirg, oan temuan moritotirg.
Desain moritotirg yang oiharapkan oari mahasiswa juga harus
mencakup oua level moritotirg. Pcttomo, oesain moritotirg yang oibuat
oleh mahasiswa harus mencakup moritotirg terhaoap implementasi
oari program oan kegiatan yang menjaoi penjabaran oari lormula
kebijakan. Icooo, oesain tersebut juga harus bisa oigunakan untuk me
moritotirg oampak oari program oan kegiatan tersebut.
Dalam membimbing mahasiswa untuk melakukan latihan analisis
untuk moritotirg kebijakan ini, oosen mengajak mahasiswa untuk
mengacu paoa pembahasan oi sesi sebelumnya, tentang lormulasi
oan implementasi kebijakan. ]aoi, sebisa mungkinanalisis untuk
moritotirg kebijakan yang oibuat paoa sesi ini oioasarkan paoa oesain
implementasi yang telah oihasilkan oari latihan analisis yang oilakukan
oleh mahasiswa oi sesi sebelumnya. Karena itu, bisa oikatakan bahwa,
inti oari tahap ini aoalah menerjemahkan rancangan implementasi
tersebut oengan ke oalam instrumen moritotirg.
Lntuk itu, oosen memberikan contoh kasus kebijakan pengentasan
kemiskinan. Lntuk membuat instrumen moritotirg kebijakan, mahasiswa
harus memahami lebih oahulu oesain implementasi oan instrumentasi
kebijakan pengentasan kemiskinan. Lntuk tiap-tiap program oioalam
rancangan rancangan implementasi oan instrumentasi tersebut,
mahasiswa membuat poin verilikasi, untuk apa oilakukan, oengan cara
apa, oengan instrumen apa, oleh siapa, oan seberapa jauh implementasi
program tersebut memunculkan ootpot yang oiinginkan.
Seperti suoah oipaparkan oi atas, untuk membangun oesain
moritotirg kebijakan yang relevan oengan kasus kebijakan yang oianalisis,
analis harus memperhatikan mooel implementasi oari kebijakan yang
Purwo Santoso 147
oianalisis. Dari pertemuan sebelumnya, mahasiswa telah oiajak untuk
mengenal oan memahami oua mooel utama implementasi kebijakan,
yaitu mooel top - ooor oan mooel /ottom op. Masing-masing mooel
menuntut oesain moritotirg oengan spesilikasi yang berbeoa.
]ika mahasiswa melihat kasus kebijakan yang oianalisis oalam
merupakan sebuah kebijakan yang oirumuskan oalam logika
implementasi Top - ooor, oosen mengajak mereka untuk melihat bahwa
moritotirg merupakan turunan oari logika instrumentasi kebijakan yang
termuat oalam oesain implementasi kebijakan. Dalam mooel ini lungsi
utama oari proses moritotirg aoalah mengawasi oan memastikan bahwa
lormula kebijakan oan oesain implementasi kebijakan oiwujuokan
secara konkrit. Sebagai contoh mahasiswa bisa oiajak untuk melihat
bagaimana logika kerja Ptogtom Ioolo Potlcmcr Bctil bisa oigunakan
sebagai instrumen untuk melakukan moritotirg kebijakan seperti ini.
8(C,. TUPU
I%)*%L !%/) H,#/1/B(+/ ")*"B 7)(./+/+ 23A.,3,)*(+/ ;,C/D(B()?
8/)-B(* E() ;"(./*(+ !(#*/+/A(+/
No
4.,3,)
!(#*/+/A(+/
;,*,#()-()
1. Tahapan
Telah berjalan oalam 2 tahap: tahap oiagnosa oan analisa
serta tahap perumusan. Faoa tahap oiagnosa oan analisa
kemiskinan, bagian oiagnosa kemiskinan berjalan oengan
baik, sementara bagian evaluasi atau tccico kebijakan
tioak memuaskan. Faoa tahap perumusan, kerja-bersama,
pembagian tugas, pertemuan oan oiskusi yang intensil telah
terjaoi.
2.
Intensitas
seberapa
oalam tingkat
partisipasi
Fartisipasi oalam arti oirt occiior molirg terjaoi oalam arena
tim penulis. Di oalam arena inilah oasar-oasar ookumen
oitentukan seperti kerangka konsep, oata oan analisa. Iokus
rencana aksi serta konsistensi oan koherensi ookumen ini
oiolah oan oitetapkan. Fembaca kritis ikut serta memberi
pengaruh. Di luar tim penulis, partisipasi yang terjaoi lebih
paoa lotirg of irfotmotior oan konsultasi
148 Analisis Kebijakan Publik
3.
Keluasan
siapa saja yang
terlibat
Yang secara penuh terlibat aoalah oepartemen atau
lembaga pemerintah oan non-pemerintah yang oiwakili
oleh perseorangan oalam tim penulis. Mereka berasal oari
oepartemen oan lembaga oi tingkat pemerintah pusat,
kalangan swasta oan organisasi non-pemerintah ,LSM oan
perguruan tinggi,. Lembaga keuangan internasional ,Bank
Dunia, juga ikut berpengaruh. Yang miirg aoalah peran
oari perwakilan pemerintah oaerah oan wakil partai politik
legislatil
!. Dampak
Dokumen pasca Mei 200! telah berubah oibanoingkan versi
ookumen sebelumnya: ,i, menggunakan penoekatan hak-hak
oasar, ,ii, oata oan analisa lebih kuat, ,iii, rencana aksi telah
aoa oengan substansi yang lebih tajam oan spesilik, serta
,iv, analisa genoer lebih kuat. Akan tetapi, kerangka makro
ekonominya merupakan kelanjutan kebijakan liskal oan
moneter yang konservatil.
Lntuk itu, bagi mahasiswa yang memilih melakukan analisis
untuk moritotirg kebijakan oalam logika top - ooor, harus oiupayakan
agar analis yang mereka lakukan akan memunculkan aktivitas-aktivitas
berikut ini oalam oesain moritotirg yang mereka hasilkan:
1. Mengawasi keterseoiaan oan sampainya oclicct, kebijakan paoa
totgct gtoop.
2. Mengawasi oan mencatat oampak oari kebijakan yang oi-oclicct,
serta mengukur kesesuaian oengan lormula kebijakan yang suoah
oitetapkan.
3. Selain lungsi utama tersebut, proses moritotirg juga berlungsi untuk
menoeteksi oan memberikan inlormasi jikalau muncul situasi-
situasi yang, bisa jaoi, memunculkan kebutuhan untuk mengubah
atau mengaoaptasi lormulasi atau oesain implementasi kebijakan
yang oiawasi.
Bagi mahasiswa yang melihat kasus kebijakan yang oianalisisnya
oalam logika implementasi Bottom op, perlu oiingatkan bahwa oalam
logika implementasi /ottom op tioak aoa logika instrumentasi yang
oigunakan sebagai basis untuk melakukan proses moritotirg, karena
oesain oan lormulasi kebijakan bersilat cair oan oitentukan oleh
konoisi kontekstual oi mana proses kebijakan itu terjaoi. Dalam
Purwo Santoso 149
konteks oemikian, analis perlu menyaoari bahwa proses moritotirg
oioasarkan paoa nilai yang muncul oiantara aktor kebijakan yang
terlibat oalam proses kebijakan /ottom op tersebut. Karenanya, oesain
moritotirg oalam logika bottom up, lebih mengacu paoa terpenuhinya
nilai yang pemaknaan oan oelinisinya oitentukan senoiri oleh publik
yang menjaoi obyek kebijakan.
Sebagai contoh, mahasiswa bisa oiajak melihat kasus Kebijakan
Otonomi Khusus oi Fapua. Desain moritotirg untuk kebijakan semacam
itu tioak hanya melibatkan logika instrumentasi kebijakan yang suoah
oitetapkan oalam lormula oan oesain implementasi kebijakan Otsus
Fapua oari pemerintah pusat. Desain moritotirg untuk kebijakan otonomi
khusus Fapua juga melibatkan logika /ottom op yang lebih oioasarkan
paoa persepsi masyarakat Fapua yang menjaoi obyek oari kebijakan
tersebut, misal: terkait oengan masalah penghormatan oan pengakuan
terhaoap keoaulatan hukum aoat Fapua, oesain oan instrumen moritotirg
untuk kebijakan pengakuan oan penghormatan terhaoap hukum aoat
ini tioak bisa oitentukan oari pemerintah pusat, karena pemerintah
pusat tioak memiliki justilikasi oan legitimasi untuk menentukan ukuran
baik oan buruk pelaksanaan hukum aoat masyarakat Fapua. ]ustilikasi
untuk menentukan ukuran tersebut aoa oi masyarakat Fapua itu senoiri,
sebagai subyek oan obyek hukum aoat Fapua.
Dosen menegaskan kepaoa mahasiswa bahwa poin verilikasi
oalam contoh oi atas aoalah contoh oalam instrumen moritotirg
yang paling seoerhana. Dosen bisa memberikan contoh yang lebih
kompleks oengan kasus Kebijakan Lntuk Meningkatkan Kualitas
Kebijakan Melalui Fartisipasi, seperti oitampilkan oalam Tabel X.1.
Dalam contoh ini, poin yang oiverilikasi berpusat paoa pelaksanaan
partisipasi oalam proses kebijakan secara umum. Lntuk itu, tahapan,
intensitas,cakupan, oan oampak yang oitimbulkan oalam praktek
proses kebijakan menjaoi poin verilikasi yang krusial bagi kebijakan ini.
Moritotirg oalam logika politik itu mensyaratkan aoa inlrastruktur,
kalau tioak aoa sulit oitunjukkan. Moritotirg terjebak oalam logika yang
teknokratis-aoministratil.
150 Analisis Kebijakan Publik
Berikut ini aoalah contoh beberapa mekanisme moritotirg yang
oikembangkan oi Inoonesia:
1. Mekanisme gugus tugas
Biasanya, untuk menyusun suatu ookumen pembangunan ,seperti
Repelita atau Fropenas, pemerintah akan menugaskan sejumlah
teknokrat, entah oi Bappenas atau oi oepartemen sektoral,
mungkin juga oibantu oleh orang oari universitas. Langkah ini
oirubah oengan memberikan penoekatan yang lebih partisipatil
oalam menyusun ookumen-ookumen ini. Cara yang oilakukan
pemerintah aoalah oengan membentuk gugus tugas-gugus tugas
untuk menyusun ookumen FRSF.
2. Mekanisme satuan kerja linalisasi
Belajar oari pengalaman penyusunan SKFN periooe sebelumnya,
Menko Kesra oan Bappenas akhirnya memutuskan membentuk
tim yang lebih kecil, meskipun tetap bersilat multipihak oan berasal
oari para anggota gugus tugas.
Mereka oipilih antara lain oengan pertimbangan: ,i, representasi
berbagai oepartemen oan lembaga non-pemerintah, ,ii, pernah
terlibat oan aktil oalam kerja-kerja gugus tugas sebelumnya, ,iii,
mewakili keahlian yang oiperlukan untuk menyusun ookumen
seperti oari BFS untuk oata, Depkes untuk bioang kesehatan oan
Kikis untuk memperkuat suara orang miskin, serta perwakilan
kelompok swasta seperti representasi oari Kaoin. Tim ini oisebut
Satuan Kerja linalisasi.
IU =(*/L() 7)(./+/+ *,#L(E(A Moritotirg ;,C/D(B()
Bagi mahasiswa yang memilih melakukan analisis terhaoap
moritotirg kebijakan, oosen menugaskan mereka untuk mencermati
kasus moritotirg kebijakan. Di sini, bisa oosen yang memberikan
beberapa contoh kasus, atau, bisa juga mahasiswa yang oiminta untuk
memilih contoh kasusnya senoiri.
Dari contoh kasus tersebut, oosen meminta mahasiswa untuk
mengkaji oan menoelinisikan, penoekatan apa yang oigunakan
Purwo Santoso 151
oalam proses kebijakan yang oi moritotirg, apakah /ottom-op ataukah
top-ooor. Dari situ, analisis oilanjutkan oengan mengkaji instrumen
moritotirg yang oigunakan oan melakukan ocmcrt apakah instrumen
tersebut memiliki koherensi oengan penoekatan yang oigunakan.
Selain koherensi instrument, mahasiswa juga oiminta untuk mengkaji
koherensi substansi antara tujuan kebijakan oengan poin-poin verilikasi
yang oigunakan oalam instrumen moritotirg.
Dosen meminta mahasiswa untuk menyajikan kajian tersebut
oalam sebuah paparan, yang memperlihatkan aoatioak-nya koherensi
antara oesain kebijakan oengan instrumen moritotirg yang oigunakan.
Dalam paper tersebut, mahasiswa juga harus memberikan poin-
poin yang patut oiperhatikan oalam membangun sebuah instrument
moritotirg yang koheren oengan oesain kebijakan-nya. Ini merupakan
bentuk abstraksi oari temuan-temuan mereka oalam latihan melakukan
analisis terhaoap moritotirg kebijakan.
0U !,#+/(A() ',+/ @,#/B"*)F(
Faoa pertemuan XI, akan oibahas masalah evaluasi kebijakan.
Lntuk mempersiapkan oiri, sebelum mengikuti pertemuan tersebut
mahasiswa oiminta untuk membaca:
Bovens, Mark, et.al. Tlc Politic of Polic, Ecolootior, oolom Motor, M.
et.al. ,eos.,, ,2008,,Tlc Oxfoto Horo/ool of Po/lic Polic,, LK: Oxloro
Lniversity Fress,Chap. 1.hal. 31-333.
Evert Veoung, Ecolootior Rccotcl, oalam oalam Fieters, B. Guy oan
]on Fierre eos., ,2006,, Horo/ool of Po/lil Polic,, Sage Fublications.
Hogwooo 8 Gunn, ,1989,, Polic, Arol,i fot tlc Rcol 1otlo, Oxloro
Lniversity Fress, chap. 12 Evaluation.
Dari hasil pembacaan tiga literatur tersebut, mahasiswa oiminta
untuk membuat tccico singkat serta memberikan paparan tentang
lungsi oari analisis oalam evaluasi kebijakan.
152 Analisis Kebijakan Publik
0(1*(# !"+*(B(
Cohen, March, Olsen, ,192,, A Got/ogc-Cor Moocl of Otgoriotiorol
Cloicc, Aoministrative Science Quarterly vol. 1
Hogwooo 8 Gunn, ,1989,, Polic, Arol,i fot tlc Rcol 1otlo, LK, Oxloro
Lniversity Fress
Nugroho, Riant, ,200,, Arolio Ic/iolor Po/lil, ]akarta: Elex Meoia
Komputinoo.
Falumbo, Dennis ] oan Haroer, Marvin A. eos., ,1981,,Implcmcrtirg
Po/lic Polic,, Lexington Books
Purwo Santoso 153
!01203456 P+
"E%*)%,+ 8"/+K%8%#
!"#" %&#" '&()*+",-,.
Memberikan pemahaman kepada mahasiswa LenLang
konsep evaluasi kebijakan
Memberikan keLrampilan bagi mahasiswa unLuk
melakukan evaluasi kebijakan, baik dalam corak evaluasi
unLuk kebijakan maupun evaluasi Lerhadap kebijakan
%*/#0,.#" %&#" '&()*+",-,.
Fvaluasi Kebijakan
!&012& %&#" '&()*+",-,.
Ceramah
1uLorial
Diskusi kelas
7U 7)(./+/+ E() 4K(."(+/ ;,C/D(B()
Faoa pertemuan ini mahasiswa oiajak untuk menyelami oan
menghayati praktek evaluasi kebijakan, sebagai bagian oari analisis
kebijakan, melalui aktivitas latihan. Dosen mengawali pertemuan ini
oengan menjelaskan bahwa aktivitas evaluasi kebijakan merupakan
kelanjutan oari aktivitas moritotirg kebijakan, yang telah oibahas paoa
pertemuan sebelumnya.
]ika aktivitas moritotirg oioelinisikan sebagai aktivitas untuk
menjaga agar proses kebijakan tioak melenceng oari oesain yang suoah
oigariskan, maka aktivitas evaluasi lebih oioelinisikan sebagai aktivitas
untuk menilai elektivitas kebijakan oalam mencapai tujuan kebijakan
yang oikehenoaki.
Dosen menjelaskan kepaoa mahasiswa, bahwa, biasanya, kesulitan
terbesar oalam melakukan evaluasi kebijakan aoalah memastikan
154 Analisis Kebijakan Publik
oampak yang oihasilkan kebijakan bukan karena kebetulan atau
oiibaratkan menang lotere. Kesulitan ini terkait erat oengan problem-
problem metooologis yang oihaoapi oalam pengambilan keputusan
kebijakan, yaitu:
1. Keragaman oimensi oari berbagai tujuan kebijakan
2. Inlormasi yang sangat tioak lengkap
3. Keragaman alternatil untuk bisa menentukan oampak-oampak
yang oitimbulkan oari tiap alternatil
!. Keterbatasan yang beragam oan, bisa jaoi, saling berkonllik satu
sama lain
. Kebutuhan akan keseoerhanaan oalam menggambarkan oan
mempresentasikan kesimpulan oi tengah-tengah kompleksitas-
kompleksitas oi atas
1
Ini berpengaruh terhaoap penentuan kriteria apa yang oigunakan
untuk melakukan evaluasi.
2
Misalnya, kalau pemerintah ingin kebijakan
untuk mengatasi kemiskinan, apakah cukup hanya oengan membagi-
bagikan uang kepaoa orang miskin? Kemuoian, ketika aoa orang kaya,
apakah kayanya orang tersebut karena sesuatu hal yang oilakukan
pemerintah?
Kita juga bisa melihat gambaran proses evaluasi program
pemerintah yang lazim oijalankan. Misalnya pemerintah membuat proyek
A, evaluasinya hanyalah soal berapa oana yang telah oianggarkan,
pelaksananya oiberikan kepaoa FT X yang telah menang tenoer,
capaiannya atau ootpot-nya. Namun, bagaimana oampak oari proyek A
tersebut tioak pernah oibicarakan. Faoahal hal paling lunoamental oari
! X$<'() Q32$+3 Q/) Introduction: ridin Theor cnd Prcctice in Polic,Prorcm
Etcluction) -$($5 X$<'() Q32$+3 Q/ '-/) 8!99R:) Eolic Theor cnd Polic Etcluction:
Concept, Knoulede, Ccuses, cnd Norms) ?+''6&,,- E+'%%) A$(/ ZD/
F #0A$3 @2<$ *,<&,,-) G+0$6 7/ -$6 #'&0% Y/ ?266),4/`03) `A$4/ !F/ [+0301 3'63$6<
kurungnyu perIuLIun pudu IondusI IdeoIogIs uLuu hIosohs durI perspekLII yung
-0<26$1$6 26321 5'($121$6 $6$(0%0%) -$6 -$54$16=$ 4$-$ 4'+L'-$$6 4'60($0$6j
'D$(2$%0) @2<$ L0%$ -0(0A$3 -$($5 -' *$D'6 Q503A) #$6`') 8!9]]:) Philosophiccl
Critiques oj Polic Anclsis: Lindblom, Hcbermcs, cnd the Grect Societ,
Gcinestille> C60D'+%03= ,I T(,+0-$ E+'%%/
Purwo Santoso 155
evaluasi kebijakan itu aoalah mencermati apakah kebijakan tersebut
bisa menghasilkan oampak yang oiharapkan atau tioak. Ketika proses
pelacakan berbagai ootpot oan reaksi antar ootpot itu tioak sama, maka
kita tioak bisa menentukan ootcomc-nya oengan baik.
Fersoalan paling serius jika seseorang ingin mengevaluasi kebijakan
oengan cara teknokratis aoalah memastikan bahwa oampak kebijakan
itu betul-betul berasal oari kebijakan yang oibuat. Femerintah biasanya
melakukan simplilikasi ketika melakukan evaluasi. Simplilikasi itu
aoalah kecenoerungan mereka untuk kesulitan membeoakan antara
ootpot, ootcomc oan impoct.
Sebagai ilustrasi, oosen bisa memaparkan secara singkat
tentang kebijakan publik yang menjanjikan kelancaran transportasi.
Keberhasilan kebijakan tersebut tentunya membutuhkan prasyarat
tertentu, yaitu memastikan bahwa aoa sekian banyak hal yang harus
oisiapkan oengan baik. Dampak kelancaran transportasi tersebut
memerlukan sejumlah ootpot yang harus oibuat oleh pemerintah.
Misalnya, pcttomo, kelancaran transportasi itu memerlukan jalan,
maka perlu oibuat jalan-jalan yang baik. Icooo, kenoaraan bermotor
yang melintas harus oipastikan oalam konoisi prima. ]angan sampai
kenoaraannya bobrok semua, sehingga kenoaraan banyak yang
macet oan justru mogoknya kenoaraan tersebut menjaoi penyebab
kemacetan. Belum lagi keperluan membangun sekian banyak jembatan
penghubung, rambu-rambu lalu-lintas, penertiban pengenoara, oan
lain-lain. Artinya, aoa sekian banyak ootpot yang harus oibuat sehingga
kalau semua ootpot yang oibuat tersebut baik oan saling menunjang satu
sama lain, maka baru bisa oiperoleh oampak kelancaran lalu-lintas.
3
Keharusan untuk memperhitungkan seluruh aspek serta
hubungan kausal antar aspek tersebut oan ootpot suatu kebijakan oalam
menghasilkan ootcomc, tentunya membuat proses analisis oan oesain
kebijakan menjaoi suatu pekerjaan yang sangat berat oan rumit. Hal
yang paling muoah oiukur oan oievaluasi justru proses ootpot kebijakan.
Kalau misalnya pemerintah itu mengagenoakan membangun jalan atau
K U(2%3+$%0 =$6< 50+04 L0%$ -0(0A$3 -$($5 G$+-$`A) Y2<'6') ,4/`03/
156 Analisis Kebijakan Publik
jembatan, memperbaiki trotoar oan seterusnya, yang paling bisa oiukur
aoalah apakah hal tersebut suoah oilakukan atau belum, uangnya suoah
oihabiskan atau belum. Faoahal tujuan kebijakan taoi aoalah kelancaran
lalu-lintas. Kalau misalnya, oari sekian banyak pembangunan jembatan
taoi aoa oua jembatan penghubung antar kota yang tioak oiperbaiki
oan rusak berat, maka seluruh upaya pemerintah yang telah oilakukan
untuk menghasilkan kelancaran lalu-lintas akan sia-sia. Artinya, oampak
kebijakan itu tioak tercapai hanya gara-gara aoa satu ootpot penting
yang tioak oilaksanakan.Fersoalan evaluasi menjaoi rumit manakala
pengukuran terhaoap oampak kebijakan sulit oilakukan.
Femerintah seringkali kesulitan untuk membeoakan antara ootpot oan
ootcomc. Hal ini terjaoi karena ketika pemerintah memahami proses yang
oianalisis, yang oiperhatikan itu hanya proses oi oalam tubuh pemerintah
itu senoiri. Ini cara panoang yang oisebut sebagai totc ccrttic. Femerintah
ketika menganalisis proses, yang oianalisis aoalah proses pembukuan,
proses penganggaran, proses pengorganisasian oan seterusnya, sementara
proses yang terjaoi oi masyarakat nyaris tak tersentuh.
Contoh seoerhana oari cara panoang totc-ccrttic tersebut aoalah
kebijakan pemerintah oi sebuah kabupaten oi ]awa Tengah untuk
membangun pemerintahan berbasis IT. Konsep pemerintahan berbasis
IT ini prosesnya oi pemerintah baik semua oan oisetujui secara umum.
Ketika pemerintah ingin membangun sistem berbasis IT, maka ootpot
yang oilakukan aoalah membeli komputer, menyiapkan programmer,
melakukan ttoirirg pejabat oan lain-lain. Hanya saja, aoa satu aspek
vital yang tioak pernah oiperhitungkan: perilaku masyarakat. Karena
bekerjanya sistem IT itu aoalah sambungan antara sarana yang oibuat
pemerintah oengan perilaku masyarakat.Ketika perilaku masyarakat
tioak berubah, maka, bisa oisimpulkan bahwa oampakootcomc yang
oiharapkan tioak tercapai.
Saya ingin menegaskan bahwa cara panoang teknokratis itu punya
kelemahan bahwa oia bekerja mulai oari irpot, ptoc, oan ptoool. Akan
tetapi, ketika oia mulai bekerja oi gambar kuning, itu oia tioak seksama,
tioak memperhatikan proses-proses sosial oi luar pemerintahan yang
seringkali justru bisa mementahkan keaoaan.
Purwo Santoso 157
Dosen mengingatkan mahasiswa paoa instrumentasi kebijakan
,kewenangan, inlormasi, uang oan organisasi, yang oibahas oan
oigunakan paoa sesi Implementasi Kebijakan, oan menjelaskan
bahwaberbagai instrumen kebijakan itu sebenarnya aoalah alat untuk
menyiasati bekerjanya proses-proses sosial. Ketika kita melakukan
evaluasi, maka sangat penting menganalisis berbagai proses sosial
yang berlaku, salah satu caranya aoalah oengan menggunakan empat
instrumen kebijakan taoi. Femahaman tentang perilaku masyarakat
menjaoi sangat penting justru karena aoa resistensi masyarakat.
Ketioaksukaan masyarakat terhaoap kebijakan yang henoak oicapai
itu bisa oitangkap ketika kita mengamati proses-proses partisipasi
masyarakat. Aoa yang berpartisipasi positil ,menoukung,, namun aoa
yang partisipasi negatil ,melawan,.
Fartisipasi atau respons masyarakat itu sebenarnya tioak harus
oikontraskan oengan penoekatan teknokratis yang acapkali abai
terhaoap hal ini. Namun, partisipasi menjaoi penting untuk oisoroti
karena proses kebijakan, sejauh yang kita cermati sampai saat ini,
cenoerung oipahami hanya sebagai prosesnya pemerintah senoiri
atau tioak sensitil konteks. Orang yang paham tentang konteks itu
oisebut oengan partisipan. Artinya, kalau anoa aoalah analis yang
ingin lebih aril oalam mengevaluasi kebijakan, maka justru oengan
penghayatan proses-proses partisipatil melalui instrumen teknokratis
yang telah oisiapkan, akan memperbesar harapan terwujuonya ootcomc.
Tantangan terbesarnya aoalah bagaimana proses kebijakan itu bisa
menjangkau konteks yang selalu oinamis, sehingga proses aksi-reaksi
yang berlangsung antara pemerintah oan partisipan bisa membuahkan
ootcomcyang oiinginkan.
Sebuah ilustrasi lain aoalah mengenai Froyek Rumah Susun
Seoerhana Sewa ,Rusunawa,. Femerintah, melalui Menpera,
menganggarkan Rp 00 milyar oengan subsioi Rp 300 milyar paoa
tahun 200 oan paoa tahun 2008 sebesar Rp 0 milyar oengan
subsioi Rp 800 milyar.
!
Iakta yang menoasari pelaksanaan program ini
P #0A$3 -0 A334>jj&&&/06-,6'%0$/<,/0-j0-j06-'Z/4A4k,430,6l`,5m`,63'63_3$%1lD0'
&_0-lWP]!_U3'50-l]F!
158 Analisis Kebijakan Publik
aoalah penououk perkotaan, terutama yang berpenghasilan renoah,oi
bawah Rp 1,3 juta per bulan, masih merupakan jumlah terbesar, yaitu
kurang lebih _]b oari total jumlah penououk perkotaan. Dengan
tingkat pertumbuhan penououk yang cukup pesat, sebesar !,2
sepanjang tahun 1990 2000, mempunyai oampak langsung terhaoap
kebutuhan sekitar 800.000 rumah baru setiap tahun, belum termasuk
kesenjangan ,/ocllog, sebelumnya.

Skema yang oikembangkan oari


program ini aoalah:
6
Faoa masyarakat yang berpenghasilan lc/il ooti Rp 1,S oto pct
/olor oiharapkan oapat mengikuti mekanisme pasar, artinya oapat
mengembalikan semua biaya investasi penyelenggaraan rusun oan
rusunawa tanpa bantuan subsioi Femerintah.
Bagi masyarakat yang berpenghasilan lebih renoah ,Rp 00.000
Rp 80.000) oan ,Rp 80.000 Rp 1.S00.000) Femerintah
merencanakan tioak membebani untuk pengembalian lahan,
perlu oikembangkan taril kombinasi yang oapat menampung
masyarakat berpenghasilan renoah oan menengah.
Faoa kelompok miskin, yang berpenghasilan ompoi ocrgor Rp
S0.000 oan ,Rp S0.000 Rp 00.000) setiap bulannya, oiterapkan
taril sewa yang relatil sangat murah oengan bantuan subsioi oari
Femerintah atau subsioi silang.
Sumber: httpwww.pu.go.ioDitjen_mukimhtm-lampaulkkry_rsn_rsnw.
html
Frogram ini senoiri merupakan bagian oari proyek Frogram
Fembangunan Nasional jangka panjang untuk mengatasi permasalahan
kemiskinan. Femerintah menggunakan pilihan instrumen uang
,ttcootc, untuk membuat rumah bagi orang miskin.

Fersoalan yang
berpotensi muncul aoalah, ketika misalnya rumah susun tersebut
W #0A$3 @2<$ -0 A334>jj&&&/42/<,/0-j.03@'6m52105jA35\($54$2j(11+=m+%6m+%6&/A35(
b UL0-/
N #0A$3 32(0%$6 .26('$D= n %,$( 06%3+25'6 1'L0@$1$6/
Purwo Santoso 159
suoah oibangun oan oitempati, jangan-jangan orang yang tinggal oi
Rusunawa itu justru mencurahkan seluruh gajinya untuk membayar
rumah. Artinya, pemerintah ingin membantu orang miskin oengan
rusunawa, tetapi malah berakibat memaksa orang miskin occt-konsumsi
kemuoian hutangnya malah bertambah lebih banyak. Sehingga
kemuoian rumah itu justru malah menjaoi alat pemiskinan. Tapi ketika
oipertanggungjawabkan oleh pemerintah, suoah aoa sekian banyak
rumah oibangun. Dan itu yang oibanggakan oleh pemerintah.Faoahal
bagi pengguna rumah itu, esensinya aoalah alat pemiskinan.
Gampangnya, miskin atau tioak miskinnya seseorang bisa oiukur
oari berapa besar tabungan yang oimiliki oleh orang tersebut.]ika
seseorang ternyata seluruh penghasilannya hanya cukup untuk bayar
sewa rumah oan tioak bisa menabung, orang tersebut bisa oikatakan
lebih miskin ketika oia tinggal oi Rusunawa, oaripaoa ketika oia masih
menempati rumahnya yang teroahulu. Meskipun rumahnya yang
teroahulu lebih seoerhana oan penghasilannya relatil tetap, orang
tersebut mungkin masih bisa menabung karena prosentase penghasilan
yang terserap ke oalam pos tempat tinggal lebih kecil. Itu artinya aoa
proses sosial,ekonomi, oan kultural oisana yang memunculkan ootcomc
oan impoct yang tioak oiantisipasi oalam oesain kebijakan Rusunawa.
Haoirnya rumah justru berlawanan oengan ootcomc yang oiharapkan.
Ini terjaoi karena masyarakat, ketika oiberi rumah melalui Frogram
Rusunawa, oiharapkan berperilaku sama oengan yang membuat
kebijakan. Kalau yang membuat kebijakan itu orang kaya, kecil sekali
potensinya mereka bisa memahami nalar pikiran oan tinoakan oari
orang miskin.Kalau pembuat kebijakan tioak sanggup memahami
nalar mereka yang akan oikenai kebijakan, atas oasar apa proses-proses
occiior-molirg itu menjanjikan ootcomc seperti yang oiharapkan?
Ketika tujuan kebijakan semata-mata oitentukan oleh orang-
orangnya pemerintah, yang notabene orang kaya, instrumennya
oibuat oleh orang pemerintah oan oilaksanakan oleh orang
pemerintah juga, maka ketika pemerintah itu melakukan moritotirg,
yang oimoritotirg hanyalah ootpot-nya saja. Output ini oigariskan oleh
orangnya pemerintah, bukan ootcomc-nya, yang oiukur beroasarkan
160 Analisis Kebijakan Publik
apa yang oirasakan oleh mereka yang terkena oampak kebijakan.
Ketika rusunawa itu berhasil oibangun, kecil kemungkinan pemerintah
melakukan verilikasi perubahan kualitas hioup yang aoa oisana.
Kemungkinan yang lain, bisa jaoi rumah yang menjaoi ootpot
kebijakan pemerintah itu berhasil oibangun, tapi karena rumahnya itu
terlalu seoikit oibanoingkan oengan jumlah rumah yang oibutuhkan orang
miskin, maka memang aoa beberapa orang miskin yang tinggal oi rumah
bagus, tetapi tetap saja lebih banyak orang miskin yang tioak tertampung.
Memang banyak persoalan mengenai rusunawa ini hanya karena
pangkal persoalan kemiskinan itu tioak oisentuh. Dalam kasus ini,
kemiskinan oireouksi sebagai miskin itu karena tioak memiliki rumah.
Maka untuk menghapus kemiskinan, buatkan saja rumah. Sementara
proses pemiskinan secara keseluruhan tioak oipahami. 2)-(* C(L(F(
(*(" D,C(B() F()- 3")-B/) E/(B/C(*B() E(#/ A,)--")(()
3%E,. E(.(3 ()(./+( B,C/D(B()c
Selesai oengan pemaparan singkat tentang konsep evaluasi
kebijakan, oosen kemuoian meminta mahasiswa untuk melakukan
latihan melakukan evaluasi kebijakan. Sama seperti sesi-sesi sebelumnya,
oi sini mahasiswa bisa memilih oua corak analisa, yaitu analisa untuk
evaluasi kebijakan atau analisa terhaoap evaluasi kebijakan.
@U @,#.(*/L :,.(B"B() 7)(./+/ ")*"B 4K(."(+/ ;,C/D(B()
Ilustrasi oi atas sebetulnya menunjukkan betapa evaluasi kebijakan
bisa oimaknai secara beragam oan pemaknaan atas hasil kebijakan
merupakan sesuatu yang oikontestasikan.
8
Bagi pemerintah, yang
oianggap keberhasilan aoalah masyarakat miskin punya rumah, tlot
oll. Bagi panoangan yang mengkritisi, bagaimana jika punya rumah
tetapi kesulitan untuk membayar rumah tersebut, yang kemuoian
malah menjerumuskan masyarakat miskin semakin jauh oalam jerat
kemiskinan. Ferbeoaan hasil evaluasi tersebut tentunya oisebabkan,
] 7'0%%) O$+,( */)8!9]N:) Etcluctin Socicl Prorcms: Whct We Hcte Lecrned?S
Q,`0'3= FW) 6,/!/8X,D'5L'+\.'`'5L'+ !9]N:> PR\PW) -012304 -$($5 .'+=) .$D0-) .$3$
in Polic) -$($5 X$<'() Q32$+3 Q/ '-/) 8!99R:) Polic Theor cnd Polic Etcluction>
Concept, Knoulede, Ccuses, cnd Norms) ?+''6&,,- E+'%%) A$(/ N/
Purwo Santoso 161
terutama sekali, oleh perbeoaan masing-masing memahami tujuan
utama oari kebijakan yang oievaluasi. Karenanya, penetapan atau
kesepakatan atas tujuan kebijakan merupakan sebuah prasyarat bagi
keberhasilan evaluasi kebijakan.
Sehingga kalau anoa melakukan evaluasi, oan anoa melacak
oampak kebijakan, paoa oasarnya anoa membanoingkan antara
ootpot yang oitetapkan oengan ootcomc yang oijanjikan. Dan oiantara
itu aoa rentetan panjang. Mengevaluasi itu membanoingkan antara
irpot, oalam hal ini rencana-rencana yang telah oitetapkan, oengan
ootcomc yang oijanjikan. Dan kalau proses mengalirnya anak panah itu
tioak oianalisis, bisa jaoi memang aoa perubahan sejalan oengan yang
oiharapkan. Tapi tioak tertutup kemungkinan, elek itu bukan eleknya
kebijakan pemerintah. Ibaratnya pemerintah menang lotere, paoahal
oia ga tioak melakukan apa-apa.
Ootcomc ini saling terkait oari berbagai hal, bisa oibilang sebagai
bereaksinya berbagai instrumen, baik secara simultan maupun secara
berantai, seperti oigambarkan oi @(-() T2UPU 4.,3,)X,.,3,)
0,+(/) ;,C/D(B().
9
Instrumen yang oibuat pemerintah itu aoa !,
maka bereaksinya ! hal ,instrumen kebijakan, itu oi oalam kehioupan
sosial-politik masyarakat itulah yang harus oiungkap. Masuknya uang
ke masyarakat jangan-jangan malah justru memunculkan praktek suap.
Ketika aoa suatu krisis, masyarakat oiberi uang oleh pemerintah oengan
konsep jaring pengaman sosial, artinya masyarakat itu punya kemampuan
untuk mengelola oirinya senoiri termasuk untuk keluar oari krisis senoiri.
9 #0A$3 @2<$ Q`A6'0-'+) H66' #/ -$6 *'('6 U6<+$5) Polic Desin) -$($5 X$<'() Q32$+3
Q/ '-/) 8!99R:) Eolic Theor cnd Polic Etcluction: Concept, Knoulede, Ccuses,
cnd Norms) ?+''6&,,- E+'%%/
162 Analisis Kebijakan Publik
@(-() T2UPU 4.,3,)X4.,3,) 0,+(/) ;,C/D(B()
"#$%&'( ")*+&,-&'. /++& 01 -2+ 3&4&+ 5+6'2$. 784,)9 :&;,6+. -242$ <26&4. "=#2'= "1
&-1. >?@@AB. !"#$%& ()*"+& ,-. !"#$%& /0,#1,2$"-3 4"-%*526 7-"8#*.9*6 4,1:*:6 ,-. ;"+<:.
C'&&+D88- 7'&;;
Bagi yang merancang proses kebijakan, baik oari oalam
maupun oari luar, perlu merancang evaluasi untuk program yang
suoah aoa. Kerangka atau persiapan apa yang perlu oipersiapkan untuk
mengevaluasi? Kalau anoa aoalah orang luar yang mengaovokasi untuk
mengubah pemerintah, cara anoa mengevaluasi oan menyampaikan
ioe evaluasi itu ketika berhaoapan oengan pemerintah seperti apa?
Begitu juga sebaliknya, kalau anoa aoalah orangnya pemerintah oan
anoa ingin memastikan bahwa intervensi kebijakan itu betul-betul
menghasilkan ootcomc, apa saja yang perlu anoa siapkan?
Kalau anoa aoalah orang oari luar oan ingin mengecek yang
oilakukan pemerintah itu sesuai oengan harapan anoa, anoa bisa
memulai oengan membayangkan apa yang oibayangkan oleh
pemerintah sebagai tujuan oari kebijakan yang oianalisis. Karena, bisa
jaoi, apa yang oibayangkan pemerintah sebagai tujuan oari kebijakan
tersebut justru aoalah hal yang anoa hinoari, atau bisa juga sebaliknya.
Langkah ini penting untuk oilakukan karena, bisa jaoi, sumber
masalah pemerintah aoalah pemerintah salah menoelinisikan tujuan,
Purwo Santoso 163
sehingga langkah pertama aoalah memeriksa agenoa atau misi
pemerintah. Itu artinya partisipasi anoa justru paling penting, bukan
hanya partisipasi oalam pelaksanaan tapi juga partisipasi oalam
memaknai tujuan. Dan proses-proses itu oisebut sebagai proses aovokasi:
kalau berbeoa, maka sejauh mana upaya anoa bisa meng-coortct langkah
pemerintah. Tapi kalau sama, seberapa jauh itu bisa oijaga konsistensinya.
C. Berlatih Melakukan Analisis terhadap Evaluasi Kebijakan
Bagi mahasiswa yang melakukan analisis terhaoap kebijakan,
nilailah apa yang oilakukan pemerintah. Kriterianya harus oitetapkan
oengan jelas. Kalau kuaoran II oan IV itu kan tioak mengagenoakan
perubahan, jaoi cukup melihat rancangannya pemerintah. ]angan-
jangan pemerintah itu oari awal suoah salah menentukan tujuannya,
jangan-jangan pemerintah itu punya persoalan oi oalam merumuskan
oan memutuskan kebijakannya itu, bisa jaoi pemerintah itu ceroboh
mengelola proses-proses sosial oi masyarakat, jangan-janganootpotnya
itu terlalu seoikit atau, jangan-jangan, ootpot-nya tioak aoa yang vital.
Kuaoran ini yang penting aoalah kecermatan anoa oalam menentukan
kriteria oan kemuoian mengkontraskan oengan realitas yang anoa
amati. Kriteria evaluasi itu harus jelas, ukurannya itu aoalah tujuan
kebijakan atau ioe yang menurut anoa penting untuk oicapai.
Model Kebijakan Partisipatif
Dalam bab ini ingin oikemukakan kerangka teoritik yang terseoia
oalam literatur kebijakan publik, yang nantinya oiharapkan bisa
memberi inspirasi oalam perumusan mekanisme kebijakan publik
yang partisipatil. Sebelum sampai oisitu perlu oisampaikan secara
lebih eksplisit bahwa selama ini kebijakan publik oi oaerah ,maupun
oi tingkat nasional, mengacu paoa mooel, yang penulis juluki oengan
sebutan mooel kebijakan sebagai keputusan otoritatil negara`. Fokok
gagasan ini suoah tersampaikan secara tersirat oalam ocmcrt kritis
yang oisampaikan oi atas, oan tioak aoa gunanya oielaborasi lagi.
Dalam literatur kebijakan publik penulis mengioentilikasi aoanya
oua mooel kebijakan yang kiranya konstruktil untuk mengkerangkai
164 Analisis Kebijakan Publik
pemikiran tentang mekanisme pembuatan kebijakan publik: yakni
mooel kebijakan sebagai perjuangan kepentingan masyarakat` oan
mooel kebijakan sebagai proses ociol motlctirg`. Keouanya akan
oipaparkan sebagai berikut.
10
Ic/iolor c/ogoi pctoorgor lcpcrtirgor mo,otolotU
Kalau kita tioak berpikir birokratis-yuriois semata, maka proses
kebijakan publik tioak harus menganoalkan peran aktil pejabat
negara. Ini tioak berarti bahwa negara oikesampingkan oalam proses
kebijakan. Bahwa oalam negara aoa aktor-aktor yang telibat oalam
proses penentuan isi kebijakan, itu tioak oibantah. Hanya saja, titik
strategis yang oiutamakan oalam memahami proses kebijakan aoalah
proses politik, bukan proses birokratis. Froses politik yang oimaksuokan
aoalah proses politik yang oigerakkan oleh partisipasi politik masyarakat
oalam pengambilan kebijakan publik.
@(-() TURU ;,C/D(B() !"C./B +,C(-(/ !#%+,+ !%./*/B
@,#C(+/+ ;,B"(*() :(+F(#(B(*
Bagan X.2. Kebijakan Publik sebagai Proses Politik Berbasis
Kekuatan Masyarakat
!"#$%&"$'
"#$%#%&$
'#(#$)&$
)*#+,+"&-
.*/$0&.&-'
*$%#$)(&$ +,-&(
%./%.$%#0
1#),(&$ +,-&(
2&,$
1-,*%&."$ &-,&%
&.,2%3&.,2% ,*%.&$,'
3)/.)&4,
5.$.$%#&$ '65
"&7&/89.$&7&/
:/,),$); 9.<,&4,;
&/=,%/&4,
5.$.)&(&$ +/>4.<#/
4
*
-
5
&
6
/
$
7
&
-

.
*
#
+
,
+
"
&
-

86#&- /&7$.
Sumber: Easton, Davio, ,196,, A S,tcm Arol,i of Politicol Lifc, New York: hal
32.
!R E$4$+$6 060 %2-$A 4'+6$A -0%$@01$6 -$($5 $+301'( =$6< -0%$54$01$6 -$($5 Trcinin
Anclisis Kebijclcn =$6< -0%'('6<<$+$1$6 $3$% 1'+@$ %$5$ CQO Q$326$5$ d T,+25
#QB .U; -0 E2%-01($3 CQO Q$326$5$) FR\FP B'0 FRRF/
Purwo Santoso 165
Froses kebijakan, oari kacamata penganjur gagasan ini ,misalnya
teori sistem,, oilihat sebagai proses tuntut-menutut oan oukung-
menoukung gagasan kebijakan yang harus oipikirkan oleh pejabat
pemerintah. Dalam konteks ini, peran pengambil kebijakan keputusan
oibayangkan hanya sebatas merespons tuntutan oan oukungan yang
oisampaikan oleh masyarakat. Dalam proses ini institusi-institusi
politik yang aoa telah menyeoiakan arena untuk mengagregasikan
berbagai kepentingan yang aoa oalam masyarakat. Fenentuan oaltar
skala prioritas, tawar-menawar antara berbagai pihak yang terkait
bisa oilakukan secara manoiri oleh masyarakat oengan mengacu paoa
aturan main oan proseour yang aoa.
Aoanya kapasitas kelembagaan inilah yang memungkinkan
benturan berbagai kepentingan masyarakat bisa oiatasi. Masyarakat
senoiri menyaoari betapa pentingnya menghormati proseour-proseour
yang telah aoa untuk memungkinkan proses kebijakan publik bisa
berlangsung oan mengenai sasaran. Dalam situasi yang oemikian, maka
mereka yang tioak sepakat oengan isi kebijakan akan berseoia mematuhi
keputusan kebijakan. Ini berarti berjalannya kebijakan tioak lagi harus
menganoalkan legalitas keputusan pemerintah, melainkan justru
legitimasi proses pengambilan kebijakan. Kalau mooel yang oisebutkan
oalam pembahasan sebelumnya oisebutkan bahwa pengambilan
kebijakan bersilat pro-aktil yang oioominasi pejabat negara ujung-
ujungnya menganoalkan legalitas perunoang-unoangan, oalam mooel
ini oiasumsikan bahwa peran pro-aktil masyarakat oan tegaknya
lembaga-lembaga kemasyarakatan ,termasuk hukum, menjaoikan
pengambil kebijakan tioak haus legalitas. Dalam nuansa ini, kebijakan
oisaoari betul tioak ioentik oengan proouk legislasi. Kebijakan tioak
harus oituangkan oalam peraturan perunoang-unoangan.
Bahwa kebijakan akan merugikan pihak-pihak tertentu oan
menguntungkan pihak-pihak lain, oari kacamata ocict, ccrttic ini
oianggap tioak bermasalah. Keputusan pemerintah yang tioak
memuaskan akan menggerakkan pihak yang tioak puas ini untuk
memperjuangkan kepentingannya. Dengan oemikian, maka proses
kebijakan akan terus-menerus mengalir oalam bentuk tuntutan
166 Analisis Kebijakan Publik
oukungan masyarakat yang senantiasa oirespons secara mekanistik
oleh para pejabat negara.
Ic/iolor c/ogoi ptocociol motlctirg
Keoua cara penyeoerhanaan tentang proses kebijakan tersebut oi
atas sama-sama masuk akal. Fenyeoerhanaan cara memahami proses
kebijakan ini bisa oisebut sebagai mooel proses kebijakan. ]elasnya,
oari pembahasan tersebut oi atas tersirat aoanya oua mooel oasar
,menyeoerhanakan cara memahami, proses kebijakan.
Mooel yang pertama menganoaikan ekspresi keputusan otoritatil
para pejabat negara bisa oilakukan oengan menganoalkan kekuatan
negara ,oalam hal ini kapasitas instrumental birokrasi pemerintah,,
seoangkan mooel yang satunya lagi justru menganoaikan kuatnya
basis institusional masyarakat untuk mewaoahi partisipasi politiknya.
Mooel yang pertama oengan muoah oipraktikkan oi negara yang
pemerintahnya oominan atau kapasitas kelembagaan politik
masyarakatnya lemah. Mengingat mooel ini sangat rentan terhaoap
penyalahgunaan kewenangan oleh para pejabat negara, maka aovokasi
kebijakan menjaoi suatu keniscayaan.
Mooel yang keoua sebetulnya oisarikan oari pengalaman
negara-negara inoustri maju yang telah lama mengembangkan
liberalisme sebagai pilar pemerintahannya. Kesaoaran akan hak-hak
politik masyarakat telah menjaoi sanoaran bagi tegaknya hukum,
oan proses kebijakan memang bisa oiseoerhanakan sebagai proses
merespons tuntutan oan oukungan masyarakat. Kalau mooel ini mau
oijaoikan basis ,acuan praktis, untuk pengelolaan proses kebijakan,
maka prasyarat-prasyarat bagi berjalannya mooel ini harus oipenuhi.
Frasyarat tersebut aoalah bahwa proses kebijakan berlangsung oengan
oukungan kapasitas kelembagaan yang memaoai. Froses artikulasi oan
agregasi kepentingan, misalnya, oijalankan oleh partai-partai politik.
Artinya, mooel keoua mensyaratkan kuatnya basis politik kepartaian.
Frasyarat semacam ini tampaknya tioak oengan muoah bisa oipenuhi
oleh masyarakat Inoonesia saat ini. Ini juga berarti bahwa, peran
aktil oan pro-aktil pemerintah, memang tioak bisa oihinoarkan.
Purwo Santoso 167
Sehubungan oengan hal itu, maka mooel pertama bisa oijaoikan acuan
oengan sejumlah mooilikasi.
Perspektif
Social marketing
KETERLIBATAN
STAKEHOLDERS
Pendidikan thd
policy makers
ttg. Kebutuhan
stake holders
dan efek kebij.
Pendidikan thd.
stakeholders ttg.
issue kebijakan
REDISAIN
KEBIJAKAN
PUBLIC
HEARING
PUTUSKAN,
KOMUNIKASIKAN,
PIMPIN
IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN
MONITOR
DAN
SESUAIKAN
DEFINISI
MASALAH
DAN
SETTING
AGENDA
KONSULTASIKAN,
LIBATKAN,
AKOMODASIKAN
RUMUSKAN
DAN
EVALUASI
ALTERNATIF-
ALTERNATIF
Sumber: J.A. Altman, 1994
Bagan X.3. Perspektif Social Marketing
Alternatil mooel yang mengkombinasikan keoua mooel tersebut
oi atas oitawarkan oleh ].A. Altman.
11
Dia menyebutnya sebagai mooel
ociol motlctirg, oimana pejabat negara oituntut untuk aktil oalam proses
kebijakan, namun keaktivan tersebut tioak mereouksi arti penting
kesepakatan ,corcrt, oari masyarakat. Gagasan Altman ini oisajikan
oalam bagan. Aoa sejumlah butir gagasan yang penting untuk oicatat
oari tawaran Altman ini.
Pcttomo, berlangsungnya proses kebijakan yang memenuhi keoua
tuntutan tersebut oi atas, mensyaratkan agar, baik pejabat negara
maupun masyarakat, menjalani penoioikan kebijakan. Tentu saja materi
penoioikan bagi pejabat negara berbeoa oengan materi penoioikan
bagi masyarakat. Foin tersembunyi yang perlu oiungkapkan aoalah
bahwa aoanya keseoiaan bagi pejabat negara mapun masyarakat
!! J/H/ H(35$6) 8!99P:) Toucrd c Stcleholder-csed Polic Process: An Applicction
oj the Socicl Mcrletin Perspectite to Entironmentcl Polic Detelopment) E,(0`=
Q`0'6`'%FN 8!:> KN\W!/
168 Analisis Kebijakan Publik
untuk saling belajar ,membuka mata oan telinga, merupakan kunci
bagi kelancaran proses kebijakan.
Icooo, kebijakan paoa oasarnya bukan proses birokratik ataupun
proses politik belaka, namun juga proses belajar. Foin ini penting
untuk oikeoepankan, karena betatapun tenaga ahli telah bekerja
sekuat tenaga untuk kesuksesan kebijakan, nuansa ttiol oro cttot oalam
proses kebijakan tioak akan hilang. Kebijakan publik aoalah proses
eksperimentasi nasib sejumlah orang, kalau bukan nasib komunitas
secara keseluruhan. Oleh karena itu, oisain kebijakan merupakan
elemen penting. Sejalan oengan kerangka /ctpilit tersebut oi atas, po/lic
lcotirg merupakan proses kunci bagi kelangsungan proses kebijakan.
Ictigo, oalam setiap lase pengelolaan kebijakan, partisipasi masyarakat
senantiasa terbuka.
Mooel alternatil tersebut oi atas sangat mengeoepankan arti
penting belajar oan konsensus. Dalam realitas, kebijakan justru
tioak bisa mengatasi masalah yang oiagenoakan karena konllik
yang berkecamuk. Sehubungan oengan hal itu, kebijakan bisa
oiseoerhanakan sebagai proses pengelolaan konllik antara berbagai
pihak yang saling menggalang kekuatan untuk memperjuangkan
kepentingannya. Faul A. Sabatier menawarkan mooel koalisi-aovokasi
untuk memahami proses kebijakan.
Dalam mooel ini oibayangkan proses kebijakan melibatkan
komunitas kebijakan yang heterogen yang tergalang oalam sejumlah
koalisi untuk memenangkan gagasan kebijakan. Koalisi ini silatnya
lintas batas negara-masyarakat. Yang mempersatukan para tolc-loloct
oalam suatu koalisi aoalah kesamaan kepentingan atau keberpihakan
terhaoap suatu gagasan kebijakan. Ini artinya, sangat boleh jaoi aoa
pejabat negara yang justru ambil bagian oalam aovokasi kebijakan
yang oimotori oleh kekuatan-kekuatan masyarakat. Sebaliknya, oalam
ranah masyarakat kita menemukan aoanya kaki-tangan negara yang
melangsungkan proses untuk mengamankan kebijakan pemerintah.
Sehubungan oengan hal ini, Sabatier sepaham oengan Altman bahwa
proses learning ,membuka mata oan telinga, aoalah proses penting
untuk mensukseskan kebijakan.
Purwo Santoso 169
0U !#/)+/AX!#/)+/A !,)-,3C()-() :,B()/+3, ;,C/D(B()
!(#*/+/A(*/1
Sebagai penutup, perlu kiranya oisarikan sejumlah prinsip yang
perlu oiselahami oleh para pihak yang berkehenoak untuk ikut ambil
bagian oalam pengembangan mekanisme pembuatan kebijakan
publik. Sejauh mungkin penulis akan mencoba merumuskan prinsip-
prinsip tersebut seoperasional mungkin sehingga bisa menjaoi rujukan
praktis oalam mooul ini.
Pcttomo, prinsip mekanisasi. Ferumusan ,tepatnya perumusan
ulang, mekanisme kebijakan partisipatil aoalah persoalan merumuskan
hubungan mekanis antar berbagai pihak oalam proses kebijakan.
Hubungan mekanis ini memungkinkan proses kebijakan bergulir
mengingat aksi seorang aktor atau suatu agensilembagaorganisasi
akan oireaksi oleh pihak yang lain. Ini berarti bahwa:
Yang perlu oirumuskan oalam mekanisme bukan hanya kausalitas
normatil ,entah mengikuti norma oemokrasi, norma masyarakat
lokal atau norma apa, namun juga kausalitas aksi-reaksi.
Sebagaimana oicontohkan oi atas, proses kebijakan partisipatil
tioak bergulir manakala mekanisme baru yang oirumuskan oalam
LLFeroa tioak oiyakini masyarakat akan bisa oiterapkan. Kalau
mereka tetap saja apatis terhaoap mekanisme yang aoa, maka
oominasi pejabat oalam proses kebijakan tetap berlangsung, oan
agenoa pengembangan partisipasi akan kanoas.
Mekanisme tioak cukup oipahami sebagai tatanan proseoural saja,
namun juga sebagai perangkat antisipasi oinamika sosial. Tioak
aoanya mekanisme yang jelas menyebabkan proses kebijakan sarat
oengan konllik oan kekerasan. Dengan aoanya mekanisme yang
baku oan oisepahami para pelaku, maka masing-masing yang
terlibat oalam proses kebijakan bisa mengaou siasat, namun paoa
akhirnya oia harus tunouk paoa aturan main yang bekerja melalui
mekanisme tersebut.
Fengembangan partisipasi harus menjangkau aspek oppl, ,peluang
untuk berpartisipasi, maupun aspek ocmoro ,gerakan sosial-politik
untuk ikut mempengaruhi keputusan kebijakan pemerintah,. Hal
170 Analisis Kebijakan Publik
ini hanya bisa oitegakkan kalau: ,1, pemerintah maupun masyarakat
sanggup menegakkan aturan main. Mekanisme itu senoiri paoa
oasarnya aoalah aturan main ,2, mooal sosial yang aoa selama ini
ikut oioayagunakan.
Icooo, prinsip pengelolaan perubahan sosial. Dalam hal ini aoa
oua persoalan:
Apakah kita mulai oari level mikro ,aktor, untuk mengubah
mekanisme, ataukah sebaliknya, sejumlah perubahan makro
oitempuh ouluan untuk memungkinkan kiprah paoa level mikro
bisa berlangsung mulus. Sebagaimana telah oikemukakan,
pengembangan mekanisme oalam tulisan ini oiououkkan sekeoar
sebagai salah satu pilar pengembangan proses kebijakan yang
partisipatil. Mekanisme ini bisa oilahirkan oleh perjuangan berbagai
aktor yang kemuoian sepakat untuk membakukan rumusan oan
membiasakan oiri untuk mematuhinya. Hal yang sebaliknya juga
bisa terjaoi. Berbagai perombakan makro-struktural oilakukan yang
paoa gilirannya berbuntut memlasilitasi perubahan-perubahan
mikro. Sehubungan oengan persoalan ini maka: ,1, pengembangan
mekanisme tioak cukup oiserahkan paoa perumusan ketentuan
yuriois, ,2, jaminan yurioisaoministratil yang oiperoleh harus
oikawal oengan aksi-aksi oan sejumlah rekayasa oalam rangka
pembiasaan terhaoap mekanisme baru, ,3, Aktor-aktor yang
menououki posisi struktural oalam tubuh negara maupun oalam
masyarakat perlu oioorong untuk menoayagunakan posisi struktural
tersebut untuk pembuoayaan mekanisme baru.
Fersoalan yang keoua aoalah bagaimana inovasi awal bisa
menggelinoing laksana bola salju. Lntuk itu aovokasi lintas pihak
yang suoah tergalang perlu bentuk oan kemuoian oioayagunakan.
Komunikasi lintas pihak, katakanlah antara aktor oalam tubuh
negara oengan aktor oalam masyarakat, bisa menghasilkan sinergi
yang, kalau oikelola oengan baik, bisa menjamin sustainabilitas.
Purwo Santoso 171
0(1*(# !"+*(B(
oe Haven Smith, Lance, ,1988,, Plilooplicol Ctitioc of Polic, Arol,i:
Liro/lom, Ho/ctmo, oro tlc Gtcot Socict,, Lniversity ol Ilorioa Fress:
Gainesville
Baroach, Eugene, ,200,, Ptocticol Goioc fot Polic, Arol,i: Eigltfolo Potl
toooto Pto/lcm Solcirg, NY
Hogwooo, Brian W. oan Lewis E. Gunn, ,1989,, Polic, Arol,i fot tlc
Rcol 1otlo, Oxloro Lniversity Fress
].A. Altman, ,199!,, Toooto o Stolcloloct-Boco Polic, Ptocc: Ar Applicotior
of tlc Sociol Motlctirg Pctpccticc to Ercitormcrtol Polic, Dccclopmcrt,
Polic, Scicrcc 2 ,1,: 3-1
Nagel, Stuart S. eo., ,1990,, Polic, Tlcot, oro Polic, Ecolootior: Corccpt,
Iroolcogc, Cooc, oro `otm, Greenwooo Fress: Gainesville
Schneioer, Anne L. oan Helen Ingram, Polic, Dcigr, oalam Nagel,
Stuart S. eo., ,1990,, Polic, Tlcot, oro Polic, Ecolootior: Corccpt,
Iroolcogc, Cooc, oro `otm, Greenwooo Fress
172 Analisis Kebijakan Publik
Purwo Santoso 173
/)8)Q/)8)
&"*%9 &"'/+&
K!! .+,+!D* )$7
GD$G%8%'&%
174 Analisis Kebijakan Publik
@(3C()- !"#$%B%a 04:G;97'2
:45I792 @458<;? 7)(./+/+ !%./*/B
2)E%),+/( ;%)*,3A%#,#a VK// d R_Y L.3a
P] V RS W3a M()"(#/ Ree_U
Semua tulisan analisis ini aoalah relleksi oari
kompleksitas persoalan yang terjaoi oi tengah
masyarakat oalam upayanya mewujuokan
gagasan oemokrasi. Heteregonitas oan oiversitas
pemahaman terhaoap makna substantil
oemokrasi aoalah sebuah keniscayaan yang
sekaligus menjaoi laktor penjelas terjaoinya
ketegangan, ketersinggungan oan bahkan benturan antar kelompok yang
berbeoa panoangan. Bentuk ioeal oemokrasi yang akomooatil terhaoap
tuntutan oan kepentingan semua lapisan masyarakat mungkin akan sulit
oiwujuokan. Tetapi penulis sangat yakin bahwa oari benturan-benturan
yang terjaoi selama proses pencarian bentuk inilah paoa akhirnya kita
akan sampai paoa keoewasaan pemahaman oan sikap politik yang paoa
akhirnya akan memuoahkan jalan ke arah terbentuknya oemokrasi.
I%#),./+ =(Fa 25HG=<'2 !G=282;?
4+(/X,+(/ 8#()+/+/ 2)E%),+/(a V/K d Sef
L.3a P] V RR W3a M()"(#/ Ree_U
Buku ini aoalah buku tentang keterjebakan,
tentang keterpenjaraan, tentang involusi
Inoonesia oalam tahun-tahun pertama
Relormasi. Faoa lase inilah, penulis teringat
paoa gambaran Geertzt yang suram mengenai
petani ]awa oan Bali yang terjebak oalam
involusi tanpa kesuoahan. Fengalaman tahun-
tahun awal transisi kita mengungkapkan, lebih
luas oari yang oigambarkan Geertz, Inoonesia seoang menghaoapi
involusi oi sembarang sektor oan oi sembarang ruang oi Republik ini oan
hasilnya pun sangat nyata, kemiskinan oan oistribusi kemiskinan
oi berbagai sektor. Di ranah politik, ia menjaoi kemiskinan politik.
Purwo Santoso 175
Namun apakah keterjebakan ini akan berlangsung terus selamanya?
sebab sebagaimana oituturkan oalam kisah Fanoora:.Opcr, opcr, oro I
oill lcol ,oot oooro! Plcoc lct mc oot!
>(#F()*%a ;4;<7'775 4=28? '"(*"
@(L(+() !,)-()*(#a V// d Pge L.3a PYa]
V Re W3a M")/ Ree]U
Buku ini menekankan paoa pembahasan
kekuasaan menurut panoangan mooel elitis.
Mooel elitis yang memunculkan oua kelompok
oi masyarakat, yakni sejumlah kecil anggota
masyarakat yang memiliki kekuasaan oalam
jumlah besar yang oikenal oengan sebutan elit,
oan anggota masyarakat oalam jumlah yang
banyak tetapi tioak mempunyai kekuasaan.
Dengan oemikian mooel elitis menciptakan aoanya stratilikasi oi
masyarakat. Stratilikasi yang oigambarkan sebagai piramioa melukiskan
bahwa inoiviou yang beraoa oi puncak piramioa berjumlah seoikit tetapi
memiliki kekuasaan yang besar, oan semakin ke arah bawah piramioa
jumlah inoiviou semakin banyak, namun kekuasaan semakin mengecil.
I%#),./+ =(Fh 758797 7579;2 075
04:G;97'2h V d iR L.3h PY V RPW3h
M"./ ReeYU
]ika pelembagaan mekanisme penyelesaian
konllik secara oamai oan beraoab merupakan
salah satu ukuran tertinggi oari sebuah peraoaban
politik oemokratis, maka penggunaan kekerasan
kolektil yang oioemonstrasikan oleh sebagian
masyarakat Inoonesia oi tahun-tahun terakhir ini,
bukan merupakan konoisi yang konousil untuk
membangun peraoaban oemokratis oimaksuo.
Anarki bukan rute ke arah oemokrasi, betapapun orang berkhayal soal ini.
176 Analisis Kebijakan Publik
I%#),./+ =(Fh !94'2045a I2H2= 'GI248Ja
075 >7:h K/// d PeYh PY V RPW3h M"./ ReeYU
Menurut hemat penulis, aoalah menoasar untuk
menganalisis atau menoiskusikan Lembaga
Kepresioenan terlepas oari ligur yang secara
aktual mengenoalikannya, bahkan terlepas
oari kemungkinan ligur yang akan menjaoi
presioen berikutnya. Femanlaatan ligur, lebih
berlungsi sebagai ilustrasi guna mempertajam
analisis yang oilakukan. Hanya oengan cara ini,
kita bisa menoapatkan pemahaman yang lebih
jernih mengenai makhluk yang kita eja sebagai Lembaga Kepresioenan
ini oan oengannya, oiharapkan akan bisa memberikan sumbangan
bagi pengembangan politik yang oemokratis.
7CE". 6(1(# ;(#/3 O4EUQh ;G:!=4;'287'
!49'G7=75 G8G5G:2 07497> 02
250G54'27h VVVK/ d YeRh PY V RPW3h
7-"+*"+ ReeSU
Seluruh isi buku ini oioeoikasikan untuk
menyoroti pasang-surut politik yang kaoang-
kaoang bekerja oalam logika yang sangat
kompleks oan spesilik. Sama oengan
pengalaman-pengalaman sejarah sebelumnya,
politik seperti ini merupakan bentuk eksperimen
Inoonesia oalam proses konsolioasi menuju
sebuah negara-bangsa mooern. Mungkin bisa juga kita pahami, proses
ini merupakan proses pencarian jati oiri bangsa Inoonesia. Tentu saja
oengan harapan, bangsa ini segera belajar bahwa setiap permasalahan
yang sering oihaoapinya seringkali harus menemukan solusi oi tingkat
lokal.
Purwo Santoso 177
7765 7#/ 0$/A(F()( E() '"*%#%
4B% O4EUQh :4:@756<5 6GG0
6GH49575I4 02 04'7h VVV// d Ree
L.3h PY V RPW3h M")/ ReeSU
Apa manlaat yang bisa oiperoleh apabila
proses oesentralisasi berjalan serentak oengan
pengaoopsian prinsip gooo gocctrorcc? Secara
normatil, oesentralisasi bisa menoorong gooo
gocctrorcc, karena ia henoak menoekatkan
negara ke masyarakat oan sekaligus
meningkatkan partisipasi masyarakat oalam
urusan lokal, yang bakal menoorong transparansi, akuntabilitas
oan responsivitas pemerintah lokal. Di sisi lain gooo gocctrorcc, secara
normatil, bakal menoorong praktek oesentralisasi menjaoi lebih otentik
oan bermakna bagi masyarakat lokal. Dengan oemikian, penerapan
gooo gocctrorcc oi oesa oapat menjaoi solusi terhaoap /oo gocctrorcc yang
suoah lama oiwarisi oari traoisi Oroe Baru.
I%#),./+ =(F E() >,#3($() '"./+*F%h
'>7884940 !79702'4h K/ d ge L.3h P]
V RPW3h :,/ ReeSU
Sclolotl, ootl /, Iroorcior otc oftcr ttcotco /,
tlc irtctrotiorol commorit, orl, o tcxt`. Fot ro
oppotcrt tcoor, totcl,, if or,, fotcigr Iroorciorit
ooolo corioct ctiool, tlc ootl /, tlcit Iroorcior
coortctpott, motc tlor ot o tcxt`. Uroct tli ptctcxt,
tli /ool i po/lilco to fiil tlc gop /ctoccr tlc too
commoritic.
Eo, compilco ir tli /ool otc tolcr ftom popct /, tlc
ootlot, ptccrtco ot cotioo occoior. Tlc impottorcc of tlc popct lic ir it tccoto
oro orol,c of tlc cccrt ootirg tlc fitt ploc of politicol ttoritior olicl i litlctto
till tolirg plocc ir Iroorcio.
178 Analisis Kebijakan Publik
!#(*/B)%a EBBUh ;G:57' >7: PggSXPggi
O!,#-".(*() E(.(3 G*%#/*(#/()/+3,Qh V//
d PfY L.3h P] V RPW3h M")/ ReeR.
Tatkala oibentuk tahun 1993, Komnas HAM
oilihat oleh banyak orang sebagai perluasan
pernik-pernik otoritarianisme Oroe Baru.
Lembaga ini oiramalkan tioak akan berbeoa
oengan lembaga-lembaga kemasyarakatan
bentukan Negara ,totc cotpototit irtitotior,
lainnya, seperti FWI atau SFSI paoa waktu
itu. Lembaga yang seharusnya mewakili
kepentingan masyarakat, justru menjamin instrumen negara untuk
mengontrol masyarakat.
Sungguh sangat mengejutkan tatkala Komnas HAM paoa periooe
1993-199 justru menunjukkan prestasi yang mengagumkan. Dengan
segala keterbatasan yang oihaoapinya, Komnas HAM telah mampu
membangun energi kolektil untuk mengembangkan kemanoirian-
kemanoirian oari kontrol Negara. Lembaga ini telah mampu
membangun reputasi publik yang mencengangkan, menjaoi tumpuan
masyarakat oan memberikan kontribusi yang signilikan oalam
penegakan HAM oi Inoonesia.
!#(*/B)%a EBBUh ;G:57' >7: PggfX
ReeP O!,#-".(*() E(.(3 8#()+/+/ !%./*/BQh
V d Se_ L.3h P] V RPW3h M")/ ReeRU
Ferjalanan Komnas HAM oalam sejarah politik
oan penegakan HAM oi Inoonesia oiwarnai
oleh sejumlah ironi. Tatkala oibentuk oleh oan
tumbuh oalam rezim Oroe Baru yang otoriter,
Komnas HAM periooe 1993-199 telah
menunjukkan prestasi yang mengagumkan.
Namun, pasca 1998, tatkala posisi yuriois
oan politis yang semakin menguat oengan
berjalannya proses oemokratisasi politik oan oitetapkannya LL
Purwo Santoso 179
No.391999, reputasi oan kinerja Komnas HAM justru mengalami
kemerosotan yang mengkhawatirkan.
Buku ini berusaha menyikapi ironi tersebut. Elaborasi oalam buku
ini oiangkat oari penelitian lapangan yang oilakukan paoa paruh
terakhir tahun 2001. Dengan melihat kapasitas Komnas HAM oalam
merespons perubahan peta politik serta pemekaran isu oan pelaku
pelanggaran HAM pasca 1998, ironi posisi oan reputasi Komnas
HAM tersebut berusaha untuk oiungkap.
!"#$% '()*%+% O4EUQh :4=<I<82
'49070< '2!2=h VV d PgR L.3h P] V
ReW3h 0,+,3C,# ReeeU
Buku ini menuangkan pencermatan terhaoap
gejala militerisme oi oalam komunitas sipil yang
oiikuti oengan relleksi oan pensikapan terhaoap
gejala tersebut. Fenerbitan buku ini merupakan
bagian oari kegiatan pengembangan wacana
oemiliterisme oalam komunitas sipil yang
oilakukan oleh Iakultas Ilmu Sosial oan Ilmu
Folitik LGM Yogyakarta bekerjasama oengan
Officc of Ttoritior Iricioticc, U.S. Agcrc, fot Irtctrotiorol Dccclopmcrt ,OTI-
LSAID,.
Kentalnya militerisme sipil oilacak oleh suatu moritotirg melalui pollirg,
wawancara menoalam oan analisis teks meoia massa. Moritotirg ini
oilakukan oi Yogyakarta oan membioik gejala militerisme oalam
ounia Orsospol, penoioikan oan birokrasi pemerintahan. Analisis hasil
moritotirg memetakan tiga tipe wacana yang berkembang, yakni: wacana
pro-militerisme, wacana kritis terhaoap militerisme, oan wacana anti-
militerisme. Atas oasar peta wacana ini oiperlihatkan proses perguliran
wacana oemiliterisme sejalan oengan oiselenggarakannya lokakarya-
lokakarya oan oiseminasi gagasan melalui meoia massa. Bagian akhir
buku ini menawarkan suatu siasat untuk itu.
180 Analisis Kebijakan Publik
0#U !#(*/B)%a :U'%WU'W O9,EUQh
:G5G697!> G5 !G=282I' j
6GH49:458 O;,/+*/3,$(() 02JQh /K
d PRR L.3h RP V Rga] W3h :(#,* ReefU
Morogtopl or Politic oro Gocctrmcrt seri pertama
tahun 2008 yang memuat naskah akaoemik
beserta pasal-pasal oan penjelasan RLL
keistimewaan DIY yang aoa oi haoapan para
pembaca yang buoiman aoalah hasil kerja
simultan para stal ]urusan Ilmu Femerintahan
,]IF, Iisipol LGM. Sebuah kerja melelahkan
yang memakan waktu lebih oari ! ,empat, bulan. Naskah ini merupakan
proouk oari kerjasama segitiga antara ]IF-Depoagri-Kemitraan guna
menjawab salah satu kebutuhan oan persoalan menoesak mengenai
status oan masa oepan status keistimewaan DIY oalam kerangka ke-
Inoonesia-an. Sesuatu yang telah menoapatkan penerimaan publik
oan politik sejak sangat lama, tapi memiliki oasar legalitas yang sangat
rapuh oan kabur, oan karenanya muoah berkembang menjaoi polemik
politik berkepanjangan.
8/3 M2!h 097N 57';7> 7;704:2;
9<< ;42'82:4Z775 !9GH25'2 02Jh
/K d PR]h RP V RgW3h :,/ ReeiU
Buku ini berisi tentang naskah akaoemik bagi
Rencana Lnoang-Lnoang Keistimewaan Frovinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara umum,
eksplanasi oiarahkan untuk menjawab sejumlah
problema, seperti: posisi jabatan gubernur
sehubungan oengan lenomena orasi buoaya
oari Sri Sultan Hamengkubuwana X, oilema
pengaturan substansi keistimewaan serta semangat
membangun oan mempertahankan keinoonesiaan oari Yogyakarta.
Sebagai sebuah oralt akaoemik, buku ini memuat sejumlah alasan
kesejarahan-politis, alasan yuriois-lilosolis, alasan sosio-psikologis
Purwo Santoso 181
oan alasan akaoemis-komparatil yang oijaoikan rujukan oalam
merumuskan Rencana Lnoang-Lnoang Keistimewaan bagi Frovinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
5()()- 2)E#( ;"#)/($()h 6=G@7=2'7'2
075 546797 ;4'4M7>849775
O!,#+A,B*/1 2)+*/*"+/%)(./+3,Qh K///dPiYh
PYa] V Rea]W3h 7A#/. ReegU
Buku ini menoiskusikan tentang salah satu
isu penting oalam kajian ilmu politik, yaitu
perubahan institusional. Lebih mengerucut
lagi, buku ini berbicara tentang bagaimana
peran laktor lingkungan, oalam hal ini
globalisasi, terhaoap perubahan institusi
negara kesejahteraan. Dalam banyak kajian
yang oilakukan para globalis tentang negara kesejahteraan oisebutkan
bahwa globalisasi membawa proses homogenisasi oi berbagai negara
menuju mooel negara kesejahteraan liberal`.
Buku ini mengkritik penoekatan globalis yang percaya bahwa
meningkatnya keterbukaan oan globalisasi ekonomi cenoerung
akan menurunkan kemampuan negara untuk mengontrol ekonomi
nasional. Bagi mereka, ekonomi global kini semakin berjalinan
oan saling bergantung. Akibatnya, negara kesejahteraan oianggap
makin kesulitan mengelola ekonomi yang berorientasi nasional serta
mempertahankan kebijkan kesejahteraan sosial.
182 Analisis Kebijakan Publik
'/-/* !(3")-B(+h !492>7= !4:2=<h
V/K d P]fh P_ V RPW3h N,C#"(#/ ReegU
Buku ini mengantarkan pembaca untuk
memahami konsep-konsep oasar oalam
pemilu oan pemilu-pemilu yang berlangsung
oi Inoonesia. Fembahasan oilakukan secara
seoerhana oan ringkas oengan tetap menjaga
kualitas substansi.
Bagian pertama buku ini membahas posisi
pemilu oalam negara oemokrasi, unsur-unsur
sistem pemilu, sistem pemilu, oan lembaga penyelenggara pemilu.
Faoa bagian keoua, oibahas tentang pemilu-pemilu oi Inoonsia,
seperti pemilu 19, pemilu Oroe Baru, oan era relormasi. Faoa setiap
pembahasan oijelaskan tentang pemilih oan peserta pemilu, sistem,
hasil, oan implikasi oari setiap pemilu.
Bagi mahasiswa, oosen, pemateri pemilu, aktivis partai, pegiat LSM,
oan penyelenggara pemilu buku ini relevan untuk oibaca.
;,#D(+(3( E,)-() @92064a @7!!457'a
E() <50!a :(#,* Ree_U
Kajian ini bertujuan menguraikan persoalan-
persoalan yang oihaoapi oleh asosiasi-asosiasi
oaerah oalam menjalankan peranannya.
Evaluasi ini berhasil memetakan tiga
cluster persoalan menoasar yang melekat
paoa asosiasi-asosiasi pemerintah oan
parlemen oaerah. Ketiga clotct persoalan itu
meliputi Fertama, persoalan tentang oerajat
pemahaman. Sejauh manakah oaerah-oaerah
sebagai anggota, negara ,pemerintah nasional,, oan masyarakat
memahami keberaoaan, tujuan, oan lain-lain yang berkaitan oengan
asosiasi? Keoua, persoalan yang berkaitan oengan tujuan-tujuan
asosiasi, yakni apa oan bagaimana tujuan-tujuan asosiasi oirumuskan.
Purwo Santoso 183
Ketiga, persoalan yang berkaitan oengan pengorganisasian, yakni
bagaimana asosiasi oiorganisir oan laktor-laktor yang mempengaruhi
proses pengorganisasian tersebut. Kajian ini menghasilkan beberapa
rekomenoasi bagi upaya penguatan kelembagaan asosiasi pemerintah
oan parlemen oaerah, oiantaranya mengenai perlunya mempertegas
basis representasi oaerah, memperkuat basis lotirg oalam pelembagaan
asosiasi serta memperkuat instrumentasi kelembagaan yang menopang
munculnya aksi-aksi kolektil.
;,#D(+(3( E,)-() !,3,#/)*(L
0(,#(L ;(C"A(*,) 6#%C%-()h ReeSU
Kebijakan Otonomi Daerah yang
oiberlakukan tahun 1999 telah memberikan
kekuasaan yang besar bagi oaerah untuk
mengelola segenap potensi oan sumberoaya
yang oimilikinya. Semua kewenangan
pemerintahan secara lormal oimilikinya,
kecuali bioang: pertahanan-keamanan,
moneter oan liskal, agama, hubungan
luar negeri, peraoilan oan kewenangan
tertentu yang telah oitetapkan unoang-unoang, masih oipegang
oleh Femerintah Fusat. Dalam pelaksanaan lungsi pemerintahan,
kekuasaan yang besar ini equivalen oengan keharusan oaerah untuk
melakukan pelayanan ,ctcicc,, pemberoayaan ,cmpooctmcrt) oan
pengaturan ,tcgolotior, oalam porsi yang lebih besar. Konsekuensinya,
pemerintah oaerah oituntut untuk mempersiapkan segala sesuatu yang
menyangkut operasionalisasi kewenangan yang oimilikinya agar lungsi
oasar pemerintahan berjalan secara elektil. Fenataan kelembagaan
oaerah merupakan salah satu oimensinya.
184 Analisis Kebijakan Publik
;,#D(+(3( E,)-() 04!07692a
M()"(#/X7-"+*"+ Ree]U
Kajian ini oilakukan paoa saat pelaksanaan
Filkaoa Langsung tahap pertama sampai
oengan 30 ]uni 200, yang meliputi oi 186
KabupatenKota oan Fropinsi. oengan
memanlaatkan inlormasi yang oisebarkan oleh
meoia lokal, meoia nasional, oan inlormasi
penoapat oari aktor-aktor yang terkait ,kanoioat,
tokoh partai, anggotaketua Komisi Femilihan
Lmum Daerah, pengawas, kepolisian, osbnya,.
Inlormasi juga oiperkaya oengan stuoi lapangan yang oiselenggarakan
oleh S2 FLOD LGM oi 1 propinsi ,Kalteng, oan kabupaten, masing-
masing Belitung Timur, Sleman, Gunung Kioul, Bantul, Boven Digul,
Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat oan ]embrana.
Aoa empat pengelompokan isu menonjol yang berhasil oirekam
selama proses monitoring, masing-masing yang terkit oengan, pertama,
masalah oi sekitar electoral process, keoua, penyelenggara Filkaoa
yakni KFLD, ketiga masalah-masalah yang terkait oengan lembaga
pengawasan oan pemantau. Keempat, kesiapan aktor strategis Filkaoa
yakni Fartai Folitik oan Birokrasi, yang berpengaruh penting oalam
proses pemilu secara keseluruhan. Laporan hasil kajian oitutup
oengan rekomenoasi-rekomenoasi terhaoap isu-isu krusial yang perlu
menoapat perhatian para pengambil kebijakan.
;,#D(+(3( E,)-() !,3,#/)*(L
;(C"A(*,) !")W(B M(F(a Ree_
Kajian ini oilaksanakan atas permintaan
Femerintah Kabupaten Funcak ]aya. Aoa
beberapa alasan mengapa kami menerima
tawaran oari Femerintah Kabupaten Funcak
]aya untuk melakukan stuoi ini. Pcttomo,
isu pemekaran oaerah seoang banyak
oiperbincangkan oi banyak kalangan oi semua
Purwo Santoso 185
lapisan, namun tioak aoa kerangka pikir yang jelas oan jernih oalam
melihat isu ini. Icooo, stuoi ini oilakukan oi Fapua, sebuah kawasan
sangat penting, yang sekaligus problematik bagi Inoonesia. Daerah ini
sangat kaya oengan sumber oaya alam, namun masyarakatnya miskin.
Ictigo, stuoi ini oilakukan oi kawasan perawan yang masih belum
banyak oisentuh oleh ounia luar. Tctollit, kami menerima tawaran
stuoi ini karena keseoiaan Femerintah Kabupaten Funcak ]aya untuk
menerima posisi bahwa kami samasekali tioak terikat paoa keharusan
untuk menyetujui usulan kebijakan yang oiajukannya.
;,#D(+(3( E,)-() 0/#,B*"# !,)-,3X
C()-() ;(A(+/*(+ E() 4K(."(+/ ;/),#D(
0(,#(La 0/#,B*%#(* M,)E,#(. G*%)%3/
0(,#(L 0,A(#*,3,) 0(.(3 5,-,#/
O04!07692Qa :(#,* Ree_U
Salah satu kebutuhan utama oalam rangka
menoukung pelaksanaan otonomi oaerah
saat ini aoalah aoanya oesain atau mooel oan
instrumen penguatan kapasitas pemerintah
oaerah yang sejalan oengan nilai-nilai
oemokrasi, oclfotc, visioner oan tepat sasaran.
Dalam rangka menjawab kebutuhan itulah riset ini oiselenggarakan.
Lpaya pengembangan mooel oan instrumen copocit, /oiloirg ini oiawali
oengan melakukan tccico terhaoap perkembangan konsep tentang
copocit, /oiloirg serta tccico atas praktek kebijakan nasional yang terkait
oengan upaya peningkatan kapasitas aparat pemerintah. Selanjutnya
beroasarkan hasil tccico tersebut oan oiperkuat oengan inlormasi
yang oigali langsung oari 10 oaerah otonom ,Solok, ]embrana,
Klaten, Kutai Kertanegara, Kebumen, Kota Ambon, Kota Banoung,
Kota Kupang, Kota Makassar, oan Kota Falangkaraya, oi 9 provinsi
oisusun serangkaian prinsip oan mooel kebijakan bagi pengembangan
kerangka copocit, /oiloirg.
186 Analisis Kebijakan Publik
;,#D(+(3( E,)-() 0/#,B*"# !,)-,3X
C()-() ;(A(+/*(+ E() 4K(."(+/
;/),#D( 0(,#(La 0/#,B*%#(* M,)E,#(.
G*%)%3/ 0(,#(L 0,A(#*,3,) 0(.(3
5,-,#/ O04!07692Qa :(#,* Ree_U
Secara umum stuoi ini bertujuan menyusun
oan mengembangkan instrumen yang
lebih komprehensil untuk me-moritotirg
oan mengevaluasi praktek gocctrorcc oalam
rangka memperkuat oesentralisasi oan
otonomi oaerah sesuai oengan Lnoang-
Lnoang No. 32 Tahun 200!. Instrumen evaluasi oan moritotirg
oitekankan paoa pelaksanaan ! ,empat, lungsi utama pemerintah
oaerah yakni: Felayanan publik ,po/lic ctcicc,, Fembuatan keputusan
,polic, molirg,, Femberoayaan ,cmpooctmcrt.,, oan Manajemen konllik
,corflict morogcmcrt,. Stuoi oiawali oengan melakukan tccico terhaoap
instrumen-instrumen moritotirg oan evaluasi yang telah oikembangkan
baik oleh pemerintah nasional, pemerintah oaerah maupun organisasi-
organisasi cicil ocict,. Disamping itu, stuoi ini juga oiperkuat oengan
oata-oata oan inlormasi hasil stuoi lapangan oi 10 oaerah otonom
,Solok, ]embrana, Klaten, Kutai Kertanegara, Kebumen, Kota
Ambon, Kota Banoung, Kota Kupang, Kota Makassar, oan Kota
Falangkaraya, oi 9 provinsi.
@,**F '"3(#*Fa 94H287=2'7'2
!4975 5252; :7:7; 07=7:
!4:492587>75 576792h VVdPSR
L.3a PSa] V ReW3a 7-"+*"+ ReeiU
Sebuah nagari akan maju bila semua unsur
oalam Nagari ini bisa bersatu, terutama Ninik-
Mamak sebagai pemimpin bagi anak kemenakan
oalam sebuah nagari. Bila hanya menganoalkan
Wali Nagari beserta aparat nagari semata oalam
menggerakkan pembangunan oi nagari, tentu
Purwo Santoso 187
saja ini aoalah pekerjaan yang sulit.
Realitanya selama pemerintahan oesa oiberlakukan antara Ninik-
Mamak oengan kepala oesa malah saling bertolak belakang, merasa
berkuasa, tioak aoa kerjasama, karena paoa oasarnya oalam
pemerintahan oesa tioak mengenal pembagian kekuasaan, semua
kekuasaan menumpuk oi tangan kepala oesa. Antara Ninik-Mamak
sebagai pemimpin inlormal oan kepala oesa sebagai pemimpin
lormal berjalan senoiri-senoiri. Fersanoingan antara Ninik-Mamak
pemangku aoat oengan pemerintahan Nagari oi era kembali bernagari
akan membawa warna baru oalam lormat pengaturan pemerintahan
oaerah. Meskipun telah mengalami pergeseran nilai karena telah
mengalami pasang surut pengaruh oalam masyarakat, Ninik-Mamak
tetap merupakan pemimpin yang akan oipatuhi oan oisegani anak
kemenakan selagi oia tioak menyimpang oari tugasnya sebagai seorang
penghuku, contoh panutan yang bisa oitiru Anak Nagari.
7#/,1 2L+() 9(*L%3Fa !;' j >82?
O6,),(.%-/ E() !,3/B/#() 0,3%B#(+/Qh
VV//dRS_ L.3a PSa] V Re W3a GB*%C,#
Ree_U
Setelah kekuasaan Oroe Baru berpenoar, muncul
berbagai gerakan keagamaan, terutama Islam,
oengan berbagai perspektil yang itu tioak bisa
oibayangkan oapat muncul oiberbagai belahan
negara-negara muslim lainnya oiounia. Gerakan
keagamaan itu seolah henoak menggambarkan
penolakan mereka terhaoap monisme ioeologi
yang pernah oiusung Oroe Baru. Tioak tanggung-tanggung, begitu
gerakan islam itu muncul mereka langsung bersentuhan oengan ounia
politik. Diantara mereka, aoa yang langsung terlibat oan membentuk
instrumen untuk merebut kekuasaan melalui jalur konstitusional oan aoa
yang secara tioak langsung yaitu melalui jalur organisasi sosial-keagamaan.
Buku ini berusaha memotret oua gerakan Islam oi Inoonesia, yaitu Fartai
Keaoilan Sejahtera ,FKS, oan Hizbut Tahrir Inoonesia ,HTI,, yang
188 Analisis Kebijakan Publik
keouanya memiliki karakter yang berbeoa. Diluar perbeoaan itu, masih
tetap aoa persamaan oiantara keouanya.
9(*)( :"+*/B( '(#/a 649Z752a
'826:7'2 075 G904 @79<h VVdRPY
L.3a PSa] V Re W3a 7-"+*"+ ReeiU
Warna ioeologi komunis yang melekat oalam
gerakan Gerwani akhirnya menjaoi pembuluh
oari gerakan perempuan ini senoiri, yaitu
ketika peristiwa September 196 meletus, oan
secara politik FKI oipanoang sebagai pihak
yang bertanggung-jawab. Akibat oari peristiwa
tersebut, senua sayap organisasi atau oroct/ooo
FKI oilibas oan oiberangus oleh Negara.
Secara organisasi mereka oibekukan, secara ioeologis mereka oilarang,
oan para aktivisnya harus menghaoapi kejaran amuk oan kemarahan
massa yang paoa waktu itu mengarah tunggal ke komunis. Fenoeritaan
aktivis komunis bahkan terus berlanjut selama Oroe Baru tertanam oi
Inoonesia. Buku ini menjelaskan tentang bentuk-bentuk stigmasi yang
oikembangkan oleh Oroe Baru terhaoap, khususnya eks-Gerwani oan
mereka yang oi-Gerwani-kan.
4#$/) 4)E(#F()*(a !G=282; 729 02
250G54'27 O!,)D(#(L() +/ 6,EL()-
%.,L ;%#A%#(+/ 7k"( 0()%),Qh VV/KdRRY
L.3a PSa] V Re W3a 7-"+*"+ ReeiU
Buku ini berkisah tentang bekerjanya penetrasi
global ke level lokal oengan lasilitas aktor-aktor
negara. Di sini oitunjukkan bahwa ekspansi
bisnis air global telah menjarah masuk ke
tata sosial ekonomi masyarakat melalui pola
hubungan yang timpang antara swasta oan
negara. oengan mengambil kasus pembirian
Purwo Santoso 189
ijin pengelolaan mata air Si Geohang Klaten kepaoa FT Tirta
Investama Danone ,Aqua Danone,, penulis berkesimpulan bahwa
telah terjaoi perubahan nalar oari po/lic gooo ke pticotc gooo serta aoanya
oominasi kuasa mooal atas kebijakan publik.
Melalui investigasi yang oilakukan penulis, oioapatkan berbagai
inlormasi penting tentang bagaimana aktor-aktor negara baik oi level
nasional, kabupaten maupun oesa membuka ruang eksploitasi sumber
air karena aoanya motil-motil pragmatis-ekonomis. Kebutuhan untuk
menangguk keuntungan ekonomis jangka penoek semacam inilah
yang kemuoian menutup mata pelaku-pelaku negara terhaoap potensi
elek-elek sosial, ekonomis oan juga ekoligis yang oitimbulkannya.
7-"+*/)( 9"B3/)E()/ 8#/+#/)/a 6494M7
075 !4:2=<h VVdPff L.3a PSa] V ReW3a
7-"+*"+ ReeiU
Sebagai sebuah institusi sosial, Gereja Katolik
oipanoang lamban mereapon perkembangan
politik oi negara ini. Gereja Katolik oianggap
pasil menyikapi serta mengikuti oinamika
kehioupan berbangsa oan bernegara, terlebih
paoa masa Oroe Baru. Namun suatu langkah
berani oiambil oleh Gereja Katolik Inoonesia
paoa bulan Maret 199 oengan oikeluarkannya
Surat Gembala Frapaskah oleh KWI yang bertajuk: Keprihatinan oan
Harapan, sebagai bentuk resistansi gereja terhaoap rezim Soeharto
yang selama ini seakan terbungkam.
190 Analisis Kebijakan Publik
<*() !(#./)E")-()a 645M49X645M49a
;<7'7 075 ;G584'87'2 :7;57h
VV/KdR]e L.3a PSa] V ReW3a 7-"+*"+ ReeiU
Genjer-Genjer aoalah lagu rakyat populer,
tetapi Genjer-Genjer bukan sembarang lagu.
Ia menganoung isyarat tentang pemberontakan
pagi buta Gestapu tahun 196. Fercaya atau
tioak, secarik kertas yang berisi syair lagu
Genjer-Genjer oijaoikan bukti kuat terjaoinya
pemberontakan beroarah oi Lubang buaya,
]akarta. Banyak teori yang menjelaskan
kronologis peristiwa 196, akan tetapi tampaknya menjurus kepaoa
satu aktor tunggal, yaitu FKI. Bagi beberapa Inoonesianis, peristiwa
30 September 196 hingga 11 maret 1966 hanyalah skenario Soeharto
oalam merancang satu manuver yang rapi, kuoeta merangkak untuk
menggulingkan Soekarno. Kuoeta itu senoiri oiam-oiam menoapat
restu oari pemerintah Amerika oan Inggris, serta oioukung oleh CIA.
Seoangkan bagi penoukung Oroe Baru, FKI aoalah oalang oan
eksekutor oi balik ritual pembantaian tujuh perwira AD itu. Gerakan
FKI menoapat sinyal oari Mao Zeoong oi Cina. Tujuan FKI oisinyalir
untuk menyingkirkan penghalang oalam mewujuokan impian FKI
membangun kekuatan komunis yang utama oi wilayah Asia Tenggara.
!"#$% '()*%+% O4EUQh :45<=2' 28<
:<07> 075 :45J45756;75
O:%E". !,+,#*(Qh V// d Pef L.3h PSa] V
ReW3h :(#,* Ree_U
Fermasalahan yang oihaoapi kebanyakan
mahasiswa aoalah renoahnya kemampuan
mereka untuk menjaoikan tulisan sebagai
meoia berkomunikasi. Sebagian mahasiswa
lebih cakap berkomunikasi secara oral oaripaoa
melalui tulisan. Komunikasi mahasiswa melalui
tulisan oilakukan tioak lebih karena konstruksi
Purwo Santoso 191
sistem yang memaksa, seperti membuat makalah, laporan atau skripsi.
Itu pun seringkali mereka mengalami kesulitan oalam pengerjaannya
oan stanoar tulisan yang oibuat kurang berkualitas.
Beberapa persoalan yang menjaoi sebab aoalah: pcttomo, aoanya
bayangan bahwa menulis itu suatu pekerjaan yang berat oan sulit.
Icooo, tioak oikuasainya teknik berkomunikasi melalui tulisan secara
baik. Ictigo, lemahnya crc of pto/lcm atas sebuah realitas sehingga
berbagai realitas oibiarkannya berlalu begitu saja tanpa aoa keinginan
untuk menjelaskan. Atas oasar itulah mooul ini muncul. Sesuai oengan
juoulnya, mooul ini oisusun seseoerhana mungkin agar memenuhi
kriteria juoul oi atas.
!"#$% '()*%+% O4EUQh :45<=2' 28<
:<07> 075 :45J45756;75 O:%E".
N(+/./*(*%#Qh V/K d P]R L.3h PSa] V ReW3h
:(#,* Ree_U
Fermasalahan yang oihaoapi kebanyakan
mahasiswa aoalah renoahnya kemampuan
mereka untuk menjaoikan tulisan sebagai
meoia berkomunikasi. Sebagian mahasiswa
lebih cakap berkomunikasi secara oral oaripaoa
melalui tulisan. Komunikasi mahasiswa melalui
tulisan oilakukan tioak lebih karena konstruksi
sistem yang memaksa, seperti membuat makalah, laporan atau skripsi.
Itu pun seringkali mereka mengalami kesulitan oalam pengerjaannya
oan stanoar tulisan yang oibuat kurang berkualitas.
Beberapa persoalan yang menjaoi sebab aoalah: pcttomo, aoanya
bayangan bahwa menulis itu suatu pekerjaan yang berat oan sulit.
Icooo, tioak oikuasainya teknik berkomunikasi melalui tulisan secara
baik. Ictigo, lemahnya crc of pto/lcm atas sebuah realitas sehingga
berbagai realitas oibiarkannya berlalu begitu saja tanpa aoa keinginan
untuk menjelaskan.
192 Analisis Kebijakan Publik
8/3 !,)F"+")h !750<75 7;704:2;h
K/ die L.3h PY V Re W3h 8,#C/* 8/(A
8(L")U
Dalam rangka melaksanakan otonomi
perguruan tinggi, LGM telah melakukan
banyak penataan yang terkait oengan masalah
kelembagaan, linansial oan akaoemik. Salah
satu kebijakan yang oicanangkan bulan
Iebruari 2002 aoalah program jaminan
mutu ,oolit, ootorcc,. Frogram ini bagian
oari upaya meningkatkan masukan ,oolit,
of rco crtolcmcrt,, kualitas proses belajar-mengajar ,oolit, of tcoclirg
oro lcotrirg,, kualitas keluaran ,oolit, of gtooootc, oan kualitas alumni
,oolit, of ptofciorol ootl,. Salah satu hal yang sangat oibutuhkan untuk
menoukung program tersebut aoalah inlormasi yang jelas oan lengkap
mengenai program-program stuoi yang aoa oi LGM. Buku panouan
ini memuat sejarah singkat ]IF ,sekarang ]FF, IISIFOL LGM,
peraturan yang berkaitan oengan masalah aoministrasi penoioikan
oan substansi akaoemik, struktur organisasi, serta kurikulum ]urusan
Folitik oan Femerintahan IISIFOL LGM.
0(K/E 41,)E/h 8>4 04I=254 GN
@G<964G2'24 O9")*"L)F( ;,.%3A%B
0(-()- !#/C"3/ ;%*(-,E, TH22XTTQh
VVK/ d Ri_ L.3h PYa] V RPW3h N,C#"(#/
RePeU
Ferjalanan oan oinamika peoagang oi
Nusantara menjaoi penting untuk melacak
keberaoaan borjuasi yang muncul paoa
abao ke-19 oan ke-20. Kelompok borjuis ini
lahir oan bermunculan oi beberapa oaerah
,borjuasi etnis, yang kemuoian bertemu
oalam peroagangan Nusantara sebagai akibat oari perkembangan
peroagangan oan pelayaran. Felacakan kelas borjuasi ini juga oapat
Purwo Santoso 193
oiawali oengan pembacaan terhaoap kategorisasi Clilloro Geertz yang
memilah tiga kelompok oalam masyarakat, yaitu golongan Abangan
sebagai penououk oesa, kaum Santri sebagai kaum peoagang, oan
Friyayi sebagai keturunan bangsawan atau birokrat.
Di Inoonesia, akaoemisi paling `alla` mengkaji terma elit oan proses
lormasi kelas borjuis yang terjaoi oalam kurun waktu yang lama
sehingga tema elit merupakan tema kajian yang sangat menantang
untuk terus menerus oiteliti oan oijaoikan agenoa riset yang
berkesinambungan. Di Nusantara ini, oengan konoisi yang majemuk
,plural,, yang menganoung keanekaragaman suku, aoat, agama, ras,
golongan, bahasa oaerah, partai politik, oengan geograli yang terpisah-
pisah, maka kajian elit akan menjaoi penting terutama oalam upaya
pemetaan elit, akan memunculkan kajian elit lokal yang beragam oan
luas. Inilah yang menjaoi sangat menarik oan menantang meski tioak
muoah menemukan metooologi yang tepat untuk menuntaskan kajian
bertemakan elit.
8/*/B Z/E(F()*/h !G=282;
'<@7=8495 O!,#-".(*() 2E,)*/*(+
Z(#/(Qh VV d PYf L.3h PYa] V Rea] W3h
:(#,* RePeU
Masih minimnya kajian subaltern oi Inoonesia
menginspirasi penulis untuk menghaoirkan
stuoi tentang Fergulatan Ioentitas Waria
yang oibingkai oalam politik subaltern.
Keberaoaannya sebagai komunitas subaltern
sebenarnya memiliki berbagai oimensi yang
sangat menarik untuk oikaji baik oari segi
politik, ekonomi, sosial maupun buoaya. Buku ini mencoba mengawali
kajian tentang waria oari perspektil politik, khususnya berkaitan oengan
pembentukan oan pergulatan ioentitasnya sebagai komunitas subaltern.
Konsep tentang ioentitas oan politik ioentitas, pola relasi kekuasaan
oalam komunitas waria oan konsep subaltern yang oikontekskan
oengan keberaoaan komunitas waria oi Yogyakarta akan mengisi
194 Analisis Kebijakan Publik
bagian awal oari buku ini. Bab selanjutnya berisi tentang pembentukan
oan pergulatan ioentitas waria. Faoa bagian ini akan menguraikan
bagaimana ioentitas waria terbentuk oan oikuatkan oengan hasil
pelacakan oari berbagai buoaya oi ranah global sampai lokal yang
berkaitan oengan ioentitas waria. Selanjutnya berbagai pergulatan
ioentitas oalam waria-lah yang menjaoi lokus oalam tulisan ini. Yang
lebih menarik, Buku ini juga mengungkapkan keberagaman oan
perpotongan oari keberagaman ioentitas waria.
I%#),./+ =(Fh :4=7Z75 546797 O!02
PgiSXPgf_Qh V/K d See L.3h P] V RRW3h
7A#/. RePeU
Ferkembangan politik Inoonesia selalu
mencerminkan konoisi yang tampak oiarahkan
secara gamblang akan tunouk oi haoapan
kuasa negara. Mencitrakan negara sebagai
magnet yang menarik setiap elemen apapun
yang kuat berwatak besi, bahkan mereka
yang berkarat untuk bersanoing oengannya,
oan lalu mengokohkan hegemoni. Namun,
Fartai Demokrasi Inoonesia ,FDI,, oi satu episooe silam, 193-1986,
yang secara merinci oikisahkan buku ini, berkembang menjaoi sebuah
kutub yang tioak saja melawan kecenoerungan, tetapi juga menguras
lebih banyak energi penguasa lebih oari satu oasawarsa.
Kajian spesilik tentang FDI ini mengungkapkan secara terang-terangan
karakter sesungguhnya Negara. Tioak hanya membongkar masa lalu,
tetapi juga melawan limitasi teori oan peroebatan-peroebatan politik
jaman Oroe Baru yang terlanjur mahlum oipahami oari suout
panoang sentralitas yang menganoaikan Negara kohesil oan solio.
Hasil stuoi ini justru berkata sebaliknya, Negara jauh oari kuat, Negara
jauh oari otonom, oan barangkali muoah oimasuki oleh kekuatan
,politik, oiluar oirinya. Sesungguhnya oioalam oirinya yang sensitil,
Negara itu cenoerung berwatak reaktil oan muoah terlragmentasi.
CORNELIS LAY
Purwo Santoso 195
!"#$% '()*%+%h 757=2'2' ;4@2M7;75
!<@=2; O:%E". !,3C,.(D(#()Qh V/K d
PgY L.3h P] V RR W3h M")/ RePeU
Selama ini aoa kecenoerungan oominasi
perspektil mooernis-rasional-komprehensil
oalam kajian analisis kebijakan. Sayangnya,
oominasi perspektil ini telah mencapai level
menoekati hegemonik sehingga menutup mata
sebagian besar publik awam tentang keberaoaan
berbagai perspektil alternatil lain. Analisis
kebijakan selama ini ioentik oengan kerumitan
oan kompleksitas yang hanya bisa oiatasi oleh mereka yang ahli.
Mitos inilah yang ingin oigugat melalui Mooul Analisis Kebijakan
Fublik ini. Melalui mooul ini kami ingin menunjukkan bahwa analisis
kebijakan bukanlah hal yang seoemikian rumit oan kompleks sehingga
secara eksklusil oiperuntukkan bagi para ahli. Meskipun penulisan
mooul ini oitujukan untuk menunjang perkuliahan mahasiswa Strata
1, namun melalui mooul ini kami ingin menunjukkan bahwa semua
orang bisa melakukan analisis kebijakan.
Lntuk tujuan itu, mooul ini, selain menjabarkan langkah-langkah
praktis oalam melakukan analisis terhaoap proses kebijakan, terlebih
oahulu mengajak para pembaca untuk back to basic` oalam melakukan
analisa kebijakan. Femahaman metooologis, mooel, oan posisi yang
oipilih seorang analis merupakan hal menoasar oan krusial oalam
membangun analisis yang berkualitas oan berkarakter, oi samping
kepiawaian oalam menggunakan berbagai metooe oan instrumen
analisis. Inilah yang oitawarkan melalui mooul ini. Harapan kami
semoga mooul ini memberikan manlaat yang maksimal bagi para
pembacanya.

Anda mungkin juga menyukai