Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena infeksi akut dengan virus hepatitis dimana terjadi peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi ini menyebabkan terbentuknya banyak jaringan ikat dan regenerasi noduler dengan berbagai ukuran yang dibentuk oleh sel parenkim hati yang masih sehat. Akibatnya bentuk hati yang normal akan berubah disertai terjadinya penekanan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena porta yang akhirnya menyebabkan hipertensi portal. Pada sirosis dini biasanya hati membesar, teraba kenyal, tepi tumpul, dan terasa nyeri bila ditekan (wordpress.com). Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada pasien yang berusia 45 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Di seluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan penyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang perawatan Bagian Penyakit Dalam. Perawatan di Rumah Sakit sebagian besar kasus terutama ditujukan untuk mengatasi berbagai penyakit yang ditimbulkan seperti perdarahan saluran cerna bagian atas, koma

peptikum, hepatorenal sindrom, dan asites, Spontaneous bakterial peritonitis serta Hepatoselular karsinoma (library.usu.ac.id). Di negara barat yang tersering akibat alkoholik sedangkan di Indonesia terutama akibat infeksi virus hepatitis B maupun C. Hasil penelitian di Indonesia menyebutkan virus hepatitis B menyebabkan sirosis sebesar 40 50 % dan virus hepatitis C 30 40 %, sedangkan 10 20 % penyebabnya tidak diketahui dan termasuk virus bukan B dan C (non B non C). Alkohol sebagai penyebab sirosis di Indonesia mungkin frekuensinya kecil sekali karena belum ada datanya (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006). Keluhan yang timbul umumnya tergantung apakah sirosisnya masih dini atau sudah fase dekompensasi. Selain itu apakah timbul kegagalan fungsi hati akibat proses hepatitis kronik aktif atau telah terjadi hipertensi portal. Bila masih dalam fase kompensasi sempurna maka sirosis kadangkala ditemukan pada waktu orang melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh (general check-up) karena memang tidak ada keluhan sama sekali. Namun, bisa juga timbul keluhan yang tidak khas seperti merasa badan tidak sehat, kurang semangat untuk bekerja, rasa kembung, mual, mencret kadang sembelit, tidak selera makan, berat badan menurun, otot - otot melemah, dan rasa cepat lelah. Banyak atau sedikitnya keluhan yang timbul tergantung dari luasnya kerusakan parenkim hati. Bila timbul ikterus maka sedang terjadi kerusakan sel hati. Namun, jika sudah masuk ke dalam fase dekompensasi maka gejala

yang timbul bertambah dengan gejala dari kegagalan fungsi hati dan adanya hipertensi portal (wordpress.com). Sirosis hati secara klinis dibagi menjadi sirosis hati kompensata yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata dan sirosis hati dekompensata yang ditandai gejala gejala dan tanda klinis yang jelas. Sirosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan satu tingkat tidak terlihat perbedaan secara klinis. Hal ini dapat dibedakan melalui pemeriksaan biopsi hati. Keseluruhan insidensi sirosis di Amerika diperkirakan 360 per 100.000 penduduk. Di Indonesia data prevalensi sirosis hati belum ada, hanya laporan laporan dari beberapa pusat pendidikan saja (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006). Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika dibandingkan dengan kaum wanita sekitar 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 49 tahun (library.usu.ac.id). Sirosis Hepatis merupakan penyakit yang memerlukan perawatan dan penanganan teliti. Kebanyakan yang terjadi pada pasien yang keluar masuk Rumah Sakit untuk melakukan pengobatan. Oleh karena itu peran perawat sangat diharapkan tidak hanya terhadap keadaan fisik pasien tetapi juga psikologis pasien. Perawat hendaknya menjelaskan bagaimana perawatan secara umum untuk penderita Sirosis Hepatis yang meliputi diit tinggi kalori

tinggi protein, untuk memberikan tenaga dan mempercepat proses kesembuhan. Selain itu pembatasan asupan lemak dan natrium juga dipertimbangkan untuk mengurangi kinerja hati serta mengurangi resiko edema dan asites. Latihan ringan dan istirahat di tempat tidur juga merupakan salah satu bentuk perawatan yang harus diperhatikan untuik meminimalkan terjadinya kelelahan. Perawat diharapkan dapat memberikan motivasi dan edukasi kepada pasien mengenai pentingnya kesadaran pasien terhadap proses

penatalaksanaan penyakit Sirosis Hepatis dengan mempertimbangkan aspek asuhan keperawatan yang lain. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan Sirosis Hepatis pada Tn. T. di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. T. dengan Sirosis Hepatis. b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. T. dengan Sirosis Hepatis. c. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada Tn. T. dengan Sirosis Hepatis. d. Mampu melakukan intervensi pada Tn. T. dengan Sirosis Hepatis.

C. Metode Penulisan Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode Studi Kasus, dengan pendekatan proses keperawatan guna mengumpulkan data, analisa data dan menarik kesimpulan untuk memperoleh bahan atau materi yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Sedangkan tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan adalah cara penelitian dengan

mengumpulkan data secara komprehensif untuk mendapatkan data atau bahan yang berhubungan dengan penderita Sirosis Hepatis dalam rangka mendapatkan dasar teoritis dengan jalan membaca buku catatan kuliah, makalah literatur, atau referensi. 2. Tinjauan kasus Dengan cara mengadakan observasi pada pasien yang di rawat di Ruang Penyakit Dalam C3 lantai 1 di Rumah Sakit dr. Karyadi Semarang khususnya pada penderita Sirosis Hepatis. 3. Dokumenter Dokumenter diambil dari catatan medis untuk menyesuaikan pelaksanaan kegiatan teori. Dengan tehnik studi dokumenter ini akan lebih mendukung pada data yang telah diambil dengan cara lain sebagai data yang diperoleh lebih bisa dipercaya.

4. Komunikasi dan wawancara Yaitu dengan mengadakan wawancara dengan penderita maupun keluarganya dengan tujuan untuk mengumpulkan data mengenai riwayat kesehatan pasien tersebut. D. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode dan Tehnik Penulisan. BAB II : Tinjauan Pustaka yang berisi Pengertian, Anatomi dan Fisiologi, Etiologi, Patofisiologi, Menifestasi Klinik, Komplikasi,

Penatalaksanaan, Pengkajian, Pemeriksaan Penunjang, Pathways Keperawatan serta Fokus Intervensi dan Rasional. BAB III : Tinjauan Kasus, Pengkajian, Pathways Keperawatan, Diagnosis Keperawatan, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi. BAB IV : Pembahasan yang berisi membahas kesenjangan antara BAB II dan BAB III. BAB V : Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai