Anda di halaman 1dari 41

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh.

Saleh Probolinggo

BAB 2 PEMERIKSAAN VISUAL PADA BAYI DAN ANAK BERDASARKAN KELOMPOK USIA 1. Pemeriksaan Visual Preverbal pada Bayi (usia 0-6 bulan) Pada dasarnya, oftalmologis sangat dibutu kan ke adirannya untuk menilai visus bayi terutama !ika bayi tersebut di"urigai memiliki masala pengli atan. #eorang bayi bisa sa!a susa memusatkan per atian, tidak mampu melakukan fiksasi atau mengikuti suatu ob!ek, atau punya kelainan pergerakan bola mata. $abel 1. Beberapa %etode dan Pemeriksaan Pengli atan yang dilakukan Berdasarkan &sia &sia ('emampuan) ( bulan ) * ta un $es yang sering digunakan - +bservastion (fi,ation, stability) 0 ta un ) ( ta un (verbally illeterate yaoung " ild) ( ta un 5 (literate " ild) +b!e"tion to o""lusion, "over test Visually dire"ted rea" ing +ptokineti" -istagmus (.esponse) 10-prism diopter test $ellar a"uity "ards, 'ellar " arts, /atford drum 'ay Pi"tures 1lleterate 2 # eridan 3ardner or 4+V$ mat" ing " arts #nellen " art 6ogmart " art "entration,

a. +ptokinetik -ystagmus 7dala respon fisiologis normal lapangan pandang ter adap benda dengan motif garis yang diputar8digerakkan. $es ini biasanya digunakan untuk anak usia 9 0 1

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

bulan. #timulusnya bisa berupa drum bermotif garis yang berputar, s"arf, atau layar televise yang diletakkan pada !arak 00-(0 "m dari anak yang akan diperiksa. $es ini dapat berupa garis ori:ontal dan verti"al yang bergerak dari kanan ke kiri dan sebaliknya, lalu atas ke ba;a dan sebaliknya. Pemeriksaan visus se"ara ob!ektif dengan nystagmometer berdasarkan ge!ala faal yang bernama <pursuit eye-movements iala ba ;a mata seseorang akan bergerak mengikuti suatu yang men!adi per atiannya bila benda itu bergerak. $es Pursuit dan Saccadic itu dapat dilakukan dan dinilai dengan "ara = ketika di adapkan dengan drum bermotif garis verti"al yang berputar maka mata akan mengikuti garis yang bergerak (pursuit), kemudian ketika garis tersebut suda berlalu, mata akan kembali ke garis asal (saccadic). #emakin ke"il ob!ek yang dapat menimbulkan gerakan bola mata yang mengikuti gerakan ob!ek bersangkutan, semakin baik pula daya pengli atan anak8bayi tersebut. b. &!i prisma 10 > 7dala u!i yang tepat digunakan untuk mengeta ui adanya fiksasi o"ular. &!i ini dapat dilakukan pada anak usia 6 bulan-16 ta un. 'etika anak melakukan fiksasi pada ob!ek yang ber!ara! 00 "matatu 0 m,sebua prisma 10 > diletakkan didepan mata dan digerakkan ke atas dan ke ba;a . Pemeriksa memper atikan gerak kedua bola mata, prisma tersebut. ". 'artu $ellar ($ellar 7"uity /ard) >ikembangkan ole >avid $ellar (?as ington &niversity), yaitu berupa

sebua seri kartu berukuran @1 , *@.@ "m yang diperli atkan kepada seorang anak, pada sala satu mata dengan kartu yang bergambar !eru!i. $es ini mengasumsikan ba ;a anak tersebut akan meli at ke sisi dengan !eru!i yang terli at !elas, atau dikenal !uga dengan <Aor"ed-preferential lookingB. $able *. 4ubungan Carak dan 'artu 7;al pada &!i 'eta!aman 'artu $ellar &sia (bulan) 0-0 (-6 D-1E Carak &!i ("m) 0E 0E @@ 'artu 7;al ("y"les8"m) 0,0* 0,6( 1,0 *

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

1F-06 G06

@@ E(

*,( *,(

.espon pengu!ian ter adap kartu $ellar dapat bervariasi, tergantung pada tingkat ketertarikan bayi8anak tersebut pada saat pengu!ian dilakukan. $e nik ini merupakan penilaian sub!ektif pemeriksa ter adap visus bayi, biasanya membutu kan 1@-(@ menit untuk mendapatkan perkiraan keta!aman. 7nak di dudukkan di depan pemeriksa. 'emudian anak8bayi di perli atkan serangkaian kartu abu-abu yang mengandung target kisi dengan berbagai frekuensi spasial. Pemeriksa kemudian memper atikan pola pergerakan mata anak melalui lubang yang ada pada kartu. 7gar tidak ter!adi positif palsu, biasanya pemeriksa akan memutar kartu tersebut se!au F0o kemudian 1E0o. Bila anak dapat meli at ke ara yang benar se"ara konsisten, teruskan u!i tersebut sampai pada kartu dengan kisi-kisi terke"il sampai tidak ada respon. Penilaian keta!aman dapat dinilai berdasarkan nilai yang tertera pada belakang kartu. *. &sia 6 bulan ) * ta un $es #$H/7. (# eridan $est for Houng / ildren and .etardates) $ e # eridan $est for Houng / ildren and .etardates (#$H/7.) terdiri dari serangkaian pemeriksaan bagi anak, yang mengungkapkan informasi mengenai I Perkiraan keta!aman pengli atannya Bidang pandangnya Persepsinya tentang bentuk $erdiri atas 0 sub-tes yang dapat dipergunakan yaitu I $es mainan miniatur, $es bola, dan $es uruf. Tes mainan miniatur terdiri dari dua perangkat mainan dengan ketinggian * in"i yang terdiri dari mobil, pesa;at terbang, boneka, kursi, pisau, garpu, dan sendok= dua perangkat mainan dengan ketinggian 0 18( in"i yang terdiri dari pisau, garpu dan sendok= dan sebua boneka dengan ketinggian @ in"i. %ainan-mainan ini disa!ikan kepada anak dari !arak tertentu yang berbeda-beda, mulai dari 0 meter. 'emampuan anak untuk men!odo kan dan mengenali barang-barang itu di"atat. Tes bola Sheridan dipergunakan untuk mengukur keta!aman pengli atan anak dan bidang pandangnya, dan dapat dilaksanakan dengan dua "ara I dengan 0

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

menggelindingkan bola atau dengan memberi tangkai pada bola itu. >alam tes bola gelinding, bola ber;arna puti dengan berma"am-ma"am ukuran besarnya digelindingkan di atas permukaan ber;arna itam di antara dua orang. Perilaku visual anak itu, yang duduk pada !arak tertentu dari kegiatan itu, diamati. 7nak dapat diikutsertakan dalam JpermainanJ itu dengan disuru menaru nya ke dalam sebua ember. >alam tes bola lainnya, sala seorang pengetes berdiri di belakang layar gelap dan menggerak-gerakkan bola puti (yang diberi tangkai) dari berbagai posisi dari tepi ke tenga -tenga layar. #atu variasi lainnya adala pengetes berdiri di belakang anak dan menggerakkan bola ke depan dari berbagai ara . >alam kedua "ara di atas, pengamat memper atikan pada titik mana dari bidang pandangnya anak itu meli at bola. $es ini dapat dipergunakan ter adap anak dengan usia mental 6-E bulan ke atas. Tes huruf Sheridan terdiri dari uruf- uruf ab!ad simetris terbuat dari plastik puti (misalnya 7, +, 4) yang arus di!odo kan ole anak dengan uruf- uruf pada kartu. 7nak tidak dituntut untuk menyebutkan nama untuk anak berusia (-@ ta un. 0. &sia 0-( ta un uruf- uruf itu, anya mengidentifikasi bentuknya dengan menun!uknya. $es ini lebi "o"ok digunakan memungut bola dan

a. $es 3ambar 'ay $es ini terdiri dari satu seri gambar yang menggambarkan bentuk benda-benda yang suda dikenal anak, misalnya kereta api, burung, sepatu atau ikan, dengan berma"amma"am ukuran yang mirip dengan ukuran uruf untuk !arak 6 - 60 meter pada #nellen " art.

b. 4+V$ $est $es ini menggunakan satu set flip " art <4+V$B. 'artu tersebut bisa diletakkan pada !arak 00 "m, 0 m, dan 6 m. 7nak tersebut diminta untuk memba"a uruf yang ditun!uk ole pemeriksa. 'eta!aman visualnya berkisar dari 6860 sampai 086. ". 1lletare 2 8 $ umbling 2

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

$es ini menggunakan uruf <2B, dimana anak tersebut diminta untuk menyebutkan ara uruf <2B yang ditun!uk, apaka ke araa atas, ba;a , kanan ataupun kiri. d. 6andlot </B $es ini menggunakan uruf </B, dimana anak tersebut diminta untuk menyebutkan ara uruf </B yang ditun!uk, apaka ke araa atas, ba;a , kanan ataupun kiri.

(.

&sia diatas @ ta un a. #nellen / art

111. -ear Visual 7"uity test -ear Visual 7"uity test merupakan pengukuran keta!aman pengli atan melalui ke!elasan pasien dalam meli at atau memba"a dalam !arak normal. -ear Visual a"uity test biasanya di"atat sebagai pengu!ian !arak dalam meter ter adap ukuran uruf yang diba"a, se ingga meng asilkan fraksi #nellen yang benar. %isalnya, !ika uruf pada " art (% diba"a pada (0 "m, keta!aman tersebut di"atat sebagai 0.(08(%, yang setara dengan *08*00 (6860) !arak keta!aman. #ebagai "onto kedua, !ika surat 1.6% diba"a pada *0 "m, keta!aman yang ter"atat sebesar 0.*081.6%, yang setara dengan *08160 (68(E) keta!aman !arak Penggunaan sistem % !uga memfasilitasi per itungan daya penamba an (yaitu, kekuatan dioptri" diperlukan untuk fokus pada !arak tertentu ). %isalnya, !ika pasien memba"a 0.(08(% dan ingin memba"a pada !arak 1%, dia arus menggunakan lensa pada !arak K dimana K ditentukan ole persamaan 0.(08(% L K81%. Pemea an persamaan untuk K meng asilkan K L 10"m 0.10% atau. 6ensa yang berfokus pada !arak ini adala 510 >.

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

1V. Penilaian Visus dengan pin ole

Pengukuran 'eta!aman pengli atan dengan pinole berguna untukk individu yang tidak memiliki !enis penyakit mata, pin ole dapat men!adi alat yang berguna untuk menentukan apaka kesala an ter!adi pada kelainan refraksi atau dari non refraksi. >iameter lubang !arum yang paling berguna untuk tu!uan klinis adala tidak lebi dari *,( milimeter. Pin ole efektif untuk kesala an refraksi dari plus sampai minus @ >ioptri. Pin ole meningkatkan keta!aman visual dengan mengurangi ukuran lingkaran blur pada retina yang mengakibatkan peningkatan keta!aman visual individu. -amun, !ika ukuran !arum lebi ke"il dari 1,* milimeter, efek fraksi sekitar tepi lubang benar-benar akan meningkatkan lingkaran kabur, menyebabkan visual line men!adi semakin kabur. 1ndividu dengan penyakit pada retina, serta mereka dengan penyakit mata lainnya yang mempengaru i pengli atan sentral, mungkin memiliki keta!aman yang sama atau ba kan berkurang bila meli at melalui pin ole. 4al ini karena gangguan tersebut mengurangi !umla "a aya yang masuk melalui pin ole membuat grafik kurang muda diba"a. &ntuk alasan ini, orang dengan penyakit okular tidak arus diberita u ba ;a peruba an koreksi tidak akan memperbaiki pengli atan mereka, anya didasarkan pada meli at mereka melalui pin olr. 6

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

V. >uo" rome test >uo" rome test digunakan dalam refraksi sub!ektif, biasanya dikenal sebagai tes dua ;arna . #ala satu bagian ber;arna ;arna selalu mera . Hang lain i!au atau biru. 7papun ;arna yang digunakan dalam tes, menandakan fakta ba ;a ketika meli at sebua ob!ek yang !au mata normal akan fokus pada bagian kuning dari spektrum yang terli at, se ingga mata dengan gangguan pengli atan (atau "a"at mis"orre"ted) mungkin mengalami bentuk " romati" aberration ( "a aya !atu tidak tepat pada retina). Prosedur 1. %enutup !alan satu mata. %atikan lampu kamar untuk melebarkan pupil, yang meningkatkan " romati" aberration mata. *. $anyakan pasienI J7paka "in"in 8 uruf 8 titik !elas dan pendukung pada mera atau i!au, atau mereka samaMJ Cika mereka sama, al ini menun!ukkan lingkup visi rompi tela diperole dan kesala an setidaknya adala pada retina. 0. Cika "in"in di i!au lebi !elas, tamba kan ditamba 50.*@ ># sampai 7nda mendapatkan keseimbangan. Per atikan kekuatan bola tamba an yang diperlukan untuk memperole keseimbangan. (. Cika "in"in pada !elas terli at mera , tamba kan dikurangi -0.*@ ># sampai 7nda mendapatkan keseimbangan, men"atat kekuatan tamba an yang diperlukan. @. Cika lebi diabaikan. 6. #ebelum penggunaanI !ika ke!elasan peruba an "in"in dari i!au ke mera dengan 50.*@ ># atau dari mera ke i!au dengan -0.*@ >#, 6angka selan!utnya %embiarkan pasien di i!au karena mereka akan mampu mengakomodasi memba;a sedikit ke retina. D. #etela penggunaan dan sebelum finalisasi refraksiI !ika ke!elasan peruba an "in"in dari i!au ke mera dengan 50.*@ ># atau mera ke i!au dengan -0.*@ >#, per atikan daya tamba an yang diperlukan bola untuk meninggalkan pasien Npada mera . J E. 3unakan kekuatan lensa tamba an yang disarankan ole tes duo" rome dan periksa apaka daya tamba an disukai ole pasien menggunakan teknik plus-minus penilaian visi terbaik bola. dari 5 8 - 0,@0 ># diperlukan untuk keseimbangan, ini biasanya arus mengindikasikan tes duo" rome tidak dapat diandalkan untuk pasien ini dan

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

BAB 3 AMBLIOPIA E

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

Definisi 7mbliopia berasal dari ba asa Hunani, amblyos yang berarti tumpul atau pudar, dan opia yang berarti mata. Cadi ambliopia berarti pengli atan yang tumpul atau pudar. @,F, 7mbliopia adala penurunan keta!aman pengli atan, ;alaupun suda diberi koreksi yang terbaik, dapat unilateral atau bilateral (!arang) yang tidak dapat di ubungkan langsung dengan kelainan struktural mata maupun !aras pengli atan posterior.1,6,D Epidemiolo i Am!liopi" Prevalensi ambliopia di 7merika #erikat sulit untuk ditaksir dan berbeda pada tiap literatur, berkisar antara 1 ) 0,@ O pada anak yang se at sampai ( ) @,0O pada anak dengan problema mata. 4ampir seluru data mengatakan sekitar * O dari keseluru an populasi menderita ambliopia.E 3angguan ini menyebabkan ke ilangan pengli atan pada kebanyakan populasi di ba;a umur (@ ta un dari semua bentuk penyakit mata termasuk trauma pada mata. #ebua penelitian yang dilakukan ole National Eye Institute menyatakan ba ;a ambliopia merupakan penyebab nomor satu ke ilangan pengli atan pada populasi berusia kurang dari D0 ta un.F Cenis kelamin dan ras tampaknya tidak ada perbedaan. &sia ter!adinya ambliopia yaitu pada periode kritis dari perkembangan mata. .esiko meningkat pada anak yang perkembangannya terlambat, prematur dan8atau di!umpai adanya ri;ayat keluarga ambliopia.F Kl"sifi#"si Am!liopi" 7mbliopia dibagi kedalam beberapa bagian sesuai dengan gangguan8kelainan yang men!adi penyebabnya.1 "$ Am!liopi" S%r"!ismi# 7mbliopia yang paling sering ditemui ini ter!adi pada mata yang berdeviasi konstan. 7mbliopia strabismik ditemukan pada penderita esotropia dan !arang pada mata yang eksotropia. 7mbliopia umumnya tidak ter!adi bila terdapat fiksasi yang bergantian, se ingga masing-masing mata mendapat !alan8 akses yang sama ke pusat pengli atan yang lebi tinggi, atau bila deviasi strabismus berlangsung intermiten maka akan ada suatu periode interaksi binokular yang normal se ingga kesatuan sistem pengli atan tetap ter!aga baik.1,F 7mbliopia strabismik diduga disebabkan karena kompetisi atau ter ambatnya interaksi antara neuron yang memba;a input yang tidak menyatu (fusi) dari kedua mata, yang ak irnya menyebabkan dominasi pusat pengli atan kortikal ole mata yang berfiksasi dan lama kelamaan ter!adi penurunan respon ter adap input dari mata yang tidak berfiksasi.1,F,10 F

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

Penolakan kronis dari mata yang berdeviasi ole bayangan foveal ole tamba an.1

pusat pengli atan binokular ini

tampaknya merupakan faktor utama ter!adinya ambliopia strabismik, namun pengaburan karena akomodasi yang tidak sesuai, dapat !uga men!adi faktor

4al tersebut di atas ter!adi sebagai usa a in ibisi atau supresi untuk meng ilangkan diplopia dan konfusi (konfusi adala meli at * ob!ek visual yang berlainan tapi ber impitan, satu di atas yang lain). 'etika kita menyebut ambliopia strabismik, kita langsung menga"u pada esotropia, bukan eksotropia. Perlu diingat, tanpa ada gangguan lain, esotropia primer-la , bukan eksotropia, yang sering di ubungkan dengan ambliopia. 4al ini disebabkan karena eksotropia sering berlangsung intermiten dan atau deviasi alternat dibanding deviasi unilateral konstan, yang merupakan PprasyaratP untuk ter!adinya ambliopia.1 !$ &i#s"si E#sen%ri# Aiksasi eksentrik menga"u kepada penggunaan regio nonfoveal retina terus menerus untuk pengli atan monokular ole mata ambliopia. Aiksasi eksentrik terdapat sekitar E0O dari penderita ambliopia. Aiksasi eksentrik ringan (dera!at minor), anya dapat dideteksi dengan u!i k usus, seperti visuskop, banyak di!umpai pada penderita ambliopia strabismik dan ilangnya ta!am pengli atan ringan. 1 #e"ara klinis bukti adanya fiksasi eksentrik, dapat dideteksi dengan meli at refleks kornea pada mata ambliopia tidak pada posisi sentral, dimana ia memfiksasi "a aya, dengan mata dominan ditutup. &mumnya ta!am pengli atan adala *08*00 (6860) atau lebi buruk lagi. Penggunaan regio nonfoveal untuk fiksasi tidak dapat disimpulkan sebagai penyebab utama menurunnya pengli atan pada mata yang ambliopia. %ekanisme fenomena ini masi belum diketa ui. 1 '$ Am!liopi" Anisome%ropi# $erbanyak kedua setela ambliopia strabismik adala ambliopia anisometropik, ter!adi ketika adanya perbedaan refraksi antara kedua mata yang menyebabkan lama kelamaan bayangan pada satu retina tidak fokus. Cika bayangan di fovea pada kedua mata berlainan bentuk dan ukuran yang disebabkan karena kelainan refraksi yang tidak sama antara kiri dan kanan, maka ter!adi rintangan untuk fusi. 6ebi ) lebi fovea mata yang lebi ametropik akan meng alangi pembentukan bayangan (form vision). 1,(,F 'ondisi ini diperkirakan sebagian akibat efek langsung dari bayangan kabur pada perkembangan ta!am pengli atan pada mata yang terlibat, dan sebagian lagi akibat kompetisi 10

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

interokular atau in ibisi yang serupa (tapi tidak arus identik) dengan yang ter!adi pada ambliopia strabismik. 1, >era!at ringan anisometropia yperopia atau astigmatisma (1-* >) dapat menyebabkan ambliopia ringan. %iopia anisometropia ringan (Q -0>) biasanya tidak menyebabkan ambliopia, tapi miopia tinggi unilateral (-6 >) sering menyebabkan ambliopia berat. 1 Begitu !uga dengan yperopia tinggi unilateral (56 >). $api pada beberapa pasien (kemungkinan onset-nya ter!adi pada umur lan!ut), gangguan pengli atannya adala ringan. Bila gangguan pengli atan sangat besar, sering didapat bukti adanya malformasi atau peruba an degeneratif pada mata ametropia yang menyebabkan kerusakan fungsional atau menamba faktor ambliopiogenik. 1 d$ Am!liopi" Isome%ropi" 7mbliopia isometropia ter!adi akibat kelainan refraksi tinggi yang tidak dikoreksi, yang ukurannya ampir sama pada mata kanan dan mata kiri. >imana ;alaupun tela dikoreksi dengan baik, tidak langsung memberi asil pengli atan normal. $a!am pengli atan membaik sesuda koreksi lensa dipakai pada suatu periode ;aktu (beberapa bulan). ' as untuk ambliopia tipe ini yaitu, ilangnya pengli atan ringan dapat diatasi dengan terapi pengli atan, karena interaksi abnormal binokular bukan merupakan faktor penyebab. %ekanismenya anya karena akibat bayangan retina yang kabur sa!a. Pada amliopia isometropia, bayangan retina (dengan atau tanpa koreksi retina) sama dalam al ke!elasan8ke!erni an dan ukurannya. 1 4iperopia lebi dari @> dan miopia lebi dari 10> beresiko menyebabkan bilateral ambliopia, dan arus dikoreksi sedini mungkin agar tidak ter!adi ambliopia. 1 e$ Am!liopi" Depri("si 1stila lama ambliopia ex anopsia atau disuse ambliopia masi sering digunakan untuk ambliopia deprivasi, dimana sering disebabkan ole kekeru an media kongenital atau dini, akan menyebabkan ter!adinya penurunan pembentukan bayangan yang ak irnya menimbulkan ambliopia. Bentuk ambliopia ini sedikit kita !umpai namun merupakan yang paling para dan sulit diperbaiki. 7mbliopia bentuk ini lebi para pada kasus unilateral dibandingkan bilateral dengan kekeru an identik. 1,F 7nak kurang dari 6 ta un, dengan katarak kongenital padat8total yang menempati daera sentral dengan ukuran 0 mm atau lebi , arus dianggap dapat menyebabkan ambliopia berat. 'ekeru an lensa yang sama yang ter!adi pada usia G 6 t n lebi tidak berba aya. 1 7mbliopia oklusi adala bentuk ambliopia deprivasi disebabkan karena penggunaan 11

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

patch (penutup mata) yang berlebi an. 7mbliopia berat dilaporkan dapat ter!adi satu minggu setela penggunaan patchin ringan pada kelopak mata. 1,F P"%ofisiolo i Pada ambliopia didapati adanya kerusakan pengli atan sentral, sedangkan daera pengli atan perifer dapat dikatakan masi tetap normal. #tudi eksperimental pada binatang serta studi klinis pada bayi dan balita, mendukung konsep adanya suatu periode kritis yang peka dalam berkembangnya keadaan ambliopia. Periode kritis ini sesuai dengan perkembangan sistem pengli atan anak yang peka ter adap masukan abnormal yang diakibatkan ole rangsangan deprivasi, strabismus, atau kelainan refraksi yang signifikan.1 #e"ara umum, periode kritis untuk ambliopia deprivasi ter!adi lebi "epat dibanding strabismus maupun anisometropia. 6ebi lan!ut, ;aktu yang dibutu kan untuk ter!adinya ambliopia ketika periode kritis lebi singkat pada rangsang deprivasi dibandingkan strabismus ataupun anisompetropia. Periode kritis tersebut adala I 1,E,F 1. *. 0. Perkembangan ta!am pengli atan dari *08*00 (6860) inga *08*0 (686), yaitu pada saat la ir sampai usia 0 ) @ ta un. Periode yang beresiko (sangat) tinggi untuk ter!adinya ambliopia deprivasi, yaitu di usia beberapa bulan ingga usia D ) E ta un. Periode dimana kesembu an ambliopia masi dapat di"apai, yaitu se!ak ter!adinya deprivasi sampai usia rema!a atau ba kan terkadang usia de;asa. ?alaupun mekanisme neurofisiologi penyebab ambliopia masi sangat belum !elas, studi eksperimental modifikasi pengalaman dalam meli at pada binatang dan per"obaan laboratorium pada manusia dengan ambliopia tela memberi beberapa masukan, pada binatang per"obaan menun!ukkan gangguan sistem pengli atan fungsi neuron yang dalam8besar yang diakibatkan pengalaman meli at abnormal dini. #el pada korteks visual primer dapat ke ilangan kemampuan dalam menanggapi rangsangan pada satu atau kedua mata, dan sel yang masi responsif fungsinya ak irnya dapat menurun. 'elainan !uga ter!adi pada neuron badan genikulatum lateral. 'eterlibatan retina masi belum dapat disimpulkan. 1 #istem pengli atan membutu kan pengalaman meli at dan terutama interaksi kompetitif antar !alur pengli atan di kedua mata pada visual korteks untuk berkembang ingga de;asa. Bayi suda dapat meli at se;aktu la ir, tapi mereka arus bela!ar bagaimana menggunakan mata mereka. %ereka arus bela!ar bagaimana untuk fokus, dan bagaimana "ara menggunakan kedua mata bersamaan. 1 1* unilateral pada anak usia Q * ta un sesuda men!alani operasi

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

Pengli atan yang baik arus !erni , bayangan terfokus sama pada kedua mata. Bila bayangan kabur pada satu mata, atau bayangan tersebut tidak sama pada kedua mata, maka !aras pengli atan tidak dapat berkembang dengan baik, ba kan dapat memburuk. Bila al ini ter!adi, otak akan PmematikanP mata yang tidak fokus dan orang tersebut akan bergantung pada satu mata untuk meli at. 1 )e*"l" Klinis 7mbliopia pada satu mata (seperti dalam ambliopia anisometropik dan strabismik) biasanya anya menimbulkan sedikit ge!ala karena pasien biasanya memiliki keta!aman visual yang baik pada mata normal. %asala yang paling signifikan biasanya ter!adi akibat penurunan stereopsis, yang dapat mengakibatkan gangguan dalam berbagai kegiatan dan kurang efisiennya pengli atan dalam melakukan berbagai kegiatan seperti mengemudi dan kegiatan yang memerlukan koordinasi antara mata dan tangan. *,F Di" nosis 7mbliopia didiagnosis bila terdapat penurunan ta!am pengli atan yang tidak dapat di!elaskan, dimana al tersebut ada kaitan dengan ri;ayat atau kondisi yang dapat menyebabkan ambliopia. 1,* A$ An"mnesis 7da ( pertanyaan penting yang arus kita tanyakan dan arus di!a;ab dengan lengkap apabila kita menemukan pasien yang menderita ambliopia, yaitu I 1 1. *. 0. (. 'apan pertama kali di!umpai kelainan ambliogenikM (seperti strabismus, anisometropia, dll) 'apan penatalaksanaan pertama kali dilakukanM $erdiri dari apa sa!a penatalaksanaan ituM Bagaimana kedisiplinan pasien ter adap penatalaksanaan ituM

Ca;aban dari keempat pertanyaan tersebut akan membantu kita dalam membuat prognosisnya ($abel 1). +"!el ,$ &"#%or Primer -"n Ber.u!un "n den "n Pro nosis Am!liopi" Onse% "m!rio eni# Onse% +er"pi /ele# s0d Sed"n "nom"li6a ir s8d usia * t n G0 t n Sed"n s0d B"i# * s8d ( t n 1 s8d 0 t n B"i# s0d Sempurn" ( s8d D t n R1 t n 10

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

Minus onse% Anom"li Ben%u# d"n'oreksi #e!er."sil"n %er"pi "1"l d"ri'ema!uan minimal

optikal 'oreksi optikal S'oreksi optikal penu V7 Patchin 'ema!uan Patchin V7'ema!uan V7 signifikan akomodasi, koordinasi mata-tangan S fiksasi 7danya stereoposis S alterasi 6umayan s8d "ukup /ukup s8d sangat patu

sedang (moderate) 6ati an

Kep"%u."n $idak s8d kurang V7 I Visual a"uity ($a!am Pengli atan)

#ebagai tamba an, penting !uga ditanyakan ri;ayat keluarga yang menderita strabismus atau kelainan mata lainnya, karena al tersebut merupakan predisposisi seorang anak menderita ambliopia.1,*,E Arekuensi strabismus yang Pdi;ariskanP berkisar antara **O - 66O. Arekuensi esotropia diantara saudara sekandung, dimana pada orang tua tidak di!umpai kelainan tersebut, adala 1@O. Cika sala satu orang tuanya esotropia, frekuensi meningkat ingga (0O. (1nformasi ini tidak mempengaru i prognosis, tapi penting untuk keturunannya). 1 B$ +"*"m Pen li."%"n Penderita ambliopia kurang mampu untuk memba"a bentuk8 uruf yang rapat dan mengenali pola apa yang dibentuk ole gambar atau uruf tersebut. $a!am pengli atan yang dinilai dengan "ara konvensional, yang berdasar kepada kedua fungsi tadi, selalu subnormal. 1 $ela diketa ui ba ;a penderita ambliopia sulit untuk mengidentifikasi uruf yang tersusun linear (sebaris) dibandingkan dengan uruf yang terisolasi, maka dapat kita lakukan dengan meletakkan balok disekitar uruf tunggal (3ambar 1). 4al ini disebut !ro"din Phenomenon# 1,*,E,10

1(

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

)"m!"r ,$ Balok interaktif yang mengelilingi uruf #nellen $erkadang mata ambliopia dengan ta!am pengli atan *08*0 (686) pada uruf isolasi dapat turun ingga *08100 (6800) bila ada interaksi bentuk (countour interaction)# Perbedaan yang besar ini terkadang mun"ul !uga se;aktu pasien yang sedang diobati kontrol, dimana ta!am pengli atannya !au lebi baik pada uruf isolasi daripada uruf linear. +le karena itu, ambliopia belum dikatakan sembu ingga ta!am pengli atan linear kembali normal. 1 %enentukan ta!am pengli atan mata ambliopia pada anak adala pemeriksaan yang paling penting. ?alaupun untuk mendapatkan asil pemeriksaan yang dapat diper"aya sulit pada pasien anak ) anak, tapi untungnya penatalaksanaan ambliopia sangat efektif dan efisien pada anak ) anak. 1 7nak yang suda mengeta ui uruf balok dapat di tes dengan karta #nellen standar. &ntuk -onverbal #nellen, yang banyak digunakan adala tes P2P dan tes P4+$VP. $es lain adala dengan simbol 627 (3ambar * ). Bentuk ini muda bagi anak usia T 1 ta un ( todler), dan mirip dengan konfigurasi uruf #nellen. /aranya sama dengan tes 4+$V. 1

)"m!"r 2. #imbol 627

2$ Neur"l Densi%- 3ND4 &il%er +es% $es ini digunakan untuk membedakan ambliopia fungsional dan organik. Ailter densitas netral ('odak -o.F6, -> *.00 dan 0,@0) dengan densitas yang "ukup unruk menurunkan ta!am pengli atan mata normal dari *08*0 (686) men!adi *08(0 (681*) ditempatkan di depan mata yang ambliopik. Bila pasien menderita ambliopia, ta!am pengli atan dengan ->A tetap sama dengan visus semula atau sedikit membaik. (3ambar 0). 1,E Cika ada ambliopia organik, ta!am pengli atan menurun dengan nyata bila digunakan filter, misalnya *08100 (6800) men!adi itung !ari atau lambaian tangan. 'euntungan tes ini 1@

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

bisa, digunakan untuk screenin penyebab ambliopia tidak !elas. 1

se"ara tepat sebelum, diker!akan terapi oklusi, apabila

)"m!"r 3 . $es Ailter >ensitas -etral Ke%er"n "n 5 7. Pada saat mata yang se at ditutup, filter ditempatkan di depan mata yang ambliopik selama 1 menit sebelum diperiksa visusnya. B. $anpa filter pasien bisa memba"a *08(0 /. >engan filter, visus tetap *08(0 (atau membaik 1 atau * baris) pada ambliopia fungsional >. Ailter bisa menurunkan visus 0 baris atau lebi pada kasus-kasus ambliopia organik D$ Menen%u#"n Sif"% &i#s"si Pada pasien ambliopia, sifat fiksasi arusla ditentukan. Pengli atan sentral terletak pada foveal= pada fiksasi eksentrik, yang digunakan untuk meli at adala daera retina parafovealal ini sering di!umpai pada pasien dengan strabismik ambliopia daripada anisometropik ambliopia. Aiksasi eksentrik ditandai dengan ta!am pengli atan *08*00 1((6860) atau lebi buruk lagi. $idak "ukup kiranya menentukan sifat fiksasi anya pada posisi refleks "a aya korneal. Aiksasi didiagnosis dengan menggunakan visuskop dan dapat didokumentasi dengan kamera fundus Ueiss. $es lain dapat dengan tes tutup alternat untuk fiksasi eksentrik bilateral. 1 "4 Visus#op Visuskop adala oftalmoskop yang tela dimodifikasi yang memproyeksikan target 16

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

fiksasi ke fundus (3ambar () %ata yang tidak diu!i ditutup. Pemeriksa memproyeksikan target fiksasi ke dekat makula, dan pasien mengara kan pandagannya ke tanda bintik itam (asterisk). 1

)"m!"r 6 . Visuskop Posisi tanda asterisk di fundus pasien di"atat. Pengu!ian ini diulang beberapa kali untuk menentukan ukuran daera fiksasi eksentrik. Pada fiksasi sentral, tanda asterisk terletak di fovea. Pada fiksasi eksentrik, mata akan bergeser se ingga asterisk bergerak ke daera ekstrafoveal dari fiksasi retina. 1 !4 +es +u%up Al%ern"% 3Al%ern"% 2o(er +es%4 un%u# &i#s"si E#sen%ri# Bil"%er"l Aiksasi eksentrik bilateral adala suatu kelainan yang !arang di!umpai dan ter!adi pada pasien ) pasien dengan ambliopia kongenital keduabela mata dan dalam al ini pada penyakit makula bilateral dalam !angka lama. %isalnya bila kedua mata ekstropia atau esotropia, maka bila mata kontralateral ditutup, mata yang satunya tetap pada posisi semula, tidak ada usa a untuk refiksasi bayangan (3ambar @). $es visuskop akan menun!ukkan adanya fiksasi eksentrik pada kedua bela mata. 1,*,E

1D

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

)"m!"r 7 . Aiksasi 2ksentrik Bilateral 2$2$8$ Pen"%"l"#s"n""n Pada kebanyakan kasus, ambliopia dapat ditatalaksana dengan efektif selama satu dekade pertama. 6ebi "epat tindakan terapeutik dilakukan, maka akan semakin besar pula peluang keber asilannya. Bila pada a;al terapi suda ber asil, al ini tidak men!amin pengli atan optimal akan tetap berta an, maka para klinisi arus tetap ;aspada dan bersiap untuk melan!utkan penatalaksanaan ingga pengli atan PmatangP (sekitar umur 10 ta un).1 7mbliopia anisometropik diterapi dengan koreksi refraksi ka"amata atau lensa kontak. 'ontak lensa tela dengan menggunakan banyak digunakan untuk pengobatan

ambliopia anisometropik myopia. Beberapa pasien, terutama orang de;asa, mengoreksi kelainan refraksi dengan "epat untuk meng indari ter!adinya diplopia. 'oreksi refraksi ini dapat memperbaiki kelainan refraksi pada ambliopia.* &ntuk pasien anak-anak, de;asa, dan rema!a yang tidak mengalami perbaikan dengan koreksi kelainan refraksi dengan ka"a mata atau lensa kontak, dapat dilakukan oklusi part time atau full time, atau dengan degradasi optikal atau penalisasi dengan menggunakan atropine. *,@

"4 Kore#si Refr"#si Bila ambliopia disebabkan kelainan refraksi atau anisometropia, maka dapat diterapi dengan ka"amata atau lensa kontak. &kuran ka"a mata untuk mata ambliopia diberi dengan koreksi penu dengan penggunaan sikloplegia. Bila di!umpai miopia tinggi unilateral, lensa 1E

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

kontak merupakan pili an, karena bila memakai ka"amata akan terasa berat dan penampilannya atau estetika buruk. 1 'arena kemampuan mata ambliopia untuk mengatur akomodasi "enderung menurun, maka ia tidak dapat mengkompensasi iperopia yang tidak dikoreksi seperti pada mata anak normal. 'oreksi ap akia pada anak dilakukan segera mungkin untuk meng indarkan ter!adinya deprivasi pengli atan akibat keru nya lensa men!adi defisit optikal berat. 7mbliopia anisometropik dan ambliopia isometropik akan sangat membaik ;alau dengan koreksi ka"amata selama beberapa bulan. 1 !4 O#lusi d"n De r"d"si Op%i#"l V O#lusi $erapi oklusi suda dilakukan se!ak abad ke-1E dan merupakan terapi pili an, yang keber asilannya baik dan "epat, dapat dilakukan oklusi penu ;aktu (full time) atau paru ;aktu (part-time)# 1,E i$ O#lusi Full Time Pengertian oklusi full- time pada mata yang lebi baik adala oklusi untuk semua atau setiap saat ke"uali 1 !am ;aktu ber!aga.( $cclusion for all or all penggunaan mata yang PrusakP. but one "a%in hour ), arti ini sangat penting dalam pentalaksanaan ambliopia dengan "ara Biasanya penutup mata yang digunakan adala penutup adesif (adhesive patches) yang tersedia se"ara komersial. 1,E anya

)"m!"r 8$ &dhesive patch Penutup ( patch ) dapat dibiarkan terpasang pada malam ari atau dibuka se;aktu tidur. 'a"amata okluder ( spectacle mounted ocluder ) atau lensa kontak opak ,atau &nnisas 'un Patches (3ambar D) dapat !uga men!adi alternatif full-time patchin bila ter!adi iritasi kulit atau perekat patch -nya kurang lengket. 'ull-time patchin baru dilaksanakan anya bila strabismus konstan meng ambat pengli atan 1F

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

binokular, karena full-time patchin al pengli atan binokular. 1,E

mempunyai sedikit resiko, yaitu bingung dalam diberi selama 1

7da suatu aturan 8 standar mengatakan full-time patchin 0 ta un arus memakai full-time

minggu untuk setiap ta un usia, misalnya penderita ambliopia pada mata kanan berusia patch selama 0 minggu, lalu dievaluasi kembali. 4al ini untuk meng indarkan ter!adinya ambliopia pada mata yang baik. 1,E

)"m!"r 9. &nnisas 'un Patches yang tidak memakai perekat karena dapat disisipkan ke dalam ka"amata.

ii$

O#lusi Part-time +klusi part-time adala oklusi selama 1-6 !am per ari, akan memberi asil sama dengan oklusi full-time. >urasi interval buka dan tutup patch -nya tergantung dari dera!at ambliopia. 1 7mbliopia $reatment #tudies (7$#) tela membantu dalam pen!elasan peranan full-time patchin dibanding part-time. #tudi tersebut memberi efek sama dengan * !am8 ari menun!ukkan 6 !am8 ari pada ambliopia menun!ukkan, pasien usia 0-D ta un dengan ambliopia berat (ta!am pengli atan antara *08100 L 6800 dan *08(00 L 681*0 ), full-time patchin kema!uan ta!am pengli atan ampir sama dengan patchin >alam studi ini, patchin ari. 1,E 1dealnya, terapi ambliopia diteruskan ingga ter!adi fiksasi alternat atau ta!am pengli atan dengan #nellen linear *08*0 (686) pada masing)masing mata. 4asil ini tidak selalu dapat di"apai. #epan!ang terapi terus menun!ukkan kema!uan, maka penatalaksanaan arus tetap diteruskan. 1,E *0 penutupan selama 6 !am per ari. >alam studi lain, patchin

sedang 8 moderate (ta!am pengli atan lebi baik dari *08100) pasien usia 0 ) D ta un. dikombinasi dengan aktivitas meli at dekat selama 1 !am8

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

V De r"d"si Op%i#"l %etode lain untuk penatalaksanaan ambliopia adala dengan menurunkan kualitas bayangan (degradasi optikal) pada mata yang lebi baik ingga men!adi lebi buruk dari mata yang ambliopia, sering !uga disebut penalisasi (penali(ation)# #ikloplegik (biasanya atropine tetes 1O atau omatropine tetes @O) diberi satu kali dalam se ari pada mata yang lebi baik se ingga tidak dapat berakomodasi dan kabur bila meli at dekat dekat. 7$# menun!ukkan metode ini memberi asil yang sama efektifnya dengan patchin untuk ambliopia sedang (ta!am pengli atan lebi baik daripada *08100). 7$# tersebut dilakukan pada anak usia 0 ) D ta un. 7$# !uga memperli atkan ba ;a pemberian atropine pada ak ir minggu ("ee%end) memberi perbaikan ta!am pengli atan sama dengan pemberian atropine arian yang dilakukan pada kelompok anak usia 0 ) D ta un dengan ambliopia sedang. 1,E 7da !uga studi terbaru yang membandingkan atropine dengan patchin pada (1F orang anak usia 0-D ta un, menun!ukkan atropine merupakan pili an efektif. #e ingga, a li mata yang tadinya masi ragu ) ragu, memili atropine sebagai pili an pertama daripada patchin . 1 Pendekatan ini mempunyai beberapa keuntungan dibanding dengan oklusi, yaitu tidak mengiritasi kulit dan dili at lebi baik dari segi kosmetik. >engan atropinisasi, anak sulit untuk PmenggagalkanP metode ini. 2valuasinya !uga tidak perlu sesering oklusi. 1 %etode pili an lain yang prinsipnya sama adala dengan memberikan lensa positif dengan ukuran tinggi (fo in ) atau filter. %etode ini men"ega ter!adinya efek samping farmakologik atropine. 'euntungan lain dari metode atropinisasi dan metode non- oklusi pada pasien dengan mata yang lurus (tidak strabismus) adala beker!asama, !adi memungkinkan pengli atan binokular. 1,E kedua mata dapat

2$2$9$ Kompli#"si #emua bentuk penatalaksanaan ambliopia memungkinkan untuk ter!adinya ambliopia pada mata yang baik. +klusi full-time adala yang paling beresiko tinggi dan arus dipantau dengan ketat, terutama pada anak balita. 'ollo"-up pertama setela pemberian oklusi dilakukan setela 1 minggu pada bayi dan 1 minggu per ta un usia pada anak (misalnya I ( minggu untuk anak usia ( ta un). +klusi part-time dan degradasi optikal, observasinya tidak perlu sesering oklusi full-time, tapi follo"-up reguler tetap penting. 1 *1

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

4asil ak ir terapi ambliopia unilateral adala terbentuknya kembali fiksasi alternat, ta!am pengli atan dengan #nellen linear tidak berbeda lebi dari satu baris antara kedua mata. ?aktu yang diperlukan untuk lamanya terapi tergantung pada al berikut I V >era!at ambliopia V Pili an terapeutik yang digunakan V 'epatu an pasien ter adap terapi yang dipili V &sia pasien #emakin berat ambliopia, dan usia lebi tua membutu kan penatalaksanaan yang lebi lama. +klusi full-time pada bayi dan balita dapat memberi perbaikan ambliopia strabismik berat dalam 1 minggu atau kurang. #ebaliknya, anak yang lebi berumur yang memakai penutup anya seusai sekola dan pada ak ir minggu sa!a, membutu kan ;aktu 1 ta un atau lebi untuk dapat ber asil. 1 2$2$:$ Pen'e "."n 7mbliopia dapat di"ega dan diobati terutama apabila penyakit ini dapat dideteksi se"ara dini. #krining untuk men"ari penyebab ambliopia arus dilakukan ole dokter pada bayi pada (-6 minggu setela la ir, dan anak-anak yang mempunyi risiko utnuk ambliopia arus di skrining setiap ta un selama periode perkembangan sistem pengli atan anak yaitu mulai la ir sampai umur 6-E ta un.* #krining untuk kelainan refraksi dan strabismus !uga arus dimulai selama ta un pertama ke idupan. Pada anak-anak yang berisiko berisiko perlu dilakukan monitoring setiap ta un karena se!ak la ir sampai usia ( ta un memungkinkan untuk ter!adinya anomali refraksi, terutama astigmatisma dan anisometropia. #krining ini !uga ditu!ukan untuk anakanak yang mempunyai ri;ayat keluarga yang menderita strabismus atau ambliopia. 7danya program skrining untuk mendeteksi dan mengobati ambliopia pada usia ( ta un tela sukses dilakukan diberbagai negara. * 2$2$;$ Pro nosis Bila penatalaksanaan ambliopia di entikan setela perbaikan penu atau masi sebagian ter"apai, sekitar setenga dari pasien-pasien akan mengalami kekambu an, yang selalu dapat disembu kan lagi dengan usa a terapeutik baru. 'egagalan dapat di"ega dengan memakai pengaturan pada pengli atan, seperti patchin selama 1 ) 0 !am per ari, penalisasi optikal dengan ka"amata, atau penalisasi farmakologik dengan atropine selama 1 atau * ari **

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

per minggu. Pengaturan ini diteruskan ingga keta!aman pengli atan tela stabil tanpa terapi lain selain ka"amata biasa. 'eadaan ini perlu tetap dipantau se"ara periodik sampai usia E ) 10 ta un. #elama pengli atan tetap stabil, interval kun!ungan untuk follo"-up dapat dilakukan tiap 6 bulan. 1 #etela 1 ta un, sekitar D0O pasien menun!ukkan keber asilan setela terapi oklusi pertama. Bila penatalaksanaan dimulai sebelum usia @ ta un, visus normal dapat ter"apai. 4al ini semakin berkurang seiring dengan pertamba an usia. 4anya kesembu an parsial yang dapat di"apai bila usia lebi dari 10 ta un. Aaktor resiko gagalnya penatalaksanaan ambliopia adala sebagai berikutI 1,E Cenis 7mbliopia, pasien dengan anisometropia tinggi dan pasien dengan kelainan organik, prognosisnya paling buruk. Pasien dengan ambliopia strabismik prognosisnya paling baik. &sia dimana penatalaksanaan dimulai, semakin muda pasien maka prognosis semakin baik. >alamnya ambliopia pada saat terapi dimulai, semakin bagus ta!am pengli atan a;al pada mata ambliopia, maka prognosisnya !uga semakin baik.

BAB I LAPORAN KASUS


I$, Iden%i%"s -ama &mur 7gama 7lamat Peker!aan I $n. # I 60 ta un I 1slam I >usun 'ra!an, $ongas 'idul I -elayan8perikanan

Cenis 'elamin I 6aki-laki

$anggal %.# I .abu, 10 %aret *010, Pk. 0F.*0 ?1B -o. .eg 2% I (D*(D1 I$2 An"mnes" Kelu."n U%"m" I -yeri di daera 1nguinal de,tra

*0

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

Ri1"-"% Pen-"#i% Se#"r"n Pasien merasakan nyeri teramat sangat pada daera inguinal de,tra se!ak tadi pagi (Pk.. 0@.00 ?1B), terdapat ben!olan pada daera inguinal de,tra dan skrotum se ingga skrotum nampak membesar. ben!olan tidak dapat dimasukkan kembali (inkarserata) dan terasa nyeri yang teramat sangat. Pasien mengatakan suda tidak buang air besar selama 0 ari. Ri1"-"% Pen-"#i% D".ulu Ben!olan mun"ul se!ak tiga ta un yang lalu dan timbul rasa nyeri pada saat posisi berdiri atau duduk namun ben!olan bisa masuk kembali dengan "ara didorong ole (reponible).#atu ta un terka ir ben!olan makin membesar dan nyeri bertamba membatasi aktivitas pasien. Ri1"-"% Pen-"#i% Kelu"r " 'eluarga tidak ada yang seperti ini, ri;ayat >% dan 4$ keluarga tidak ada pasien se ingga

Ri1"-"% Pen o!"%"n Pasien tidak perna operasi sebelumnya. Pasien perna ke dukun pi!at bayi untuk dipi!at, setela dipi!at ben!olan tidak timbul, 0 bulan kemudian ben!olan kembali timbul disertai nyeri. Ri1"-"% Aler i Pasien tidak mempunyai ri;ayat alergi obat-obatan maupun makanan. Ri1"-"% Ke!i"s""n %erokok (5)

I$3 Pemeri#s""n &isi# Ke"d""n Umum Kes"d"r"n )2S Air1"Bre"%.in I /ukup I /ompos %entis I(@6 I Calan -apas Bebas dan Paten I #imetris .. I 06 ,8menit *(

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

#esak 7st ma #uara -apas $amba an 2ir'ul"%ion I $ensi -adi Perfusi Su.u )rim"'e M"#"n0Minum Mu"l0mun%". S%"%us )ener"lis 'epala ) 6e er o 'epala o %ata o 6e er $ ora, I o Cantung o Paru 1nspeksi Palpasi Perkusi 7uskultasi 7bdomen 1nspeksi 1nspeksi Palpasi Perkusi 7uskultasi I I bentuk simetris I 06,@ o / I (5) I (5) I (-)

I (-) I (-) I (-) I 1008E0 I FE ,8menit I mera , angat, berkeringat

I 'on!un"tiva 7nemi (-) s"lera 1"terus (-) I Pembesaran '3B (-)

I bentuk dada kifosis, 3erakan dada simetris I iktus kordis (-) I batas !antung kesan normal I #1 dan #* tunggal, reguler, murmur (-)

I bentuk dada kifosis, retraksi (-), 3erakan dada simetris I fremitus vo"al simetris I sonor I suara napas vesikuler (5), ; ee:ing (-), ron" i (-)

I >istensi (5), tidak ada tanda trauma, supel, datar,

simetris, tanda-tanda radang (-)

*@

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

Palpasi tidak teraba 7uskultasi

I -yeri tekan (-), defans muskuler (-), epar dan lien I bising usus 1* , 8 menit ( -ormal )

&rogenital

($ertera pada status lokalis)

2,tremitas I akral angat

5 5

5 5

2dema

S%"%us Lo#"lis .egio 1nguinal >e,tra 1nspeksi inflamasi. Palpasi I teraba ben!olan, konsistensi padat lunak, su u permukaan kulit normal (sama dengan daera sekitar ben!olan), nyeri tekan (5), defans muskuler (5) &rogenital 1nspeksi Palpasi $es 4ernia I terli at adanya ben!olang dengan diameter T 0,@ "m, ben!olan tidak dapat I $eraba ben!olan, konsistensi pada kenyal, nyeri tekan (5) I I $on!olan pada u!ung !ari I 'eluar ben!olan masuk sekalipun pasien dalam posisi berbaring. I terli at adanya ben!olan dengan diameter T 0 "m, tidak ada tanda-tanda

Ainger $est $ umb $est

Uieman $est I >orongan pada !ari ke *

*6

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

I$6 Pemeri#s""n Penun*"n Pemeri#s""n L"!or"%orium D"r". No 1 * 0 ( @ 6 1 * 0 ( @ 1 Pemeri#s""n D"r". Len #"p 4b 6eukosit >iff /ount 4ematokrit $rombosit 3ula dara a"ak8se;aktu L&+ #3+$ #3P$ 7lkali fosfatase Billirubin dire"t Billirubin total R&+ B&<"sil 1*,@ 1F.(00 -8-868DE881@81 0F *D@.000 1@E 0E (1 1@@ 0,1F 0,(D *0,( <"r " Norm"l 6I 10-1E, PI 1*-16 g8dl (.000 ) 11.0008"m 0-*80-181-08(@D080@-@080-*O 6I (0-@(, PI 0@-(DO 1@0.000(@0.0008"mm Q 1(0 mg8dl 6 Q01, P Q(1 &81 6 Q01, P Q (1 &81 60-*(0 &81 Q 0,*@ mg8dl Q 1,1 mg8dl 10-*0 mg8dl *D

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

* 0 I$7 Di" nos"

/reatinine &ri" 7"id

1,0 (,D

0,@-1,* mg8dl 6I0-D, PI*-6 mg8dl

4ernia 1nguinalis 6ateralis Pos 1nkarserata I$8 Di" nos" B"ndin - 4ernia 1nguinalis %edialis - 4ernia #"rotalis - 4idrokel $estis I$9 Pl"nnin %otivasi +perasi - 4erniorafi I$: P.-si'"l S%"%us I 7#7 1 ) Pasien mengalami gangguan fisiologis ringan dan tidak mengalami penyakit sistemik serta gangguan fungsi dalam melakukan aktivitas se ari- ari. I$; In%er(ensi 3U)D4 ="#%u .abu 10-0-*010 Pk. 0F.*0 ?1B In%er(ensi .abu 10-0-*010 Pk. 10.00 ?1B Posisi $rendelenburg Pasang -3$ Pasang kateter urin 1nfus .6 ) *E tetes8menit 1n!eksi 'etorola" 0 , 1 amp - 1V Posisi $rendelenburg 1n!eksi .anitidine * , 1 amp - 1V 1n!eksi /eftria,one * , 1 gr &sa a memasukkan kembali namun gagal .abu 10-0-*010 Pk. 1*.00 ?1B Visite dr. Beda Husni, #p. B *E ) dr. %o . 7li ernia

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

Ben!olan kembali

suda

bisa

dimasukkan

+bservasi 1 , *( !am +beservasi tanda-tanda nyeri (!ika memburuk dengan tanda-tanda nekrosis) ) an!uran untuk operasi

I$,> Per"1"%"n IRNA Bed". 3 Bou en(ille 4 Pasien masuk 1.-7 Beda (Bougenville) Pk. 1*.1@ ?1B, dengan ren"ana operasi erniorafi pada ari kamis tanggal 1@ %aret *010. Pre? Oper"si ="#%u .abu 10-0-*010 SOA # I Pasien mengelu nyeri saat duduk + I '8& "ukup, kompos kesadaran pada daera inguinal de,tra, terutama Pl"nnin - 1nfus .6 *E tetes8menit 1n!eksi 'etorola" 00 ml8E !am 1n!eksi .anitidine * , 1 1n!eksi /eftria,one * , 1 .en"ana +perasi ) Cumat 1@ %aret *010

mentis, a8i8"8d L -8-8-8$> 1@08100 mm4g, .. 1E ,8mt, - E0 ,8mt, su u a,illa 06,@o/ 7 I 416 Post 1nkarserata #tatus lokalis I 1nspI Ben!olam tak tampak, tidak ada tandatanda inflamasi. Palpasi massa I $erasa ada pada skrotum, -

nyeri tekan (5) # I Pasien mengelu 'amis 1(-0-*010 nyeri pada daera

1nfus .6 *E tetes8menit 1n!eksi 'etorola" 00 ml8E *F

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

inguinal de,tra, terutama saat duduk + I '8& "ukup, kompos kesadaran -

!am 1n!eksi .anitidine * , 1 1n!eksi /eftria,one * , 1 .en"ana +perasi ) Cumat 1@ %aret *010 Persiapan +perasi I Puasa pre-operasi E !am 6engkapi inform "onsent

mentis, a8i8"8d L -8-8-8$> 1(08100 mm4g, .. 1( ,8mt, - F0 ,8mt, su u a,illa 06,@ / 7 I 416 Post 1nkarserata #tatus lokalis I 1nspI Ben!olam tak tampak, tidak ada tandatanda inflamasi. Palpasi I $erasa ada massa pada skrotum, nyeri tekan (5)
o

Dur"n%e Oper"si >iagnosa Pre-+peratif >iagnosa Post- +peratif $indakan $indakan 7nestesi .uangan ?aktu %ulai +perasi ?aktu #elesai +perasi 6aporan I I 4ernia 1ngunalis 6ateralis Port 1nkarserata I 4ernia 1ngunalis 6ateralis Post 1nkarserata I 4erniorafi 6i" tenstein I #ub 7rak noid Blo"k (#7B) I 'amar +perasi 0 I Pk. 10.00 ?1B I Pk. 1(.*@ ?1B

00

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

)"m!"r , 5 Pen i#"%"n funi#ulus sperm"%i#us den "n men un"#"n fole- #"%e%er

)"m!"r 2 5 <ernio%omi @ Pemo%on "n #"ndun .erni"

)"m!"r 3 5 Pem"s"n "n mes. den "n prosedur Li'.%ens%ein

01

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

)"m!"r 6 5 Penu%up"n lu#" oper"si den "n *".i%"n su!?#u%i#uler

Pos% Oper"si +perasi berlangsung kurang lebi @@ menit. #etela operasi selesai diberikan 1n!eksi $ramadol 4/l 100 mg se"ara 1ntramuskular dan 'altrofen supp *00 mg sebagai analgesik. 'emudian +* diber entikan. #etela +perasi #elesai, pasien diba;a ke ruangan (bougenville) pada pukul 1@.00 ?1B. 'eadaan umum baik, kesadaran baik, 3/# (-@-6, $ensi 1*686E mm4g, -adi E1 ,8menit, .. 1( ,8menit, su u 060/ Moni%orin Pos% Op ="#%u a. Cumat, 1@ %aret *00 SOA Visite dr. 7nestesi I Posisi supine Bole minum flatus Cika tensi Q F0 (sistolik) vasopressor #+7I # I Pasien mengatakan tidak ada rasa nyeri post operasi + I '8& "ukup, kesadaran kompos mentis, a8i8"8d L 0* berikan makan !ika dan suda Pl"nnin - 2p edrine 10 ml (!ika ipotensi) 'etorola" 0 , 1 +ndansetron 0 , 1 .anitidine 0 , 1 1nfus .6 *E tetes per menit /eftria,one * , 1 $rane,id 0 , *@0 mg

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

-8-8-8- $> 1(08F0 mm4g, .. *0 ,8mt, - F0 ,8mt, su u a,illa 06,@o/ 7 I Post +perasi 416 Post 1nkarserata #tatus lokalis I 1nsp I luka operasi tertutup kasa, dengan keadaan bersi , perdara an (-), tidak ada tanda-tanda inflamasi. Palpasi I tidak teraba ada massa pada skrotum maupun ingunal de,tra, nyeri tekan (5) b. #abtu, 16 %aret *010 # I Pasien mengatakan tidak ada rasa nyeri post operasi + I '8& "ukup, kesadaran kompos mentis, a8i8"8d L -8-8-8- $> 1(08F0 mm4g, .. *0 ,8mt, - F0 ,8mt, su u a,illa 06,@o/ 7 I Post +perasi 416 Post 1nkarserata ( ari 1 ) #tatus lokalis I 1nsp I luka operasi tertutup kasa, dengan keadaan bersi , perdara an (-), tidak ada tanda-tanda inflamasi. Palpasi I tidak teraba ada massa pada skrotum maupun ingunal de,tra, nyeri tekan ". %inggu, (5) #I Pasien mengatakan 2p edrine 10 ml (!ika 00 2p edrine 10 ml (!ika ipotensi) 'etorola" 0 , 1 +ndansetron 0 , 1 .anitidine 0 , 1 1nfus .6 *E tetes per menit /eftria,one * , 1 $rane,id 0 , *@0 mg

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

1D %aret *010

tidakada operasi

rasa

nyeri

post perut -

ipotensi) 'etorola" 0 , 1 +ndansetron 0 , 1 .anitidine 0 , 1 1nfus .6 *E tetes per menit /eftria,one * , 1 $rane,id 0 , *@0 mg

namun

kembung,bab (-) + I '8& "ukup, kesadaran kompos mentis, a8i8"8d L -8-8-8- $> 1(08F0 mm4g, .. *0 ,8mt, - F0 ,8mt, su u a,illa 06,@ / 7 I Post +perasi 416 Post 1nkarserata ( ari *) #tatus lokalis I 1nsp I luka operasi tertutup kasa, dengan keadaan bersi , perdara an (-), tidak ada tanda-tanda inflamasi. Palpasi I tidak teraba ada massa pada skrotum maupun ingunal de,tra, nyeri tekan d. #enin, 1E %aret *010 (5) # I Pasien mengatakan tidak ada rasa nyeri post operasi namun perut kembung, B7B suda (5) + I '8& "ukup, kesadaran kompos mentis, a8i8"8d L -8-8-8- $> 1(08F0 mm4g, .. *0 ,8mt, - F0 ,8mt, su u a,illa 06,@o/ 7 I Post +perasi 416 Post 1nkarserata ( ari 0) #tatus lokalis I 1nsp I luka operasi tertutup kasa, dengan keadaan bersi , perdara an (-), tidak ada
o

1nfus .6 *E tetes per menit 7linamin A 181* !am /eftria,one * , 1 'etorola" 0 , 1 $rane,id 0 , *@0 mg 7n!uran mobilisasi

0(

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

tanda-tanda inflamasi. Palpasi I tidak teraba ada massa pada skrotum maupun ingunal de,tra, nyeri tekan e. #elasa, 1F %aret *010 (5) # I Pasien mengatakan tidak ada rasa nyeri post operasi + I '8& "ukup, kesadaran kompos mentis, a8i8"8d L -8-8-8- $> 1(08F0 mm4g, .. *0 ,8mt, - F0 ,8mt, su u a,illa 06,@o/ 7 I Post +perasi 416 Post 1nkarserata ( ari () #tatus lokalis I 1nsp I luka operasi tertutup kasa, dengan keadaan bersi , perdara an (-), tidak ada tanda-tanda inflamasi. Palpasi I tidak teraba ada massa pada skrotum maupun ingunal de,tra, nyeri tekan (5) 1nfus .6 *E tetes per menit 7linamin A 181* !am /eftria,one * , 1 'etorola" 0 , 1 $rane,id 0 , *@0 mg 7n!uran mobilisasi Pasien minta pulang paksa ) tanda tangan

0@

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

BAB II PEMBA<ASAN
>ari anamnesis didapatkan I Pasien mengelu nyeri pada daera pelipatan pa a. $erdapat ben!olan pada daera pelipatan pa a di titik nyeri masa pada ben!olan turun ke skrotum dan menyebabkan skrotum tampak membesar. -yeri teramat sangat mulai terasa se!ak Pk. 0@.00 ?1B tgl 10-0*010 dimana ben!olan tidak dapat dimasukkan kembali. -yeri ilang timbul, timbul pada saat ben!olan turun ke bagian ba;a tepatnya skrotum, ini ter!adi setiap kali pasien duduk atau dalam posisi berdiri, rasa nyeri ilang ketika ben!olan dipaksa masuk dengan !ara ditekan ke atas. 7;alnya pasien mengatakan ba ;a ben!olan timbul se!ak tiga ta un yang lalu yang mana makin lama makin membesar namun reponible8 bisa dimasukkan kembali tapi pada ak irnya ben!olan tidak dapat dimasukkan kembali disertai rasa sakit yang mun"ul. >ari asil anamnesa di atas kita dapat memperkirakan suatu diagnosis yang mengara ke ernia. Berdasarkan lokasi ben!olan, kemudian keadaan ben!olan yang tidak dapat dimasukkan kembali dan ri;ayat pasien kita bisa mengeta ui ba ;a ini merupakan ernia inguinalis lateralis inkarserata ole 1nguinalis 6ateralis (416) adala adanya gangguan pasase. Berdasarkan teori 4ernia ernia yang mana penon!olan yang ada keluar melalui

annulus internus menu!u kanalis inguinalis - annulus eksternus dan keluar menu!u skrotum. >ikatakan inkarserata karena ben!olan ireponible dan ter!adi gangguan pasase. &ntuk memastikan al ini perlu dilakukan beberapa tes spesifik untuk ernia melalui pemeriksaan fisik.. >ari ri;ayat penyakit da ulu diketa ui ba ;a pasien tidak memiliki ri;ayat batuk lama, konstipasi berat, tidak perna mengalami gangguan buang air besar atau berkemi , namun peker!aannya ber ubungan dengan peker!aan fisik berat, se!ak tiga ari yang lalu pasien susa buang air besar, pasien tidak memiliki alergi obat. >ari ri;ayat peker!aan diketa ui pasien memiliki peker!aan yang ber ubungan dengan aktivitas fisik yang berat dimana al ini merupakan sala satu faktor penyebab ter!adinya ernia. 4asil dari pemeriksaan fisik I 06

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

Pada pemeriksaan status lokalis .egio 1nguinal >e,tra 1nspeksi inflamasi. Palpasi I teraba ben!olan, konsistensi padat lunak, su u permukaan kulit normal (sama dengan daera sekitar ben!olan), nyeri tekan (5) &rogenital 1nspeksi Palpasi $es 4ernia untuk I terli at adanya ben!olang dengan diameter T 0,@ "m, ben!olan tidak dapat I $eraba ben!olan, konsistensi pada kenyal, nyeri tekan (5) I I $on!olan pada u!ung !ari I 'eluar ben!olan masuk sekalipun pasien dalam posisi berbaring. I terli at adanya ben!olan dengan diameter T 0 "m, tidak ada tanda-tanda

Ainger $est $ umb $est

Uieman $est I >orongan pada !ari ke * ernia dapat disimplukan ba ;a pasien menderita ernia inguinalis lateralis

>ari status lokalis pada asil pemeriksaan fisik di atas dimana !uga men"akup tes spesifik inkarserata. >i ruma sakit dilakukan tindakan reposisi pada ernia dimana ernia yang tadinya inkarserata ber asil dimasukkan kembali se ingga diagnosa pasien men!adi 4ernia 1nguinalis 6ateralis Post 1nkarserata. Pada pemeriksaan penun!ang berupa pemeriksaan lab dara ditemukanI No 1 * 0 ( @ Pemeri#s""n D"r". Len #"p 4b 6eukosit >iff /ount 4ematokrit $rombosit <"sil 1*,@ 1F.(00 -8-868DE881@81 0F *D@.000 <"r " Norm"l 6I 10-1E, PI 1*-16 g8dl (.000 ) 11.0008"m 0-*80-181-08(@D080@-@080-*O 6I (0-@(, PI 0@-(DO 1@0.0000D

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

6 1 * 0 ( @ 1 * 0

3ula dara a"ak8se;aktu L&+ #3+$ #3P$ 7lkali fosfatase Billirubin dire"t Billirubin total R&+ B&/reatinine &ri" 7"id

1@E 0E (1 1@@ 0,1F 0,(D *0,( 1,0 (,D

(@0.0008"mm Q 1(0 mg8dl 6 Q01, P Q(1 &81 6 Q01, P Q (1 &81 60-*(0 &81 Q 0,*@ mg8dl Q 1,1 mg8dl 10-*0 mg8dl 0,@-1,* mg8dl 6I0-D, PI*-6 mg8dl

Pada pemeriksaan penun!ang di atas dapat diketa ui ba ;a ter!adi peningkatan !umla leukosit yakni 1F.(008"mm (normal (000-11.0008"mm), menandakan adanya infeksi dan peningkatan kadar gula dara a"ak8se;aktu yakni 1@E mg8dl (normal Q1(0 mg8dl). Pada penatalaksanaanI 7#7 1 2p edrine 10 ml (!ika ipotensi) 'etorola" 0 , 1 +ndansetron 0 , 1 .anitidine 0 , 1 1nfus .6 *E tetes per menit /eftria,one * , 1 $rane,id 0 , *@0 mg 4ernia repair dilakukan dengan "ara kantong ernia, mengembalikan isi erniotomi yaitu membuka dan memotong ernia ke "avum abdominalis disusul dengan

erniorap y yaitu mengikat le er ernia dan menggantungkan pada "on!oint tendon supaya tidak keluar masuk lagi, ernioplasty yaitu member kekuatan pada dinding perut se ingga tidak residif dengan "ara mengikatkan "on!oint tendon ke ligamentum inguinale pada pasien ini dilakukan dengan menggunakan mes 6i" tenstein. melalui metode

0E

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

0F

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

BAB III KESIMPULAN


4ernia 1ngunalis 6ateralis 1nkarserata merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan adanya defek pada "avum abdomen yang menyebabkan ter!adinya penon!olan seluru atau sebagian organ intra-abdominal yang mana dilapisi ole peritoneum. Pada kondisi dimana terdapat pen!epitan pada organ maka akan ter!adi gangguan pasase yang disebut dengan inkarserata dan !ika ada keterlibatan pembulu dara disebut dengan strangulata, kedua keadaan ini sangat berba aya karena dapat menyebabkan penurunan fungsi !aringan yang beru!ung pada nekrosis !aringan yang !ika tidak ditangani dengan segera dapat beru!ung pada prognosis yang buruk. Penanganan ernia k ususnya yang irreponible (tidak dapat dimasukkan kembali se"ara

manual) terlebi dengan kondisi dimana ter!adi inkarserasi maka tindakan melalui prosedur beda perlu dilakukan di ba;a pengaru anestesi. >alam kasus ini ernia ditangani melalui prosedur erniorafi dengan metode 6i" tenstein. Penanganan ernia yang tepat dida ului dengan penegakan diagnosa yang pasti sangatla penting dan berpengaru signifikan ter adap masa pemuli an pasien dan !uga efisiensi finansial baik ruma sakit maupu pasien.

(0

Fakultas Kedokteran UWKS RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

DA&+AR PUS+AKA
1. .. #!amsu ida!at, ?im de Cong, Buku ) 7!ar 1lmu Beda , ed *, *00@, CakartaI 23/ *. 7rief %ans!oer et al, *00E. 'apita #elekta 'edokteran, Cilid 1, CakartaI %edia 7es"ulapius 0. #oelarto .eksoprod!o. 'umpulan 'ulia 1lmu Beda &niversitas 1ndonesia, *00D, Binarupa 7ksaraI 10(-10@ (. Bagian #%A 1lmu Beda , Pedoman >iagnosis dan $erapi, 2d (, *010, .#&> >r. #oetomo #urabaya

(1

Anda mungkin juga menyukai

  • Roadmap PGP
    Roadmap PGP
    Dokumen4 halaman
    Roadmap PGP
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Hernia
    Lapsus Hernia
    Dokumen37 halaman
    Lapsus Hernia
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Sarpus I Upload
    Sarpus I Upload
    Dokumen30 halaman
    Sarpus I Upload
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Edit Sarpus 1 Lengkap
    Edit Sarpus 1 Lengkap
    Dokumen32 halaman
    Edit Sarpus 1 Lengkap
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Revisi
    Lapsus Revisi
    Dokumen52 halaman
    Lapsus Revisi
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Konsumsi
    Konsumsi
    Dokumen35 halaman
    Konsumsi
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Buta Menurut Kategori WHO 2
    Buta Menurut Kategori WHO 2
    Dokumen2 halaman
    Buta Menurut Kategori WHO 2
    Ruchyta Ranti
    60% (5)
  • Jati Luwih Rice Terrace
    Jati Luwih Rice Terrace
    Dokumen6 halaman
    Jati Luwih Rice Terrace
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Harga Tas Lipat
    Harga Tas Lipat
    Dokumen3 halaman
    Harga Tas Lipat
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Lensa Kontak
    Lensa Kontak
    Dokumen2 halaman
    Lensa Kontak
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Konsumsi Jajan Bali
    Konsumsi Jajan Bali
    Dokumen34 halaman
    Konsumsi Jajan Bali
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Sindis
    Sindis
    Dokumen77 halaman
    Sindis
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Bento
    Bento
    Dokumen1 halaman
    Bento
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Filsafat Ilmu
    Filsafat Ilmu
    Dokumen7 halaman
    Filsafat Ilmu
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Schwartz-Matsuo Syndrome+ Papilitis
    Schwartz-Matsuo Syndrome+ Papilitis
    Dokumen4 halaman
    Schwartz-Matsuo Syndrome+ Papilitis
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Sindis
    Sindis
    Dokumen77 halaman
    Sindis
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Diagnosa DF
    Diagnosa DF
    Dokumen117 halaman
    Diagnosa DF
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Revisi
    Lapsus Revisi
    Dokumen52 halaman
    Lapsus Revisi
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • PTKM
    PTKM
    Dokumen52 halaman
    PTKM
    Ida Ayu Prama Yanthi
    0% (1)
  • DEMAM
    DEMAM
    Dokumen64 halaman
    DEMAM
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Disease TKM
    Disease TKM
    Dokumen161 halaman
    Disease TKM
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Entomolog
    Entomolog
    Dokumen158 halaman
    Entomolog
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Surped
    Surped
    Dokumen142 halaman
    Surped
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • PTKM
    PTKM
    Dokumen52 halaman
    PTKM
    Ida Ayu Prama Yanthi
    0% (1)
  • Accidentally Skin
    Accidentally Skin
    Dokumen243 halaman
    Accidentally Skin
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Ablatio Ophtal
    Ablatio Ophtal
    Dokumen351 halaman
    Ablatio Ophtal
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Retinal Soal
    Retinal Soal
    Dokumen284 halaman
    Retinal Soal
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Detach
    Presentasi Detach
    Dokumen255 halaman
    Presentasi Detach
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Trauma Laserasi
    Trauma Laserasi
    Dokumen2.694 halaman
    Trauma Laserasi
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat
  • Detachement
    Detachement
    Dokumen2.555 halaman
    Detachement
    Ida Ayu Prama Yanthi
    Belum ada peringkat