Anda di halaman 1dari 111

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pesatnya pertumbuhan teknologi informasi dan sistem transaksi secara elektronik telah menjadikan industri teknologi informasi menjadi industri yang diunggulkan. Selain memberikan kemudahan dan efisiensi waktu, teknologi informasi juga memberikan keuntungan yang lainnya, yaitu untuk memperluas pangsa pasar ke seluruh dunia tanpa harus pergi atau mengirim orang ke negara-negara lain untuk memasarkannya. Teknologi informasi dapat memberikan suatu kemudahan dan bersifat praktis sebagai sarana penunjang bagi kegiatan perindustrian. Pada

kenyataannya hal ini membuat para pelaku bisnis begitu yakin untuk melakukan bisnis dengan menggunakan sarana teknologi informasi, bahkan tidak hanya para pelaku bisnis saja yang memanfaatkan teknologi informasi ini tetapi negara juga ikut menjadi bagian dari pelaku bisnis di dalamnya. Salah satu hasil perkembangan teknologi informasi adalah jual beli yang dilakukan melalui media elektronik dan dikenal dengan kontrak jual beli secara elektronik. Berdasarkan sumber hukum di Indonesia, suatu kontrak jual beli harus memiliki beberapa klausula-klausula yang tekstual, yaitu berbentuk akta atau kontrak secara tertulis, jelas, dan nyata, baik berupa akta otentik maupun akta dibawah tangan. al ini akan

mempermudah pelaksanaan kontrak jual beli termasuk hak dan kewajiban dari para pelakunya. !ontrak jual beli secara elektronik ini cenderung menggunakan sistem hukum yang mengacu kepada norma atau kaidah yang berlaku pada suatu negara, termasuk di Indonesia. Berdasarkan ketentuan

hukum jual beli yang berlaku ada beberapa hal yang bersifat essensial dalam proses jual beli, yaitu mengenai hak dan kewajiban para pelakunya dalam melakukan kontrak jual beli yang ditegaskan pada saat adanya kesepakatan jual beli sebagai pendukung keabsahan pembuktian dari suatu perjanjian jual beli tersebut. "da beberapa hal yang sering muncul dalam kontrak jual beli melalui media elektronik ini yang timbul sebagai suatu kendala antara lain masalah perjanjian, perpajakan, tata cara pembayaran, peradilan, perlindungan hukum, tanda tangan elektronik, penyelesaian sengketa yang terbentuk dalam suatu sistem jaringan kerja secara langsung. #asalah-masalah tersebut menimbulkan suatu permasalahan hukum antara lain mengenai aspek hukum perjanjiannya yang sangat dibutuhkan dalam pembuktian agar memenuhi kepastian hukum, dalam hal ini dokumen berwujud nyata atau tertulis sebagaimana terjadi dalam jual beli secara kon$ensional. Sementara itu kontrak jual beli secara elektronik dilakukan didalam dunia maya %virtual world), tanpa adanya dokumen nyata yang tertulis seperti akta, baik akta otentik maupun akta dibawah tangan, kondisi seperti itu akan menimbulkan kesulitan dalam melakukan

pembuktian apabila terjadi sengketa pada jual beli secara elektronik tersebut. Berdasarkan uraian singkat diatas, penulis mencoba mengadakan suatu penelitian hukum terhadap hal-hal yang mungkin timbul dalam kontrak jual beli secara elektronik, dalam penulisan hukum %Skripsi& dengan mengambil judul penelitian ' ("SP)!-"SP)! .*"/ 234 B)/I HET *!*# S)0"-" HERZIENE

!)!*"T"+ )/)!T-,+I!

P)#B*!TI"+ 1ITI+."*

!,+T-"! 1"-I P"S"/

INDONESISCH REGLEMENT % I-&5.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut ' 2. "pakah pembuktian dalam kontrak jual beli secara elektronik dapat memiliki kekuatan hukum 6 7. Sejauh mana pasal 234 Het Herziene Indonesis ! Re"le#ent % I-& dapat diterapkan pada pembuktian dalam kontrak jual beli secara elektronik 6 8. *paya hukum apakah yang dapat dilakukan para pihak apabila terjadi kesulitan untuk melakukan pembuktian kontrak jual beli secara elektronik 6

C. Maksud dan Tujuan Penelitian "dapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah ' 2. *ntuk mengetahui kekuatan hukum pembuktian dalam kontrak jual yang dilakukan secara elektronik. 7. *ntuk mengetahui penerapan pasal 234 Het Herziene Indonesis ! Re"le#ent % I-& pada pembuktian dalam kontrak jual beli secara elektronik. 8. *ntuk mengetahui upaya hukum yang dapat dilakukan para pihak apabila terjadi kesulitan untuk melakukan pembuktian kontrak jual beli secara elektronik.

D. Kegunaan Penelitian "dapun kegunaan yang didapat dari penelitian ini adalah ' 2. Secara Teoritis #emberikan sumbangan pemikiran dalam rangka meningkatkan perkembangan ilmu hukum, khususnya mengenai aspek hukum tentang kekuatan pembuktian dalam kontrak jual beli secara elektronik. 7. Secara Praktis #emberikan masukan kepada semua pihak khususnya kepada pihak yang berwenang dalam pembentukan suatu Peraturan Perundang-*ndangan dalam bidang ukum "cara Perdata

mengenai kekuatan pembuktian kontrak jual beli melalui media elektronik.

E. Kerangka Pe ikiran !ekuataan pembuktian melalui media elektronik pada saat ini masih sangat sulit untuk dilakukan termasuk pembuktian pada kontrak jual beli secara elektronik yang masih belum ada ketentuannya, dengan demikian pembuktian tersebut dilaksanakan tetap berpedoman pada aturan pembuktian yang berlaku yaitu pasal 234 Het Herziene Indonesis ! Re"le#ent % I-&. Pada dasarnya pembuktian kontrak jual beli sekalipun dilaksanakan melalui media elektronik, tetap harus berpedoman pada isi kesepakatan para pihaknya, dalam hal ini kita kenal dengan istilah perjanjian atau kontrak. Pengertian kontrak atau perjanjian dapat dilihat dalam pasal 2828 !* -Perdata adalah ' (suatu $er%an%ian adala! suatu $er&uatan den"an #ana satu oran" atau le&i! #en"i'at'an dirin(a ter!ada$ satu oran" atau le&i!)* Sementara itu menurut Pasal 2889 ayat %2& !* -Perdata, yang berbunyi ' +Suatu $er%an%ian (an" di&uat se ara s(a! &erla'u se&a"ai ,ndan"-,ndan" &a"i #ere'a (an" #e#&uatn(a)* tersirat suatu asas yaitu asas kebebasan berkontrak maksudnya bahwa setiap orang bebas untuk menentukan bentuk, macam dan isi perjanjian dengan siapapun asalkan tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan, syarat sahnya perjanjian termaksud telah ditegaskan dalam pasal 287: !* -Perdata sebagai berikut ' 2. .ese$a'atan diantara 'edua &ela! $i!a' / 7. 8. .e a'a$an untu' #e#&uat suatu $er%an%ian / Suatu !al tertentu /

2. Suatu se&a& (an" !alal* Syarat pertama untuk sahnya suatu perjanjian adalah sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, didukung oleh pasal 2872 !* Perdata yang menyebutkan ' +Tiada 'ata se$a'at (an" sa! a$a&ila se$a'at itu di&eri'an 'arena 'e'!ila0an, atau di$erole!n(a den"an $a'saan atau $eni$uan)* maksudnya bahwa antara pihak-pihak dalam suatu perjanjian harus ada persesuain kehendak tanpa adanya paksaan, kekhilapan dan penipuan. Syarat kedua adalah kecakapan untuk membuat suatu perikatan, yang didukung oleh pasal 288: !* -Perdata yang menegaskan bahwa cakap %bekwaam& merupakan syarat umum untuk dapat melakukan perbuatan hukum secara sah yaitu harus sudah dewasa, sehat akal pikiran dan tidak dilarang oleh suatu peraturan perundang-undangan untuk melakukan suatu perbuatan tertentu 2. #enurut pasal 4; ayat %2& *ndang-*ndang +omor 2 Tahun 2<;4 Tentang Perkawinan yang
-iduan Syahrani, SEL,.-1EL,. D2N 2S2S-2S2S H,.,M 3ERD2T2, Bandung' "lumni, 7::7, hlm. 72;.
1

dimaksud dewasa anak yang telah mencapai umur 29 %delapan belas& tahun atau pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya.

Sedangkan sehat akal dan pikiran menurut pasal 82 ayat %7& *ndang*ndang +omor 2 Tahun 2<;4 Tentang Perkawinan artinya adalah orang yang mampu untuk melakukan perbuatan hukum, dan tidak dilarang oleh suatu peraturan perundang-undangan untuk melakukan suatu perbuatan tertentu artinya orang yang dalam pengampuan seperti orang yang ditahan karena melanggar hukum dilarang melakukan suatu perjanjian atau kontrak7. Syarat ketiga adalah suatu hal tertentu, syarat ini didukung oleh pasal 2887 !* -Perdata yang menyebutkan bahwa hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja dapat menjadi pokok suatu perjanjian, maksudnya bahwa hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan sajalah yang dapat dijadikan objek persetujuan. Syarat lainnya yaitu

dapat ditentukan jumlah dan jenisnya sebagaimana ditetapkan dalam pasal 2888 !* -Perdata bahwa suatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya. 1engan demikian dapat disimpulkan bahwa syarat itu tidak hanya mengenai obyek tertentu jenisnya, tetapi meliputi juga benda-benda yang

-.#. Suryodiningrat, 2Z2S-2Z2S H,.,M 3ERI.2T2N, Bandung' Tarsito, 2<;<, hlm. 22=.

jumlahnya pada saat dibuatnya persetujuan belum ditentukan, asal jumlah itu kemudian dapat ditentukan atau dihitung 8. Syarat keempat adalah suatu sebab yang halal, syarat ini didukung oleh pasal 288= !* -Perdata yang menyebutkan bahwa suatu perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan, maksudnya bahwa jenis-jenis perjanjian tertentu yang dengan jelas bertentengan dengan ketertiban umum tidak dibenarkan sama sekali oleh hukum 4. 1ari rumusan diatas, jelas bahwa suatu perjanjian jual beli harus memenuhi keempat syarat tersebut, ada 7 %dua& syarat yang digolongkan ke dalam syarat sahnya suatu perjanjian yang terdiri dari ' 2. Syarat subyektif terdiri dari kesepakatan antara kedua belah pihak yang melakukan perjanjian dan kecakapan hukum yang artinya sehat akal dan pikiran dan tidak berada didalam pengampuan, apabila syarat subyektif ini tidak terpenuhi maka perjanjian dapat dibatalkan artinya selama para pihak tidak membatalkan perjanjian, maka perjanjian masih tetap berlaku. 7. Syarat obyektif terdiri dari suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal, hal ini berhubungan dengan objek yang diperjanjikan dan yang akan dilaksanakan oleh para pihak sebagai prestasi
3

I&id., hlm. 223.


4

"bdulkadir #uhammad, H,.,M 3ER42N4I2N, Bandung' "lumni, 2<9:,

hlm. 748.

atau utang dari para pihak, apabila syarat obyektif ini tidak terpenuhi perjanjian batal demi hukum yang artinya sejak semula dianggap tidak pernah ada perjanjian. 1alam perjanjian jual beli diatur mengenai kewajiban para pihak, serta peralihan hak milik atas objek yang diperjanjikan. .ual beli adalah perjanjian dengan mana penjual memindahkan atau setuju memindahkan hak milik atas barang kepada pembeli sebagai imbalan sejumlah uang yang disebut harga=. Pengertian jual beli ditegaskan dalam !itab *ndang*ndang ukum Perdata Pasal 24=; sebagai berikut '

+4ual &eli adala! suatu $er%an%ian, den"an #ana $i!a' (an" satu #en"i'at'an dirin(a untu' #en(era!'an suatu 'e&endaan, dan $i!a' (an" lain untu' #e#&a(ar !ar"a (an" tela! di%an%i'an*) Para pihak dalam jual beli ini terdiri dari penjual dan pembeli, masing-masing pihak memiliki hak dan kewajibannya. Penjual wajib

menyerahkan barang sebagai hak pembeli dan pembeli wajib membayar harga barang sesuai perjanjian jual beli sebagai hak penjual. Pengertian perdagangan secara elektronik menurut -ancangan *ndang-*ndang Teknologi Informasi %1raft !etiga&, dalam Pasal 2 ayat %8& adalah setiap perdagangan barang maupun jasa yang dilakukan melalui jaringan komputer atau media elektronik lainnya, sedangkan kontrak jual beli secara elektronik adalah dokumen elektronik yang
5

i&id*, hlm. <=.

memuat transaksi dan atau perdagangan elektronik.

"pabila terjadi

sengketa maka yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak adalah melakukan upaya hukum pembuktian, pembuktian yang pertama dan utama dijadikan bukti adalah bukti surat. Pembuktian dalam kontrak jual beli ini, dapat diartikan memberikan suatu kepastian yang bersifat mutlak, karena berlaku bagi setiap orang yang melakukan perjanjian. #enurut Pasal 234 Het Herziene Indonesis ! Re"le#ent % I-& yang disebut alat bukti terdiri dari ' 2. bukti surat > 7. bukti saksi > 8. persangkaan > 4. pengakuan > dan =. sumpah. 1alam hukum acara perdata dikenal macam-macam surat yang dibagi menjadi 8 %tiga& kelompok, yaitu ' 3 a. Surat biasa adalah surat yang tidak dijadikan alat bukti, dan apabila surat tersebut dijadikan sebagai alat bukti, hal itu merupakan kebetulan saja > b. "kta otentik adalah suatu akta yang dibuat oleh atau dihadapan pegawai umum yang berkuasa akan membuatnya, maksudnya ialah bahwa surat tersebut dibuat oleh pejabat yang berwenang
-etnowulan Sutantio dan Iskandar ,eripkartawinata, H,.,M 2C2R2 3ERD2T2 D2L2M TEORI D2N 3R2.TE., Bandung' #andar #aju, 7::7, hlm. 32.
6

10

seperti surat panggilan jurusita, surat putusan hakim dan lainlain > c. "kta dibawah tangan berisi catatan dari suatu perbuatan hukum, tetapi tidak dibuat dihadapan pejabat yang berwenang. Pembuktian dengan saksi dalam praktek la?im disebut kesaksian, dalam hukum acara perdata pembuktian dengan saksi sangat penting artinya, apabila bukti surat tidak ada maka diganti dengan bukti saksi. "lat bukti persangkaan dalam hukum acara perdata menyerupai petunjuk dalam hukum acara pidana. Persangkaan adalah kesimpulan yang ditarik dari suatu peristiwa yang telah dianggap terbukti, atau peristiwa yang dikenal kearah suatu peristiwa yang belum terbukti. 1alam hukum acara perdata ada 7 %dua& macam pengakuan, yaitu pengakuan yang dilakukan didalam persidangan dan pengakuan diluar persidangan. "lat bukti sumpah dikenal 7 %dua& macam sumpah, ialah sumpah yang dibebankan oleh hakim dan sumpah yang di bebankan oleh pihak lawan, sedangkan yang disumpah disini adalah salah satu pihak baik penggugat ataupun tergugat, dan yang dijadikan sebagai alat bukti adalah keterangan salah satu pihak yang dikuatkan dengan sumpah. 1alam pembuktian tidak semua dalil harus yang menjadi dasar gugatan harus di buktikan kebenarannya, sebab dalil-dalil yang tidak disangkal apalagi diakui sepenuhnya oleh pihak lawan, tidak perlu

11

dibuktikan lagi.

akim yang memeriksa perkara itu yang akan

menentukan siapa diantara pihak-pihak yang berperkara akan diwajibkan untuk memberikan bukti, apakah penggugat atau tergugat, dengan perkataan lain hakim sendiri yang menentukan pihak yang mana akan memikul beban pembuktian;. Pembuktian dalam kontrak jual beli secara elektronik, sampai saat ini sulit dilakukan karena belum ada suatu aturan yang mengaturnya, untuk mengisi kekosongan hukum diharapkan hakim dapat menemukan dan menggali nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat sebagaimana dijelaskan dalam *ndang-*ndang +o. 4 Tahun 7::4 Tentang !ekuasaan !ehakiman pasal 79 ayat %2&, bahwa hakim perlu menemukan teori-teori dan dasar hukum yang nantinya dapat digunakan apabila terjadi suatu sengketa khususnya melalui media elektronik, dan di dalam menjatuhkan beban pembuktian, hakim harus bertindak secara arif dan bijaksana.

!. Met"de Penelitian #. $%esifikasi Penelitian Spesifikasi penelitian yang dilakukan secara des'ri$ti0 analitis, dengan melukiskan dan menggambarkan fakta-fakta berupa data sekunder bahan hukum primer yaitu peraturan perundangundangan
7

yang

rele$an

dengan

perjanjian

dan

kekuatan

I&id*, hlm. =9.

12

pembuktian dalam kontrak jual beli secara elekronik, bahan hukum sekunder yaitu pendapat ahli hukum terkemuka %doktrin&, dan bahan hukum tertier, kamus hukum yaitu sumber lain yang bukan perundang-undangan. &. Pendekatan #etode pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan (uridis nor#ati0 dan e#$iris yaitu metode pendekatan yang mengkonsepsikan hukum sebagai norma, kaidah, asas atau dogma-dogma9. Tahap pendekatan ini dilakukan dengan

penafsiran gramatikal, yaitu menafsirkan kata-kata dari peraturan perundang-undangan yang rele$an dengan masalah kontrak jual beli secara elektronik, melakukan kontruksi hukum 2r"u#entu# 2 Contrario, yaitu argumentasi kebalikan dari pendapat@sumber yang digunakan dalam melakukan penelitian, melakukan perbandingan hukum karena membahas hubungan peraturan perundang-

undangan yang satu dengan yang lain untuk menjamin kepastian hukum berdasarkan positi$isme hukum, bahwa perundang-

undangan yang berlaku benar-benar dilaksanakan oleh para penegak hukum dan penguasa. '. Taha% Penelitian
,tje S. Soemadiningrat, (3en(usunan 3enulisan Hu'u# 3ada 5a'ultas Hu'u# ,NI.OM,) Ma'ala! $ada Se#inar ,$-Gradin" Te'ni' 3en(usunan 3enulisan Hu'u# ole! Le#&a"a .a%ian Hu'u# ,NI.OM, Bandung 27 Aebruari, 7::4, hlm. =.
8

13

Penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan dengan mengambil data melalui literatur-literatur tertulis, dan studi

lapangan melalui internet sebagai pelengkap studi kepustakaan. (. Teknik Pengu %ulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelaahan data dalam peraturan perundang-undangan, buku teks, jurnal, maupun artikel-artikel, dan melakukan studi lapangan melalui internet. &. Analisis Data "nalis data yang digunakan secara 'ualitati0 (uridis, yaitu perundang-undangan yang satu dan yang lain tidak boleh saling bertentangan, memperhatikan hierarki perundang-undangan, dan berbicara tentang kepastian hukum, bahwa perundang-undangan yang berlaku dilaksanakan oleh para penegak hukum baik publik maupun pri$at atau penguasa. ). L"kasi Penelitian "dapun penelitian ini dilakukan ' 2. Perpustakaan *+I!,#, .alan 1ipatiukur +o.227 Bandung > 7. Badan Perpustakaan 1aerah Pro$insi .awa Barat, .alan "sia "frika Bandung > 8. #elakukan 1rowsin" situs, data melalui 6e&site, dengan

menggunakan

http'@@www.jus.$io.no@lm@un.electronic.

commerce. model. law. 2<<3.

14

*. $iste atika Penulisan BAB I + PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB II +

BEBE,APA A$PEK HUKUM TENTAN* PEMBUKTIAN DAN K-NT,AK .UAL BELI Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kontrak jual beli secara elektronik dilihat dari beban

pembuktiannya yang terdiri dari dasar hukum kontrak jual beli, hak dan kewajiban para pihak, dan aspek hukum sistem pembuktian.

BAB III +

KEKUATAN PEMBUKTIAN DALAM K-NT,AK .UAL BELI $ECA,A ELEKT,-NIK Bab ini menguraikan tentang beberapa hal pokok yang berkaitan dengan kontrak jual beli dan beban pembuktian dalam melakukan transaksi secara elektronik yang terdiri dari para pihak yang terkait dalam proses jual beli secara elektronik, proses jual beli secara elektronik, kendala-kendala

15

yang timbul berdasarkan pembuktian dalam kontrak jual beli secara elektronik*

BAB I/ +

ANALI$I$ HUKUM MEN*ENAI KEKUATAN PEMBUKTIAN DALAM K-NT,AK .UAL BELI $ECA,A ELEKT,-NIK DITIN.AU DA,I PA$AL #)( HET HERZIENE

INDONESISCH REGLEMENT 0HI,1 Bab ini menguraikan tentang analis terhadap ketentuan dalam kekuatan pembuktian dalam kontrak jual beli secara elektronik yang terdiri dari tanggungjawab para pihak dalam kontrak jual beli secara elektronik, keabsahan tanda tangan elektronik dalam kontrak jual beli secara elektronik, kekuatan hukum pembuktian dalam kontrak jual beli secara elektronik ditinjau dari pasal 234 Het Herziene indonesis ! Re"le#ent % I-&.

BAB / +

KE$IMPULAN DAN $A,AN Bab ini bersikan kesimpulan serta saran-saran. BAB II

BEBE,APA A$PEK HUKUM TENTAN* PEMBUKTIAN K-NT,AK .UAL BELI

16

A. Dasar Huku

K"ntrak .ual Beli

1i Indonesia, kontrak atau perjanjian yang berlaku harus didasarkan pada Buku III !* -Perdata Tentang Perikatan. #enurut pasal 2828 !* -Perdata kontrak atau perjanjian adalah suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Pelaksanaan kontrak atau perjanjian ini harus sesuai dengan syarat sahnya suatu perjanjian, sebagaimana disebutkan dalam pasal 287: !* -Perdata, yaitu ' 2. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya > !esepakatan yang terjadi antara kedua belah pihak yang membuat suatu kontrak merupakan suatu perwujudan dari adanya persesuaian kehendak dari masing-masing pihak. Syarat pertama untuk sahnya suatu perjanjian adalah sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, didukung oleh pasal 2872 !* -Perdata yang menyebutkan bahwa tiada kata sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan, maksudnya bahwa antara pihak-pihak dalam suatu perjanjian harus ada persesuaian kehendak tanpa adanya paksaan, kekhilapan dan penipuan. 7. !ecakapan untuk membuat suatu perikatan > !ecakapan merupakan syarat utama terjadinya perjanjian, karena orang yang belum cakap hukum tidak dapat melakukan perbuatan hukum. Syarat ini didukung oleh pasal 288: !* -Perdata yang

17

menegaskan bahwa cakap %bekwaam& merupakan syarat umum untuk dapat melakukan perbuatan hukum secara sah yaitu harus sudah dewasa, sehat akal pikiran dan tidak dilarang oleh suatu peraturan perundang-undangan untuk melakukan suatu perbuatan tertentu. #enurut pasal 4; ayat %2& *ndang-*ndang +omor 2 Tahun 2<;4 Tentang Perkawinan, seseorang yang dikatakan dewasa apabila telah mencapai umur 29 %delapan belas& tahun atau pernah melangsungkan perkawinan, sedangkan sehat akal dan pikiran menurut pasal 82 ayat %7& *ndang-*ndang +omor 2 Tahun 2<;4 Tentang Perkawinan artinya adalah orang yang mampu untuk melakukan perbuatan hukum, dan tidak dilarang oleh suatu peraturan perundang-undangan untuk melakukan suatu perbuatan tertentu artinya orang yang dalam pengampuan seperti orang yang ditahan karena melanggar hukum dilarang melakukan suatu perjanjian atau kontrak. 8. Suatu hal tertentu > Syarat ketiga adalah suatu hal tertentu, syarat ini didukung oleh pasal 2887 !* -Perdata yang menyebutkan bahwa hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja dapat menjadi pokok suatu perjanjian, maksudnya bahwa hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan sajalah yang dapat dijadikan objek persetujuan. Syarat lainnya yaitu dapat ditentukan jumlah dan jenisnya

sebagaimana ditetapkan dalam pasal 2888 !* -Perdata bahwa suatu perjanjian harus mempunyai pokok dari suatu barang yang paling

18

sedikit ditentukan jenisnya.

1engan demikian dapat disimpulkan

bahwa syarat itu tidak hanya mengenai obyek tertentu jenisnya, tetapi meliputi juga benda-benda yang jumlahnya pada saat dibuatnya persetujuan belum ditentukan, asal jumlah itu kemudian dapat ditentukan atau dihitung. 4. Suatu sebab yang halal. Syarat keempat adalah suatu sebab yang halal, syarat ini didukung oleh pasal 288= !* -Perdata yang menyebutkan bahwa suatu perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan, maksudnya bahwa jenis-jenis perjanjian tertentu yang dengan jelas bertentangan dengan ketertiban umum tidak dibenarkan sama sekali oleh hukum. 1ari rumusan diatas, jelas bahwa suatu perjanjian jual beli harus memenuhi keempat syarat tersebut, ada 7 %dua& syarat yang digolongkan ke dalam syarat sahnya suatu perjanjian yang terdiri dari ' 2. Syarat subyektif terdiri dari kesepakatan antara kedua belah pihak yang melakukan perjanjian dan kecakapan hukum, apabila syarat subyektif ini tidak terpenuhi maka perjanjian dapat dibatalkan artinya selama para pihak tidak membatalkan perjanjian, maka perjanjian masih tetap berlaku. 7. Syarat obyektif terdiri dari suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal, hal ini berhubungan dengan objek yang

19

diperjanjikan dan yang akan dilaksanakan oleh para pihak sebagai prestasi atau utang dari para pihak, apabila syarat obyektif ini tidak terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum yang artinya sejak semula dianggap tidak pernah ada perjanjian. Sementara itu menurut Pasal 2889 ayat %2& !* -Perdata, yang berbunyi bahwa suatu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. !etentuan tersebut

mengandung asas kebebasan berkontrak maksudnya bahwa setiap orang bebas untuk menentukan bentuk, macam dan isi perjanjian dengan siapapun asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, tidak melanggar ketertiban umum dan

kesusilaan. Salah satu perwujudan asas kebebasan berkontrak ini yaitu dengan munculnya perjanjian baku %standard o0 ontra t&, yang mana isi perjanjian tersebut ditentukan oleh salah satu pihak saja, dengan demikian terlihat bahwa unsur kesepakatan dalam perjanjian, seperti itu tidak terpenuhi seutuhnya, karena seseorang dihadapkan pada kondisi harus menerima isi perjanjian dengan segala konsekuensinya, apabila tidak setuju dengan isi perjanjian, maka tidak ada perjanjian antara kedua pihak tersebut, atau dengan kata lain ( Ta'e It or Leave It 5. "?as lain yang terkandung dalam suatu perjanjian adalah '

20

2. "?as

konsensualisme,

yaitu

a?as

tentang

kesepakatan,

maksudnya adalah perjanjian dianggap ada seketika setelah adanya kata sepakat > 7. "?as kepercayaan, yaitu diantara pihak yang membuat perjanjian dalam hal ini diantara kedua belah pihak yang melakukan perjanjian memiliki rasa saling percaya > 8. "?as kekuatan mengikat, maksudnya adalah para pihak yang membuat perjanjian terikat pada isi perjanjian dan kepatutan > 4. "?as persamaan hukum, maksudnya setiap orang dalam hal ini para pihak mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum > =. "?as keseimbangan, maksudnya yaitu dalam pelaksanaan perjanjian harus ada keseimbangan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak sesuai dengan isi perjanjian > 3. "?as moral, maksudnya yaitu sikap moral yang baik harus menjadi moti$asi para pihak dalam membuat dan melaksanakan perjanjian > ;. "?as kepastian hukum, maksudnya yaitu perjanjian yang dibuat oleh para pihak berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya > 9. "?as kepatuhan, yaitu bahwa isi perjanjian itu tidak hanya harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku tetapi juga harus sesuai dengan kepatutan, hal ini sesuai

21

dengan pasal 288< !* -Perdata yang menyatakan bahwa suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang > <. "?as kebiasaan, yaitu perjanjian harus mengikuti kebiasaan yang la?im dilakukan, sesuai dengan isi dalam pasal 284; !* Perdata yang menyebutkan bahwa hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan, dianggap secara diam-diam dimasukkan dalam perjanjian, meskipun tidak dengan tegas dinyatakan. Berdasarkan Pasal 24=; !* -Perdata sebagai berikut jual beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Para pihak dalam jual beli ini

terdiri dari penjual dan pembeli, masing-masing pihak memiliki hak dan kewajibannya. Penjual wajib menyerahkan barang sebagai hak pembeli dan pembeli wajib membayar harga barang sesuai perjanjian jual beli sebagai hak penjual. Berdasarkan a?as konsensualisme, kontrak dianggap ada seketika setelah adanya kata sepakat, dalam hal ini kontrak jual beli dianggap terjadi pada saat kedua belah pihak setuju tentang barang dan harga. Sifat konsensual dari jual beli ditegaskan dalam pasal 24=9 !* -Perdata

22

yang berbunyi bahwa jual-beli itu dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum diserahkan, maupun harganya belum dibayar. *nsur-unsur yang harus diperhatikan dalam kontrak jual beli adalah' 2. *nsur )ssentialia, yaitu unsur pokok yang wajib ada dalam suatu perjanjian atau mutlak ada dalam perjanjian, misalnya identitas dari kedua belah pihak yang membuat perjanjian > 7. *nsur +aturalia, yaitu unsur yang dianggap ada dalam perjanjian walaupun tidak dituangkan secara tegas dalam perjanjian tersebut, seperti itikad baik yang harus ada pada masing-masing pihak > 8. *nsur "ccedentalia, yaitu unsur tambahan yang diberikan oleh para pihak dalam perjanjian, misalnya klausula yang berbunyi (Barang sudah dibeli tidak dapat dapat dikembalikan5. Pelaksanaan jual beli dapat menimbulkan risiko bagi kedua belah pihak. -isiko adalah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan oleh suatu kejadian %peristiwa& di luar kesalahan salah satu pihak <. #engenai risiko dalam jual beli ini, dalam !* -Perdata ada 8 %tiga& peraturan, yaitu '

-. Subekti, (2NE.2 3ER42N4I2N), 0etakan BII, Bandung' "lumni, 2<9=, hlm.

74.

23

2. #engenai barang tertentu, yang diatur dalam pasal 243: !* Perdata, bahwa barang itu sejak pembelian %saat ditutupnya perjanjian& adalah atas tanggungan si pembeli, meskipun penyerahannya belum dilakukan si penjual berhak menuntut harganya, artinya bahwa risiko disini dibebankan kepada si pembeli meskipun barang tersebut belum diserahkan.

Berdasarkan S)#" +o. III Tahun 2<3: ketentuan mengenai risiko sebagaimana diatur dalam pasal 243: tersebut diatas sudah tidak berlaku, dengan demikian risiko biasanya yang

ditetapkan

berdasarkan

kesepakatan

para

pihak

dituangkan dalam isi perjanjian > 7. #engenai barang yang dijual menurut berat, jumlah atau ukuran, yang diatur dalam pasal 2432 !* -Perdata, yang menyebutkan bahwa jika barang-barang tidak dijual menurut tumpukan, tetapi menurut berat, jumlah dan ukuran, maka barang-barang itu tetap atas tanggungan si penjual hingga barang-barang ditimbang, dihitung, atau diukur > 8. #engenai barang-barang yang dijual menurut tumpukan, yang diatur dalam pasal 2437 !* -Perdata yang menyebutkan bahwa jika sebaliknya barang-barang dijual menurut tumpukan, maka barang-barang itu adalah atas tanggungan si pembeli, meskipun belum ditimbang, dihitung, atau diukur.

24

#enurut ketentuan-ketentuan pasal 2432 dan 2437 !* -Perdata risiko atas barang-barang yang dijual menurut berat, jumlah atau ukuran diletakkan kepada si penjual hingga barang-barang itu telah ditimbang, dihitung atau diukur, sedangkan risiko atas barangbarang yang dijual menurut tumpukan diletakkan pada si pembeli. #aka dapat diambil kesimpulan mengenai risiko ini, bahwa selama belum dile$er, mengenai barang dari macam apa saja, risikonya masih harus dipikul oleh penjual, yang masih merupakan pemilik sampai pada saat barang itu secara yuridis diserahkan kepada pembeli. 1engan adanya suatu a?as kebebasan berkontrak dalam suatu perjanjian atau kontrak, para pihak bebas untuk menentukan bentuk, macam, dan isi perjanjian dan juga bebas untuk menentukan risiko para pihak yang terikat oleh suatu perjanjian.

B. Hak Dan Ke2aji3an Para Pihak Dala

K"ntrak .ual Beli

Sebelum membahas mengenai hak dan kewajiban para pihak dalam melakukan kontrak jual beli secara elektronik, perlu diketahui pengertian kontak adalah suatu persetujuan, perikatan atau perutangan, menurut 1onald Black dalam bukunya 1la ' Law Di tionar(

25

mendefinisikan kontrak adalah sebuah kesepakatan antara dua orang atau lebih yang menciptakan sebuah kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan suatu hal yang tertentu 2:. Sedangkan definisi kontrak sebagai sebuah kesepakatan dikemukakan oleh ,ni0or# Co##er ial Code %,CC& yang menyatakan bahwa istilah kontrak merujuk kepada kewajiban hukum secara penuh yang terlahir dari kesepakatan para pihak yang dilakukan sesuai dengan undang-undang. Pada penjualan, kontrak dan kesepakatan terbatas pada hal-hal yang berhubungan dengan penjualan barang-barang pada masa kini dan masa yang akan datang, dan kontrak penjualan meliputi sebuah transaksi penjualan pada saat ini serta kontrak penjualan pada masa yang akan datang 22. .ual beli sebagai suatu perjanjian bertimbal-balik dimana pihak yang satu %penjual& berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak yang lainnya %pembeli& berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut. Perkataan jual beli menunjukkan bahwa dari satu pihak perbuatan dinamakan membeli. Istilah tersebut mencakup dua perbuatan yang

bertimbal-balik, sesuai dengan istilah Belanda ( 'oo$ en ver'oo$5 yang juga mengandung pengertian bahwa pihak yang satu ( ver'oo$t5 %menjual& sedang yang lainnya ('oo$5 %membeli&. 1alam bahasa Inggris jual beli disebut dengan (sale5 saja yang berarti (penjualan5, begitu pula dalam
#. "rsyad Sanusi, (E-COMMERCE H,.,M D2N SOL,SIN725, Bandung' PT. #i?an Crafika Sarana, 7::2, hlm. 83. 11 I&id*, hlm. 89.
10

26

bahasa Perancis disebut hanya dengan ( vente5 yang berarti (penjualan5, sedangkan dalam bahasa .erman dipakai perkataan ( 'au05 yang berarti (pembelian5. Barang yang menjadi objek perjanjian jual beli harus cukup tertentu, artinya setidaknya dapat ditentukan wujud dan jumlahnya pada saat akan diserahkan hak miliknya kepada pembeli 27. 1alam kontrak jual beli para pelaku yang terkait didalamya mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda, kewajiban penjual dalam suatu perjanjian jual beli, sebagai berikut ' a. #enyerahkan hak millik atas barang yang diperjual-belikan. !ewajiban menyerahkan hak milik meliputi segala perbuatan yang menurut hukum diperlukan untuk mengalihkan hak milik atas barang yang diperjualbelikan itu, dari penjual kepada pembeli. b. !ewajiban menanggung kenikmatan tentram dan menanggung cacat-cacat tersembunyi %vri%warin", warrant(&. !ewajiban untuk menanggung kenikmatan merupakan

konsekuensi dari pada jaminan yang diberikan oleh penjual kepada pembeli bahwa barang yang dijual dan diserahkan atau dile$er itu sungguh-sungguh miliknya sendiri yang bebas dari sesuatu beban atau tuntutan dari sesuatu hak apapun. !ewajiban tersebut dalam realisasinya memberikan

penggantian kerugian kepada pembeli karena suatu gugatan pihak ketiga. Penanggungan % vri%warin", warrant(& maksudnya
12

-. Subekti, O$* Cit*, hlm. 7.

27

bahwa ketentuan yang perlu diperhatikan oleh pembeli adalah sebagaimana disebutkan dalam pasal 2=:8 !* -Perdata. !ewajiban untuk menanggung cacat-cacat tersembunyi

%ver&or"en "e&re'en, !idden de0e ts& artinya bahwa penjual diwajibkan menanggung cacat-cacat tersembunyi pada barang yang dijualnya, yang membuat barang tersebut tidak dapat dipakai oleh pembeli atau mengurangi kegunaan barang itu, sehingga akhirnya pembeli mengetahui cacat-cacat tersebut. ak penjual pada umumnya menentukan harga Pelaku

pembayaran atas penjualan barang dari konsumen.

usaha berdasarkan Pasal 2 ** +o. 9 Tahun 2<<< tentang Perlindungan !onsumen adalah setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum +egara -epublik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui

perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. #aksud ketentuan tersebut adalah bahwa

pelaku usaha tidak dibatasi hanya produsen pabrik saja, melainkan juga para distributor, serta para importir, tentu pelaku usaha periklanan tunduk pada undang-undang ini.

28

ak pelaku usaha, sebagaimana disebutkan menurut pasal 3 ** +o. 9 Tahun 2<<< tantang Perlindungan !onsumen, adalah sebagi berikut' a. ak menerima pembayaran yang sesuai dengan

kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan@atau jasa yang diperdagangkan > b. ak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad baik > c. ak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen > d. ak untuk rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak berakibat oleh barang dan@atau jasa yang diperdagangkan > e. ak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya. ak pelaku usaha menerima pembayaran sesuai dengan kondisi dan nilai tukar barang dan@atau jasa yang diperdagangkan menunjukkan bahwa pelaku usaha %penjual& tidak dapat menuntut banyak apabila barang dan@atau jasa yang diberikan kepada konsumen %pembeli& kurang memadai menurut harga yang berlaku sebelumnya. !ewajiban penjual merupakan hak bagi pembeli, berdasarkan pasal ; *ndang-*ndang Perlindungan !onsumen +o. 9 Tahun 2<<<,

29

penjual

merupakan

pelaku

usaha

yang

mana

pelaku

usaha

mempunyai kewajiban sebagai berikut ' a. Beritikad baik dalam melakukan setiap usahanya > b. #emberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan@atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan > c. #emperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif > d. #enjamin mutu barang dan@atau jasa yang diproduksi dan@atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan@atau jasa yang berlaku > e. #emberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan@atau mencoba barang dan@atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan@atau garansi atas barang yang dibuat dan@atau diperdagangkan > f. #emberikan kompensasi, ganti rugi dan@atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan@atau jasa yang diperdagangkan> g. #emberi kompensasi, ganti rugi dan@atau penggantian apabila barang dan@atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. Pelaku usaha dalam hal ini penjual berkewajiban mengganti kerugian kepada konsumen apabila barang dan@atau jasa yang diperoleh

30

konsumen tidak sesuai karena rusak ataupun sudah tidak layak sebagi barang yang siap pakai. ak pembeli dalam suatu proses jual beli pada umumnya, dibagi 7 %dua& macam, yaitu ' 2. Pemindahan hak atas barang tertentu ak atas barang tertentu berpindah tergantung dari keinginan para pihak berdasarkan suatu perjanjian yang dibuat, dan untuk menentukan maksud dari para pihak tersebut, dengan

memperhatikan dalam suatu syarat-syarat perjanjian > 7. Pemindahan hak milik atas barang tidak tentu "pabila ada perjanjian untuk jual beli barang tidak tentu, maka barang yang diserahkan dilakukan dengan perincian seperti jenis barang, bentuk barang, berat barang, dan lain sebagainya, dan barang karena perincian itu diserahkan dengan perjanjian baik oleh penjual dengan persetujuan pembeli, maupun oleh pembeli dengan persetujuan penjual, kemudian hak milik atas barang itu berpindah kepada pembeli. ak milik hanya berpindah ketika barang itu disesuaikan dengan perjanjian, yaitu disimpan atau sebaliknya dikenal, diberi etiket, dan sebagainya, sebagaimana yang telah diperjanjikan oleh para pihak. Pembeli merupakan konsumen, yang mempunyai kewajiban sebagai hak penjual dalam suatu proses jual beli adalah sebagai berikut '

31

2. #embayar

harga

pembelian

pada

waktu

dan

ditempat

sebagaimana ditetapkan menurut perjanjian.

arga tersebut

berupa sejumlah uang, meskipun mengenai hal ini tidak ditetapkan dalam undang-undang, namun dianggap telah terkandung dalam pengertian jual beli sebagaimana diatur oleh pasal 243= !* -Perdata, apabila pembayaran harga itu berupa barang, maka hal tersebut menggambarkan bahwa yang terjadi bukanlah suatu proses jual beli melainkan tukar-menukar, atau apabila pembayaran harga barang itu berupa jasa, maka perjanjiannya akan berubah menjadi perjanjian kerja. arga itu

harus ditetapkan sesuai kesepakatan kedua belah pihak, namun dapat juga ditetapkan sesuai perkiraan atau penentuan pihak ketiga. Perjanjian jual beli yang harganya harus

ditetapkan oleh pihak ketiga, pada hakekatnya adalah suatu perjanjian dengan suatu (syarat tangguh5, karena perjanjiannya baru akan terjadi apabila harga tersebut telah ditetapkan oleh pihak ketiga tersebut. #enurut pasal 243= !* -Perdata,

disebutkan bahwa biaya akta jual beli dan lain-lain biaya tambahan sebaliknya. dipikul oleh pembeli, kecuali diperjanjikan

"pabila pada waktu perjanjian dibuat tidak

ditetapkan tentang tempat dan waktu pembayaran, maka pembeli harus membayar ditempat dan pada waktu dimana penyerahan %leverin"& barangnya dilakukan, sebagaimana

32

dijelaskan dalam pasal 2=24 !* -Perdata yang menyebutkan bahwa jika pada waktu membuat perjanjian tidak ditetapkan tentang itu, pembeli harus membayar di tempat dan pada waktu dimana penyerahan harus dilakukan. "pabila pembeli, dalam penguasaannya atas barang yang dibelinya, diganggu oleh suatu tuntutan hukum yang berdasarkan hipotik atau hak tanggungan atas suatu tuntutan untuk meminta kembali barangnya, atau jika pembeli mempunyai alasan yang patut untuk khawatir bahwa ia akan diganggu, maka ia dapat menangguhkan pembayaran harga pembelian hingga penjual menghentikan gangguan tersebut, kecuali jika penjual memilih memberikan jaminan, atau jika telah diperjanjikan bahwa pembeli diwajibkan membayarnya. "pabila pembeli tidak

membayar harga pembelian, berarti pembeli telah melakukan suatu wanprestasi yang memberikan alasan kepada penjual untuk menuntut ganti-rugi atau pembatalan perjanjian jual beli sesuai ketentuan dalam pasal 2733 ayat %8& !* -Perdata yang menyebutkan bahwa permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan dalam perjanjian. Pasal 273; !* -Perdata

menyebutkan bahwa pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika hal itu masih dapat dilakukan, akan memaksa pihak yang lain untuk memenuhi

33

perjanjian, ataukah ia akan menuntut pembatalan perjanjian, disertai penggantian biaya kerugian dan bunga, maksudnya bahwa dalam hal penjualan barang-barang dagangan dan barang-barang perabot rumah tangga, pembatalan perjanjian untuk kepentingan penjual akan terjadi demi hukum dan tanpa peringatan, setelah lewatnya waktu yang ditentukan untuk mengambil barang yang dijual > 7. Biaya akta-akta jual beli dan lain-lain biaya tambahan ditanggung oleh pembeli. Berdasarkan Pasal 2 ** +o. 9 tahun 2<<< tentang Perlindungan konsumen, yang dimaksud konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan@atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain, dan tidak untuk diperdagangkan. Pembeli dianggap sebagai konsumen

sehingga berdasarkan Pasal 4 ** +o. 9 Tahun 2<<< tentang Perlindungan !onsumen hak pembeli atau hak konsumen antara lain ' a. ak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan@atau jasa > b. ak untuk memilih barang dan@atau jasa serta mendapatkan barang dan@atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan > c. ak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan@atau jasa >

34

d.

ak untuk didengar pendapat dan keluhan atas barang dan@atau jasa yang digunakan >

e.

ak untuk mendapatkan ad$okasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut>

f. g.

ak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen> ak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur secara tidak diskriminatif >

h.

ak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan@atau penggantian, apabila barang dan@atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagimana mestinya >

i.

ak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya. ak-hak pembeli atau konsumen yang telah disebutkan diatas

dapat diambil kesimpulan bahwa pembeli atau konsumen memiliki = %lima& hak utama yang harus diperhatikan, diantaranya adalah '

2.

ak atas keamanan dan keselamatan > !onsumen %pembeli& berhak mendapatkan jaminan keamanan dan keselamatan dalam penggunaan barang dan@atau jasa yang diperolehnya, hal ini dilakukan agar konsumen %pembeli& dapat terhindar dari masalah kerugian.

7.

ak untuk memperoleh informasi >

35

Informasi atas barang dan@atau jasa yang akan diperoleh oleh konsumen %pembeli& sangat penting, karena konsumen akan mendapatkan gambaran terhadap barang dan@atau jasa yang sangat jelas dari informasi tersebut. 8. ak untuk memilih > !onsumen %pembeli& memiliki hak untuk memilih, maksudnya adalah konsumen bebas menentukan produk yang akan digunakan sesuai kebutuhannya tanpa ada paksaan dari pihak manapun. 4. ak untuk didengar > ak untuk didengar berkaitan dengan hak atas informasi. !onsumen penjelasan konsumen %pembeli& dari memliki yang hak ingin untuk mendapatkan biasanya

hal-hal

diketahui,

%pembeli&

mengajukan

pertanyaan-pertanyaan

mengenai produk yang akan dibelinya. =. ak untuk memperoleh ganti rugi ak atas ganti rugi sebagai kompensasi bagi pelaku usaha karena barang dan@atau jasa yang dijual ternyata tidak layak atau rusak. ak yang diberikan kepada konsumen %pembeli&, harus

diimbangkan dengan kewajiban yang diberikan kepada konsumen agar konsumen tidak sewenang-wenang dalam melakukan tindakannya, maka hak-hak tersebut dibatasi. !ewajiban konsumen sebagaimana diatur

36

dalam Pasal = ** +o. 9 tahun 2<<< tentang Perlindungan !onsumen, adalah ' a. #embaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan@atau jasa, demi keamanan dan keselamatan > b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan@atau jasa > c. #embayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati > d. #engikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. !ewajiban konsumen untuk membaca atau mengikuti petunjuk dalam menggunakan barang dan@atau jasa terkadang dilalaikan oleh konsumen, biasanya pelaku usaha telah mencantumkan petunjuk pemakaian di dalam produk yang dibuatnya. 1alam pelaksanaan kontrak jual beli, adanya itikad baik merupakan hal yang harus dimiliki oleh para pihak, sebagaimana terdapat pada ketentuan pasal 2889 ayat %8& !* -Perdata, yang menyatakan bahwa suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik, asas itikad baik ini menghendaki bahwa suatu perjanjian dilaksanakan secara jujur, yakni dengan mengindahkan norma-norma kepatuhan dan kesusilaan. "sas ini adalah salah satu hal yang terpenting dari hukum perjanjian.

C. As%ek Huku

$iste

Pe 3uktian

37

#enurut pendapat dari Prof. -. Soekardono S. , tulisannya yang berjudul (P)+CC*+""+ *P"D"-*P"D" P)#B*!TI"+ 1"/"#

P-,S)1*- P)-1"T"5, #ajalah /embaga Pembinaan

ukum +asional

%/P +&, 2<;2 +o. 27 hal. 4<, yang dimaksud dengan pembuktian adalah membuktikan suatu peristiwa, mengenai adanya suatu hubungan hukum dan merupakan salah satu cara untuk menyakinkan hakim akan kebenaran yang menjadi dasar gugatan atau dalil-dalil yang dipergunakan untuk menyangggah kebenaran dalil-dalil yang telah dikemukakan oleh pihak lawan28. #engenai pembuktian pernah dipersoalkan, apakah sebenarnya yang dapat dibuktikan itu. Beberapa ahli hukum mengatakan bahwa yang harus dibuktikan apabila terjadi sengketa hukum adalah kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang telah terjadi, seperti adanya hak milik, adanya piutang, hak waris, dan sebagainya, oleh karena itu dalam persidangan hakim harus membuktikan fakta-fakta atau peristiwaperistiwa untuk membenarkan adanya suatu hak. /egalitas atau keabsahan dari suatu kontrak atau perjanjian khususnya dalam kontrak jual beli secara elektronik menjadi sebuah fenomena yuridis yang relatif baru bagi hukum positif Indonesia pada umumnya. al ini perlu dikaji lebih lanjut terhadap aspek hukum

pembuktian pada khususnya. Proses pembuktian terhadap suatu peristiwa dapat dilakukan dengan beberapa cara. #enurut Paton dalam bukunya 2 Te8t&oo' O0
13

-etnowulan Sutanto dan Iskandar ,eripkartawinata, O$* Cit*, hlm. =<.

38

4uris$ruden e

disebutkan

bahwa,

alat

bukti

dapat

bersifat

oral,

do u#entar(, atau #ateriil, alat bukti yang bersifat oral merupakan katakata yang diucapkan seorang dalam pengadilan, artinya kesaksian tentang suatu peristiwa merupakan alat bukti yang bersifat oral, alat bukti yang bersifat do u#entar( adalah alat bukti yang surat atau alat bukti tertulis, sedang alat bukti yang bersifat #ateriil adalah alat bukti barang fisik yang tampak atau dapat dilihat selain dokumen 24. #embuktikan berarti menyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan. 1engan demikian nampaklah bahwa pembuktian itu hanya diperlukan dalam persengketaan atau perkara di muka akim atau Pengadilan 2=. ukum

#enurut sistem Het Herziene Indonesis ! Re"le#ent atau "cara Perdata, hakim terikat pada alat-alat bukti yang sah.

akim hanya

boleh mengambil keputusan berdasarkan alat-alat bukti yang disahkan oleh undang-undang. sebagaimana yang "lat-alat bukti dalam disebutkan dalam Pasal ukum "cara Perdata 234 Het Herziene

Indonesis ! Re"le#ent % I-&, dan pasal 2933 !* -Perdata, terdiri atas ' 2. "lat bukti surat > Surat bukti yang terutama ialah surat akta, dengan disingkat biasa disebut ( akta5. Pada umumnya akta itu adalah suatu surat yang ditanda tangani, memuat keterangan tentang

14 Sudikno #ertokusumo, H,.,M 2C2R2 3ERD2T2 INDONESI2, )disi !eempat, Dogyakarta' /iberty, 2<<8, hlm. 22<. 15 -. Subekti, H,.,M 3EM1,.TI2N, 0etakan !eempat Belas, .akarta' PT. Pradnya Paramita, 7::8, hlm. 2.

39

kejadian-kejadian atau hal-hal yang merupakan dasar dari sesuatu perjanjian. 1apat dikatakan bahwa akta itu adalah

suatu tulisan dengan mana dinyatakan sesuatu perbuatan hukum. "kta yang demikian ada yang bersifat otentik dan ada yang sifatnya dibawah tangan. Selanjutnya alat bukti tertulis %surat& dibagi menjadi 7 %dua&, yaitu ' a. "kta ,tentik Berdasarkan pasal 23= I- yang dimaksud dengan akta

otentik, yaitu surat yang diperbuat oleh atau dihadapan pegawai umum yang berkuasa membuatnya, mewujudkan bukti yang cukup bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta sekalian orang yang mendapat hak dari padanya, yaitu tentang segala hal, yang tersebut didalam surat itu dan juga tentang yang tercantum dalam surat itu sebagai

pemberitahuan saja, tetapi yang tersebut kemudian itu hanya sekedar yang diberitahukan langsung berhubungan dengan pokok dalam akta itu, maksudnya bahwa akta tersebut dibuat dihadapan pejabat yang menurut undangundang berwenang untuk membuatnya misalnya +otaris. Sedangkan menurut pasal 2939 !* -Perdata suatu akta otentik adalah suatu kata yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan

40

pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya, oleh karena itu isi dari akta otentik dianggap tidak dapat disangkal kebenarannya, kecuali jika dapat dibuktikan, bahwa apa yang oleh pegawai umum yang berwenang dicatat kebenarannya. b. "kta dibawah tangan berisi catatan dari suatu perbuatan hukum, tetapi tidak dibuat dihadapan pejabat yang

berwenang. "da ketentuan khusus mengenai akta dibawah tangan, yaitu akta dibawah tangan yang memuat hutang sepihak, untuk membayar sejumlah uang tunai atau menyerahkan suatu benda, harus ditulis seluruhnya dengan tangan sendiri oleh orang yang menandatangani, atau setidak-tidaknya selain tanda tangan harus ditulis pula dibawah, dengan tangan sendiri oleh yang bertanda tangan, surat keterangan untuk menguatkan jumlah atau besarnya atau banyaknya harus dipenuhi, dengan huruf seluruhnya, artinya dalam menadatangani surat yang nantinya akan dijadikan sebagai alat bukti harus di tandatangani oleh orang yang bersangkutan. #engenai akta dibawah tangan, tidak diatur dalam I-, tetapi diatur dalam Stb. 293; +omor 7<

untuk .awa dan #adura. Sedangkan untuk luar .awa dan

41

#adura diatur dalam

Pasal 793 sampai 8<= -bg> serta

Pasal 29;4 sampai 299: !* -Perdata23. Selain akta otentik dan akta dibawah tangan, antara I- dan

!* -Perdata, tidak mengatur tentang pembuktian dari suratsurat yang bukan akta. Surat dibawah tangan yang bukan akta hanya disebut dalam pasal 29;4 ayat %2& !* -Perdata yang sebagai tulisan-tulisan di bawah tangan dianggap akta-akta yang ditandatangani di bawah tangan, surat-surat urusan rumah tangga dan lain-lain tulisan yang dibuat tanpa perantaraan seorang pegawai umum. 1alam Pasal 2992 !* -Perdata, dan 2998 !* -Perdata diatur secara khusus mengenai beberapa surat di bawah tangan yang bukan akta, misalnya' buku daftar %register&, surat-surat rumah tangga dan catatan-catatan yang dibubuhkan oleh seorang kreditur pada suatu alasan hak yang dipegang selamanya. !ekuatan pembuktian pada surat-surat yang bukan akta diserahkan pada pertimbangan hakim, sebagaimana diatur dalam pasal 2992 ayat %7& !* -Perdata yang menyebutkan dalam segala hal lain, hakim akan memperhatikannya, sebagaimana dianggapnya perlu 2;. 7. Bukti Saksi > "pabila bukti tulisan tidak ada, maka dalam perkara perdata orang
16 17

berusaha

mendapatkan

saksi-saksi

yang

dapat

Sudikno #ertokusumo, O$* Cit*, hlm. 27;. I&id*, hlm. 287.

42

membenarkan atau menguatkan dalil-dalil yang diajukan dimuka persidangan. !esaksian adalah kepastian yang diberikan kepada hakim di persidangan tentang peristiwa yang

disengketakan dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh orang yang bukan salah satu pihak dalam perkara yang dipanggil di persidangan, sebagaimana ditegaskan dalam pasal 2;2 I- ayat %2& yang menyebutkan bahwa dalam tiap-

tiap kesaksian harus disebut segala sebab pengetahuan saksi. #aksud dari pasal ini ialah bahwa pada umumnya yang menjadi saksi itu harus memberikan keterangan dengan apa yang ia lihat, apa yang ia dengar dan@atau apa yang ia alami. "pa yang ia ketahui dari keterangan orang lain, yaitu yang disebut kesaksian de auditu, kesaksian seperti itu tidak diperkenankan dalam hukum acara perdata di Indonesia. Pendapat-pendapat atau perkiraan-perkiraan dari saksi secara pribadi, yang disusun sebagai kesimpulan, bukan kesaksian yang sah 29. !eterangan saksi harus diberikan secara lisan dan pribadi di persidangan, jadi harus diberitahukan sendiri dan tidak diwakilkan serta tidak boleh dibuat secara tertulis. Pasal 24: ayat %2& I-

menyebutkan bahwa jika saksi yang dipanggil sekali lagi tidak juga datang, maka ia dihukum sekali lagi membayar biaya yang dikeluarkan dengan sia-sia itu, dan lagi akan mengganti
-. Tresna, .OMENT2R HIR, 0etakan !eenambelas, .akarta' PT. Pradnya Paramita, 7:::, hlm. 2=2.
18

43

kerugian yang terjadi bagi kedua belah pihak, karena ia tidak dating, artinya bahwa apabila saksi yang dipanggil secara patut dan tidak datang maka akan diberi sanksi terhadap saksi, dan apabila datang secara patut tetapi tidak mau memberikan keterangan maka dapat diberikan sanksi juga. 8. Persangkaan > #enurut pasal 2<2= !* -Perdata yang dimaksud dengan persangkaan adalah kesimpulan-kesimpulan yang oleh undangundang atau hakim ditarik dari suatu peristiwa yang terang nyata ke arah peristiwa lain yang belum terang kenyataannya. .adi menurut !* -Perdata pasal 2<2= ada dua persangkaan yaitu yang didasarkan pada atas undang-undang

%$raesu#$tiones %uris& dan yang merupakan kesimpulankesimpulan yang ditarik oleh hakim %$raesu#$tiones 0a ti&. #enurut pasal 2;8 I- disebutkan bahwa persangkaan yang

tidak berdasarkan pada suatu peraturan undang-undang, hanya boleh diperhatikan oleh hakim pada waktu menjatuhkan keputusannya, jika persangkaan itu penting, seksama, tentu dan bersetujuan yang satu dengan yang lain. menerangkan sangkaan atau dugaan, Pasal ini tidak namun hanya

menerangkan kapan persangkaan itu dapat digunakan sebagai alat bukti, yaitu jika persangkaan itu berarti, tertentu dan antara satu dengan yang lain terdapat persesuaian. Selanjutnya dalam

44

pasal 2<23 !* -Perdata menyebutkan

dugaan menurut

undang-undang yaitu dugaan yang karena kekuatan sesuatu ketentuan yang khusus didalam undang-undang, berhubungan dengan perbuatan-perbuatan tertentu atau dengan peristiwaperistiwa tertentu, antara lain '2< a. Perbuatan-perbuatan yang menurut undang-undang tidak sah, oleh karena dari sifat dan wujudnya pun sudah dapat diperkirakan bahwa perbuatan tersebut dilakukan untuk melanggar ketentuan undang-undang > b. !ejadian-kejadian yang menurut undang-undang dapat dijadikan kesimpulan guna menetapkan hak permilikan atau pembebasan dari utang > c. !ewibawaan yang diletakkan oleh undang-undang kepada keputusan akim > d. kekuatan yang diberikan oleh undang-undang kepada pengakuan atau sumpah dari salah satu pihak. 1ugaan mengenai sesuatu kejadian harus didasarkan kepada hal-hal yang telah terbukti, dan hakim harus berkeyakinan bahwa hal-hal yang telah terbukti boleh menimbulkan dugaan terhadap terjadinya sesuatu peristiwa lain. Berdasarkan kalimat terakhir dari pasal 2;8 I- itu ternyata, bahwa hakim tidak

19

I&id*, hlm. 2=8.

45

boleh mendasarkan keputusannya hanya dengan satu dugaan saja. 4. Pengakuan > Pengakuan %&e'entenis, on0ession), diatur dalam pasal 2;4

I- yang menyebutkan bahwa pengakuan yang diucapkan dihadapan hakim, cukup menjadi bukti untuk memberatkan orang yang mengaku itu, baik pengakuan itu diucapkannya sendiri, baik dengan pertolongan orang lain, ataupun yang dikuasakan untuk melakukan itu. #eskipun dalam I- dan

dalam !* -Perdata tidak ada keterangan yang tegas akan tetapi kedua-duanya mengadakan perbedaan antar pengakuan dan pembenaran. Perbedaan ini tampak pada bagian I- yang

memuat peraturan pemeriksaan perkara pidana pengadilan negeri. 1alam perkara sipil pengakuan dari tergugat berarti,

bahwa ia menerima dengan sepenuhnya segala yang diajukan oleh penggugat. Sedangkan menurut pasal 2;= I- yang

menyebutkan pengakuan dengan lisan diluar hukum dan tidak memuat ketentuan tentang pengakuan dengan tulisan yang dibuat diluar hukum. #enurut pasal 2;3 I-, setiap pengakuan

harus diterima keseluruhannya, apabila pada pengakuan itu dibubuhkan suatu keterangan mengenai pembebasan utang misalnya utang yang telah dibayar lunas atau telah dipenuhi dengan kewajiban yang telah ditentukan, atau bahwa utang itu

46

telah dihapuskan, maka apabila penggugat dapat mengambil dua tindakan, yaitu ' a. menganggap pengakuan yang dibubuhi keterangan tersebut sebagai suatu penyangkalan atas tuntutannya dan atas dasar penyangkalan itu ia mengajukan bukti-bukti yang diperlukan untuk menguatkan tuntutannya > b. mengajukan bukti, bahwa pembubuhan keterangan atas pengakuan tergugat itu tidaklah benar dan apabila terbukti maka ia dapat meminta kepada hakim agar diadakan pemisahan terhadap pernyataan tergugat. 1engan demikian maka penggugat yang menghadapi

pengakuan disertai dengan peristiwa pembebasan, dapat menempuh dengan dua jalan yaitu dengan membuktikan dalildalil dasar gugatannya atau membuktikan akan kepalsuan peristiwa pembebasan. =. Sumpah 1alam suatu perkara perdata sumpah yang diangkat oleh salah satu pihak dimuka hakim, ada 7 %dua& macam, yaitu ' a. Sumpah yang diperintahkan oleh pihak yang satu kepada pihak lawan untuk menggantungkan putusan perkara padanya, sumpah ini dinamakan sumpah pemutus atau de issoir >

47

b. Sumpah yang oleh hakim karena jabatannya, diperintahkan kepada salah satu pihak, %sebagaimana dijelaskan dalam pasal 2<7< !* -Perdata&. Sumpah pada umunya adalah suatu pernyataan yang khidmat yang diberikan atau diucapkan pada waktu memberi janji atau keterangan dengan mengingat akan sifat yang maha kuasa dari pada Tuhan, bahwa siapa yang memberi keterangan atas janji yang tidak benar akan dihukum oleh-+ya. .adi pada

hakekatnya sumpah adalah tindakan yang bersifat religius yang digunakan dalam peradilan. 1alam I- menyebutkan 8 %tiga&

macam sumpah sebagai alat bukti, yaitu '

2& Sumpah suppletoir %pasal 2==

I-& >

Sumpah suppletoir adalah sumpah yang diperhatikan oleh hakim karena jabatannya kepada salah satu pihak untuk melengkapi pembuktian peristiwa yang menjadi sengketa sebagai dasar putusannya. Sifat dari sumpah ini adalah

mempunyai fungsi untuk menyelesaikan perkara, maka mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, yang masih membuktikan adanya bukti lawan. 7& Sumpah penaksiran %2sti#atoir, s !attin"seed& >

48

Sebagaimana

diatur

dalam

pasal

2==

I-

Sumpah

penaksiran, yaitu sumpah yang diperintahkan oleh hakim karena jabatannya kepada penggugat untuk menentukan jumlah uang ganti kerugian. !ekuatan sumpah aestimatoir ini sama dengan sumpah suppletoir yang bersifat sempurna dan masih pembuktian lawan. 8& Sumpah decisoir %pasal 2=3 I-&

Sumpah decisoir atau pemutusan adalah sumpah yang dibebankan atas permintaan salah satu pihak lawannya. Pihak yang meminta lawannya mengucapkan sumpah disebut de0erent, sedangkan pihak yang harus bersumpah disebut delaat* Sumpah decisoir ini dapat dibebankan

mengenai segala peristiwa yang menjadi sengketa dan bukan mengenai pelbagai pendapat tentang hukum atau hubungan hukum sebagaimana disebutkan dalam pasal 2<8: !* -Perdata ayat %2& yang berbunyi bahwa sumpah pemutus dapat diperintahkan tentang segala persengketaan yang berupa apapun juga> selain tentang hal-hal para pihak tidak berkuasa mengadakan suatu perdamaian atau hal-hal dimana pengakuan mereka tidak boleh diperhatikan,

sedangkan dalam ayat %7& yang menyebutkan bahwa sumpah pemutus dapat diperintahkan dalam tingkatan perkara, bahkan juga apabila tiada upaya lain yang

49

manapun untuk membuktikan tuntutan atau tangkisan yang diperintahkan penyumpahannya itu. "kibat hukum

mengucapkan sumpah ini bahwa kebenaran peristiwa yang dimintakan sumpah menjadi pasti dan pihak lawan tidak boleh membuktikan bahwa sumpah itu palsu, tanpa

mengurangi wewenang jaksa untuk menuntut berdasarkan sumpah palsu, sehingga merupakan bukti yang bersifat menentukan, yang berarti bahwa de0erent harus dilakukan tanpa ada kemungkinan untuk mengajukan alat bukti lainnya. Setiap sumpah yang dibacakan di hadapan persidangan merupakan sebagai alat bukti, yang bertujuan untuk

menyelesaikan perkara yang terjadi diantara para pihak yang berperkara. 1alam suatu proses perdata, salah satu tugas hakim adalah menyelidiki apakah suatu hubungan hukum yang menjadi dasar gugatan benar-benar ada atau tidak, adanya hubungan hukum inilah yang harus terbukti apabila penggugat menginginkan kemenangan dalam suatu perkara. "pabila penggugat tidak berhasil dalam membuktikan dalil-

dalilnya yang menjadi dasar gugatannya, maka gugatannya akan ditolak, sedangkan apabila berhasil, gugatannya akan dikabulkan.

50

BAB III KEKUATAN PEMBUKTIAN DALAM K-NT,AK .UAL BELI $ECA,A ELEKT,-NIK

A. Para Pihak 4ang Terkait Dala

Pr"ses .ual Beli $e5ara Elektr"nik

ubungan hukum dalam suatu perjanjian atau kontrak terjadi karena adanya suatu perbuatan atau tindakan hukum yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berkeinginan untuk menimbulkan hubungan hukum tersebut. Setiap orang berhak untuk menentukan bentuk, macam, dan isi

51

perjanjian sesuai dengan asas kebebasan berkontrak sebagimana yang terdapat dalam Pasal 2889 ayat %2& !* -Perdata. 1alam setiap perjanjian, biasanya terdapat dua macam pihak %subyek& yang terlibat didalamnya, yaitu ' 2. #anusia atau badan hukum yang mendapatkan hak > dan 7. #anusia atau badan hukum yang dibebani kewajiban. Pihak-pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian jual beli secara umum terdiri dari penjual sebagai pelaku usaha, dan pembeli atau konsumen, dalam hal ini pelaku usaha wajib menyerahkan barang yang dibeli oleh konsumen serta berhak mendapatkan pembayaran atas barang %produk& yang dibeli oleh konsumen, sementara itu konsumen

berkewajiban untuk membayar atas barang yang dibelinya, dan berhak mendapatkan penyerahan barang yang telah dibelinya dari penjual. Pada pelaksanaan suatu kontrak terdapat paling tidak dua pihak atau lebih, yaitu pihak yang menawarkan barang dan atau jasa % o00eror& serta pihak yang ditawari barang dan atau jasa % o00eree&. 1alam suatu kontrak, selain para pihak atau kontraktan, ada juga pihak ketiga yang dapat dibebani pertanggungjawaban secara hukum. Baik o00eror maupun o00eree harus jelas dan transparan dalam menyatakan penawaran serta dalam merespon sebuah tawaran, sehingga kontrak yang dibuat berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak tersebut dapat memiliki kekuatan hukum % en0or ea&le&. "pabila suatu

52

tawaran %o00eror& tidak jelas dan atau tidak diterima oleh pihak o00eree maka kontrak tersebut dianggap tidak ada. .ual beli tidak hanya terjadi secara kon$ensional %standar@umum&, namun jual beli dapat juga dilakukan melalui media elektronik dengan menggunakan media internet. Para pihak yang terkait dalam transaksi jual beli secara elektronik ini, terdiri dari ' 2. #erchant atau pengusaha sebagai pelaku usaha yang

menawarkan jasa dalam bentuk produk secara elektronik melalui media internet > 7. !onsumen, yang merupakan setiap orang yang cakap hukum serta tidak dilarang oleh undang-undang untuk melakukan perbuatan hukum, konsumen sebagai sehingga penerima tawaran %o00eror& dari pelaku usaha, bertujuan untuk melakukan transaksi jual beli produk yang ditawarkan oleh pelaku usaha > 8. Bank sebagai pihak penyalur dana yang digunakan sebagai alat pembayaran dari konsumen kepada pelaku usaha, dalam hal ini transaksi antara pelaku usaha dan konsumen dilakukan tidak berhadapan secara langsung, dimana konsumen dan pelaku usaha berada di lokasi yang berbeda, sehingga pembayaran dapat dilakukan melalui bank > 4. 3rovider sebagai penyedia jasa layanan akses internet. Penyedia jasa layanan internet $rovider ini mempunyai kewajiban menyediakan layanan akses internet selama 74 jam.

53

ak dan kewajiban dari masing-masing pihak dalam transaksi jaul beli secara elektronik tersebut diatas, adalah sebagai berikut ' 2. Pelaku usaha > Pelaku usaha menawarkan produk melalui media elektronik %internet& mempunyai kewajiban untuk memberikan informasi yang benar atas suatu produk yang ditawarkan kepada konsumen dan produk tersebut harus merupakan suatu produk yang diperkenankan oleh perundang-undangan dalam arti bahwa barang dan jasa termaksud tidak cacat atau rusak dan layak untuk diperjualbelikan, sehingga pada akhirnya tidak akan menimbulkan kerugian terhadap konsumen. Selain kewajiban, pelaku usaha juga memiliki hak untuk mendapatkan

perlindungan hukum atas perbuatan konsumen yang tidak beritikad baik, serta berhak atas pembayaran dari konsumen sesuai dengan harga yang telah diperjanjikan dalam kontrak jual beli. 7. !onsumen > !ewajiban konsumen merupakan hak dari pelaku usaha yaitu membayar produk yang dibelinya dari pelaku usaha, sesuai dengan jenis barang dan harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, selain itu, konsumen juga memiliki hak untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan benar atas suatu produk yang ditawarkan oleh pelaku usaha, hal ini

54

ditujukan untuk menghindari hal-hal yang merugikan konsumen, hak konsumen yang lain adalah mendapatkan perlindungan hukum atas perbuatan pelaku usaha yang tidak beritikad baik. 8. Bank > Bank sebagai pihak ketiga dalam kontrak jual beli merupakan penyalur dana atas pembayaran suatu produk dari konsumen kepada pelaku usaha, dalam pelaksanaannya bank hanya sebagai perantara saja. !onsumen yang berkeinginan untuk membeli suatu produk dari pelaku usaha melalui media elektronik, dengan lokasi atau tempat yang berbeda, sering mengalami kendala antara lain cara pembayaran, oleh karena itu pembayaran dilakukan oleh pihak ketiga yaitu bank sebagai fasilitator dana yang diberikan konsumen kepada pelaku usaha melalui rekening milik pelaku usaha. 4. 3rovider 3rovider sebagai penyedia jasa layanan internet, mempunyai kewajiban untuk menyediakan layanan internet selama 74 jam kepada konsumen, dalam kontrak jual beli secara elektronik ini antara pelaku usaha dengan $rovider terdapat perjanjian kerjasama dalam bentuk jasa, seperti membuat situs tertentu yang bersifat khusus bagi pelaku usaha. !ontrak jual beli yang dilakukan secara elektronik melalui media internet merupakan perikatan atau hubungan hukum yang dilakukan

55

dengan sistem komunikasi.

!esepakatan para pihak terjadi karena

adanya penawaran oleh pelaku usaha dan peneriman oleh konsumen. Para pelaku usaha memanfaatkan we&site atau situs untuk menawarkan suatu produk, penawaran ini bersifat terbuka artinya semua orang yang tertarik atas penawaran yang diberikan oleh pelaku usaha dapat melakukan transaksi terhadap barang yang diinginkan. ubungan hukum yang terjadi dalam kontrak jual beli secara elektronik tidak hanya terjadi antara pelaku usaha dan konsumen saja, tetapi dapat juga terjadi antara para pihak di bawah ini, yaitu ' 2. 1usiness to 1usiness Transaksi ini terjadi antar perusahaan, baik pembeli maupun penjual merupakan suatu perusahaan, biasanya transaksi ini dilakukan karena kedua belah pihak telah saling mengetahui satu sama lain > 7. Custo#er to Custo#er #erupakan transaksi yang terjadi antara satu indi$idu dengan indi$idu lain yang hendak menjual barang satu sama lain > 8. Custo#er to 1usiness #erupakan transaksi yang terjadi antara indi$idu sebagai pihak yang menawarkan produk kepada perusahaan > 4. Custo#er to Govern#ent #erupakan transaksi antara indi$idu dengan pemerintah, seperti dalam hal pembayaran pajak.

56

Pada dasarnya, suatu kontrak jual beli dapat dilakukan oleh siapa saja berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti buku III !* -Perdata, yang mana suatu kontrak jual beli harus dilakukan oleh orang-orang yang cakap hukum, serta memenuhi syaratsyarat sah perjanjian lainnya sebagaimana ditentukan dalam Pasal 287: !* -Perdata, dan sah menurut hukum.

B. Pr"ses .ual Beli $e5ara Elektr"nik Segala data, informasi, atau catatan elektronik yang berkaitan dengan dua orang atau lebih yang memiliki akibat hukum merupakan pendukung suatu transaksi elektronik&6. Berkaitan dalam pengertian

diatas tidak berarti bahwa catatan itu harus dibuat oleh dua orang, namun bila telah berhubungan dengan orang lain, maka catatan elektonik itu juga dapat dikatagotikan sebagai suatu transaksi elektronik. al ini memiliki

kesamaan dengan perjanjian, dimana pada perjanjian dapat dibuat oleh


Budi Aitriadi, ( L23OR2N 3ENELITI2N TENT2NG 2S3E. H,.,M .E.,2T2N 3EM1,.TI2N D2L2M TR2NS2.SI ELE.TRONI. COMMERCE 5, hlm. 8;.
20

57

satu orang, tetapi berakibat pada orang lain, artinya bahwa perjanjian yang ditandatangani oleh salah satu pihak akan berakibat pada pihak lainnya, dan disebut sebagai perjanjian sepihak. Transaksi elektronik

menurut definisi di atas juga mencakup kontrak digital, dokumen-dokumen yang memiliki akibat hukum dalam !ard dis' atau 0lo$$( dis', perintah transfer dana elektronik misalnya pada )AT atau Ele'troni' 5unds Trans0er, pesan-pesan %data #essa"es& )1I atau Ele'troni' Data Inter !en"e, informasi pada we&site internet, ele troni' #ail %e-#ail& dan sebagainya. Transaksi Ele'troni' Co##er e %e- o##er e& pada dasarnya merupakan suatu perjanjian dalam bentuk elektronik. "pabila transaksi eo##er e tersebut hanya dibuat oleh salah satu pihak saja dan pihak lain menyetujuinya, maka dapat dianggap sebagai perjanjian, artinya

perjanjian yang ditandatangani oleh salah satu pihak tetapi berakibat pada pihak lainnya. Perjanjian dengan menggunakan data digital sebagai pengganti kertas dalam suatu perjanjian jual beli secara elektronik akan memberikan efisiensi yang sangat besar terutama bagi perusahaan-perusahaan yang banyak membuat perjanjian melalui internet. !ontrak jual beli secara elektronik ini terdori dari beberapa tipe sebagaimana dikemukakan oleh Santiago 0a$anillas dan ". #artine? +adal, yaitu '&# 2. !ontrak melalui !attin" dan video on0eren e /
21

#. "rsyad Sanusi, O$* Cit*, hlm. 34.

58

C!attin" dan 9ideo Con0eren e adalah sebuah alat komunikasi melalui internet dan biasa digunakan untuk dialog interaktif, secara langsung. #elalui !attin", seseorang dapat

berkomunikasi langsung dengan orang lain persis sama seperti berkomunikasi lewat telepon, namun hanya pernyataan3ersonal !attin".

pernyataan yang terbaca pada masing-masing Co#$uter %3C& saja yang dapat digunakan pada Sementara itu, video

on0eren e, sesuai dengan namanya

adalah alat untuk berbicara dengan beberapa pihak, yang dilakukan dengan cara melihat langsung gambar partner yang dihubungi melalui alat ini, video interaktif dan langsung. !attin" dan video dengan on0eren e ini juga bersifat

#elakukan kontrak dengan jasa

on0eren e ini hampir sepenuhnya sama kontrak secara umum, yang

melakukan

membedakannya hanyalah bahwa posisi dan lokasi para pihak berlainan dan tidak berada di suatu tempat, karena sifat kontrak on-line, secara umum bersifat non-0a e, artinya tidak

membutuhkan $!(si al $resen e %kehadiran secara fisik&. 7. !ontrak melalui %Ele troni' Mail& e-#ail > !ontrak melalui e-#ail adalah suatu kontrak on-line yang cukup popular, karena pengguna e-#ail saat ini sangat banyak dan mendunia dengan biaya yang relatif murah serta waktu yang cukup efisien. *ntuk mendapatkan akses kepada e-#ail atau

59

untuk memperoleh alamat e-#ail dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu ' a. "lamat e-#ail bisa didapat dengan cara mendaftarkan diri kepada penyedia jasa layanan e-#ail gratis, seperti !ot#ail* o#, (a!oo* o#, $laza* o# dan lain sebagainya > b. 1engan cara mendaftarkan diri sebagai su&s r(&er pada ser$er %ISP @ Internet Servi e 3rovider& tertentu yang saat ini banyak digunakan di Indonesia, biasanya dengan menjadi su&s r(&er, maka akan diberikan layanan e-#ail yang kemudian diberi nama, alamat lengkap dengan $asswordnya. Baik pada cara yang pertama maupun cara yang kedua dalam layanan e-#ail ini, terlihat adanya peran pihak ketiga yaitu ISP atau penyedia layanan e-#ail itu, dalam hal ini dapat dikatakan bahwa e-#ail membutuhkan kolaborasi %kerjasama& dengan pihak ketiga yang bersifat teknis, ser$er, yang keduanya memberikan a ount dan address e-#ail kepada pihak yang melakukan kontrak serta menyimpan pesan-pesan sampai pesan tersebut di downloud* 8. !ontrak melalui 6e& %Situs&. #erupakan suatu kontrak melalui web, yaitu sebuah model kontrak yang sangat populer sebagai jantung dari setiap transaksi e- o##er e. Aungsi e- o##er e melalui web adalah

60

sebagai arsitektur klien atau ser$er, maksudnya bahwa salah satu pihak dalam perjanjian@kontrak, melakukan kontrak dengan menggunakan perangkat komputer, dan menggunakan so0tware serta inter0a e halaman situs orang lain, artinya bahwa pembuat kontrak situs tersebut seperti membuat ' kontrak dengan

menggunakan $laza* o#.

!ot#ail* o#,

(a!oo* o#,

ubungan simetrik yang dimiliki oleh para pihak

dalam melakukan kontrak melalui )1I serta hubungannya dengan infrastruktur komunikasi %setiap orang mempersiapkan #essa"e-nya dalam komputernya sendiri dengan

menggunakan program sendiri&, digantikan dengan adanya distribusi peranan teknis yang bersifat asimetrik. 1isamping itu para user %pengguna& bertindak secara transparan dari

komputer mereka sendiri dan aktifitas mereka memberikan kesan, bahwa yang dilakukannya bersifat lokal artinya hanya digunakan dalam satu ruang lingkup saja atau hanya dalam lingkungan tersendiri. 0ara kerja kontrak melalui web dapat

digambarkan sebagai berikut ' situs web seorang su$$lier %yang berlokasi di ser$er su$$lier atau diletakkan pada ser$er pihak ketiga& memiliki deskripsi produk-produk atau jasa dan satu seri halaman yang bersifat (sel0- ontra tion5 yakni bisa digunakan untuk membuat kontrak sendiri, yang memungkinkan

pengunjung web untuk memesan produk-produk atau jasa

61

tersebut.

Para

usto#er %konsumen& harus menyediakan

informasi personal dan harus menyertakan nomor kartu kredit, yang kemudian dilakukan hal-hal sebagai berikut ' a. *ntuk produk-produk on-line, maka pembeli dii?inkan untuk men-download-n(a / b. *ntuk produk-produk yang berwujud fisik %konkret&, maka pengiriman barang dilakukan sampai ke tempat konsumen> sedangkan untuk masalah pembayaran, langsung dari kartu kredit konsumen. Beberapa alat pembayaran baru-baru ini telah dikembangkan misalnya uang elektronik dan lain-lain > c. *ntuk pembelian jasa, su$$lier menyediakan barang dan@jasa untuk melayani usto#er sesuai dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan dalam perjanjian> tata cara pembayaran sama dengan yang telah dijelaskan dalam butir b diatas. Pengusaha e- o##er e usahanya, dalam membangun dalam dan proses

mengembangkan

terutama

pembuatan kontrak on-line harus dilakukan secara cermat dan teliti, mengikuti petunjuk-petunjuk %guide& yang sudah

ditentukan.

Proses kontrak on-line harus diikuti dengan

langkah-langkah sebagai berikut ' a. E- atalo"ue, dipresentasikan atau dibuat oleh e-su$$lier >

62

b. !lik pertama %0irst li '& dengan menekan tombol atau aksi serupa lainnya yang digunakan oleh pembeli untuk

memesan satu produk atau lebih > c. alaman rekapitulasi pembelian yang dibuat oleh e-su$$lier>

d. !lik kedua %se ond li '& dengan menekan tombol atau aksi serupa lainnya yang yang digunakan oleh pembeli untuk menyatakan penerimannya %a e$tan e& >

e. Pernyataan penerimaan dari e-su$$lier. 1ari gambaran proses diatas dapat dikatakan, bahwa proses eo##er e melalui web sebenarnya sama dengan proses pembuatan kontrak secara kon$ensional. Transparansi

%kejelasan& ketentuan dan syarat-syarat kecuali masalah kualitas dari suatu barang terlihat jelas, karena posisi dan lokasi para kontraktan berjauhan maka yang menjadi kunci

kesuksesan dalam e-transa tion ini adalah "ood 0ait! %itikad baik& dan trust %kepercayaan&. 1alam praktek, jangka waktu dan lamanya proses kelangsungan pembuatan kontrak on-line sulit untuk diprediksikan. al ini tergantung

kepada masing-masing pihak yang membuat kontrak, khususnya dalam kesiapan para pihak untuk selalu mengakses internet dalam menghubungi mitra dagangnya.

63

Pelaksanaan atau proses kontrak jual beli secara elektronik dilakukan berdasarkan langkah-langkah dibawah ini ' && 2. Penawaran Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai tawaran apabila ada pihak lain yang menganggap hal tersebut sebagai suatu penawaran. Penawaran dalam transaksi jual beli secara

elektronik dilakukan oleh pelaku usaha dengan memanfaatkan we&site pada internet. Pelaku usaha menawarkan semacam store0ront yang berisikan katalog produk pelayanan yang diberikan. usaha, #asyarakat yang memasuki we&site dari pelaku melihat-lihat suatu produk barang yang

dapat

ditawarkan. !euntungannya jika melakukan transaksi di toko on-line, konsumen dapat melihat dan berbelanja kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi oleh waktu. we&site biasanya menampilkan Penawaran dalam yang

barang-barang

ditawarkan, harga, nilai ratin" atau $oll otomatis tentang barang itu yang telah diisi oleh pembeli sebelumnya, spesifikasi tentang barang tersebut serta menu produk lain yang berhubungan. Penawaran sama saja dengan iklan atas suatu barang, dalam hal ini melalui media internet. Penawaran melalui internet

terjadi apabila ada pihak lain yang menggunakan media internet dan memasuki situs milik pelaku usaha yang melakukan
)dmon #akarim, .o#$ilasi Hu'u# Tele#ati'a, .akarta' PT. -aja Cra$indo Persada, hlm. 77<.
22

64

penawaran,

oleh

karena

itu

apabila

seseorang

tidak

menggunakan media internet, maka tidak akan memasuki situs milik pelaku usaha yang menawarkan sebuah produk, sehingga tidak terjadi penawaran terhadap orang tersebut, dengan kata lain penawaran melalui media internet hanya dapat terjadi apabila seseorang membuka sebuah situs yang menampilkan sebuah tawaran melalui internet > 7. Penerimaan 1alam hal penawaran dapat dilakukan melalui e-#ail address maupun we&site. #elalui e-#ail address, penerimaan cukup dilakukan melalui e-#ail, karena penawaran ini dikirimkan melalui e-#ail tertentu maka sudah jelas hanya pemegang e#ail tersebut yang dituju. Penawaran melalui we&site ditujukan kepada seluruh masyarakat yang membuka we&site tersebut, karena siapa saja dapat masuk ke dalam we&site yang berisikan penawaran atas suatu produk barang yang ditawarkan oleh pelaku usaha. Setiap orang yang berminat untuk membeli produk yang ditawarkan dapat membuat kesepakatan dengan pelaku usaha yang menawarkan. Pada transaksi jual beli

melalui we&site biasanya, pengunjung atau calon konsumen akan memilih barang tertentu yang ditawarkan oleh pelaku usaha, jika calon konsumen tersebut tertarik untuk membeli barang yang ditawarkan, maka barang yang diinginkan oleh

65

calon konsumen akan disimpan terlebih dahulu sampai calon konsumen yakin akan pilihannya, setelah yakin akan barang pilihannya maka konsumen memasuki tahap selanjutnya yaitu pembayaran > 8. Pembayaran Bentuk pembayaran yang dilakukan melalui media internet pada umumnya bertumpu pada sistem keuangan nasional, tetapi ada beberapa yang mengacu pada keuangan lokal. !lasifikasi pembayaran dapat disebutkan dibawah ini, yaitu ' a. Transaksi model "T#, transaksi ini hanya melibatkan institusi financial dan pemegang a ount yang akan

melakukan pengambilan atau mendeposit uangnya dari a ount masing-masing > b. Pembayaran dua pihak tanpa perantara, transaksi dilakukan secara langsung antara kedua belah pihak yang melakukan kontrak tanpa perantara dengan menggunakan mata uang nasionalnya > c. Pembayaran dengan perantaraan pihak ketiga, umumnya proses pembayaran yang menyangkut debet, kredit maupun cek masuk. dengan ' 2& Sistem pembayaran kartu kredit online / 7& Sistem pembayaran e' online* #etode pembayaran yang dapat digunakan,

66

Pembayaran antara pelaku usaha dan konsumen yang berbeda tempat atau lokasi dapat dilakukan melalui a ount to a ount

atau dari rekening konsumen kepada rekening pelaku usaha, selain itu juga berdasarkan perkembangan teknologi yang terjadi, dapat pula dilakukan melalui kartu kredit dengan cara memasukkan nomor kartu kredit pada formulir yang telah disediakan oleh pelaku usaha dalam penawarannya.

Pembayaran dalam transaksi jual beli melalui internet sulit dilakukan secara langsung karena terdapat perbedaan lokasi walaupun tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan > 4. Pengiriman !onsumen yang telah melakukan pembayaran terhadap barang yang ditawarkan oleh pelaku usaha, berhak atas penerimaan barang tersebut. objek perjanjian Biasanya barang yang dijadikan sebagai dikirimkan oleh pelaku usaha kepada

konsumen dengan biaya pengiriman sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Pengiriman barang dapat dilakukan

dengan cara dikirim sendiri atau dengan cara menggunakan jasa pengiriman. Biaya pengiriman dihitung dalam

pembayaran, atau bahkan seringkali dikatakan pelayanan gratis terhadap pengiriman, karena sudah termasuk dalam biaya penyelenggaraan pada sistem tersebut.

67

Berdasarkan langkah-langkah yang telah diuraikan diatas, dalam tata cara jual beli secara elektronik melalui media internet, terjadinya suatu kesalahan dari salah satu pihak baik konsumen maupun pelaku usaha dapat menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak, dan tidak menutup kemungkinan pada kenyataannya hal ini terjadi, karena antara konsumen dan pelaku usaha tidak berhadapan secara langsung akan tetapi menggunakan media atau jasa layanan internet.

C. Kendala7Kendala 4ang Ti 3ul Dala Beli $e5ara Elektr"nik

Pe 3uktian K"ntrak .ual

Berkembangnya e- o##er e dan akseptabilitas %hal yang dapat diterima& internet sebagai infrastruktur alternatif modern dalam

mengembangkan dunia perdagangan bukan berarti bahwa eksistensinya tidak memunculkan permasalahan-permasalahan, baik yang bersifat teknis maupun permasalahan yuridis. #asalah teknis yang dimaksud

adalah masalah yang terjadi dari teknologi elektronik itu sendiri, dalam hubungannya dengan penggunaan media niaga %perdagangan&.

Sedangkan masalah non teknis adalah masalah-masalah yang berkaitan

68

dengan implikasi-implikasi yang terlahir dari aplikasi teknologi elektronik itu sendiri dalam dunia perdagangan. Permasalahan-permasalahan e- o##er e melalui internet bukan hanya menjadi permasalahan suatu negara tertentu melainkan menjadi permasalahan semua negara yang menggunakannya, contohnya dalam PI % ukum Perdata Internasional& seperti masalah yurisdiksi atau forum, Con0li' o0 Law %C!oi e o0 Law&, Re o"nition dan En0oren e o0 T!e 4ud"e#ent yang mengatur suatu kontrak yang akan dilakukan melalui internet, hal tersebut merupakan permasalahan berbagai negara dan bahkan menjadi permasalahan internasional. 1i samping itu, karena internet bersifat indi$idual dan non-0a e, maka ketika digunakan sebagai fasilitas dalam dunia perdagangan, sangat terbuka terjadinya suatu 0raud %kecurangan& yang berimplikasi terhadap adanya perbuatan melanggar hukum yang bersifat pidana maupun perdata. ,leh karena itu, permasalahan-permasalahan e-

o##er e internet tidak menutup kemungkinan juga muncul dalam kaitannya dengan kebijakan-kebijakan % $oli ies& pemerintah baik yang berkenaan dengan ekonomi, politik maupun sosial. Permasalahan seperti ini dimungkinkan timbul ke permukaan karena masalah internet bukan hanya masalah teknologi, melainkan juga masalah gaya hidup, budaya, ideologi dan lain sebagainya.

69

Secara umum, ketika diadakan indentifikasi permasalahan eo##er e, permasalahan-permasalahan atau kendala-kendala dalam hal pembuktian dapat dikatagorikan kedalam 7 %dua& kelompok, yaitu ' 2. !elompok pertama adalah kelompok permasalahan-

permasalahan yang bersifat substantif, meliputi ' a. !easlian data #essa"e dan tanda tangan elektronik %aut!enti it(& > Pada sistem jaringan yang menggunakan TP0

%Trans#ission Control 3roto'ol& atau IP %Internet 3roto'ol&, peralatan dasar yang digunakan untuk mem$erifikasi identitas user adalah $assword, tetapi $assword dapat diduga atau diintersepsi. "lamat internet $roto'ol %IP& dapat dipalsukan atau disadap oleh para hacker sehingga tidak bisa lagi menjamin keaslian data #essa"e* Seorang hacker bisa saja mengirim #essa"e atas nama orang lain dengan menggunakan $assword orang lain itu atau menggunakan address-nya. menjadi #asalah keotentikkan data #essa"e ini yang sangat $ital dalam e-

permasalahan

o##er e, karena data #essa"e inilah yang dijadikan dasar utama terciptanya suatu kontrak, baik hubungannya dengan kesepakatan mengenai ketentuan-ketentuan dan persayaratan kontrak ataupun substansi kesepakatan itu sendiri. 1engan demikian, hal ini sangat erat kaitannya

70

dengan masalah keabsahan %validit(& kontrak, keamanan %se urit(& dan juga kerahasiaan dokumen %$riva (&.

Sebagai wujud solusi permasalahan diatas, selama ini dimunculkan beberapa alat atau teknik yang dianggap mampu memberikan kepastian terhadap data #essa"e, yaitu kriptografi % r($to"ra$!(& dan tanda tangan elektronik %di"ital si"nature&. 1ua teknik tersebut selama ini dianggap pilar atau penopang e- o##er e dan dianggap telah memungkinkan dokumen elektronik untuk memiliki posisi yang sama bahkan lebih baik dari pada dokumen kertas. .ri$to"ra0i merupakan sebuah teknik pengamanan dan sekaligus pengontentikkan data yang terdiri dari dua proses, yaitu enskripsi %en r($tion& dan deskripsi %des r($tion&. )nskripsi adalah sebuah proses yang menjadikan teks informasi tidak terbaca oleh pembaca yang tidak berwenang karena telah dikon$ersi ke dalam bahasa sandi atau kode, sedangkan deskripsi adalah proses kebalikan dari enskripsi yaitu menjadikan teks informasi dapat dibaca kembali oleh pembaca yang memiliki wewenang. .ri$to"ra0i

kon$ensional biasanya menggunakan pasangan kunci tertentu untuk melakukan enskripsi dan deskripsi itu, dalam setiap proses kriptografi memiliki 8 %tiga& bagian dasar, yaitu'78
23

#. "rsyad Sanusi, O$* Cit*, hlm. ;4

71

2& 3lainte8t----#essa"e asli dalam bentuk yang bisa dibaca> 7& Ci$!erte8t----#essa"e plainteEt setelah enskripsi

menjadi tulisan yang tidak terbaca > 8& En r($tion al"orit!#----formula matematis yang

digunakan untuk mengenskripsi data #essa"e. !unci yang berbeda akan melahirkan i$!erte8t yang berbeda ketika digunakan dengan menggunakan algoritma yang sama. b. !eabsahan %validit(& > #asalah substansial lain dalam e- o##er e ini adalah masalah keabsahan penggunaan data #essa"e dalam pembuatan kontrak dan sekaligus menimbulkan

permasalahan mengenai keabsahan kontrak itu sendiri. !eabsahan suatu kontrak tergantung pada pemenuhan syarat-syarat kontrak. "pabila syarat-syarat kontrak kontrak telah terpenuhi, maka hal yang diutamakan adalah adanya kesepakatan atau persetujuan antara kedua belah pihak, maka kontrak dinyatakan sah terjadi. +amun dalam e-

o##er e, terjadinya suatu kesepakatan atau perjanjian sangat erat hubungannya dengan penerimaan atas

keabsahan dan otentiknya data #essa"e yang memuat kesepakatan tersebut. Berkenaan dengan hal ini, maka

72

,NCITR2L Model Law yang menjadi rujukan pembuatan undang-undang dan hukum e- o##er e di seluruh dunia menyatakan pada pasal =, bahwa sebuah informasi, efek, $aliditas atau keberdayaan hukumnya, tidak dapat ditolak semata-mata atas dasar karena dalam hal ini berbentuk data #essa"e. Pasal = ,NCITR2L Model Law tersebut secara tegas menolak keraguan atas keabsahan data #essa"e sebagai dasar dari sebuah kesepakatan atau perjanjian. Data

#essa"e yang dimaksud adalah data #essa"e yang keotentikkannya telah dapat dibuktikan dengan

menggunakan teknik atau instrument yang terpercaya. Pernyataan ,NCITR2/ atas keabsahan on-line ontra t ini memiliki pengaruh sebagai consideration bagi negaranegara yang mengatur masalah e- o##er e* c. !erahasiaan %$riva (: on0identialit(& > !erahasiaan yang dimaksud meliputi kerahasiaan data atau informasi serta perlindungan terhadap data dan informasi dari akses yang tidak sah dan berwenang. o##er e, masalah kerahasiaan ini *ntuk emerupakan

permasalahan yang sangat penting dalam hubungan dengan proteksi terhadap data keuangan suatu perusahaan atau organisasi, informasi perkembangan produksi, struktur

73

organisasi serta informasi lainnya yang bersifat rahasia. Informasi yang berhubungan dengan waktu dan daftar harga untuk jangka waktu tertentu merupakan suatu hal yang bersifat rahasia dan harus dilindungi. Permasalahan kerahasiaan ini sangat penting untuk kelanjutan dari perkembangan %sustaina&le develo$#ent& e- o##er e, oleh karena itu diperlukan suatu solusi yang tepat. !egagalan untuk memberikan proteksi kepada kerahasiaan semacam ini dapat menimbulkan terjadinya suatu dis$ute yang berujung kepada tuntutan ganti rugi dan lain sebagainya.

d. !eamanan %se urit(& > #asalah keamanan merupakan suatu masalah yang tidak kalah pentingnya dengan masalah-masalah lainnya karena keamanan akan menciptakan rasa on0iden e bagi para

user dan pelaku bisnis untuk tetap menggunakan media elektronik bagi kepentingan bisnisnya. !epercayaan

semacam ini akan terjadi apabila adanya suatu jaminan dan tidak adanya pihak yang tidak bertanggung jawab dalam proses perdagangan elektronik yang dilakukan dan pada akhirnya dapat mengakibatkan kerusakan % error& pada

74

sistem atau data atau dengan cara membuka dan menyebar luaskan kerahasiaan yang seharusnya disimpan secara aman. e. "$ailibilitas %availa&ilit(&. 1i samping permasalahan yang telah disebutkan diatas, permasalahan lain yang juga harus diperhatikan adalah keberadaan informasi yang dibuat dan ditransmisikan secara elektronik dan harus tersedia setiap kali dibutuhkan. #asalah ini erat hubungannya dengan sistem pengamanan dan kekokohan sistem yang dapat memproteksi dan mencegah terjadinya kesalahan atau hambatan pada jaringan, baik kesalahan itu bersifat teknis, jaringan ataupun kesalahan profesional. 1isamping itu, karena e- o##er e tidak mengharuskan adanya pertemuan fisik atau tatap muka antara para pihak yang terlibat dalam suatu kontrak eo##er e, maka timbul permasalahan lain yaitu masalah keberadaan barang yang diperjualbelikan secara elektronik. al ini sangat berkaitan dengan trust %kepercayaan& dan "ood 0ait! %itikad baik& dari para pihak. #asalah terakhir adalah masalah personal, hal ini menjadi permasalahan yang bersifat substansial karena sangat erat kaitannya dengan penyelesaian kontrak itu sendiri. Permasalahan

lainnya yang masih berhubungan dengan availa&ilit( adalah

75

masalah availa&ilit( data, dimana informasi yang disimpan dan ditransmisikan melalui lalu lintas jaringan itu harus availa&le %bisa diperoleh& kapan saja dibutuhkan, sehingga harus ada suatu cara yang bisa mengatasi kemungkinan terjadinya error %kesalahan& baik yang disebabkan karena rusaknya program ataupun karena masuknya $irus ke dalam sistem komputer. 7. !elompok permasalahan-permasalahan yang bersifat

prosedural, meliputi ' a. Durisdiksi atau forum %%urisdi tion& > Durisdiksi atau forum merupakan kekuasaan pengadilan untuk mengadili kasus-kasus tertentu. #asalah yurisdiksi ini sangat kompleks, rumit, krusial dan urgen dalam eo##er e karena setiap putusan pengadilan yang tidak memiliki yurisdiksi atas perkara tertentu atau personal incasu pihak-pihak, dinyatakan batal demi hukum % null and void&. #enurut *ndang-*ndang +omor 9 Tahun 2<92 Pasal 94 !itab *ndang-*ndang menjadi rele$an ukum "cara Pidana, yurisdiksi pengadilan mencoba

ketika

mempergunakan kekuasaannya terhadap setiap orang yang bukan penduduk atau tidak bertempat tinggal dalam batasbatas negara dari wilayah kekuasaan pengadilan, bahkan pengadilan tidak dapat menerapkan atau mengadili perkara

76

tertentu kecuali negara mengadakan hubungan ekstradisi, maka para pihak yang melakukan kontrak antar negara yang mempunyai hubungan ekstradisi tersebut dapat menggunakan pilihan hukum atau menentukan hukum yang akan digunakan. Secara umum dapat dikatakan bahwa

dalam penentuan yurisdiksi perlu memperhatikan beberapa hal yaitu ' lokasi para pihak> objek, barang atau jasa> kehadiran %$resen e& para kontraktan. Selanjutnya

terhadap negara yang ikut serta dalam kon$ensi biasanya diberlakukan peraturan #andator( %pelimpahan wewenang&, sedangkan terhadap badan hukum atau perusahaan maka penentuan forumnya adalah domisili perusahaan. konsepsi mengenai alternatif pilihan %opsi&, Pada dimana

penggugat memilih yurisdiksi berdasarkan hal-hal berikut ' 2& Le8 lo i ontra'tus, yaitu tempat dimana kontrak

tersebut dilakukan oleh para pihak > 7& Le8 lo i deli tionis, yaitu tempat dimana para pihak telah melakukan suatu perbuatan hukum atau pelanggaran dan mengakibatkan terjadinya akibat dari perbuatan hukum tersebut > 8& Terhadap deli ti yang terjadi yaitu berdasarkan dua tempat yang terjadi maka penggugat dapat memilih salah satu forum >

77

4& Terhadap cabang perusahaan maka pilihan forum pada lokasi atau tempat cabang > =& Terhadap dua tergugat, maka penggugat boleh memilih salah satunya > 3& Terhadap yurisdiksi khusus@ekslusif > ;& Durisdiksi menurut kon$ensi dimana terdapat klausula> 9& Terhadap konsumen, diberlakukan forum konsumen > <& Terhadap tender pekerja dimana terdapat klausula dalam e- o##er e, diperhatikan bukti-bukti komputer. 1alam ukum Perdata Internasional % PI& dikatakan bahwa

pengadilan memiliki yurisdiksi terhadap seseorang apabila pengadilan tersebut memiliki wewenang untuk mengadili persengketaan yang melibatkan para pihak dalam membuat suatu perjanjian atau kontrak serta memberikan putusan yang bersifat mengikat bagi kedua belah pihak. .adi,

yurisdiksi pengadilan didasarkan atas batas-batas teritorial dari negara-negara atau pemerintahan yang diwakili oleh pengadilan yang bersangkutan. Pada akhirnya, masalah

yurisdiksi ini erat kaitannya dengan masalah hukum yang akan diterapkan pada kasus yang terjadi, yang dalam istilah hukum disebut dengan !oi e o0 law atau a$$li a&le law

%hukum yang dapat diterapkan&. b. ukum yang diterapkan %a$$li a&le law& >

78

PI % ukum Perdata Internasional& mengatur pilihan hukum dalam perkara-perkara internasional. Pada prinsipnya

bentuk dan pengaruh suatu kontrak ditentukan oleh pilihan hukum para pihak. "pabila perjanjian yang dibuat oleh para pihak tidak jelas maka perjanjian diatur oleh hukum, tempat dimana perbuatan itu dilakukan atau terjadi. 1alam kaitan dengan e- o##er e, timbul suatu masalah yaitu mengenai gambaran hukum penawaran dalam internet. bahwa pada umumnya penawaran 1ikatakan dalam

tercantum

!o#e$a"e %situs&, sehingga ketika tidak ada pilihan hukum yang efektif, maka hak dan kewajiban dari para pihak yang membuat kontrak dapat ditentukan oleh hukum yang berlaku dari suatu negara salah satu pihak, dengan mempertimbangkan hubungan-hubungan hukum yang

memiliki signifikasi terdekat dengan masalah dari para pihak. ukum yang diterapkan, disesuaikan dengan

kehendak para pihak yang membuat perjanjian, pengadilan pertama-tama melihat isi dari kontrak tersebut khususnya klausula tentang pilihan hukum, apabila ada, maka

kemudian pengadilan mengadakan dugaan hukum dengan melibatkan istilah-istilah yang digunakan dalam perjanjian dan keadaan sekitarnya dengan memperhatikan petunjuk dan semua unsur-unsur obyektif dan subyektif dalam

79

kontrak

yang

bersangkutan

untuk

mengetahui

dan

menentukan pilihan hukum. Pembuktian dalam e- o##er e, memegang peranan yang sangat penting, bahkan tidak kalah pentingnya dengan yurisdiksi dan pilihan hukum, karena doktrin yurisdiksi dan pilihan hukum yang diterapkan sangat memperhatikan adanya bukti yang melandasi terjadinya kontrak antara para pihak. 1alam perkara perdata % ivil ases& pasal 234 I-

disebutkan alat-alat bukti yang sah, yaitu' bukti surat, bukti saksi, bukti sangka, pengakuan, dan sumpah. Sedangkan dalam perkara pidana,

dalam pasal 294 !* "P menyebutkan alat bukti yang terdiri dari' keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. 1alam kaitannya dengan hubungan hukum yang terjadi melalui media internet, mengenai masalah pembuktiannya dalam hal alat bukti tertulis sangat sulit untuk dibuktikan, karena transaksi yang dilakukan melalui media internet tidak dituliskan diatas kertas yang dapat disimpan dan juga tidak selalu terdapat kwitansi sebagai tanda pembayaran yang ditandatangani pihak penerima pembayaran tersebut 74. mengenai masalah penandatangannan dokumen Selanjutnya sulit

transaksi

dinyatakan secara tertulis, karena tanda tangan di"ital bukan merupakan tanda tangan yang dibubuhkan oleh pelaku transaksi di atas dokumen, melainkan hanya berupa kumpulan beberapa ode di"ital yang disusun
24

"sril Sitompul, + H,.,M INTERNET ), Bandung' PT. 0itra "ditya Bakti, 7::2,

hlm. 99.

80

dan diacak dengan suatu sistem elektronik tertentu. 1engan kata lain, dalam transaksi on-line tidak terdapat dokumen secara tertulis yang dapat dibawa sebagai bukti otentik di hadapan pengadilan atau pihak lain yang akan menyelesaikan sengketa. 1emikian pula pembuktian dengan surat yang mengharuskan adanya pembayaran bea materai atas setiap surat atau dokumen, sedangkan dalam transaksi secara on-line, suatu kontrak atau perjanjian hanya dilakukan dengan pengisian formulir yang disediakan oleh pelaku usaha bekerjasama dengan $rovider secara online, dan tidak terdapat kemungkinan pembubuhan materai pada dokumen tersebut7=. Pembuktian dengan kesaksian yaitu berbicara mengenai kesaksian yang dapat diajukan untuk peristiwa hukum yang terjadi melalui media internet, yaitu dapatkah $rovider internet atau karyawan diajukan sebagai saksi bahwa di media yang dikelolanya telah terjadi pelanggaran hukum, misalnya mengenai tindak pidana penipuan, kelalaian dan lain

sebagainya73. !endala atau masalah hukum lainnya adalah penggunaan do#ain na#e, yang biasanya digunakan oleh seseorang yang hendak mendirikan suatu perusahaan di dalam dunia maya, yaitu mengenai penentuan alamat atau cara yang dalam istilah Internet disebut do#ain na#e. Semakin mirip do#ain na#e tersebut dengan nama perusahaan atau merek barang yang dujual, maka semakin mudah bagi pelanggan untuk
25 26

I&id*, hlm. 9<. I&id*, hlm. <:.

81

menemukan alamat atau do#ain na#e tersebut. #isalnya, suatu bank di Indonesia yang bernama Bank *mum Indonesia %B*I&, dimana we&-site bank tersebut menggunakan http' @ @ www.bui.com sebagai do#ain na#e, maka situs bank tersebut akan mudah ditemukan oleh konsumen dari pada bank tersebut menggunakan do#ain na#e lain. Sebelum suatu perusahaan menentukan suatu do#ain na#e tertentu, sebaiknya terlebih dahulu mengecek apakah do#ain na#e yang akan dipakainya itu telah digunakan oleh pihak lain atau belum. Pengecekan do#ain na#e dilakukan melaui media InterNIC7;. InterNIC adalah sutau organisasi yang mendaftarkan do#ain na#e dan mengikuti perkembangannya melaui suatu data&ase sear !er yang disebut 6!ois79. "pabila nama yang diinginkan telah didaftarkan oleh pihak lain, maka perusahaan tersebut harus menghubungi pihak lain yang telah

mendaftrkan nama tersebut dan menjajagi kemungkinannya, apakah perusahaan tersebut dapat membeli hak penggunaan nama itu, atau mengambil tindakan hukum terhadap pihak tersebut. Pada kenyataannya terjadi praktek-praktek oleh para pihak tertentu untuk mendahului mendaftarkan suatu do#ain na#e tertentu yang terkait dengan suatu perusahaan lain, tujuan pihak tersebut ialah agar memperoleh keuntungan besar, dalam hal ini keuntungan itu diperoleh dengan cara menjual do#ain na#e tersebut kepada perusahaan yang ingin memiliki do#ain na#e itu.
27 28

http'@@www.jus.$io.no@lm@un.electronic. commerce. model. law. 2<<3 Budi Aitriadi, O$* Cit*, hlm. 43.

82

1ari beberapa permasalahan diatas, telah dijelaskan mengenai permasalahan yang bersifat subtantif ataupun prosedural, yang dihadapi oleh para pelaku atau para pihak yang membuat suatu kontrak secara elektronik. Salah satu permasalahan e- o##er e yang paling dominan adalah permasalahan yang bersifat teknis operasional karena

berhubungan dengan teknologi informasi. Permasalahan-permasalahan hukum dalam e- o##er e ini memerlukan sebuah solusi sehingga pada akhirnya mampu memberikan suatu kepastian hukum % le"al ertaint(& dan melahirkan kepercayaan diri %sel0 on0iden e& pada para pelaku bisnis eo##er e khususnya, dan kepada semua lapisan masyarakat umumnya. BAB I/ ANALI$I$ HUKUM MEN*ENAI KEKUATAN PEMBUKTIAN DALAM K-NT,AK .UAL BELI $ECA,A ELEKT,-NIK DITIN.AU DA,I PA$AL #)( HET HERZIENE INDONESISCH REGLEMENT 0HI,1

A. Tanggung .a2a3 Para Pihak Dala Elektr"nik

K"ntrak .ual Beli $e5ara

Tanggung jawab para pihak dalam kontrak jual beli secara elektronik dengan menggunakan media internet, timbul karena adanya hubungan hukum antara para pihak yang membuat kontrak, yang melahirkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak. Tanggung

jawab atau kewajiban yang paling mendasar dalam suatu kontrak adalah

83

melaksanakan isi kontrak dengan itikad baik % "ood 0ait!&, yang harus dimiliki oleh para pihak yang melakukan kontrak. Selain itu, pelaku usaha juga harus menjamin kualitas suatu barang %produk& yang ditawarkan. .aminan terhadap kualitas produk dapat dibedakan atas 7 %dua& macam, yaitu e8$ressed warrant( dan i#$lied warrant(. E8$ressed warrant( atau jaminan secara tegas adalah jaminan atas kualitas suatu produk, yang dinyatakan oleh pelaku usaha secara tegas dan tertuang dalam penawaran atau iklan. Pelaku usaha dalam hal ini bertanggungjawab untuk melaksanakan kewajibannya dengan

menjamin mutu dari suatu barang yang diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu yang berlaku. Sedangkan i#$lied warrant(

adalah jaminan yang berasal dari undang-undang atau peraturan yang berlaku, dalam hal ini pelaku usaha berkewajiban untuk menanggung adanya cacat tersembunyi pada produk barang yang ditawarkan, meskipun cacat tersebut tidak diketahuinya. Prinsip-prinsip umum yang terkandung dalam tanggung jawab pelaku usaha dapat dibedakan, sebagai berikut ' 2. Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan % 0ault lia&ilit(& > Prinsip ini menyatakan bahwa pelaku usaha baru dapat dimintai pertanggungjawabannya secara hukum jika terbukti adanya unsur kesalahan yang telah dilakukannya. !esalahan disini

maksudnya adalah unsur yang bertentangan dengan peraturan

84

perundang-undangan, yaitu asas kepatutan, kesusilaan dan hukum yang berlaku. Prinsip tersebut terkandung dalam Pasal 283= !* -Perdata yang mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok untuk dapat dimintai pertanggungjawaban hukum dalam perbuatan melawan hukum, yaitu adanya perbuatan melawan hukum, unsur kesalahan, kerugian yang diderita, dan hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.

7. Prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab % $resu#$tion o0 lia&ilit( $rin i$le& > Prinsip ini menyatakan bahwa tergugat selalu dianggap bertanggung jawab sampai saat dibuktikan bahwa ia tidak bersalah, jadi beban pembuktian berada pada pihak tergugat. Berdasarkan Pasal 77 ** +o. 9 Tahun 2<<< Tentang Perlindungan !onsumen, dalam sengketa yang terjadi dengan konsumen, beban pembuktian barada pada pelaku usaha. 8. Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggungjawab > Prinsip ini merupakan kebalikan dari prinsip yang tersebut dalam butir b diatas. Prinsip ini ini dikenal dalam transaksi

konsumen yang terbatas, maksudnya bahwa pelaku usaha tidak harus selalu bertanggungjawab terhadap kerugian yang

85

diderita oleh konsumen, karena mungkin saja konsumen yang melakukan kesalahan atau kecurangan %0raud&. 4. Prinsip tanggung jawab mutlak %stri t lia&ilit(& > Prinsip ini menetapkan bahwa suatu tindakan dapat dihukum atas dasar perilaku yang berbahaya dan merugikan, tanpa mempersoalkan ada atau tidaknya unsur kesengajaan

%kecurangan&. Pada prinsip ini terdapat hubungan kausalitas antara subjek yang bertanggungjawab dan kesalahan yang diperbuatnya.

=. Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan > Prinsip ini membatasi tanggung jawab pelaku usaha terhadap kejadian yang mungkin akan terjadi, misalnya dalam isi perjanjian disebutkan bahwa pelaku usaha akan mengganti kerugian sebesar =:F %lima puluh persen&, apabila terjadi kerugian bagi konsumen ataupun terjadi suatu masalah dalam pelaksanaan perjanjian antara pelaku usaha dan konsumen. Bentuk-bentuk tanggung jawab pelaku usaha dalam ** +o. 9 Tahun 2<<< Tentang Perlindungan !onsumen, antara lain yaitu ' a. Contra tual lia&ilit( > yaitu tanggung jawab perdata atas dasar perjanjian atau kontrak dari pelaku usaha atas kerugian yang dialami konsumen akibat mengkonsumsi barang yang dihasilkan.

86

b. 3rodu' lia&ilit( > yaitu tanggung jawab perdata terhadap produk secara langsung %stri t lia&ilit(& dari pelaku usaha %produsen barang&, atas kerugian yang dialami konsumen akibat menggunakan produk yang dihasilkan oleh pelaku usaha. Pertanggungjawaban

produk tersebut didasarkan pada perbuatan melawan hukum %tortius lia&ilit(&. *nsur-unsur dalam tortius lia&ilit( ini antara lain unsur perbuatan melawan hukum, kesalahan, kerugian dan hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum dengan kerugian yang timbul. c. 3ro0essional lia&ilit( > yaitu tanggung jawab pelaku usaha sebagai pemberi jasa atas kerugian yang dialami konsumen sebagai akibat memanfaatkan atau menggunakan jasa yang diberikan. d. Cri#inal lia&ilit( > yaitu pertanggungjawaban pidana dari pelaku usaha sebagai hubungan antara pelaku usaha dengan negara. Tanggung jawab dari pelaku usaha terhadap permasalahannya dengan konsumen dibagi menjadi 8 %tiga& bagian dasar, yaitu ' 2. Tanggung jawab atas informasi > Pelaku usaha wajib memberikan informasi atas produk %barang& yang ditawarkannya kepada konsumen, agar konsumen tidak salah dalam mengkonsumsi produk tersebut. Standar umum

87

mengenai

informasi

yang

harus

diberitahukan

kepada

konsumen adalah mengenai harga, kualitas, dan keteranganketerangan lain yang dapat membantu konsumen dalam memutuskan untuk membeli barang sesuai dengan kebutuhan dan kualitas dari barang tersebut. Tanggung jawab informasi dalam transaksi melalui media internet dibagi menjadi 8 %tiga& bagian dasar, yaitu ' a. Tanggung jawab informasi atas iklan, maksudnya

penawaran yang dilakukan oleh pelaku usaha atas produk berupa barang bergerak ataupun barang tidak bergerak dan@atau jasa, harus memuat keterangan yang tidak menimbulkan salah interpretasi tentang barang dan@atau jasa tersebut, juga melaksanakan iklan dan yang yang tidak kode etik harus dalam jujur, dengan boleh

periklanan,

yaitu

dibuat

bertanggungjawab ketentuan hukum

bertentangan iklan tidak

berlaku,

menyinggung perasaan dan atau merendahkan martabat, agama, tata susila, adat, budaya, suku, golongan, iklan harus dijiwai oleh asas persaingan yang sehat. b. Tanggung jawab informasi atas kontrak elektronik, yaitu kewajiban dalam memberikan keterangan yang diberikan oleh pihak pelaku usaha kepada konsumen untuk

88

melakukan pengikatan pada tahapan transaksi yang akan menghasilkan hak dan kewajiban masing-masing pihak. c. Tanggung jawab informasi atas pilihan hukum % !oise o0 law& dan yurisdiksi, salah satu kondisi yang harus ada dalam bisnis melalui media internet adalah mengenai yurisdiksi dan pilihan hukum. Durisdiksi merupakan

kekuasaan atau kompetensi hukum negara terhadap orang, benda atau peristiwa hukum, maksudnya kewenangan untuk mengadili suatu kasus.

7. Tanggung jawab atas produk > Tanggung jawab atas pelaku usaha didasarkan pada

pertanggungjawaban produk %$rodu t lia&ilit(&, yaitu tanggung jawab perdata secara langsung dalam tanggung jawab atas produk juga terdapat pertanggungjawaban yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum %tortius lia&ilit(&. *nsur yang terdapat dalam tortius lia&ilit( adalah unsur perbuatan melawan hukum, kesalahan, kerugian, dan hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum dengan kerugian yang timbul. 8. Tanggung jawab atas keamanan. .aringan transaksi secara elektronik harus memiliki kemampuan untuk menjamin keamanan dan keandalan arus informasi.

89

Pelaku usaha harus menyediakan sistem jaringan untuk mengontrol keamanan. Sistem keamanan dalam media internet adalah mekanisme yang aman dalam hal pembayaran yang dilakukan oleh konsumen pada suatu we&site. Tanggung jawab pihak lain yaitu tanggung jawab dari $rovider untuk memberikan jasa layanan dan penyediaan akses internet selama 74 %dua puluh empat& jam sehari dan ; %tujuh& hari seminggu, agar dapat dikunjungi para calon konsumen % usto#er&&8. Tugas dan tanggung jawab dari $rovider tergantung dari perjanjian dengan pelaku usaha. 1alam perjanjian transaksi e- o##er e sebaiknya dipikirkan sejauhmana pentingnya memuat klausul mengenai pembatasan tanggung jawab para pihak, jangan sampai terjadi pembatasan tanggung jawab yang melanggar asas kepatutan yang berlaku pada hukum yang dipilih oleh para pihak untuk diterapkan dalam menyelesaikan sengketa antara para pihak. Pembatasan tanggung jawab tersebut dapat pula menentukan batas jumlah ganti kerugian yang harus dibayar oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain apabila terjadi sengketa. 1engan demikian, para pihak sudah sejak dini mengetahui seberapa besar kemungkinan masingmasing pihak harus menanggung kewajiban pembayaran ganti kerugian apabila pihaknya ingkar janji dan kemudian diputuskan oleh pengadilan untuk membayar sejumlah ganti kerugian kepada pihak penggugat.
#ariam 1arus Badrul?aman, ( .o#$ilasi Hu'u# 3eri'atan (, Bandung' PT. 0itra "ditya Bakti, 7::2, hlm. 793.
29

90

B. Kea3sahan Tanda Tangan Elektr"nik Dala K"ntrak .ual Beli $e5ara Elektr"nik

Pe 3uktian Pada

Tanda tangan digital %di"ital si"nature& adalah suatu tanda tangan yang dibuat secara elektronik yang berfungsi sama dengan tanda tangan biasa pada dokumen kertas biasa '6. Tanda tangan, dapat berfungsi untuk menyatakan bahwa orang yang namanya tertera pada suatu dokumen setuju dengan apa yang tercantum pada dokumen yang telah

ditandatanganinya. Tanda tangan elektronik menjadi suatu permasalahan yang bersifat substansial dalam hubungannya dengan pembuktian dalam kontrak jual beli secara elektronik. Tanda tangan elektronik % di"ital si"nature&

sebenarnya tidak hanya digunakan untuk melihat keotentikan data #essa"e melainkan pula untuk meneliti data #essa"e itu'#.
30 31

#enurut

"sril Sitompul, O$* Cit*, hlm. 47. #. "rsyad Sanusi, O$* Cit*, hlm. ;4.

91

pendapat dari "ndrian #ccullaghi, Peter /ittle dan Gilliam 0aeli sebagai pakar pada bidang kajian hukum bisnis dan teknologi di "ustralia, dalam artikelnya yang berjudul (Ele troni Si"natures' ,nderstand t!e 3ast to develo$ t!e 5uture5 yang mengungkapkan komparasi %perbandingan& antara tanda tangan tradisional dengan tanda tangan digital secara komprehansif'&. 1alam kajiannya, ketiga pakar tersebut memulai dengan pertanyaan (apa sesungguhnya yang dimaksud dengan tanda tangan6,5 sebuah pertanyaan yang menurutnya sangat sedikit dikaji dalam hubungannya dengan persfektif hukum. !ebanyakan orang hanya

menerima tanda tangan sebagai sesuatu yang la?im % ta'en 0or "ranted& tanpa mempertanyakan apa sesungguhnya yang dimaksud dengan tanda tangan dan apa fungsinya. Suatu tanda tangan secara umum harus

mampu menjalankan sejumlah fungsi, yaitu ' a. #engidentifikasi penanda tangan > b. #emberikan kepastian atas terlibatnya seseorang dalam penanda tangan itu > c. #engasosiasikan orang tertentu dengan orang dokumen > d. #enyatakan kepemilikan dokumen itu pada penanda tangan> e. #enyatakan beberapa kesepakatan tertulis yang dimungkinkan ditulis oleh pihak ketiga yang bukan merupakan pihak yang terlibat dalam kesepakatan yang mengikat.

32

I&id*, hlm. ;=.

92

"pabila fungsi-fungsi tanda tangan tersebut di atas dinyatakan sebagai satu-satunya rujukan untuk menilai sah dan tidaknya tanda tangan elektronik, maka sesungguhnya tidak diragukan lagi bahwa tanda tangan elektronik telah memenuhi keseluruhan fungsi tersebut diatas. #asalahnya adalah bahwa tanda tangan elektronik, sesuai dengan karakternya, mengambil bentuk %0or#& fisik yang lebih berdimensi metafisik tradisional. #enurut pendapat dari "ndrian #ccullaghi, Peter /ittle dan Gilliam 0aeli, mengemukakan ; %tujuh& karakteristik fisik tanda tangan tradisional, sebagai berikut ''' a. 1apat dibuat secara mudah oleh orang yang sama > b. Secara mudah dapat dikenali oleh pihak ketiga > c. -elatif sulit untuk dipalsukan oleh pihak ketiga > d. 1iikat dan disertakan dalam dokumen sehingga menjadi suatu kesatuan > e. #elibatkan proses fisik %tinta dan kertas& > f. Secara komparatif standar untuk semua dokumen yang sudah ditanda tangani oleh orang yang sama > g. -elatif sulit untuk dihapus tanpa adanya bekas. "pabila yang menjadi referensi untuk mengukur keabsahan suatu tanda tangan digital adalah ciri-ciri fisik seperti tersebut diatas maka tentu saja tanda
33

dibandingkan

konkret

sebagaimana

pada

tanda

tangan

tangan

digital

harus

ditolak

keabsahannya,

karena

I&id*, hlm. ;3.

93

menimbulkan suatu permasalahan mengenai persaingan antara 0or# %bentuk& dan 0un tion %fungsi&. #aka banyak para pakar berpendapat bahwa tanda tangan elektronik harus diterima keabsahannya sebagai tanda tangan dengan alasan, sebagai berikut ''( a. Tanda tangan elektronik merupakan tanda-tanda yang bisa dibubuhkan oleh seseorang atau beberapa orang yang diberikan kuasa oleh orang lain yang berkehendak untuk diikat secara hukum > b. Sebuah tanda tangan elektronik dapat dimasukan dengan menggunakan peralatan mekanik, sebagaimana tanda tangan tradisional > c. Sebuah tanda tangan elektronik sangat mungkin bersifat lebih aman atau lebih tidak aman sebagaimana kemungkinan ini juga terjadi pada tanda tangan tradisional > d. Gaktu membubuhkan tanda tangan elektronik, niat si penanda tangan yang menjadi keharusan juga bisa dipenuhi

sebagaimana pada tanda tangan tradisional > e. Sebagaimana tanda tangan tradisional, tanda tangan elektronik dapat diletakkan di bagian mana saja pada dokumen itu dan tidak harus berada di bagian bawah dokumen, terkecuali apabila hal tersebut disyaratkan oleh mekanisme legislasi.

34

I&id*, hlm. ;;.

94

"lasan-alasan tersebut diatas adalah sangat kuat untuk menjadi landasan keabsahan tanda tangan digital. #enurut 0hris -eed sebagai !epala *nit In0or#ation Te nolo"( Law ;ueen Mar( dan 6est0ield Colle"e London, dalam kajiannya dan analisanya yang menyatakan keabsahan di"ital si"nature dengan menekankan pada fungsi dan manfaat, dan bukan kepada bentuk, sebuah tanda tangan elektronik dibuat dengan menggunakan fungsi matematis pada dokumen, atau bagian darinya, yang bisa mengidentifikasi penanda tangan dan mengotentikasi isi dokumen yang ditanda tangan itu '9. *ntuk menjadi tanda tangan yang efektif, dokumen yang dimodifikasi harusnya hanya bisa dibuka oleh pembuat dokumen tersebut, dan segala upaya untuk merubah dokumen oleh para pihak yang tidak berwenang harus mampu ditolak dan dinyatakan tidak valid oleh tanda tangan elektronik tersebut. Aungsi matematis yang disebutkan diatas, adalah kode-kode otomatis dalam alogaritma. Beberapa alogaritma lainnya yang juga

dikenal dalam hubungannya dengan pembuatan elektronik si"nature ini adalah 1S" %Di"ital Si"nature 2l"orit!e#&. 1engan demikian, penggunaan di"ital si"nature yang sudah modern hampir sama dengan kriptografi. Ide dasarnya adalah bahwa

#essa"e yang enskripsi dengan $rivate 'e( hanya dapat dibuka dengan $u&li 'e(* Pada prinsipnya, pengirim % sender& menuliskan sebuah Arasa dan kemudian mengenskripsi dengan menggunakan $rivat 'e(-nya.
35

I&id*, hlm. ;9.

95

Arasa tersebut kemudian dilampirkan %atta !ed& kepada #essa"e untuk kemudian dideskripsi oleh $u&li 'e( penerima pesan %re i$ient&. #aka produk kriptografi ini oleh sebagian para ahli dimasukkan kedalam kelompok tanda tangan. Penggunaan kelompok tanda tangan digital seperti ini dipandang sangat aman, walaupun sebenarnya tidak menutup kemungkinan terjadi suatu pemalsuan dan kecurangan, yaitu ketika kunci $rivate dan kunci publiknya dicuri oleh orang lain. Penggunaan tanda tangan digital %di"ital si"nature atau ele troni si"nature& adalah pendekatan yang dilakukan oleh teknologi enskripsi %en r($tion& terhadap kebutuhan akan adanya suatu tanda tangan atau adanya penghubung antara suatu dokumen atau data % #essa"e& dengan orang yang membuat atau menyetujui dokumen tersebut. Tanda tangan digital sebenarnya dapat memberikan jaminan yang lebih baik terhadap keamanan dokumen dibandingkan dengan tanda tangan biasa. Penerima pesan yang dibubuhi tanda tangan digital dapat memeriksa apakah pesan tersebut benar-benar datang dari pengirim yang benar dan apakah pesan itu telah diubah setelah ditandatangani, baik secara sengaja atau tidak sengaja. Tanda tangan digital yang aman tidak dapat diingkari oleh penandatangan di kemudian hari dengan menyatakan bahwa tanda tangan itu dipalsukan. 1engan kata lain, tanda tangan

digital dapat memberikan jaminan keaslian dokumen yang dikirimkan

96

secara digital, baik jaminan tentang identitas pengirim dan kebenaran dari dokumen tersebut. Tanda tangan digital ini terbatas masa berlakunya, misalnya di "merika Serikat, kebanyakan penyelenggara Certi0i ation aut!orit( %0"& memberi batas waktu 2 %satu& tahun untuk tanda tangan digital, dengan demikian dokumen yang dibubuhi tanda tangan digital yang sudah habis masa berlakunya tidak dapat diterima. Pembatasan masa berlaku tanda tangan digital dilakukan dengan ti#e-sta#$ %stempel waktu& digital. 1alam prakteknya perlu dilakukan penandatangan untuk dokumen yang masa berlakunya lebih dari 7 %dua& tahun seperti kontrak-sewa dan perjanjian jangka panjang lainnya. .alan keluarnya adalah dengan

mendaftarkan setiap kontrak yang dibuat melalui media internet untuk dibubuhi dengan stempel waktu digital pada waktu ditandatangani. 1engan pembubuhan stempel waktu, maka tanda tangan digital ini dapat berlaku sampai berakhirnya masa berlaku tanda tangan digital tersebut. "pabila masing-masing pihak memegang salinan dari stempel waktu tersebut, maka masing-masing pihak dapat membuktikan bahwa kontrak tersebut ditandatangani dengan kunci yang sah. 0ara untuk melihat tanda tangan elektronik dalam perspektif hukum di Indonesia adalah untuk melihatnya sebagai tanda tangan biasa. .ika kita mengasumsikan bahwa transaksi elektronik tersebut merasa

tidak ada permasalahan, maka perjanjian dalam transaksi elektronik itu

97

bersifat mengikat bagi para pihak. 1alam hal ini, akan terjadi masalah apabila terjadi perselisihan mengenai transaksi elektronik. Pada umumnya apabila menemui permasalahan dan harus mengambil keputusan yang tepat terhadap permasalahan tersebut, maka akan mengumpulkan berbagai macam fakta yang berkaitan dengan permasalahan tersebut. 1engan fakta-fakta yang telah terkumpul dapat digunakan untuk membuktikan permasalahan tersebut dan dapat dicari solusinya. 1alam cabang-cabang ilmu pasti fakta-fakta dikumpulkan yang berguna sebagai bukti bagi suatu permasalahan bersifat relatif pasti, sedangkan dalam ilmu hukum pembuktiannya bersifat kemasyarakatan, karena sedikit terdapat unsur ketidakpastian. 1alam hubungannya dengan pembuktian, Prof. Subekti

berpendapat bahwa membuktikan adalah menyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu

persengketaan').

1engan demikian, membuktikan adalah upaya untuk

mengumpulkan fakta-fakta yang dapat dianalisa dari segi hukum dan berkaitan dengan suatu kasus yang digunakan untuk memberikan keyakinan kepada hakim dalam mengambil keputusan. Sedangkan

pembuktian adalah proses untuk membuktikan suatu kasus yang disertai dengan fakta-fakta yang dapat dianalisa dari segi hukum untuk memberikan keyakinan hakim dalam mengambil keputusan.

Subekti, ( H,.,M 3EM1,.TI2N (,0etakan ke-8, .akarta' Pradnya Paramita, 2<;=, hlm. =.

36

98

C. Kekuatan Huku

Pe 3uktian Dala

K"ntrak .ual Beli $e5ara

Elektr"nik DiTinjau dari Pasal #)( Het Her:iene Ind"nesis5h ,egle ent 0HI,1 /egalitas dari suatu kontrak atau perjanjian dalam e- o##er e menjadi sebuah fenomena yuridis yang relatif baru bagi hukum Indonesia %hukum positif& pada umumnya, yang perlu dikaji lebih lanjut terhadap aspek hukum pembuktian pada khususnya. 1alam hal membuktikan suatu peristiwa ada beberapa cara yang dapat ditempuh. 4uris$ruden e #enurut Paton dalam bukunya 2 Te8t&oo' o0 bahwa, alat bukti dapat bersifat oral,

disebutkan

do u#entar(, atau #ateriil';.

"lat bukti yang bersifat oral merupakan

kata-kata yang diucapkan seorang dalam pengadilan, artinya kesaksian tentang suatu peristiwa. "lat bukti yang bersifat do u#entar( adalah alat bukti surat atau alat bukti tertulis, sedangkan alat bukti yang bersifat #ateriil alat bukti barang %fisik& yang tampak atau dapat dilihat selain dokumen.

37

.urnal #edia

ukum, Bolume < +o 2, .uni 7::7, hlm. 24.

99

#enurut sistem

I- %Het Herziene Indonesis ! Re"le#ent&, dalam akim hanya

acara perdata, hakim terikat pada alat-alat bukti yang sah.

boleh mengambil keputusan berdasarkan alat-alat bukti yang disahkan oleh undang-undang saja. "lat bukti yang diakui dalam peradilan perdata Indonesia diatur dalam ketentuan pasal 234 I-, 794 -bg, dan Pasal

2933 !* -Perdata, yang menyatakan bahwa alat-alat bukti terdiri dari' alat bukti tulisan, bukti saksi, persangkaan, pengakuan dan sumpah. "lat bukti dalam e- o##er e bersifat dibatasi, artinya hanya

terdapat pada alat bukti tertulis saja. "lat bukti tertulis atau surat ialah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau menyampaikan buah pikiran seseorang dan dipergunakan sebagai pembuktian'<. *ntuk lebih mengenal aspek hukum pembuktian dalam eo##er e maka akan lebih jelasnya jika diuraikan beberapa hal yang terkait dengan aspek hukum pembuktian tersebut, adalah sebagai berikut' 2. !ontrak tertulis > ukum yang berlaku di suatu negara tertentu tentang perdagangan secara umum, mengenal secara luas transaksi komersial sebagai sesuatu yang valid %berlaku&, berkekuatan hukum, dan tanpa syarat yang spesifik untuk mereduksinya ke dalam bentuk tertulis. Persetujuan lisan adalah le"al %resmi& dan sah, meskipun kurang kuat dalam hal pembuktian secara
38

I&id*, hlm. 24.

100

nyata. /egislasi dan regulasi tertentu tetap saja menggunakan terminologi yang membutuhkan keberadaan bentuk tulisan. Syarat-syarat tersebut berhubungan dengan katagori transaksi tertentu, contohnya mereka yang membutuhkan barang atau benda sebagai alat bukti untuk dikuatkan dalam mengahadapi pihak ketiga ketika terjadi sebuah pemberian hak yang diwujudkan ke dalam transfer fisik dokumen itu sendiri. Pada umumnya, invoi e %faktur&, surat pengantar dan dokumen komersial lainnya, pada dasarnya tidak perlu dalam bentuk tertulis jika terjadi dalam transaksi antar pihak-pihak swasta. +amun, di negara-negara )ropa instansi perpajakan

memerlukan invoi e dan dokumen akuntansi lainnya dalam bentuk tertulis. -ekaman akuntansi yang dikomputerisasi

diterima oleh instansi perpajakan di negara-negara tertentu, terutama di negara-negara yang sistem komputernya mampu menangani keperluan formal tertentu yang ditetapkan oleh administrasi pajak. 1engan kata lain, ada ketidakseragaman, baik yang bersifat domestik maupun internasional mengenai transmisi elektronik meskipun dalam bentuk yang sudah terkenal seperti halnya 0a si#ilie yang diterima sebagai bentuk tulisan. 7. /egalitas tanda tangan >

101

Tanda tangan mungkin dalam bentuk tulisan tangan, tercetak pada kertas 0a si#ilie, bentuk cetakan, tanda dalam bentuk symbol, atau bentuk lain yang dibuat secara mekanis maupun elektronik, apabila konsisten dengan hukum suatu negara dimana dokumen tersebut dikeluarkan. Sifat yang diinginkan dari legalitas tanda tangan, diantaranya adalah ' '8 a. Tanda tangan itu asli %otentik&, tidak mudah ditulis@ditiru oleh orang lain. Pesan dan tanda tangan pesan tersebut dapat juga menjadi alat bukti, sehingga penandatangan tidak bisa menyangkal bahwa dulu pada waktu membuat suatu perjanjian tidak pernah menandatanganinya > b. Tanda tangan itu hanya sah untuk dokumen %pesan& itu saja. Tanda tangan dapat dipindahkan dari suatu dokumen ke dokumen lainnya. +amun apabila demikian, maka tanda tangan digital dari pesan tersebut dianggap tidak lagi sah > c. Tanda tangan itu dapat diperiksa dengan mudah. Tanda tangan itu dapat diperiksa oleh pihak-pihak yang belum pernah bertemu dengan penandatangan > d. Tanda tangan itu juga sah untuk di o$( dari dokumen yang sama persis. Tanda tangan digital memanfatkan fungsi satu arah untuk menjamin bahwa tanda tangan itu hanya berlaku untuk dokumen yang bersangkutan saja, bukan dokumen
"rrianto #ukti Gibowo, ( T2ND2 T2NG2N DIGIT2L D2N SERTI5I.2T DIGIT2L < 2$a Itu =**, Info !omputer, )disi .uni, 2<<9, lm. 7.
39

102

secara keseluruhan yang ditandatangani, namun biasanya yang ditandatangani adalah sidik jari dari dokumen itu beserta ti#esta#$ dengan menggunakan kunci $rivat* Ti#esta#$ berguna untuk menentukan waktu pengesahan dokumen. ,NCITR2L Model Law on Ele troni Co##er e , secara

eksplisit memberikan solusi teknis yang sama nilai legalnya dengan tanda tangan kon$ensional, yang dalam maksudmaksud tertentu para pihak bisa menyetujuinya jika mereka menghendaki. Teknologi tanda tangan elektronik masa depan ini dapat digunakan sebagai teknologi yang tepat, tanpa harus mengubah undang-undang. !etentuan Pasal ; dalam

,NCITR2L Model Law

on Ele troni

Co##er e , yang

menyatakan bahwa aturan hukum mensyaratkan tanda tangan, atau memberi konsekuensi tertentu, jika tanpa tanda tangan maka dalam hubungannya dengan pesan data, aturan itu akan terpenuhi, apabila ' a. "da metode yang digunakan untuk mengidentifikasi

pembuat asli dari pesan data dan mengindikasi persetujuan pembuat asli terhadap isi informasi yang ada pada pesan data tersebut > dan b. #etode tersebut bisa diandalkan sebagai metode yang tepat untuk kebutuhan dimana pesan data tersebut

103

dihasilkan dan dikomunikasikan, dalam segala kondisi yang ada, termasuk semua persetujuan antara pembuat asli dengan yang penerima pesan data. Interpretasi ini belum diterapkan oleh kon$ensi-kon$ensi internasional yang lain, yang membatasi arti karakteristik tanda tangan pada dokumen khusus. hukum di negara-negara +amun pada kenyataannya, secara e8$lisit tidak

tertentu

memperbolehkan bentuk-bentuk lain tanda tangan, selain dari bentuk tradisional tanda tangan tinta di atas kertas secara kon$ensional. #eskipun ketika hukum sebuah negara tidak

secara e8$lisit melarang tanda tangan elektronik, hukum tidak akan berkembang dengan baik, dari para pelaku usaha@dagang akan memberikan perhatian penuh sampai pengadilan

mengakui tanda tangan elektronik. 8. Bentuk tulisan. Penyamaan nilai legal antara transmisi elektronik dengan bentuk tertulis ini dimaksudkan untuk mempermudah posisi transmisi ini sehingga dapat digunakan sebagai eviden e %bukti& nyata dalam pembuktian dan sebagai salah satu pendekatan yang paling relatif mudah sebagai solusi yang ditawarkan. "pabila terdapat perkara %kasus& khususnya perkara perdata, maka untuk mengambil dan melegalisasi dokumen yang akan dijadikan sebagai barang bukti, misalnya bukti tersebut berada di negara lain, maka dapat

104

digunakan Convention on t!e Ta'in" eviden e 2&road in Civil Co##er ial Maters 2<39. 1i dalam kon$ensi ini juga diatur cara mengenai kesaksian apabila saksi berada di negara yang berlainan. diselenggarakan di 1en !on$ensi ini

aag %T!e Ha"ue& 73 ,ktober 2<39. Convention

on t!e servi e 2&road o0 4udi al and e8tra%udi ial Do u#ent in Civil or Co##er ial Matters %2<3=&, yang mengatur mengenai cara melakukan panggilan-panggilan atau melakukan pemberitahuan dalam perkara perdata apabila ada pihak yang berada di luar negeri (6. Tentang $!oto o$( dapat disimpulkan dari putusan #"

%#ahkamah "gung& 24 april 2<;3 +o. ;:2 ! @ Sip 2:;4, bahwa $!oto o$( dapat diterima sebagai alat bukti apabila $!oto o$( itu disertai keterangan atau jalan apapun secara sah dapat diterima sesuai dengan aslinya (#. 1alam surat tertanggal 24 .anuari 2<99 +o. 8< @ T* @ 99 @ 2:7 @Pid kepada #enteri !ehakiman, #ahkamah "gung mengemukakan pendapatnya bahwa #i r$0il# atau #i ro0i !e dapat dipergunakan sebagai alat bukti yang sah di pengadilan menggantikan alat bukti surat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 294 ayat %2& sub c !itab *ndang-*ndang "cara Pidana, mengenai alat bukti surat. "spek hukum kekuatan pembuktian dalam kontrak jual beli secara elektronik dapat digunakan sesuai dengan hukum acara perdata, namun hanya terbatas pada alat bukti tertulis saja. 1alam pembuktian dengan cara alat bukti tertulis tersebut perlu digunakan metode analogi
40 41

ukum

Budi Aitriadi, O$* Cit*, hlm. <;. Durisprudensi Indonesia Tahun 2<;3, 1epartemen !ehakiman, hlm. =4<.

105

%mempersamakan yurisprudensi yang satu dengan yurisprudensi yang lain berdasarkan asas presedent, dan pada dasarnya bahwa hakim harus menerapkan suatu peraturan perundang-undangan pada peristiwa yang telah terjadi dengan cara memperluas suatu peristiwa yang serupa, sejenis atau mirip dengan yang diatur dalam undang-undang& dan

interpretasi %melakukan penelaahan peraturan perundang-undangan& , bahwa alat bukti digital mempunyai persyaratan yang sah sebagai alat pembuktian dalam (&ers$a e khususnya kegiatan e- o##er e.

!eabsahan alat bukti harus memenuhi beberapa hal, yaitu ' 2. Rea&ilit( %dapat dipertanggungjawabkan& > 7. Con0identialit( %jaminan kerahasiaan& > 8. Non-re$udiation %tidak dapat disangkal keberadaannya& > 4. Inte"rit( %jaminan keutuhan& > =. 2ut!enti it( %jaminan keaslian&. 1ari kelima hal tersebut secara prosedur tekhnis dapat diatasi dengan di"ital si"nature yaitu dengan menggunakan metode ens'ri$si dan des'ri$si yang menggunakan 'un i $rivat dan 'un i $u&li . Proses

tersebut mampu menjamin keabsahan alat bukti digital % di"ital evidan e&, sehingga secara analogi alat bukti dalam perdagangan secara eo##er e pembuktian. 1alam beberapa peraturan perundang-undangan Indonesia, dapat sesuai dengan hukum acara perdata tentang

seperti -** tentang !omisi Pemberantasan !orupsi, mengakui bukti-

106

bukti e-#ail, 0a8 serta data elektronik komputer dan lain sebagainya, dengan demikian maka data re ord, e-#ail, dan pengakuan yang sah sebagai alat bukti menurut hukum. BAB / KE$IMPULAN DAN $A,AN !attin" mendapat

A. Kesi %ulan 1ari apa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa ' 2. Berdasarkan hukum perdata di Indonesia, jual beli diatur dalam buku III !* -Perdata tentang perikatan. Secara umum jual beli terjadi karena adanya suatu kesepakatan antara para pihak. !esepakatan itu diwujudkan dalam suatu perjanjian yang menjadi dasar perikatan bagi pihak-pihak tersebut. "spek

hukum perjanjian atau kontrak jual beli secara elektronik % eo##er e& dapat memiliki kekuatan hukum berdasarkan asas kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 2889 ayat %2& !* -Perdata tentang kebebasan berkontrak. "sas

'onsensualitas yang tersirat dalam Pasal 287: !* -Perdata dapat dijadikan dasar kekuatan hukum adanya kontrak jual beli secara elektronik, segala sesuatu yang telah disepakati oleh para pihak dalam kontrak jual beli secara elektronik % eo##er e& menjadi hukum dan mengikat bagi para pihak >

107

7. "spek hukum pembuktian berdasarkan hukum acara perdata di Indonesia dapat diterapkan terhadap kontrak jual beli secara elektronik, walaupun hanya dianggap sebagai alat bukti tertulis dan bukan akta, tetapi berupa tulisan biasa saja dan atau sebagai persangkaan sesuai dengan hukum acara perdata Pasal 234 Het Herziene Indonesis ! Re"le#ent % I-& > 8. *paya hukum yang dapat dilakukan oleh para pihak apabila terjadi sengketa, dalam hal ini mengenai pembuktian kontrak jual beli secara elektronik, maka hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 79 ayat %2& *ndang-*ndang +omor 4 Tahun 7::4 tentang !ekuasaan !ehakiman, seperti merujuk kepada ,NCITR2L Model Law on Ele troni Co##er e , kegiatan eo##er e yang diatur dalam ,NCITR2L Model Law on Ele troni Co##er e, dapat digunakan sebagai pegangan atau kepastian hukum dalam transaksi perdagangan internasional. ,NCITR2L Model Law on Ele troni Co##er e , secara

eksplisit memberikan nilai le"al %sah& yang sama kepada transmisi elektronik seperti halnya bentuk tertulis. Penyamaan

108

nilai legal antara transmisi elektronik dengan bentuk tertulis ini dimaksudkan untuk mempermudah pembuktian.

B. $aran Sehubungan dengan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisis yang dilakukan, maka saran yang ingin disampaikan adalah ' 2. *ntuk mengantisipasi lalu lintas perdagangan yang

mempergunakan teknologi informasi, pihak yang berwenang diharapkan secepatnya membentuk peraturan perundangundangan mengenai teknologi informasi, khususnya mengenai hukum kontrak jual beli secara elektronik, untuk segera di undangkan dan@atau diberlakukan, sehingga dapat menjamin kepastian hukum bagi masyarakat > 7. #unculnya teknologi informasi termasuk sistem transaksi secara elektronik telah menimbulkan berbagai macam

permasalahan, yang harus segara diatasi oleh pemerintah, antara lain adanya sistem peradilan yang siap dalam

menangani kasus-kasus yang timbul akibat kemajuan teknologi informasi tersebut untuk pengetahuan para pihak dan diketahui oleh penegak hukum > 8. #emasuki era globalisasi disertai kemajuan teknologi informasi, yang berhubungan dengan masalah C(&er tersebut, seperti membandingkan ketentuan tentang pembuktian dalam kontrak

109

jual beli secara elektronik, yang berlaku di negara lain dan meratifikasi ,NCITR2L Model Law on Ele troni Co##er e ,

karena Indonesia sudah menjadi warga negara dunia dengan masuknya Indonesia sebagai salah satu peserta Putaran *ruguay yang menghasilkan GT, % 6orld Trade Or"anization & pada tahun 2<<4.

110

111

Anda mungkin juga menyukai