berorientasi pada tujuan (teleologis). Keputusan etis yang sangat memperhatikan hukum atau ketentuanketentuan normative (deontologist). Keputusan etis yang mengutamakan situasi atau konteks yang ada (etika tanggungjawab).
Moralitas. - Etika menyangkut pemikiran yang sistimatis tentang kelakuan manusia serta motivasi dan keadaan batin yang mendasarinya. - Moral menyangkut kebaikan dan keburukan kelakuan
Etika adalah penyelidikan tentang apa yang baik atau benar atau luhur dan apa yang buruk atau salah atau jahat dalam kelakuan manusia.
Etika menaruh perhatian kepada norma-norma yang membimbing perbuatan manusia dan cita-cita yang membentuk tujuan manusia. Etika Kristen berusaha untuk menolong manusia untuk berpikir dengan lebih terang tentang
benar dan apa yang salah, apa yang baik dan apa yang buruk. Menyangkut pilihan yang sukar karena seringkali, keputusan kita bukan antara hitam dan putih, melainkan dua corak yang kelabu. Keputusan-keputusan etis tidak mungkin dihindari karena pada saat kita dihadapkan dengan pilihan etis, kita harus mengambil keputusan. Kita hanya bisa memahami pengambilan keputusan etis kalau kita memperhitungkan halhal yang berhubungan maupun yang tidak
IMAN
I.
Iman sebagai kepercayaan dan kesetiaan kepada hal yang dianggap terpenting
dan masyarakat
Kita harus melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan sekaligus menjadi orang-orang yang baik karena tabiat yang baik menghasilkan perbuatan-perbuatan yang baik.
Kata Yunani ethos atau ethika berarti sikap dasar seseorang. Ethos juga berarti rumah di batin manusia, yaitu sikap batinnya, tabiatnya dan kepribadiannya. Ethos sebagai sumber setiap tindakan manusia.
Arti Tabiat
Tabiat adalah susunan batin seseorang yang memberi arah dan ketertiban kepada keinginan, kesukaan dan perbuatan orang itu. Susunan itu dibentuk oleh interaksi antara diri orang dengan lingkungan sosialnya dan Allah.
Tabiat juga mengandung kecenderungan dan motivasi untuk berbuat selaras dengan susunan batin. Tabiat juga mengandung kesukaan, kemauan dan keinginan.
Tabiat dalam istilah Alkitab Perjanjian Baru adalah hidup baru dimana Kristus tidak hanya memberikan kepada pengikutpengikut-Nya hukum baru yang menuntut perbuatan-perbuatan lahiriah, tetapi juga hidup baru. Hubungan dengan Tuhan mengubah hati dan kepribadian manusia (2 Korintus 5:17).
III. Hubungan Tabiat dengan Hukum dalam ajaran Yesus Tuhan Yesus lebih menekankan pembaruan hati manusia dari pada penyataan lahiriah dengan hukum-hukum. Ketaatan kepada hukum harus disertai dengan sikap kasih kepada sesama dan ketaatan kepada Allah. Allah tidak hanya memandang pelaksanaan hukum-hukum yang lahiriah, melainkan lebih memperhatikan motif yang mendasari perbuatan manusia.
IV. Apakah perhatian pada Tabiat diri sendiri patut? Orang yang menjadikan tabiat sebagai fokus utama dalam pertimbangan etisnya mengandung bahaya karena orang itu akan lebih memperhatikan tabiat diri sendiri dari pada Allah (Lukas 18:11) dan kehilangan kebebasan yang datang oleh pembenarannya oleh Yesus Kristus. Tabiat orang Kristen tidak bisa dibiarkan terlepas dari Kristus karena kebaikan kita adalah selalu sebagai karunia dari Dia dan bukannya sebagai hasil usaha kita.
VI. Perkembangan Tabiat Kristen Dalam pengembangan tabiat harus ada pembongkaran dan pembangunan, ada pemutusan dengan dosa dalam tabiat dan ada kelangsungan dari unsur-unsur tabiat yang berkenan kepada Allah. Alkitab Perjanjian Baru memakai istilah kematian manusia lama dan kebangkitan manusia baru untuk menerangkan pembongkaran dan pembangunan tabiat. Hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak Allah harus disesali dan dijauhi sedangkan hal-hal yang berakar dalam Allah dan berpusat pada-Nya harus dihidupkan dan dikembangkan.
VII. Ciri-ciri Tabiat Kristen Integritas Kelakuan moral yang baik perlu berakar dalam identitas yang utuh dan hati yang bulat. Integritas adalah kejujuran kepada orang lain dan kesungguhan serta keutuhan di dalam diri sendiri. Pengertian tentang kehendak Allah dan kepekaan kepada apa yang baik. Dalam doanya di Filipi 1:9-10, Rasul Paulus memakai dua kata yang penting bagi etika Kristen: aisthesis (pengertian atau penglihatan) dan dokimazein (memilih atau mengerti).
LINGKUNGAN SOSIAL
I.
Masyarakat dalam manusia Pengaruh masyarakat yang terpenting bukan kontrol dari luar kepada manusia melainkan kontrol yang mengarahkan kehidupan batin manusia. Pengaruh lingkungan sebagai karunia Allah Kenyataan bahwa kita dipengaruhi oleh orangorang lain tidak harus dinilai negatif.
Unsur dosa dalam pengaruh lingkungan Pengaruh negatif dari masyarakat dapat mempersempit penglihatan kita dan mengurangi kebebasan kita untuk berpikir jujur dengan hati terbuka kepada bimbingan Tuhan.
Pengambil keputusan etis harus bertanggungjawab untuk membuat keputusan yang menguntungkan orang lain dan membangun jemaat.
NORMA-NORMA
Norma adalah patokan yang dipakai untuk menilai perbuatan manusia dan menolong orang mengambil keputusan yang benar
Barth, Dietrich Bonhoeffer dan lain-lain yang menganggap penggunaan hukum-hukum tidak sesuai dengan kedaulatan dan kasih karunia Allah. Joseph Fletcher, John Robinson dan para penganut Etika Situasi atau moralitas baru, berpendapat bahwa peraturan-peraturan moral sering kali menghambat keterbukaan orang terhadap situasi baru dan bertentangan dengan kasih kepada orang lain.
LIMA Pertanyaan yang timbul dari Alkitab dan Teologia Kristen tentang peran norma-norma dalam kehidupan moral: Apakah orang yang diselamatkan oleh kasih karunia Allah harus mematuhi norma-norma dan peraturan-peraturan? Apakah kepatuhan kepada peraturan-peraturan bertentangan dengan kedaulatan Allah? Apakah kepatuhan kepada peraturan-peraturan dapat disesuaikan dengan keperluan-keperluan khas yang timbul dalam situasi yang baru? Apakah hukum kasih saja cukup, atau apakah diperlukan peraturan-peraturan yang lebih terperinci? Bagaimana hubungan antara peraturan-peraturan dengan hukum-hukum yang tertulis dalam hati kita?
Dua jenis norma yang terpenting: Prinsip-Prinsip. Prinsip biasanya lebih umum dari pada peraturan. Prinsip memberi bimbingan umum tetapi tidak menentukan perbuatan-perbuatan spesifik yang dilarang, dibolehkan atau diharuskan; contoh: segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian kepada mereka (Matius 7:12).
Peraturan-Peraturan. Peraturan lebih spesifik menentukan perbuatan-perbuatan yang dilarang, dibolehkan atau duharuskan. Contoh: Jangan membunuh.
Rasul Paulus menulis Barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat (Roma 13:8).
5. Norma-norma batin Dalam Perjanjian Baru, Allah menaruh hukum-Nya dalam akal budi dan menuliskannya dalam hati umat-Nya (Ibrani 8:8-12; 10:16). Fungsi norma-norma yang terpenting ialah perannya dalam membentuk sikap mental kita tentang apa yang baik dan apa yang salah. Bimbbingan norma-norma melewati hati nurani dan sikap kita lebih penting dari pada bimbingannya yang langsung waktu kita menerapkan norma-norma pada masalah-masalah.
Peresapan norma-norma ke dalam hati mengandung bahaya. Bahaya ini disebabkan karena kuasa norma yang tertanam dalam sikap batin kita lebih besar dari pada normanorma yang belum meresap ke batin kita. Bimbingan norma dari batin kita sering tidak kita sadari sehingga bimbingan norma itu mungkin kurang diperiksa.
III. Kesimpulan
1. Bahaya-bahaya dalam penggunaan norma-norma
Penggunaan norma-norma mengandung bahaya bahwa kita mengukur kebaikan kita berdasarkan kepatuhan kita kepada norma-norma itu.
Peraturan-peraturan dapat menjadi halangan bagi kasih. Hukum-hukum dapat diterapkan dengan keras tanpa kepekaan kepada keperluan sesama kita.
Orang dapat mengganti Allah yang hidup dengan buku hukum yang tidak bernyawa. Pentingnya iman dan bimbingan Roh Kudus dalam pengambilan keputusan etis diabaikan. Hukum-hukum dapat membutakan orang terhadap perubahan. Hukum-hukum dapat diterapkan dengan kaku, sehingga orang tidak terbuka terhadap keperluan-keperluan dan kemungkinankemungkinan yang baru.
Orang dapat memakai hukum lebih untuk melarang perbuatan yang salah dari pada mendorong perbuatan-perbuatan yang baik.
Orang yang menggunakan peraturan-peraturan dapat mementingkan pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa yang kecil-kecil tetapi mengabaikan kecongkakan dan dosa-dosa sosial seperti ketidakadilan dan penindasan.
Norma-norma dapat membelenggu kebebasan dan tanggung jawab kita sebagai pelaku.
Kecenderungan untuk menggunakan norma-norma sebagai faktor satu-satunya dalam pengambilan keputusan etis.
Norma-norma menolong kita menghemat waktu. Norma-norma menunjukkan perbuatan-perbuatan yang biasanya merusak masyarakat dan merugikan sesama kita. Norma-norma mengatur masyarakat. Norma-norma memungkinkan pembicaraan tentang apa yang baik dan apa yang salah. Norma-norma menolong kita mengerti keunikan kasus kita serta persamaannya dengan kasus-kasus lain.
3. Kebijaksanaan dibimbing oleh norma-norma Dalam situasi moderen ini ada tiga kemungkinan untuk penggunaan norma-norma:
Orang dapat memakai kebijaksanaan tanpa norma-norma Orang dapat memakai norma-norma tanpa kebijaksanaan Orang dapat memakai kebijaksanaan yang dibimbing oleh norma-norma
SITUASI
I. Mengapa kita perlu mengerti situasi? Agar dapat menerapkan norma-norma dan nilainilai etis kepada situasi itu.
Agar dapat melakukan perbuatan yang tepat dan berguna dalam situasi itu. Agar dapat mengetahui masalah-masalah yang memerlukan perhatian.
Pengertian kita tentang situasi dipengaruhi oleh nilai-nilai kita, kepentingan kita, pengalaman kita, prasangka kita dan faktor-faktor subyektif lain yang lebih banyak dipengaruhi oleh sikap mental kita dari pada situasi. Pepatah China berbunyi: Separuh dari apa yang kita lihat terletak dibelakang mata kita. Kita mempunyai kaca mata batin yang menyaring dan mengatur hal-hal yang kita alami.
III. Bagaimana memperbaiki pengertian ttg situasi? Kita harus menyelidiki situasi untuk mengambil keputusan yang benar dan tepat. Kita harus menggunakan bahan-bahan ilmiah dan keterangan para ahli. Kita harus memperluas pengertian kita tentang situasi agar mencakup semua faktor yang bersangkutpaut dengan keputusan kita. Kita harus peka kepada pekerjaan dan kehendak Allah untuk mengerti bagaimana Allah bekerja dan bagaimana maksud-Nya dalam setiap situasi yang kita hadapi. Kita harus peka kepada keperluan orang lain dan mempertimbangkan akibat dari setiap keputusan kita.
IV. Norma-norma serta pengertian tentang situasi Norma-norma dan nilai-nilai etis sangat penting
dalam pengambilan keputusan etis. Keputusan etis yang tepat diambil berdasarkan pemahaman situasi dan realita tentang masalah yang dihadapi. Pengetahuan yang memadai sangat diperlukan untuk keputusan etis yang baik.
I. Sumber-Sumber Bantuan DOA IBADAH ALLAH ROH KUDUS GEREJA DAN KOMUNITAS ORANG PERCAYA ALKITAB LITERATUR
Kita perlu belajar, berpikir dan berbicara tetapi juga harus berani membuat keputusan dan bertindak.
Kita wajib berusaha sedapat mungkin membuat keputusan yang benar dan tepat. Namun demikian kita harus berani mengambil keputusan berdasarkan informasi yang kurang lengkap jika itu sangat mendesak atau sangat diperlukan.
Dalam setiap keputusan, Tuhan memanggil kita untuk mengambil risiko bahwa kita mungkin salah bersama dengan kemungkinan bahwa kita benar. Kita mungkin gagal tetapi kita juga mungkin berhasil untuk kemuliaan Allah.
III. Dua unsur IMAN yang menambah keberanian kita untuk mengambil keputusan: Kita yakin bahwa Allah mengampuni kesalahan kita walaupun keputusan kita kurang tepat. Kita percaya bahwa Waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka (Roma 5:6). Kita yakin bahwa Allah memerintah dunia ini dan Ia bekerja terus menerus untuk mencapai maksud-Nya di dunia. Kita tahu bahwa Allah dapat memakai kesalahan kita bersama dengan kebenaran kita untuk mewujudkan kehendak-Nya di dunia ini.
Alkitab
Kita
Sumber Pengetahuan
Realita
Alkitab
Dunia
karakter Kristen yang dewasa. Karena karakter sangat mendasar dalam pengambilan keputusan etis (Matius 57).
Pengambil keputusan etis Kristen harus memahami dan
menguji fakta-fakta di sekitar problema yg memerlukan keputusan. Pengujian moral menuntut analisa yg akurat tentang fakta-fakta yg ada dengan cara:
Mentukan hal-hal apa saja yg mempengaruhi problema
tersebut Memperjelas orang-orang yg terlibat dalam problema tersebut Mengevaluasi setiap informasi agar tidak menyesatkan pengambilan keputusan Mencari sebanyak mungkin pilihan, dan menjelaskan pilihan-pilihan keputusan yg ada agar dapat memilih
Pengambil Keputusan Etis Kristen penting mengikuti petunjukpetunjuk pengambilan keputusan etis Kristen yang telah tersedia, yaitu Firman Tuhan. Contoh: Sepuluh Hukum Torat (Keluaran 20:1-17), Khotbah di bukit (Matius 5-7), prinsip-prinsip kasih (Matius 22:36-40) dan keadilan (Amos 5:24). Pengambil Keputusan Etis Kristen penting memperhitungkan konsekwensi-konsekwensi dari setiap keputusan etis yang diambilnya (Amsal 9-10; Keluaran 1:15-20). Pengambil Keputusan Etis Kristen harus bertanggungjawab dengan keputusan yang dibuatnya. Menurut Richard Niebuhr, orang yang bertanggungjawab memiliki tiga syarat: Pertama, mereka mampu untuk menginisiasi tindakan. Kedua, mereka mampu memberi respon pada setiap situasi. Ketiga, mereka dapat dipercaya.
spesifik terhadap problema tersebut, prinsip-prinsip apa yang telah diberikan-Nya sehubungan dengan problema tersebut.
Ketiga, setelah kita memahami prinsip-prinsip tersebut,
kita harus mengambil keputusan yang konsisten dengan doktrin dasar Kristen dan prinsip-prinsip yang telah disediakan Tuhan.
Keempat, kita harus bertindak sesuai dgn keputusan yg
Keputusan
Jelaskan Proses pengambilan
Dia memberitahu istrinya dan anaknya yang masih kecil tentang tugasnya dan risiko yang mungkin terjadi padanya.
Jelaskan proses pengambilan keputusan dokter Jos: Jika Anda adalah sahabat dr. Jos, apa saran Anda bagi dr.
Jelaskan proses pengambilan keputusan dokter Aun: Jika Anda adalah teman sekerja dr. Aun, apa saran
Lebih dari sekadar dokumen.
Temukan segala yang ditawarkan Scribd, termasuk buku dan buku audio dari penerbit-penerbit terkemuka.
Batalkan kapan saja.