Oleh :
Msy. Puji Maharani
260110120181
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia farmasi dikenal istilah obat-obat saraf otonom. Sebelum merujuk ke
obatnya, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu tentang system saraf otonom.
Sistem saraf otonom atau sistem saraf tidak sadar mengatur kerja otot yang terdapat
pada organ dan kelenjar. Contohnya fungsi vital seperti denyut jantung, salivasi dan
pencernaan yang berlangsung terus-menerus diluar kesadaran baik waktu bangun
maupun waktu tidur. Sistem saraf otonom dapat dibagi kedalam dua kelompok besar
yang umumnya satu sama lain saling menyeimbangkan. Kedua sestem saraf tersebut
adalah :
Parasimpatomimetik
Simpatomimetik
Parasimpatolitik
Simpatolitik
Obat ganglion
Pada makalah ini hanya akan membahas obat simpatolitik atau anti adrenoreseptor.
B. Tujuan
1. Mampu mengkaji mengenai obat antikolinergik
2. Memahami cara kerja obat antikolinergik
3. Mengerti efek samping dari obat antikolinergik yang digunakan ( prazosin)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Adrenoreseptor (juga disebut reseptor adrenergik) adalah reseptor untuk
katekolamin adrenalin dan noradrenalin (disebut epinefrin dan norepinefrin).
Adrenalin dan noradrenalin memainkan peran penting dalam pengendalian tekanan
darah, denyut kontraktil miokard, reaktivitas saluran napas, dan berbagai
metabolisme dan fungsi system saraf pusat. Adrenoreseptor adalah anggota dari
GPCR ( G-protein couple receptor). Adrenoreseptor terbagi menjadi tiga jenis : 1 ,
dan
B. Jenis Obat
Antagonis adrenoresptor
( Blo ker)
-bloker
-reseptor. Pemakaian
Prazosin
Prazosin adalah kelompok obat yang disebut
-adrenergic blockers.
Prazosin bekerja dengan mengendurkan pembuluh darah dan otot di sekitar uretra.
Hal ini menurunkan tekanan darah dan meningkatkan gejala urinari yang
dihubungkan dengan pembesaran prostat (BPH). (Putri, 2010)
Prazosin menghambat 1 -reseptor yang memberikan efek vasodilatasi,.
Pemberian prazosin menyebabkan efek presor epinefrin berubah menjadi efek
depressor dan menghambat presor NE. prazosin merupakan alfa bloker yang
sangat selektif
Prazosin mengurangi tonus pembuluh darah arteri maupun vena sehingga
mengurangi alir balik vena dan curah jantung. Efek hemodinamiknya adalah
penurunan tekanan arteri ; penurunan tonus arteri dan vena ; serta curah jantung
dan tekanan atrium kanan yang hampir tidak berubah, seperti halnya dengan efek
hemodinamik vasodilator langsung, misalnya Na-nitroprusid.
Penggunaan utamanya ialah untuk pengobatan hipertensi. Selain itu
digunakan juga untuk lemah jantung kongestif (sering ditemukan (takifilaksis)
dan penyakut Raynaud. (Munaf. 2004)
D. Farmakokinetik Obat
Semua derivat kuinazolin diabsorpse dengan baik pada pemberian oral, terikat
kuat pada protein plasma (Terutama 1 glikoprotein) mengalami metabolisme
yang esktensif di hati, dan hanya sedikit yang dieksresi utuh melalui ginjal.
(Munaf. 2004)
Prazosin diabsorpsi melalui saluran cerna ; tetapi sebagian besar prazosin
akan hilang selama metabolisme hati pertama.. Prazosin mempunyai waktu paruh
2-3 jam sehingga harus diberikan 2-3 kali sehari. Prazosin adalah sangat mudah
berikatan dengan protein, dan jika diberikan bersama obat lain yang juga sangat
udah berikatan dengan proein, klien harus diperiksa terhadap timbulnya reaksi
yang merugikan. (Kee, 1993)
Efek samping utama yang potensial dapat terjadi pada pemberian 1 bloker
adalah fenomena dosis pertama, yakni hipotensi postural yang hebat dan sinkop
yang terjadi 30-90 menit setelah pemberian dosis pertama. Hal ini disebabkan
oleh penurunan tekanan darah yang cepat pada posisi berdiri akibat mula kerja
yang cepat tanpa diserta refleks takikardia sebagai kompensasi,bahkan diperkuat
oleh kerja sentral yang mengurangi aktivitas simpatis ; di samping efek dosis awal
yang terlalu besar. Fenomena ini juga terjadi pada peningkatan dosis yang terlalu
cepat atau pada penambahan antihipertensi kedua pada pasen yang telah
mendapat 1 bloker dosis besar. Toleransi terhadap fenomena ini terjadi dengan
cepat, mekanismenya tidak diketahui. Risiko terjadi fenomena ini dapat dikurangi
dengan memberikan dosis awal yang rendah (1 mg prazosin) sebelum tidur,
meningkatkan dosis dengan perlahan, dan menambahkan antihipertensi kedua
dengan hati-hati. Ada pemberiaan 1 bloker, tekanan darah harus diukur pada
waktu berdiri maupun berbaring untuk melihat adanya efek postural ini. Efek
samping yang paling sering terjadi berupa pusing , sakit kepala, ngantuk, palpiasi,
edema perifer dan mual. (Munaf. 2004)
1. Hipotensi postural yang mungkin menjadi parah setelah dosis pertama dan
bisa menyebabkan syncope (penyingkatan ucapan) yang mungkin didahului
oleh tachycardia.
BAB III
KESIMPULAN
( Blo ker)
Antagonis adrenoresptor
bekerja dengan mengendurkan pembuluh darah dan otot di sekitar uretra. Hal ini
menurunkan tekanan darah dan meningkatkan gejala urinari yang dihubungkan
dengan pembesaran prostat (BPH).
Prazosin diabsorpsi melalui saluran cerna ; tetapi sebagian besar prazosin akan
hilang selama metabolisme hati pertama.. Prazosin mempunyai waktu paruh 2-3 jam
sehingga harus diberikan 2-3 kali sehari
Efek samping yang paling sering terjadi berupa pusing , sakit kepala, ngantuk,
palpiasi, edema perifer dan mual
DAFTAR PUSTAKA
10
Alamone,
2012.
Anti-1D-Adrenoceptor
(extracellular).
Tersedia
http://www.alomone.com/p/anti-alpha1d-adrenoceptor_%28extracellular
%29/aar-019/116 [diakses pada, 31 Maret 2014 ].
Kee. 1993. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan Jakarta : EGC
Lany, Gunawan. 2001. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Kanisius.
Munaf. 2004. Kumpulan Kuliah Farmakologi 2004 Jakarta : EGC
Putri, Sandika D. 2010. Prazosin. Tersedia di
http://health.detik.com/read/2010/08/13/163432/1420099/769/prazosin [diakses
pada, 31 Maret 2014 ]
Setiawan, Arini. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Departemen
Farmakologi FK UI.
11