Anda di halaman 1dari 3

Hakikat filsafat Filsafat merupakan suatu hal yang sukar untuk dicerna karenafilsafat terlahir diantara ilmu dan

kepercayaan. Seringkali orang tidak mampu mendevinisikan apa itu filsafat, mereka terus mempertanyakan Apa itu filsafat namun tanpa mereka sadari saat itu mereka sedang berfilsafat. Dari sini pertama-tama filsafat dapat dikatakan sebagai sikap: sikap mempertanyakan, sikap bertanya. Mempertanyakan apa saja. Dengan kata lain fisafat adalah metode, cara mempertanyakan segala suatu hal. Filsafat berbeda dengan ideologi dan dogma. Karena keduanya merupakan suatu yang tertutup dan tidak dapat dipersoalkan lagi. Cenderung menganggap sesuatu itu telah menjadi kebenaran mutlak dan tidak dapat dipersoalkan lagi melainkan diterima begitu saja. Pada intinya filsafat adalah pertanyaan yang tidak akan pernah menemukan jawaban akhir yang merupakan kebenaran. Karena setiap pertanyaan akan dijawab oleh pertanyaan yang akan dipertanyakan lagi setelahnya. Berfilsafat merupakan kegiatan yang tidak pernah menemukan titik akhir untuk menjadi jawaban pemuas. Karena setiap pertanyaan dijawab dengan pertanyaan lain yang mengkritisi setiap pertanyaan atau pernyataan yang dilontarkan ke permukaan. Konkretnya dengan berfilsafat orang akan mengenal banyak hal yang mengacu pada kebenaran. Karena dengan berfilsafat orang akan berusaha mengkritisi dan menanggapi serta menyerap berbagai informasi untuk kemudian mengaplikasikannya dalam kegiatan pengkritisasian terhadap suatu masalah. Pada akirnya orang tersebut akan memahami makna segala sesuatu termasuk hidup ini dan memahaminya masalah yang dihadapinya secara masuk akal. Dengan beberapa pernyataan tentang filsafat kita dapat menarik garis bahwa filsafat adalah kegiatan mencari kebenaran yang paling akhir. Filsafat dilihat dari upaya memahami suatu konsep ide dengan bertanya dan berpikir tentang apa yang dinyatakan. Berfilsafat dimulai dengan mempertanyakan suatu konsep yang diajukan atas sebuah pernyataan, dan terulang terus hingga menemukan jawaban paling final yang paling dasar dan paling benar. Namun demikian menrik, jawaban yang paling akhir dan paling benar tersebut tidak akan pernah ditemukan sehingga semua akan kembali pada pertanyaan yang terus bergulir tanpa henti, karen hakikat filsafat sediri adalah bertanya. Dengan demikian berfilsafat mengajak kita untuk mempertanyakan dan mempersoalkan hidup kita dalam segala aspek yang melingkupnya, karena Hidup yang tidak dikaji adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi kata socrates. Artinya hidup tanpa mengerti arti hidup it u sendiri sama halnya dengan orang buta. Dengan demikian konsekuansi kusus dalam berfilsafat adalah sikap kritis, mempertanyakan apa saja yang ada. Merasa tidak puas akan satu jawaban dan selalu ingin tahu dari apa yang sudah diketahui. Sikap menyangsikan dan meragukan sesatu merupakan metode utama filsafat dan ilmu pengetahuan pada umumnya. Dalam semua ilmu pengetahuan selalu timbul pertanyaan yang mempertanyakan segala sesuatu. Sikap dasar yang menjadi ciri has filsafat ini kemudian merasuki semua cabang ilmu sehingga dikatakan filsafat adalah induknya segala ilmu pengetahuan karena ilmu pengetahuan berawal dari pemikiran dasar mempertanyakan segala sesuatu. Dalam gejala terbentuknya ilmu pengetahuan manusia dapat dibedakan menjadi dua kutub penting yakni subjek pengetahuan yang berarti manusia dan akal budinya yang selalu berusaha mencari pengetahuan, dan objek pengetahuan yakni suatu masalah dalam kenyataan yang dialami, dialami dan dikaji dalam mencari pengetahuan tersebut. Keduanya merupakan prasyarat terciptanya pengetahuan, tanpa keberadaan salah satu atau keduanya maka ilmu pengetahuan tidak akan ada karen keduanya merupakan satu kesatuan utuh. Pada tingkat lain muncul persoalan apakah

pengetahuan muncul dari akal budi manusia itu sendiri atau dari pengalaman manusia akan relita alam semesta ini. Apakah pengetahuan manusia berkaitan dengan struktur subjektifitas atau objektifitas yang memang sudah ada pada pengetahuan itu sendiri. Perdebatan semacam ini terus beruntun dalam rangka menciptakan sebuah pengetahuan. Pengetahuan manusia bersifat abstrak dan universal yang memungkinkan untuk dirumuskan dan disusun dalam sebagai suatu metode sehingga dapat dikomunikasikan dalam bahasa yang umum dan universal supaya bisa dipahami oleh siapa saja. Karena manusia juga mempunyai jiwa, manusia bukan hanya tahu tentang sesuatu namun mereka juga tahu bahwa mereka tahu tentang sesuatu. Dengan demikian terciptalah yang dinamakan ilmu pengetauan. Jadi pengetahuan berasal dari suatu hal yang telah diketahui secara spontan dan disusun dengan metode dan rumusan yang baku sehingga menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang abadi hingga kini. Perlu diketahui bahwa pengetahuan berbeda dengan ilmu pengetahuan. Pengetahuan merupakan seluruh fikiran dan pemahaman manusia tentang alam dan segala isi dan gejala yang terjadi padanya. Sedangkan ilmu pengetahuan merupakan suatu pemahaman yang di pakemkan dan dibakukan secara sistematis. Dengan pembedaan ini akan lebih jelas bagi kita anatara filsafat pengetahuan dan filsafat ilmu pengetahuan. Filsafat pengetahuan mengkaji gejala-gejala alam dan mengapa itu terjadi sehingga cakupannya lebih umum dan luas. Sedangkan filsafat ilmu pengetahuan mengkaji suatu hal yang berkaitan dengan pengetahuan sehingga filsafat ilmu pengetahuan merupakan cabang dari filsafat yang tidak terlalu luas cakupannya. Dalam pembahasan ini terdapat hukum sebab akibat. Pertanyaan-pertanyaan mengenai mengapa ada siang dan malam dan beberap akibat adanya siang dan malam. Dari sini akan dijelaskan kaitan antara beberapa kejadian itu dan timbullah penegtahuan. Pengetahuan itu sendiri bermula dari sebuah mitos dan dongeng yang diciptakan oleh manusia ketika melihat gejala alam kemudian terdapat penelitian oleh manusia itu sendiri sehingga menghasilkan pengetahuan baru. Disinilah posisi tesis yang disangkal oleh antitesis, kemudian menghasilkan sintesis yang dikemudian hari jika ditemukan hasil penelitian baru akan disangkal lagi oleh antitesis sehingga masalah ini tidak pernah selesai karena setelah menemukan kesimpulan masih mungkin disangkal oleh penemuan baru. Manfaat mempelajari filsafat diantaranya adalah yang pertama melatih kepekaan dan kekritisan mahasiswa sehingga para mahasiswa tidak begitu saja mau menelan berita yang mereka dapatkan melainkan mereka harus menyaring dahulukemudian mempertanyakannya. Kedua secara khusus filsafat akan membantu mengembangkan kemampuan analisis ilmiah mahasiswa dalam menginterpretasi suatu masalah yang sedang mereaka hadapi sehingga diharapkan mahasiswa selalu peka dan tanggap terhadap persoalan yang mereka hadapi. Manfaat selanjutnya yaitu membantu kerja mahasiswa kelak di kemudian hari. Dalam konteks ini merupakan bentuk pengaplikasian kefilsafatan ketika mahasiswa telah merambah ke dunia kerja. Yang terakhir salah satu aspek penting dalam filsafat yaitu bahwa filsafat bukan hanya menjadi sarana memuaskan rasa ingin tahu tentang sesuatu melainkan juga membant menyelesaikan persoalan kelak di lapangan masyarakat.

Pengetahuan dan Keyakinan

Perlu kita ketahui pengetahuan berbeda dengan keyakinan meskipun erat hubungannya. Keduanya sama-sama merupakan sikap mental seseorang dalam objek tertentu tentang suatu hal yang disadarinya. Keyakinan itu mungkin saja bisa salah namun mutlak dan sah diyakini. Sedangkan pengetahuan merupakan suatu hal yang pasti dan mutlak benar. Suatu pengetahuan tidak mungkin salah karena jika ditemukan kesalahan atau kekeliruan dalam pengetahuan maka hal itu sudah tidak lagi disebut pengetahuan. Skeptisisme Suatu yang perlu kita singgung terkait pengetahuan dan juga keyakinan adalah skeptisisme. Kita tidak tahu bagaimana kita bisa tahu, itulah inti pokok dari skeptisisme yang selalu meragukan akan segala pengetahuan tentang sesuatu. Sikap dasar skeptisisme adalah bahwa kita tidak pernah tahu tentang apapun, mustahil manusia mencapai pengetahuan tentang sesuatu. Skeptisisme meragukan kemampuan manusia mengetahui sesuatu karena tidak ada bukti yang menyatakan manusai benarbenar tahu tentang sesuatu. Kaum sofis meragukan pengetahuan akan alam karena menurut mereka manusia adalah ukuran dari segalanya. Mereka mengatakan suatu hal itu ada jika mereka telah menyaksikan secara jelas keberadaan sesuatu itu.apa yang dianggap pengetahuan sesungguhnya hanyalah konstruksi manusia sehingga segala yang riil mengenai manusialah yang mereka percayai keberadaannya. Bagaimana mengetahui bahwa suatu hal itu benar, bagaimana pula mengetahui kebenaran itu benar dan sudah pasti kebenarannya, menurut paham skeptisisme kita sulit memberikan bukti kebenaran apa apa yang diklain oleh pengetahuan karena sulit memberikan bukti riilnya. Sesungguhnya kita tidak tahu, maka tidak ada yang tahu mengenai dunia sekitar. Singkatnya tidak ada pengetahuan. Pertama-tama skeptisisme memberikan sumbangan khusus pada ilmu pengetahuan yakni dengan sikap yang selalu meragukan akan kebenaran segala sesuatu. Sikap kritis dan tidak mudah percaya akan sesuatu merupakan sikap yang dikembangkan lebih lanjut oleh Rene Descartes kemudian sekaligus meletakkan sikap dasar pada metode filsafat modern yang dianut oleh Karl Popper. Dengan sikap meragukan ini kita akan mencapai tingkat kebenaran yang kebih benar dan tentunya akan mengalahkan anggapan bahwa manusia mustahil mencapai tingkat kebenaran pengetahuan yang benar. Sesuatu dikatakan benar jika sesuai dengan kenyataan dan ada bukti yang mempertahankannya, sebaliknya sesuatu dikatakan salah jika tidak sesuai dengan kenyataan. Benar dan salah hanyalah proporsi menilai pengetahuan kita. Tetapi tidak berarti bahwa karena proporsi itu salah maka pengetahuan manusia adalah hal yang mustahil.

Anda mungkin juga menyukai