Anda di halaman 1dari 16

PENANAMAN NILAI-NILAI ANTI KORUPSI

Oleh

Soemiarno 2006

Drs. Eko Riadi, SH, MH


STAF PENGAJAR FKIP UNPAR

CURICULUM VITAE
Nama TTL Pendidikan : Drs. Eko Riadi, SH, MH : Pulang Pisau, 9 April 1959 : S1 Pendidikan S1 Hukum S2 Hukum S3 Ilmu Sosial : Siti Aminah (Guru SLTPN 1 P.Raya) : 3 orang (2 perempuan, 1 laki-laki) : Jl. B. Koetin BBA No. 58, Komplek UNPAR : 085249145757 085247858888

Istri Anak Alamat HP

PENGERTIAN KORUPSI
Merupakan suatu transaksi yang tidak jujur yang dapat menimbulkan kerugian uang, waktu, dan tenaga dari pihak lain. Korupsi dapat berupa penyuapan (bribery), pemerasan (extortion) dan nepotisme.
3

Penyuapan merupakan suatu tindakan si penyuap berharap mendapat perlakuan khusus dari pihak yang disuap. Pemerasan yaitu suatu tindakan yang menguntungkan diri sendiri yang dilakukan dengan menggunakan sarana tertentu serta pihak lain dengan terpaksa memberikan apa yang diinginkan. Nepotisme adalah bentuk kerjasama yang dilakukan atas dasar kekerabatan, yang bertujuan untuk kepentingan keluarga dalam bentuk kolaborasi dalam merugikan keuangan negara.
4

Ciri-ciri korupsi : Melibatkan lebih dari satu orang. Serba kerahasiaan. Melibat elemen perizinan dan keuntungan timbal balik. Selalu berusaha menyembunyikan perbuatan/maksud tertentu dibalik kebenaran.
5

Penyebab terjadinya korupsi : Aspek prilaku individu Aspek organisasi Aspek Masyarakat Aspek peraturan

perundang-undangan

Aspek Perilaku Individu yaitu faktor-faktor internal yang mendorong seseorang melakukan korupsi seperti adanya moral yang kurang kuat menghadapi godaan, penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan hidup yang wajar, kebutuhan hidup mendesak, gaya hidup konsumtif, malas atau tidak mau bekerja keras, serta tidak mengamalkan ajaran-ajaran agama secara benar.
7

Aspek organisasi Yaitu kurangya keteladanan dari pimpinan, kultur organisasi yang tidak benar, system akuntbilitas yang tidak memadai, kelemahan system pengendalian manajemen, manajeman cenderung menutupi perbuatan korupsi yang terjadi dalam organisasi.
8

Aspek Masyarakat
Yaitu berkaitan dengan lingkungan masyarakat dimana individu dan organisasi tersebut berada, seperti nilai-nilai yang berlaku yang kondusif untuk terjadi korupsi, adanya kesadaran bahwa yang paling dirugikan dari terjadinya praktek korupsi adalah masyarakat dan mereka sendiri terlibat dalam praktek korupsi. Selain itu adanya penyalahartian pengertian-pengetitan dalam budaya bangsa Indonesia (ewuh pakewuh), budaya ketimuran, sowan dan lain-lain.
9

Aspek peraturan perundang-undangan, yaitu terbitnya peraturan perundangundangan yang bersifat monopolistic yang hanya menguntungkan kerabat dan atau krono penguasa Negara, kualitas peraturan perundang-undangan yang kurang memadai, judicial review yang kuran efektif, penjatuhan sanksi yang terlalu ringan, penerapan sanksi tidak konsisten dan pandang bulu, serta lemahnya bidang evaluasi dan review peraturan perundangundangan.

10

Penanaman Nilai-Nilai Anti Korupsi Korupsi di indonesia bagaikan suatu penyakit yang sukar disembuhkan dan merupakan suatu fenomena yang kompleks. Untuk memberantas korupsi di indonesia : tidak hanya dilakukan dengan cara REFRESIF namun yang lebih penting adalah dengan melakukan tindakan PREVENTIF (pencegahan). Preventif adalah menumbuhkan kepedulian untuk melawan berbagai tindakan korupsi, dan sekaligus mendidik generasi muda dengan menanamkan nilai-nilai etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat. Melalui usaha preventif yang dapat dilakukan misalnya melalui penanaman nilai-nilai moral dan etika yang dapat dimasukkan melalui kurikulum melalui berbagai pendidikan mulai SD, SMP dan SMA.
11

Penanaman Nilai-Nilai Anti Korupsi

Tahap pengenalan dan

pemahaman Tahap pembentukan sikap Tahap penerapan

12

Tahap pengenalan dan pemahaman


yaitu tahap dimana para siswa diberikan pemahaman yang tepat mengenai definisi dan aturan hukum tentang korupsi. Secara umum para siswa telah mempunyai kesadaran (awareness) yang tinggi atas kasus korupsi yang mereka peroleh dari beberapa media baik media cetak maupun elektronik. akan tetapi pemahaman mereka masih rendah dalam hal definisi dan aturan hukum mengenai korupsi

13

Tahap pembentukan sikap


Yaitu tahap dimana para siswa diberikan materi pendidikan antikorupsi yang pada dasarnya berisi penanaman nilai-nilai etika dan moral yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, yang pada gilirannya mampu mewujudkan generasi yang bersih dan anti korupsi
14

Tahap Penerapan
Yakni tahap dimana para siswa yang telah mendapat TOT (Training of Trainer) diharapkan akan memiliki keberanian dan kebijaksanaan untuk memberantas korupsi, sehingga terwujud generasi yang bersih, transparan, dan profesional.

15

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai