Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Batu bara adalah batuan yang berasal dari tumbuhan yang mati dan tertimbun endapan lumpur, pasir, dan lempung selama berjuta-juta lamanya. Adanya tekanan lapisan tanah bersuhu tinggi sehingga terjadinya gerak tektonik mengakibatkan terjadinya pembakaran atau oksidasi yang mengubah zat kayu pada bingkai tumbuhtumbuhan menjadi batu-batuan yang mudah terbakar yang bernama batubara.

Batubara adalah suatu material solid yang sangat heterogen, bahkan beberapa ahli mengatakan bahwa batubara adalah material solid yang paling sukar untuk diambil samplenya secara representative. Adapun jenis-jenis batubara antara lain : Batu bara muda Sub-bitumen Bitumen Antrasit

Penambangan batubara adalah salah satu bentuk kegiatan eksploitasi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Adapun metode yang dapat dilakukan dalam penambangan batubara antara lain : 1. Tambang Terbuka Hanya memiliki nilai ekonomis apabila lapisan batubara berada dekat dengan permukaan tanah. Metode tambang terbuka memberikan proporsi endapan batubara yang lebih banyak daripada tambang bawah tanah karena seluruh lapisan batubara dapat dieksploitasi 90% atau lebih batubara dapat diambil. 2. Tambang Bawah Tanah Tambang Room dan Pilar Endapan batubara ditambang dengan memotong jaringan ruang kedalam lapisan batubara dan membiarkan pilar batu bara untuk menyangga atap tambang.

3. Tambang longwall Penambangan batu bara secara penuh dari suatu bagian lapisan atau muka dengan menggunakan gunting-gunting mekanis.

4. Penambangan jauh Penambangan ini dilakukan ketika area batu bara berada dibawah bukit dimana dibuat terowongan miring sehingga mencapai lapisan batu bara. 5. Penambangan diatas permukaan Jenis kegiatan menambang batubara ini dilakukan jika batubara yang diincar berada dalam perut bukit,yang dimana perlu terowongan datar untuk dapat memulai menambang batubara tersebut. Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan dan kehidupan kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri kita tersendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas. Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita harus mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi dan bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri. Menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No 02/MENKLH/1988, pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy, dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas indistri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Pada saat ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung dimana-mana dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban

pencemaran dalam lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya limbah industry dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat.

B. Rumusan Masalah Dalam makalah ini rumusan yang digunakan adalah : 1. Apa saja manfaat dari pertambangan batu bara tersebut? 2. Apa saja dampak pertambangan batu bara tersebut? 3. Langkah apa yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak-dampak tersebut?

C. Tujuan Makalah ini disusun dengan tujuan : 1. Untuk mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan dari eksploitasi sumber daya alam khususnya pertambangan batu bara 2. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh dari pertambangan batu bara terhadap lingkungan 3. Untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk
meminimalisir dampak-dampak tersebut.

D. Manfaat Adapun manfaat dari penulisan makalah ini antara lain ;

Setidaknya dapat menimalisir dampak yang dihasilkan dari eksploitasi sumber daya alam batu bara

Dapat menentukan langkah yang harus dilakukan agar setiap tindakan eksploitasi tidak selalu berdampak besar terhadap lingkungan dari segi negatif.

BAB II PEMBAHASAN

A. Eksploitasi Sumber Daya Alam Eksploitasi sumber daya alam yang diangkat dalam makalah ini mengenai pertambangan batubara, eksploitasi terhadap sumber daya ini semakin tidak terkendali. Salah satu pulau atau daerah yang mengalami eksploitasi batubara tiada henti adalah Kalimantan Selatan. Kualitas yang baik dan penyebaran tambang batu bara hampir di seluruh kabupaten, membuat potensi sumber daya alam (SDA)-nya cukup diminati oleh pengeruk keuntungan. Dititik dari pencatatan data yang dilakukan oleh Indonesian Coal Mining Association, tahun 2001 persediaan batubara adalah 2,428 miliar ton, bahkan masih diindikasikan tersedia sejumlah 4,101 miliar ton di beberapa tempat. Jika dijumlahkann, maka jumlah tambang batu bara di Pulau Kalimantan Selatan sebanyak 6,529 miliar ton. Sedangkan menurut Departemen Energy dan Sumber Daya Mineral, produksi tambang batubara di pulau Kalimanatan Selatan pada tahun 2005 mengalami peningkatan sejak tahun 2003. Dimana sebagian besar produksi tersebut dilakukan oleh perusahaan bermodal asing.

Hasil produksi yang berlimpah tersebut memiliki catatan penjualan domestic dan eksport batu bara yang besar. Pada tahun 2003 tercatat penjualan domestic sebesar 13,513 juta ton, sedangkan pada tahun 2004 meningkat dengan jumlah 14,666 juta ton. Catatan jumlah ekspor batu barapun mengalami peningkatan dari
4

tahun 2003 yang sebesar 32,805 juta ton hingga 34,499 juta ton pada tahun 2004. Besarnya penjualan ternyata tidak berdampak baik bagi masyarakat sekitar. Bahkan untuk kesejahteraan masyarakat lokalnya pun tidak mengalami kemajuan, malah sebagian hamper terpinggirkan di segala bidang. Beberapa permasalahan pun mulai muncul akibat adanya penambangan batu bara.

B. Manfaat Pertambangan Batu Bara Batu bara merupakan fosil yang unsure utamanya terdiri dari hydrogen, oksigen, dan karbon yang bisa dijadikan sebagai bahan bakar. Manfaat batu bara yang bisa dijadikan salah satunya sebagai seumber energy alternative selain bahan bakar minya (BBM). Makin menipisnya cadangan minyak yang digunakan bahan bakar kendaraan bermotor membuat para ahli memprediksikan bahwa batu bara selanjutnya yang akan menggantikan sumber bahan bakar tersebut. 1. Batu Bara di Indonesia Batu bara di negeri ini banyak ditemukan di cekungan tersier yang terletak di Paparan Sunda yang memiliki nilai ekonomis. Secara umum batu bara bisa

dikelompokkan berdasarkan umurnya. Batubara di Indonesia terjadi pada masa Eosen atau yang berada di lapisan tersier bawah yang berumur lebih kurang 45 juta tahun. Dan miosen yang terbentuk kurang lebih 20 juta tahun yang lalu. Pengukuran tersebut berdasarkan skala waktu geologi. Batu bara di Eosen dan Miosen tersebut terbentuk dari adanya endapan gambut di zaman purba. Bahkan banyak diantaranya yang berbentuk kubah gambut di atas permukaan air tanah. Kubah gambut tersebut terbentuk seiring dengan terbawanya mineral-mineral anorganik yang berkadar atau mengandung banyak sulfur dan abu. Hal tersebut lazim terjadi pada batu bara Miosen. 2. Briket Batu Bara Ada satu produk dari batu bara yang besar manfaatnnya bagi

keberlangsungan ketersediaan energy di Indonesia, yaitu briket atau bara. Briket batubara merupakan bahan bakar yang telah mengalami proses pemampatan dan memiliki daya tekan tertentu, berbentuk dan memiliki ukuran sesuai dengan kebutuhan, sehingga mudah digunakan untuk memenuhi kebutuhan energy masyarakat.

Manfaat batu bara dalam bentuk briket adalah sebagai berikut : Cadangan minyak bumi sebagai bahan bakar \yang semakin menipis membuat kita harus sedia payung sebelum hujan dengan cara mencari sumber energy lain untuk dimanfaatkan, yakni salah satunya batubara. Kemudahan teknologi sederhana yang memungkinkan batu bara bisa dibentuk menjadi briket untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar alternative. Di dalam Bumi Indonesia banyak tersedia batu bara yang bisa dijadikan Briket Selain bisa menggantikan bahan bakar minyak, juga bisa menggantikan peranan kayu bakar untuk memasak. 3. Teknologi Pemanfaatan Diantara beberapa manfaat batu bara yakni ; Sumber bahan bakar untuk tungku hemat energy yang bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga atau industry kecil. Untuk pembuatan karbon aktif Sebagai penyerap dalam daur ulang minyak pelumas bekas.

C. Dampak Pertambangan Batu Bara Meskipun besarnya jumlah manfaat yang dihasilkan oleh batubara, tak lupa pula begitu banyak kerugian yang ditimbulkan karena adanya penambangan batu bara ini. Adapun dampak yang ditimbulkannya antara lain : 1. Terganggunya Arus Jalan Umum Berakibat Penyakit Pernafasan Banyaknya lau lalang kendaraan yang digunakan untuk angkutan batubara berdampak pada aktivitas pengguna jalan lain. Semkin banyak kecelakaan, meningkatnya biaya pemeliharaan jembatan dan jalan, adalah sebagian dari dampak yang ditimbulkan. Belum lagi banyaknya debu batubara yang menyebabkan polusi udara disepanjang jalan yang dijadikan aktivitas pengangkutan batubara. Hal ini menimbulkan merebaknya penyakit infeksi saluran pernafasan, yang dapat member efek jangka panjang berupa kanker paru-paru, darah atau lambung. Bahkan disinyalir dapat menyebabkan kelahiran bayi cacat. Padahal jika dilihat
6

dari peraturan perundangan Nomor 11 tahun 1967 yang berisikan tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan yang mewajibkan perusahan tambang memiliki sara dan prasarana sendiri termasuk jalan, jelas aktivitas kendaraan yang masuk jalan umum tersebut melanggar peraturan. 2. Konflik Lahan hingga Pergeseran Sosial-Budaya Masyarakat Konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat total yang lahannya menjadi obyek penggusuran. Kerap perusahaan menunjukkan kearogansiannya dengan menggusur lahan tanpa melewati persetujuan pemilik atau pengguna lahan. Atau tak jarang mereka memberikan ganti rugi yang tidak seimbang dengan hasil yang akan mereka dapatkan nantinya. Tidak hanya konflik lahan, permasalahan yang juga sering terjadi adalah diskriminasi. Hal ini terjadi saat perusahaan mengambil karyamwan dari luar daerah, padahal janji mereka sebelumnya akan mengutamakan masyarakat local dalam penarikan tenaga kerja. Jika adapun, biasanya perusahaan hanya memposisikan mereka sebagai satpam atau pembantu survey lapangan. Permasalahan selanjutnya adalah pergeseran sosial budaya masyarakat. Mereka yang dulunya bekerja sebagai petani atau nelayan, sekarang lebih memilih menjadi buruh. Akibat dari pergeseran ini membuat pola kehidupan mereka berubah menjadi lebih komsumtif. Bahkan kerusakan moralpun dapat terjadi akibat adanya pola hidup yang berubah. 3. Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Dampak yang cukup fatal terjadi akibat penambangan batubara, salah satunya adalah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Seringkali para pengusaha ini melupakan antisipasi atau penanggulangan dampak lingkungan, dan yang lebih parahnya lagi diikuti dengan penegakan hokum yang sangat lemah. Contoh yang terjadi adalah terdapatnya lubang-lubang besar yang menimbulkan kubangan air berkandungan asam tinggi. Tingkat asam ini disebabkan, bekas galian batu bara memiliki kandungan senyawa kimia, seperti besi, sulfat, mangan, dan lain-lain. Zat-zat ini akan berdampak buruk bagi tanaman di sekitarnya. Masih banyak lagi dampak yang diberikan akibat penambangan batu bara yang tidak memperdulikan lingkungan. Selain itu, tidak lupa peran besar dan tegas dari pemerintah dalam menanggulangi dan memperingatkan para penambang.

Dampak negative dari akibat dari aktivitas pertambangan batu bara bukan hanya menyebabkan terjadi kerusakan lingkungan. Melainkan, ada bahaya lain yang saat ini diduga sering disembunyikan para pengelola pertambangan batu bara di Indonesia. Kerusakan permanen akibat terbukanya lahan, kehilangan beragam jenis tanaman, dan sejumlah kerusakan lingkungan lain ternyata hanya bagian dari dampak negative yang terlihat mata. Pertambangan batu bara ternyata menyimpan bahaya lingkungan yang berbahaya bagi manusia. Bahaya lain bagi pertambangan batubara adalah air buangan tambang berupa lumpur dan tanah hasil pencucian yang diakibatkan dari proses pencucian batu bara yang lebih popular disebut Sludge, saat ini banyak analis pertambangan yang tidak mau mengekspos secara detail tentang bahaya air cucian batu bara. Limbah cucian batubara yang ditampung dalam bak penampung sangat berbahaya karena mengandung logam-logam beracun yang jauh lebih berbahaya disbanding proses pemurnian pertambangan emas yang mengunakan sianida (CN). Limbah pencucian batubara setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang (b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), dan Pb. Hg dan Pb merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit. D. Peminimalisiran dan Perbaikan Dampak dari Pertambangan Batubara Lahan bekas tambang merupakan lahan sisa hasil proses pertambangan baik berupa tambang emas, timah, maupun batubara. Pada lahan pasca tambang biasanya ditemukan lubang-lubang dari hasil penambangan dengan lapisan tanah yang mempunyai komposisi dan warna berbeda. Misalnya, ada lapisan tanah berpasir yang berseling dengan lapisan tanah liat, tanah lempung atau debu. Ada pula lapisan tanah berwarna kelabu pada lapisan bawah, berwarna merah pada bagian tengah dan berwarna kehitam-hitaman pada lapisan atas. Degradasi pada lahan bekas tambang meliputi perubahan sifat fisik dan kimia tanah, penurunan drastis jumlah spesies baik flora, fauna serta mikroorganisme tanah, terbentuknya kanopi (area tutupan) yang menyebabkan suatu tanah cepat kering dan terjadinya perubahan mikroorganisme tanah, sehingga lingkungan tumbuh menjadi kurang menyenangkan. Dengan kata

lain, bahwa kondisi lahan terdegradasi memiliki tingkat kesuburan yang rendah dan struktur tanah yang kurang baik. Reklamasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki lahan pasca penambangan. Reklamasi adalah kegiatan pengelolaan tanah yang mencakup perbaikan kondisi fisik tanah overburden agar tidak terjadi longsor, pembuatan waduk untuk perbaikan kualitas air masam tambang yang beracun, yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan revegetasi. Revegetasi sendiri bertujuan untuk memulihkan kondisi fisik, kimia dan biologis tanah tersebut. Namun upaya perbaikan dengan cara ini masih dirasakan kurang efektif, hal ini karena tanaman secara umum kurang bisa beradaptasi dengan lingkungan ekstrim, termasuk bekas lahan tambang. Oleh karena itu aplikasi lain untuk memperbaiki lahan bekas tambang perlu dilakukan, salah satunya dengan mikroorganisme. Memanfaatkan Mikroorganisme Fungi atau jamur merupakan salah satu mikroorganisme yang secara umum mendominasi (hidup) dalam ekosistem tanah. Mikroorganisme ini dicirikan dengan miselium berbenang yang tersusun dari hifa individual. Hifa-hifa tersebut mungkin berinti satu, dua atau banyak, bersekat atau tidak bersekat. Berkembangbiak secara aseksual dengan membentuk spora atau konidia. Secara umum fungi ini diklasifikasikan menjadi Phycomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes dan fungi Imperfecti. Berikut ini adalah contoh beberapa genus fungi yang paling umum dijumpai di dalam tanah, meliputi: Acrostalagmus, Aspergillus, Botrytis, Cephalosporium, Gliocladium, Monilia, Penicillium, Scopulariopsis, Spicaria, Trichoderma,

Trichothecium, Verticillum, Alternaria, Cladosporium, Pullularia, Cylindrocarpon, dan Fusarium. Aspergillus merupakan genus fungi yang mempunyai sebaran dan keanekaragaman yang luas. Raper dan Fennel (1965) dalam monografinya menyampaikan sedikitnya terdapat 150 spesies Aspergillus yang terbagi kedalam 18 kelompok, dengan sebaran yang luas baik di daerah kutub maupun tropik, atau pada setiap substrat dengan spora berhamburan di udara maupun tanah. Saat ini beberapa jenis fungi telah dimanfaatkan untuk mengembalikan kualitas/kesuburan tanah. Hal ini karena secara umum fungi mampu menguraikan bahan organik dan membantu proses mineralisasi di dalam tanah, sehingga mineral yang dilepas akan diambil oleh tanaman. Rao (1994) melaporkan bahwa beberapa genus tertentu seperti Aspergillus,
9

Altenaria, Cladosporium, Dermatium, Cliocladium, Hewlminthosporium, dan Humicoli menghasilkan bahan yang mirip humus dalam tanah dan karenanya penting dalam memelihara bahan organik tanah. Beberapa fungi juga mampu membentuk asosiasi ektotropik dalam sistem perakaran pohon-pohon hutan yang dapat membantu memindahkan fosfor dan nitrogen dalam tanah ke dalam tubuh tanaman.Yulinery dkk. (2001), menyarankan bahwa paling tidak tiga kelompok fungi tanah, yaitu Aspergillus, Euphenicillium dan Penicillium disertakan dalam usaha perbaikan lahan, hal ini karena akan membantu mempercepat proses perbaikan lahan tersebut. Salah satu cara lainnya untuk meminimalisir dampak negatif yang dihasilkan dari pertambangan batubara adalah dengan cara mengisi pertambangan dengan residu pembakaran batubara yang mana merupakan cara yang viable untuk membuang material ini, ditempatkan sedemikian rupa sehingga bisa menghindari pengaruh akan kesehatan dan lingkungan, residu yang tertinggal setelah batubara dibakar digunakan untuk membangkitkan tenaga sering disebut abu batubara - terdiri dari materi batubara tak terbakar (noncombustible coal matter) dan material yang terperangkap oleh alat pengendali polusi. Hal ini dapat dilakukan untuk memperkecil resiko kesehatan dan kerusakan lingkungan. Mengembalikan residu pembakaran batubara ke pertambangan memiliki keuntungan tertentu, misalnya residu menyediakan pengisi untuk usaha reklamasi tambang yang mengembalikan kondisi kegunaan lahan, dan mengemballikan residu ini ke pertambangan mengurangi kebutuhan landfill baru. Residu juga bisa menetralkan drainase pertambangan yang asam, mengurangi potensi kontaminan dari pertambangan yang masuk ke lingkungan.

10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Setiap kegiatan pastilah menghasilkan suatu akibat, begitu juga dengan kegiatan eksploitasi bahan tambang, pastilah membawa dampak yang jelas terhadap lingkungan dan juga kehidupan di sekitarnya, dampak tersebut dapat bersifat negatif ataupun positif, namun pada setiap kegiatan eksploitasi pastilah terdapat dampak negatifnya, hal tersebut dapat diminimalisir apabila pihak yang bersangkutan bertanggung jawab terhadap pengolahan sumber daya alamnya dan juga memanfaatkannya secara bijaksana. Sebagai contoh adalah kegiatan pertambangan batubara di pulau Kalimantan yang bisa dibilang telah mencapai tahap yang kronis, dengan menyisakan lubang-lubang besar bekas kegiatan pertambangan dan juga dampak-dampak yang lainnya. Hal tersebut setidaknya dapat diminimalisir dan dikurangi dampaknya apabila kita melakukan tindakan perbaikan dan juga memanfaatkan SDA secara bijaksana. B. Kritik dan Saran

11

Anda mungkin juga menyukai