Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak terjadi perubahan-perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia yang sulit untuk diprediksi.Manusia sebagai makhluk yang dinamis tidak dapat dihindarkan dari perubahan-perubahan yang muncul setiap saat yang terjadi secara cepat dan membawa dampak bagi kehidupan masyarakat. Setiap muncul suatu perubahan, manusia akan mengikuti kemana arah perubahan tersebut. Begitu pula apabila terjadi perubahan sosial budaya pada suatu wilayah. Perubahan merupakan gejala umum pada masyarakat yang muncul sebagai suatu proses modivikasi terhadap unsur kebudayaan atau kemasyarakatan yang sudah tidak relevan. Akan tetapi tidak semua orang mampu menyesuaikan diri terhadap peribahan-perubahan tersebut. Menurut William F. Ogburn, perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan baik yang bersifat materiil maupun yang immaterial dengan menekankan pengaruh yang besar dari unsur-unsur kebudayaan yang materiil terhadap unsur-unsur materiil. Dalam laporan penelitian ini kami meninjau wilayah sekitar kampus Unnes. Pada wilayah sekitar kampus Unnes mudah sekali ditemukan pedagang yang menjual berbagai macam kebutuhan mahasiswa. Tidak jarang dari para pedagang tersebut yang membawa serta anaknya untuk berdagang. Oleh karena itu kami tertarik untuk meneliti pola asuh orang tua pedagang terhadap anaknya. Kami ingin mengetahui sejauh mana pengaruh dari pola asuh orang tua pedagang terhadap perkembangan sosial budaya anak. Dalam hal ini kami memilih subjek yang belum memasuki usia sekolah tetapi sudah mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dijabarkan, adapun rumusan masalah yang dipertanyakan adalah : 1. Seperti apa pola asuh orang tua yang berprofesi sebagai pedagang yang diterapkan pada anaknya? 2. Bagaimana anak bersosialisasi dengan lingkungannya? 3. Apa dampak yang diakibatkan pola asuh tersebut? C. Tujuan 1. Mengetahui pola asuh orang tua yang berprofesi sebagai pedagang yang diterapkan pada anaknya. 2. Mengetahui cara anak bersosialisasi dengan lingkungannya 3. Mengetahui dampak dari pola asuh anak yang diterapkan oleh orang tua yang berprofesi sebagai pedagang. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran

secaraobyektif tentang hubungan antara pola asuh orang tua pedagangterhadap perkembangan sosial budaya anak. Dari penelitian ini manfaat yang diharapkan adalah : 1. Secara teoritis diharapkan memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan terutama pada bidang Sosiologi & Antropologi. 2. Bagi orang tua pedagang diharapkan dapat menjadi renungan dalam pola asuh anak. 3. Bagi masyarakat umum diharapkan dapat menjadi ilmu yang dapat diserap secara universal untuk mengasuh anak agar memiliki keterampilan sosial yang baik.

BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2013 pada pukul 10.0013.30 di gang Cokro dan kantin Fakultas Ilmu Pendidikan Unnes. B. Sumber Data Penelitian Penelitian dilakukan terhadap 2 subjek yaitu pedagang warteg dan penjual gorengan beserta masing-masing anak balitanya, Zahra (17 bulan) dan Zora (3 tahun) C. Metode Penelitian Dalam penelitian kami menggunakan : 1. Metode observasi, yakni kami datang ke lokasi untuk melakukan pengamatan secara langsung. 2. Metode wawancara, yakni penulis mengajukan beberapa pertanyaan langsung kepada orangtua dari subjek yang diteliti. 3. Metode kepustakaan, yakni kami mengumpulkan data berupa teoriteori pendukung untuk penyusunan laporan dari buku-buku sumber dan browsing internet. D. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan adalah dengan cara menarasikan jawabanjawaban hasil wawancara dengan subjek (orang tua) untuk menjawab pertanyaanpertanyaan dalam rumusan masalah penelitian. Peneliti melakukan dialog bebas dengan subjek, yang nantinya jawaban tersebut akan kami interpretasikan sesuai dengan landasan teori yang digunakan untuk kemudian ditarik kesimpulan.

BAB III
ISI
A. Landasan Teori Perubahan sosial merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti unsur geografis, ekonomis, biologis atau kebudayaan. Kingsley Davis (dalam Buku Soerjono Sokanto 2010:266): Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu, kesenian, ilmu

pengetahuan, teknologi, filsafat, dan seterusnya, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial. Sebagai contoh

dikemukakannya perubahan pada logat bahasa Aria setelah terpisah dari induknya, akan tetapi, perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Perubahan-perubahan tersebut lebih merupakan kebudayaan ketimbang perubahan sosial. Perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama, yaitu keduanya saling terkait satu sama lain dalam memenuhi ketubuhan akan nilai sosial dan budaya pada kehidupan masyarakat. Perkembangan personal sosial ( kepribadian/ sikap sosial) anak sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial dan kebudayaan hal tersebut meliputi : keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat, namun dalam hal ini faktor dari keluarga adalah hal yang paling berpengaruh besar terhadap perkembangan anak, karena keluargalah kelompok paling primer untuk anak. Sikap perkembangan anak dalam hal sosial ini banyak di pengaruhi oleh lingkungan dan norma norma atau group.
4

Keluarga merupakan lembaga yang paling penting dalam pembentukan kepribadian anak. Kepribadian anak akan terbentuk melalui proses sosialisasi, enkulturasi, dan internalisasi. Proses-proses tersebut akan membentuk

kepribadiannya kelak di masyarakat. Dalam sebuah keluarga, anak akan mendapatkan aturan-aturan atau norma, nilai-nilai dan pendidikan yang sangat diperlukan untuk menghadapi lingkungan dimana dia tinggal. Melalui pendidikan setiap individu diharapkan dapat memahami dan mempelajari pranata sosial, mempelajari simbol-simbol budayanya, serta dapat menjadikan nilai-nilai dari apa yang mereka pelajari sebagai pedoman dalam bertingkah laku yang bermakna bagi individu yang bersangkutan dalam kehidupan sosialnya (Rohidi 1994:11). Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku watak, moral, dan pendidikan anak. Pengalaman berinteraksi dengan keluarga akan menentukan pola tingkah laku anak terhadap orang lain dalam masyarakat. Bila dalam proses interaksi orang tua cenderung terbuka maka interaksi yang terjalin dalam keluarga tersebut berjalan dengan harmonis, dan dinamis yang kemudian akan memunculkan suatu kerja sama alam keluarga tersebut. Dengan kata lain interaksi yang harmonis akan dapat memperlancar proses sosialisasi anak. Namun apabila proses interaksi yang terjalin tersebit kurang harmonis maka proses sosialisasi anak juga akan terhambat, maka akan berdampak pada pola tingkah laku anak. Sering terdengar kasus-kasus tentang penyimpangan tingkah laku anak entah dalam usia kanak-kanak, remaja maupun dewasa itu sesungguhnya mencerminkan berhasil atau tidaknya proses sosialisasi

pembentukan kepribadian dalam keluarganya sendiri. Pola pengasuhan anak dipengaruhi oleh latar belakang etnografis, yaitu lingkunga hidup yang berupa habitat, pola menetap, lingkungan sosial, sejarah, sistem mata pencaharian, sistem kekerabatan, sistem kemasyarakatan, sistem kepercayaan, upacara keagamaan, dan sebagainya. Karena itu cara pengasuhan anak berbeda-beda diberbagai masyarakat dan kebudayaan (Danandjaja 1998).

Ada 3 macam pola asuh yang selama ini digunakan dalam masyarakat, yakni pola asuh koersif, pola asuh permisif dan pola asuh dialogis. Orang tua selalu menginginkan anaknya kelak menjadi seseorang yang dapat dibanggakan, juga dapat membantunya disaat usia mereka mulai lanjut usia. Oleh masyarakat luas hal ini dianggap sebagai bentuk bakti anak tehadap orang tua. Anak yang di asuh oleh orang tua atau ibu yang tidak bekerja berbeda dengan anak yang di tinggal ibunya bekerja, dari segi waktu ibu tidak bekerja dapat mendampingi anak setiap saat di rumah dan tentu lebih banyak waktu untuk memperhatikan perkembangan anak sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya. Sedangkan ibu yang bekerja sebagian waktu di habiskan di luar rumah untuk bekerja, hal ini mengurangi intensitas bertemu dan efisiensi waktu kebersamaan dengan anak, anak yang di tinggal ibunya bekerja biasanya memiliki kedekatan yang berbeda dengan anak yang ibunya tidak bekerja. B. Pembahasan Lapangan Sesuai dengan hasil penelitian kami di lapangan, diketahui bahwa pola asuh orang tua yang berprofesi sebagai pedagang terhadap anaknya cenderung lebih membebaskan anaknya dalam bermain, dikarenakan karena orang tua tersebut sibuk dengan pekerjaannya sebagai pedagang. Apalagi pedagang yang kami temui ini bertempat di sekitar kampus Unnes yang kebanyakan berjualan kebutuhan sehari-har mahasiswa. Pedagang pertama yang kami temui bernama Zahrotul Munifah. Beliau berdagang di Gang Cokro, beliau membuka warung makan yang setiap waktu selalu ramai sehingga anaknya yang bernama Zahra Aulia Safira (17 bulan) lebih cenderung dibebaskan dalam bermain yang terpenting bagi beliau adalah anaknya tidak rewel dan tidak mengganggu beliau saat berjualan. Akibatnya, Zahra cenderung takut atau cemas ketika ada orang asing yang belum ia kenali karena kurangnya interaksi bermain selama ini dan lingkungan tempat orang tuanya membuka warung memang tidak ada teman sepantaran dengan umurnya. Sehingga dia lebih sering bermain sendiri atau bermain dengan teman-temannya yang

umurnya jauh lebih dewasa darinya karena disekitar gang cokro mayoritas penduduknya adalah mahasiswa. Pada penelitian pedagang yang kedua, yaitu bernama ibu dan anaknya Ozora yang sudah berumur 3 tahun, pola asuhnya tidak jauh berbeda dengan pedagang sebelumnya. Namun, Ozora lebih terlihat mandiri karena Ozora sudah terbiasa dengan keadaan yang sudah dirasakannya sejak kecil.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan Dari penelitian ini, dapat diketahui bahwa pekerjaan orangtua terutama pedagang dapat mengganggu pola asuh terhadap anak. Anak yang sering ditinggal sendiri oleh orangtuanya dikarenakan kesibukan berdagang akan berdampak pada proses sosialnya.

B. Saran Diharapkan pedagang yang mempunyai anak usia balita untuk lebih memperhatikan anak sesibuk apapun pekerjaannya, karena pada usia tersebut anak membutuhkan perhatian lebih agar proses perkembangannya berjalan dengan baik dan membantu proses interaksi soaialnya.

Daftar Pustaka Soekanto, Soerjono (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers. Halaman 263.

DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan a.latar belakang masalah.................................................................1 b.rumusan masalah..........................................................................2 c.tujuan............................................................................................2 d.manfaat penelitian........................................................................2 BAB II Metodologi penelitian a.waktu dan tempat penelitian........................................................3 b.sumber data penelitian.................................................................3 c.metode penelitian.........................................................................3 d.teknik analisis data.......................................................................3 BAB III Isi a.landasan teori...............................................................................4 b.pembahasan lapangan..................................................................6 BAB IV Penutup a.kesimpulan..................................................................................8 b.saran............................................................................................8

10

Anda mungkin juga menyukai