Anda di halaman 1dari 14

DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA TERKINI INKONTINENSIA URIN PADA WANITA Dr.

Budi Iman Santoso, SpOG(K

ABSTRAK Diagnosis dan tatalaksana inkontinensia urin harus dilakukan dengan hati-hati dan menyeluruh. Meski penyebabnya tampak jelas, tetapi inkontinensia urin juga dapat terjadi akibat kegagalan mekanisme sfingter , overaktivitas kandung kemih maupun otot detrusor. Diagnosis inkontinensia urin tanpa komplikasi dapat dengan mudah ditegakkan dalam praktek sehari-hari. Pemeriksaan urodinamik dan sistoskopi dapat bermanfaat pada kasus yang kompleks, resisten terhadap pengobatan maupun berulang. Secara garis besar, inkontinensia urin dapat dibagi atas inkontinensia urin tipe stress, tipe urgensi atau tipe campuran. Terapi inkontinensia urin tipe stress difokuskan pada perbaikan fungsi kontinensia pada uretra, khususnya pada fungsi otot rangka di uretra. Paradigma pengobatan terkini untuk inkontinensia urin tipe urgensi dipusatkan pada terapi farmakologik, yakni memperbaiki overaktivitas otot detrusor dengan obat-obat antimuskarinik. Terapi lainnya yang dimaksudkan untuk memperbaiki fungsi motorik dan sensorik saraf dapat dipakai untuk kasus-kasus yang membandel. Terapi inkontinensia urin tipe campuran perlu mempertimbangkan setiap komponen yang terdapat di dalamnya. Dengan diagnosis yang tepat, maka terapi yang efektif pun dapat diberikan untuk sebagian besar pasien. Kata Kun!i" In#ontin$nsia urin, tip$ str$ss, tip$ ur%$nsi, tip$ !ampuran

PENDA&ULUAN nkontinensia urin merupakan masalah yang biasa dihadapi dan mempengaruhi hampir dua pertiga populasi !anita. Prevalensi yang sebenarnya bisa saja lebih tinggi, karena pasien biasanya merasa malu untuk mengungkapkan masalahnya kepada dokter" diperkirakan hanya # dari $ !anita yang berusaha menyampaikan keluhannya pada dokter dan berusaha mengobatinya.# Diperkirakan, total biaya kesehatan tahunan untuk inkontinensia urin di %merika Serikat sebesar #&,' trilyun dollar %S.( Selain mempengaruhi kualitas hidup, inkontinensia urin juga menyebabkan sejumlah komplikasi seperti retensi urin, infeksi kronik saluran kemih bagian ba!ah dan refluks vesikouretra, yang semuanya dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. %rtikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang penuntun diagnosis dan terapi terkini bagi para dokter untuk menangani inkontinensia urin pada !anita.

1|Page

DE'INISI Secara umum, inkontinensia urin berarti keluarnya urin tanpa disadari, menurut laporan seorang pasien.) Menurut International Continence Society, batasan inkontinensia urin adalah keluhan berkemih tanpa disadari *involunter+ yang menyebabkan masalah sosial dan higiene. , dapat terjadi akibat gangguan fungsi saluran kemih ba!ah yang dipicu oleh sejumlah penyakit sehingga menyebabkan pasien berkemih pada situasi yang berbeda.$,',- Sedangkan overaktif kandung kemih *.//+ atau overactive bladder syndrome *.%0+ didefinisikan sebagai urgensi dengan atau tanpa , urgensi dan biasanya disertai oleh frekuensi dan nokturia sehingga , urgensi disebut sebagai 1.%0 basah1. *lihat gambar #+. .%0 yang terjadi tanpa , urgensi disebut sebagai .%0 kering. /ombinasi gejala ini menyokong gambaran urodinamik aktivitas detrusor yang berlebih atau sebagai dampak disfungsi uretrovesika.$

Gam(ar. ). Sp$#trum d$*inisi OAB. S, 2 inkontinensia urin stress. ,, 2 inkontinensia urin urgensi. Mi3ed2 inkontinensia urin tipe campuran

0erdasarkan sifat reversibilitasnya, , dapat dibagi menjadi IU transi$n * , akut+ dan IU p$rman$n * , kronik+ atau seringkali juga disebut sebagai established incontinence. , transien adalah inkontinensia urin yang terjadi secara mendadak dan berlangsung sementara akibat kondisi yang bersifat akut *infeksi, penggunaan obat-obat baru, dsb+, yang bila dibiarkan tidak diobati, maka akan menjadi , persisten.4-#5 Selain itu, , juga dapat digolongkan menjadi , urgensi, , tipe stress, , overflow, serta overactive bladder. %da pula yang menggolongkan , sebagai , fungsional dan , tipe campuran. Pengertian dan definisi singkat dari tipe-tipe , dapat dilihat pada tabel #.

2|Page

Ta($+ ). Tip$,tip$ In#ontin$nsia Urin , urgensi /ebocoran urin dalam jumlah besar yang tidak terkontrol *volume sedang hingga banyak+ dan terjadi tidak terduga, termasuk saat tidur. /ebocoran urin dalam jumlah sedikit saat melakukan gerakan fisik *batuk, bersin, berolahraga+ 6asa urgensi dan frekuensi untuk berkemih, dengan atau tanpa inkontinensia urin tipe urgensi /ebocoran urin dalam jumlah kecil akibat kandung kemih yang terlalu penuh /ebocoran urin terjadi akibat gangguan kognitif atau gangguan fisik *misalnya akibat demensia atau stroke+ atau hambatan lingkungan yang menyebabkan turunnya pengendalian berkemih. Merupakan kombinasi dari setiap jenis , di atas. /ombinasi yang paling umum adalah tipe campuran inkontinensia tipe stress dan tipe urgensi atau tipe stress dan tipe fungsional.(

, tipe stress

Overactive bladder

Overflow incontinence , fungsional

, tipe campuran *mixed incontinence)

'AKTOR RISIKO 0eberapa kondisi penyakit dan obat-obatan yang dipakai juga dapat berkaitan dengan inkontinensia urin. /enalilah faktor-faktor risiko yang ada agar dokter dapat segera melakukan pemeriksaan a!al untuk skrining. Sejumlah kondisi tertentu dalam diri pasien dapat menjadi faktor risiko inkontinensia urin, yaitu2 usia lanjut, kehamilan sebelumnya, ri!ayat persalinan per vaginam dengan trauma persalinan *misalnya persalinan dengan alat seperti forseps dan vakum dan robekan perineum+, jumlah anak yang banyak *lebih dari tiga+, ri!ayat pembedahan panggul dan abdomen, obesitas, aktivitas fisik yang berat dan ri!ayat mengompol pada masa kanak-kanak. Selain itu, penyakit dan penggunaan obat-obatan tertentu juga dapat mencetuskan terjadinya inkontinensia urin *lihat tabel ( dan tabel )+.
Ta($+ -. Kondisi m$dis .an% dapat m$n!$tus#an t$r/adin.a in#ontin$nsia urin Gan%%uan *un%si n$uromus#u+ar atau int$%ritas /arin%an Paritas dan persalinan per vaginam Pembedahan panggul sebelumnya Gan%%uan *un%si sara* s$nsori# dan motori# Diabetes melitus Penyakit 7eurologik Parkinson Cerebrovascular accident Multiple sclerosis Trauma medula spinalis Defek kongenital Str$ssor a(norma+ (0o+um$, t$#anan

3|Page

8agal jantung kongestif Penyakit paru obstruktif akut Gan%%uan #o%nisi dan #$%a%a+an #ontro+ #andun% #$mi1 0o+unt$r Demensia Penyakit psikiatrik Ta($+ 2. O(at,o(at .an% dapat m$n!$tus#an in#ontin$nsia urin Diur$ti# O(at .an% m$nurun#an tonus ur$tra %lfa-bloker O(at .an% m$n!$tus#an r$t$nsi urin dan in#ontin$nsia tip$ overflow mipramin, antipsikotik, obat parkinson, antihistamin, analgesik opioid, alfa simpatomimetik, betasimpatomimetik dan antagonis kalsium O(at d$n%an m$#anism$ s$dasi %nalgesik opioid, psikotropika, antihistamin, hipnotik dan an3iolitik

DIAGNOSIS 9valuasi dasar pada inkontinensia urin meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti, yang bertujuan untuk menegakkan diagnosis kerja dan mengenali faktor-faktor perilaku dan ri!ayat pengobatan sebelumnya yang mungkin dapat memperparah inkontinensia urin ANA3NESIS %namnesis terdiri atas penilaian tentang kondisi inkontinensia yang dialami, dampaknya dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. 0erdasarkan gejala dan tanda yang diderita pasien, dokter dapat membedakan jenis inkontinensia urin yang terjadi *lihat tabel $+. Penggunaan /uesioner untuk Diagnosis nkontinensia ,rin */D ,+, seperti yang terlihat pada gambar (, juga akan sangat membantu
Ta($+ 4. Tip$,tip$ In#ontin$nsia Urin Tip$ G$/a+a Str$ss kebocoran urin saat batuk, bersin, melompat, aktivitas fisik Tanda kebocoran urin dengan peningkatan tekanan intra abdomen *misalnya batuk+ kebocoran urin pada saat inhibisi kontraksi otot detrusor hilang

Ur%$nsi

terjadi kebocoran urin disertai rasa urgensi pada saat menuju kamar mandi kebocoran urin tipe stress dan disertai gejala urgensi

5ampuran

kebocoran urin saat peningktan tekanan intra-abdomen dan saat kotnraksi detrusor hilang

4|Page

8ambar (. /uesioner untuk Diagnosis nkontinensia ,rin Setelah jenis inkontinensia urin dapat ditentukan, maka hal berikut ini perlu dilakukan2 P$r#ira#an /um+a1 1i+an%n.a urin rata,rata da+am satu 1ari *jumlah pakaian dalam yang diganti setiap hari, perlunya mengenakan pembalut di luar periode menstruasi, jenis dan jumlah pembalut yang dipakai setiap harinya+" Ni+ai+a1 s$($rapa ($sar %an%%uan .an% ditim(u+#an oleh inkontinensia urin tersebut bagi pasien *membatasinya dari aktivitas sosial, olah raga, dsb. /ecemasan bah!a gejala inkontinensia tersebut akan memburuk+. ,ntuk menilai pengaruh inkontinensia urin terhadap kualitas hidup, gunakanlah kuesioner kualitas hidup seperti :ontilife dan Ditrovie" 5antum#an+a1 #apan dimu+ain.a %$/a+a, khususnya saat terjadi urgensi *seberapa sering hal itu terjadi, dan apakah ada kejadian mengompol saat masa kanak-kanak dulu+" Tanyakan ri!ayat obstetri, ginekologi dan pembedahan sebelumnya.

5|Page

:antumkan pemeriksaan maupun pengobatan yang pernah dilakukan seelumnya untuk mengobati inkontinensia" 3inta pasi$n untu# m$+$n%#api !atatan #$%iatan 1arian ($r#$mi1 *voiding diary) seperti yang terlihat pada gambar ). Voiding diary akan membantu pasien untuk memperkirakan frekuensi inkontinensia tiap episode, dan situasi mengapa gejala tersebut timbul, serta membuat pasien sadar akan gejala tersebut. 0uku harian itu sebaiknya dilengkapi pasien dalam !aktu ( sampai ) hari, tidak perlu berurutan *misalnya, satu saat hari kerja dan yang lainnya pada saat akhir pekan+.

Gam(ar 2. 5onto1 !atatan 1arian #$%iatan ($r#$mi1 (urinary diary)

Setelah itu, nilailah kondisi yang dapat mencetuskan atau memperburuk inkontinenia urin yang terjadi dan kaitkan dengan faktor risiko yang mungkin ada pada pasien, misalnya2 Masalah-masalah saat berkemih, misalnya sering buang air kecil, disuria, hematuria *tumor saluran kemih+, rasa terbakar saat kencing *infeksi saluran kemih+ Poliuria *diabetes, hiperkalsemia+, nokturia *edema disebabkan karena gagal jantung kongestif+" ritasi lokal atau nyeri saat berhubungan seks *vaginitis atrofi+ Masalah pencernaan *konstipasi atau bahkan impaksi feses+ 8angguan persarafan, misalnya disestesia, disfungsi sfingter ani Masalah psikis seperti kebingungan, depresi, dan gangguan kognitif Mobilitas yang menurun 6|Page

P$m$ri#saan 'isi# ,ntuk menilai kondisi pasien, maka dokter sebaiknya melakukan pemeriksaan diagnostik dasar dan lanjutan. P$m$ri#saan dia%nosti# dasar meliputi2 P$m$ri#saan sa+uran #$mi1 dan #$+amin. Pasien berbaring terlentang, dengan kondisi kandung kemih separuh penuh. Periksalah kemungkinan adanya prolaps organ panggul atau distensi kandung kemih. Pemeriksaan colok vagina dapat menilai kualitas dasar panggul dan kekuatan otot perineum U/i t$#an (atu# (cough stress test) untuk memeriksa adanya kebocoran urin. Pemeriksaan ini dapat memastikan diagnosis inkontinensia urin tipe stress. ,ji ini sebaiknya dilakukan pada saat pasien berdiri dengan kondisi kandung kemih penuh agar dapat memaksimalkan kemungkinan terjadinya episode inkontinensia urin" pasien berdiri dan berusaha untuk batuk, sedangkan dokter mengamati kemungkinan kebocoran urin yang terjadi pada saat batuk *lihat gambar $+. P$m$ri#saan s$nsiti0itas p$rin$um ; hanya bila dicurigai terdapat kelainan saraf

Gambar 4. Uji Tekan Batuk (Cough Stress Test)

7|Page

Pemeriksaan volume sisa urin. <olume sisa urin diukur dalam !aktu #5-#' menit pascakemih dengan melakukan kateterisasi sederhana atau dengan melakukan pemindaian kandung kemih *bladder scan). Pada inkontinensia urin tipe stress, pemeriksaan ini akan dapat menyingkirkan kemungkinan retensi urin pada pasien yang dicurigai mengalami retensio, yakni pada !anita dengan gejala neurologis atau pada pasien berusia lanjut dan pemeriksaan ini selalu dilakukan sebelum memberikan terapi pembedahan. Pada inkontinensia urin tipe urgensi, pemeriksaan ini hanya dilakukan sebelum memberikan obat antikolinergik dan hanya disarankan juga untuk pasien dengan kemungkinan retensio urin akibat gangguan saraf atau usia lanjut.

Urinalisis. Para klinisi juga perlu mengirimkan pasien untuk pemeriksaan urinalisis sebagai skrining faktor intrinsik kandung kemih yang dapat menyebabkan terjadinya gejala inkontinensia urin, misalnya infeksi saluran kemih. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan sebelum sistoskopi atau pemeriksaan urodinamik.

P$m$ri#saan Dia%nosti# Lan/utan Pemeriksaan berikut ini biasanya dicadangkan untuk situasi tertentu, yakni saat diagnosis tidak jelas, terapi konservatif gagal atau bila direncanakan terapi pembedahan. Pemeriksaan berat lampin. Pemeriksaan berat lampin urin *pad weights) dapat bermanfaat ketika diagnosis inkontinensia tidak dapat ditegakkan secara obyektif di kamar praktek atau ketika gejala yang dilaporkan pasien tampaknya lebih berat daripada tanda yang didapatkan pada pemeriksaan fisik atau pemeriksaan urodinamik. Pasien membungkus lampin urin yang telah dipakainya selama # hari penuh dengan kantung plastik kedap udara, dan kemudian beratnya ditimbang di kamar praktek dokter. :ara ini dipakai untuk mengukur banyaknya jumlah urin yang bocor. Q-tip test. Pemeriksaan diagnostik ini hanya bermanfaat untuk menentukan terapi bedah yang terbaik dalam tatalaksana nkontinensia urin. Pasien berbaring terlentang, dan alat =-tip yang telah diberi pelumas dimasukkan ke dalam uretra, kemudian sudut dasar panggul diukur pada saat pasien beristirahat dan pada saat pasien melakukan kontraksi. 0ila pada saat istirahat atau kontraksi ternyata sudut dasar panggul lebih dari )5 derajat, maka dapat ditegakkan diagnosis hipermobilitas uretra, dan terapi bedah yang mampu menyokong uretra dapat dilakukan. 0ila tidak ada hipermobilitas maka terapi >urethral bul ing! secara umum dapat dianggap sebagai terapi bedah terbaik

8|Page

Pemeriksaan urodinamik multi kanal . Pemeriksaan ini atau disebut juga dengan multi"channel urodynamics merupakan pemeriksaan standar baku emas untuk membedakan inkontinensia urin tipe stress dengan inkontinensia akibat aktivitas kandung kemih yang berlebihan *urge incontinence). Pemeriksaan urodinamik memungkinkan pemeriksaan tekanan di dalam uretra, kandung kemih dan abdomen dalam !aktu yang bersamaan. Pemeriksaan ini juga membantu dokumentasi derajat keparahan stress inkontinensia urin, mengenali gangguan sfingter intrinsik sebagai penyebab S, dan membantu evaluasi fungsi berkemih. Pemeriksaan urodinamik paling bermanfaat bagi !anita dengan gejala inkontinensia yang tidak jelas *tidak dapat digolongkan menjadi inkontinensia urin tipe stress atau tipe urgensi+, dan pada !anita dengan gejala inkontinensia urin tipe campuran atau diduga mengalami gangguan sfingter intrinsik, pasien yang direncanakan akan mendapat terapi bedah dan?atau pasien yang dicurigai mengalami gangguan berkemih. Pengaruh pemeriksaan urodinamik dalam memperbaiki hasil terapi masih belum jelas. Pemeriksaan urodinamik biasanya hanya dianjurkan pada keadaan sebagai berikut2 0ila diagnosis jenis inkontinensia urin masih belum jelas 0ila inkontinensia urin tipe urgensi tidak membaik dengan pemberian antikolinergik 0ila pembedahan disarankan sebagai terapi terbaik inkontinensia urin tipe stres 0ila terdapat penyakit lainnya *misalnya masalah pengosongan kandung kemih, masalah volume residu urin pasca kemih, ri!ayat pembedahan untuk inkontinenisa urin sebelumnya, ri!ayat pembedahan pangggul, atau radiasi atau prolaps organ panggul derajat ) atau $, dan gangguan saraf

Sistos#opi 6 hanya disarankan bila dicurigai adanya tumor, misalnya pada pasien dengan gejala infeksi atau hematuria berulang U+trasono%ra*i sa+uran #$mi1 (a%ian atas dan uro%ra*i intra0$na 6 biasanya hanya dilakukan pada kasus-kasus yang rumit dan kompleks

TATALAKSANA Dalam menangani pasien dengan inkontinensia urin, para dokter perlu selalu mengingat untuk memulai terapi dengan mengenali perilaku-perilaku pasien yang dapat mencetuskan atau yang dapat memperparah gejala. Terapi non-bedah harus selalu dijelaskan terlebih dahulu dan pasien sebaiknya mencoba terapi non-bodah atau terapi dengan menggunakan obat dulu sebelum pasien dirujuk untuk terapi bedah. 9|Page

Tata+a#sana In#ontin$nsia Urin Tip$ Str$ss Terapi terpilih untuk inkontinensia urin tipe stres adalah latihan otot dasar panggul, yang kadang-kadang dikombinasikan dengan biofeedbac atau stimulasi listrik. @atihan sejumlah teknik tampaknya lebih efektif daripada teknik tunggal saja. @atihan dapat dilakukan oleh ahli fisioterapi atau bidan. @atihan dasar panggul merupakan terapi lini pertama untuk inkontinensia urin tipe stres. 0ila latihan ini dalam #5-(5 sesi tidak memberikan hasil, pertimbangkan terapi lainnya. Terapi untuk inkontinensia urin tipe stres meliputi modifikasi perilaku, terapi farmakologik dan terapi bedah. Modifikasi perilaku untuk pasien inkontinensia urin tipe stres adalah2 #+ penggunaan inkontinensia pad" (+ batasi asupan cairan" )+ penurunan berat badan" $+ melatih !aktu berkemih yang teratur" '+ menekan batuk. Terapi farmakologik yang biasa digunakan adalah Duloksetin, suatu inhibitor reupta e serotonin dan norepinefrin, yang biasanya dipakai sebagai antidepresan. Meski demikian efektivitas obat ini masih terbatas, dan efek sampingnya cukup signifikan. Penggunaan antikolinergik tidak direkomendasikan untuk inkontinensia urin tipe stres. Sedangkan terapi bedah meliputi2 #+ Suspensi retropubik dari 0urch dan Marshall-Marchetti /rantA" (+ #ubovaginal atau suburethral sling$ )+Mid"urethral sling$ $+ %rethral bul ing agents& Pasien perlu diinformasikan adanya berbagai jenis piluhan terapi dan mendiskusikan bersama dengan dokter mengenai terapi yang paling dianggap baik. Tata+a#sana In#ontin$nsia Urin Tip$ Ur%$nsi Terapi terpilih adalah latihan kandung kemih dengan didukung oleh terapi perilaku *membatasi asupan cairan, melatih frekuensi berkemih, melakukan pencatatan harian berkemih+, latihan dasar panggul dan stimulasi listrik fungsional *untuk menghambat otot detrusor+. .bat antikolinergik juga dapat dipakai sebagai terapi lini pertama atau bila terapi perilaku telah gagal. 0iasanya, obat diresepkan setelah diagnosis infeksi saluran kemih dan retensi urin dapat disingkirkan" atau bila pasien tidak mempunyai kontraindikasi terhadap obat antikolinergik maupun tidak menjalani terapi antikolinesterase. Terapi antikolinergik dapat dikombinasikan dengan terapi perilaku.

%ntikolinergik yang direkomendasikan adalah oksibutinin, tolterodin atau trospium. Semuanya cukup efektif dan lebih baik dibanding plasebo untuk menghilangkan gejala 10 | P a g e

inkontinensia urgensi *penurunan gejala sebesar # episode inkontinensia setiap $B jam+. Tolterodin dan trospium dapat ditoleransi lebih baik daripada oksibutinin. Dosis a!al yang direkomendasikan adalah oksibutinin (,' mg, ) kalil sehari, dosis ini dapat dinaikkan hingga ' mg, ) kali sehari hingga mencapai dosis efektif untuk individu tersebut. 9fektivitas oksibutinin, tolterodin dan trospium tercapai setelah terapi selama '-B minggu. 0ila efek samping terasa berat, maka gantilah dengan antikolinergik jenis lainnya. Pasien tetap perlu dia!asi akan risiko terjadinya retensi urin, perhatikan adanya distensi kandung kemih, khususnya pada pasien usia lanjut atau pasien dengan faktor risiko yang berat. Sejumlah antikolinergik golongan baru juga sudah mulai dipakai dalam terapi inkontinensia urin tipe urgensi dan overaktif kandung kemih *lihat Tabel '+ 0ila terapi antikolinergik tidak efektif setelah penggunaan #-( bulan, ada dua alternatif yang dapat dilakukan2 #. 0ila obat antikolinergik diresepkan setelah uji urodinamik, maka gunakanlah antikolinergik jenis lain. 0ila masih gagal juga, rujuk ke spesialis dan pertimbangkan terapi bedah. (. 0ila antikolinergik diresepkan tanpa uji urodinamik sebelumnya, maka lakukanlah uji urodinamik terlebih dahulu dan kemudian rujuk ke spesialis.
Ta($+ 7. Pro*i+ Antimus#arini# Untu# T$rapi In#ontin$nsia urin tip$ Ur%$nsi Oksibutinin Struktur kimia Efikasi Amin tersier Oksibutinin TDS Amin tersier Tolterodin Amin tersier Trospium Amin Kuarterner Solifenasin Amin tersier Darifenasin Amin tersier

Perbandingan sulit dilakukan karena teknik uji klinik dan karakteristik pasien berbeda-beda. Efikasi atau efektivitas obat serupa pada semua antimuskarinik: 60-7 ! menurunkan episode inkontinensia urin tipe urgensi "ulut kering# konstipasi # &0# atau & mg $+: )-*, se-ari E+: &, se-ari $ritasi kulit '#( mg ), seminggu "ulut kering# konstipasi ) atau * mg sekali se-ari "ulut kering# konstipasi )0 mg ) , se-ari "ulut kering# konstipasi atau &0 mg Sekali se-ari "ulut kering# konstipasi 7# atau & mg Sekali se-ari

Efek samping %osis +egimen

.aktu paru-

&'#) jam /&0mg0

'6 jam

1#1 jam /metabolit aktif0

&)#) 2 '#) jam

* -61 jam

&)#*' jam /7# mg0

11 | P a g e

&)#0 jam /& mg0 3ioavailabilita s oral "etabolisme 3uruk /)-& !0 ---3aik /7 !0 3uruk /&0!0 3aik /(0!0 3uruk /& -)0!0 "etabolisme ekstensif di -ati melalui isoform 45P* 0# 45P'A* /utama0# 45P )%6 $nteraksi obat 8ang berkaitan dengan metabolisme obat $trakona9ol "ikona9ol "akrolid /ertiromisin# klaritromisin0 6idak ada eliminasi lintas pertama# kemudian dimetabolisme ekstensif di -ati melalui isoform 45P* 0 $trakona9ol "ikona9ol "akrolid /ertiromisin# klaritromisin0 "etabolisme ekstensif di -ati melalui isoform 45P* 0# 45P )%6 /utama0# 45P 'A* Ketokona9ol# $trakona9ol# "ikona9ol# "akrolid /eritromisin# klaritromisin0# Siklosporin :inblastin Sekresi tubulus ginjal aktif sebagai rute elilminasi utama7 esterifikasi -epatik# bukan melalui 45P* 0 6idak ada7 eksresi tubulus ginjal aktif7 tetapi -ati--ati saat memberikan obat ini dengan digoksin dan metformin atau obat lain 8ang dapat berkompetisi degnan eksresi ginjal aktif "etabolisme ekstensif di -ati melalui isoform 45P* 0 45P'A* "etabolisme ekstensif di -ati melalui isoform 45P* 0 45P'A* dan 45P)%6

%osis jangan lebi- dari mg bila diberikan bersama ketokona9ol atau in-ibitor 45P'A* lainn8a /8akni nefa9odon# fluvoksamin#l 64A0

;lekainid# tiorida9in# 64A7 jangan lebiidari 7# mg bila diberikan bersama: ketokona9ol# itrakona9ol# ritonavir# nelfinavir klaritromisin# atau nefa9odon

Kontraindikasi

+etensi urin7 retensi gaster dan kondisi lain dengan penurunan motilitas saluran <erna 8ang berat7 glaukoma sudut sempit7 -ipersensitivitas ter-adap obat

6%S = 6ransdermal deliver8 s8stem7 $+= immediate release7 E+=e,tended release7 45P=<8t-o<-rome P7 64A= tri<8<li< antidepressants.

Tata+a#sana untu# In#ontin$nsia Urin tip$ 5ampuran Terapi lini pertama adalah latihan otot dasar panggul, yang dikombinasikan dengan stimulasi listrik, biofeedback atau terapi perilaku *yakni latihan otot kandung kemih+ tergantung gejala manakah yang paling mengganggu bagi pasien, dan? atau terapi antikolinergik. 12 | P a g e

0ila gejala tidak mereda setelah #5-(5 sesi latihan dasar panggul dan?atau setelah terapi antikolinergik setelah '-B minggu, lakukan uji urodinamik dan rujuk ke spesialils. KESI3PULAN nkontinensia urin merupakan masalah yang umum terjadi pada !anita. Sayangnya, sebagian besar !anita tidak berobat. .leh karena itu, klinisi perlu menanyakan ada tidaknya gejala inkontinensia urin pada setiap pasien !anita. 9valuasi klinis sederhana dapat dilakukan, salah satunya dengan algoritma yang ditunjukkan pada gambar '.

8ambar '. %lgoritma Penatalaksanaan nkontinensia ,rin Setelah evaluasi klinis yang sederhana dan diagnosis ditegakkan, maka terapi perilaku dan terapi non-bedah dapat dilakukan hanya berdasarkan gejala. Pendekatan terapi inkontinensia konvensional ini dapat secara signifikan memperbaiki gejala hingga 45C. Dengan cara ini, para klinisi di tingkat layanan kesehatan primer dapat mengatasi sebagian besar gejala 13 | P a g e

inkontinensia pada !anita, dan memberikan rujukan hanya bila pendekatan yang dicoba ternyata gagal. Terapi bedah dapat efektif pada !anita dengan tanda inkontinensia urin tipe stres yang jelas dan pada pasien yang terapi perilaku dan non-bedahnya gagal. DA'TAR PUSTAKA
#. 7ygaard 9, Deit M. Stress urinary incontinence. .bstet 8ynecol (55$"#5$2-54-(5. (. Du TE, Eagner TD, 0entkover FD, et al. :osts of urinary incontinence and overactive bladder in the ,nited States2 a comparative study. ,rology (55$"-)2$-#-'. ). %naes. Management of female urinary incontinence in general practice. :linical practice guidelines. May (55). P. #-#) $. 7ational nstitute for Dealth and :linical 93cellence *7 :9+. ,rinary ncontinence 2 The Management of ,rinary ncontinence in Eoman. Didapatkan dari ,6@ 2 http2??!!!.nice.org.uk. Diunduh pada tanggal #5 Gebruari (55B '. Dolroyd-@educ FM, Straus S9. Management of ,rinary ncontinence in Eomen 2 Scientific 6evie!. F%M% (55$"(&#*B+2&B--' -. Scottisg ntercollegiate 8uidelines 7et!ork. Management of ,rinary ncontinence in Primary :are 2 % 7ational :linical 8uideline. 9disi pertama. 9dinburgh 2 S 87 (55$. Didapatkan dari ,6@ 2 http2??!!!.sign.ac.uk. Diunduh pada tanggal #5 Gebruari (55B 7. %merican Gamily Physician. ,rinary ncontinence in Eomen. Diunduh 7ovember (55B dari !!!.aafp.org?afp?&B5-55ap?!eiss.html B. @ui PD. ,rinary ncontinence. Diunduh 7ovember (55B dari !!!.merck.com?mmpe?sec#4ch((B-html. 9. Du0eau :9. ,rinary ncontinence. Diunduh 7ovember (55B dari !!!.americangeriatrics.org?staging?products?ui?incon'.m.htm. #5. 0olA M. ,rinary ncontinence %ssessment in .lder %dults Part ; Transient ,rinary ncontinence. Dartford nstitute for 8eriatric 7ursing (554"##.#2#-( ##. Mariappan P, %lhasso %, 0allantyne H, et al. Dulo3etine, a serotonin and noradrenaline reuptake inhibitor *S76 + for the treatment of stress urinary incontinence2 a systematic revie!. 'ur %rol (554"'#2-4-4$

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai