Anda di halaman 1dari 16

i

SHABRI SHALEH ANWAR

QUALITY
STUDENT OF MUSLIM ACHIEVEMENT Konsep Anak Didik dalam Islam

ii

QUALITY
STUDENT OF MUSLIM ACHIEVEMENT Konsep Anak Didik dalam Islam
Shabri Shaleh Anwar

Desain Sampul & Layout

Zulkifli Anwar, S.Pd.I

Editor

Sudirman Anwar, S.Pd.I.,M.Pd.I Ein Maria Ulfa Anwar ISBN : xxxx-xxxx

Cetakan Pertama, April 2014

Diterbitkan oleh Yayasan Indragiri Jalan Prof. M. Yamin, SH, Lr. Cherry, No.36 Phone: +6282385782636 TEMBILAHAN - RIAU
Dicetak Oleh Yayasan Indragiri

iii

PENDAHULUAN
Kata santri dalam pembicaraan dimasyarakat seakan termarjinalkan. Ia seolah-olah kalah tenar dibanding kata siswa. Pada dasarnya sama saja menunjukkan anak didik atau seseorang yang sedang menuntut ilmu (belajar) disebuah lembaga pendidikan. Hanya saja jika santri adalah orang yang menuntut ilmu di lembaga Pendidikan Islam baik swasta maupun negeri sementara sebutan siswa lebih kepada orang yang menuntut ilmu di lembaga Pendidikan umum baik swasta maupun negeri.

Santri adalah orang yang menjadi pusat perhatian dan sasaran dalam sebuah lembaga pendidikan Islam sekaligus sebagai pelaku dari pendidikan itu sendiri. Semua komponen yang ada dalam lembaga tersebut ditujukan untuk melakukan perbaikan serta memberikan pelayanan terbaik untuk mencetak anak didik yang berkualitas secara spiritual (afektif), Pengetahuan (kognitif) dan juga keterampilan (psikomotorik). Melihat fitrah manusia sebagai mahluk yang beragama maka kualitas yang disumbangkan oleh lembaga pendidikan haruslah mencukupi spiritualnya terlebih dahulu di samping pengetahuan dan keterampilannya. Ini tidak hanya sebagai prinsip dari lembaga pendidikan Islam akan tetapi juga seharusnya berlaku pada lembaga pendidikan umum karena objek dan subjek dari semua lembaga pendidikan adalah manusia (bukan Jin atau Malaikat). Kata santri dalam pembicaraan dimasyarakat seakan termarjinalkan. Ia seolah-olah kalah tenar dibanding kata siswa. Pada dasarnya sama saja menunjukkan anak didik atau seseorang yang sedang menuntut ilmu (belajar) disebuah lembaga pendidikan. Hanya saja jika santri adalah orang yang menuntut ilmu di lembaga Pendidikan Islam baik swasta maupun negeri sementara sebutan siswa lebih kepada orang yang
iv

menuntut ilmu di lembaga Pendidikan umum baik swasta maupun negeri. Dalam masyarakat biasanya kata santri lebih lekat untuk sebutan bagi murid yang mengikuti pendidikan di pondok pesantren. Pondok Pesantren adalah sekolah pendidikan umum yang persentasi ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam bahkan ada yang menfokuskan pada kitab-kitab Islam klasik saja. Kebanyakan muridnya tinggal di asrama yang disediakan lingkungan pesantren. Yang biasanya disubut sebagai santri pondok. Panggilan Santri Pondok biasanya ditujukan kepada seseorang yang pernah/ lulus dari Pondok Pesantren tertentu dimana ia pernah mengaji atau belajar agama. Sementara ada pula terdengar panggilan Santri Kyai ini artinya ia pernah diajar oleh Kyai secara langsung atau ia langsung tinggal bersama sang kiyai. Oleh sebab itu umumnya, sebutan Santri Kyai juga berarti ia pernah menjadi anak asuh, anak didik, kadang-kadang mengabdi (biasanya di rumah kediaman) kyai yang bersangkutan. Santri juga sering diidentikkan dengan kata Susastri (Sankserta) yang artinya pelajar agama, pelajar yang selalu membawa kitab ajaran suci (agama). Pada zaman pengaruh Hindu Budha di Nusantara sebutan ini lebih di kenal dengan cantrik, dimana para cantrik berdiam diri dalam sebuah asrama bersama sang guru dalam beberapa lama untuk memperdalam ilmu keagamaan. Dalam sejarah pendidikan istilah lembaga yang demikian di sebut dengan gurukulla. Ada pula yang mengartikan santri berasal dari pilahan bahasa Sanekerta yaitu San artinya suci dan Tri artinya Tiga. Jadi, maknanya; santri harus suci dari tiga perkara, yaitu; suci dari kemaksiatan, suci dari kedzhaliman dan suci dari kebodohan. Terlepas dari pengertian di atas santri adalah orang yang dididik untuk menjadi orang yang bersih secara zahir dan batin atau seimbang antara jasmani dan rohani. Dalam perkembangannya baik di pesantren maupun; kualitas santri sangat diperngaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah: 1. Student of Muslim Quality (Diri Santri Sendiri). 2. Teacher Quality (Kualitas Guru atau Pengajar). 3. Learning Process (Proses Pembelajaran).
v

4. Learning Fasality (Fasilitas Belajar). 5. Management and Leadership (Sistem Pengelolaan dan Kepemimpinan). 6. School Culture (Budaya sekolah). Inilah beberapa hal yang sangat mempengaruhi kualitas anak didik dalam sebuah lembaga pendidikan. Buku ini akan lebih terfokus pada 6 item di atas dengan pendekatan al-Quran dan hadits. Sebab Pendidikan Islam adalah pendidikan dari Allah Subhanahu wataala yang termaktub di dalam al-Quran dan terealisasi dari kehidupan Rasul-Nya yaitu nabi Muhammad Sallallahu alaihi wasallam. Oleh sebab itu cerminan ummat Islam dalam proses pendidikanya hendaknya adalah al-Quran dan Hadits (Pribadi Rasulullah). Sebab inilah pedoman yang tidak akan membuat orang tersesat atau rugi. Firman Allah Subhanahu wataala: Artinya: Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin1, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya (QS. an-Nisaa:69). Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzaab : 21). Artinya: Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
Ialah: orang-orang yang Amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran rasul, dan Inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat sebagaimana yang tersebut dalam surat al-Faatihah ayat 7.
1

vi

tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguh-nya Allah Amat keras hukumannya (QS. Al-Hasyr : 7). Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya aku meninggalkan pada kalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu : Kitab Allah dan Sunnahku. (HR. Ibnu Abdil Barr, dalam Al-Istidzkar juz 26, hal. 98). Dalil di atas bukan hanya menyentuh bagian aqidah saja akan tetapi semua aspek kehidupan termasuk pendidikan. Banyak sekali ayat-ayat al-Quran serta hadits Rasulullah yang menyebutkan tentang keharusan berpegang teguh kepada keduanya akan tetapi rasanya cukuplah ayat dan hadits di atas mewakili dalil lainnya. Sehingga telah jelaslah bahwa semangat al-Quran dan Hadits itulah yang menjadi barometer dalam melaksanakan sistem pendidikan sebab dengan sistem tersebut ada janji yang akan diberikan Allah dan Rasul-Nya yaitu tidak akan tersesat selamanya. Makna tidak akan tersesat dalam hadits ini janganlah terlalu sempit dimaknai hanya dengan konsep surga dan neraka bahwa jika orang berpegang teguh pada keduanya maka ia akan mendapatkan surga dan jika ia tidak berpegang teguh maka ia akan mendapatkan balasan neraka jahannam kelak di akhirat. Akan tetapi ia menyebar pada semua aspek kehidupan termasuk dalam lini pendidikan. Oleh sebab itu untuk mendapatkan pendidikan yang tercerahkan sebagai solusi untuk semua problem masa kini tiada lain harus berpedoman pada semangat al-Quran dan hadits Rasulullah Sallallhu alaihi wasallam. Dalam pentas sejarah masa lalu; Islam telah membuktikan bagaimana keberhasilan pendidikan Islam yang mencapai puncak tertinggi sehingga melahirkan orang-orang yang terukir namanya hingga kini, pemikiran mereka tetap hidup dan karya-karya mereka tidak lapuk dimakan zaman. Saya yakin anda tidak akan asing dengan nama al-Farabi, al-Kindi, al-Ghazali, Ibnu Rusd, AzZarnuzi dan masih banyak lagi yang tidak mungkin saya sebutkan seluruhnya; baik tokoh Islam klasik maupun kontemporer. Sebab

vii

jika saya tuliskan seluruhnya maka belasan lembar pendahuluan ini hanya akan tertulis dengan nama-nama saja. Yang perlu di garis bawahi bahwa sistem pendidikan yang melahirkan tokoh-tokoh besar di atas adalah sistem pendidikan Islam yang berpedoman pada al-Quran dan Sunnah Rasulullah. Cobalah anda saksikan dan baca seluruh biografi (perjalanan kehidupan) tokoh-tokoh Islam baik klasik maupun modren yang termuka, saya yakin anda akan menemukan mereka adalah orang-orang yang taat beragama yaitu menjadikan al-Quran dan hadits sebagai pedoman kehidupan mereka secara benar. Mereka adalah orang-orang yang hafal dan memahami al-Quran semenjak kecil dan merealisasikan semangat al-Quran dan Hadits dalam proses kehidupan mereka. Oleh sebab itu hari ini dimana terlalu banyak persolan yang tidak mampu diselesaikan baik dalam pendidikan dan tubuh ummat Islam sendiri adalah karena ummat Islam terlalu percaya dan patuh kepada produk manusia dari pada produk Tuhan atau dalam bahasa lain bisa disebut lebih percaya paham Barat dibandingkan dengan al-Quran. Lalu apakah hasil pemikiran dari Barat itu seluruhnya tidak baik, tentu tidak seluruhnya. Akan tetapi ummat Islam mesti harus menjadikan al-Quran dan Hadits sebagai pijakan dasarnya tujuan akhirnya adalah taqwa sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu wataala. Tidak semua pemahaman (metodologi Pendidikan) Barat layak untuk diterima oleh ummat Islam sehingga seolah-olah Islam harus berkiblat kepada mereka. Padahal Allah Subhanahu wataala dalam sumber tarbiyah Islam tidak mealfakan barang sesuatupun, sebagaimana Firman-Nya: Artinya: Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab,2 kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan (QS. al-Anam:3).
Sebahagian mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul mahfudz dengan arti bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauhul mahfudz. dan ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Quran dengan arti: dalam Al-Quran itu telah ada pokok-pokok
2

viii

Jika Allah Subhanahu wataala telah menyebutkan bahwa alQuran adalah sempurna dan tidak ada yang dialpakan barang sesuatupun di dalamnya, lalu mengapa kita harus berpepedoman dan mengagung-agungkan pemahaman Barat yang sebenarnya tidak memiliki dasar dan media yang baik dalam membuat sebuah konsep pendidikan. Maka tugas kita adalah menggali kembali al-Quran dan hadits Rasulullah dengan kombinasi pada kebutuhan kehidupan modren saat ini. Sebagai contoh kecil adalah Ivan Petrovich Pavlov yang mana melakukan percobaannya terhadap Anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejalagejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Teori Pavlov ini disimulasikan untuk pendidikan anak dimana anak belajar dengan stimulus dalam membangkitkan motivasinya. Sekarang pertanyaannya; Setujukah anda (sebagai orangtua) disamakan anak anda dengan anjing?. Tentu jawabannya tidak. Sebab Islam menganggap Manusia adalah makhluk paling mulia. Akan tetapi teori ini selalu diagung-agungkan oleh para pendidik Islam sendiri. Mereka senang mengaflikasikannya dalam praktik pendidikan baik disekolah-sekolah maupun di perguruan tinggi. Ironisnya adalah bagaimana sesuatu yang diharkamkan di dalam Islam (Anjing) lalu mau-maunya disamakan dengan anaknya (seorang manusia). Johann Heinrich Pestalozzi (seorang pendidik yang mempelopori sistem pendidikan pedagogue) baru di Swiss dan dikenal sebagai Pendiri Sekolah Dasar Modern. Pestalozzi lahir pada tanggal 12 Januari 1746 di Zrich dan meninggal pada tanggal 17 Februari 1827 di Brugg. Ayahnya seorang dokter, yang

agama, norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan pimpinan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya.

ix

meninggal pada saat Pestalozzi berumur 6 tahun dan sejak itu dia diasuh oleh ibunya. Pada masa kecilnya, Pestalozzi merupakan anak yang tidak begitu tertarik dengan tugas-tugas belajar yang menggunakan metode menghafal di sekolah, tetapi dia lebih berminat dengan tugas-tugas yang menggunakan daya imajinasi. Pestalozzi adalah orang yang membenci hafalan. Pernahkan anda mendengar istilah di masyarakat; menghafal tidak ramah otak, Biar Nakal asal Pintar, Menghafal Mengikis Kreativitas anak, atau Tidak perlu Hafal yang penting Analisa. Sadarkah bahwa ini adalah manifestasi dari konsep Pemikiran Pestalozzi sebagai pendiri Sekolah Dasar Modren yang membenci hafalan. Oleh sebab itu carilah oleh anda Sekolah Dasar (SD) umum yang memiliki basis hafalan al-Quran 30 Juz atau setengtahnya sebelum tamat disekolah tersebut. Maka saya yakin anda akan sulit menemukannya atau mungkin tidak akan menemukannya. Sementara pendidikan awal dalam Islam adalah Menghafal. Bagaimana orang bisa menganalisa sesuatu objek sementara ia tidak hafal dan paham akan apa yang hendak ia analisa. DR. Ali Syawakh Ishaq as-Syuaibi mengatakan: Aku ingin mengangkat suaraku, agar suaraku ini sampai kepada pemimpin-pemimpin kita (ummat Islam) yang silau kepada metodologi pendidikan pola Barat, kemudian mereka tenggelam di dalamnya. Bahkan mereka dengan senang hati selalu berusaha mengaflikasikannya kepada putra putri kita disekolah-sekolah, selama mereka ada kesempatan untuk merealisasikannya. Sampai-sampai terhadap teori-teori pendidikan yang telah dinyatakan gagal dan keliru lalu dibuang orang-orang Barat. Tapi masih banyak tokoh-tokoh pendidikan negara-negara kita (negara Islam) dengan amat sayang masih berpegang teguh memungut teori-teori tersebut.3
3

DR. Ali Syawakh Ishaq as-Syuaibi, Metodologi Pendidikan al-Quran dan Sunnah, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1995), hal.10-11

Ini bukan bermakna bahwa saya adalah orang yang membenci pengetahuan (knowladge) manusia yang menghasilkan kebudayaan dan peradaban pendidikan baru khususnya. Akan tetapi kembali menggunakan produk Tuhan akan jauh lebih baik sebelum produk manusia. Sebaik apapun yang dihasilkan manusia tetaplah produk manusia yang tidak luput dari kesalahan. Oleh sebab itu semua hal yang diberikan oleh Allah Subhanahu wataala kepada manusia; tentang sistem pendidikan (Tarbiyah) pasti kebaikannya, karena hadir dari yang Maha Sempurna. Sementara sesuatu yang hadir dari yang tak sempurna maka akan ada sisi ketidakbaikannya. Atau dalam bahasa lain saya hendak mengatakan kepada pembaca buku ini yaitu banggalah menjadi ummat Islam dengan sistem pendidikannya. Oleh sebab itu dibutuhkan keberanian yang cukup untuk melakukan perubahan dalam pendidikan baik itu Informal, Formal dan Nonformal untuk kembali kepada semangat al-Quran dan Sunnah. Sehingga keberhasilan yang pernah diraih Islam dimasa lalu dapat kembali dimasa kini dan akan datang. Saat ini tentu tidak dapat dipungkiri bahwa kita hidup dalam dunia yang berbeda dari dunia sebelumnya. Dimana kecanggihan teknologi berkembang dengan sangat pesat. Memang disadari bahwa dibutuhkan modifikasi akan tetapi tidak boleh lepas dari semangat al-Quran dan Sunnah Rasulullah dalam meberikan kualitas terhadap anak didik. Sebagaimana yang disebutkan di atas bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi kualitas prestasi santri yang dapat saya klasifikasikan ke dalam diagram berikut: Setidaknya ada 6 hal yang sangat mempengaruhi prestasi santri yang disebutkan pada sketsa disamping. Akan tetapi dari seluruh komponen yang dimulai dari Teacher Quality
xi

(Kualitas Guru atau Pengajar), Student of Muslim Quality (Diri Santri Sendiri), Learning Process (Proses Pembelajaran), Learning Fasality (Fasilitas Belajar), Management and Leadership (Manajemen dan Kepemimpinan) dan School Culture (Budaya sekolah) sangat dipengaruhi oleh dimensi Niat. Jika merujuk pada diagram di atas disebut lingkaran niat. Ke enam komponen dari Quality Student of Muslim Achievement di atas dipengaruhi oleh niat orang-orang yang menjalankannya. Oleh sebab itu dalam konsep mengembangkan Quality Student of Muslim Achievement di mulai dari niat yang benar dan berbanding lurus dengan semangat al-Quran dan Sunnah. Tanpa dimulai dengan niat yang benar akan sulit dipastikan keberhasilannya karena pendidikan Islam tidak hanya memberikan sentuhan pada keterampilan akan tetapi juga spiritual anak didik. Buku yang ada di tangan anda ini mungkin tidaklah baik atau sempurna betul isinya. Akan tetapi lumayanlah untuk menjadi bacaan tentang Quality Student of Muslim Achievement dalam sebuah lembaga pendidikan Islam maupun umum. Buku ini saya bagi kepada 8 bab yaitu Bab 1 membahas tentang Teacher Quality (Kualitas Guru atau Pengajar). Bab 2 membahas tentang Student of Muslim Quality (Diri Santri Sendiri). Bab 3 membahas tentang Learning Process (Proses Pembelajaran). Bab 4 membahas tentang Learning Fasality (Fasilitas Belajar). Bab 5 membahas tentang Management and Leadership (Sistem Pengelolaan dan Kepemimpinan). Bab 6 membahas tentang School Culture (Budaya sekolah) dan Bab 7 membahas tentang Institute Education of Islam (Lembaga Pendidikan Islam). Dalam buku ini anda akan menemukan banyak ayat-ayat Quran dan hadits-hadits Rasulullah Sallallhu alaihi wasallam sebab saya menggunakan pendekatan al-Quran dan Hadits akan tetapi saya tidak mencantumkan teks arab dari penulisan haditshaditsnya; karena setelah saya coba untuk mencopy tulisan arabnya selalu terbolak balik hasilnya, akhirnya saya ambil jalan pintas yaitu tidak memuat teks arabnya, yaa bisa dikatakan juga
xii

karena saya memang malas. Namun saya tetap mencantumkan terjemahan lengkap dengan nomor haditsnya agar anda bisa melacak kekitab-kitab aslinya. Yaaa, setidaknya biar anda terbiasa membuka kitab-kitab hadits, jadi maafkan saya. Inilah buku sederhana yang dapat saya sumbangkan kepada anda pembaca buku ini, jangalah anda mengharap bahwa saya telah sempurna menulis dan membicarakan tentang Quality Student of Muslim Achievement sebab saya hanya membahas sitematik topik-topik yang menurut saya penting, itupun belum tuntas akan tetapi lumayanlah. Jujur saja karena saya sendiri pemula dalam menulis buku; jadi masih amatiran. Tapi bila anda mengatakan isi buku ini bagus dan menarik tentu saya akan tersenyum mendengarnya, karena pada dasarnya saya memang senang dipuji. Semoga buku yang ada ditangan anda ini bermanfaat dan mendapatkan Ridha Allah taala tentunya. Amin!.

Penulis, Shabri Shaleh Anwar

xiii

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN Bab 1 STUDENT OF MUSLIM QUALITY : 1 A. Pengertian Santri - 1 B. Konsep Kualitas Santri - 3 C. Keistimewaan Santri (Penuntut Ilmu) - 5 D. Niat Santri dalam Belajar - 8 E. Santri harus Menghafal, Memahami dan Mengaplikasikan Ilmu - 10 F. Perkara-Perkara Untuk Menguatkan Hafalan - 18 G. Santri Harus Menulis Ilmu yang Dipelajari - 27 H. Santri Berdoa dalam Belajar - 29 TEACHER OF MUSLIM QUALITY : 39 A. Pengertian Guru dalam Islam - 39 B. Kedudukan Guru dalam Islam - 45 C. Tugas Pendidik dalam Islam - 47 D. Kewibawaan Pendidik (Guru) - 54 E. Syarat-Syarat Guru - 62 F. Tugas dan Tanggung Jawab Guru - 65 G. Esensi Upah Bagi Pengajar (Guru) - 66 H. Guru dan Dekadensi Moral - 67 I. Guru dan Perkembangan Teknologi - 70 LEARNING PROCESS : 73 A. Basis dalam Pendidikan Islam - 73 1). Al-Quran - 73 2). Sunnah Rasulullah Sallalahu alaihi wasallam - 94 B. Makna Pendidikan Berdasarkan al-Quran dan Hadits - 98 C. Metode Pembelajaran dalam Pendidikan Islam 101 D. Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Islam xiv

Bab 2

Bab 3

E. F. Bab 4

129 Pendekatan dalam Pemebelajaran - 133 Keterampilan Mengajar Guru Agama - 152

LEARNING FASILITY : 163 A. Gedung Belajar - 165 B. Tempat Ibadah (Masjid) - 166 C. Perpustakaan - 168 D. Laboratorium Bahasa - 186 E. Lapangan Pendidikan Jasmani - 188 F. Rumah Kiyai - 195 MANAGEMENT AND LEADERSHIP : 197 A. Manajemen - 198 B. Kepemimpinan dalam Islam - 207 C. Kepemimpinan Pondok Pesantren (Kiyai) - 212 D. Kepemimpinan Madrasah - 216 SCHOOL CULTURE : 235 A. Budaya Salam dan Berjabat Tangan - 236 B. Budaya Tahfizul Quran - 240 C. Budaya Menghormati Guru (Tauladan) - 242 D. Budaya Lingkungan Bahasa Asing - 243 E. Budaya Organisasi - 243 INSTITUTE EDUCATION OF ISLAM : 247 A. Masjid - 250 B. Kuttab - 257 C. Zawiyah - 258 D. Al-Ribath - 258 E. Khanaqah - 259 F. Majlis - 259 G. Pendidikan Rendah di Istana atau Al-Qushur 260 H. Toko-Toko Kitab atau Keda-kedai saudagar kitab atau Hawanit al-Waraqin - 263 I. Rumah-Rumah Para Ulama atau al- Manazil alUlama - 265
xv

Bab 5

Bab 6

Bab 7

J.

Salon Kesusastraan atau al-Shalunat al-Adabiyah (Sanggar Sastra) - 265 K. Badiah (Padang Pasir, Dusun Tempat Tinggal Baduwi) - 267 L. Rumah Sakit atau al-Maristan - 268 M. Perpustakaan atau al-Maktabat - 269 N. Madrasah - 270 O. Universitas atau al-Jamiat - 272 P. Pondok Pesantren di Indonesia - 273 Q. Madrasah di Indonesia - 315 R. Sekolah Islam Terpadu - 349 PENUTUP DAFTAR PUSTAKA SEKILAS PENULIS

xvi

Anda mungkin juga menyukai