Anda di halaman 1dari 18

TRANSPLANTASI

Oleh

Prof.DR.RH.Muchtan Sujatno,dr.,SpFK(K) UNIT BIOETIKA DAN HUMANIORA FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD

PENDAHULUAN

Pengertian
Transplantasi adalah pemindahan suatu jar. atau organ manusia ttt dari suatu tempat lain pd tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dg persyaratan dan kondisi ttt. Transplantasi ditinjau dari sdt penerima dibedakan: 1. Autotransplantasi, pemindahan suatu jar. atau organ ke tempat lain dlm tubuh orang itu sendiri. 2. Homotransplantasi, pemindahan suatu jar. atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh orang lain. 3. Heterotransplantasi, pemindahan suatu jar.atau organ dari suatu spesies ke tubuh spesies lain.
2

Dasar melakukan tindakan transplantasi ada dua:

1. Eksplantasi , usaha mengambil jar. atau organ


manusia yg hidup atau sdh meninggal.

2. Implantasi,usaha menempatkan jar.atau organ tubuh


tsb kpd bag tubuh sendiri atau tubuh org lain. Faktor penunjang keberhasilan transplantasi: adaptasi donasi, usaha dan kemampuan menyesuaikan diri org hidup yg diambil jar atau organ tbhnya, secara biologis dan psikis, utk hidup dg kekurangan jar/organ.
3

lanjutan

adaptasi resipien, usaha dan kemampuan diri dari


penerima jar/organ tbh baru, shg tbhnya dpt menerima atau menolak jar/organ tsb, utk berfungsi baik, mengganti yg tak berfungsi.

SEJARAH
Pada thn 600 sM di India Susruta tlh melakukan transplantasi kulit. Zaman Reneissance, seorang ahli bedah Italia: Gaspare Tagliacozzi melakukan hal sama.
4

Lanjutan.. John Hunter (1728 -1793) pioner bedah eksperimental: Membuat kriteria teknik bedah utk menghasilkan suatu jar transplantasi yg tumbuh ditempat baru., tapi sist gol darah dan sist histokomptabilitas yg erat hub dg reaksi transplantasi blm ditemukan. Wiener dan Landsteiner (abad 20) menyokong perkembangan transplantasi dg menemukan gol drh ABO dan sist Rhesus. Perkembangan imonologi berperan keberhasilan transplantasi. Ilmu transplantasi modern makin berkembang dg ditemukan: Metode2 pencangkokan: Pencangkokan a. mammaria interna di dlm operasi lintas koroner oleh George E Green;
5

Lanjutan.
Pencangkokan jtg kera ke manusia Christian Bernard --> walaupun resipien meninggal 18 hari kmd. Pencangkokan sel2 substansia nigra dari bayi yg meninggal ke penderita Parkinson oleh Andreas Bjornklund. ASPEK ETIK TRANSPLANTASI Aspek etik yang timbul: Apakah tawaran dari seorang manusia yg masih hidup dpt diterima dan kapankah waktu penerimaan organ yg dirtawarkan itu ?

Donor dapat berasal dari yang hidup atau mati (transplantasi ginjal kadaver)

Vink berpendapat seorang ahli bedah pd dasarnra tak


senang melakukan transplantasi (ginjal, jantung, hepar, pankreas). Para ahli bedah dikemudian hari diusahakan transplantasi dari organ hewan. Mandema (Groningen): masalah etik dlm dialisis pd penderita payah ginjal jml >> tempat pencucian lama menunggu, juga krn alat sedikit dan biaya mahal) Meyne NG (Amsterdam): Nilai2 etik dan moral perlu adanya kerjasama dg yuridis moralis, moralis sosiolog dan moralis psikolog.
7

Evoley (1988) bertanya pada kasus transplantasi organ pada pasien yg hilang kesadaran tapi jtgnya masih baik ? Bagaimana etiknya, karena ia mengatakan bahwa seseorang memp hak utk tidak di ganggu (the right to be let alone); artinya manusia memp hak utk hidup dan mati dan manusia itu berhak komunikasi. Dengan demikian ada kontroversi masyarakat dan peneliti. Hak mempertahankan hak pribadinya (right to privacy). Bbrp pihak terlibat transplantasi: donor hidup, jenazah atau donor mati, keluarga dan ahli waris, resipien, dokter dan tenaga pelaksana lain, dan masyarakat.
8

1. DONOR HIDUP Adalah org yg memberikan jar/organ kpd org lain (resipien). Sblm memutuskan menjadi donor hrs mengetahui dan mengerti risikonya seperti: risiko di bid medis, pembedahan, kehidupan lbh lanjut sbg kekurangan/kehilangan jar/organ; tak boleh ada tekanan psikologik. Bila transplantasi gagal: salah ambil keputusan ? dan bila berhasil: berhutang budi. Memberi penerangan yg baik oleh pelaksana transplantasi. KODEKI Bab 1, psl 7: Seorang dokter hendaklah berusaha menjadi pendidik rakyat yg sebenarnya.
9

2. Jenazah dan Donor Mati Donor mati adalah org yg semasa hidupnya tlh mengizinkan atau berniat dg sungguh2 utk memberikan jar/organ kpd yg memerlukan apabila ia tlh meninggal secara wajar. Apabila sblm meninggal, donor sakit sdh sejauhmana pertolongan diberikan dokter yg merawatnya ?. Ini utk mencegah tuduhan dari keluarga donor atau pihak lain bhw tim transplantasi tlh melakukan upaya mempercepat kematian mengejar organ yg akan ditransplantasikan.. PB IDI (1988) mengadakan kriteria mati, yaitu matinya batang otak. Jenazah donor harus seizin keluarga --> menghindari tuduhan malpraktek.
10

3. Keluarga Donor dan ahli Waris

Kesepakatan keluarga donor dan resipien sgt diperlukan. Saling pengertian dan utk menghindari konflik semaksimal mungkin atau tek psikis dan emosi di kmd hari. Kel resipien sebenarnya hanya dituntut suatu penghargaan kpd donor dan keluarganya yg tulus. Alangkah baiknya bila dibuat ketentuan utk mencegah timbulnya rasa tidak puas pd kedua belah pihak.
11

4. Resipien Orang yg menerima jar/organ org lain. Pada dasarnya: penderita memp hak utk mendapatkan perawatan yg dpt memperpanjang hidup atau meringankan penderitaan. Harus benar2 mengerti semua hal yg dijelaskan oleh tim pelaksana transplantasi Memberikan nilai yg besar bagi kehidupan resipien. Ia hrs menyadari hasil transplantasi terbatas --> gagal. Juga hrs disadari menerima ditransplantasi ia berarti dlm percob yg sgt berguna bagi kepentingan orang banyak di masa y.a.d
12

5. Dokter dan Tenaga Pelaksana Lain.


Utk melaksanakan transplantasi: Tim pelaksana hrs mendapat persetujuan dari donor, resipien, keluarga kedua belah pihak. Wajib menerangkan hal2 yg mungkin terjadi stl transplantasi shg ggn psikologis dan emosi di kmd hari terhindarkan. Tanggungjawab tim plaksana: menolong pasien dan mengembangkan ilmu pengetahuan bagi umat manusia. Tak dipengaruhi oleh pertimbangan2 pribadi. KODEKI Bab 1 psl 2: . Dalam menunaikan profesinya janganlah dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi. Dan Bab II psl 8. .Seorang dokter hrs senantiasa mengingat kewajiban: Melindungi hidup makhluk insani.
13

6. Masyarakat
Secara tak sengaja masyarakat turut menentukan perkembangan transplantasi.
Kerjasama tim dg cendekiawan, pemuka masyarakat, atau agama, diperlukan mendidik masyarakat utk lbh memahami maksud dan tujuan luhur usaha transplantasi.

Dengan pengertian tsb, maka penyediaan organ yg diperlukan dg tujuan luhur akan segera diperoleh.
14

ASPEK HUKUM TRANSPLANTASI Sampai saat ini peraturan perundang undangan yg ada: PP No 18/1981. Ttg Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia. Pokok2 aturan tsb sbb Pasal 10: Transplantasi alat atau jar tbh manusia dilakukan dg memperhatikan ketentuan2 sebgm dimaksud dlm psl 2 hruf a dan b, yaitu hrs persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya terdekat stl penderita meninggal.

Psl 14 : Pengambilan alat dan atau jar tbh manusia utk .

15

ASPEK HUKUM TRANSPLANTASI

Sampai saat ini peraturan perundang undangan yg ada: PP No 18/1981. Ttg Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia. Pokok2 aturan tsb: Pasal 10: Transplantasi alat atau jar tbh manusia dilakukan dg memperhatiikan ketentuan2 sebgm dimaksud dlm psl 2 hruf a dan b, yaitu hrs persetujuan tertulis penderita/dan atau keluarganya terdekat stl penderita meninggal.
Psl 14 : Pengambilan alat dan atau jar tbh manusia utk .
16

transplantasi atau bank mata dari korban kecelakaan yg meninggal dunia dilakukan dg pernyataan tertulis dari keluarga terdekat Pasal 15: Sblm persetujuan ttg transplantasi alat dan atau jar tbh manusia diberikan oleh calon donor hidup, calon donor ybs terlebih dahulu diberi tahu oleh dokter yg merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai:sifat operasi, akibat2 dan kemungkinan2 yg terjadi.Dokter yg merawat tlh yakin benar arti dari pemberi tahuan tsb. Pasal : 16 Donor atau kel donor yg meninggal tidak berhak atas sesuatu kompensasi material apapun sbg imbalan transplantasi. Pasal 17 Dilarang memperjualbelikan alat dan atau jar tbh manusia. Pasal 18 Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jar tbh manusia dlm semua bentuk ke dan dari luar negri.
17

Daftar Pustaka

Samil RS (2001). Transplantasi.Etika Dalam Masalah klinik. Dalam: Etika Kedokteran Indonesia.(Samil, eds). Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Edisi ke-2. p. 100

18

Anda mungkin juga menyukai