Anda di halaman 1dari 28

Penciptaan alam semesta menurut isyarat Quran.

(Bahan Kuliah untuk Pertemuan Keenam

Tuhan dan Ciptaan Nya


Semua yang ada ini, tidak akan hadir di depan kita tanpa qudrah dan iradah Nya. Dalam menciptakan semua ciptaanNya, Tuhan tidak ittishal (berhubungan), tidak ittihal (menempati alam ciptaanNya) dan tidak ittihad (bersatu-padu) dengan ciptaanNya. Al Quran menjelaskan bahwa terhadap alam semesta yang diciptakanNya, Allah bertajalli (menyatakan diri). Orang berdiri depan cermin

Tentang Ruh
Ruh kita tidak terletak dalam tubuh kita. Dia di luar ruang dan waktu, sedangkan tubuh kita di dalam ruang dan waktu. Ruh yang diluar ruang waktu ini menyatakan diri di dalam ruang waktu dengan medium tubuh/fisik kita. Setiap ungkapan diri adalah kehendak ruh, dan fisik kita merupakan medium tempat sang ruh (sang power,sang qudrah) menyatakan kekuasaan dan kehendaknya.

Ke ahadiyah-an Allah
Semula, Allah dalam ke-ahdiyah-an-Nya, tidak ada yang lain selain Dia: Martabat Pertama (m.I). Allah yang bisa diterangkan (melalui sifatsifatNya) bukanlah Allah yang sebenarnya melainkan persepsi kita tentang Allah. Ku kenal Tuhanku dengan Tuhanku, bukan dg akalku, ibadahku atau kesucianku, melainkan karena Tuhanku yang mengenalkan Diri kepada ku (marifat Rasul terhadap Allah). Allah menyatakan bahwa, tidak ada Tuhan selain Dia (Ali Imran [3]: 18)

Alam Wahdah, Alam Wahidiyah


Pada awalpenciptaan, semesta alam ini masih dalam bentuk global yang belum terpasalkan. Belum ada beda antara kita dan malaikat, antara butir pasir dan galaksi. (martabat II) (martabat III) Setelah tercipta dalam bentuk global, kemudian Allah memasalkan makhluk satu dengan lainnya. Terkecil-terbesar, nyata-gaib. Semua ciptaan masih dalam makna hakekat (belum memilikikekuatan untuk mewujud)

Alam Ruh, Alam Mitsal


Selanjutnya setiap hakekat dari setiap makhluk diberi ruh (kekuatan). Sebutir pasir juga punya ruh. Sebab jika tidak ada ruhnya , hakikat pasir tidak akan sanggup mewujud. (martabat IV) Sampai pada martabat ini walau sudah punya ruh, ia masih berada di alam imajinasi, di alam mitsal. Setiap ruh masih belum memiliki rupa dan jisim yang akan dipakai sebagai medium untuk menyatakan dirinya. Pada martabat ini setiap ciptaan diberi rupa (martabat V)

Alam Ajsam, Alam Insan Kamil


Selanjutnya semua makhluk diberi jisim (ragafisik), yaitu tempat sang ruh menyatakan dirinya. Memasuki martabat ini semua makhluk telah berada di alam nyata (alam ajsam), sehingga sempurnalah seluruh alam semesta (martabat VI) Makhluk-makhluk Tuhan mengalami proses evolusi (perkembangan dalam jangka waktu yang sangat lama) hanya manusia yang mampu berevolusi sampai puncaknya, yaitu menjadi partner dialog Tuhan (martabat VII)

Misi Manusia
Berbeda dengan makhluk lain yang hanya memiliki misi kehadiran yang terbatas, manusia hadir di bumi memiliki misi yang jauh lebih penting. Dia diberi kebebasan. Kebebasan yang dia miliki itu dia arahkan ke mana, di situlah letak nilai manusia. Jika kebebasan digunakan untuk mengambil alih manajerial Allah (peran khalifah), manusia bisa mencapai jenjang martabat yang ke tujuh.

Tahap Kehidupan Manusia


Tahap I, Agraris; lihat [14]:32, sampai mengeluarkan buah-buahan sebagai rezeki. Tahap II, Sains dan Teknologi; [14]:32, menundukkan kapal bagimu, berlayar di laut. Menundukkan sungai-sungai; irigasi, listrik. Tahap III, Eksplorasi; [14]:32, menundukkan matahari dan bulan yang beredar terus 2an. Tahap IV, Agama; [14]:32, menundukkan malam dan siang. Siang safari ekternal;malam safari internal, dialog dengan Tuhan.

Kehidupan Malam
Dengan menundukkan malam berarti ada kehidupan malam, sebuah kehidupan untuk menggali diri. Allah melanjutkan firmanNya: Dan Allah telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepadaNya [14]:33 Pada tahap tertinggi ini ; manusia tidak berurusan dengan alam semesta, walaupun bisa menundukkannya. Dia sedang berurusan dengan yang menjalankan alam semesta ini.

Surah Al Hasyr, [59]: 22-24


Ar Rahman, Ar Rahim, (Al Malik, Al Quddus), (As Salam Al Mukmin), (Al Muhaimin, Al Aziz), (Al Jabbar, Al Mutakabbir), Al Khaliq, Al Bari, Al Mushawwir. Sifat Ar Rahman menjelaskan tentang kegaiban Tuhan sedang sifat Ar Rahim menjelaskan tentang syahadah-Nya [59]: 22 Alam realitas (partikel-galaksi, nabati, hewan, manusia yang tercipta melewati sifat ar Rahman), keberadaannya menjelaskan kegaiban Allah

Ar Rahim-syahadah
Orang-orang beriman yang sanggup melakukan peran dirinya dalam rahimiyyah Allah, mereka berkondisi menjelaskan adanyaTuhan (bersyahadat). Dialah Allah, tiada Tuhan kecuali Dia. Mengetahui yang gaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pengasih (ar Rahman), Maha Penyayang (ar Rahim) . Al Hasyr *59+: 22

Empat Level wujud


Al Malik Al Quddus (Yang Memiliki dan Suci),yang menciptakan potensi sehingga mewujud alam anorganik (benda mati) As Salam- Al Mukmin (Yang Memberikan Keselamatan dan Keamanan), yang menciptakan potensi untuk tumbuh dan berkembang biak (bersamaan dengan yang pertama, mewujud alam tumbuhan) Al Muhaimin-Al Aziz (Yang Mengawasi dan Yang Perkasa), yang mencipta potensi untuk bisa mengawasi dan mempertahankan diri, dengan yang pertama dan kedua mewujudkan alam hewani.

Wujud Level Tertinggi


Tingkat kehidupan selanjutnya yang tercipta adalah tingkat kehidupan yang tertinggi. Disamping sadar ruang, dia sadar waktu. Diberi akal, punya daya pikir; diberi hati punya rasa, kesadaran akan kebesaran dirinya, kesadaran bertanggung jawab sebagai makhluk paling berkuasa di muka bumi. Al Jabbar-Al Mutakabbir (Yang Memulihkan dan Yang Sadar akan Kebesaran Dirinya) dimanifestasikan dengan menciptakan alam insani (menyempurnakan yang pertama,kedua dan ketiga) .

Rahimiyyah-Syahadat
Sejak manusia diciptakan, kehendak Tuhan selanjutnya melewati ciptaan Nya itu. Tuhan tidak menciptakan semesta budaya. Tuhan menciptakan alam realitas mulai dari alam anorganik sampai kehidupan insani. Setelah itu, kehendak Tuhan dititipkan kepada manusia (yang telah memadai mewakili Nya di muka bumi): Kamu tidak dapat menghendaki, kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam [81]: 29

Munculnya gagasan
Jika muncul persoalan dalam hidup, manusia akan berfikir untuk menciptakan gagasangagasan dalam mengatasi problem tersebut. Terciptanya gagasan inilah manifestasi dari sifat manajerial Al Khaliq (Yang Menciptakan) yang beroperasi pada diri manusia. Allah telah menitipkan ide-ide Nya kepada manusia yang dinilai Nya telah memadai untuk bisa mengungkapkan kehendak2 Nya.

Membebaskan ide-ide dan meujudkannya


Supaya ide-ide manusia tidak hanya terpenjara di angan-angan, pemilik ide harus membebaskannya. Saat itulah manusia sedang dalam medan operasional sifat Allah Al Bari (Yang Membebaskan-ide-ide dari penjara alam imajinasinya) Rencana mulai diaplikasikan, sifat manajerial Allah Al Mushawwir (Yang Membentuk Rupa) bekerja pada manusia sehingga ide-ide Tuhan menjadi sebuah realitas baru dalam dimensi budaya

Manusia = Mikrokosmos
Setiap penciptaan mulai dari anorganik sampai dengan manusia, jutaan malaikat secara kumulatif mendukung proses ini. Dengan demikian, semua kekuatan (malaikat) penyangga Arsy Tuhan yang bekerja di alam semesta ini ternyata dimiliki manusia. Dalam hal ini manusia disebut mikrokosmos ( jagad raya dalam bentuknya yang kecil). Jadi , segala kepandaian dan keterampilan sebenarnya kita miliki (potensial, sayang tidak bisa terungkap)

Jadi umat yang seimbang


Ruang lingkup medan operasional Tuhan harus kita ketahui agar kita bisa hadir melakukan peran di muka bumi secara optimal. Hadir melakukan peran yang terbaik adalah hadir menjadi umat yang seimbang (ummatan wasathan) (lihat [2]: 143) Seimbang berarti berada di tengah-tengah. Kita berada antara semesta alam dan Allah, sebagai saksi dan yang disaksikan

Ke atas dan Ke bawah


Jika kita menghadap ke bawah (manusia, semesta alam), hendaklah ingat ke atas. Sebaliknya jika kita menghadap ke atas (Allah) ingatlah ke bawah. Ingat dan bawa harapan-harapan manusia saat menghadap Tuhan; ingat dan sampaikan pesan-pesan Tuhan saat menghadap ke bawah Harapan2 tersebut adalah memperoleh kesejahteraan, hidayah dan ampunan.

Hadapi menurut pesan-pesan Tuhan


Berhadapan dengan alam organik, sanggupkah kita menyeimbangkan diri, mengelola, mendayagunakan potensinya untuk kepentingan seluruh umat manusia. Dengan alam nabati, mampukah kita memanfaatkan dan menjaga kelestariannya? Dengan alam hewan, kita harus mendayagunakan potensi dan menjaga ekosistemnya. Dengan manusia,menjadi partner dialog!

Kunci Partner Dialog


Kesabaran, pengorbanan, keikhlasan dan keteladanan kunci untuk menjadi umat yang seimbang, menjadi partner dialog bagi orang lain Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (Muhammad [47]: 7) Menolong Allah (menolong Dia yang gaib menjadi nyata, berkondisi syahadat) harus kita hidupkan sebagai upaya mengembangkan mekanisme spiritual kita. Manusia punya kemampuan mengatur segala hal.

Evolusi Sisi Batin Manusia


Allah mengeluarkan kita dari kegelapan menuju terang benderang dengan cara mengevolusi sisi batin kita. Berbeda tatkala mengembangkan sisi lahir, ketika itu Allah menopang dengan sifat-sifat Nya yang berpasang-pasangan, Tuhan mengembangkan secara evolutif sisi batin manusia dengan sifatsifat manajerial Nya yang tunggal: (1) Al Khaliq (Maha Pencipta), (2) Al Bari (Yang Membebaskan), (3) Al Mushawwir (Yang Membentuk Rupa)

Al Khaliq (Maha Pencipta)


Sifat Allah Yang Maha Pencipta melatar-belakangi diri kita memiliki kemampuan mencipta. Sifat ini diamanatkan kepada manusia sebagai wakil Nya di muka bumi. Pengetahuan tersebut untuk pertama kali dipelopori oleh Nabi Musa. Pengikut-pengikut Musa as. Ialah orang-orang yang pertama kali yang sanggup mengungkapkan pengetahuan (ilmu) bahwa di balik segala sesuatu (materi) ada energi. Mereka yang mula-mula mengungkap sumberdaya alam. Efek negatif, kolonial-imperial.

Al Bari (Yang Membebaskan)


Sadar ingin menjalani kehidupan yang lebih baik, manusia berusaha menemukan pijakan lain. Isa as memunculkan/mendapatkan sesuatu yang baru membebaskan manusia dari peperangan, kolonialisasi dan imperialisasi. Sumber daya alam yang dia dapatkan diangkat menjadi nilai. Orientasi beraktivitas bukan lagi pada ilmu melainkan pada nilai. SDA tidak hanya bermanfaat bagi pemiliknya, tapi mengantar pemiliknya memiliki nilai didepan orang lain. Isa as bergelar Ruhullah (Ruh Allah)

Al Mushawwir (Yang Membentuk Rupa)


Manusia yang menimbun harta versus yang mengorbankan semua harta demi nilai, oleh Rasullah Muhammad saw disatukan . Kita kuasai dunia, kita kuasai akhirat. Dunia kita jadikan anak tangga dalam menggapai akhirat. Hadir sifat Al Mushawwir (Yg membentuk Rupa atau Menjadikan Wujud Baru); tumbuh kreativitas menzahirkan Tuhan dengan melakukan tindakan nyata. Melakukan tindakantindakan Tuhan yang dititipkan pada manusia.

Inspirasi untuk kehidupan kita


Tiga dari asmahul husna yaitu: Al Khaliq (Maha Pencipta), Al Bari (Yang Membebaskan), dan Al Mushawwir (Yang Membentuk Rupa) ini dapat menginpirasi kita memahami bagaimana cara kerja seorang arsitek. Bermula dari penciptaan ide dalam pikiran seorang arsitek, diikuti dengan gambar teknik yang detail dan akhirnya terujudnya bangunan yang dirancang oleh para tukang.

Penutup
Ada pesan yang perlu kita perhatikan, bahwa jika kita punya gagasan-gagasan yang baik jangan hanya disimpan dalam kepala saja. Kita harus mampu membebaskan ide tersebut dari otak kita agar bisa ditangkap oleh orang lain. Yang lebih penting lagi bagaimana membentuk rupa atau meujudkannya sehingga membuat gagasan kita itu bermanfaat bagi manusia.

Anda mungkin juga menyukai