Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Dasar Teori I.1.1 Pertolongan Pertama ( PPGD ) Pertolongan Pertama Pada Gawat Darurat (PPGD) adalah serangkaian usaha pertama yang dilakukan pada kondisi gawat darurat untuk menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat (cidera atau sakit mendadak). Prinsip utama PPGDadalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat. Filosofi PPGD adalah Time saving is Live saving yang berarti bahwa seluruh tindakan pada kondisi ini pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit (henti nafas selama 2-3 menit dapat menyebabkan kematian). Pertolongan pertama tidak melakukan penanganan medis yang sesuai, tetapi hanya memberikan bantuan sementara sampai didapatkan (bila diperlukan) perawatan medis, atau sampai dipastikan kemungkinan pulih tanpa perawatan medis, atau sampai dipastikan kemungkinan pulih tanpa perawatan medis. Pada kebanyakan kasus cidera dan penyakir membutuhkan hanya perawatan pertolongan pertama. Dari semua tindakan yang dilakukan selama pemeriksaan awal, penolong harus berhati-hati dan tidak memindahkan korban bila tidak penting untuk menyelamatkan jiwa. Semua gerakan yang tidak penting atau pengenanannya yang kasar harus dihindari karena dapat memperburuk cidera tulang belakang atau fraktur yang tidak terdeteksi. Dalam rangka untuk memberikan pertolongan pertama yang baik, penolong harus mampu mengidentifikasi cidera korban atau sakit mendadak dan menentukan keparahannya. Untuk mengetahui keparahannya, penolong harus mengikuti pendekatan sistematis atau yang dikenal sebagai pengkajian korban. Pengkajian korban bertujuan untuk (1) mendapatkan persetujuan korban, konsen polisi atau dalam keadaan darurat dapat dilakukan tanpa izin, (2) mendapatkan kepercayaan korban, (3) mengidentifikasi masalah korban dan menentukan kebutuhan PPGD, (4)

mendapat informasi tentang korban yang dapat berguna untuk pemberian layanan kedaruratan medis (LKM). Pengkajian korban secara medis dibagi menjadi dua langkah yaitu : 1. Pemeriksaan Primer yang meliputi A-B-C-(D-H) A= Airway D= Disability B=Breathing H=Hemorhagie C=Circulation

2. Pemeriksaan Sekunder yang meliputi a. Wawancara yang terdiri dari SAMPLE PAIN S=Symptom (Gejala/keluhan utama), A=Alergy, M=Medicine (Obat-obatan), P=Pain (Penyakit terdahulu), L=Last eat(makan terakhir), E=Excidence (Peristiwa yang terjadi sebelum kedaruratan), P=Periode(berapa lama), A=Area(di mana), I=Intensitas, N=Nulitas(apa yang menghentikannya). b. Pemeriksaan tanda-tanda vital c. Pemeriksaan tubuh secara keseluruhan dari kepala hingga kaki dan Tag (peringatan medis dipakai seperti kalung atau gelang yang menarik perhatian di saat terjadi keadaan darurat). Tag sebaiknya tidak dilepaskan dari orang yang mengalami cedera atau sakit.

Bila diperlukan, hubungi Sistem Layanan Kedaruratan Medis (LKM) untuk memberikan bantuan seperti regu penolong (pemadam kebakaran), polis, layanan ambulan (1-1-8) atau dokter pribadi. Beritahukan apa yang terjadi dengan menyebut: a. b. c. d. e. Jumlah korban Kesadaran korban Perkiraan usia dan jenis kelamin Lokasi kejadian secara lengkao Nama dan nomor telepon anda/pelapor

Persyaratan Dasar PPGD

1.Ada pasien yang tidak sadar 2.Kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong 3.Beritahu pada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong 4.Cek kesadaran pasien dengan melakukan metode AV-PU

Cara melakukan cek kesadaran pasien dengan metode AV-PU a. A (Alert) b. V (Verbal) : Korban sadar, jika tidak sadar lanjut ke poin V : Coba panggil korban dengan berbicara keras di ttelinga

korban dan usahakan jangan menggoyang atau menyentuh pasien, jika tidak ada respon lanjutkan ke P. c. P (Pain) : Beri rangsang nyeri pada pasien, dengan menekan

bagian putih pada kuku tangan tepatnya di pangkal kuku, dan dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal di atas bagian mata (supra orbital). d. U (Unresponsive) keadaan tidak sadar. I.1.2 Resusitasi Jantung Paru ( RJP ) Merupakan tindakan penggabungan penyelamatan pernapasan (dari mulut ke mulut) dengan kompresi dada eksternal. Tujuan RJP yang terpenting ialah mengusahakan sekuat tenaga agar ventilasi paru dapat pulih kembali seperti sediakala. RJP bermanfaat untuk menyelamatkan korban serangan jantung, kasus tenggelam, kekurangan nafas, tersengat listrik, dan kelebihan obat. RJP dilakukan pada saat jantung dan pernapasan korban telah berhenti bekerja. Penyelamatan pernapasan digunakan pada saat jantung masih berdenyut tetapi tidak ada pernapasan tidak ada. Seorang dokter gigi seharusnya mampu mengenali tanda-tanda serangan jantung, memberian RJP dan menghubungi LKM. Tanda-tanda serangan jantung meliputi: a. Nyeri dada atau rasa tak enak di bagian tengah dada (terutama sebelah iri), bisa menyebar ke bahu kiri, lengan kiri atas, leher kiri, rahang, dada dengan tengah dan : Jika tetap tidak bereaksi maka orang berada dalam

perut kiri bagian atas diikuti perasaan tertekan berat atay remyk yang berlangsung tak lebih dari beberapa menit atau berlalu hilang dan kembali. b.Sesak napas, sulit napas c. Pusing dan pingsan d.Mual, muntah e. Palpitasi (detak jantung yang tidak beraturan dan cepat) f. Keringat dingin g. Demam h. Rasa kembung atau perasaan tersedak (mungkin terasa seperti rasa panas dalam lambung)

RJP dapat digolongkan dalam tiga macam cara yaitu dengan pemberian (1) nafas bantuan, (2) nafas buatan dan (3) pijat jantung

I.1.2.1 Nafas Bantuan Nafas bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan frekuensi nafas pasien yang di bawah normal (frekuensi napas orang dewasa muda adalah 12-20 kali per menit). Jika frekuensi nafas : 6 kali per menit, maka harus diberi nafas bantuan di sela setiap nafas spontan sehingga total nafas permenitnya menjad normal (12 kali).

I.1.2.2 Nafas Buatan Nafas buatan adalah cara melakukan nafas buatan yang sama dengan nafas bantuan, tetapi nafas buatan diberikan pada pasien yang mengalami henti napas. Diberikan dua kali secara efektif agar dada dapat mengembang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan RJP yaitu: 1. Periksa kesadaran orang yang akan diberi bantuan pernapasan 2. Harus ada tenaga lain yang dapat menolong 3. Posisi penderita: Letakkan penderita dengan muka menghadapa ke atas (posisi telentang) pada dasar yang kokoh. Kontrol kepala dan leher ketika akan membalik penderita, terutama bila terdapat tanda-tanda trauma, fraktur atau luka-luka di dalam tubuh yang dapat memperburuk perawatan selanjutnya. Apabila penderita mengalami trauma medulla spinalis, pertahankan kepala penderita pada posisi netral dan gerakkan bersama badan sebagai satu bagian. 4. Membuat jalan napas dan menjaga agar jalan napas tetap terbuka 5. Upayakan agae ridak ada yang menghalangi jalan pernapasan seperti lidah, cairan lendir, muntah, yang mungkin dapat menghalangi gerakan udara melalui faring, demikian pula ikat pinggang, BH dan stagen harus dilonggarkan. Bagi penderita yang tenggelam, air masuk ke dalam paru atau lambung harus dikeluarkan.

Tindakan resusitasi perlu diperhatikan saat (1) denyut arteri mulai teraba, (2) mulai timbul pernapasan spontan, dan (3) secara bertahap kesadaran penderita pulih kembali. Tindakan resusitasi perlu dihentikan saat tindakan RJP efektif telah berlangsung selama 30 menit tetapi kriteria berikut dijumpai: a. Ketidaksadaran menetap b. Pernapasan spontan tidak muncul c. Pupil berdilatasi dan menetap d. Denyut nadi tidak teraba e. Denyut nadi karotis tidak teraba Penghentian resusitasi dilakukan mengingat pernapasan yang telah terhenti selama 30 menit biasanya menunjukkan kematian serebal atau pasien sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat), sehingga resusitasi dianggap tidak berguna lagi. Faktor lain yang mungkin dapat digunakan sebagai keputusan untuk menghentikan tindakan RJP adalah kondisi penolong yang telah lelah dan sudah tidak kuat lagi, bantuan sudah datang, dan atau perjanjian tertulis dengan pasien dan keluarganya untuk tidak melakukan resusitasi. I.1.2.3 Pijat Jantung Pijat jantung adalah usaha untuk memaksa jantung memompa darah ke seluruh tubuh. pijat jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis yang tidak teraba. Pijat jantung umumnya dikombinasikan dengan nafas buatan. 1.1.2.4 Prosedur Standar RJP 1. Bebaskan / longgarkan pakaian korban di daerah dada (buka kancing baju bagian atas agar dada terlihat 2. Posisikan diri disebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati kepala sejajar dengan bahu pasien. 3. Cekapakah ada tanda-tanda berikut : a. Luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra clavicula)

b. Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (terjatuh dari sepeda motor) c. Berdasarkan saksi pasien mengalami cidera di tulang belakang bagian leher. Tanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda kemungkinan terjadinya cidera di tulang belakang bagian leher/cervical. Cedera pada bagian ini sangat berbahaya karena di sini terdapat saraf-saraf yang mengatur fungsi vital manusia (napas dan denyut jantung) d. Jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah pernapasan dari mulut ke mulut e. Jika tanda-tanda tersebut, maka beralih ke bagian atas, jepit kepala pasien dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak bergerak lagi (imobilitas) dan lakukanlah Jaw Thust. Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher pasien. 4. Sambil melakukan (1) dan (2) diatas, kemudian dilakukan pemeriksaan kondisi Airway (jalan napas) dan breathing (pernapasan) pasien. Metode pengecekan nafas menggunakan metode Lool, Listen and Feet: (a) Look: Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernafas), apakah gerakan tersebut simetris atau tidak. (b) Listen : Dengarkan apakah ada suara nafas normal dan apakah ada suara nafas tambahan yang abnormal ( bisa timbul karena ada hambatan sebagian)

Gambar : cara mendengarkan, melihat dan merasakan nafas Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas: a. Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian atas ole adanya benda padat, jika ada suara seperti ini lakukan pengecekan langsung menggunakan cara cross finger untuk membuka mulut menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah. Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut pada tenggorokan korban. (mis: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut. b. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada

kebuntuan disebabkan oleh cairan (mis : darah), maka lakukanlah crossfinger (seperti di atas), lalu lakukan finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk menyapu rongga mulut dari cairan-cairan). c. Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebabkan karena

pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja. Jika suara nafas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan nafas, maka dapat dilakukan :
8

1. Back Blow, sebanyakk 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan di antara tulang scapula di punggung.

Catatan : Back blow tidak dilakukan untuk dewasa karena dikhawatirkan menjadi sumbatan lengkap/penuh.

2. Heimlich Manuever, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu menarik tangan kea rah belakang atas.

G Gambar 10.5 Cara Penata-laksanaan Heimlich Maneuver

Gambar 10.6 Metode Heimlich Maneuver 3. Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi, atau obesitas dengan cara memposisikan diri seperti gambar lalu mendorong lengan ke arah dalam atas. (4) Feel : Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa panas dari korban (5) Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernafasan pasien itu dalam 1 menit (pernafasan normal adalah 12 - 20 kali per menit). (6) Jika frekuensi nafas normal maka pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan Look, Listen, and Feel. (7) Jika frekuensi nafas < 12 kali per menit, maka berikan nafas bantuan ( detail tentang nafas bantuan di bawah) (8) Jika pasien mengalami nafas berikan nafas buatan

10

(9) Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlah pengecekan nadi arteri karotis yang terletak dileher (cek dengan 2 jari di tonjolan ditengah tenggorokan,lalu gerakkan jari kesamping,jangan terhambat oleh otot leher (sterno-kleidomastoideus), rasakan denyut nadi karotis selama 10 detik. (11) Cek lagi nadi karotis (dengan metode di atas) selama 10 detik, jika teraba lakukan Look, Listen, and Feel lagi. Jika tidak teraba ulangi poin nomor 10; atau dihentikan (lihat syarat RJP).

11

(12) Setelah berhasil mengamankan kondisi di atas periksalah tanda tanda shock pada pasien. a) Denyut nadi > 100 kali per menit b) Telapak tangan basah, dingin, dan pucat c) Capillary Refill Time (CRT) > 2 detik (CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku pasien dengan kuku pemeriksaan selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yang dibutuhkan agar warna kuku merah lagi. (13) Jika pasien shock lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan mengang-kat kaki pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke jantung. Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda tanda shock menghilang. (14) Jika ada perdarahan pada pasien, hentikan perdarahan dengan cara menekan atau membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat mengakibatkan jaringan yang dibebat mati). (15) Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look, Listen, and Feel,karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.

1.1.3 Perlindungan Diri Bagi Penolong (1) Pastikan tempat member pertolongan tidak akan membahayakan penolong dan pasien, (2) Minimalisasi kontak langsung dengan pasien untuk mencegah penularan penyakit, (3) Selalu memperhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertama adalah tindakan yang sangat memakan energi. Jika dilakukan dengan kondisi tidak fit, justru akan membahayakan penolong sendiri.

12

BAB II HASIL PENGAMATAN A. PERTANYAAN 1. Jelaskan mengapa mahasiswa fakultas kedokteran gigi memerlukan pengetahuan ttg BLS? 2. Apa yang anda lakukan apabila anda temukan gigi tiruan pasien anda tertelan? 3. Apa gunanya metode back blow di bidang kedokteran gigi? 4. Apa gunanya metode Heimlich Maneuver di bidang kedokteran gigi? 5. Apa gunanya metode Chest Thrust di bidang kedokteran gigi? 6. Apa yang anda lakukan pada saat anda jumpai pasien anda mengalami pingsan setelah dilakukan anastesi? Jelaskan! B. JAWABAN 1. Karena BLS merupakan pertolongan pertama yang harus dilakukan pada pasien yang mengalami keadaan yang mengancam nyawa. Sesuai dengan Kep. Menkes no 39 tahun 2007, bahwa salah satu ruang lingkup kerja dokter gigi adalah memberikan pelayanan darurat ( basic emergency care ) yang terdiri dari BLS 2. Apabila ada gigi tiruan pasien tertelan akan terdengar suara snoring ( seperti orang ngorok ). Jika terdengar snoring , lakukan pengecekan langsung dengan cara cross finger untuk membuka mulut ( menggunakan 2 jari , yaitu ibu jari mendorong rahang atas ke atas , telunjuk mendorong rahang bawah ke bawah ). Setelah terlihat gigi tiruan yang tertelan / tersangkut di tenggorokan , pindahkan gigi tiruan yang tersangkat tersebut. 3. Black Blow dilakukan ketika pada pasien tidak terdengar suara nafas karena ada hambatan total pada jalan nafas. Jadi fungsinya adalah untuk mengeluarkan sumbatan dan untuk memperlancar jalan nafas pada pasien. Dilakukan dengan cara memukul menggunakan telapak tangan daerah diantara tulang scapula di punggung

13

4. Fungsi Hemlich Maneuver sama dengan back blow maneuver. Hemlich maneuver dilakukan jika back-blow maneuver tidak berhasil mengeluarkan benda yang tertelan. Dilakukan dengan cara menekan ulu hati, sehingga dilakukan jika benda yang tertelan sudah mencapai perut.

5. Chest Thrust sama dengan Heimlich Maneuver yaitu dilakukan ketika pasien tidak terdengar suara nafas karena ada hambatan total pada jalan nafas. Fungsinya untuk mengeluarkan sumbatan dan untuk memperlancar jalannya nafas. Chest Thrust dilakukan pada ibu hamil , bayi atau obesitas dengan cara pasien berbaring atau berdiri lalu mendorong tangan kearah dalam atas. 6. Langkah langkah yang harus dilakukan : Baringkan pasien dengan posisi datar tanpa alas kepala, kemudian longgarkan pakaian korban di daerah dada (buka kancing baju di bagian atas agar dada terlihat) Lakukan metode Head filtdan jaw trust untuk membebaskan jalan nafas Lakukan upaya pembukaan rongga mulut Lakukan simulasi untuk mengeluarkan benda asing yang terdapat dalam mulut penderita (periksa mulut dengan jari, tarik lidahnya dan periksa jalan nafas) Mintalah bantuan untuk pertolongan lebih lanjut Bangunkan pasien untuk memastikan apakan pasien benar- benar tidak sadar Periksa nafas dengan metode look,listen and feel. Lakukan pijat jantung dengan posisi sejajar bahu pasien sebanyak 30 kali dengan jeda pemberian nafas buatan 2 kali tiupan.

14

BAB III PEMBAHASAN

Keadaan gawat darurat bisa terjadi kapan saja, bagi siapa saja dan dimana saja.kemampuan menanggulangi kegawat daruratan ini sangat di perlukan baik di area pre hospital maupun intra hospital, maka Mahasiswa kedokteran gigi penting sekali memiliki pengetahuan tentang PPGD dan RJP karena ketika menghadapi pasien yang tiba-tiba tidak sadarkan diri ataupun dalam kondisi gawat darurat, agar dapat langsung memberikan pertolongan pertama untuk menyelamatkan jiwa pasien sebelum akhirnya diberikan perawatan yang sesuai dengan keadaan korban. Selain itu, ketika menemui korban yang dalam kondisi gawat darurat tibatiba dijalan,sebagai petugas kesehatan yang paham tentang medis di tuntut kesiapan untuk mengantisipasi hal tersebut sehingga kita dapat langsung memberi pertolongan pertama. Pertolongan black blow maneuver dilakukan apabilapada pasien terjadi kasus tersedak benda padat. Apabila ada pasien yang tertelan gigi tiruannya, yang harus kita lakukan sebagai dokter gigi adalah adalah memberikan PPGD yang selanjutnya dilakukan pemeriksaan apakah gigi tiruan masih dapat diambil atau tidak. Ketika masih bisa diambil dilakukan dengan metode jaw thrust dan sengan cara cross finger untuk mmbuka mulut (menggunakan 2 jari yaitu ibu jari dan jari telunjuk yang digunakan untuk chin lift, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah) dan pindahkan gigi tiruan tersebut. Namun, jika sudah tertlan dilakukan dengan metode black blow maneuver atau heimlich maneuver saat gigi tiruan sudah tertelan mencapai abdomen pasien. Pertolongan black blow maneuver selain berguna saat terjadinya kasus tersedak benda padat, pertolongan ini juga digunakan untuk membebaskan jalan napas saat terjadi henti napas pada pasien bayi atau anak-anak. Pertolongan heimlich maneuver dilakukan apabila perawatan dengan metode black blow maneuver tidak berhasil. Metode black blow maneuver dan metode heimlich maneuver sebenarnya memiliki fungsi yang sama, perbedaannya

15

pada metode heimlich maneuver dilakukan penekanan pada ulu hati dan dilakukan apabila benda padat sudah tertelan sudah sampai pada abdomen serta berfungsi untuk untuk membebaskan jalan napas saat terjadi henti napas pada pasien bayi, anak-anak, dan orang dewasa untuk korban sadar dan tidak sadar. Metode chest thrust sebenarnya sama saja dengan metode heimlich maneuver, perbadaannya pada metode chest thrust yang ditekan adalah dada atau tulang rusuk. Jika menjumpai pasien kecelakaan yang tidak sadarkan diri, kita bisa memberikan PPDG dengan langkah awal pengkajian korban yang meliputi pernafasan dan peredaran darahnya. Jika pasien pingsan, yang diperiksa adalah pernafasannya melalui terangkatnya dada dengan metode Look, Listen and Feel. Hal lain yang perlu diperiksa yaitu pupil mata dan denyut nadi pada arteri carotis. Apabila korban tidak menunjukkan tanda-tanda kesadaran, maka segera dilakukan pijat jantung. pijat jantung di lakukan dengan posisi sejajar bahu pasien sebanyak 30 kali dengan jeda pemberian nafas buatan 2 kali tiupan. Selagi pasien belum sadarkan diri maka lakukan pemijatan jantung secara terus menerus sampai layanan kedaruratan medis datang. Pada praktikum RJP yang dilakukan , teknik CAB (Circulation, Airway dan Breathing) dipilih dalam praktikum tersebut. Praktikum dilakukan dengan menggunakan manekin yang diposisikan berbaring diatas matras / tikar. Dilakukan pemeriksaan ada tidaknya henti jantung dan henti napas. Dianggap terjadi henti jantung dan henti napas karena pada praktikum menggunakan menuquene, sehingga harus dilakukan RJP. Setelah itu dilakukan pijat jantung dengan tekanan dalam 3 inci (5 cm) 30 kali dan diselingi dengan 2 kali napas bantuan. Keberhasilan ini ditandai dengan menyalanya lampu hijau pada manekin sebagai indicator keberhasilan serta adanya pernapasan yang ditandai dengan kembang kempisnya dada manekin yang tersedia.

16

BAB IV KESIMPULAN 1. Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat ( PPDG ) adalah serangkaian usaha pertama yang dilakukan untuk menyelamatkan pasien dalam kondisi gawat darurat. 2. RJP atau resusitasi kardiopulmonal adalah tindakan yang dilakukan pada orang yang mengalami gangguan transport oksigenasi, baik yang diakibatkan karena pernapasan berhenti maupun gangguan sistem sirkulasi. 3. RJP diberikan pada kondisi tertentu seperti henti jantung dan henti nafas, henti nafas tanpa henti jantung atau henti jantung tanpa ditandai dengan henti nafas. 4. Gangguan transport oksigen karena berhentinya pernapasan diatasi dengan melakukan manouvere-manouver antara lain : membebaskan jalan napas, memeriksa pernapasan, memberikan pijat jantung dan napas buatan dan pemeriksaan nadi karotis.

17

BAB V DAFTAR PUSTAKA


-http://www.scribd.com/doc/45828899/Airway-Management-Kgd - Bantuan Hidup Dasar. Diakses dari http://www.scribd.com/doc/4535323/bantuanhidup-dasar. -

http://akatsuki-ners.blogspot.com/2010/12/pertolongan-pertama-pada-gawat-

darurat.html - Dobson, Michael B; alih bahasa, Adji Dharma. 1994. Penuntun Praktis Anestesi (at the district hospital ). Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai