Anda di halaman 1dari 34

ENGINEERING CONSULTANT

BAB-3
ANALISA EROSI DAN SEDIMENTASI

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

ENGINEERING CONSULTANT

BAB-3 ANALISA EROSI DAN SEDIMENTASI

3.1 METODOLOGI Salah satu komponen yang penting dalam teknik konservasi adalah adanya erosi dan sedimentasi : 1. Erosi Lahan Evaluasi terhadap proses terjadinya erosi, perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar potensi atau tingkat bahaya erosi yang terjadi, pada suatu kawasan atau bidang tanah, serta untuk mendeteksi besarnya indeks bahaya erosi, yang telah terjadi.Tingkat bahaya erosi yang terjadi dinyatakan dalam Indeks Bahaya Erosi (IBE) dan didefinisikan sebagai berikut :

Indeks Bahaya Erosi =

Kehilangan Tanah ( ton / Ha / Tahun ) T ( ton / Ha / Tahun )

Dimana nilai T adalah merupakan suatu jumlah kehilangan tanah yang disebabkan oleh terjadinya suatu proses pelarutan pada permukaan tanah akibat tumbukan dan aliran air hujan yang masih dapat diberikan toleransi.Selanjutnya batasan tingkat bahaya erosi dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel dibawah ini. Tabel 3-1: Klasifikasi Tingkat Bahaya Bahaya Erosi
EROSI Solum Tanah (cm) A.Dalam > 90 B.Sedang 60-90 C.Dangkal 30-60 D.Sangat Dangkal <30 Kelas Bahaya Erosi (ton/ ha/ tahun) I (<12.5) SR R S B II(12.5-50) R S B SB III(50-125) S B SB SB IV(125-330) B SB SB SB V(>330) SB SB SB SB

Keterangan : SR =Sangat Ringan; R=Ringan; S=Sedang; B=Berat; SB=Sangat Berat

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-1

ENGINEERING CONSULTANT

2. Sedimentasi Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil sedimentasi dalam suatu DPS terdiri dari jumlah dan intensitas curah hujan, formasi geologi dan tipe tanah, tata guna lahan, topografi, erosi daerah hulu, limpasan permukaan, karakteristik sedimen dan karak-teristik hidraulika saluran. Dalam hal ini terdapat hubungan antara kecepatan, konsentrasi dan debit sedimen dari suatu aliran dengan berbagai macam kedalaman. Kecepatan aliran, semakin ke dasar sungai akan semakin berkurang dan kecepatan minimum terjadi pada dasar sungai. Sebaliknya, konsentrasi sedimen bertambah dan mencapai maksimum pada dasar sungai. Berdasarkan asalnya sedimen, maka Breussers (1979) membagi jenis sedimen sebagai berikut : 1) Material angkutan dasar (bed material transport) dimana asal materialnya dari saluran itu sendiri, yaitu dari angkutan dasar (bedload) maupun dari angkutan melayang (suspended load) dan ditentukan oleh kondisi dan dasar aliran. 2) Muatan kuras (wash load), materialnya datang dari sumber di luar saluran (erosi) dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan kondisi setempat.
Bed Material Transport Bed Load

Asal

Mekanisme

Wash Load

Suspended Load

Gambar 3-1: Skema penggolongan sedimen (Bruessers,1979) Salah satu cara menghitung besarnya erosi yang terjadi pada suatu lahan adalah dengan menggunakan Metode USLE (Universal Soil Loss Equation).Persamaan Umum USLE adalah sebagai berikut:

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-2

ENGINEERING CONSULTANT

A = R K L S C P
dimana : A S R C K P L = = = = = = = Besarnya Erosi (ton/ha/th) Faktor kemiringan Lereng (%) Faktor erosivitas hujan Faktor Pengolalaan Tanaman Erodibilitas tanah Faktor Konservasi Tanah Faktor Panjang lereng

Model USLE ini merepresentasikan suatu DPS sebagai kumpulan elemen bujur sangkar (square cells) seperti terlihat dalam gambar di atas ini, dimana didalamnya parameter-parameter (jenis tanah, kondisi permukaan, vegetasi, topografi dll) yang signifikan dalam seluruh proses hidrologi diasumsikan homogen. Dari persamaan umum USLE, besarnya erosi dapat diperoleh dari perkalian parameter-parameter seperti digambarkan pada Gambar berikut :

Erosi adalah Fungsi dari

Erosivitas

Erodibiltas

Curah Hujan

Karakteristik Fisik

Management

Energi

Management Tanah

Management Tanaman

LS

Sumber : N.Hudson, Soil Conservation,1970 Gambar 3-2: Hubungan Erosivitas dan Erodibilitas

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-3

ENGINEERING CONSULTANT

1)

Faktor Erosivitas hujan (R) :

Faktor erosivitas hujan adalah hasil perkalian antara energi kinetik hujan (E) dari suatu kejadian hujan dengan intensitas maksimum selama 30 menit (I30 ). Di Indonesia, faktor erosivitas hujan dihitung berdasarkan hasil penelitian dari Bols (1978) dengan persamaan sebagai berikut :

EI 30 = 6 ,119 (Rain )
Dimana : Rain = Rb Days = D MaxP = Rm

1 ,21

(Days )

0 ,47

(MaxP )

0 ,53

= Curah hujan rata-rata bulanan (cm) = Jumlah hari hujan rata-rata perbulan (hari) = Curah hujan maks.rata-rata selama 24 jam dalam sebulan (cm)

Kemudian untuk menentukan faktor erosivitas hujan digunakan persamaan:

R = (EI 30 )
n =1

12

Dimana : R n 2) = Faktor erosivitas hujan = Periode bulan yang bersangkutan Faktor Erodibilitas Tanah (K)

Klasifikasi erodibilitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3-2: Klasifikasi Erodibilitas Tanah Kelas 1 2 3 4 5 Nilai K 0,00 0,10 0,11 0.20 0.21 0.32 0.33 0.43 0.44 0.55 Klasifikasi Erodibilitas Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Agak tinggi Tinggi

6 0.56 0.64 Sangat tinggi Sumber : Arsyad, Konservasi Tanah dan Air 1989 3) Faktor Lereng (LS)

Pada persamaan Metode USLE, faktor panjang lereng (L) dan faktor kemiringan Lereng (S) biasa digabungkan menjadi faktor lereng. Untuk Kemiringan Lereng (S) < 20 %, diambil :
Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-4

ENGINEERING CONSULTANT

/2 LS = L1 0 ,0138 + 0 ,00965 S + 0 ,00138 S 2 0

Untuk Kemiringan Lereng (S) > 20 %, diambil :

L LS = 0 22,1
Dimana : LS = Lo =

0, 6

S 9

1, 4

Faktor kemiringan lereng Panjang aliran diatas tanah Tabel 3-3: Klasifikasi Lereng Kemiringan lereng ( % ) 03 38 8 15 15 30 30 45 45 65 Datar Landai atau berombak Agak miring atau bergelombang Mering atau berbukit Agak Curam Curam Klasifikasi Lereng

> 65 Sangat Curam Sumber : Arsyad,Konservasi Tanah dan Air 1989 4) Faktor Pengelolaan Tanaman dan Konservasi (C P)

Faktor pengelolaan Tanaman di pengaruhi oleh jenis vegetasi, keadaan permukaan tanah, dan pengelolaan lahan terhadap besarnya tanah yang tererosi sehingga besar-nya C tidak konstan sepanjang tahun. Faktor tanaman ( C ) merupakan perbandingan erosi dari lahan yang ditanami searah dengan lereng terhadap erosi dari lahan yang terus menerus dalam keadaan tanah diolah tapi tidak ditanami dimana factor lain lainnya sama. Faktor Pengelolaan ( P ) merupakan perbandingan antara jumlah tanah tererosi pada keadaan lahan dimana diterapkan tindakan konservasi tanah terhadap jumlah tanah yang tererosi pada lahan yang ditanami menurut pola penanaman searah kemiringan lereng.

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-5

ENGINEERING CONSULTANT

Tabel 3-4: Perkiraan Nilai C x P dari Berbagai Jenis Tata Guna Tanah
No 1 Jenis Penggunaan Tanah Hutan :
Tak

Nilai C x P 0,001 0,003 0,005 0,01 0,10 0,02 0,07 0,20 0,01 0,07 0,01 0,02 0,06 0,65 0,63 0,51 0,36 0,43 0,02 0,28 0,19

terganggu Undergrowth Tanpa Undergrowth dan seresah Semak Tak terganggu Sebagai rumput Kebun Campuran asli Kebun Kebun pekarangan Perkebunan Penutupan tanah sempurna Penutupan tanah sebagian Perumputan Penutupan tanah sempurna Ditumbuhi alang-alang Pembakaran alang-alang setahun sejali Jenis serai ( citronella grass ) Tanaman Pertanian Umbi-Umbian bakar Biji-bijian Kacang-kacangan Campuran Padi Irigasi Perladangan 1 tahun tanam, 1 tahun bera 1 tahun tanam, 2 tahun bera
Tanpa

Sumber: Cara Evaluasi Erosi dan Sedimentasi Puslitbang Pengairan Departemen PU

5)

Klasifikasi Erosi

Dari hasil perhitungan erosi dapat ditentukan dengan klasifikasi erosi, seperti terlihat pada Tabel berikut : Tabel 3-5: Klasifikasi Erosi Klasifikasi Erosi Sangat Berat Berat Sedang Kecil Besarnya erosi (ton / ha/ th) > 330 25-330 50-125 12,5-50

< 12,5 Sangat Kecil Sumber : Soewarno, Hidrologi, 1991 6) Perhitungan Sedimen

Perhitungan angkutan sedimen di lahan dapat ditentukan dengan persamaan SDR (Sediment Delivery Ratio), sedangkan angkutan sedimen melayang di saluran dengan persamaan Qs (Angkutan sedimen melayang, Suspended Load).
Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-6

ENGINEERING CONSULTANT

Sebagai sedimen hasil proses erosi akan terbawa dan masuk kedalam saluran atau sungai, dan sebagian lagi akan tetap tinggal di dalam DPS. Besarnya angkutan sedimen dapat ditentukan dengan terlebih dahulu memperkirakan harga SDR. Harga SDR dapat di tentukan dengan persamaan sebagai berikut :

SDR =
dimana : SDR Ea = =

Angku tan se dim en Ea

sediment Delivery ratio (%) erosi aktual (ton/tahun)

Kemudian untuk mencari besarnya angkutan sedimen di lahan, persamaan diatas dapat di ubah menjadi persamaan berikut ini : Angkutan sedimen di lahan = Ea x SDR Jika data-data pada suatu DPS tidak lengkap maka harga SDR dapat di tentukan dari Tabel berikut : Tabel 3-6: Harga SDR No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Luas DAS (Km2) 0.1 0.5 1 5 10 50 100 200 500 SDR (%) 53 39 35 27 24 15 13 11 8.5 4.9

10 26000 Sumber : Arsyad, 1989

Upaya Konservasi dilakukan dengan metode struktur dan non struktur. Upaya struktur dengan cara membuat bangunan seperti cek dam, perkuatan tebing, terasiring, guludan, terjunan, embung. Upaya non struktur dengan cara melakukan penghijauan, reboisasi, perbaikan lembaga.

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-7

ENGINEERING CONSULTANT

3.2 ANALISA EROSI DAN SEDIMENTASI LAHAN Persamaan yang digunakan untuk melakukan analisis erosi lahan adalah USLE. Hasil persamaan tersebut di dapatkan dengan dengan cara mengoverlaykan peta hujan tahunan, kemiringan lereng, tanah dan penggunaan lahan. 3.2.1 Erosivitas Data yang digunakan adalah curah hujan tahunan. Setelah dilengkapi data hujan menjadi sebagai berikut: Tabel 3-7: Curah Hujan Tahunan Rata - Rata
No Tahun Gapit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Kedindi tdk tdk tdk tdk tdk tdk tdk tdk tdk tdk tdk tdk tdk tdk tdk Kumbe lengkap lengkap lengkap lengkap lengkap lengkap lengkap lengkap lengkap lengkap lengkap lengkap lengkap lengkap lengkap 2543.4 1322.3 1259.7 Paradowane 1395.2 1317.6 1037.0 1990.2 1957.4 2062.4 1341.0 794.0 1328.9 1212.1 1069.3 1516.4 1231.5 2123.3 894.2 1803.9 860.3 1432.2 Data Hujan Tahunan ( mm ) Pos Hujan Pungkit Atas Rea Atas 1256.6 1806.1 1672.7 2344.3 2267.5 1181.0 1383.1 1493.5 1763.1 1415.1 1460.4 1919.7 1235.0 1499.9 1396.0 2296.9 1008.4 1352.7 2135.2 2175.3 1164.3 1928.1 2058.7 1512.0 1779.2 827.4 1403.7 878.8 1558.1 1597.8 1770.0 1056.3 1321.4 2132.6 1790.9 1666.6 Semongkat 1818.3 1386.8 1272.4 2537.0 2734.1 2426.7 1943.5 1770.7 1239.3 1257.3 1665.8 1665.4 1774.5 1129.4 1000.0 1440.9 1654.8 2317.5 Sumi 1394.6 872.3 903.2 845.6 1473.9 1035.0 576.6 795.4 718.0 805.7 723.4 908.6 765.0 1319.9 555.1 1624.9 1071.0 1659.0 Tepas 2612.8 2343.3 2479.4 3182.0 3019.5 2258.5 2098.2 1855.3 1676.7 1229.1 1788.1 1919.2 1818.3 1617.2 1041.3 1552.4 1893.3 2587.4 Utan Re 1176.8 933.6 869.1 1353.6 1436.0 949.4 1181.3 1082.3 907.1 888.0 1132.5 651.4 679.7 1030.6 640.9 893.4 1142.0 1421.0

1461.0 tdk lengkap 1198.0 2286.1 1410.0 tdk lengkap 1302.4 tdk lengkap 2301.0 1201.9 1123.8 1886.2 3244.4 607.8 1150.7 690.1 1187.8 763.3 704.0 701.7 748.9 749.2 1187.6 932.6 637.1 726.5 737.1 1047.4 713.6 717.9 1209.3 2543.4 677.5 1322.3 960.5 1259.7

Rata-Rata Tahunan

1219.7

1162.4

1708.5

1409.3

1597.3

1597.6

1724.1

1002.6

2054.0

1020.5

sumber : Data Hujan Harian Kumbe data hujan terlalu sedikit tidak digunakan Kedindi digunakan data mulai 1999 sudah lebih dari 10 tahun

Dengan persamaan : EI = 2,34 x ( R/100 )1,98 Maka didapatkan nilai erosivias sebagai berikut : Tabel 3-8: Nilai Erosivitas
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pos Gapit Kedindi Kumbe Paradowane Pungkit Atas Rea Atas Semongkat Sumi Tepas Utan Re R mm 1,219.71 1,162.41 1,708.47 1,409.27 1,597.33 1,597.58 1,724.14 1,002.62 2,054.00 1,020.49 EI KJ/ha 331.13 301.04 645.32 440.78 564.85 565.03 657.09 224.63 929.32 232.62

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-8

ENGINEERING CONSULTANT

Sumber: Analisa Konsultan Tahun 2013

Gambar 3-3: Peta Curah Hujan

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-9

ENGINEERING CONSULTANT

3.2.2 Kemiringan Lereng Data yang digunakan adalah peta kemiringan lereng seperti pada tabel dan gambar berikut: Tabel 3-9: Nilai Faktor Kemiringan Lereng (LS)

No 1 2 3 4 5

Label 0-8 8 - 15 15 - 25 25 - 40 40 - 50

Nilai LS 0.4 1.4 3.1 6.8 9.5

Luas 382813.43 250605.36 318819.78 351569.7 208724.76 1512533

3.2.3 Faktor Erodibilitas Data yang digunakan adalah peta tanah, dimana nilai erodibilitasnya di tentukan dari hasil pendekatan dengan penelitian yang pernah dilakukan: Tabel 3-10: Nilai Faktor Erodibilitas Tanah (K)
No SPT Landform Sublandfor Pesisir Pantai Dataran Aluvial Dataran Aluvial Dataran Karst Dataran Karst Perbukitan Karst Perbukitan Karst Perbukitan Karst B_Induk Aluvium Aluvium Aluvium Klasifikasi tanah Soil Survey Great Group Staff, 1998 Dominan Udipsamments Endoaquents Entisols Haplusterts Endoaquepts Haplusterts Haplustepts Klasifikasi Tanah Puslitan, 1995 Tanah berpasir Nilai K 0.34 0.201 0.187 0.323 0.302 0.302 0.172 0.172 0.302 0.172 0.187 0.302 0.323 0.304 0.302 0.323 0.323 Luas (Ha) 9559 261675 5319 8411 9203 21467 16206 41022 7873 3135 21499 57898 70783 74167 37779 31143 835394 1512533

1 8 Marin 2 30 Aluvial 3 31 Aluvial 4 32 Karst 5 35 Karst 6 40 Karst 7 45 Karst 8 51 Karst

Vertisols Komplek grumosol, regosol dan tanah mediteran Vertisols Grumosol abu-abu hitam Inceptisols Komplek tanah mediteran coklat dan litosol Inceptisols Komplek regosol dan litosol Inceptisols Komplek regosol dan litosol Mollisols Komplek regosol abu-abu dan litosol Mollisols Komplek regosol abu-abu dan litosol Inceptisols Komplek regosol dan litosol Mollisols Komplek regosol abu-abu dan litosol Vertisols Grumosol abu-abu hitam Inceptisols Komplek regosol dan litosol Inceptisols Komplek tanah mediteran coklat dan litosol Regosol abu-abu Inceptisols Komplek regosol dan litosol Inceptisols Komplek tanah mediteran coklat dan litosol Inceptisols Komplek tanah mediteran coklat dan litosol

Batu Gamping Haplustepts Haplustalfs Batu Gamping Haplustepts Ustorthents Batu Gamping Haplustepts Ustorthents Batu Gamping Haplustolls Ustorthents Batu Gamping Haplustolls Ustorthents Haplustepts Ustorthents Haplustolls Argiustolls Haplusterts Haplustepts Haplustepts Ustorthents Haplustepts Haplustalfs Haplustepts Ustorthents Haplustepts Haplustalfs Haplustepts Haplustalfs

9 81 Tektonik/Struktural Perbukitan Tektonik Sedimen 10 85 Tektonik/Struktural Perbukitan Tektonik Sedimen 11 121 Volkan 12 129 Volkan 13 130 Volkan 14 141 Volkan 15 147 Volkan 16 148 Volkan 17 168 Volkan Dataran Volkan Dataran Volkan Dataran Volkan Kerucut Volkan Kerucut Volkan Volkanik Volkanik Volkanik Volkanik Volkanik

Ustipsamments Haplustands Entisols

Perbukitan Volkan Volkanik Pegunungan Volkan Volkanik

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-10

ENGINEERING CONSULTANT

3.2.4 Faktor Penggunaan Lahan Dan Pengelolaan Data penggunaan lahan dan pengelolaan yang digunakan adalah peta penggunaan lahan serta data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3-1, dimana nilai CP di tentukan dari hasil pendekatan dengan penelitian yang pernah dilakukan: Tabel 3-11: Nilai Faktor Penggunaan Lahan (CP)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Semak/Belukar Pertanian Lahan Kering Campur Semak Sawah Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan mangrove primer Hutan tanaman Permukiman Tanah terbuka Savana Hutan mangrove sekunder Belukar rawa Pertanian lahan kering Tambak Transmigrasi Pertambangan Kawah GL_2010 Nilai CP 0.01 0.40 0.02 0.00 0.01 0.00 0.20 0.20 1.00 0.10 0.00 0.00 0.05 0.00 0.20 1.00 0.00 Luas (Ha) 476456 207417 69012 377021 271178 3472 953 4655 11978 3670 4719 694 64558 11406 191 1572 3584 1512533

3.2.5 EROSI DAN SEDIMENTASI Berdasarkan data data tersebut di atas perkiraan erosi dengan metode USLE hasilnya adalah seperti ditunjukkan Gambar 3.7. penentuan harga SDR untuk masinh-masing DAS selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3-2.

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-11

ENGINEERING CONSULTANT

Sumber : SRTM DEM dan Analisa Konsultan 2013

Gambar 3-4: Kemringan Lereng


Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-12

ENGINEERING CONSULTANT

Sumber: Peta Tanah Eksplorasi Indonesia, Balitbang Tanah

Gambar 3-5: Peta Jenis Tanah

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-13

ENGINEERING CONSULTANT

Sumber : Data Spasial Penggunaan Lahan Tahun 2011, Kemenhut

Gambar 3-6: Peta Penggunaan Lahan WS Sumbawa

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-14

ENGINEERING CONSULTANT

80% 60% 40% 20% 0%

66%

25% 3% 0 - 15 15 - 60 60 - 180 3% 180 - 480 3% > 480

Kelas 1 2 3 4 5

Kelas Besarnya Erosi (ton/ha/th) Keterangan < 15 Erosi sangat ringan (SR) 15 60 Erosi ringan (R) 60 180 Sedang (S) 180 480 Erosi berat (B) > 480 Erosi sangat berat (SB)

Sumber : Analisa Konsultan 2013

Gambar 3-7: Erosi di Wilayah Sungai Sumbawa


Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-15

ENGINEERING CONSULTANT

Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk tabel yang dapat dilihat pada Lampiran 3-3. Berdasarkan perhitungan didapatkan hasil bahwa pada umumnya erosi di wilayah Sungai Sumbawa masih kecil, yang mengalami erosi sangat berat ada di DAS sebagai berikut : 153. 221 546 DAS Dorombolo DAS Wonto DAS Toro Sitau

Berdasarkan perhitungan terdapat 43 DAS yang mengalami erosi berat sehingga dapat dikategorikan berpotensi erosi dan sedimentasi yaitu sebagai berikut: 003 004 005 006 036 037 038 039 040 041 162 167 173 208 215 DAS Selupi DAS Remo DAS Tuananga DAS Aiboro DAS Netundra DAS Maras DAS Jatialam DAS Batugong DAS Empan DAS Kencana DAS Laju DAS Nea DAS Kalua DAS Lambu DAS Luba 217 218 219 222 223 224 225 227 260 264 267 268 269 270 271 DAS Sengari DAS Lambe DAS Wodi DAS Wadupaa DAS Diwujarah DAS Amu DAS Punti DAS Sarita DAS Oipau DAS Tengge DAS Kalo Satu DAS Poja DAS Lia DAS Ndao DAS Ntimu 272 277 293 294 328 329 332 475 494 540 542 545 547 DAS Angi DAS Waitia DAS Ndata DAS Pana DAS Mada DAS Doronaru DAS Paranggajara DAS Tongoloka DAS Labujontal DAS Oipeto DAS Barano DAS Mantau DAS Sangian

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-16

ENGINEERING CONSULTANT

3.3 EROSI DAN SEDIMENTASI DI LOKASI PEKERJAAN 3.3.1 Erosi Dinding Sungai Berdasarkan hasil survey di lapangan, teradapat beberapa lokasi dimana terjadinya erosi dinding sungai. Keterangan: Erosi pada bangunan bronjong Lokasi : DAS Sekongkang Tengah II Jembatan Sekongkang 2 Koord : 08057'58,9" LS 116045'01,4" BT

Keterangan: Erosi pada dinding sungai dan sebagian bangunan jembatan Lokasi : DAS Sekongkang Tengah II Jembatan Sekongkang 2 Koord : 08057'58,9" LS 116045'01,4" BT Keterangan: Erosi pada dinding sungai akibat luapan air sungai Lokasi : Das Rea Tengah I Desa Tepas Koord : 080 43'21,1" LS 1160 54'57,7" BT

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-17

ENGINEERING CONSULTANT

Keterangan: Erosi pada bangunan bendung Lokasi : DAS Tarei Hulu Bendungan Rababaka Koord : 08030'59,6" LS 118025'25,3" BT

Keterangan: Erosi pada dinding sungai Lokasi : DAS Tarei Tengah Jembatan Balibunga Koord : 08032'19,1" LS 118025'51,0" BT

Keterangan: Erosi pada bangunan bronjong Lokasi : DAS Dadi Hilir Jembatan Sori Sondosia Koord : 08029'32,8" LS 116032'09,6" BT

Keterangan: Penumpukan sampah pada dinding sungai Lokasi : DAS Rea Hilir I Jembatan Brang Rea Koord : 08044'39,0" LS 116051'29,8" BT

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-18

ENGINEERING CONSULTANT

3.3.2 Longsor Berdasarkan hasil survey di lapangan, teradapat beberapa lokasi dimana terjadinya longsor. Keterangan: Erosi pada tebing jalan Lokasi : Kabupaten Dompu Koord : 08034'29,6" LS 118017'06,5" BT

Keterangan: Erosi pada tebing jalan Lokasi : Kabupaten Dompu Koord : 08035'02,7" LS 118016'57,9" BT

Keterangan: Erosi pada tebing jalan merusak bangunan bronjong Lokasi : Kabupaten Dompu Koord : 08040'19,3" LS 118011'47,5" BT

Berdasarkan rencana pengembangan sumber daya air wilayah sungai Sumbawa pada RTRW dan RPJMD Provinsi dan Kabupaten kawasan rawan longsor, yaitu: 1. Kabupaten Dompu : Tambora, Ranggo dan Paradowane 2. Kabupaten Sumbawa Barat : Taliwang (Sebubuk, Pakirum, Poto Batu, Lamunga), Poto Tano (Kokar Lian), Brang Rea (Bangkat Monteh), Seteluk, Jereweh, dan Maluk;

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-19

ENGINEERING CONSULTANT

3.4 KERUSAKAN PANTAI DI LOKASI PEKERJAAN Berdasarkan informasi yang didapatkan, teradapat beberapa lokasi dimana terjadinya kerusakan pantai. Keterangan: Abrasi/Erosi Pantai mengakibatkan jalan yang menghubungkan antara Desa Jala dengan Desa Cempi Jaya Kecamatan Hu`u, dan Desa Mbawi Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu mengalami kerusakan sangat parah. Abrasi pantai disebabkan oleh kegiatan Lokasi : Kec. Huu, Kec. Dompu Waktu : 10 Juli 2013
Sumber : http://regional.kompasiana.com

penambangan pasir oleh warga untuk keperluan bangunan rumah. Keterangan: Abrasi Pantai bukan hanya disebabkan oleh gelombang laut dan meningkatnya volume air laut. Tetapi kerusakan pesisir pantai juga disebabkan pengambilan pasir di Pantai Paropa Panda. Serta masyarakat sekitar yang berusaha memperluas tambak sehingga

Lokasi : Pantai Paropa Panda, Bima Waktu : Mei 2012 Sumber : http://rimpu-cili.blogspot.com

mengambil area pantai.

Keterangan: Bencana alam yang merusak pantai terjadi di Kecamatan Taliwang. Air laut pasang di pantai Labuhan Lalar merusak puluhan rumah warga desa Labuhan Lalar.

Lokasi : Labuhan Lalar, Taliwang Waktu : 07 Desember 2010 Sumber : http://www.sumbawanews.com

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-20

ENGINEERING CONSULTANT

Keterangan: Lokasi : Tanjung Blusun-Tanjung Kertasari, Sumbawa Barat Waktu : Desember 2010
Sumber : http://ramalaut08.wordpress.com

Kawasan ini hampir sebagian besar kondisi pantainya mengalami abrasi kecuali sedikit di bagian selatan Tanjung Blusun dan sebelah utara Muara Sungai Taliwang. Abrasi yang terjadi sepanjang kawasan ini cukup signifikan yang disebabkan oleh letak geografis dari pantai tersebut dan juga akibat penebangan hutan bakau Keterangan :

Lokasi : Tanjung Jelenga-Maluk, Sumbawa Barat Waktu : Desember 2010


Sumber : http://ramalaut08.wordpress.com

Kawasan ini sebagian besar mengalami akresi yaitu Tanjung Jelenga, Teluk Benette dan Pantai Maluk, dengan karakteristik pantai tanggul gisik lebar lebih dari 25 meter, relief pantai sedang dan perairan yang jernih. Sedangkan lainnya mengalami abrasi namun karena resistensi pantai yang tinggi terhadap energi gelombang, maka tidak terjadi perubahan garis pantai yang signifikan. Keterangan :

Lokasi : Teluk Benete, Sumbawa Waktu : Agustus 2012


Sumber : http://www.suarantb.com

Erosi pantai yang terjadi akibat banyaknya terumbu karang yang rusak dan mati.Teluk Benete yang memiliki dasar pasir, mereka membuat reef ball yang nantinya akan ditempeli telur karang dan akan tumbuh menjadi karang dewasa. Selain itu, reef ball dapat digunakan untuk mengurangi gelombang yang menyebabkan erosi pantai.

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-21

ENGINEERING CONSULTANT

Berdasarkan inventarisasi data dan analisis konsultan, yang merupakan kawasan kerusakan pantai, yaitu: Tabel 3-12: Daerah Rawan Kerusakan Pantai
Lokasi No. Nama Pantai Kecamatan (1) I 1 (2) Kabupaten Sumbawa Barat Pantai Tano kira-kira 1 km dari Poto Tano Labuhan lalar Kabupaten Sumbawa Labuhan Mapin Sebelum kampung Keramat Kramat - Kaung Labuhan Burung Muara Brang Rhee Pantai Labuhan Bua Pantai Labuhan Karang Anyar 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Pantai Labuhan Padi Labuhan Bajo Muara Kali Muara Brang Biji Pantai Gua Muara Kali Bangkong Labuhan Ijuk Pantai Labuhan Jontal Teluk Santong Pelabuhan Terujung Labuhan Aipaya Labuhan Jambu Pantai Labuhan Jambu Jalan Empang - Dompu Pantai Pidang Teluk Saleh Muara Sungai Pidang Tarano Ds. Labuhan Jambu, Dsn. Pidang Moyo Hilir Plampang Plampang Tarano Tarano Tarano Tarano Ds. Ngeru, Dsn. Labuhan Ijuk Ds. Teluk Santong, Dsn. Labuhan Jontal Ds. Teluk Santong, Dsn. Teluk Santong Ds. Labuhan aji, Dsn. Terujung Ds. Labuhan Aji, Dsn. Aipaya Ds. Labuhan Jambu, Dsn. Hangapela Ds. Labuhan Jambu, Dsn. Hangapela Labuhan Badas Ds. Karang Dima, Dsn. Tanjung Pengamas Utan Rhee Utan Rhee Labuhan Badas Ds. Pukat, Dsn. Labuhan Padi Ds. Labuhan Bajo. Dsn. Labuhan Bajo Ds. Karang Dima, Dsn. Kali Baru, Dsn. Kali Pasir, Dsn. Tanjung Alas Barat Buir Buir Buir Utan Utan Rhee Utan Rhee Ds. Labuhan Mapin, Dsn. Bugis, Bajo Ds. Desa Luar, Dsn. Keramat Ds. Pulau Kaung, Dsn. Kaung Ds. Labuhan Burung, Dsn. Labuhan Burung Ds. Rhee, Dsn. Rhee Beru Ds. Pukat, Dsn. Labuan Bua Ds. Pukat, Dsn. Karang Anyar Seteluk Ds. Senayan, Dsn. Poto Tano A , B (3) Desa, Dusun (4)

2 II 1 2 3 4 5 6 7

Taliwang

Ds. Labuhan Lalar, Dsn. Bangsal

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-22

ENGINEERING CONSULTANT

Lokasi No. Nama Pantai Kecamatan (1) III 1 2 3 4 5 6 7 IV 1 2 (2) Kabupaten Dompu Pantai Sire Pantai Jala Pantai Hu'u Pantai Lakey Pantai Soro, Teluk Saleh Pantai Hodo, Teluk Saleh Pantai Paropak Kota Bima Kawasan Pelabuhan Bima Kiri Jalan Masuk Kawasan Pelabuhan Bima Kanan jalan masuk pelabuhan Pantai Songgela Kolo Kabupaten Bima Tololai Mawu pantai Pantai Sangiang Pantai Poja Pantai Buncu Pantai Pasir Putih Tanjung emas Jalan Simpasai - Waworada 7 8 Pantai Rompo Teluk Waworada Pantai Kore Sanggar Ds. Kore, Dsn. Balam boon Langgudu Ds. Waworada, Dsn.Rompo Hu'u Hu'u Hu'u Hu'u Kempo Kempo/ Calabai Kilo (3) Desa, Dusun (4) Ds. Rasa Bou, Dsn.Sira Ds. Rasa Bou, Dsn.Jala Ds. Hu'u, Dsn.Pelabuhan Ds. Hu'u, Dsn.Lakey Ds. Soro, Dsn.Nciu Ds. Tolokalo, Dsn.Hodo Ds. Malaju, Dsn.Paropak

Rasanae Bima Barat Rasanae Bima Barat Rasanae Bima Barat Asakota

Kelurahan Tanjung, RW 01/RT 03 Kelurahan Tanjung, RW 01/RT 02

3 4 V 1 2 3 4 5 6

Bonto, Dsn.Songgela Ds. Kolo, Dsn. Kolo 1,2,3,4

Ambalawi Ambalawi Ambalawi Sape Sape Langgudu

Ds. Mawu, Dsn. Tololai Ds. Mawu, Dsn. Rasamawu Ds. Sangiang, Dsn. Sangiang Ds. Poja, Dsn. Poja Nae Ds. Buncu, Dsn. Lamare Ds. Lajo, Dsn. Pasir Putih

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-23

ENGINEERING CONSULTANT

Sumber: Analisa Konsultan Tahun 2013

Gambar 3-8: Peta Kawasan Rawan Kerusakan Pantai

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-24

ENGINEERING CONSULTANT

3.5 ANALISIS DAN PERAMALAN PASANG SURUT Pengolahan data pasang surut (pasut) dengan alur sebagaimana disajikan oleh Gambar 3.9. Perhitungan konstanta pasut dilakukan dengan menggunakan metode Least Square. Data pasut diambil dari data sekunder hasil simulasi NAO- Tide sedangkan untuk verifikasi digunakan data pasut dari Dishidros TNIAL. Dengan konstanta pasang surut yang ada pada proses sebelumnya dilakukan penentuan jenis pasang surut menurut rumus berikut:

NF =

K1 + O1 M2 + S 2

dimana jenis pasut untuk nilai NF (Bilangan Formzahl): 0 - 0,25 = semi diurnal

0,25 - 1,5 = mixed type (semi diurnal dominant) 1,5 - 3,0 >3,0 = mixed type (diurnal dominant) = diurnal

Selanjutnya dilakukan peramalan pasang surut yang dipilih bersamaan dengan masa pengukuran yang dilakukan di lokasi pekerjaan. Langkah selanjutnya dari pengolahan data pasang surut adalah mencari harga elevasi-elevasi acuan dari karakteristik perairan di wilayah proyek. Untuk mencari harga elevasi-elevasi tersebut, digunakan nilai-nilai komponen pasang surut dari hasil peramalan seperti disajikan pada Tabel 3.13.

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-25

ENGINEERING CONSULTANT

Gambar 3-9: Bagan Alir Perhitungan Dan Peramalan Pasang Surut Laut Langkah pengolahan data pasang surut berikutnya adalah mencari harga elevasi-elevasi acuan dari karakteristik perairan di wilayah proyek. Untuk mencari harga elevasi-elevasi tersebut, digunakan nilai-nilai komponen pasang surut dari hasil penaksiran dengan menggunakan metode least square (rata-rata kuadrat terkecil) seperti disajikan pada Tabel sebagai berikut. Tabel 3-13: Komponen Pasang Surut hasil Analisis
Constituent
Amplitude (cm) Phase (o) SO 0,0 M2 39,75 S2 8,81 N2 9,11 K2 5,63 K1 27,4 O1 P1 M4 0,03 221,9 MS4 0,03 86.5

17,29 13,07

168,05 -43,38 165,79 256,55 177,09 221,52 79,99

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-26

ENGINEERING CONSULTANT

dimana: A : g : M2 : S2 : N2 : K2 : K1 : O1 : P1 : M4 : MS4 :

amplitudo, beda fase, komponen utama bulan (semi diurnal), komponen utama matahari (semi diurnal), komponen eliptis bulan, komponen bulan, komponen bulan, komponen utama bulan (diurnal), komponen utama matahari (semi diurnal), komponen utama bulan (kuarter diurnal), dan komponen utama matahari-bulan.

Dengan konstanta pasang surut diatas dilakukan penentuan jenis pasang surut menurut rumus berikut: K + O1 NF = 1 M 2 + S2
dimana jenis pasut untuk nilai NF = 0.92 adalah Mixed Type (Diurnal Dominant) 0 - 0,25 0,25 - 1,5 1,5 - 3,0 >3,0 = semi diurnal = mixed type (semi diurnal dominant) = mixed type (diurnal dominant) = diurnal

Tabel 3-14: Tipe Pasang Surut Berdasarkan Bilangan Formzhal


Bilangan Formzall (F) Tipe Pasang Surut Keterangan Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan ketinggian yang hampir sama dan terjadi berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan ketinggian dan periode yang berbeda. Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut dengan ketinggian yang berbeda. Kadang-kadang terjadi 2 kali air pasang dalam 1 hari dengan perbedaan yang besar pada tinggi dan waktu. Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit

F < 0.25

Pasang harian ganda (semidiurnal)

0.25 < F < 1.5

Campuran, condong ke semi diurnal

1.5<F<3.0

Campuran, condong ke diurnal

F < 3.0

Pasang harian tunggal (diurnal)

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-27

ENGINEERING CONSULTANT

Dengan komponen pasang surut di atas, dilakukan pula penaksiran pasang surut untuk masa 20 tahun sejak tanggal pengamatan. Hasil peramalan ini dibaca untuk menentukan elevasi-elevasi acuan pasang surut yang menjadi ciri daerah tersebut sebagaimana disajikan pada Tabel 3.15. Dari elevasi acuan pasang surut yang ada maka ditetapkan nilai LLWL sebagai elevasi nol acuan. Disamping itu dari peramalan untuk masa 20 tahun ke depan akan didapatkan nilai probabilitas dan prosentase dari masing-masing elevasi acuan di bawah. Elevasi rencana didapat dengan menggunakan data hasil ramalan selama 20 tahun tersebut. Harga elevasi-elevasi acuan yang telah diperoleh adalah sebagai berikut. Tabel 3-15: Harga Elevasi-elevasi Acuan terhadap LLWL No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. HHWL MHWS MHWL MSL MLWL MLWS LLWL Elevasi Acuan (cm) Highest High Water Level Mean High Water Spring Mean High Water Level Mean Sea Level Mean Low Water Level Mean Low Water Spring Lowest Low Water Level Tinggi (cm) 196,67 180,39 151,47 107,54 65,49 22,20 0.000

Tunggang Pasang sebesar 196,67 cm. Verifikasi dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan pasut di lokasi pekerjaan dengan harga pasut keluaran Dishidros TNI AL di lokasi terdekat. Dalam hal ini, lokasi yang dijadikan pembanding adalah di Lembar (Labuan Tring) dengan koordinat 8o 42 10.0S 116o 3 0.00T. Variabel yang diverifikasi adalah Tipe Pasut yang mana hasilnya cocok yaitu Campuran Condong ke Harian Ganda (Mixed Semi Diurnal Tide). Ilustrasi elevasi muka air antara estimasi Nao tide dengan hasil analisis disajikan pada gambar di bawah ini.

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-28

ENGINEERING CONSULTANT

Perbandingan Hasil Pengamatan dan Penaksiran 150


Data Pengamatan Hasil Penaksiran

Elevasi Muka Air terhadap MSL (cm)

100

MSL = 0.0 cm

50

-50

-100

-150 1 6 11 16 Tanggal (Januari 2013) 21 26 31

Gambar 3-10: Perbandingan Elevasi Muka Air estimasi Nao tide dengan analisis metoda least - square

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-29

ENGINEERING CONSULTANT

Sumber: NOAA http://www.esrl.noaa.gov/psd

Gambar 3-11: Scatter plot data angin di Sumbawa, data tahun 2010 2012

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-30

ENGINEERING CONSULTANT

Sumber: NOAA http://www.esrl.noaa.gov/psd

Gambar 3-12: Windrose plot data angin di Sumbawa, tahun 2010 2012

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-31

ENGINEERING CONSULTANT

Gambar 3-13: Lokasi sampling elevasi muka air pasang surut Naotide A 8o 2753.48 S 117o 23 42.33 T dan Naotide B 9o 3 56.02 S 117o 13 12.62 T.

Gambar 3-14: Lokasi sampling data angin ESRL NOAA GOV di 10o 0 0.00 S 117o 30 0.00T.

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-32

ENGINEERING CONSULTANT

Gambar 3-15: Data Estimasi Tinggi Gelombang (sumber BMKG) Berdasarkan data estimasi tinggi gelombang tanggal 21 dan 20 Oktober 2013, dapat dilihat bahwa tinggi gelombang sekitar 0-0,75 meter.

Kajian Teknis Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Sumbawa

3-33

Anda mungkin juga menyukai