Anda di halaman 1dari 12

TUGAS FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN TUGAS FITOKIMIA ALKALOID, TERPENOID, FLAVANOID, FENOLIK

OLEH : NAMA : SITTI NURLAELAH NIM : N111 11 279

MAKASSAR 2013

FLAVANOID JUDUL JURNAL : Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.)

PENGOLAHAN SAMPEL : Sampel yang digunakan adalah rimpang temu ireng yang berasal dari Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Setelah dibersihkan dari bagian tumbuhan lain, mengangin-anginkan rimpang temu ireng pada suhu kamar sampai kering. Rimpang kering dihaluskan.

EKSTRAKSINYA : Ekstraksi dilakukan secara maserasi, pelarut yang digunakan adalah petroleum eter p.a (E Merck), kloroform p. a (BDH), n-butanol, p.a. (E Merck), dan metanol p.a (E Merck).

METODENYA : Dianalisis secara fisika menggunakan sinar UV-VIS pada panjang gelombang 254 nm dan panjang gelombang 366 nm dan TLC, serta secara kimia menggunakan uji warna. Fraksi tunggal yang mempunyai harga Rf sama dan uji fisika serta kimia sama dikumpulkan, dan pelarutnya diuapkan. Selanjutnya dilakukan identifikasi struktur untuk menggunakan spektrofotometer UV-VIS, IR dan GC-MS.

CARA ISOLASINYA : Isolasi senyawa flavonoid dikerjakan dengan cara yaitu rimpang temu ireng sebanyak 1 g dimasukkan dalam erlenmeyer dan ditambah etanol 25 mL, kemudian dipanaskan sampai mendidih dan dilanjutkan

dengan penyaringan. Filtrat yang diperoleh diuapkan, sampai volume pelarut tinggal setengahnya. Adanya flavonoid diuji dengan Shinoda Tes. Hasil ekstraksi berupa ekstrak petroleum eter, kloroform, n-butanol dan metanol masing-masing dilakukan uji warna untuk flavonoid. Ekstrak yang positif mengandung flavonoid kernudian ditentukan eluen yang sesuai untuk langkah selanjutnya yaitu kromatografi kolom. Penentuan eluen pada ekstrak petroleum eter (PE) dilakukan dengan menggunakan eluen PE kloroform pada berbagai perbandingan volume. Untuk ekstrak kloroform, eluen yang digunakan adalah kloroform-etil asetat pada berbagai perbandingan volume. Sedangkan pada ekstrak nbutanol digunakan eluen etil asetat-metanol pada berbagai perbandingan volume. Ekstrak metanol tidak dicari eluen yang sesuai. Persiapan pertama kromatografi kolom adalah memanaskan silika gel pada suhu 1600C selama 3 jam kemudian didinginkan. Setelah dingin, silica dibuat bubur dan dimasukkan dalam kolom, lalu dibiarkan semalam. Ekstrak pekat dilarutkan dalam eluen yang kurang polar dan dimasukkan kolom menggunakan pipet. Sampel dibiarkan turun sampai permukaannya hampir terbuka, kemudian ditambah eluen pelan-pelan sampai mendapat eluen yang tidak berwarna pada permukaan penyerap. Langkah selanjutnya ditambah eluen, dengan laju elusi 20 tetes/menit. Setiap 2 mL eluat, ditampung dalam botol sampel. Untuk pembagian fraksi, masing-masing botol dianalisis secara fisika menggunakan sinar UV-VIS pada " = 254 nm dan " = 366 nm dan TLC, serta secara kimia menggunakan uji warna. Fraksi tunggal yang mempunyai harga Rf sama dan uji fisika serta kimia sama dikumpulkan, dan pelarutnya diuapkan. Selanjutnya dilakukan identifikasi struktur untuk menggunakan spektrofotometer UV-VIS, IR dan GC-MS.

PENDEKATAN STRUKTURNYA : SPEKTROFOTOMETER UV-VIS, IR, DAN GC-MS

ALKALOID JUDUL JURNAL : ISOLASI, IDENTIFIKASI SENYAWA ALKALOID TOTAL DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis Linn) DAN UJI SITOTOKSIK DENGAN METODE BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

PENGOLAHAN SAMPEL : Daun dibersihkan dari pengotor-pengotor lainnya dan dihaluskan sampai menjadi serbuk. Serbuk yang diperoleh digunakan untuk analisa selanjutnya, disebut sebagai sampel.

EKSTRAKSINYA : Serbuk daun tempuyung kering 650 g dimaserasi dengan pelarut etanol 96% selama 24 jam. Kemudian evaporator dipekatkan dengan rotary ditambahkan asam

sehingga diperoleh ekstrak kental dan

asetat 10% hingga suasana menjadi asam.

METODENYA : Metode Kromatografi Lapis Tipis Preparatif Metode spektrofotometer UV-vis Metode FTIR dan LC-MS.

CARA ISOLASINYA : Isolasi senyawa alkaloid dilakukan dengan menambahkan asam asetat pada ekstrak etanol sampai suasana menjadi asam, sehingga alkaloid akan membentuk garam alkaloid. Garam alkaloid ini kemudian dipartisi menggunakan etil asetat, sehingga didapatkan dua lapisan.

Lapisan atas adalah etil astat dan lapisan bawah adalah lapisan asam dimana alkaloid teikat pada lapisan ini. Untuk membebaskan alkaloid dari bentuk garamnya, maka ditambahkan ammonium hidroksida sampai suasana menjadi basa, sehinnga alkaloid akan terbentuk menjadi basa alkaloid kembali. Larutan ini kemudian diekstraksi menggunakna etil asetat sehingga akan terbentuk dua lapisan, lapisan etil asetat yang mengandung alkaloid dan lapisan basa yang mengandung air. Untuk mengetahui apakah pada isolat yang didapatkan mengandung alkaloid maka ditambahkan dragendorff, terbentuknya endapan merah bata berarti positif adanya alkaloid. Isolat alkaloid total selanjutnya dianalisis menggunakan

kromatografi lapis tipis untuk mengetahui jumlah komponennya. Setelah diketahui jumlah komponen senyawa yang terkandung dan mengetahui eluen yang tepat, langkah selanjutnya dilakukan pemisahan menggunakan KLT preparatif. Fasa diam yang digunakan adalah silika gel 60GF254 dan fasa gerak yang digunakan adalah campuran eluen n-heksan : etil asetat : etanol (30:2:1). Isolat alkaloid murni kemudian dianalisis menggunakan

spektrofotometer UV-VIS, didapatkan serapan pada panjang gelombang 255, 253, 352 nm, merupakan serapan dari ikatan terkonjugasi dan merupakan serapan alkaloid yang mempunyai kerangka dasar isokuinolin. Hasil analisis menggunakan LC-MS menunjukan adanya tiga puncak, ini berarti isolat belum murni.

TERPENOID JUDUL JURNAL : SENYAWA TERPENOID HASIL ISOLASI DARI

DAUN LADA (Piper nigrum, Linn) DAN UJI BIOAKTIVITASNYA TERHADAP HAMA Callosobruncus chinensis

PENGOLAHAN SAMPEL : Sampel daun lada diambil dari Way Kanan. Daun lada yang diperoleh kemudian dibersihkan dari kotoran yang menempel dan kemudian dikeringkan pada suhu kamar. Setelah kering sampel daun lada digiling untuk mendapatkan ukuran yang lebih kecil.

EKSTAKSINYA : Melakukan maserasi yaitu dengan merendam sampel kering seberat 5 kg dimasukkan dalam wadah dan direndam dengan menggunakan pelarut aseton selama 2 x 24 jam. Hasil perendaman kemudian disaring untuk mendapatkan filtrat. Filtrat tersebut lalu dipekatkan dengan penguap putar vakum hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental tersebut kemudian dipartisi dengan menggunakan pelarut n-heksana : H20 (1 : 1). Fasa n-heksana diambil dan dipekatkan dengan penguap putar vakum. Kemudian dilakukan uji KLT dengan eluen n-heksana dan kloroform, plat KLT tersebut dilihat pada lampu UV kemudian disemprot dengan pereaksi Liebermann-Burchad untuk mengetahui letak senyawa terpenoid. Setelah itu dilakukan uji bioaktif dengan menggunakan hama gudang

Callosobruncus chinensis dan bahan uji biji kacang hijau

METODENYA : KROMATOGRAFI KOLOM KROMATOGRAFI CAIR VAKUM UJI BIOAKTIF KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF

CARA ISOLASINYA : Ekstrak kental hasil partisi dimasukkan ke dalam kolom dan dielusi dengan pelarut mulai dari nheksana, kloroform, metanol dan perbandingan dari pelarut-pelarut tersebut. Dari hasil pemisahan fraksi-fraksi tersebut kemudian dilakukan uji KLT dan uji bioaktif untuk mendapatkan fraksi yang aktif dan mengandung senyawa terpenoid. Untuk memurnikan fraksi yang diperoleh dari hasil kromatografi kolom , fraksi tersebut kemudian di rekolom untuk yang kedua kalinya. Hasil elusi ditampung setiap 1 ml per botol sampel agar didapatkan pemisahan yang lebih baik. Uji bioaktif dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh daun lada sebagai insektisida5. Uji bioaktif dilakukan pada semua fraksi hasil setiap tahapan pemurnian. Pengujian bioaktivitas dilakukan dengan metode percobaan makan. Pengamatan mortalitas hama uji dilakukan setiap 6 jam sekali sampai didapatkan fraksi aktif yaitu fraksi yang ditambahkan pada biji kacang hijau mengakibatkan hama uji mati seluruhnya pada 5 kali pengulangan. Data yang ditampilkan dalam waktu (jam) merupakan data hama yang masih dapat bertahan hidup. Hasil perendaman daun lada disaring sehingga didapatkan filtrat yang kemudian dipekatkan dengan penguap putar yang bertujuan memekatkan filtrat dengan suhu (30 400C dan putaran 60 rpm) rendah menggunakan bantuan vakum sehingga senyawa-senyawa dalam filtrat

relative aman dari kerusakan akibat pemanasan yang berlebihan. Dari hasil pemekatan didapatkan ekstrak kental sebanyak 50 gram. Ekstrak kasar aseton yang diperoleh dipartisi dengan menggunakan n-heksana : air (1 : 1). Partisi ini bertujuan untuk memperkecil pola penyebaran range komponen senyawa hasil maserasi berdasarkan kelarutannya. Setelah didiamkan beberapa saat kemudian akan didapatkan 2 lapisan yang selanjutnya dipisahkan dan dihasilkan fasa nheksana dan fasa air. Pada kedua fasa tersebut diuji dengan pereaksi Liebermann-Burchard. Pada fasa air tidak terbentuk endapan yang mencirikan terdapatnya senyawa terpenoid, sedangkan pada fasa n-heksana ternyata didapatkan endapan berwarna ungu sehingga fasa inilah yang dilanjutkan ketahap berikutnya. Fasa n-heksana yang didapat kemudian dipekatkan dengan penguap putar vakum sehingga didapatkan crude n-heksana sebanyak 10 gram. Selanjutnya dilakukan uji KLT menggunakan plat KLT dengan SiO2 sebagai fasa diam. Pemisahan komponen senyawa pada crude nheksana dilakukan menggunakan kromatografi kolom dengan fasa diam silika gel 60 dan fasa gerak menggunakan cara elusi landaian dimulai dengan pelarut n-heksana, kloroform, dan perbandingan dari pelarut tersebut terakhir menggunakan pelarut metanol. Dari hasil penampungan kolom kromatografi didapatkan 5 fraksi yaitu fraksi n-heksana (1), fraksi n-heksana : CHCl3 (2), fraksi CHCl3 (3), fraksi CHCl3 : MeOH (4) dan fraksi MeOH (5). Hasil kromatografi kolom fasa n-heksana diberikan pada. Hasil fraksi-fraksi tersebut dipekatkan denganpenguap putar vakum, kemudian diambil sejumlah cuplikan dan dilarutkan dengan aseton untuk uji bioaktif terhadap hama Callosobruncus chinensis untuk mengetahui fraksi yang bersifat aktif.

Hasil pengujian uji bioaktivitas Callosobruncus chinensis pada biji kacang hijau menunjukkan bahwa pada ekstrak daun lada mengandung senyawa terpenoid yang dapat menyebabkan kematian pada hama uji dan juga dapat mengurangi aktivitas makan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya hama yang mati dan biji kacang hijau pada fraksi yang aktif masih dalam keadaan utuh. Sedangkan biji kacang hijau pada blangko, pelarut dan fraksi yang lain menjadi berlubang dan berbubuk sehingga menyebabkan penurunan berat kacang hijau. Berkurangnya berat kacang hijau

disebabkan karena selama perkembangannya larva

Callosobruncus

chinensis memakan kotiledon maupun embrio dari kacang hijau. Serangan yang dilakukan oleh hama ini menyebabkan kacang hijau berlubang bahkan sampai hampa (tinggal kulitnya saja) dan bobotnya menjadi ringan.

PENDEKATAN STRUKUTRNYA : Agar didapatkan senyawa hasil isolasi yang memiliki kemurnian lebih tinggi dilakukan pengukuran dengan menggunakan HPLC, perlu dilakukan pengukuran lebih lanjut dengan NMR agar dapat menentukan struktur molekul senyawa terpenoid yang didapat dari daun lada ( Piper nigrum, Linn) secara pasti. Perlu dilakukan uji bioaktivitas terhadap hama Callosobruncus chinensis dengan menggunakan beberapa taraf

konsentrasi sehingga dapat dihitung LC50 (Lethal Concentration).

FENOLIK JUDUL JURNAL : Isolasi Senyawa Fenolat dari Fraksi Etil Asetat Kulit Batang Tumbuhan Gandaria

PENGOLAHAN SAMPEL : Cuplikan tanaman yang berupa kulit batang Tumbuhan Gandaria dibersihkan dari pengotornya, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Setelah itu dipotong-potong dan dihaluskan hingga berbentuk serbuk.

EKSTRAKSINYA : Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi

METODENYA : Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLT) Kromatografi kolom gravitasi Spektrofotometer UV-IR

CARA ISOLASINYA: Fraksi etil asetat kulit batang tumbuhan Gandaria diperoleh dari peneliti terdahulu. Isolasi senyawa fenolat dari fraksi etil asetat kulit batang tumbuhan Gandaria dilakukan dengan kromatografi kolom gravitasi. Sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pemilihan eluen melalui kromatografi lapis tipis (KLT), eluen ini yang akan digunakan sebagai eluen pada kromatografi kolom gravitasi. Pemisahan senyawa-senyawa yang terdapat dalam fraksi etil asetat sebanyak 0,9 gram, dilakukan dengan kromatografi

kolom gravitasi menggunakan silika gel G 60 (35-70 mesh) sebagai fase diam. Sampel disiapkan secara preabsorbsi dengan 0,9 gr silika gel G 60 (35-70 mesh). Sampel dielusi menggunakan eluen etil asetat dan metanol dengan komposisi sebagai berikut: etil asetat : metanol; 9,5 : 0,5 sampai etil asetat : metanol; 4:6. Uji kemurnian senyawa hasil isolasi dilakukan dengan menggunakan KLT dengan berbagai eluen, KLT dua dimensi serta pengukuran titik leleh. Identifikasi hasil senyawa hasil isolasi dilakukan dengan uji fitokimia, spektrofotometer UV dan IR.

PENDEKATAN SRUKTURNYA : Analisa Spektroskopi lebih lanjut dengan H-NMR dan C- NMR 1D dan 2D untuk menentukan struktur molekul senyawa hasil isolasi dengan lebih tepat.

Anda mungkin juga menyukai