Anda di halaman 1dari 3

TLC merupakan teknk kromatografi yang secara luas digunakan untuk analisa kualitatif senyawa organik, isolasi senyawa

tunggal dari campuran multi komponen, analisa kuantitatif, dan isolasi skala preparatif. Dalam TLC, absorpsi UV pelarut fase gerak tidak memberikan peran negatif yang signifikan dalam deteksi dan kuantifikasi analit, karena fase gerak terevaporasi dari plat sebelum deteksi. Keuntungan lain dari TLC adalah setiap plat hanya digunakan sekali. Jarak pengembangan pengembangan berjalan berturut-turut disimpan stabil dan hanya komposisi fase gerak yang berubah, sehingga memungkinkan analisis campuran kompleks yang mencakup berbagai polaritas yang luas. Ketika kekuatan fase gerak rendah digunakan, maka fase gerak polaritas sedang digunakan, maka komponen polaritas sedang dipisahkan (kelompok pertama ini kemudian dielusi ke tepi atas plat). Dengan fase gerak polaritas tinggi, pemisahan komponen polar tinggi ekstrak tanaman dapat diperoleh. Dalam chromatography planar (TLC), hasil dari sistem kromatografi tergantung pada Rf. Semakin tingi Rf maka hasil semakin baik. Campuran yang khas lebih rumit karena terdiri dari multiple component dan tidak mungkin untuk dipisahkan dengan harga Rf mendekati 0,2. Kisaran harga Rf optimal untuk solut yang dipisahkan dalam kromatogram adalah 0,20,8 Hubungan Rf dengan polaritas Pemisahan senyawa berdasarkan kompetisi keterikatan solut dan fase gerak pada fase diam. Jika fase normal yaitu silica gel digunakan sebagai fase diam maka akan dianggap polar. Semakin polar senyawa maka akan lebih tertari dengan silica, dan kemudian akan semakin menghalau fase gerak dari tempat terikat. Sebagai konsekuensinya, senyawa non polar bergerak lebih tinggi pada plat (menghasilkan harga Rf yanglebih tinggi. Jika fase gerak diganti dnegan pelarut yang lebih polar, maka akan semakin dapat menghalau solut dari tempat terikat silica dan semua senyawa pada plat TLC akan bergerak semakin tinggi pada plat Waksmundzka-Hajnos, M., Sherma, J., Kowalska, T. 2008. Thin Layer Chromatography in Phytochemistry. Florida: CRC Press

Piperine merupakan alkaloid alami yang diekstrak dari Piper nigrum, Linn. Piperine memiliki sifat berwarna hitam, beraroma aromatik, rasanya aromatik dan pungent. Kelarutan piperine yaitu larut dalam pelarut organik seperti petroleum etehr, chloroform, ethanol, methanol. Namun sangat tidak larut dalam air. Titik leleh piperine ditemukan sebesar 129oC. Pada analisa fisikokimia, kadar abu piperine y< 6,0% w/w dan kadar abu larut asam < 1.0% w/w/ Harga Rf ditemukan sebesar 0.55, 0.33 sebagai dua titik yang dihasilkan pada sistem Toluene-etil asetat (Kolhe, et.al., 2011). Kohle, Smitha., Borole, Priyanka., Patel, Urmi. (2011). Extraction and Evaluation of Piperine from Piper nigrum Linn. International Journal of Applied Biology and Pharmaceutical Technology. 2, (2), 144-149

Pelarut polar akan membawa analit polar dan pelarut nonpolar akan melakukan hal yang sama pada pelarut nonpolar. Pelarut yang umum digunakan pada kromatografi, baik itu kromatografi lapis tipis maupun kromatigrafi kolom antara lain : Pelarut Hexane Petroleum ether Cyclohexane Carbon tetrachloride Benzene Toluene Diethyl eter Chloroform Ethyl acetate Acetic acid Isopropyl alcohol Acetone Ethanol Methanol Water 1.9 2.0 2.0 2.2 2.3 2.4 3.4 4.8 6.0 6.2 18.3 20.7 24.3 32.6 78.6 Konstanta Dielektrik

Semakin tinggi harga Konstanta Dielektriknya, maka pelarut tersebut sifatnya makin polar. Secara umum, pelarut diatas memiliki titik didih rendah dan viskositas yang rendah, sehingga mereka dapat bermigrasi secara cepat pada plat TLC. Urutan diatas berdasarkan peningkatan polaritas. Campuran dari pelarut sering digunakan untuk fine-tune pemisahan analit. Dalam pemilihan solvent terdapat tiga kriteria L Kelarutan, Afinitas, dan Resolusi . 1. Kelarutan Banyak sistem pelarut menawarkan kelarutan minimal untuk sampel, namun untuk mengelusi sampel dari kolom , fase gerak harus memiliki kelarutan yang lebih tinggi untuk sampel, biasanya konsentrasi sampel sangat tinggi. Bila memungkinkan, yang paling baik adalah dengan melarutkan sampel pada fase gerak. Langkah pertama dalam pemilihan pelarut adalah penentuan kelarutan sampel. Solvent Solubility Screening Table

2. Afinitas Untuk mencapai pemisahan, sampel harus memiliki afinitas yang seimbang dengan solvent dan material pembawa. Jika sampel memiliki afinitas lebih tinggi pada fase diam daripada pelarut, sampel akan tetap berada di tempat asalnya (harga Rf akan terlalu rendah) 3. Resousi Resolusi ditingkatkan dengan mengoptimalisasi afinitas antara sampel, solvent, dan endukung. Pelarut optimum untuk pemisahan dua atau lebih senyawa akan memaksimalkan perbedaan senyawa. Kebanyakan TLC dan sistem fase gerak preparatif mengandung pelarut polar dan secara kromaografis pelarut kurang polar (Wall, 2005). Wall, E. Peter. 2005. Thin Layer Chromatography: A Modern Practical Approach. Cambridge : The Royal Society of Chemistry

Untuk deteksi, reagen Dragendorff secara luas digunakan sebagai reagen pendeteksi golongan alkaloid. Dragendorff telah digunakan dalam analisis kuantitatif alkaloid Leguminosae. Dragendorff merupakan metode yang lebih sensitif untuk beberapa alkaloid (Baerheim-Svendsen, 1983). Baerheim, Svendsen, A. 1983. Chromatography of Alkaloids. Netherlands : Elsevier Scientific

Anda mungkin juga menyukai