Anda di halaman 1dari 20

USHUL FIQH II

Oleh: Drs. H. Muhyiddin, M. Ag

:

:


:

TASWIYAH AL-MANHAJ
(KEPUTUSAN IJTIMA ULAMA
MUI II TH 2006)
1. Perbedaan pendapat dikalangan Ulama
merupakan hal yang wajar sebagai
konsekuensi pranata ijtihad.
2. Perbedaan tersebut tidak boleh diartikan
sebagai kebebasan tanpa batas (bila
hudud wa bila dlawabith)

3. Perbedaan yang dapat ditoleransi adalah


perbedaan yang berada di dalam majal alikhtilaf. Sedangkan perbedaan yang berada
diluar itu tidak dikategorikan sebagai
perbedaan, melainkan sebagai penyimpangan.

4. Menyikapi perbedaan yang masuk dalam


majal al-ikhtilaf diupayakan dengan mencari
titik temu untuk keluar dari perbedaan (alkhuruj min al khillaf) Atau menempuh cara AL
JAMU WA-AL TAWFIQ.

5. Berkaitan dengan perbedaan dalam


majal al ikhtilaf maka tidak perlu ada
sikap merasa hanya pendapatnya sendiri
yang paling benar dan cenderung
menyalahkan pendapat lain. Dalam hal
ini perlu dikembangkan prinsip toleransi
(al-tasamuh), tidak mengembangkan
prinsip egoisme (ananiyah) begitu juga
fanatisme kelompok (ashabiyah
hizbiyah).


( (

((:

:

CATATAN
Fokus kajian tiga metode di atas adalah nashnash al-Quran dan hadits. Titik tekan metode
bayani pada teksnya, titik tekan talili pada illat
hukumnya, sedangkan titik tekan istishlahi pada
ruh/jiwa hukumnya
Penggunaan tiga metode di atas mesti secara
urut; tidak menggunakan metode talili selama
masih dapat ditempuh metode bayani, begitu
juga tidak menggunakan metode istishlahi
selama dapat ditempuh dengan metode talili

Kaedah Bayani
(kajian Teks)

Lafadz
Sisi sighat
Amm
Khash
Musytarak

Sisi kejelasan lafadz memberi arti

Dhohir
Nash
Mufassar
Muhkam

Sisi ketidakjelasan lafadz memberi arti

Khofi
Musykil
Mujmal
Mutasyabih

Kaedah Bayani
(kajian Teks)

Mana

Mana al-Ibarat
Mana al-isyarat
Mana al-dalalat
Mana al-iqtidlo
As-syafiiyyah
Mafhum muwafaqah
Mafhum mukhalafah

Pemakaian Mana
Haqiqi
Majazi

Kaedah Talili
Tujuan Pengkajian Illat
Illat at-Tasyri
meneliti illat, apakah hukum tetap berlaku
seperti semula atau seharusnya berubah

Illat al-Qiyas
meneliti illat dengan maksud, apakah hukum
yang telah ditetapkan oleh suatu nash atas
dasar illat tertentu dapat diberlakukan pada
persoalan lain yang memiliki illat serupa

Unsur Pokok Metode Talili


Al-Ashl
yang ditetapkan nash, yang menjadi rujukan
qiyas
Al-Faru
masalah baru yang hendak disamakan
hukumnya dengan ashl
Al-Illat
faktor yang menjadi alasan rasional penetapan
hukum
Al-Hukmu
hukum Ashl

Macam-macam Illat
Ditetapkan dengan dalil Al-Quran atau
hadits
Ditetapkan berdasarkan ijma ulama
Dengan istinbath (penelitian) ditempuh
melalui:
Metode as-sabr wa at-taqsim
Pembuktian dan relevansi illat dengan hukum

Kaedah Istishlahi
(Penelurusan Jiwa Hukum)
Inti Metode Istishlahi :
menetapkan hukum dengan rayu berdasarkan pertimbangan
maslahat

Kategori Maslahat:
Dloruriy (essensi)
Hajiy (primer)
Tahsiniy (komplementer)

Persyaratan
Kemaslahatan hakiki
Menyangkut kepentingan orang banyak
Tidak boleh secara tegas bertentangan dengan al-Quran dan
hadits shohih / mutawatir

KHULASOH
Apakah semua masalah hukum aktual bisa
diselesaikan dengan metode-metode ijtihad
ushul fiqh ?

Ketika suatu masalah telah tegas dinyatakan


dlm Nash Quran Hadis ( Qothiy-Shorih) atau
bersinggungan/relevan dg Nash Quran-Hadis
(Dzonniy), maka digunakan metode bayani

Ketika suatu masalah dinilai ada kesamaannya


(kesamaan Illat) atau sebaliknya, semula dinilai
ada kesamaannya tapi ternyata berbeda,maka
diaplikasikan metode Taliliy ( Qiyas-Istihsan)

Ketika suatu masalah disimpulkan tidak diatur


(secara eksplisit maupun samar-samar) oleh
Nash Quran-Hadis, tetapi memiliki indikasi
maslahat yang nyata,maka dipakailah metode
Istishlahi, metode penulusuran jiwa syariah
(Maqashid Al Tasyri( yg bermuara kepada
kemaslahatan

Anda mungkin juga menyukai