Anda di halaman 1dari 4

ANALISA PERMALAHAN KARYAWAN MICROSOFT

Langkah Membangun Budaya Inovasi yang perlu diperhatikan oleh Microsoft Salah satu jalan agar perusahaan tetap relevan dan langgeng adalah inovasi. Tanpa inovasi, perusahaan hanya akan menjadi tua dan tidak relevan di tengah zaman yang senantiasa berubah dengan cepat seperti sekarang ini. Tetapi, inovasi bukanlah perkara gampang seperti halnya membalik telapak tangan. Inovasi membutuhkan proses. Selain itu, inovasi juga membutuhkan tempat yang baik di dalam perusahaan. Dengan kata lain, perusahaan harus bisa membangun kultur inovasi di dalam lingkungan internalnya. Bagaimana membangun budaya inovasi dalam perusahaan ini? Mau tidak mau yang harus menjadi motor dari gerakan inovasi dalam perusahaan adalah pemimpin perusahaan tersebut. Pemimpin perusahaan yang melek teknologi dan inovasi senantiasa menyadari bahwa inovasi merupakan "nyawa" bagi perusahaan agar tetap relevan dengan perubahan zaman. Kesadaran di tingkat top management ini kemudian diturunkan ke bawah dan diterjemahkan dalam kultur bersama dalam perusahaan tersebut. Berikut adalah beberapa hal yang patut diperhatikan dalam membangun budaya inovasi dalam perusahaan tersebut. 1. Senantiasa Berpikir Ke Depan. Perusahaan yang inovatif biasanya memiliki visi jauh ke depan. Ia tidak puas dengan kesuksesan yang diraihnya saat ini atau pada masa lalu. Budaya memikirkan masa depan inilah yang mendorong terciptanya mental inovatif di kalangan karyawan. Perusahaan selalu memikirkan kebutuhan konsumen sepuluh tahun mendatang. Hal ini bisa dilakukan senantiasa dengan melihat perubahan-perubahan (Change), lanskap kompetisi (Competition), memahami dinamika dan perubahan perilaku pelanggan (Customer), dan melihat ke dalam perusahaan (Company).

2. Memberi Ruang dan Waktu Untuk Menjajal Ide-Ide Baru Perusahaan yang inovatif biasanya memberikan kebebasan kepada karyawannya, baik dalam rupa ruang maupun kesempatan, untuk memikirkan, melahirkan, serta mengimplementasikan ide-ide baru. Perusahaan tidak perlu menkhawatirkan akan munculnya "ide-ide liar" yang dianggap bakal merusak perusahaan. Sebaliknya, perusahaan memberikan kepercayaan untuk munculnya ide-ide baru tersebut tanpa harus

memvonis salah terhadap setiap ide. Bila budaya ini dikekang atas nama aturan perusahaan, bisa jadi budaya inovasi ini tidak akan terbangun. Bahkan, perusahaan tidak bisa melihat talent-talent di dalam perusahaan yang memiliki bakat inovasi tersebut. 3. Memanfaatkan Teknologi Mutakhir Perusahaan yang inovatif tidak alergi terhadap produk-produk teknologi baru. Bahkan, perusahaan harus mengalokasikan dana untuk berinvestasi pada produk-produk baru tersebut agar tidak ketinggalan zaman. Apalagi pelanggannya juga sudah melek terhadap produk-produk teknologi tersebut. Dengan pemanfaatan produk teknologi tersebut, perusahaan bisa memprediksi kira-kira produk teknologi apa saja ke depannya yang bakal mengubah dinamkia pasar di masa depan. 4. Memberikan Penghargaan Pada Talent Inovasi. Untuk merangsang budaya inovasi di dalam karyawan, perusahaan sebaiknya memiliki sistem pemberian penghargaan kepada karyawan yang inovatif. Dengan ini, budaya inovasi tersebut bisa dijaga dan bisa bermakna bagi para pelaku inovasi tersebut. 5. Berani Menghadapi Risiko dan Ketidakpastian. Kondisi yang paling ideal untuk menumbuhkan budaya inovasi adalah kondisi di mana orang-orang di dalamnya senang mengadapi risiko dan ketidakpastian. Karena ketidakpastian dan risiko inilah, semangat untuk mencari jawaban-jawaban baru menjadi terpacu. Sederhananya, tanpa ketidakpastian, tidak ada inovasi. http://www.the-marketeers.com/archives/lima-langkah-membangun-budaya-inovasi.html

Manajemen MicrosoftDalam Penjabaran Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif Dan Efektif 1. Pembelajaran Aktif Secara harfiah active artinya: in the habit of doing things, energetic (Hornby, 1994:12), artinya terbiasa berbuat segala hal dengan menggunakan segala daya. Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual. Guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, siswa didorong untuk bertanggung jawab terhaap proses belajarnya sendiri. Menurut Taslimuharrom (2008) sebuah proses belajar dikatakan aktif (active learning) apabila mengandung: 1. Keterlekatan pada tugas (Commitment) 2. Tanggung jawab (Responsibility) 3. Motivasi (Motivation)

4. Pembelajaran Inovatif McLeod (1989:520) mengartikan inovasi sebagai: something newly introduced such as method or device. Berdasarkan takrif ini, segala aspek (metode, bahan, perangkat dan sebagainya) dipandang baru atau bersifat inovatif apabila metode dan sebagainya itu berbeda atau belum dilaksanakan oleh seorang guru meskipun semua itu bukan barang baru bagi guru lain. Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara mengintegrasikan media/alat bantu terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri siswa. Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point merupakan salah satu alternatif. Membangun pembelajaran inovatif bisa dilakukan dengan cara-cara yang di antaranya menampung setiap karakteristik siswa dan mengukur kemampuan/daya serap setiap siswa. Sebagian siswa ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dan keterampilan dengan menggunakan daya visual (penglihatan) dan auditory (pendengaran), sedang sebagian lainnya menyerap ilmu dan keterampilan secara kinestetik (rangsangan atau gerakan otot dan raga). Dalam hal ini, penggunaan alat/perlengkapan (tools) dan metode yang relevan dan alat bantu langsung dalam proses pembelajaran merupakan kebutuhan dalam membangun proses pembelajaran inovatif. Selain itu, dalam menerapkan pembelajaran yang inovatif diperlukan adanya beraneka ragam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang studi. 2. Pembelajaran Kreatif Kreatif (creative) berarti menggunakan hasil ciptaan / kreasi baru atau yang berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa. 3. Pembelajaran Efektif Pembelajaran dapat dikatakan efektif (effective / berhasil guna) jika mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, yang juga penting adalah banyaknya pengalaman dan hal baru yang didapat siswa. Guru pun diharapkan memeroleh pengalaman baru sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya. Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka pada setiap akhir pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud di sini bukan sekedar tes

untuk siswa, tetapi semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta didukung oleh data catatan guru. Hal ini sejalan dengan kebijakan penilian berbasis kelas atau penilaian authentic yang lebih menekankan pada penilaian proses selain penilaian hasil belajar (Warta MBS UNICEF : 2006).

Konsep Remunerasi Dalam Perusahaan Microsoft Istilah remunerasi akhir-akhir inimenjadi trending topic yang hangatdiperbincangkan di kalangan pegawai baikitu instansi pemerintah maupun swasta.Remunerasi diidentifikasi sebagai salahsatu faktor yang mempunyai pengaruhterhadap kinerja pegawai dalammenjalankan tugasnya. Remunerasimerupakan imbalan atau balas jasa yangdiberikan kepada tenaga kerja ataupegawai sebagai akibat dari prestasi yangtelah diberikannya dalam rangkamencapai tujuan organisasi (Sofa, 2008).Menurut Samsudin (2006) berpendapatbahwa tujuan pemberian remunerasiantara lain sebagai berikut: 1) Pemenuhan Kebutuhan EkonomiPegawai menerima kompensasiberupa gaji, upah, atau bentuk lainadalah untuk memenuhi kebutuhanekonomi. 2) Menunjukkan Keseimbangan danKeadilanIni berarti pemberian remunerasiberhubungan dengan persyaratanyang harus dipenuhi oleh pegawaipada jabatan yang ia duduki,sehingga tercipta keseimbanganantara input dan output. 3) Memajukan Lembaga atauPerusahaanSemakin berani suatu lembagamemberikan remunerasi yang tinggidapat dijadikan tolok ukur bahwa semakin berhasil lembaga tersebut membangun prestasi kerja pegawainya, karena pemberian remunerasi yang tinggi hanya mungkin dilakukan apabila perusahaan tersebut memiliki pendapatan yang cukup tinggi dan mau memberikan remunerasi yang tinggi pula dengan harapan akan semakin maju perusahaan tersbut. 4) Meningkatkan Produktivitas Kerja Pemberian kompenasi yang semakin baik akan dapat mendorong pegawai bekerja lebih produktif.

Anda mungkin juga menyukai