Anda di halaman 1dari 3

Teknologi Ramah Lingkungan

Perkembangan zaman yang semakin modern memberikan kita berbagai kemudahan di berbagai sektor kegiatan sehingga merupakan salah satu faktor pendukung tercapainya pembangunan nasional. Namun pada saat yang sama, teknologi dapat menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan. Padahal, lingkungan atau alam sekitar kita adalah salah satu aspek penting bagi kehidupan. Atas dasar inilah muncul kesadaran untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menciptakan teknologi yang tidak merusak lingkungan, sehingga muncullah istilah teknologi ramah lingkungan. Apa yang dimaksud dengan teknologi yang ramah lingkungan? Teknologi adalah segala sesuatu yang sengaja diciptakan manusia lewat akal dan pengetahuannya untuk memberikan kemudahan dalam kehidupan, sementara ramah lingkungan berarti tidak merusak lingkungan. Maka secara sederhana, teknologi yang ramah lingkungan adalah teknologi yang diciptakan untuk memudahkan kehidupan manusia tanpa merusak atau berdampak negatif pada lingkungan sekitarnya. Prinsip dasar dari teknologi ramah lingkungan adalah zero waste yaitu diharapkan dapat mencegah, mengurangi, atau menghilangkan limbah hasil industri. Strategi yang digunakan untuk mengelola produksi industri meliputi pemilihan bahan, penerapan teknologi, dan pengelolaan limbah. Untuk mencapai industri yang ramah lingkungan diterapkan 6 prinsip yaitu: 1. Refine, adalah penggunaan bahan atau proses yang lebih ramah lingkungan 2. Reduce, adalah pengurangan jumlah limbah, atau mengatasi kehilangan bahan yang menyebabkan pemborosan dengan optimalisasi proses. 3. Reuse, adalah pemakaian kembali bahan-bahan atau limbah pada proses yang berbeda 4. Recycle, adalah penggunaan bahan-bahan atau sumber daya untuk proses yang sama 5. Recovery, adalah pengambilan sebagian material penting dari aliran limbah untuk pemanfaatan ulang atau pemanfaatan lain 6. RetrieveEnergy, adalah pemanfaatan limbah sebagai bahan bakar Model Industri yang menerapkan 6 prinsip tersebut dapat berupa Zero waste, Produksi bersih (Cleaner Production), Produktivitas hijau (Green Productivity), atau Perusahaan hijau (Green Company). Manfaat penerapan strategi ramah lingkungan antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Sebagai pedoman perbaikan produk atau proses produksi Efektif dan efisien dalam menggunakan sumber daya alam dan energi Mengurangi dan mencegah terbentuknya bahan pencemar atau limbah Mencegah berpindahnya limbah dari satu tempat ke tempat lain Mengurangi resiko terhadap kesehatan dan lingkungan Mendorong pengembangan teknologi yang mengurangi limbah, bersih, dan ramah lingkungan Menghindari biaya clean up Meningkatkan daya saing di dunia internasional melalui penggunaan teknologi baru atau perbaikan teknologi Kerjasama yang erat antara pemerintah, agro-industri, dan masyarakat Pengurangan biaya yang tinggi karena penerapan sistem pengelolaan limbah ujung pipa (end off pipe treatment)

Dengan ditemukannya berbagai strategi pengelolaan limbah, diharapkan di masa yang akan datang masalah kerusakan lingkungan akibat limbah dapat teratasi. Pada makalah ini akan dibahas mengenai teknologi ramah lingkungan khususnya dibidang pembangkit tenaga listrik.

Pembangkit Listrik
Pembangkit listrik adalah bagian dari alat industri yang dipakai untuk memproduksi dan membangkitkan tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga, seperti PLTU, PLTN, PLTA, PLTS, PLTSa, dan lain-lain. Bagian utama dari pembangkit listrik ini adalah generator, yakni mesin berputar yang mengubah energi mekanis menjadi energi listrik dengan menggunakan prinsip medan magnet dan penghantar listrik. Mesin generator ini diaktifkan dengan menggunakan berbagai sumber energi yang sangat bemanfaat dalam suatu pembangkit listrik. Di Indonesia saat ini pemanfaatan energi fosil masih mendominasi energi primer dalam pengolahan menjadi energi listrik. Energi fosil merupakan energi yang tidak terbarukan yang berarti tidak dapat diperbaharui dan akan habis bila cadangannya sudah habis. Berbagai energi fosil yang menjadi sumber bahan baker dihasilkan dari bahan baker gas alam, batu bara dan minyak bumi. Jenis pembangkit yang menggunakan energi fosil sebagai sebagai sumber energi primer bekerja berdasarkan siklus thermodinamika berupa konversi energi thermal menjadi energi listrik. Selain tidak terbarukan juga ada energi terbarukan sebagai energi primer diolah menjadi energi listrik seperti energi air, energi matahari dan lain sebagainya. Penegembangan energi terbarukan mulai dikembangkan secara lebih optimal karena melihat sifatnya yang dapat diperbaharui. Ada beberapa pembangkit tenaga listrik di Indonesia dewasa ini, baik yang sudah umum terpasang maupun yang masih dalam studi perencanaan ataupun dalam eksperimen. Oleh karena itu pembangkit secara garis besarnya terbagi atas dua bagian, yaitu pembangkit tenaga listrik konvensional dan non-konvensional.

Pembangkit Tenaga Listrik Konvensional


Prinsip kerja pembangkit listrik konvensional adalah air diuapkan di dalam suatu ketel melalui pembakaran. Uap yang dihasilkan dialirkan ke turbin yang akan bergerak apabila ada tekanan uap. Perputaran turbin digunakan untuk menggerakkan generator, sehingga menghasilkan tenaga listrik. Pada pembangkit listrik konvensional bahan bakar untuk menghasilkan panas menggunakan bahan bakar fosil seperti ; batubara, minyak dan gas. Dampak dari pembakaran bahan bakar fosil ini, akan mengeluarkan karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (Nox), serta debu yang mengandung logam berat. Sisa pembakaran tersebut akan ter-emisikan ke udara dan berpotensi mencemari lingkungan hidup, yang bisa menimbulkan hujan asam dan peningkatan suhu global. Pembangkit tenaga listrik konvesional terdiri dari : Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

Pembangkit Tenaga Listrik Non-Konvensional


Perbedaan antara pembangkit listrik konvensional dengan non-konvensional terletak pada cara menggerakkan generatornya. Pada pembangkit konvensional, energi dari bahan bakar dikonversi menjadi kalor untuk menguapkan air, sedangkan pembangkit tenaga listrik non-konvensional

mengkonversikan energi primer dari alam langsung menjadi energi listrik sehingga sering juga disebut sebagai pembangkit listrik tenaga terbarukan. Pembangkit tenaga listrik non-konvesional terdiri dari : Pembangkit Listrik Tenaga Matahari Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pembangkit Listrik Tenaga Gas Bio Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Dan lain-lain Pemakain nama dari suatu jenis pembangkit diperoleh dari jenis energi penggeraknya sebagai contoh PLTU energi penggerak turbinnya adalah uap. Pembangkit listrik ramah lingkungan di Indonesia masih dalam tahap perkembangan yaitu sebesar 22% pada tahun 2013 dari total pembangkit, namun terdapat beberapa negara yang sudah maju dalam perancangan dan pemanfaatan pembangkit yang ramah lingkungan salah contohnya adalah swedia. Swedia sangat baik dalam mendaur ulang limbah sampah, hanya 4% dari total sampah rumah tangga yang sampai ke tempat pembuangan akhir (TPA), sisanya didaur ulang atau digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Karena program pendauran yang terlalu sukses, swedia menghasilkan sampah lebih sedikit dari kapasitas yang dapat dijadikan bahan bakar, hal ini diungkapkan oleh Penasihat Senior Swedish Environmental Protection, Ostlund sebagai berikut We have more capacity than the production of waste in sweden and that is usable for incineration. Emisi udara dari hasil pembakaran dibersihkan melalui beberapa lapisan scrubber dan filter sehingga menghasilkan emisi jauh dibawah yang diperbolehkan. Selain itu teknologi ini mengurangi luas lahan TPA yang mengganggu lingkungan, seperti yang tertera dalam kutipan salah satu artikel midwestenenergynews.com The country also recognized that landfills have a major climate impact. When materials break down in landfills, they emir methane a greenhouse gas 20 times more potent than carbon. Meskipun metode pembangkitannya menganut pada cara konvensional, namun karena sifatnya yang efisien, terbarukan, dan ramah lingkungan, maka pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) digolongkan ke non-konvensional.

Anda mungkin juga menyukai