Anda di halaman 1dari 48

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Penggunaan antibiotik di dunia dan Indonesia semakin hari semakin banyak seiiring dengan bertambahnya penyakit infeksi di Indonesia dan berbagai tempat di belahan dunia. Penyakit infeksi tetap menempati peringkat pertama dalam angka morbiditas dan mortalitas.Pemakaian antibiotik menjadi lini pertama dalam terapi penyakit infeksi, disamping terapi simtomatik dan suportif lainnya. Apabila pemakaiaannya kurang bijak dan rasional, maka dikhawatirkan resistensi terhadap antibiotik akan bertambah tinggi, terjadinya collateral damage dan efek samping yang tidak diinginkan, alhasil infeksi akan semakin sulit diberantas. Situasi penggunaan antibiotik di rumah sakit pada umumnya adalah peresepan antibiotik generasi baru yang boleh diresepkan oleh semua dokter. Semua antibiotik boleh digunakan tanpa batasan yang jelas, tidak adanya protokol terkini yang mengatur penggunaannya, ditambah lagi dengan tidak tepat indikasi, kurang memperhatikan kontra indikasi dan efek samping. Hal- hal ini akan meningkatkan angka resistensi kuman terhadap antibiotik yang berujung pada meningkatnya morbiditas dan mortalitas penderita ( Pohan, 2009). Menurut Center for Disease Control and Prevention sekitar 150 juta resep antibiotika ditulis di Amerika Serikat dalam setahun. Hal ini berarti bahwa sekitar 50 juta pounds antibiotika digunakan di Amerika Serikat setahun, diantaranya 22 sampai 25 juta dolar untuk peternakan dan pertanian. Hasil penelitian Gonzales menunjukan
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

bahwa 30% resep antibiotika diperuntukan infeksi saluran nafas, lebih dari separuhnya mungkin viral, yang tidak memerlukan antibiotika (Sensakovie & Smith,2000). Rumah sakit merupakan tempat dimana penggunaan antibiotika paling banyak ditemukan. Dinegara yang sudah maju 13-37% dari seluruh pasien yang dirawat dirumah sakit mendapatkan antibiotik baik secara tunggal maupun kombinasi, sedangkan di negara berkembang 30-80% pasien yang dirawat di rumah sakit mendapatkan antibiotika. Penggunaan antibiotik secara tidak rasional sangat banyak dijumpai baik di negara maju maupun negara berkembang.

(http://www.tempo.co.id/medika/arsip/092002/keg-2.htm) Beberapa alasan mengapa antibiotik harus digunakan secara rasional yaitu pertama untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit infeksi, oleh karena itu harus dipilih antibiotika yang paling tepat dengan dosis akurat, cara dan lama pemberian yang sesuai, dan memberikan resiko efek samping seminimal mungkin. Kedua adalah untuk meminimalkan resiko terjadinya resistensi bakteri, dan ketiga untuk menjamin terciptanya pelayanan kesehatan yang baik dengan biaya yang terjangkau. Dampak negative dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah munculnya dan berkembangnya kuman-kuman kebal antibiotika, perawatan penderita lebih lama, biaya pengobatan menjadi lebih mahal, dan akhirnya dapat menurunkan kualitas pelayanan kesehatan ( lokakarya nasional I,2005). Karena kurang tepatnya pemberian antibiotik menimbulkan efek samping yang sering terjadi yaitu gangguan beberapa organ tubuh. Apalagi bila diberikan kepada bayi dan anak-anak, karena tubuh dan fungsi organ pada bayi dan anak-anak masih
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

belum tumbuh sempurna. Apalagi anak beresiko paling sering mendapatkan antibiotika, karena lebih sering sakit akibat daya tahan tubuh lebih rentan. Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati merupakan unit pelayanan kesehatan yang juga melayani masalah kesehatan pada anak. Banyaknya pasien anak yang mengalami infeksi sehingga diberikan antibiotik sebagai salah satu cara penggobatan yang dilakukan. Pemberian antibiotik pada anak sangat bervariasi mulai dari jenis antibiotik sampai bentuk sediaan yang digunakan. Periode pengambilan data dilakukan selama setahun yaitu tahun 2010 dikarenakan untuk mendapatkan data yang lebih valid dan sebagai sampel data diharapkan memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai sample penelitian. Latar belakang diatas mendorong minat penulis untuk mengetahui tentang profil peresepan antibiotik yang berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2010.

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah bagaimana profil peresepan antibiotik yang berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2010.

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui profil peresepan antibiotik yang berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2010. 1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini ingin mengetahui : 1. Sepuluh besar jenis antibiotik berdasarkan zat aktif. 2. Jumlah dan persentase golongan antibiotik terbanyak dan paling sedikit 3. Jumlah dan persentase peresepan antibiotik berdasarkan bentuk sediaan terbanyak dan paling sedikit 4. Sepuluh besar jumlah obat lain yang sering dikombinasikan bersama dengan antibiotik.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat bagi penulis

Mengetahui tentang profil peresepan antibiotik yang berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2010. 1.4.2 Manfaat bagi akademik

Sebagai bahan referensi mengenai profil peresepan antibiotik yang berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2010 dan sebagai referensi Karya Tulis Ilmiah selanjutnya.

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

1.4.3

Manfaat bagi RSUP Fatmawati

Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan mengenai profil peresepan antibiotik yang berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2010. 1.4.4 Manfaat bagi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

Sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan dan pengadaan obat pada periode selanjutnya.

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Antibiotik Antibiotik adalah senyawa kimia yang khas yang dihasilkan oleh organisme hidup, termasuk turunan senyawa dan struktur analognya yang dibuat secara sintetik dan dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme ( Soekarjo,2000). Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain (Setiabudy,2007). Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia termasuk kecil (Tjay & Rahardja, 2007).

2.2 Klasifikasi Antibiotik 2.2.1 a. Penggolongan antibitiotik berdasarkan spectrum aktivitasnya : Antibiotik narrow-spectrum (spektrum sempit). Obat-obat ini terutama aktif terhadap beberapa jenis kuman saja, misalnya Penisilin-G dan Penisilin-V, eritromisin, klindamisin yang hanya bekerja terhadap kuman gram positif sedangkan streptomisin, gentamisin, polimiksin-B, dan asam nalidiskat yang aktif khusus hanya pada kuman gram-negatif.

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

b.

Antibiotik broad-spectrum (spektrum luas) bekerja terhadap lebih banyak kuman baik gram-positif maupun gram-negatif antara lain sulfonamida, ampisilin, sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin dan rifampisin

2.2.2 a.

Berdasarkan daya kerja Zat-zat bakterisid, yang pada dosis biasa berkhasiat mematikan kuman. Obat-

obat ini dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu : a) Zat-zat yang bekerja terhadap fase tumbuh misalnya penisilin, sefalosporin, polipeptida, rifampisin dan kuinolon-kuinolon. b) Zat-zat yang bekerja terhadap fase istirahat misalnya aminoglikosid, nitrofurantoin, INH, kotrimoksazol, dan polipeptida b. Zat-zat bakteriostatik, yang pada dosis biasa terutama berkhasiat

menghentikan pertumbuhan dan perbanyakan kuman. Contohnya adalah kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida dan linkomisin (Tjay & Rahardja, 2007).

2.3 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Mekanisme Kerja Pemusnahan mikroba dengan antimikroba yang bersifat bakteriostatik masih tergantung dari kesanggupan reaksi daya tahan tubuh hospes. Peranan lamanya kontak antara mikroba dengan antimikroba dalam kadar efektif juga sangat menentukan untuk mendapatkan efek. a. Antibiotik yang menghambat metabolisme sel mikroba. Dengan mekanisme kerja ini diperoleh efek bakteriostatik. Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Berbeda dengan
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

mamalia yang mendapatkan asam folat dari luar, kuman patogen harus mensintesis sendiri asam folat dari asam amino benzoat (PABA) untuk kebutuhan hidupnya. Apabila sulfonamid atau sulfon menang bersaing dengan PABA untuk diikutsertakan dalam pembentukan asam folat, maka terbentuk analog asam folat yang nonfungsional. Akibatnya, kehidupan mikroba akan terganggu. Berdasarkan sifat kompetisi, efek sulfonamid dapat diatasi dengan meningkatkan kadar PABA. Untuk dapat bekerja, dihidrofolat harus diubah menjadi bentuk aktifnya yaitu asam tetrahidrofolat. Enzim dihidrofolat reduktase yang berperanan di sini dihambat oleh trimetoprim, sehingga asam dihidrofolat tidak dapat direduksi menjadi asam tetrahidrofolat yang fungsional. PAS merupakan analog PABA, dan bekerja dengan menghambat sintesis asam folat pada M. tuberculosis. Sulfonamid tidak efektif terhadap M. tuberculosis dan sebaliknya PAS tidak efektif terhadap bakteri yang sensitif terhadap sulfonamid. Perbedaan ini mungkin disebabkan perbedaan enzim untuk sintesis asam folat yang bersifat sangat khusus bagi masing-masing jenis mikroba. Contohnya adalah sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat (PAS) dan sulfon. b. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel mikroba. Dinding sel bakteri, terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu kompleks polimer mukopeptida (glikopeptida). Sikloserin menghambat reaksi yang paling dini dalam proses sintesis dinding sel, diikuti berturut-turut oleh basitrasin, vankomisin dan diakhiri oleh penisilin dan sefalosporin, yang menghambat reaksi terakhir (transpeptidasi) dalam rangkaian reaksi tersebut. Oleh karena tekanan
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

osmosis dalam sel kuman lebih tinggi daripada di luar sel maka kerusakan dinding sel kuman akan menyebabkan terjadinya lisis, yang merupakan dasar efek bakterisidal pada kuman yang peka. Contohnya adalah penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin dan sikloserin. c. Antibiotik yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba. Polimiksin sebagai senyawa amonium-kuaterner dapat merusak membran sel setelah bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid membran sel mikroba. Polimiksin tidak efektif terhadap kuman Gram-positif karena jumlah jumlah fosfor bakteri ini rendah. Kuman Gram-negatif yang menjadi resisten terhadap polimiksin ternyata jumlah fosfornya menurun. Antibiotik polien bereaksi dengan struktur sterol yang terdapat pada membran sel fungus sehingga mempengaruhi permeabilitas selektif membran tersebut. Bakteri tidak sensitif terhadap antibiotik polien, karena tidak memiliki struktur sterol pada membran selnya. Antiseptik yang mengubah tegangan permukaan (surface-active agents), dapat merusak permeabilitas selektif dari membran sel mikroba. Kerusakan membran sel menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel mikroba yaitu protein, asam nukleat, nukleotida dan lain-lain. Contohnya adalah polimiksin dan golongan polien. d. Antibiotik yang menghambat sintesis protein sel mikroba. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas dua sub unit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30 S dan 50 S. Untuk berfungsi pada sintesis protein,
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70 S. Penghambatan sintesis protein terjadi dengan berbagai cara. Streptomisin berikatan dengan komponen ribosom 30 S dan menyebabkan kode pada mRNA salah dibaca oleh tRNA pada waktu sintesis protein. Akibatnya akan terbentuk protein yang abnormal dan nonfungsional bagi sel mikroba. Antibiotik aminoglikosid lainnya yaitu gentamisin, kanamisin, dan neomisin memiliki mekanisme kerja yang sama, namun potensinya berbeda. Eritromisin berikatan dengan ribosom 50 S dan menghambat translokasi kompleks tRNA-peptida dari lokasi asam amino ke lokasi peptida. Akibatnya, rantai polipeptida tidak dapat diperpanjang karena lokasi asam amino tidak dapat menerima kompleks tRNAasam amino yang baru. Linkomisin juga berikatan dengan ribosom 50 S dan menghambat sintesis protein. Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30 S dan menghalangi masuknya kompleks tRNA-asam amino pada lokasi asam amino. Kloramfenikol berikatan dengan ribosom 50 S dan menghambat pengikatan asam amino baru pada rantai polipeptida oleh enzim peptidil transferase. Contohnya adalah golongan aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol. e. Antibiotik yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba. Yang lainnya walaupun bersifat antimikroba, karena sifat sitotoksisitasnya, pada umumnya hanya digunakan sebagai obat antikanker, tetapi beberapa obat dalam kelompok terakhir ini dapat pula digunakan sebagai antivirus. Yang akan dikemukakan di sini hanya kerja obat yang berguna sebagai antimikroba, yaitu rifampisin dan golongan kuinolon. Rifampisin, salah satu derivat rifamisin, berJurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

10

ikatan dengan enzim polimerase-RNA (pada sub unit) sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA oleh enzim tersebut. Golongan kuinolon menghambat enzim DNA girase pada kuman yang fungsinya menata kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk spiral hingga bisa muat dalam sel kuman yang kecil. Contohnya adalah rifampisin dan golongan kuinolon (Setiabudy, 2007).

2.4 Antibiotik tersendiri yang berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 1. Cefixime ( Cefilla, Cefspan, Cefarox ) Mekanisme kerja : menghambat sintesis dinding sel mikroba. Indikasi : Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi, otitis media, faringitis, tonsilitis, bronkitis akut dan kronik, demam tifoid. Efek samping : Syok, reaksi hipersensitivitas, kelainan hematologi, peningkatan hasil tes fungsi hati, gangguan GI, disfungsi ginjal, gangguan penafasan, sakit kepala atau pusing( jarang). Kontra Indikasi : Hipersensitivitas terhadap cefixime Perhatian : Hipersensitivitas terhadap penisilin, infeksi ginjal berat, gizi buruk, hamil dan laktasi Dosis : Anak 1,5-3 mg/kg BB 2 x/hr. Infeksi lebih berat atau tak terkendali : 6 mg/kg BB 2 x/hr Demam tifoid pada anak 10-15 mg/kg BB selama 2 minggu

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

11

2. INH Mekanisme kerja : menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba. Indikasi : Untuk semua bentuk tuberkulosis dengan kuman yang sensitif baik untuk pecegahan maupun pengobatan Efek samping : Neuropati perifer dan efek neurotoksik lain, mual, muntah, reaksi pada hati dan hematologik, reaksi hipersensitivitas, reaksi metabolik dan endokrin, sindrom reumatik Kontra Indikasi : Hepatitis yang dipicu oleh obat atau penyakit hati akut karena penyebab apapun, epilepsi, insufiensi ginjal Perhatian : Konsumsi alkohol setiap hari, DM, gangguan fungsi ginjal, kecendrungan konvulsi, hamil dan laktasi Dosis : Anak 10-20 mg/kg BB/hr sebagai dosis tunggal. Maks 300 mg/hr 3. Rifampisin Mekanisme kerja : menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba. Indikasi : TBC Efek samping : Gangguan GI, ruam kulit, leukopenia, anemia, hemolisis, pusing, sakit kepala, demam, urtikaria, hematuria, kegagalan ginjal akut Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap rifampisin, penderita dengan ikterus Perhatian : Alkoholisme, kerusakan fungsi hati, menyebabkan air seni, air mata dan dahak berwarna kemerahan Dosis : Anak 10-20 mg/kgBB/hari, tidak melebihi 600 mg

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

12

4. Cefadroxil ( Lapicef, Cefat ) Mekanisme kerja : menghambat sintesis dinding sel mikroba. Indikasi : Infeksi saluran nafas, kulit dan jaringan lunak, saluran GI dan infeksi lain yang disebabkan oleh bakteri yang peka. Efek samping : Kolitis pseudomembran, alergi, pruritus general, moniliasis genital, vaginitis, neutropenia sedang dan sementara, peningkatan transaminase serum. Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap sefalosporin Perhatian : Hipersensitif terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal, mendapat terapi diuretik poten dan antibiotik nefrotoksik Dosis : Anak 30 mg/kg BB/hr dalam 2 dosis terbagi tiap 12 jam 5. Amoxicillin ( Amoxan) Mekanisme kerja : menghambat sintesis dinding sel mikroba. Indikasi : Infeksi saluran pernafasan, bronkitis kronis, infeksi saluran pencernaan, infeksi saluran kencing, meningitis bakterial, infeksi telinga dan uretritis. Efek samping : Reaksi hipersensitif, gangguan GI Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap penisilin Perhatian : Hipersensitifitas terhadap sefalosporin, kerusakan ginjal. Dosis : Anak 20 mg/kg BB/hari terbagi tiap 8 jam

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

13

6. Eritromicin ( Erytrin, Eritanin, Erysanbe) Mekanisme kerja : menghambat sintesis protein sel mikroba. Indikasi : Infeksi saluran nafas, infeksi kulit dan jaringan lunak, pneumonia, gonore dan sifilis, difteri, intestinal amoebiasis, tetanus dan peradangan lain disebabkan mikroorganisme Efek samping : Gangguan GI, ototoksisitas Kontra indikasi : Kepekaan terhadap eritromisin Perhatian : Kerusakan fungsi hati Dosis : Anak sampai 20 kg : 30-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam jumlah yang sama tiap 6 jam 7. Sulfamethoksazol dan trimetroprim ( kontrimoksazol) Mekanisme kerja : Menghambat masuknya molekul PABA ke dalam molekul asam folat dan menghambat reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Indikasi : Infeksi saluran pernafasan, saluran kemih dan ginjal, saluran pencernaan dan jaringan kulit serta jaringan lunak, uretritis gonorkokal, disentri basiler. Efek samping : Ruam kulit, leukopenia, neutropenia, trombositopenia dan mual Kontra indikasi : Penderita dengan kerusakan hati, payah ginjal yang berat, sensitif terhadap trimetroprim dan sulfamethoxazole

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

14

Perhatian : Pada penderita gangguan ginjal dosis perlu dikurangi atau jarak pemberian obat diperpanjang untuk mencegah kumulasi dalam darah, pengobatan harus dihentikan jika terjadi ruam kulit Dosis : Anak ( 6-12 tahun) : 80 mg trimetroprim+400 mg sulfamethoxazole 2x sehari ( pagi dan sore hari) Anak ( 6 bulan -5 tahun) : 40 mg trimetroprim+200 mg sulfamethoxazole 2x sehari ( pagi dan sore hari) Bayi( 2-6 bulan) : 20 mg trimetroprim+100 mg sulfamethoxazole 8. Co-amoxiclav : Amoxicillin dan Asam klavulanat( Klaneksy,Amoxiclav)

Mekanisme kerja : menghambat sintesis dinding sel mikroba. Indikasi : Infeksi saluran nafas atas dan bawah, saluran urogenital, kulit dan jaringan lunak, tulang dan sendi, peritonitis dan infeksi setelah operasi, pembedahan besar Efek samping : Reaksi hipersensitifitas dan gangguan GI Kontra indikasi : Hipersensitif Perhatian : Bayi yang lahir dari ibu yang alergi terhadap penisilin, superinfeksi, hamil dan laktasi Dosis : Dewasa dan anak > 12 thn: 1g tiap 8 jam Anak 3 bulan- 12 thn : 25 mg/kgBB/hari tiap 12 jam Anak 0-3 bulan : 25mg/kgBB/hari tiap 12 jam 9. Pirazinamid Mekanisme kerja : menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba.

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

15

Indikasi : TBC Efek samping : Hepatotoksik, demam, anoreksia, hepatomegali, gagal hati, mual, muntah, anemia sideroblastik, urtikaria, gout. Kontra Indikasi : Pasien dengan gangguan fungsi hati Perhatian : Hati-hati dengan efek hepatotoksis dan meningkatkan kadar asam urat Dosis : Dewasa 20-25 mg/kgBB/hari dosis tunggal atau terbagi. Dosis maksimal adalah 3 gram sehari 10. Klaritomisin ( abbotic XL ) Mekanisme kerja : menghambat sintesis protein sel mikroba. Indikasi : infeksi saluran nafas, otitis media akut, infeksi kulit dan struktur kulit Efek samping : Diare, mual, nyeri dan rasa tidak enak pada perut, gangguan pengecapan, dispepsia, sakit kepala. Kontra indikasi : Hipersensitifitas, pasien dalam pengobatan dengan terfenadin yang mempunyai kelainan jantung atau gangguan elektrolit. Perhatian : Kerusakan hati atau ginjal, kehamilan dan laktasi Dosis : 500-1000 mg/24 jam selama 7-14 hari 11. Azitromisin ( Binozyt, Mezatrin ) Mekanisme kerja : menghambat sintesis protein sel mikroba. Indikasi : Infeksi saluran nafas atas dan bawah, infeksi kulit, infeksi saluran kemih

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

16

Efek samping : Diare, mual, muntah, nyeri lambung, dispepsia, ruam kulit, sakit kepala, vertigo, kelelahan Kontra indikasi : Hipersensitifitas terhadap makrolid Perhatian : Kerusakan hati/ginjal parahm pasien-pasien pneumonia Dosis : 500 mg dosis tunggal pada hari pertama diikuti 250 mg dosis tunggal pada 4 hari berikutnya 12. Phenoxymetil penisilin ( Ospen ) Mekanisme kerja : menghambat sintesis dinding sel mikroba. Indikasi : Infeksi disebabkan oleh kuman yang peka terhadap penisilin, angia tonsilaris, bronkitis bakterial, otitis media akut,sinusitis akut, bisul, terapi penunjang pada pneumonia bakterial, mencegah kambuh demam reumatik, poliartritis. Efek samping : Gangguan GI, ruam, anafilaksis, urtikaria, demam, nyeri sendi, anemia hemolitik, kelainan hematologi Kontra indikasi : sensitifitas terhadap penisilin dan sefalosporin Perhatian : Dapat menimbulkan glikosuria palsu, hipersensitif terhadap sefalosporin, diastesis alergi atau asma, kerusakan hati dan ginjal Dosis : Anak 6-12 tahun 250 mg 4x/hari Anak 1-6 tahun 250 mg 3x/hari 13. Tiamfenikol ( Urfamicin, Biothicol, Thiamycin) Mekanisme kerja : menghambat sintesis protein sel mikroba.

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

17

Indikasi : Untuk pengobatan tipus, paratipus, infeksi yang disebabkan Salmonella, infeksi meningeal, riketsia, limfogranuloma, infeksi oleh kuman yang resisten terhadap antibiotika lainnya dan sensitif terhadap thiamfenikol Efek samping : Gangguan GI, diare, sembelit dan sakit perut jarang terjadi, kulit merah dan gatal-gatal, anoreksia, vertigo, sakit kepala, sindroma gray Kontra indikasi : Hipersensitif, disfungsi ginjal dan hati berat Perhatian : Hamil, laktasi, bayi prematur, bayi baru lahir, superinfeksi Dosis :Anak sehari 50 mg/kg BB terbagi dalam 3 takaran

2.5 Pengertian bentuk sediaan farmasi di depo rawat jalan rumah sakit umum pusat fatmawati yang berasal dari poliklinik anak. Sediaan farmasi sangat jarang digunakan dalam bentuk bahan aktif murni, tapi hampir selalu diberikan dalam suatu formula tertentu dengan menggunakan berbagai bahan tambahan atau eksipien dan dengan teknologi manufacturing yang tepat sehingga dihasilkan suatu sediaan farmasi yang berkualitas. (Ansel, 1989) a) Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi (Depkes, 1995). Contoh : Tablet Kotrimoksazol, INH, PZA, Rifampisin, Eritromisin. b) Kapsul adalah bentuk sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang kapsul umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai ( Depkes,1995).
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

18

Contoh : Kapsul Rifampisin, Cefixime. c) Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai bahan obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok ( Depkes,1979). Contoh : Salep Fusicom, Fuson, Gentamisin, Bactroban. d) Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat akan digunakan, sediaan tersebut pada umumnya untuk bahan obat yang tidak stabil atau tidak larut dalam pembawa air ( Depkes,1979). Contoh : Sirup kering Amoxicillin, cefixim, Cefadroxil, Dexyclav, Cefat forte dry syr, Amoxan, Cefarox, Amoxyclav, Sporetik, Claneksy. e) Puyer adalah serbuk yang terbagi dalam bobot yang kurang lebih sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum ( Depkes,1979). f) Drop adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi untuk obat dalam yang digunakan dengan cara diteteskan (Depkes, 1979). Contoh : Cendo fenikol 0,5%, Amoxicillin drop.

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

19

2.6 Definisi Operasional No Variable Definisi Operasional Alat Ukur 1 Antibiotik berdasarkan golongan Peresepan antibiotik Resep di Poliklinik Anak berdasarkan mekanisme kerja. Antibiotik golongan : 1. Sefalosporin dari Hasil Ukur

2. Antimikrobakteri 3. Makrolida 4. Penisilin

5. Sulfonamid 6. Gol. lain 7. Kloramfenikol 8. Aminoglikosida 2. Antibiotik berdasarkan zat aktif Peresepan antibiotik Resep di Poliklinik Anak berdasarkan yang dalam tersebut. zat Antibiotik dari zat aktif : 1. Cefixime 2. INH 3. Cefadroxil 4. Rifampisin 5. Eritromisin 6. Amoxicillin 7. dll

terkandung antibiotik

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

20

3.

Antibiotik berdasarkan bentuk sediaan

Peresepan antibiotik Resep di Poliklinik Anak berdasarkan bentuk sediaan digunakan. yang

Antibiotik sediaan : 1.

dari

bentuk

Puyer

2. Sirup kering 3. Tablet 4. Kapsul 5. dll

4.

Antibiotik berdasarkan kombinasi

Peresepan antibiotik Resep di Poliklinik Anak berdasarkan obat lain obatyang

Kombinasi

antibiotik

dengan obat jenis lain : 1. Mukolitik 2. Bronkodilator 3. Kortikosteroid 4. Antihistamin 5. Analgetik /antipiretik 6. Dekongestan 7. dll

diresepkan bersama dengan Antibiotik

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

21

BAB III Metode Penelitian

3.1 Desain penelitian Karya Tulis Ilmiah ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu menggambarkan peresepan antibiotik yang berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati tahun 2010. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2011. 3.3 Populasi dan sampel Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh lembar resep yang mengandung antibiotik di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun 2010 dan sampel yang digunakan adalah seluruh resep yang mengandung antibiotik yang berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun 2010. 3.4 Cara pengumpulan data Data yang dipergunakan adalah data primer yang berasal dari lembar resep Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun 2010. 3.5 Cara Pengolahan Data Untuk mengetahui profil peresepan antibiotik yang berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati tahun 2010, maka langkah

langkah yang dilakukan adalah :


Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

22

1. Mengumpulkan semua resep di Depo Farmasi Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun 2010 2. Memilah semua resep dari poliklinik Anak 3. Mengumpulkan resep yang mengandung antibiotik 4. Mencatat resep yang mengandung antibiotik 5. Mengelompokan bentuk sediaan antibiotik yang banyak diresepkan 6. Menyusun Antibiotik berdasarkan zat aktifnya 7. Mengelompokkan resep berdasarkan penggolongan Antibiotik 8. Menggelompokan obat lain yang paling banyak digunakan bersama dengan antibiotik 9. Melakukan perhitungan jumlah dan persentase 10. Menyajikan data dalam bentuk data

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

23

BAB IV Gambaran Umum Tempat Pengambilan Data

4.1 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUP) Fatmawati terletak di wilayah Jakarta Selatan Kecamatan Cilandak dengan luas bangunan 57.457.5000 m2 dan luas tanah 13 hektar. Berdasarkan Kepmenkes RI No.472/Menkes/SK/IV/2010 tanggal 8 April 2010 tentang Peningkatan kelas RSUP Fatmawati yang

ditetapkan sebagai RSUP dengan klasifikasi Kelas A. 4.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati merupakan salah satu unit penunjang medis yang bertugas melaksanakan pengadaan, penyimpanan, peracikan dan pendistribusian perbekalan farmasi untuk kebutuhan RSUP Fatmawati serta memberikan informasi obat kepada tim pelayanan kesehatan di RSUP Fatmawati dan pasien rawat inap ataupun rawat jalan. Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati dikepalai oleh seorang Apoteker dan dibantu oleh dua orang Wakil Kepala Instalasi Farmasi yaitu: 1. 2. Wakil Kepala Instalasi Farmasi bidang pelayanan farmasi. Wakil Kepala Instalasi Farmasi bidang perbekalan farmasi.

Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati mempunyai beberapa sub instalasi dengan kegiatan yang berbeda-beda, yaitu : a. Depo Farmasi Rawat Jalan

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

24

b. Depo Farmasi Rawat Inap c. Depo Farmasi Askes dan Depo Farmasi Pegawai d. Depo Farmasi Bedah Sentral e. Depo Farmasi Rawat Darurat f. Gudang Farmasi g. Tata Usaha h. Produksi Farmasi (Steril dan Non Steril) i. Pelayanan Informasi Obat (PIO) 4.3 Depo Farmasi Rawat Jalan Depo farmasi Rawat Jalan merupakan bagian dari Instalasi Farmasi yang bertugas melayani pasien dari poliklinik baik pasien umum, pasien jaminan kantor, dan pasien asuransi kecuali pasien Askes. Depo Farmasi ini berada di bawah pengawasan Wakil Kepala Instalasi Farmasi bidang pelayanan farmasi dengan tenaga kerja berjumlah 8 orang terdiri dari 4 orang asisten apoteker, 3 juru resep dan 1 orang kasir. Depo Farmasi Instalasi Rawat Jalan melayani pasien poliklinik di lantai I, II, III yang terdiri dari : a. Poliklinik Penyakit Dalam b. Poliklinik Bedah c. Poliklinik Kesehatan Anak d. Poliklinik Kebidanan e. Poliklinik Saraf f. Poliklinik Bedah Saraf
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

25

g. Poliklinik Penyakit Jiwa h. Poliklinik THT (Telinga, Hidung dan Tenggorokan) i. Poliklinik Mata j. Poliklinik Kulit dan Kelamin k. Poliklinik Gigi dan Mulut l. Poliklinik Jantung m. Poliklinik Orthodaedi n. Poliklinik Paru o. Poliklinik Bedah Kanker p. Poliklinik OK Minor q. Poliklinik Tumbuh Kembang r. Poliklinik Rehabilitasi Medik s. Poliklinik Kesehatan Remaja

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

26

BAB V Hasil dan Pembahasan

5.1 Hasil Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap lembar resep khususnya antibiotik bagi anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 5.1.1 Peresepan Sepuluh Besar Jenis Antibiotik Berdasarkan Zat Aktif yang Berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun 2010. Jumlah (R/) tahun 2010 229 99 92 79 44 30 30 20 19 16

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Zat Aktif Cefixime INH Cefadroxil Rifampisin Eritromisin Amoxicillin Co-Amoxiclav Kontrimoksazole PZA Klaritomisin

Tabel 5.1.1 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik terbanyak berdasarkan zat aktif yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah cefixime sebanyak 229 R/ dan yang terkecil adalah klaritomisin sebanyak 16 R/.

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

27

Tabel 5.1.2 Peresepan Antibiotik Berdasarkan Golongan yang Berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun 2010

No 1 2 3 4 5 6 7 8

Golongan Sefalosporin Antimikobakterium Makrolid Penisilin Sulfonamid Golongan lain Kloramfenikol Aminoglikosida Jumlah

Jumlah (R/) tahun 2010 328 200 79 69 21 13 9 4 723

% 45,37 27,66 10,93 9,54 2,90 1,80 1,24 0,55 100%

Tabel 5.1.2 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik terbanyak berdasarkan golongan yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah sefalosporin sebanyak 328 R/ (45,37%) dan yang terkecil adalah Aminoglikosida sebanyak 4 R/ ( 0,55%).

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

28

Tabel 5.1.3 Peresepan Antibiotik Berdasarkan Bentuk Sediaan.yang Berasal dari Poliklinik Anak di Depo Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun 2010. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Bentuk Sediaan Dry sirup Serbuk Tablet Kapsul Drops Cream Salep Tetes mata Tetes telinga Jumlah Jumlah (R/) tahun 2010 316 299 66 16 8 5 6 5 2 723 % 43,71 41,36 9,13 2,21 1,11 0,69 0,83 0,69 0,28 100%

Tabel 5.1.3 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik terbanyak berdasarkan bentuk sediaan yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah dry syrup sebanyak 316 R/ (43,71%), yang terkecil adalah tetes telinga sebanyak 2 R/ ( 0,28%).

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

29

Tabel 5.1.4 Peresepan Sepuluh Besar Jumlah Obat Lain yang Sering Dikombinasikan Bersama Antibiotik Berasal dari Poliklinik Anak di Depo

Rawat Jalan RSUP Fatmawati Tahun 2010. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kombinasi Mukolitik Bronkodilator Kortikosteroid Antihistamin Analgetik & Antipiretik Dekongestan Vitamin & Mineral Antiasma Regulator GIT & antiflatulen Antidiare Jumlah (R/) 323 214 207 203 190 187 89 69 32 26

Tabel 5.1.4 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik terbanyak berdasarkan kombinasi obat lain yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah mukolitik sebanyak 323 R/ dan yang terkecil adalah antidiare sebanyak 26 R/.

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

30

5.2 Pembahasan Pada tabel 5.1.1 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik terbanyak berdasarkan zat aktif yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah cefixime sebanyak 229 R/. Cefixime merupakan antibiotik golongan Sefalosporin generasi ketiga yang memiliki keistimewaan meliputi gram negative yang luas daripada sefalosporin generasi satu dan dua, serta kesanggupannya mencapai susunan saraf pusat (Katzung,1997). Dapat diberikan secara oral karena tahan terhadap asam lambung ( Soekarjo,2000). Memiliki waktu paruh yang panjang sehingga dapat diberikan 1-2 kali sehari (McEvoy,1999). Sedangkan zat aktif antibiotik terkecil yang digunakan adalah Klaritomisin sebanyak 16 R/ karena dapat menyebabkan iritasi saluran cerna dan peningkatan sementara enzim hati ( Setiabudy,2007) Pada tabel 5.1.2 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik terbanyak berdasarkan golongan yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah sefalosporin sebanyak 328 R/ (45,37%). Sefalosporin merupakan senyawa bakterisid dan spectrum kerja luas dengan indeks terapetik ( batas keamanan ) tinggi. Efektif untuk pengobatan infeksi Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp. yang telah tahan terhadap penicillin. Efek samping toksisitas yang ditimbulkan lebih sedikit daripada antibiotik lain (Katzung,1997). Oleh karena itu sefalosporin menjadi pilihan utama dalam pengobatan pada pasien anak di RSUP Fatmawati. Sedangkan golongan antibiotik terkecil yang digunakan adalah golongan
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

31

aminoglikosida yaitu sebanyak 4 R/ ( 0,55%) karena bentuk sediaan topikal sehingga penggunaannya lebih sedikit daripada bentuk sediaan lainnya. Beberapa turunan aminoglikosida sekarang sudah dibatasi untuk penggunaan oral dan topikal, dan untuk mencegah timbulnya bakteri yang resistensi penggunaan bentuk topikal juga harus dibatasi (Katzung,1997). Pada tabel 5.1.3 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik terbanyak berdasarkan bentuk sediaan yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah dry syrup sebanyak 316 R/ (43,71%). Penggunaan obat secara oral dimaksudkan untuk efek sistemik dari obat yang terabsorbsi pada berbagai permukaan sepanjang saluran cerna. Pemberian secara oral dianggap lebih alami, tidak sulit,menyenangkan dan aman. Hal ini dikarenakan, bayi dan anakanak usia dibawah lima tahun lebih menyukai obat berbentuk cairan untuk diberikan dengan cara oral daripada bentuk padat. Bentuk sediaan sirup dapat menutupi rasa pahit atau bau dari zat obat, sehingga rasa dan aroma dari obat tersebut menjadi enak dan disukai oleh balita (Ansel, 2005). Keuntungan dari penggunaan dry sirup adalah obat lebih higienis, stabilitas lebih terjaga karena ketika ingin digunakan baru dilarutkan, dosis sesuai karena sudah ada takaran yang ditentukan. Pada tabel 5.1.4 menjelaskan bahwa jumlah peresepan antibiotik terbanyak berdasarkan kombinasi obat lain yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 adalah mukolitik sebanyak 323 R/. Mukolitik ialah obat yang dapat mengencerkan sekret saluran nafas dengan jalan memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

32

dari sputum ( Estuningtyas, 2007). Berdasarkan data penyakit terbanyak yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010, ISPA merupakan penyakit yang paling banyak diderita anak yang disertai berbagai macam tanda dan gejala, antara lain : batuk, pilek, sakit telinga (otitis media), sakit tenggorok (faringitis), dan kesulitan bernapas (Depkes, 2002). Dengan adanya mukolitik produksi mucus yang berlebihan akan mudah dikeluarkan.

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

33

BAB VI Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang peresepan antibiotik yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 dapat disimpulkan bahwa: 1. Sepuluh besar jenis antibiotik berdasarkan zat aktif adalah cefiksime sebanyak 229 R/, INH 99 R/, Cefadroxil 92 R/, Rifampisin 79 R/, Eritromisin 44 R/, Amoxicillin 30 R/, Co-amoxiclav 30 R/, Kotrimoksazole 20 R/, PZA 19 R/, dan Klaritomisin sebanyak 16 R/. 2. Jumlah peresepan antibiotik terbanyak berdasarkan golongan adalah

golongan sefalosporin 328 R/ (45,37%), sedangkan jumlah peresepan antibiotik terkecil adalah Aminoglikosida hanya sebanyak 4 R/ (0,55%). 3. Jumlah peresepan antibiotik berdasarkan bentuk sediaan terbanyak adalah Dry sirup sebanyak 316 R/ (43,71%), sedangkan jumlah peresepan antibiotik berdasarkan bentuk sediaan terkecil adalah tetes telinga sebanyak 2 R/ ( 0,28%). 4. Sepuluh besar jumlah obat lain yang sering dikombinasikan bersama antibiotik adalah mukolitik sebanyak 323 R/, bronkodilator 214 R/, kortikosteroid 207 R/, antihistamin 203 R/, analgetik & antipiretik 190 R/, dekongestan 187 R/, vitamin & mineral 89 R/, antiasma 69 R/, regulator GIT & antiflatulen 32 R/, dan antidiare sebanyak 26 R/.
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

34

6.2 Saran Penggunaan antibiotik terbanyak pada tahun 2010 dapat dijadikan : 1. Bahan acuan dalam pengadaan obat pada tahun 2011 di RSUP Fatmawati. 2. Dasar penelitian Karya Tulis Ilmiah selanjutnya. 3. Bahan evaluasi penggunaan antibiotik pada tahun 2011 di RSUP Fatmawati.

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

35

Daftar Pustaka Ansel, Howard C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Co-Amoxiclav atasi kegagalan terapi antibiotik http://www.tempo.co.id/medika/arsip/092002/keg-2.htm) akibat resistensi

Depkes, 1995,Farmakope Indonesia,Edisis IV,Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Jakarta. Depkes, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, KORPRI Sub Unit Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Depkes, 2002, Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Katzung,Bertram,1997. Farmakologi dasar dan Klinik. Edisi IV, Buku kedokteran ECG,Jakarta Lokakarya nasional I, 2005, Pola resistensi antimikroba di RSU Dr. Soetomo Surabaya dan RSU Dr. Kariadi Semarang dan dalam kaitan dengan penggunaan antibiotik(abstrak), Jakarta. McEvoy, Gerard, 1999, Drug Information, American Society Of Health System Pharmacists, Jakarta Pohan, Herdiman., 2009, Kebijakan dan Panduan Penggunaan Antibiotik di RSCM Tahun 2009, Panitian Pengendalian Resistensi Antibiotik RSCM, Jakarta. Soekarjo, Bambang, dkk, 2000, Kimia Medisinal,. Edisi kedua, Universitas Airlangga, Surabaya. Sensakovie J.W.,Smith L.G, 2000 Oral antibiotik treatment of infectious disease.Med.Clin, North Am. Tjay,T.H dan Kirana, R.,2007, Obat-obat penting,Elex Media Komputindo, Jakarta. Tim penyususn buku 50 tahun RSUP Fatmawati, 2011, 50 tahun emas RSUP fatmawati ikut menyehatkan bangsa, Jakarta.

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

36

Universitas Indonesia, 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5., Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. www.fatmawatihospital.com

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

37

Lampiran 1 Tabel penggunaan antibiotik yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 No Golongan 1 Sefalosporin Zat Aktif Cefixime Nama Obat Cefixime Cefilla Cefspan Cefarox Lapicef Cefat Cefadroxil Sporetik Cefabiotik Cefalexin INH Rifampisin PZA Ethambutol Klaritomisin Abbotic XL Erytrin Eritromisin Eritanin Erysanbe Binozyt Mezatrin Azitromycin Zitromax Urfamicin Thiamycin Osmycin Amoxicillin Amoxan Jumlah Total 156 19 229 8 46 52 74 22 18 18 4 4 1 1 2 2 99 79 19 3 12 4 4 17 2 21 2 4 6 2 1 3 1 17 13
328 99 79 19 3 200 16

Cefadroxil Monohidrate Cefadroxil Cefixime trihidrate Cefalexin Monohidrate Cefalexin 2 Total Antimikrobakterium INH Rifampisin PZA Ethambutol Total Makrolid Klaritomisin Eritromycin

44

Azitromycin

12 2 1 3 1 79 30

Azitromycin dihydrate Thiamphenicol Thiamphenicol Spiramycin 4 Total Penisilin Amoxicillin

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

38

Co-Amoxiclav

Phenoxymetil Penisillin

Amoxicillin & clavulanic acid Total 5 Sulfonamid Total Golongan lain Sulfametoksazol & Trimetroprim Co-trimoxazole Clindamycin Linkomycin Lincomycin HCL Mupirocin Ca Mupirocin As. Fusidat & Na.fusidat As. Fusidat 7 Total Kloramfenikol Thiamphenicol Kloramfenikol

Co-Amoxiclav Klaneksy Amoxiclav Dexyclav Ospen Phenoxymetil penisillin Amoxicillin clavulanat Kontimoksazol Bactrim Clindamycin Lincomycin Lincophar Bactrobant oint Bactrobant zalf Bactoderm oint Fuson cream Fusicom cream Biothicol Kloramfenikol Cendo Fenikol

3 12 5 10 4 4 1

30

8 1 69

20 1 1 1 1 3 2 2 1 2 4 1 4 1 3

21 21 1 1 1 5 2 1 2 13 4 1 4 9 1 3 4 723

Total Aminoglikosida Total

Gentamisin Sulfat Neomisin Jumlah

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

39

Lampiran 2 Tabel penggunaan kombinasi obat yang digunakan bersama antibiotik yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010 No Golongan 1 Mukolitik Nama Obat Ambroxol syr Ambroxol tab Bisolvon Bisolvon tab Bromhexim Epexol syr Epexol tab Interpect tab Mucopect drop Mucopect dry syr Mucopect paed syr Mucopect sol 20 ml Mucopect syr Mucopect tab Transpulmin syr Triaminic drop 10 ml Vectrin syr Lasal Lasal exp syr Salbutamol Salbutamol exp syr Teofillin Cortidex Dexametason Kenacort Ketricin Lameson Metil prednisolon Pehacort tab Prednison Jumlah 13 118 4 2 1 6 68 2 3 1 12 3 4 78 6 1 1 323 72 6 129 1 6 214 28 4 13 5 16 5 1 13 40

Total 2 Bronkodilator

Total 3 Kortikosteroid

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

Thyrax tab Triamcort Trilac Total 4 Antihistamin CTM Celestamin syr Cetrizin Cetrizin drop Cetrizin syr Dextamin Estin syr Heptasan Histrine drop Histrine susp Histrine syr Homoclomin tab Ozen drop Ozen syr Ryvel drop Ryvel syr Tiriz drop Tiriz syr Tiriz tab Dumin Pamol syr Panadol syr Panadol tab PCT drop PCT syr PCT tab Praxim forte syr Praxion Praxion drop Proris forte 60 ml Proris susp Sanmol drop Sanmol syr Sanmol tab

Total 5 Analgetik/Antipiretik

2 96 24 207 97 2 25 4 8 4 2 6 1 1 4 1 5 13 10 11 2 4 3 203 2 1 4 1 6 34 12 13 6 2 1 9 21 60 5 41

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

Tempra drops 15 ml Tempra syr 60 ml Tramal caps Total 6 Dekongestan Actived syr Alco dmp syr Alco drop Alco syr Efedrin HCL Lapifed Longatin Rhinofed Rhinofed syr Tremenza syr Tremenza tab Trifed Aphyalis B-com Bekombion syr Bicombion extra lisin Ca sandos syr Cobazym 1000 mcg Curvit cl emulsion Elkana syr Ferlin drops Ferriz syr Igastrum drop Imunos syr Vit A Vit B6 Zinci sulfat Zinkid syr Zinkid tab Aminophillin Combivent udv 2,5 ml

Total 7 Vitamin & Mineral

2 10 1 190 2 1 5 3 5 1 1 97 5 18 46 3 187 8 1 2 2 1 2 9 1 1 2 1 10 7 3 3 2 34 89 1 5

Total 8 Antiasma

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

42

Euphyllin retard mite Ketotifen Meptin Meptin syr Profillas syr Pulmicort resp 0,25 Total 9 Regulator GIT & antiflatulen L-Bio Vometa Vometa drop Vometa syr Vomidon syr Biodiar Lacto B Lacto K

Total 10 Antidiare

Total Suplement & Terapi 11 penunjang

1 1 53 3 1 4 69 12 9 2 8 1 32 1 24 1 26 2 2 1 2 6 1 9 23 1 1 1 9 1 13 1 2 10 13 5 1 43

Curcuma syr Curvit Folic acid Imboost syr Imudator syr Stimuno syr Vitacur syr Antasida Omeprazole Polysilane syr Ranitidine Rantin Nacl 0,9 % 2,5 ml Pedialite sol 400 Renalite 200 ml Diazepam Diazepam supp

Total 12 Antasida

Total 13 Larutan elektrolit & Nutrien

Total 14 Antiansietas

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

Stesolid rectal Total 15 Antijamur Candistin drop Fluconazole tab Myco C Myco Z Mycostatin drops Mystin syr Nystatin drops Enzimplex Tripanzim Captopril Furosemid Glaucon Spironolacton Ventolin Ventolin exp syr Azyclovir Isiprinosin Isprinol syr 60 ml Isprinosin syr 60 ml Depakene syr Digoxin Lactulax syr 120 Orezink tab GG Codein OBH

Total 16 Kolagogum & kolelitolitik Total 17 Ace Inhibitor Total 18 Diuretik

Total 19 Antitusif Total 20 Antivirus

Total 21 Antiepilepsi Total 22 Glikosida jantung Total 23 Laksatif & Pencahar Total 24 Ekspectoran

Total

6 12 4 1 1 2 2 1 1 12 4 5 9 8 8 5 1 1 7 2 3 5 1 1 1 2 5 4 4 4 4 2 2 4 1 1 1 3

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

44

25 Antiseptik & Desinfectan Total Antiinflamasi Total Antikoagulan Total Antiamoeba Total Antirematik & Antipirai Total
Jumlah

Caladin cair Otopraf Elocon lotion 10 ml Aspirin Flagyl syr Profenid supp

26 27 28 29

1 1 2 1 1 3 3 2 2 1 1
1671

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

45

Lampiran 3 Alur Pengambilan Data Antibiotik di RSUP Fatmawati


Mengumpulkan Resep 2010

Memilah resep dari Poliklinik Anak Kombinasi Non-Antibiotik Mengumpulkan Resep Antibiotik

Mencatat Berdasarkan Bentuk Sediaan

Memilah Berdasarkan Golongan

Mencatat Berdasarkan Zat Aktif

Mengurutkan Antibiotik dari yang Terbesar sampai Terkecil

Menjumlahkan dalam Bentuk %

Menyajikan Data
Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

46

Lampiran 4 Data 10 besar penyakit ( kasus baru) pada Instalasi Rawat Jalan RSUP Fatmawati tahun 2010

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

47

Lampiran 5 Contoh lembar resep yang berasal dari poliklinik anak di depo rawat jalan RSUP Fatmawati tahun 2010

Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II

48

Anda mungkin juga menyukai