Anda di halaman 1dari 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Ibu Bekerja 1. Definisi Ibu Bekerja Tenaga kerja adalah orang yang mampu untuk bekerja atau yang sanggup menghasilkan pekerjaan yang bernilai ekonomi. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang memegang peranan dalam bidang ekonomi, disamping sumber lainnya seperti modal dan teknologi Tenaga kerja wanita berarti wanita yang sedang memasuki angkatan kerja (mencari/memilih) atau dan sudah menjadi angkatan kerja. (Simanjuntak, 1985). .

2. Jenis-jenis Pekerjaan Pekerjaan dibagi menjadi dua sektor yaitu sektor formal dan informal dimana mereka yang dikatakan bekerja disektor formal adalah : (1) berusaha dengan buruh tetap, dan (2) buruh/karyawan, berarti mereka menerima bayaran. Sebaliknya sektor informal meliputi ; (1) berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain, (2) berusaha dengan bantuan anggota rumah tangga atau buruh tidak tetap, (3) pekerjaan keluarga yang dibayar. Berdasarkan pembagian tersebut data memperlihatkan bahwa proporsi wanita yang masuk dalam sektor formal dari 25% pada tahun 1980 menjadi 31% tahun 1990. di sektor sekunder seperti industri terjadi peningkatan dari 23% menjadi 29% dan di sektor tersier seperti jasa dan informasi dari 20% menjadi 34% pada kurun waktu yang sama. ini berarti

partisipasi wanita yang bekerja di sektor formal meningkat tajam (Tjiptoherijanto, 1996). Pekerjaan sektor formal adalah mereka yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, anggota ABRI, dan bekerja pada perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 10 atau lebih pekerja (Riyanti, 1993). Pada umumnya masyarakat cenderung menggantungkan diri dalam mencari pekerjaan pada sektor pemerintah (Ariani, 1994).

3. Syarat-syarat Pekerjaan Pada ibu Menurut Qaimi (2005), syarat -syarat pekerjaan pada ibu terdiri dari : a. Tidak mengganggu kondisi ibu Jangan sampai pekerjaan mengganggu kondisi jasmani dan kejiwaan ibu; tidak menjadikan ibu kehilangan semangat dan kesabaran serta gampang letih dan lesu. Lebih penting lagi, tidak sampai merusak kondisi tubuh dan jiwa ibu. b. Tidak mengabaikan hak anak Jangan sampai pekerjaan ibu menjadikan hak anak terabaikan. Anak harus diberikan hak untuk menjalin hubungan yang dekat dan hangat dengan ibu, serta mendapatkan curahan kasih dan sayang ibu. c. Tidak mengganggu aktivitas rumah Ibu juga diharapkan untuk senantiasa menjaga dan mempertahankan kehangatan suasana rumah tangga. Itu dimaksudkan agar sewaktu bersedih dan merasa resah, sang anak merasa yakin dirinya akan mendapatkan ketenangan dengan berlindung dalam rumah.

d. Menjaga kewibawaan sebagai pendidik Di samping mengelola rumah tangga, ibu juga bertugas untuk menegakkan disiplin sang anak. Ketidakhadiran ibu di tengah-tengah lingkungan keluarga, apalagi dalam tempo yang cukup lama, akan menggerogoti kewibawaan ibu (di mata sang anak), sehingga akhirnya tugas mendidik anak tidak dapat ibu jalankan dengan baik. e. Tidak gila popularitas dan jabatan Pekerjaan pada dasarnya adalah baik. Asalkan bukan dimaksudkan untuk mengejar popularitas dan jabatan, atau untuk saling bersaing. Wanita adalah seorang ibu dan status keibuan merupakan segala-galanya bagi Anda. f. Pekerjaan setengah hari Kalau ibu memang terpaksa harus bekerja, usahakanlah agar pekerjaan tersebut hanya setengah hari saja. g. Usia tiga tahun Bila ingin bekerja lebih banyak lagi ibu harus selalu mendampingi anak, minimal selama tiga tahun (maksudnya, mulai dari usia nol sampai usia tiga tahun). Pada umumnya, seorang anak memiliki keterikatan yang kuat dengan ibunya sampai usia tiga tahun. Namun, sewaktu ia memiliki kemampuan untuk berbicara dan mengemukakan keinginannya, keterikatan tersebut niscaya akan semakin berkurang. Sebabnya ia telah menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, yang pada saat bersamaan mampu memenuhi kebutuhan emosionalnya.

4. Pola kerja pada ibu

Pola kerja perempuan yang bekerja berkonsentrasi pada pola kerja terintegrasi (dengan perkawinan atau keberadaan anak), pola double- track (terus bekerja sambil berkeluarga), sementara sedikit sisanya memperlihatkan pola kerja stabil, dengan secara jelas menganggap pekerjaannya sebagai karier (Super, 1983 dalam Ihromi, 1995).

5. Strategi Adaptasi ibu Bekerja Hall (1983 dalam Ihromi 1995), mengemukakan adanya tiga strategi bentuk mengatasi masalah atau penyesuaian diri dari perempuan bekerja, yakni 1. Terdefinisi peran struktural, mendefinisikan kembali peran-peran diri dengan orang lain sesuai situasi (mis: memberikan peran baru pada suami, anak, maupun pihak lain). 2. Terdefinisi peran personal; mengatur kembali peran-peran diri tanpa mengubah lingkungan. 3. Bertingkah laku reaktif; mencoba melaksanakan semua peran dan tuntutan untuk dapat memuaskan semua pihak.

6. Dampak Ibu Bekerja Menurut Qaimi (2005), dampak negatif dan kerugian yang ditimbulkan akibat pekerjaan dan aktivitas ibu diluar rumah teramat banyak, di antaranya : 1. Dampak terhadap sang wanita Pekerjaan yang terus menerus dan bersifat resmi, akan menimbulkan kesulitan bagi wanita (yang bekerja) tersebut. Umumnya adalah hilangnya keceriaan,

kegembiraan, serta semangat keibuannya. Pada dasarnya disebabkan oleh tubuhnya terasa letih akibat terlalu banyak bekerja, perasaan terluka akibat berbagai benturan yang dialami di tempat kerja, jauh dari rumah yang merupakan tempat dirinya berprofesi sebagai wanita sejati, serta berpisah dari anak-anak yang merupakan belahan jiwanya. 2. Dampak terhadap rumah tangga Sebuah rumah yang tidak terdapat sosok ibu, bukanlah sebuah rumah. Di dalamnya, malapetaka dan kehancuran senantiasa akan mengintai. Rumah yang dihuni seorang anak yang jarang bertemu ibunya, tak ubahnya rumah yang keropos dan gampang hancur. Kebahagiaan dan kehangatan dalam rumah amat bergantung pada kehadiran seorang ibu. 3. Dampak terhadap anak Pekerjaan kaum ibu pada umumnya berdampak negatif pada anak-anaknya berupa : a. Sisi emosional Bagi sang anak, pekerjaan kaum ibu hanya memicu terjadinya pendangkalan, yakni pendangkalan rasa cinta, kasih sayang dan belaian lembutnya. Sewaktu ibu tidak di rumah, sang anak terpaksa duduk dan tinggal sendirian, dititipkan di rumah sanak-kerabat, dijaga dan diasuh seorang pengasuh, atau dititipkan di tempat penitipan anak. Padahal kita tahu semua itu tidak akan mampu menggantikan posisi seorang ibu. b. Sisi Moralitas

Pekerjaan dan aktivitas di luar rumah acapkali menjadikan kaum ibu tenggelam dalam kesibukkan sehingga melalaikan kondisi dan keadaan anak-anaknya. Memang itu tidak lakukan dengan sengaja dan tidak berlaku umum. Namun, lantaran itu dapat dikatakan bahwa kaum ibu tak akan mampu mengurus dan merawat anaknya dengan baik dan layak. c. Sisi Perilaku Kesibukkan ibu dan tidak terpenuhinya keinginan serta kebutuhan anak, dapat menjadikan sang anak berprilaku buruk: suka membantah, menentang, dan gampang marah. Sewaktu sang ibu pulang, setelah lama ditunggunya ia akan langsung menunjukkan ketidak senangannya dengan sikap kasar. Dan sikap seperti ini akan menjadi lahan subur bagi timbulnya berbagai kelainan dan penyimpangan kepribadian. 4. Berbagai dampak lainnya Pekerjaan dan kesibukkan kaum ibu diluar rumah, sehingga tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk mengurus anak, akan menimbulkan berbagai dampak negatif bagi diri sang anak antara lain : a. Mengganggu perkembangan jasmani dan rohani anak. ini mengingat keceriaan dan kegembiraan anak berpengaruh bagi pertumbuhannya. b. Mengganggu kesehatan dan keselamatan sang anak, lantaran makanan, kebersihan, kegiatan dan permainannya tidak diperhatikan. c. Sang anak terus berada dalam ancaman bahaya; terkena benda tajam, tersengat listrik dan lain-lain.

d. Mudah terpengaruh untuk berbuat tidak terpuji. ini lantaran dirinya memiliki kebebasan penuh, sementara teman-temannya menganggapnya tidak berada di bawah pengawasan. Seorang anak yang tidak memiliki kepuasan emosional, akan mencari tempat perlindungan dari lingkungan lain yang dianggap

menyenangkannya. Dan pada gilirannya, semua itu akan menyebabkan anda semakin sulit mendidik dan membinanya dengan baik. 2.2. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif .1 KONSEP ASI 2.1.1 Defenisi ASI ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu jenis makanan yang mencukupi semua seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual (Sripurwanti, 2004). ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose da garam organik yang disekresi oleh kedua belah payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Ambarwati, 2009). ASI dan kolostrum adalah makanan terbaik bagi bayi. Kolostrum merupakan cairan kental kekuning- kuningan yang dihasilkan oleh alveoli payudara ibu pada periode akhir atau trimester ketiga kehamilan.(Kristiyansari,2009) 2.1.2 Manfaat Pemberian ASI 2.1.2.1 Manfaat untuk bayi ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,dan psikologis yang mudah dicerna dan diserap oleh usus bayi. ASI

mengandung protein yang spesifik untuk melindungi bayi dari alergi, kadar selenium yang melindungi gigi dari kerusakan (Anik, 2009). ASI juga dapat meningkatkan perkembangan psikomotorik, kognitif, penglihatan, emosi yang hangat, dan kepribadian yang percaya diri. ASI dapat memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak (Sitti, 2009). Menurut penelitian Riva tahun 1977, kepandaian anak yang minum ASI pada usia 9 tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi daripada anak-anak yang minum susu formula (Danuatmaja, 2003). 2.1.2.2 Manfaat untuk ibu Pada saat memberikan ASI, otomatis resiko perdarahan pada pasca bersalin berkurang. Naiknya kadar oksitosin selama menyusui akan menyebabkan semua otot polos akan mengalami kontraksi. Kondisi inilah yang menyebabkan uterus mengecil sekaligus menghentikan perdarahan (Anik, 2009). Pemberian ASI secara Ekskluisif dapat berfungsi sebagai alat kontrasepsi sampai 6 bulan setelah kelahiran karena isapan bayi meransang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi sehingga menunda kesuburan. ASI juga dapat mencengah kanker payudara, kanker ovarium, dan anemia defisiensi zat besi (Sitti, 2009). 2.1.3 Komposisi Dalam ASI Komposisi yang terkandung dalam ASI menurut Sulistyawati, 2009 antara lain: 1. Protein Protein dalam ASI mencapai kadar yang lebih dari cukup untuk

pertumbuhan optimal, sementara ASI juga mengandung muatan yang mudah larut yang sesuai dengan ukuran ginjal bayi yang belum matang (Christine,2006). Dibandingakan dengan komposisi protein ASI paling rendah, berkisar 1,3g/ml pada bulan pertama dengan rata- rata 1,15g/ 100ml di hitung berdasarkan nitrogen x 6,25. ASI mengandung whey protein dan casein. Casein adalah protein yang sukar dicerna dan whey protein adalah protein yang membantu menyebabkan isi pencernaan bayi menjadi lebih lebut atau mudah dicerna oleh usus bayi. Meskipun kedua susu tersebut sama- sama mengandung whey protein yang baik untuk pencernaan. 2. Lemak Keunggulan lemak ASI adalah kandungan asam lemak esensial, docosahexaenoic acid (DHA) dan arachnoic acid (AA) yang berperan penting dalam pertumbuhan otak sejak trimester I kehamilan sampai usia 1 tahun usia anak. Lemak ASI terdiri dari trigliserid (98-99%) yang dengan enzim lipase akan terurai menjadi trigliserol dan asam lemak. Enzim lipase tidak hanya terdapat pada sitem pencernaan bayi, tapi juga dalam ASI. Lemak ASI mudah dicerna karna sudah dalam bentuk emulsi. Yang merupakan asam lemak esensial sebenarnya adalah kelompok Omega- 3 yang dapat di ubah menjadi DHA dan Omega- 6 yang dapat menjadi AA. Kelebihan ASI dapat terjadi karena ASI selain mengandung n-3 dan n-6, dan juga mengandung DHA dan AA. Konsentrasi lemak meningkat dari 2.0 g/100ml pada kolostrum menjadi sekitar 4 -4,5g/ 100ml pada hari 14 setelah persalinan. Kadar lemak juga bervariasi pada saat menyusui (fore milk) menjadi 2- 3 kali

lebih tinggi pada akhir menyusui (hind milk). Dibandingkan dengan lemak yang bervariasi kosentrasinya, asam lemak lebih stabil. Dalam ASI, asam lemak terdiri dari 42% asam lemak jenuh dan 57% asam lemak tak jenuh, termasuk DHA dan AA yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak bayi dan anak kecil. 3. Vitamin dan Mineral a. Vitamin yang larut dalam lemak Vitamin A adalah salah satu vitamin penting yang tinggi kadarnya dalam kolostrum dan menurun pada ASI biasa. ASI adalah sumber vitamin A yang baik dengan konsentrasi sekitar 200 IU/ dl. Vitamin yang larut dalam lemak lainnya adalah vitamin D, E, dan K. Konsentrasi vitamin D dan K sedikit dalam ASI. Untuk negara tropis yang terdapat cukup sinar matahari, vitamin D tidak jadi masalah. Vitamin K akan terbentuk oleh bakteri di dalam usus bayi beberapa waktu kemudian. b. Vitamin yang larut dalam air Vitamin C, asam nicotinic, B12, B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B6 (pirodoksin) sangat dipengaruhi oleh makanan ibu, namun untuk ibu dengan status gizi normal, tidak perlu diberi suplemen. Fluoride adalah mineral yang memperkuat email gigi, melindungi gigi dari karies (lubang). Hanya sejumlah kecil fluride yang ada dalam air susu ibu. 4. Zat Besi Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0,5 1,0 mg/ liter), namun bayi yang menyusui jarang terkena anemia. Bayi lahir dengan cadangan zat besi dan zat besi dari ASI diserap dengan baik (>70%) di bandingkan dengan

penyerapan 30% dari susu sapi dan 10% dari susu formula. 5. Zat Anti Infeksi ASI mengandung anti infeksi terhadap berbagai macam penyakit, seperti penyakit saluran pernapasan atas diare, dan penyakit saluran pencernaan. ASI juga disebut sebagai darah putih yang mengadung enzim, imunoglobin, dan leukosit. Lekosit terdiri dari fagosit 90% dan limfosit 10%, yang meskipun sedikit tetap akan memberikan protektif yang signifikan terhadap bayi. Immunoglobin merupakan protein yang di hasilkan sel plasma sebagai respon adanya imunogen atau antigen (zat yang menstimulasi tubuh untuk memproduksi anti bodi). Ada 5 macam Immunoglobin : IgA, IgM, IgE, IgD, dan IgG. Dari kelimanya secretory IgA (sIgA) disekresi oleh makrofag (disintesa dan di simpan dalam payudara), yang berperan dalam fungsi antibodi ASI melalui alur limposit. Bayi baru lahir mempuyai cadangan IgA sedikit dan karna itulah ia sangart memerlukan tambahan proteksi sIgA dalam ASI terhadap penyakit infeksi. 6. Laktoferin Laktoferin banyak dalam ASI (1-6mg/ml), tapi tidak terdapat dalam susu sapi. Laktoferin bekerja sama dengan IgA untuk menyerap zat besi dari pencernaan sehingga menyebabkan terhindarnya suplai zat besi yang di butuhakan organisme patogenik, seperti Eschericia coli (E. Coli) dan Candida albikans. Oleh karena itu, pemberian suplemen zat besi kepda bayi menyusui harus lebih dipertimbangkan. 7. Faktor bifidus

Faktor bifidus dalam ASI meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dalam usus bayi (lactobacillus Bifidus ) yang melawan pertumbuahan bakteri patogen (seperti Shigela, Salmonela, dan E. Coli) yang di tandai PH rendah (5-6) bersifat asam dari tinja bayi. 8. Lisozim Lisozim termasuk whey protein yang bersifat bakteriosidal, antiinflamasi, dan mempunyai kekuatan beberapa ribu kali lebih tinggi dari pada susu sapi. Lisozim dapat melawan serangan E.Coli dan Salmonela serta lebih unik dibandingkan antibodi lain karena jika yang lain menurun maka kadar lisoszim akan meningkat di ASI setelah bayi berumur di atas 6 bulan saat bayi sudah di berikan makana pendamping ASI (MP -ASI ). Oleh karena itu kemungkinan terkena infeksi akan lebih tinggi. 9. Taurin Taurin adalah asam amino dalam ASI yang terbanyak kedua dan tidak terdapat dalam susu sapi. Berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting dalam maturasi otak bayi. Karena itu, susu formula bayi kebanyakan berusaha menambah taurin di dalam formulanya. 2.1.4 Pemberian ASI Perawatan payudara menurut Ari, 2009 sangat penting dalam pemberian ASI dalam hal menjaga payudara agar tetap kering dan bersih, terutama bagian puting susu. Menggunakan BH yang menyokong payudara. Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar disekitar puting setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap di lakukan di mulai dari puting susu yang tidak lecet.

Apabila lecet sangat berat, dapat di istirahatkan selama 24 jam ASI di keluarkan dan diminumkan menggunakan sendok. Bila hari pertama, ASI belum keluar bayi cukup di susukan selama 4- 5 menit untuk merangsang produksi ASI. Setelah produksi ASI cukup, bayi dapat disusukan selama 10- 15 menit. Bayi dapat di susukan sambil duduk atau berdiri dengan posisi yang nyaman bagi ibu dan bayi. Menyusui bayi pada kedua payudara secar bergantian. Bayi yang sehat dapat mengosongkan payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong kembali setelah 2 jam. Sebaiknya menyusui bayi tanpa di jadwalkan, karena bayiakan menentukan sendiri kebutuhannya. Menyusui yang di jadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi yang sangat berpengaruh pada ransangan produksi ASI selanjutnya. Setiap menyusui di mulai dengan payudara yang terakhir disusukan (Silalahi, 2005). Menurut penelitian Mortensen, 2002 dari 3253 orang menunjukkan orang dewasa yang disusui kurang dari 1 bulan scare 5 points lebih rendah dari yang disusui setidaknya 7-9 bulan. Terdapat korelasi antara antara lama menyusui dengan peningkatan IQ (Anik, 2009). Pada ibu yang bekerja dapat juga memberikan ASI Eksklusif pada bayi, tanpa ada cuti tambahan. Seringkali alasan pekerjaan membuat seorang ibu merasa kesulitan untuk memberikan ASI secara Eksklusif. Banyak diantaranya karena ketidaktahuan dan kurangnya minat untuk menyusui bayinya. Kucinya dengan memberikan ASI perah selama ibu bekerja (Danuatmaja, 2007). Dari hasil penelitian Aurbech dkk (1984) terhadap 567 ibu bekerja juga

menunjukkan bahwa ibu yang memberikan ASImempunyai prestasi kerja yang meningkat (Ambarwati, 2009). 2.1.5 Manajement laktasi Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. Menurut (Arifin, 2004), adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pada masa Kehamilan (antenatal) Memberikan penerangaan dan penyuluhan tentang manfaat keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol. Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara / keadaan putting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil. Lakukan perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup. Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya. 2. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal) Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menysui yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melakatkan bayi pada

payudara ibu. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal. Ibu nifas dapat diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S 1 ) dalam waktu dua minggu setelah melahirkan. 3. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal) Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya. Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 kali lebih banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan keberhasilan menyusui. Menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang. Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai demam. Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 6 bulan, berikan MP ASI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas 2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI a) Makanan Ibu Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika

pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI (Hapsari,2009). b) Ketentraman jiwa dan pikiran Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya (Hapsari, 2009).

Pada seorang ibu yang hamil dikenal dua refleks yang masing- masing berperan dalam pembentukan dan pengeluaran air susu. Refleks prolaktin memegang peranan penting dalam proses pembuatan kolostrum, namun jumlah kolostrumnya masih terbatas, karena aktivitas prolaktin di hambat oleh estrogen dan progesterone yang kadarnya memang tinggi. Hormone ini meransang sel- sel alveoli yang fungsinya untuk memebuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu yang

menyusui akan normal kembali setelah tiga bulan melahirkan sampai penyapihan anak.setelah anak di sapih maka tidak akan ada peningkatan prolaktin.(Sitti, 2009) Ejeksi susu dari alveoli dan duktus susu terjadi akibat refleks let-down. Akibat stimulus isapan, hipotalamus melepaskan oksitosin dari hipofisis posterior. Refleks let- down dapat terjadi selama aktifitas seksual karena oksitosin dilepas selama orgasme (Bobak, 2005). Menurut Sitti, 2009 faktor- factor yang meningkatkan refleks let-down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. c) Pengaruh Persalinan di Klinik Bersalin Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemberian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan. d) Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron. Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat

mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI (Arifin, 2004). 2.1.7 Cara Pengeluaran ASI a) Memerah dengan menggunakan tangan Memerah ASI biasanya dilakukan oleh ibu yang bekerja, ibu sakit dan tidak dapat langsung menyusui bayinya, ASI keluar berlebihan sampai keluar memancar, dan bayi yang mempunyai masalah menghisap (missal: Bayi Berat Lahir Rendah/ BBLR) (Anik, 2009). Menurut sulistywati, 2009 cara- cara mengeluarkan dengan menggunakn tangan ASI: 1. Pemijatan (massage) Pijatlah sel- sel produksi ASI dan saluran ASI mulai dari bagian atas payudara dengan gerakan memutar, dan pijatan payudara dengan menekannya kearah dada. 2. Penekanan (stroke) Tekanlah daerah payudara dari bagian atas hingga sekitar puting dan tekan dengan lembut, dengan jari seperti mengelitik. 3. Menggunjang (shake) Gunjanglah payudara dengan arah memutar, gerakan graputasi ini akan membantu mengeluarkan ASI.

Catatan: Jika suplai ASI terjaga gunakan waktu semaksimal mungkin. Waktu terebut hanya sebagai patokan saja. Perhatikan aliran ASI dan ganti payudara lainnya jika aliran ASI pada payudara tersebut sudah mulai menurun. Bila ASI tidak keluar atau hanya sedikit ASI yang keluar, ikuti periode waktu lebih sering dan singkat dan sering. b) Memerah dengan pompa Dengan pompa ASI, Ibu bisa memerah dengan lebih cepat dan mudah dibanding menggunakan tangan. Kendurkan otot dan saluran ASI di payudara Ibu dengan menaruh handuk hangat di atas payudara atau urut-urut sebelumnya dan pastikan pompa sudah disterilkan sebelum dipakai. Lamanya memompa ASI sangat bergantung pada pompa yang digunakan. Pemerahan ASI bisa perlu waktu 15 - 45 menit dan tidak menyebabkan rasa sakit. 2.1.8 Penyimpanan ASI Perahan Penyimpanan ASI sangat diperlukan karna berbagai alasan, misalnya: pada ibu yang bekerja yang tidak memungkinkan ibu membwa bayinya ketempat kerja, bayi tidak mampu menghisap puting bayi, dan ibu sakit dan tidak mampu memberi ASIsecara mandiri (Sulistiwaty, 2009). Tempat penyimpanan ASI yang sudah di perah dalam kantung plastik polietilen (misal plastik gula); atau wadah plastik untuk makanan atau yang bisa dimasukkan dalam microwave, wadah melamin, gelas, cangkir keramik. Jangan masukkan dalam gelas plastik minuman kemasan maupun plastik styrofoam. Beri tanggal dan jam pada masing-masing wadah. Dinginkan dalam refrigerator

(kulkas). (Dewi Yamina, 2011) Sumber: Tabloid Ibu & Anak Lamanya hasil pompa/peras disimpan tergantung dari tempat. ASI pompa atau peras pada suhu ruangan, jika ruangan tidak ber-AC, disarankan tidak lebih dari 4 jam. Jika ruangan ber-AC, bisa sampai 6 jam. Dalam 4 jam ke depan ASI hasil pompa/ peras tidak akan diberikan pada bayi, maka segeralah simpan di lemari es ASI ini bisa bertahan sampai 8 (delapan) hari dalam suhu lemari es, jika ditempatkan dalam compartment yang terpisah dari bahan makanan lain yg ada di lemari es tsb. ASI hasil pompa/perasan dapat juga disimpan dalam freezer biasa sampai 3(bulan) lamanya. Namun Ibu jangan menyimpan ASI ini di bagian pintu freezer, karena bagian ini yang mengalami perubahan dan variasi suhu udara terbesar. ASI hasil pompa/perasan bahkan dapat disimpan sampai dengan 6 (enam) bulan di dalamnya. (Kompas, 2011) 2. 9 Pemberian ASI perahan Pemberian ASI perah dapat juga menggunakan sendok, jangan botol susu karena bisa mengakibatkan bayi bigung puting. Jika terdapat sisa ASI perah, jangan disimpan karena sudah tercemar. Agar ASI tidak terbuang, simpan ASI perah dalam wadah ukuran sekali minum (Danuatmaja, 2007). Setelah disimpan, saat akan diberikan kepada anak pun perlu penanganan khusus, yakni: mengambil ASI yang disimpan berdasarkan waktu pemerahan ASI (yang pertama diperah harus diberikan lebih dulu). Untuk ASI yang disimpan di lemari pendingin cukup dihangatkan dengan cara meletakkan botol di wadah berisi air hangat selama 15 menit, sambil dikocok secara perlahan.

Untuk ASI beku, keluarkan botol susu yang berisi ASI beku. Setengah jam sebelum waktu menyusui, rendamlah di dalam wadah berisi air hangat. Atau pindahkan ASI beku ke lemari pendingin bagian bawah semalam sebelumnya. Saat akan digunakan esok hari, susu akan mencair, kemudian hangatkan. ASI beku yang dicairkan dapat tahan 24 jam dalam lemari pendingin. Ingat, jangan membekukan kembali ASI yang sudah di pindahaka kelemari pendingin (Kompas, 2011). 2.2 KONSEP ASI Eksklusif 2.2.1 Defenisi ASI eksklusif ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman pendamping (termasuk air jeruk madu dan airgula) (Ari,2009). ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja, termasuk kolostrum tanpa tambahan apapun sejak lahir, dengan kata lain pemberian susu formula, air matang, air gula, dan madu untuk bayi baru lahir tidak dibenarkan (Sitti, 2009). ASI eksklusif merupakan pemberian ASI sedini mungkinsetelah lahir sampai bayi berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan lain. (Sri Purwanti, 2004) 2.2.2 Keuntungan Pemberian ASI Eksklusif 1) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan Faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik atau faktor bawaan yang di turunkan oleh orang tuan yang tidak dapat di manipulasi ataupun di rekayasa. Sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang menentukan apakah faktor genetik akan tercapai secara optimal. Faktor ini mempunyai banyak aspek dan dapat di

manipulasi atau direkayasa. Secara garis besar terdapat tiga jenis kebutuhan untuk faktor lingkungan, yaitu: Kebutuhan untuk pertumbuhan fisik- otak (ASUH), Kebutuhan untuk perkembangan emosional dan spiritul (ASIH), serta Kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi (ASAH). 2) ASI eksklusif dapat meningkatkan jalinan kasih sayang Bayi yang sering berda dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang sudah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindunga dan di sayangi inilah yang menjadi dasar perkembangan kemosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik. 2. 3 Faktor faktor dalam Pelaksanan ASI Esklusif 2.3.1 Persiapan fsikologi Ibu Persiapan psikologis ibu sangat penting untuk menyusui sangat penting karena keputusan atau sikap ibu yang positif tentang menyusui harus sudah ada pada saat kehamilan. Atau bahkan jauh sebelumnya. Langkah langkah yang dapat di lakukan dalam mempersiapkan ibu secara psikologis/ kejiwaan untuk menyusui.(Anik, 2009) 2.3.2 Upaya meningkatkan produksi ASI Pada masa hamil dapat di anjurkan meningkatkan gizi dan kesehatan ibu. Menggunakan BH yang bentuknya menyokong dan ukuran sesuai dengan payudra. Memeriksa payudara dan puting susu.( Anik, 2009)

Sesudah melahirkan ibu dapat langsung menyusui banyinya 1jam pertama segera setelah melahirkan. Menyusui bayi setiap 2 jam siang dan malam hari dengan lama menyusui 10- 15 menit di setiap payudara.( Sulistywati, 2009). 2.3.3 Perawatan puting payudara Demi keberhasilan menyusui, putting susu dan payudara memerlukan perawatan sejak dini secara teratur. Perawatan payudara selama kehamilan bertujuan agar selama menyusui kelak, produksi ASI cukup, tidak terjadi kelainan pada payudara dan agar bentuk payudara tetap baik setelah menyusui (Annik, 2009). 2.2. Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja Pemerintah mengeluarkan peraturan yang bisa mendukung agar ibu terus memberikan ASI kepada bayinya. Bahkan hak menyusui pada wanita bekerja telah dijamin pada pasal 83 Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang menyatakan bahwa pekerja atau buruh perempuan yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya, jika hal ini dilakukan selama waktu kerja (Tasya, 2008). Terdapat tujuh langkah yang sangat penting untuk keberhasilan pemberian ASI secara esklsuif terumata bagi ibu bekerja, yaitu (1) mempersiapkan payudara, (2) mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui, (3) menciptakan dukungan keluarga, (4) memilih tempat melahirkan yang sayang bayi, (5) memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara

Eksklusif (6) mencari ahli persolan menyusui seperti klinik laksatasi untuk

persiapan apabila mereka mengalami kesukaran, dan (7) menciptakan suatu sikap positif tentang ASI dan menyusui (Roesli, 2007) Menurut Depkes RI (2007) setiap tempat kerja harus mengupayakan fasilitas pendukung PP ASI bagi ibu yang menyusui seperti sarana ruang memerah ASI, perlengkapan untuk memerah dan menyimpan ASI, menyediakan materi penyuluhan ASI. Secara ideal setiap tempat kerja yang mempekerjakan perempuan hendaknya memiliki tempat penitipan bayi atau anak, sehingga ibu dapat membawa bayinya ke tempat kerja dan menyusui setiap beberapa jam. Namun bila tidak memungkinkan karena tempat kerja jauh dari rumah, tidak memiliki kenderaan pribadi atau jemputan kantor, maka cara lain yang mudah adalah memberikan ASI perah (Roesli, 2007) Berikut langkah-langkah yang perlu dipersiapkan sebelum ibu bekerja yaitu (1) mempersiapkan siapkan ASI perah sekurang-kurangnya dua hari sebelum mulai bekerja, (2) perahlah ASI setiap 3 jam. Ingat, makin sering ASI dikeluarkan, produksi ASI akan makin melimpah, (3) jangan berikan dot atau empeng pada bayi, (4) siapkan pengasuh bayi yang terampil untuk memberikan ASI perah dengan sendok/cangkir, (5) susuilah bayi Ibu selama bayi bersama Ibu termasuk malam hari, (6) banyak minum, atau minumlah bila haus, dan sebelum serta sesudah menyusui atau memerah ASI (Rusli, 2008). Alat yang digunakan harus dibersihkan untuk memeras ASI yaitu cangkir/gelas yang bermulut lebar, cucilah dengan sabun dan air bersih dan bilas dengan air hangat. Cara memerah ASI yaitu : (1) cuci tangan dengan sabun dan air

bersih, (2) duduk dengan nyaman, (3) perah sedikit ASI dan oleskan ke puting, (4) taruh telunjuk, jari tengah dan ibu jari di aerola, dengan posisi jam 06.00 dan 12.00. Bisa juga memposisikan jari pada jam 09.00 dan jam 03.00, (5) tekan ketiga jari kearah dada tanpa bergeser (bukan diurut), kemudian lepaskan, (6) jangan menggosok-gosok atau menekan payudara dengan jari, (7) lakukan untuk kedua payudara selama lebih kurang 20-30 menit (Rusli, 2008). ASI yang dikeluarkan pada saat awal proses pemerahan akan terlihat lebih encer dan kaya akan protein (disebut Fore Milk), sedang ASI yang dikeluarkan pada menit-menit berikutnya akan terlihat lebih kental karena kaya akan lemak (disebut Hind Milk), (8) perah ASI setiap 3 jam termasuk malam hari. Pada malam hari, jadwal pemerahan bisa disesuaikan dengan jam menyusui bayi, yaitu jam 10.00 malam dan 02.00 pagi, (9) memerah bisa dilakukan sedini mungkin (segera setelah bayi lahir), (10) usahakan minum bila terasa haus sebelum dan sesudah memerah (Rusli, 2008). Waktu memerah ASI dan penyimpanan: (1) saat Ibu berada di rumah : setelah Ibu menyusui dengan payudara kanan, perah payudara kiri. Saat menyusui berikutnya, susui bayi dengan payudara kiri, perah payudara kanan, (2) saat Ibu berada di kantor : perah minimal 3x, misalnya jam 10.00, 13.00 dan 16.00, (3) simpan ASI perah dalam botol atau wadah dari gelas, stainless steel atau plastik yang tertutup rapat, beri label (tanggal dan jam perah) (Rusli, 2008). Pastikan botol selalu dibersihkan dan disterilkan sebelum digunakan, (4) simpan botol berisi ASI perah dalam lemari es (bukan freezer) (5) jika tidak ada lemari es, botol berisi ASI perah disimpan dalam termos yang telah diisi es batu.

Gantilah es batu yang telah mencair. Atau gunakan cooler khusus dengan blue ice, (6) untuk membawa ASI perah dari kantor ke rumah, masukkan botol berisi ASI perah kedalam termos beri es batu. ASI dapat disimpan di (1) dalam suhu ruang : tahan 4-6 jam, (2) dalam termos yang diisi es batu : tahan 24 jam, (3) dalam lemari es bagian bawah : tahan 2 x 24 jam, (4) dalam freezer pada lemari es 1 pintu : tahan 2 minggu, (5) dalam freezer pada lemari es 2 pintu : tahan 3 bulan. Meskipun dapat disimpan lama, disarankan agar tidak terlalu lama menyimpan ASI perah karena ASI diproduksi sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak Untuk memberikan susu kepada bayi, keluarkan ASI perah dari lemari es, secara berurutan dari jam perah paling awal, diamkan dalam suhu ruang selama 10-15 menit, untuk ASI yang disimpan di freezer, disarankan untuk memindahkan ke lemari es bagian bawah selama 1 jam sebelum didiamkan dalam suhu ruang, hangatkan ASI dengan cara merendam botol berisi ASI perah dalam wadah yang diberi air hangat, jangan menghangatkan ASI dengan air mendidih atau merebus ASI karena akan merusak kandungan gizi, hangatkan dalam jumlah tertentu sesuai jumlah yang biasa diminum bayi (dalam sekali minum), siapkan cangkir dan sendok untuk meminumkan ASI perah kepada bayi. ASI perah yang didiamkan cukup lama akan terpisah menjadi 2 lapisan, lapisan yang di atas biasanya lebih kental karena kaya akan lemak. Ini bukan berarti ASI telah basi. Kocoklah dengan perlahan hingga ASI menjadi larutan homogen kembali, ASI perah segar akan berbau/beraroma manis. Bila ASI beku yang setelah dicairkan beraroma seperti sabun, hal ini disebabkan perubahan

struktur lemak dalam ASI akibat perubahan suhu yang mendadak sehingga proses kerja enzim lipase terganggu. Karena itu tidak disarankan menghangatkan ASI dengan air mendidih atau merebus ASI, atau membekukan kembali ASI yang telah dihangatkan, jika ASI perah berbau asam, maka bisa jadi ASI telah basi dan harus dibuang. Memberikan ASI perah dengan posisi duduk dengan nyaman, peganglah bayi tegak lurus/setengah tegak dipangkuan Ibu / pengasuh, peganglah sendok dan sentuhkan ke ujung bibir bayi. Untuk bayi yang telah bisa minum ASI dengan menggunakan sendok, dapat diganti dengan menggunakan gelas berukuran kecil, bayi akan mengisap/menjilat ASI, tumpahkan sedikit demi sedikit ke mulut bayi, jangan menuang ASI ke mulut bayi, setelah bayi mendapat cukup ASI, pegang bayi dalam posisi tegak untuk disendawakan (Roesli, 2007).

2.3. Dukungan Keluarga Menurut Sarwono (2003) dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Menurut Santoso (2001) dukungan yaitu suatu usaha untuk menyokong sesuatu atau suatu daya upaya untuk membawa sesuatu. Bailon dan Maglaya dalam Sudiharto (2007) menyatakan, bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu

budaya. Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang di rekat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama. Dukungan keluarga merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda-beda pada setiap tahap siklus kehidupan (Friedman, 1998). Sudiarto (2007), menyatakan setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal, misalnya ayah mempunyaiperan formal sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Peran informal ayah adalah sebagai panutan dan pelindung keluarga. Struktur keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan keluarga saling berbagi, kemampuan sistem pendukung di antara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri dan kemampuan menyelesaikan masalah. Menurut Bugges dalam Friedman (1998) keluarga terdiri dari orangorang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami isteri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri. Menurut Friedman (1998), tipe-tipe keluarga antara lain (1) keluarga inti atau konjugal yaitu keluarga yang menikah, sebagai orang tua ayah pemberi

nafkah, keluarga inti terdiri dari suami, isteri dan anak mereka, baik anak kandung maupun anak adopsi, (2) keluarga orientasi atau keluarga besar yaitu keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan darah seperti kakek/nenek, bibi, paman dan sepupu. Friedman dalam Sudiharto (2007), menyatakan bahwa fungsi dasar keluarga antara lain adalah fungsi efektif, yaitu fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung. Menurut Friedman (2003) dukungan keluarga merupakan bagian integral dari dukungan sosial. Dampak positif dari dukungan keluarga adalah meningkatkan penyusuaian diri seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan. Baik keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Caplan (1976) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga memiliki fungsi dukungan yaitu dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan isntrumental dan dukungan emosional. Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai sebuah keluarga diseminator atau penyebar informasi tentang semua informasi yang ada dalam kehidupan. Keluarga berfungsi sebagai pencari informasi yang berhubungan dengan masalah menyusui dari tenaga kesehatan, dan melakukan konsultasi, serta mencari informasi dari media cetak maupun sumber lain yang mendukung. Dukungan penilaian adalah jenis dukungan dimana keluarga bertindak sebagai pembimbing dan bimbingan umpan balik, memecahkan masalah dan sebagai sumber validator identitas anggota dalam keluarga. Dukungan

instrumental adalah bentuk dukungan dimana keluarga sebagai sebuah sumber petolongan praktis dan kongkrit untuk menyelesaikan masalah, dan dukungan emosional adalah bentuk dukungan dimana keluarga sebagai sebuah tempat pemulihan yang aman dan damai untuk beristirahat dan membantu secara psikologis untuk menstabilkan emosi dan mengendalikan diri. Salah satu bentuknya adalah melalui pemberian motivasi dan sebagai fasilitator serta mendengarkan seluruh keluhan-keluhan anggota keluarga atau ibu terhadap masalah yang sedang dihadapinya (Caplan dalam Friedman 1998). Menurut Watson dalam Friedman (1998), salah satu bentuk dukungan keluarga berupa pemberian bantuan dalam bentuk materi seperti pinjaman uang, bantuan fisik berupa alat-alat atau lainnya yang mendukung dan membantu menyelesaikan masalah. Dalam mengatasi ketegangan kehadiran keluarga sangat penting untuk mendorong ibu dalam meningkatkan kepercayaan diri dan menstabilkan emosinya, serta memberikan motivasi yang besar terhadap ibu yang menyusui. Menurut Sudiharto (2007) dukungan keluarga mempunyai hubungan dengan suksesnya pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. Dukungan keluarga adalah dukungan untuk memotivasi ibu memberikan ASI saja kepada bayinya sampai usia 6 bulan, memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan mempersiapkan nutrisi yang seimbang kepada ibu. Menurut Roesli (2007), suami dan keluarga dapat berperan aktif dalam pemberian ASI dengan cara memberikan dukungan emosional atau bantuan praktis lainnya.

2.4. Landasan Teori Caplan (1976) dalm Friedman (1998) mengemukakan bahwa keluarga memiliki fungsi dukungan yaitu dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. 2.5. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori, maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan seperti berikut : Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Varibel Independen DUKUNGAN KELUARGA 1. Dukungan Informasional 2. Dukungan Penilaian 3. Dukungan Instrumental PEMBERIAN ASI ESKLUSIF Variabel Dependen

Pemberian ASI Eksklusif DUKUNGAN KELUARGA 1. Dukungan Informasional 2. Dukungan Penilaian 3. Dukungan Instrumental

Anda mungkin juga menyukai