PURBA WASESA, KUMEBUL TANPA GENI, WANGI TANPA GANDA, AKU SAJATINE ROH
SAKALIR, TEKA NEMBAH, LUNGO NEMBAH, WONG SAKETI PADA MATI, WONG
SALEKSA PADA WUTA, WONG SEWU PADA TURU, AMONG AKU ORA TURU,
PINANGERAN YITNA KABEH.
UTAMANING SARIRA PUNIKI,
ANGRAWUHANA JATINING SALAT,
SEMBAH LAWAN PUJINE,
JATINING SALAT IKU,
DUDU NGISA TUWIN MAGERIB,
SEMBAH ARANEKA,
WENANGE PUNIKU, LAMUN ARANANA SALAT,
PAN MINANGKA KEKEMBANGING SALAT DAIM, INGARAN TATA KRAMA.
(Keutamaan diri ini adalah mengetahui HAKIKAT SALAT, sembah dan pujian. Salat yang
sesungguhnya bukanlah mengerjakan salat Isya atau maghrib (shalat 5 waktu). Itu namanya
sembahyang. Apabila disebut salat, maka itu hanya hiasan dari SALAT DAIM, hanya tata krama).
Shalat sejati tidak hanya mengerjakan sembah raga atau tataran syariat mengerjakan sholat lima
waktu. Shalat sejati adalah SHALAT DAIM, yaitu bersatunya semua indera dan tubuh kita untuk
selalu memuji-Nya dengan kalimat penyaksian bahwa yang suci di dunia ini hanya Tuhan: HUALLAH, DIA ALLAH. Hu saat menarik nafas dan Allah saat mengeluarkan nafas.
Lebih lanjut Sunan Bonang juga menjelaskan tentang cara melakukan Shalat Daim lewat Suluk
Wujil, yaitu
PANGABEKTINE INGKANG UTAMI,
NORA LAN WAKTU SASOLAHIRA,
PUNIKA MANGKA SEMBAHE MENENG MUNI PUNIKU,
SASOLAHE RAGANIREKI,
TAN SIMPANG DADI SEMBAH,
TEKENG WULUNIPUN,
TINJA TURAS DADI SEMBAH,
IKU INGKANG NIYAT KANG SEJATI, PUJI TAN PAPEGETAN.
(Berbakti yang utama tidak mengenal waktu. Semua tingkah lakunya itulah menyembah. Diam,
bicara, dan semua gerakan tubuh merupakan kegiatan menyembah. Wudhu, berak dan kencing pun
juga kegiatan menyembah. Itulah niat sejati. Pujian yang tidak pernah berakhir).
Serat centini
Pengetahuan Spirituil/Agama sangat fokus kepada ilmu tasauf, diantaranya adalah:
1. Hakekat doa puji-pujian (dalam tembang Dandanggula):
Wruhana sajatining puji, dudu lapal kang muni ing lesan, swara lawan kumandange, pan unen-unen
dudu, dene puji sajatine, pan iya karepira kang suci sumunu, pangidhangsih karsa juga, ingkang