Anda di halaman 1dari 50

BAB 1 PENDAHULUAN

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Masing-masing mempunyai bentuk akut dan kronis. Pada beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya otitis media yaitu 25 pada anak-anak. !nfeksi umumnya terjadi dua tahun pertama kehidupan dan

puncaknya pada tahun pertama masa sekolah." #adang telinga tengah menahun atau otitis media supuratif kronik $OM%&', yang biasa disebut (congek) adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang $perforasi' pada gendang telinga $membran timpani' dan ri*ayat keluarnya cairan $sekret' dari telinga $otorea' lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. %ekret mungkin serous, mukous atau purulen.2 Penyakit ini biasanya diikuti oleh penurunan pendengaran dalam beberapa tingkatan.+ ,ipe klinik OM%& dibagi atas dua, yaitu tipe tubotimpanal $tipe rinogen, tipe sekunder, OM%& tipe jinak' dan tipe atikoantral $tipe primer, tipe mastoid, OM%& tipe ganas'. OM%& tipe jinak $benigna' dengan perforasi yang letaknya sentral, biasanya didahului dengan gangguan fungsi tuba yang menyebabkan kelainan di ka-um timpani. ,ipe ini disebut juga dengan tipe mukosa karena proses peradangannya biasanya hanya pada mukosa telinga tengah, dan disebut juga tipe aman karena tidak menimbulkan komplikasi yang berbahaya. 2 OM%& tipe jinak dibedakan menjadi dua, yaitu tipe aktif dimana pada tipe ini terdapat sekret yang masih keluar dari telinga, dan yang kedua adalah tipe tenang, yang pada pemeriksaan telinga akan dijumpai perforasi total yang

kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat disertai gejala lainnya seperti -ertigo, tinitus, atau suatu rasa penuh dalam telinga. . %edangkan OM%& tipe ganas dapat menimbulkan komplikasi ke dalam tulang temporal dan ke intrakranial yang dapat berakibat fatal.2 !nsiden OM%& ini ber-ariasi pada setiap negara. %ecara umum, insiden OM%& dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OM%& lebih sering dijumpai pada orang Eskimo dan !ndian /merika, anak-anak aborigin /ustralia dan orang kulit hitam di /frika %elatan. 0alaupun demikian, lebih dari 12 beban dunia akibat OM%&

ini dipikul oleh negara-negara di /sia ,enggara, daerah Pasifik 3arat, /frika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik.. &ehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gi4i yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya pre-alensi OM%& pada negara yang sedang berkembang.2 %ur-ei pre-alensi di seluruh dunia, yang *alaupun masih ber-ariasi dalam hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia akibat OM%& melibatkan 556++2 juta orang dengan telinga berair, 52 di antaranya

$+16222 juta' menderita kurang pendengaran yang signifikan.. %ecara umum, pre-alensi OM%& di !ndonesia adalah +,7 dan pasien OM%& merupakan 25 dari

pasien-pasien yang berobat di poliklinik ,8, rumah sakit di !ndonesia.2 3eberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, -irulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah $gi4i buruk' atau hygiene buruk. . Proses infeksi pada OM%& sering disebabkan oleh campuran mikroorganisme aerobik dan anaerobik yang multiresisten terhadap standar yang ada saat ini. &uman penyebab

yang sering dijumpai pada OM%& ialah Pseudomonas aeruginosa sekitar 52 , Proteus sp. 22 dan Staphylococcus aureus 25 .+ Otitis media supuratif akut atau kronis mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. 3entuk komplikasi ini tergantung pada kelainan patologi yang menyebabkan otore. &omplikasi ini biasanya di dapatkan pada pasien OM%& tipe bahaya tetapi OM%& tipe manapun dapat menyebabkan komplikasi bila terinfeksi kuman yang -irulen. 9engan tersedianya antibiotika mutakhir komplikasi otogenik menjadi semakin jarang. Pemberian obat-obat itu sering menyebabkan gejala dan tanda klinis komplikasi OM%& menjadi kurang jelas. 8al tersebut menyebabkan pentingnya mengenal pola penyakit yang berhubungan dengan komplikasi ini.+ Otitis Media %upuratif &ronik ini sangat mengganggu dan sering menyulitkan baik dokter maupun pasiennya sendiri.+ Penatalaksanaan OM%& didasarkan pada tipe klinik penyakit. ,ujuan penting dalam penatalaksanaan OM%& adalah untuk mengusahakan telinga yang :aman; dan pertimbangan fungsional merupakan tujuan yang sekunder. ,erapi medikamentosa ditujukan pada OM%& tipe jinak dan tindakan operasi dikerjakan pada OM%& tipe ganas.
2

/ntibiotika merupakan salah satu

medikamentosa yang telah digunakan untuk pengobatan OM%& sejak dulu. <amun demikian sampai saat ini masih terdapat perbedaan persepsi mengenai manfaat antibiotika, baik yang diberikan secara topikal maupun sistemik. Perjalanan penyakit yang panjang, terputusnya terapi, terlambatnya pengobatan spesialis ,8, dan sosioekonomi yang rendah membuat penatalaksanaan penyakit ini tetap menjadi problem di bidang ,8,. +

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Telinga Tengah ,elinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batasnya adalah sebagai berikut5= - 3atas luar= membran timpani - 3atas depan= tuba eustachius - 3atas ba*ah= -ena jugularis $bulbus jugularis' - 3atas belakang= aditus ad antrum, kanalis facialis pars -ertikalis - 3atas atas= tegmen timpani $meningen>otak' - 3atas dalam= berturut-turut dari atas ke ba*ah kanalis semisirkularis hori4ontal, kanalis facialis, tingkap lonjong $o-al *indo*', tingkap bundar $round *indo*' dan promontorium. ,elinga terngah terdiri dari suatu ruang yang terletak antara membran timpani dan kapsul telinga dalam, tulang-tulang dan otot yang terdapat didalamnya beserta penunjangnya, tuba eustachius dan sistem sel-sel udara mastoid. 3agian ini dipisahkan dari dunia luar oleh suatu membran timpani dengan diameter kurang lebih setengah inci.5 Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. 3agian atas disebut pars flaksida $membran shrapnel', sedangkan bagian ba*ah pars tensa $membran propria'. Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti sel epitel saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen

dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. 3ayangan penonjolan bagian ba*ah maleus pada membran timpani disebut sebagai umbo. 9ari umbo bermula suatu reflek cahaya $cone of light' kearah ba*ah yaitu pukul ? untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan. Membran timpani dibagi dalam . kuadran, dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, ba*ah-depan serta ba*ah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani. 9idalam telinga tengah terdapat tulangtulang pendengaran yang tersusun dari luar kedalam yaitu, maleus, inkus dan stapes. ,ulang pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melakat pada stapes. %tapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. 8ubungan antara tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. ,uba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.5

@ambar ". /natomi ,elinga

/rteri yang menyuplai membran timpani terutama berasal dari cabang aurikuler a. maksilaris interna yang bercabang-cabang diba*ah lapisan kulit dan dari cabang stilomastoid a. aurilularis posterior dan cabang timpanik a. maksilaris yang mendarahi bagian mukosa. Aena yang letaknya superficial bermuara ke -. jugularis eksterna sedangkan -ena yang lebih dalam sebagian bermuara ke sinus trans-ersus, ke -ena--ena duramater dan ke pleksus di tuba eustachius, a. timpani anterior yang merupakan cabang a. maksilaris dan mendarahi bagian anterior ka-um timpani termasuk mukosa membran timpani, a. aurikularis profunda cabang dari a. maksilaris interna menembus tulang ra*an atau tulang dinding liang telinga untuk mendarahi kutikular permukaan luar membran timpani.5,? Perdarahan ka-um timpani berasal dari cabang a. karotis eksterna. /rteri timpani anterior cabang dari a. maksilaris yang mendarahi bagian anterior ka-um timpani. /rteri timpani posterior merupakan cabang a. stilomastoid mendarahi bagian posterior ka-um timpani. /rteri timpani inferior cabang asendens a. karotis eksterna mendarahi bagian inferior ka-um timpani. /rteri petrosus superior superasialis dan a. timpani superior cabang dari a. meningea media mendarahi bagian superior ka-um timpani. /rteri karotis timpani cabang a. karotis interna. /liran -ena jalan seiringan dengan arterinya untuk bermuara ke sinus petrosus superior dan pleksus pterigodeus.5,? Persarafan sensoris baggian luar membran timpani, merupakan terusan dari persarafan sensoris kulit liang telinga. <. aurikulotemporalis mengurus bagian posterior dan inferior membran timpani, sedangkan bagian anterior dan superior diurus oleh cabang aurikuler n. -agus $a. arnold', persarafan sensoris permukaan dalam membran timpani $mukosa' diurus oleh n. jacobson yaitu cabang timpani n. glosofaringeus.5,?

%araf sensoris ka-um timpani terutama oleh pleksus timpani cabang dari n. glosofaringeus. Persarafan simpatis berasal dari pleksus saraf simpatis karotis interna, persarafan simpatis terutama berfungsi pada -askularisasi dan mempunyai efek -asokontriksi.5,? Muskulus stapedius dipersarafi oleh n. fasialis, akan berkontraksi bila ada suara keras. Muskulus tensor timpani dipersarafi <. A!!, bila kontraksi akan menarik maleus ke medial sehingga membran timpani lebih tegang.5,?

2.2 Definisi %uatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan ri*ayat keluarnya sekret dari telinga $otorea' lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul.2 2.3 Epidemiologi !nsiden OM%& ini ber-ariasi pada setiap negara. %ecara umum, insiden OM%& dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OM%& lebih sering dijumpai pada orang Eskimo dan !ndian /merika, anak-anak aborigin /ustralia dan orang kulit hitam di /frika %elatan. 0alaupun demikian, lebih dari 12 beban dunia akibat OM%&

ini dipikul oleh negara-negara di /sia ,enggara, daerah Pasifik 3arat, /frika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. &ehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gi4i yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya pre-alensi OM%& pada negara yang sedang berkembang.2 %ur-ei pre-alensi di seluruh dunia, yang *alaupun masih ber-ariasi dalam hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia
7

akibat OM%& melibatkan 556++2 juta orang dengan telinga berair, 52

di antaranya

$+16222 juta' menderita kurang pendengaran yang signifikan. %ecara umum, pre-alensi OM%& di !ndonesia adalah +,7 dan pasien OM%& merupakan 25 dari pasien-pasien

yang berobat di poliklinik ,8, rumah sakit di !ndonesia.2

2. Etiologi Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran bakteri dari meatus auditoris eksternal, kadang berasal dari nasofaring melalui tuba eustachius saat infeksi saluran nafas atas. Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal termasuk staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, 3.proteus, 3.coli dan aspergillus. Organisme dari nasofaring diantaranya streptococcus -iridans $%treptococcus / hemolitikus, streptococcus 3 hemolitikus dan pneumococcus'.7

2.! Patogenesis 3anyak penelitian pada he*an percobaan dan preparat tulang temporal menemukan bah*a adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang menghubungkan rongga di belakang hidung $nasofaring' dengan telinga tengah $ka-um timpani', merupakan penyebab utama terjadinya radang telinga tengah ini $otitis media, OM'.2 Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan akan membuka bila kita menelan. ,uba Eustachius ini berfungsi untuk

menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar $tekanan udara atmosfer'. Bungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek, penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan mengapa suatu infeksi

saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM daripada de*asa.2

@ambar 2. /natomi tuba eustachius anak dan de*asa1 Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah permeabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga tengah. %elain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.2 Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium
9

dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan OM ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk lapisan epitel sederhana.2 2." #lasifi$asi %MS# OM%& dapat dibagi atas 2 tipe yaitu"2 = ". ,ipe tubotimpani C tipe jinak C tipe aman C tipe rhinogen. Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang ber-ariasi dari luas dan keparahan penyakit. 3eberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. %ekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek. %ecara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas= Base aktif Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. 3iasanya didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. %ekret ber-ariasi dari mukoid sampai mukopurulen. Dkuran perforasi ber-ariasi dari sebesar jarum sampai perforasi subtotal pada pars tensa. Earang ditemukan polip yang besar pada liang telinga luar. Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid mengakibatkan penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila
10

tindakan konser-atif gagal untuk mengontrol infeksi, atau jika granulasi pada mesotimpanum dengan atau tanpa migrasi sekunder dari kulit, dimana kadangkadang adanya sekret yang berpulsasi diatas kuadran posterosuperior. Base tidak aktif > fase tenang Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat. @ejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. @ejala lain yang dijumpai seperti -ertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga. Baktor predisposisi pada penyakit tubotimpani = !nfeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis kronis Pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis Mandi dan berenang dikolam renang, mengkorek telinga dengan alat yang terkontaminasi Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia Otitis media supuratif akut yang berulang 2. ,ipe atikoantral C tipe ganas C tipe tidak aman C tipe tulang Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom. &olesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, ber*arna putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotis. &olesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu = a' &ongenital

11

&riteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital, menurut 9erlaki dan Flemis $"155' adalah = 3erkembang dibelakang dari membran timpani yang masih utuh. ,idak ada ri*ayat otitis media sebelumnya. Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan. &ongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang temporal, umumnya pada apeks petrosa. 9apat menyebabkan fasialis parese, tuli saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan. b' 9idapat. &olesteatoma yang didapat seringnya berkembang dari suatu kantong retraksi. Eika telah terbentuk adhesi antara permukaan ba*ah kantong retraksi dengan komponen telinga tengah, kantong tersebut sulit untuk mengalami perbaikan bahkan jika -entilasi telinga tengah kembali normal = mereka menjadi area kolaps pada segmen atik atau segmen posterior pars tensa membran timpani. Epitel skuamosa pada membran timpani normalnya membuang lapisan sel-sel mati dan tidak terjadi akumulasi debris, tapi jika terbentuk kantong retraksi dan proses pembersihan ini gagal, debris keratin akan terkumpul dan pada akhirnya membentuk kolesteatoma. Pengeluaran epitel melalui leher kantong yang sempit menjadi sangat sulit dan lesi tersebut membesar. Membran timpani tidak mengalami :perforasi; dalam arti kata yang sebenarnya = lubang yang terlihat sangat kecil, merupakan

12

suatu lubang sempit yang tampak seperti suatu kantong retraksi yang berbentuk seperti botol, botol itu sendiri penuh dengan debris epitel yang menyerupai lilin. ,eori lain pembentukan kolesteatoma menyatakan bah*a metaplasia skuamosa pada mukosa telinga tengah terjadi sebagai respon terhadap infeksi kronik atau adanya suatu pertumbuhan ke dalam dari epitel skuamosa di sekitar pinggir perforasi, terutama pada perforasi marginal. 9estruksi tulang merupakan suatu gambaran dari kolesteatoma didapat, yang dapat terjadi akibat akti-itas en4imatik pada lapisan subepitel. @ranuloma kolesterol tidak memiliki hubungan dengan kolesteatoma, meskipun namanya hampir mirip dan kedua kondisi ini dapat terjadi secara bersamaan pada telinga tengah atau mastoid. @ranuloma kolesterol, disebabkan oleh adanya kristal kolesterol dari eksudat serosanguin yang ada sebelumnya. &ristal ini menyebabkan reaksi benda asing, dengan cirsi khas sel raksasa dan jaringan granulomatosa.

@ambar +. Perjalanan Penyakit OM%&1

13

2.& Diagnosis ". ,elinga berair $otorrhoe' %ekret bersifat purulen $kental, putih' atau mukoid $seperti air dan encer' tergantung stadium peradangan. %ekret yang mukus dihasilkan oleh akti-itas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OM%& tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. &eluarnya secret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang."" Pada OM%& stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. %ekret yang sangat bau, ber*arna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya. 9apat terlihat keping-keping kecil, ber*arna putih, mengkilap. Pada OM%& tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. %ekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. %uatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis."" 2. @angguan pendengaran !ni tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. 3iasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. @angguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra o-alis. 3ila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 22 db ini ditandai bah*a rantai

14

tulang pendengaran masih baik. &erusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari +2 db. 3eratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OM%& tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati."" Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat $foramen rotundum' atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. 3ila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi koklea."" +. Otalgia $ nyeri telinga' <yeri tidak la4im dikeluhkan penderita OM%&, dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius. Pada OM%& keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. <yeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. <yeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. <yeri merupakan tanda berkembang komplikasi OM%& seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis."" .. Aertigo Aertigo pada penderita OM%& merupakan gejala yang serius lainnya. &eluhan -ertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Aertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan -ertigo dapat terjadi hanya

15

karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan -ertigo. Aertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Bistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi meningitis. Dji fistula perlu dilakukan pada kasus OM%& dengan ri*ayat -ertigo. Dji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga tengah."" 2.&.1 Tanda #linis ,anda-tanda klinis OM%& tipe maligna"" = ". /danya /bses atau fistel retroaurikular 2. Earingan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari ka-um timpani. +. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk $ aroma kolesteatom' .. Boto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

2.&.2

Peme'i$saan #linis Dntuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai

berikut"" = ". Pemeriksaan /udiometri Pada pemeriksaan audiometri penderita OM%& biasanya didapati tuli konduktif. ,api dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga tengah. Paparela, 3rady dan 8oel $"1?2' melaporkan pada penderita OM%& ditemukan tuli sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin ke

16

dalam skala timpani melalui membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan penurunan ambang hantaran tulang secara temporer>permanen yang pada fase a*al terbatas pada lengkung basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apek kohlea. @angguan pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang, sedang berat, dan ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan $ audiometri atau test berbisik'. 9erajat ketulian ditentukan dengan membandingkan rata-rata kehilangan intensitas pendengaran pada frekuensi percakapan terhadap skala !%O "15. yang eki-alen dengan skala /<%! "151. 9erajat ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut !%O "15. dan /<%! "151. 9erajat ketulian <ilai ambang pendengaran <ormal = -"2 d3 sampai 25 d3 ,uli ringan = 2? d3 sampai .2 d3 ,uli sedang = ." d3 sampai 55 d3 ,uli sedang berat = 55 d3 sampai ?2 d3 ,uli berat = ?" d3 sampai 12 d3 ,uli total = lebih dari 12 d3. E-aluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi koklea. 9engan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang serta penilaian tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa ditentukan manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan pendengaran. Dntuk melakukan e-aluasi ini, obser-asi berikut bisa membantu = a. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari "5-22 d3 b. &erusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif +2-52 d3 apabila disertai perforasi.

17

c. 9iskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih utuh menyebabkan tuli konduktif 55-55 d3. d. &elemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah. Pemeriksaan audiologi pada OM%& harus dimulai oleh penilaian pendengaran dengan menggunakan garpu tala dan test 3arani. /udiometri tutur dengan masking adalah dianjurkan, terutama pada tuli konduktif bilateral dan tuli campur. 2. Pemeriksaan #adiologi. Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri. Pemerikasaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteatom Proyeksi radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah = a. Proyeksi %chuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Boto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi ini sangat membantu ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral. b. Proyeksi Mayer atau O*en, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. /kan tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur. c. Proyeksi %ten-er, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, -estibulum dan kanalis

18

semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibat kolesteatom. d. Proyeksi Fhause !!!, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau F, scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularis hori4ontal. &eputusan untuk melakukan operasi jarang berdasarkan hanya dengan hasil G-ray saja. Pada keadaan tertentu seperti bila dijumpai sinus lateralis terletak lebih anterior menunjukan adanya penyakit mastoid. Fholesteatoma. Fholesteatoma yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida. 3anyak teori yang diajukan sebagai penyebab cholesteatoma didapat primer, tetapi sampai sekarang belum ada yang bisa menunjukan penyebab yang sebenarnya. %econdary acHuired cholesteatoma. 3erkembang dari suatu kantong retraksi yang disebabkan peradangan kronis biasanya bagian posterosuperior dari pars tensa. &hasnya perforasi marginal pada bagian posterosuperior. ,erbentuknya dari epitel kanal aurikula eksterna yang masuk ke ka-um timpani melalui perforasi membran timpani atau kantong retraksi membran timpani pars tensa.

2.( Penatala$sanaan Penatalaksanaan OM%& yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor penyebab dan pada stadium penyakitnya. 9engan demikian haruslah die-aluasi faktor-

19

faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi penyembuhan serta mengganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat ditelinga. 3ila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat -obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi."" Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan dapat dibagi atas"" = ". &onser-atif 2. Operasi 2.(.1 %MS# Benigna Tenang &eadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga se*aktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. 3ila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi $miringoplasti, timpanoplasti' untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran."" 2.(.2 %MS# Benigna A$tif Prinsip pengobatan OM%& benigna aktif adalah"" = ". Membersihkan liang telinga dan ka-um timpani 2. Pemberian antibiotika = antibiotika>antimikroba topikal antibiotika sistemik ". Pembersihan liang telinga dan ka-um timpan $aural toilet' ,ujuan aural toilet adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme.
20

3agan ". Pengerjaan aural toilet"2 Fara pembersihan liang telinga $aural toilet'"" = - /ural toilet secara kering $dry mopping'. ,elinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di beri antibiotik berbentuk serbuk. Fara ini sebaiknya dilakukan di klinik atau dapat juga dilakukan oleh anggota keluarga. Pembersihan liang telinga dapat dilakukan setiap hari sampai telinga kering. - /ural toilet secara basah $syringing'. ,elinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah, kemudian dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik. Meskipun cara ini sangat efektif untuk membersihkan telinga tengah, tetapi dapat mengakibatkan penyebaran infeksi ke bagian lain dan ke mastoid. Pemberian serbuk antibiotik dalam jangka panjang dapat menimbulkan reaksi sensitifitas pada kulit. 9alam hal ini dapat diganti dengan serbuk antiseptik, misalnya asam boric dengan !odine. - /ural toilet dengan pengisapan $suction toilet' Pembersihan dengan suction pada nanah, dengan bantuan mikroskopis operasi adalah metode yang paling populer saat ini. &emudian dilakukan pengangkatan mukosa yang berproliferasi dan polipoid sehingga sumber infeksi dapat dihilangkan. /kibatnya terjadi drainase yang baik dan resorbsi mukosa. Pada orang de*asa yang koperatif cara

21

ini dilakukan tanpa anastesi tetapi pada anak-anak diperlukan anastesi. Pencucian telinga dengan 82O2 + akan mencapai sasarannya bila dilakukan dengan (

displacement methode) seperti yang dianjurkan oleh Ma*son dan Iudmann. 2. Pemberian antibiotik topikal ,erdapat perbedaan pendapat mengenai manfaat penggunaan antibiotika topikal untuk OM%&. Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dengan secret yang banyak tanpa dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. 3ila sekret berkurang>tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. 9ianjurkan irigasi dengan garam faal agar lingkungan bersifat asam dan merupakan media yang buruk untuk tumbuhnya kuman. %elain itu dikatakan bah*a tempat infeksi pada OM%& sulit dicapai oleh antibiotika topikal. 9jaafar dan @ito*irjono menggunakan antibiotik topikal sesudah irigasi sekret profus dengan hasil cukup memuaskan, kecuali kasus dengan jaringan patologis yang menetap pada telinga tengah dan ka-um mastoid. Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari " minggu. Fara pemilihan antibiotik yang paling baik adalah dengan berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistensi. Obat-obatan topikal dapat berupa bubuk atau tetes telinga yang biasanya dipakai setelah telinga dibersihkan dahulu."" 3ubuk telinga yang digunakan seperti"" = a. /cidum boricum dengan atau tanpa iodine b. ,erramycin. c. /cidum boricum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 252 mg

22

Pengobatan antibiotika topikal dapat digunakan secara luas untuk OM%& aktif, dikombinasi dengan pembersihan telinga, baik pada anak maupun de*asa. <eomisin dapat mela*an kuman Proteus dan %tafilokokus aureus tetapi tidak aktif mela*an gram negatif anaerob dan mempunyai kerja yang terbatas mela*an Pseudomonas karena meningkatnya resistensi. Polimiksin efektif mela*an Pseudomonas aeruginosa dan beberapa gram negatif tetapi tidak efektif mela*an organisme gram positif. %eperti aminoglikosida yang lain, @entamisin dan Bramisetin sulfat aktif mela*an basil gram negatif. ,idak ada satu pun aminoglikosida yang efektif mela*an kuman anaerob."" 3iasanya tetes telinga mengandung kombinasi neomisin, polimiksin dan hidrokortison, bila sensitif dengan obat ini dapat digunakan sulfanilaid-steroid tetes mata. &loramfenikol tetes telinga tersedia dalam acid carrier dan telinga akan sakit bila diteteskan. &loramfenikol aktif mela*an basil gram positif dan gram negatif kecuali Pseudomonas aeruginosa, tetapi juga efektif mela*an kuman anaerob, khususnya. Pemakaian jangka panjang lama obat tetes telinga yang mengandung aminoglikosida akan merusak foramen rotundum, yang akan menyebabkan ototoksik.""

/ntibiotika topikal yang sering digunakan pada pengobatan Otitis Media %upuratif &ronik $OM%&' adalah"2 =

23

3agan 2. /ntibiotik ,opikal"2 Fatatan= ,erapi topikal lebih baik dibandingkan dengan terapi sistemik. ,ujuannya untuk mendapatkan konsentrasi antibiotik yang lebih tinggi. Pilihan antibiotik yang memiliki aktifitas terhadap bakterigram negatif, terutama pseudomonas, dan gram positifterutama %taphylococcus aureus. Pemberian antibiotik seringkali gagal, hal ini dapat disebabkan adanya debris selain juga akibat resistensi kuman. ,erapi sistemik diberikan pada pasien yang gagal dengan terapi topikal. Eika fokus infeksi di mastoid, tentunya tidak dapat hanya dengan terapi topikal saja, pemberian antibiotik sistemik $seringkali !A' dapat membantu mengeliminasi infeksi. Pada kondisi ini sebaiknya pasien di ra*at di #% untuk mendapatkan aural toilet yang lebih intensif. ,erapi dilanjutkan hingga +-. minggu setelah otore hilang. +. Pemberian antibiotika sistemik Pemilihan antibiotika sistemik untuk OM%& juga sebaiknya berdasarkan kultur kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari " minggu dan harus disertai

24

pembersihan sekret profus. 3ila terjadi kegagalan pengobatan , perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut."" 9alam penggunaan antimikroba, perlu diketahui daya bunuh antimikroba terhadap masing- masing jenis kuman penyebab, kadar hambat minimal terhadap masing-masing kuman penyebab, daya penetrasi antimikroba di masing-masing jaringan tubuh dan toksisitas obat terhadap kondisi tubuh. 3erdasarkan konsentrasi obat dan daya bunuh terhadap mikroba, antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. @olongan pertama antimikroba dengan daya bunuh yang tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dan kuinolon. @olongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam."" /ntibiotika golongan kuinolon $siprofloksasin dan ofloksasin' mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral. ,etapi tidak dianjurkan diberikan untuk anak dengan umur diba*ah "5 tahun. @olongan sefalosforin generasi !!! $sefotaksim, sefta4idim dan seftriakson' juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral. ,erapi ini sangat baik untuk OM/ sedangkan untuk OM%& belum pasti cukup, meskipun dapat mengatasi OM%&. Metronida4ol mempunyai efek bakterisid untuk kuman anaerob. Metronida4ol dapat diberikan pada OM%& aktif, dosis .22 mg per 7 jam selama 2 minggu atau 222 mg per 7 jam selama 2. minggu.""

2.(.3 %MS# Maligna

25

Pengobatan yang tepat untuk OM%& maligna adalah operasi. Pengobatan konser-atif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. 3ila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi."" /da beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OM%& dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain"" = ". Mastoidektomi sederhana $ simple mastoidectomy' 2. Mastoidektomi radikal +. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi .. Miringoplasti 5. ,impanoplasti 5. Pendekatan ganda timpanoplasti $ Fombined approach tympanoplasty'

3agan +. Pembedahan pada tatalaksana OM%&"2 ,ujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran."" Pedoman umum pengobatan penderita OM%& adalah /lgoritma berikut"" =

26

3agan .. /lgoritma Pengobatan OM%&

27

BAB 3 #%MPL)#AS) E#ST*A#*AN)AL %M#

Otitis media supuratif akut atau kronis mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. 3entuk komplikasi ini tergantung pada kelainan patologi yang menyebabkan otore. &omplikasi ini biasanya di dapatkan pada pasien OM%& tipe bahaya tetapi OM%& tipe manapun dapat menyebabkan komplikasi bila terinfeksi kuman yang -irulen. 9engan tersedianya antibiotika mutakhir komplikasi otogenik menjadi semakin jarang. Pemberian obat-obat itu sering menyebabkan gejala dan tanda klinis komplikasi OM%& menjadi kurang jelas. 8al tersebut menyebabkan pentingnya mengenal pola penyakit yang berhubungan dengan komplikasi ini."+ 3.1 Pen+e,a'an pen+a$it &omplikasi otitis media terjadi apabila sa*ar $barier' pertahanan telinga tengah dile*ati sehingga infeksi menjalar ke struktur di sekitarnya."+ a. Pertahanan pertama Jaitu mukosa ka-um timpani yang mampu melokalisasi infeksi. 3ila sa*ar pertahanan ini runtuh masih ada sa*ar pertahanan yang kedua yaitu dinding tulang ka-um timpani dan sel mastoid."+ b. Pertahanan kedua Jaitu dinding tulang ka-um timpani dan sel mastoid. #untuhnya periosteum akan menyebabkan terjadinya abses subperiosteal $tidak berbahaya'. /pabila infeksi mengarah kedalam yaitu ke tulang temporal akan menyebabkan paresis n.A!! atau

28

labirinitis. 3ila kearah kranial akan menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis, meningitis, dan abses otak."+ c. Pertahanan ketiga Jaitu terbentuknya jaringan granulasi. !ni terjadi jika sa*ar tulang terlampaui."+ Pada otitis media supuratif akut penyebaran melalui hematogen atau

osteotromboflebitis, sedangkan pada otitis media supuratif kronis penyebaran terjadi melalui erosi tulang. Fara penyebaran lainnya yaitu toksin masuk melalui jalan yang sudah ada misalnya melalui fenestra rotondum, meatus akustikus internus, duktus perilimfatik dan duktus endolimfatik."+ 9ari gejala dan tanda yang ditemukan dapat diperkirakan jalan penyebaran suatu infeksi telinga tengah ke intra kranial."+ /. Penyebaran secara hematogen Penyebaran secara hematogen dapat diketahui dengan adanya"+ = - &omplikasi terjadi pada a*al infeksi, dapat terjadi pada hari pertama atau kedua sampai hari kesepuluh. - @ejala prodromal tidak jelas seperti pada gejala meningitis lokal - Pada operasi didapatkan dinding tulang telinga tengah utuh dan tulang serta lapisan mukoperiosteal meradang dan mudah berdarah sehingga disebut juga mastoiditis hemoragika. 3. Penyebaran melalui erosi tulang Penyebaran melalui erosi tulang dapat diketahui bila"+ = - &omolikasi terjadi beberapa minggu atau lebih setelah a*al penyakit.

29

- @ejala prodromal infeksi lokal mendahului gejala infeksi yang luas misalnya paresis n.A!! ringan yang hilang timbul mendahului paresis n.A!! total atau gejala meningitis lokal mendahului meningitis purulen. - Pada operasi ditemukan lapisan tulang yang rusak diantara fokus supurasi dengan struktur sekitarnya . F. Penyebaran melalui jalan yang sudah ada Penyebaran melalui jalan yang sudah ada dapat diketahui bila"+ = - &omplikasi terjadi pada a*al penyakit . - /da serangan labirinitis atau meningitis berulang, mungkin ditemukan fraktur tengkorak, ri*ayat operasi tulang, ri*ayat otitis media yang sudah sembuh. &omplikasi intra kranial mengikuti komplikasi labirinitis supuratif. - Pada operasi ditemukan jalan penjalaran melalui sa*ar tulang yang bukan karena erosi. 3ila dengan pengobatan medikamentosa tidak berhasil mengurangi gejala klinik dengan tidak berhentinya otorea, dan pada pemeriksaan otoskopik tidak menunjukkan berkurangnya reaksi inflamasi dan pengumpulan cairan maka harus di*aspadai komplikasi."+ Pada stadium akut naiknya suhu tubuh, nyeri kepala atau adanya tanda toksisitas seperti malaise, somnolen, gelisah yang menetap dapat merupakan tanda bahaya. ,imbulnya nyeri kepala di parietal atau oksipital dan mual muntah proyektil serta kenaikan suhu badan yang menetap selama terapi diberikan merupakan tanda komplikasi intrakranial."+

30

3.2 #lasifi$asi $ompli$asi %M# %hambough $222+' membagi atas komplikasi meningeal dan non meningeal = /. &omplikasi intratemporal ". Perforasi membran timpani 2. Mastoiditis akut +. Paresis n. Basialis .. Iabirinitis 5. Petrositis 3. &omplikasi ekstratemporal ". /bses subperiosteal F. &omplikasi intrakranial ". /bses otak 2. ,romboflebitis +. 8idrosefalus otikus .. Empiema subdural 5. /bses subdural> ekstradural Pada OM%& tanda penyebaran penyakit dapat terjadi setelah secret berhenti keluar, hal ini menandakan adanya secret purulen yang terbendung &lasifikasi komplikasi otitis media supuratif 3.2.1 #ompli$asi )nt'atempo'al

3.2.1.1 #ompli$asi di telinga tengah /kibat infeksi telinga tengah berupa tuli konduktif. Pada membran timpani yang masih utuh, tetapi rangkaian tulang pendengaran terputus akan menyebabkan tuli konduktif yang berat. 3iasanya derajat tuli konduktif tidak

31

selalu berhubungan dengan penyakitnya sebab jaringan patologis yang terdapat di ka-um timpanipun misalnya kolesteatoma dapat menghantarkan suara ke telingan dalam.". a. Pa'esis ne'-.s fasialis Pada otitis media akut ner-us fasialis dapat terkena oleh penyebaran infeksi langsung melalui kanalis fasialis. Pada otitis media kronis kerusakan terjadi oleh erosi tulang oleh kolesteatom atau oleh jaringan granulasi disusul oleh infeksi kedalam kanalis fasialis tersebut."5 Otogenic yang menyebabkan kelumpuhan saraf *ajah termasuk OM/, OM& tanpacholesteatoma, dan cholesteatoma. Jang pertama biasanya terjadi dengan saluran tuba pecah dalam segmen timpani, yang memungkinkan kontak langsung mediator inflamasi dengan saraf *ajah itu sendiri. OM& dengan atau tanpa cholesteatoma dapat mengakibatkan kelumpuhan *ajah melalui

keterlibatan saraf pecah, atau melalui erositulang. &elumpuhan *ajah sekunder untuk OM/ sering terjadi pada anak dengan paresis tidak lengkap yang datang tiba-tiba dan biasanya singkat dengan pengobatan yang tepat. 9i sisi lain, kelumpuhan sekunder pada OM& atau cholesteatoma sering menyebabkan kelumpuhan *ajah progresif lambat dan memiliki prognosis yang lebih buruk."5 9iagnosis kelumpuhan *ajah otogenic dibuat atas dasar klinis. Paresis atau kelumpuhan*ajah pada OM/, OM&, atau cholesteatoma bukanlah diagnosis yang sulit untuk dibuat hanya dengan pemeriksaan sendiri. Peran diagnostik pencitraan F, dipertanyakan. Meskipun F, scan tidak diperlukan, dapat berguna dalam perencanaan terapi dankonseling pasien. &etika cholesteatoma melibatkan saluran tuba, juga dapat mengikisstruktur seperti

32

labirin atau tegmen. %elanjutnya, tingkat erosi tulang dari kanal tuba danderajat keterlibatannya lebih dapat dinilai pada F,."5 Penatalaksanaan= Pada otitis media akut, perlu diberikan antibiotika dosis tinggi dan drenase untuk menghilangkan tekanan didalam ka-um timpani. 3ila dalam jangka *aktu tertentu tidak ada perbaikan setelah diukur dengan elektromiografi berulah dilakukan dekompresi. Pada otitis media supuratif kronis, tindakan dekompresi harus segera dilakukan tanpa menunggu pemerikssaan

elektrodiagnostik."5 ,. Pe'fo'asi mem,'an timpani Membran timpani yang disebut juga dengan gendang telinga, merupakan membran translusen yang kaku $tetapi fleksibel' seperti struktur diafragma. Membran timpani bergerak asecara sinkron sebagai respon pada berbagai tekanan udara, yang membuat gelombang suara. @etaran gendang telinga sitransmisikan melalui rantai osikular kea rah kokhlea. 9i kokhlea, energi mekanik getaran berubah menjadi energi elektrokimia dan berjalan mele*atu ner-us kranial A!!! $-estibulokokhlearis' menuju otak. Membran timpani dan perlekatan tulangnya kemudian menjadi sebuah transduser, yang merubah satu energi mernjadi energi yang lain."5 Perforasi membran timpani merupakan hasil dari penyakit $terutama infeksi', trauma maupun pera*atan medis. Perforasi bisa terjasi secara temporary ataupun persisten. Efeknya sangat ber-ariasi baik dalam ukuran, lokasi perforasy dan hubungannya dengan keadaan patologi."5 3.2.1.1.1 Etiologi

33

!nfeksi merupakan penyebab utama perforasi pada membran timpani. Otitis media akut menyebabkan iskemi relati-e pada gendang bersamaan dengan peningkatan tekanan pada ruang telinga tengah. !ni semua menuyebabkan terjadinya rupture membran timpaniyang biasanya didahului oleh rasa sakit yang berat. Eika perforasi tidak sembuh, akan meninggalkan perforasi membran timpani yang residual. Pada saat sekarang ini sering digunakan antibiotik yang sedikit agresif untuk mengatasi keadaan ini. Penyakit ini merupakan komplikasi dari otitis media yang disebabkan oleh -irus, sehingga dapat diatasi secara spontan. 9ukungan terhadap antibiotik menyebabkan penurunan resistensi terhadap antibiotik pada strain bakteri. 3eberapa penelitian membuktikan bah*a peningkatan terjadinya mastoiditis akut dikarenakan pengurangan penggunaan antibiotik. %eiring berjalannya *aktu peningkatan terjadinya perforasi dan komplikasi otitis media seperti abses otak, meningitis, dan thrombosis sinus sigmoid dapat terjadi. !nfeksi saluran telinga jarang menyebakan perforasi membran timpani. 0alaupun dapat terjadi, biasanya sering berhubungan dengan Aspergillus niger."5 Perforasi karena trauma bisa disebabkan oleh pukulan pada telinga $seperti serangan dengan tangan kosong, jatuh dari ski air dengan posisi kepala menghantam air, telinga turun'. Pemaparan tekanan atmosfir yang berat dari ledakan yang hebat menyebabkan luka pada gendang telinga. Perforasi membran timpani dari tekanan air biasanya terjadi pada scuba di-ers, biasanya gendan telinga atrofi dari penyakit sebelumnya. Objek yang digunakan untuk membersihkan liang telinga dapat menyebabkan perforasi gendang telinga."5 !rigasi liang telinga yang dilakukan dengan tidak semestinya dapat menyebabkan perforasi. Pada beberapa pengaturan, saat irigasi serumen dilakukan oleh asisten dokter, para ahli otolaryngology mendapati sekitar "2-22 pasien>tahun dating

34

dengan keluhan ini. Perforasi membran timpani secara sengaja dilakukan pada saat ahli bedah membuah insisi pada gendang telinga $miringotomi'. &etika tube penstabil tekanan diletakkan, perforasi membran timpani telah terbuka. &egagalan dalam pembedahan menciptakan proses penyembuhan ketika penekanan tabung menyebabkan perforasi kronis membran timpani."5 3.2.1.1.2 Patofisiologi Membran timpani cenderung dapat menyembuhkan kerusakan dengan sendirinya. Meskipun gendang telinga mengalami perforasi berulang kali sering menjadi intak kembali. &adang-kadang, perforasi sembuh dengan membran tipis yang mengandung mukosa saja dan lapisan epitel skuamosa tanpa lapisan media fibrous. <eomembran seperti ini sangat tipis sehingga dapat terjadi kesalahan antara perforasi dengan perforasi yang telah sembuh. <eomembran mengalami retraksi ke arah dalam telinga dalam, terkadang sulit membedakan dari perforasi baru. Pemeriksaan dengan mikroskop menunjukkan kerancuan. #etraksi yang dalam, terutama kuadaran posterior superior membran timpani merupakan tanda terbentuknya kolesteatom."5 /danya perforasi menunjukkan telinga lebih sensiti-e terhadap infeksi jika air masuk ke saluran telinga. Eika air yang terkontaminasi bakteri mele*ati perforasi, infeksi akan terjadi. ,egangan permukaan air melindungi telinga dari penetrasi mele*ati perforasi yang kecil. !ni menjelaskan angka infeksi tertinggi pada saat mencuci rambut dibandingkan berenang $seperti sabun menurunkan tegangan permukaan sehingga air dapat masuk ke telinga tengah'. /danya perforasi merupakan kontraindikasi absolute dilakukannya irigasi serumen. #i*ayat perforasi juga merupakan kontraindikasi absolute kecuali pengetahuan personal diperoleh dari pemeriksaan yang mengindikasikan gendang yang intak."5

35

3.2.1.1.3 /e0ala #lini$ Perforasi membran timpani memberikan gejala yang ber-ariasi antara lain terdengarnya suara seperti bersiul pada saat bersin dan memencet hidung, berkurangnya pendengaran, dan kecenderungan terjadinya infeksi selama keadaan dingin dan saat air masuk ke saluran telinga. 9rainase secret purulen yang kering dimana bisa sanguineous pada kedua-duanya baik perforasi akut maupun khronik,menunjukkan adanya perforasi dan infeksi. !nfeksi saluran telinga juga menyebabkan drainase yang purulen, tetapi biasanya lebih sedikit. Perforasi yang bukan merupakan komplikasi dari infeksi atau kholesteatom tidak menimbulkan rasa sakit. /danya rasa sakit merupakan pertanda bagi para dokter untuk melihat proses penyakit lain yang menyertainya. Perforasi yang diikuti otorrhea atau kholesteatom biasanya tidak menimbulkan rasa sakit."5 3.2.1.1. Peme'i$saan Pen.n0ang #adiography dan M#! tidak begitu penting untuk kasus ini kecuali gambaran klinis menunjukkan kemungkinan adanya kerusakan tulang dan atau adanya kholesteatom. Perforasi yang asimtomatik, terutama jika pendengaran masih mendekati normal, biasanya tidak dibutuhkan pemeriksaan ini."5 /da beberapa test lain yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosa antara lain"5 = 9engan otoscopy Perforasi yang kecil mebutuhkan otomikroskopi untuk identifikasi

3eberapa program skrining pendengaran seperti test impedance telinga tengah %krining timpanometri mengungkapkan kelainan yang konsisten dengan perforasi. Masih dibutuhkan pemeriksaan lain untuk konfirmasi

36

%elalu menunjukkan audiometric ketika diagnosis a*al perforasi membran timpani dan juga sebelum dilakukan perbaikan apapun baik di praktek ataupun di ruang operasi. /udiography preoperasi dan postoperasi selalu dilakukan. 8ilangnya konduktif mayor tidak hanya menjadi perhatian bagi ahli bedah untuk melihat kemungkinan adanya lesi osikular, tetapi dokumentasi sebelum adanya tuli sensorineural melindungi ahli bedah dari bukti di kemudian hari bah*a operasi menyebabkan hilangnya pendengaran. /udiometri mengungkapkan pendengaran normal. /danya tuli konduktif yang ringan merupakan perforasi yang konsisten, dan komponen konduktif setidaknya +2d3 mengindikasikan adanya diskontinitas osikular atau kondisi patologik. 3.2.1.1.! P'osed.' Diagnosis Pada kasus yang jarang, otomikroskopi dan studi impedance masih meninggalkan pertanyaan untuk diagnosa perforasi membran timpani. Dntuk membuktikan adanya perforasi $dalam *ujud suatu arus gelembung', isi saluran telinga dengan air suling yang cukup atau dengan air steril untuk menutupi membran timpani dan pasien melakukan maneu-er Aalsa-a. 8asil negatif test ini merupakan sugesti dan tidak pasti. 8asil positif pada test ini disebabkan hanya oleh perforasi membran timpani."5 Pada perforasi membran timpani yang kronik, pemeriksaan histology terlihat adanya epitel skuamosa pada mukosa telinga tengah dan membentuk sudut perforasi. %etiap penyembuhan sudut perforasi menunjukkan adanya factor kontribusi terjadinya perforasi yang persisten."5 3.2.1.1." Penatala$sanaan

37

". ,erapi medis ,erapi medis untuk perforasi diarahkan dengan mengontrol otorrhea. Pertimbangkan resiko ototoksisitas dari penggunaan obat tetes telinga secara topikal ketika pengobatan infeksi telinga bersamaan dengan perforasi membran timpani. !nfeksi sendiri dapat menyebabkan tuli sensorineural. &linis toksisitas dari obat tetes telinga pada infeksi telinga tidak ditunjukkan dengan tegas, meskipun percobaan pada he*an menunjukkan adanya hubungan. !mplikasi legal dari administrasi toksisitas obat tetes telinga yang sebelumnya menyebabkan tuli sensorineural telah jelas. Dntuk alasan ini, hindari penggunaan obat tetes telinga yang mengandung gentamisin, neomycin sulfat, tobramicin pada kasus perforasi membran timpani. &etika digunakan, ganti segera obat tetes telinga yang toksik pada saat drainase dan edem mukosa mulai terbentuk. 8indari kontaminasi ruang telinga tengah dari air melaui perforasi membran timpani yang penting untuk meminimal otorrhea yang berasal dari perforasi."5 /ntibiotik sistemik digunakan untuk mengkontrol otorrhea dari perforasi membran timpani. /ntibiotik $trimethropim-sulfamethoKa4ole, amoKicillin'

langsung bekerja pada flora respiratorius pada kebanyakan kasus. Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa dan resisten terhadap Staphylococcus aureus bisa terjadi. &egagalan drainase untuk membersihkan setelah beberapa hari terapi

membutuhkan perubahan terapi sesuai dengan kultur dan tes sensitifitas. &ecenderungan saluran telinga terhadap pertumbuhan yang berlebihan dari pseudomonas menunjukkan pengujian yang akurat yang diperoleh melalui pengisapan spesiemen kultur $melalui control mikroskop' secara langsung dari perforasi telinga tengah."5

38

Pada keadaan rutin, tegangan permukaan air mencegah masuknya air ke telinga tengah mele*ati perforasi yang kecil. Penambahan sabun mengurangi tegangan air. ,elinga merupakan resiko terbesar terjadinya infeksi selama mencuci rambut ataupun mandi dibandingkan air biasa."5 2. Operasi Pengobatan perforasi membran timpani dibagi atas + kategori, yaitu"5 = ". Pengobatan bisa tidak dilakukan untuk pasien yang tidak melakukan kegiatan berenang dengan tuli yang terjadi minimal dan tidak ada ri*ayat terjadinya infeksi telinga yang berulang. /lat bantu dengar membuktikan satu-satunya pengobatan yang penring untuk pasien simptomatis tuli tetapi tidak ada infeksi atau ri*ayat berenang. 2. Office treatment %angat sederhana, tapi sedikit efektif, metodenya dengan kauterisasi sudut perforasi membran timpani, dengan kaustik, seperti trichloroacetic acid $"2 cairan', dan

buat kertas rokok yang kecil. ,eknik ini telah dikembangkan pada tahun "722an. Mekanisme pelepasan perforasi marginal $dengan topikal anestesi ataupun tidak' sebelum menerapkan tambalan itu dengan tipis menunjukkan peningkatan angka keberhasilan. +. ,impanoplasti ,impanoplasti dilakukan dengan menggunakan anestesi lokal ataupun umum. %ebuah innsisi dibuat dibelakang telinga atau melalui saluran telinga, tergantung dari lokasu dan ukuran perforasi. Perbaikan membutuhkan persiapan tempat tidur yang sesuai untuk penempatan graft. %ejauh ini material graft yang digunakan adalah fasia postauricular. /llograft membran timpani yang diperoleh dari cada-er,

39

pernah ditinggalkan karena takut menyebarkan -irus pathogen, tapi sekarang mulai digunakan. @raft ditempatkan di medial ataupun lateral dari perforasi. /hli bedah lebih menyukai bagian ini untuk mengambil keputusan dan keputusan itu lebih memperhatikan masalah teknik yang berkaitan dengan ukuran dan lokasi perforasi dan bentuk, sudut, dan kandungan dalam saluran telinga. ,impanoplasti berhasil menutup perforasi membran timpani pada 12-15 pasien.

3.2.1.2 #ompli$asi $e 'ongga mastoid a. Pet'ositis /danya petrositis dicurigai apabila pada pasien terdapat sindroma @radenigo yaitu"5= a. b. c. 9iplopia karena kelemahan n.A! #asa nyeri didaerah parietal, temporal, oksipital karena n.A terkena. Otore yang persisten

/pabila terdapat nanah yang keluar terus menerus dan rasa nyeri yang menetap pasca mastoidektomi maka curigai petrositis. Pengobatan petrositis yaitu operasi dan pemberian antibiotika protocol komplikasi intra kranial."5 ,. Mastoiditis $oalesen Mastoiditis akut $M/' merupakan perluasan infeksi telinga tengah ke dalam pneumatic sistem selulae mastoid melalui antrum mastoid. 0alau dalam praktek kejadian komplikasi ini rendah, pengobatan harus secepat dan seefektif mungkin untuk menghindari komplikasi."? @ejala klinis OM%& yang dicurigai M/ antara lain otore purulen kental dalam jumlah banyak dan bau, tak menunjukkan perbaikan setelah pengobatan antibiotika selama dua minggu, nyeri belakang telinga. Pada pemeriksaan fisik mungkin akan

40

ditemukan granulasi di dinding superoposterior kanalis auditorius eksterna, perforasi membran timpani, abses>fistel retroaurikula. Pada beberapa kasus dapat dijumpai perluasan abses ke ruang>rongga dalam leher sekitar mastoid seperti m.digastrikus, m.sternokleidomastoideus $Bezolds mastoiditis' dan paralisis ner-us fasialis."? 9iagnosis mastoiditis ditegakkan melalui gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang radiologi yang menunjukkan mastoiditis baik foto polos mastoid Schuller maupun CT scan mastoid."? Pengobatan berupa antibiotika sistemik dan operasi mastoidektomiL meliputi dua hal penting = pertama pembersihan telinga $menyedot>mengeluarkan debris telinga dan sekret' kedua antibiotika baik peroral, sistemik ataupun topikal berdasarkan pengalaman empirik dari hasil kultur mikrobiologi. Pemilihan antibiotika umumnya berdasarkan efektifitas kemampuan mengeliminasi kuman $mujarab', resistensi, keamanan, risiko toksisitas dan harga."?

3.2.1.3 #ompli$asi di telinga dalam /pabila terdapat peninggian tekanan di telinga tengah oleh produk infeksi ada kemungkinan produk infeksi itu akan menyebar ke telinga dalam melalui tingkap bulat $fenestra rotundum'. /pabila kerusakan hanya sampai bagian basalnya biasanya tidak menimbukan keluhan pada pasien. /pabila kerusakan telah menyebar ke koklea akan dilakukan miringotomi segera pada pasien otitis media akut yang tidak membaik dalam empat puluh delapan jam dengan pengobatan medikamentosa. Penyebaran oleh proses destruksi seperti oleh kolesteatoma atau infeksi langsung ke labirin akan menyebabkan gangguan keseimbangan dan pendengaran misalnya -ertigo, mual muntah, tuli saraf.". a. 1istel la,i'in

41

Bistula labirin adalah suatu erosi tulang dari kapsul labirin sehingga terpapar tetapi tidak sampai menembus endosteum dari labirin. Eika menembus endosteum dari labirin dapat menyebabkan kematian telinga. Bistula paling banyak terjadi didaerah kanalis semisirkularis lateral. Erosi tulang terjadi oleh karena adanya kolesteatoma pada otitis media supuratif kronis maligna. Bistula labirin dapat menimbulkan keluhan hoyong $-ertigo' dan tuli saraf. Bistula labirin terus menjadi salah satu komplikasi yang paling umum dari otitis kronis dengan cholesteatoma. 3eberapa keadaan ini lebih mengganggu ahli bedah otologic daripada terdapatnya sebuah labirin terbuka yang ditemukan pada saat operasi cholesteatoma. #isiko kehilangan pendengaran sensorineural yang signifikan sebagai akibat manipulasi bedah membuat labirin terbuka dan pengelolaannya menjadi topik yang sangat kontro-ersial. &arena lokasinya di dekat antrum, kanalis semisirkularis hori4ontal adalah bagian yang paling sering terlibat dari labirin, dan menyumbang sekitar 12 dari fistula ini. Meskipun kanal horisontal biasanya terlibat, fistula dapat terjadi di kanal posterior dan superior, dari koklea itu sendiri.". Bistula koklea dikaitkan dengan insidensi terjadinya gangguan pendengaran yang jauh lebih tinggi ditemui dibandingkan dengan labirin fistula.Erosi tulang dari kapsul otic dapat terjadi melalui dua proses yang berbeda. 9engan terdapatnya cholesteatoma, mediator diaktifkan dari matriks, atau tekanan daricholesteatoma itu sendiri, dapat menyebabkan osteolisis dan membuka labirin. <amun, fistula labirin dapat terjadi dari resorpsi kapsul otic karena mediator inflamasi bila tidak ada cholesteatoma, yang biasanya terjadi pada OM& dengan granulasi. %alah satu alasan kontro-ersi dalam membahas fistula ini adalah kurangnya sistem pembagian stadium yang dapat diterima. 3eberapa sistem telah diusulkan. %istem

42

diperkenalkan oleh 9ornhoffer dan Mile*ski, sistem ini berkaitan dengan keterlibatan labirin yang mendasarinya. Bistula dengan erosi tulang dan endosteum utuh diklasifikasikan sebagai stadium ! fistula. Eika endosteum ini terkena, namun ruang perilymphatic tidak, fistula ini diklasifikasikan sebagai stadium !! a. &etika perilymph ini terkena oleh penyakit atau sengaja disedot, fistula dikategorikan sebagai stadium !! b. %tadium !!! menunjukkan bah*a labirin membran dan endolymph telah terganggu oleh penyakit atau inter-ensi bedah.". 9iagnosis pasien yang memiliki erosi yang signifikan dari labirin klasik ini datang dengan -ertigo subjektif dan tes fistula yang positif pada pemeriksaan. %ayangnya, gambaran klasik tidak sensitif dalam identifikasi preoperatif fistula. Aertigo periodik atau disekuilibrium yang signifikan ditemukan pada 52 5. +2 sampai

dari pasien yang memiliki fistula sebelumoperasi. ,es fistula positif dalam sampai 52 dari pasien yang ditemukan memiliki fistula selama eksplorasi

bedah. Meskipun kehilangan pendengaran sensorineural ditemukan di sebagian besar pasien $57 ', itu bukan indikator yang sensitif untuk fistula. Meskipun adanya gangguan pendengaran sensorineural, -ertigo, atau tes fistula positif pada pasien yang memiliki cholesteatoma harus meningkatkan kecurigaan untuk fistula,tidak adanya tanda-tanda tadi tidak menjamin labirin tulang utuh. 8al ini sebagai alasan bah*a pendekatan bedah yang bijaksana adalah dengan mengasumsikan adanya fistula disetiap kasus cholesteatoma, untuk mencegah komplikasi yang tak terduga. 0alaupun pencitraan uni-ersal untuk semua pasien yang memiliki cholesteatoma belum standar, tinjauan literatur menunjukkan bah*a penggunaan pencitraan F, pra operasimeningkat. &arena ketidakmampuan untuk secara akurat mendiagnosis fistula preoperatif atas dasar klinis, peningkatan dalam

43

pencitraan merupakan upaya untuk meningkatkandeteksi suatu labirin, ner-us facialis, atau dura yang terkena, untuk membantu dalam perencanaan operasi. %ayangnya, kemampuan untuk mendeteksi fistula secara akurat pada F, pra operasi telah dilaporkan sebagai 5? sampai 52 . 9alam laporan saat ini F, scan

tidak lebih sensitif daripada anamnesis dan pemeriksaan fisik dalam mendeteksi fistula labirin. 9iagnosis definitif untuk fistula hanya dibuat intraoperatif, yang menegaskan kembali kebutuhan untuk menangani semua kasus cholesteatoma dengan hati-hati."5 Penatalaksanaan adalah secara operasi mastoidektomi, yang terdiri dari".,"5= ". Mastoidektomi sederhana= 3ertujuan untuk menge-akuasi penyakit yang hanya terbatas pada rongga mastoid. 2. Mastoidektomi radikal= 3ertujuan untuk mengeradikasi seluruh penyakit di mastoid dan telingatengah, di mana rongga mastoid, telinga tengah, dan liang telinga luar digabungkan menjadi satu ruangan sehingga drainase mudah. +. Dntuk kasus-kasus yang akan dilakukan perbaikan fungsi pendengaran dilakukan timpanoplasti. ,. La,i'initis s.p.'atif Iabirinitis umum yaitu labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin dengan gejala -ertigo berat dan tuli saraf berat. Iabirinitis terbatas >labirinitis sirkumskripta menyebabkan terjadinya -ertigo saja atau tuli saraf saja."5 Iabirinitis terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perilimfa. /da dua bentuk labirinitis yaitu"5= Iabirinitis serosa

44

Iabirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan sirkumskripta. Pada labirinitis serosa, toKin menyebabkan disfungsi labirin tanpa in-asi sel radang. Iabirinitis supuratif Iabirinitis supuratif dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif akut difus dan kronik difus. Pada labirinitis supuratif sel radang mengin-asi labirin sehingga terjadi kerusakan yang ire-ersibel seperti fibrosis dan osifikasi. 3.2.1.3.1 Penatala$sanaan1! Operasi harus segera dilakukan pada kedua bentuk labirinitis itu untuk menghilangkan infeksi dari telinga tengah. 9renase nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis /ntibiotika adekuat untuk pengobatan otitis media kronik dengan atau tanpa kolesteatoma.

3.2.2

#ompli$asi e$st'atempo'al

3.2.2.1 #ompli$asi e$st'a$'anial a. A,ses ,e2old3s /bses 3e4old adalah abses cer-ical yang berkembang mirip dengan abses subperiostealsecara patologi. 9engan adanya mastoiditis coalescent, jika korteks mastoid terkena padaujungnya, sebagai la*an dari korteks lateral, abses akan berkembang di leher, dalamsampai sternokleidomastoid. /bses ini dideskripsikan sebagai massa yang dalam danlembut pada leher. &arena abses berkembang dari sel-sel udara di ujung mastoid, iniditemukan pada anak-anak yang lebih tua dan orang de*asa, di mana pneumatisasi
45

darimastoid telah diperpanjang sampai ke ujung. %ebagian besar dari abses ini adalah hasil dariekstensi langsung melalui korteks, selain itu adalah dari transmisi melalui korteks utuhdengan cara phlebitis -ena mastoid. Meskipun abses 3e4old adalah komplikasi dari OM/dengan mastoiditis yang lebih sering terjadi pada anak-anak, abses ini juga dikenal sebagaikomplikasi dari OM& dengan cholesteatoma."? 9iagnosisF, scan kontras dari leher dan mastoid dianjurkan untuk membuat diagnosis dari abses3e4old. Presentasi dari pembesaran massa yang dalam dan lembut di leher harusdibedakan dari inflamasi limfadenopati leher, yang sulit atas dasar klinis saja. F, scanabses 3e4old yang menunjukkan abses melingkar yang meningkat dengan peradangan disekitarnya, dapat menunjukkan dehiscence tulang di ujung mastoid, dan dapat membantudalam perencanaan operasi."? ,. A,ses s.,pe'iosteal /bses subperiosteal adalah komplikasi eKtrakranial dari OM& yang paling sering terjadi./bses ini terjadi di korteks mastoid ketika proses infeksi dalam sel-sel udara mastoid meluas ke ruang subperiosteal. Perluasan ini paling sering terjadi sebagai akibat dari erosikorteks sekunder menjadi mastoiditis akut atau coalescent, tetapi juga dapat terjadi sebagai akibat dari perluasan -askular sekunder menjadi phlebitis dari -ena mastoid. /bses subperiosteal terlihat lebih sering pada anak-anak muda dengan OM/, tetapi jugaditemukan pada otitis kronis dengan dan tanpa cholesteatoma. Fholesteatoma dapat menghalangi aditus ad antrum, mencegah terhubungnya dari isi dari mastoid yang terinfeksi dengan ruang telinga tengah dan tuba
46

eustachius. Obstruksi ini meningkatkan kemungkinan dekompresi yang infeksius sampai korteks mastoid, menyajikan klinis sebagai abses subperiosteal atau abses 3e4old."? %eringkali diagnosis abses subperiosteal dibuat atas dasar klinis. Dmumnya, pasien akandatang dengan gejala sistemik, termasuk demam dan malaise, bersama dengan tanda-tandalokal, termasuk daun telinga yang menonjol ke arah lateral dan inferior, dan juga terdapatdaerah yang fluktuatif, eritematosa, dan nyeri di belakang telinga. 3ila diagnosis tidak pasti pada e-aluasi klinis, F, scan kontras dapat menunjukkan abses dan mungkin defek kortikal pada mastoid. %ebuah kasus dapat dibuat untuk F, scan kontras dari tulang temporal pada semua pasien dengan gejala-gejala ini, untuk membantu dalam perencanaan terapi dan untuk menyingkirkan kemungkinan komplikasi lainnya. Mastoiditis tanpa abses, limfadenopati, abses superfisial, dan kista sebasea terinfeksi adalah kemungkinan lainyang harus disingkirkan."?

BAB )4 PENUTUP

47

.1

#esimp.lan Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronik di telinga tengah lebih dari 2

bulan dengan adanya perforasi membran timpani, sekret yang keluar dari telinga tengah dapat terus menerus atau hilang timbul. %ekret bisa encer atau kental, bening atau berupa nanah. Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali apabila sudah terjadi komplikasi. 3iasanya komplikasi didapatkan pada penderita OM%& tipe maligna seperti labirinitis, meningitis, abses otak dan dapat menyebabkan kematian. Otitis media supuratif akut atau kronis mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. 3entuk komplikasi ini tergantung pada kelainan patologi yang menyebabkan otore. &omplikasi ini biasanya di dapatkan pada pasien OM%& tipe bahaya tetapi OM%& tipe manapun dapat menyebabkan komplikasi bila terinfeksi kuman yang -irulen. 9engan tersedianya antibiotika mutakhir komplikasi otogenik menjadi semakin jarang. Pemberian obat-obat itu sering menyebabkan gejala dan tanda klinis komplikasi OM%& menjadi kurang jelas.

.2

Sa'an Perburukan penyakit dan komplikasi akibat OM%& harus dihindari dengan

menegakkan diagnosis secara tepat dan dini, diikuti dengan penatalaksanaan yang tepat pada penderita OM%&.

DA1TA* PUSTA#A

48

". %oepardi E/, !skandar <, 3ashiruddin E, #estuti #9. 3uku /jar !lmu &eseharan ,elinga, 8idung, ,enggorok, &epala, dan Ieher. Eakarta = 3alai Penerbit B&D!. 222? 2. /boet /. Pidato Pengukuhan Eabatan @uru 3esar ,etap = #adang ,elinga ,engah Menahun. Medan = Dni-ersitas %umatera DtaraL 222?
3. Iutan #, 0ajdi B. Pemakaian /ntibiotika ,opikal Pada Otitis Media %upurati-a

&ronik Einak /ktif. Fermin 9unia &edokteran <o. "+2. 222" = diunduh dari http=>>***.kalbe.co.id>files>cdk>files>".MPemakaian/ntibiotika,opikal.pdf>".M Pemakaian/ntibiotika,opikal.html
4. /nonim.

Otitis

Media

%upuratif

&ronik.

2221

diunduh

dari

http=>>***.scribd.com>doc>"+52?"+.>Otitis-Media-&ronik 5. %oetirto, !. et al. Gangguan Pendengaran (Tuli). 9alam= %oepardi, E, et al, Ed. 3uku /jar !lmu Penyakit ,elinga 8idung ,enggorokan. Edisi A!. 3alai Penerbitan B&D!, Eakarta. 2225= p."2-22 5. 3allenger EE. Penya it Telinga !ronis. 9alam 3uku Penya it ,elinga, 8idung, ,enggorok, &epala dan Ieher. Ed."+ Eilid %atu. 3inarupa /ksara, Eakarta. "11.= p. +12-."2. ?. 9jaafar N/. !elainan telinga tengah. 9alam= %oepardi, E, et al, Ed. 3uku /jar !lmu Penyakit ,elinga 8idung ,enggorokan. Edisi A!. 3alai Penerbitan B&D!, Eakarta. 2225= p. 5.-??. 7. Paparella et al. Otolaryngology. Aolume !!-Otology and <euro-otology ,hird Edition. 03 %aunders FompanyL "11". p="+5+. 1. %oetjipto, damayanti et.al. &omite <asional Penaggulangan @angguan Pendengaran dan &etulian. "2. 3urton, Martin et al. 8all O Follman;s 9iseases of ,he Ear, <ose and ,hroat Bifteenth Edition. 8artcourt 3race and Fompany IimitedL 2222.p= ."-.2 "". <ursiah, %iti. Pola &uman /erob Penyebab OM%& dan &epekaan terhadap beberapa /ntibiotika di bagian ,8, B& D%D > #%DP 8. /dam Malik Medan. MedanL 222+. "2. Penatalaksanaan Otitis Media %upuratif &ronik $OM%&'. Fermin 9unia &edokteran "5+>-ol.+5 no..> Euli6/gustus 2227.

49

"+. %oepardi, Efiaty /rsyad et.al. 3uku /jar !lmu &esehatan ,elinga 8idung ,enggorok &epala dan Ieher. Edisi ke enam. B&D!. EakartaL 222?= p ?1-72. ".. Masykura. "5. #idha. OM%& 9engan Otitis &omplikasi. %upuratif. 22""= 22""= diunduh diunduh dari dari http=>>***.scribd.com>doc>...5+2?">#eferat-OM%&-9engan-&omplikasi &omplikasi Media http=>>***.scribd.com>doc>.77."52?>&OMPI!&/%!-O,!,!%-ME9!/%DPD#/,!B "5. %aputra, @una*an. OM/. 2227= diunduh dari http=>>***.scribd.com>doc>51112521>refrat-,8,-OM/ "?. /cuin, Eose. Fhronic %uppurati-e Otitis Media. 3ME Flinical E-idence. IondonL Eanuary 222?.

50

Anda mungkin juga menyukai