Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN

KOMPRESOR

Kelompok: 16

Ary Maulana
Ardyan Humala
Ario Wibawa Satria
Ardilles
Aris Budianto
Arif Gunawan

Asisten: ANGGY ASTILLA





UNIVERSITAS INDONESIA
Depok, April 2011
2

Kata Pengantar

Pertama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan YME karena atas
rahmat dan ridho-Nyalah sehingga penulisan laporan Praktikum Prestasi Mesin ini dapat
terselesaikan. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
kelengkapan nilai mata kuliah Konversi dan Konservasi Energi.

Penulisan laporan ini tidak dapat mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses
pembuatan laporan ini dengan memberikan dukungan baik dalam bentuk material maupun
non-material.

Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya. Akan
tetapi, tiada gading yang tak retak. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca yang bertujuan untuk membangun kemampuan penulis sehingga
dapat menyempurnakan laporan ini.

Depok, April 2011

Penulis

3

Daftar Isi

Kata Pengantar 2

BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Tujuan 4

BAB II: DASAR TEORI 5

BAB III: PENGOLAHAN DATA
3.1 Data Percobaan 23
3.2 Perhitungan 24
3.3 Pengolahan Grafik 30

BAB IV: ANALISA
4.1 Analisa Alat 33
4.2 Analisa Percobaaan 33
4.3 Analisa Hasil 34
4.4 Analisa Grafik 34
4.5 Analisa Kesalahan 34

BAB V: PENUTUP
5.1 Kesimpulan 35
5.2 Lampiran 36

BAB VI: Tugas Tambahan 37

4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Praktikum Prestasi Mesin merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk melengkapi
perkuliahan mata kuliah Konversi dan Konservasi Energi. Pada praktikum ini, terdapat
beberapa alat yang baik secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan
proses konversi dan konservasi energi, seperti:
1. motor diesel,
2. motor otto,
3. turbin pelton,
4. kompresor,
5. pompa aksial,
6. pompa sentrifugal,
7. refrigeration training unit, dan
8. heat pump.
Percobaan dilakukan dengan pengamatan dan pengambilan data secara langsung
terhadap mesin-mesin tersebut, sehingga kita dapat mengetahui secara umum
karakteristik dari mesin-mesin tersebut.

1.2 Tujuan
Pengujian terhadap sebuah Reciprocating Air Compressor (RAC) bertujuan untuk
menyelidiki sifat-sifat dari kompresor udara bertingkat ganda atau lebih. Sifat-sifat
yang diselidiki antara lain adalah: massa udara, rasio kompresi, temperatur, harga nilai
index politropis, kerja politropis, efisiensi volumetris, kerja isotermal, kerja mekanis,
efisiensi, dan analisa psikometris.



5

BAB II
DASAR TEORI


Kompresor udara bertingkat ganda terdiri dari GT102 (tingkat pertama) dan
GT102/2 (tingkat kedua) yang masing-masingnya terpasang pada sebuah lori yang terpisah.

Tingkat pertama dapat digunakan secara terpisah atau tersendiri tanpa tingkat
kedua, sedangkan bila diinginkan sebuah kompresor bertingkat ganda, maka dengan pipa
udara (hose) tingkat pertama dapat dihubungkan pada tingkat kedua secara tepat sehingga
akan terbentuk sebuah kompresor bertingkat ganda lengkap dengan sistem intercooling.

Tingkat Pertama (GT102)

Tingkat pertama ini memiliki dua silinder dengan sistem pendinginan udara.
Digerakkan oleh DC Dynamometer Motor yang kecepatannya dapat diatur untuk
meneruskan putaran motor kepada kompresor V-belt dengan perbandingan kecepatan
3,57:1.

Kecepatan kompresor dapat diukur dengan tachometer listrik dan dapat juga dibaca
langsung pada panel instrumen. Suatu pegas pengimbang dipasang untuk mengukur besar
momen torsi motor, sedang daya listrik dapat diukur dengan instrumen yang terpasang pada
kontrol kabinet. Sebuah orifice dipasang untuk mengukur jumlah aliran massa dari
kompresor.

Temperatur dapat diukur pada setiap titik yang dikehendaki dalam siklus dengan
menggunakan multipoint temperature dan thermocouple. Temperatur wet bulb dan dry bulb
digunakan untuk mengukur kelembaban udara sebelum dan sesudah kompresi.

Tingkat Kedua (GT102/2)
6


Tingkat kedua ini juga digerakkan oleh sebuah DC Dynamometer Motor yang
kecepatannya dapat diatur seperti pada tingkat pertama. Putaran motor diteruskan kepada
kompresor dengan menggunakan V-belt dengan perbandingan kecepatan 3,57:1.

Tingkat kedua ini memiliki 2 silinder yang mempunyai ukuran yang lebih kecil
dibandingkan dengan silinder tingkat pertama. Di sini tidak dibutuhkan receiver.
Pemakaian daya tekanan dan temperatur pada setiap titik dalam siklus diukur dengan
peralatan yang sama dengan peralatan pada tingkat pertama.

Pada tingat kedua ini dipasang sebuah intercooler dengan pendingin air. Udara
bertekanan dari tingkat pertama dilewatkan melalui intercooler sebelum memasuki tingkat
kedua atau dapat langsung memakai tingkat kedua tanpa harus melewati intercooler.
Sebuah instrumen dipasang untuk mengukur flowrate dari air pendingin serta temperatur
masuk dan keluar udara dan air.

Sebagai alat tambahan pada tiap tingkat dipasang penunjuk tekanan Maihak
Indicator yang berguna untuk pembuatan diagram P-V. Alat ini dipasang di kepala silinder
dari setiap kompresor dan digerakkan oleh suatu mekanisme yang dihubungkan pada
bagian crankcase.

Setiap motor dilengkapi dengan panel kontrol yang berisi variable transformer dan
rectifier serta dilengkapi pula dengan alat pengatur putaran. Kontrol unit kabinet hanya
dapat dihubungkan dengan arus listrik satu fase pada tegangan 220-240 Volt frekuensi 50-
60 Hertz. Pemakaian daya maksimum pada setiap tingkat tidak akan melebihi 2,2 kW.

Data Teori

Instrumen yang digunakan sebagai berikut:
Tingkat Pertama (GT.102)
7

Motor
a. Spring balance untuk menghitung momen
b. Voltmeter
c. Amperemeter
Tekanan udara
a. Bourdon gauge untuk menghitung delivery pressure
b. Manometer untuk menghitung inlet pressure
Massa udara yang mengalir
a. Sharp edged orifice
b. Dua manometer untuk orifice differential dan down steam pressure
Temperatur
Thermocouple dengan multipoint indicator yang berfungsi sebagai penghitung:
a. Temperatur dari udara yang akan masuk ke dalam kompresor
b. Temperatur dari udara yang keluar
c. Temperatur udara yang masuk ke dalam orifice
Kelembaban (Humidity)
Termometer wet bulb dan dry bulb untuk inlet dan delivery

Tingkat Kedua (GT.102/2)
Motor
a. Spring balance untuk menghitung momen
b. Voltmeter
c. Amperemeter
Kompresor
Electrical Tachometer
Tekanan udara
Bourdon gauge untuk menghitung delivery pressure
Intercooler
Rotameter untuk water flow
Temperatur
8

Termometer dengan multipoint indicator yang berfungsi sebagai penghitung:
a. Temperatur dari udara yang masuk intercooler
b. Temperatur dari udara yang keluar intercooler
c. Temperatur udara yang masuk ke kompresor
d. Temperatur udara yang keluar dari kompresor
e. Temperatur air yang masuk ke intercooler
f. Temperatur air yang keluar dari intercooler

Data Teknik
Tingkat Pertama (GT102)
Number of cylinder : 2
Bore : 66,7 mm
Stroke : 63,5 mm
Swept volume : 374 l/min. pada putaran 850 rpm
Compressor speed range : 425 850 rpm
Max. delivery pressure : 10,3 bar
Drive belt ratio : 3,57:1
Motor power : 2,2 kW
Free air delivery : 262 l/min.
Air receiver volume : 107 liter
Tingkat Kedua (GT102/2)
Number of cylinder : 2
Bore : 50,8 mm
Stroke : 50,8 mm
Swept volume : 156 l/min. pada putaran 850 rpm
Compressor speed range : 425 850 rpm
Max. delivery pressure : 10,3 bar
Drive belt ratio : 3,57:1
Motor power : 2,2 kW
Motor speed range : 0 3000 rpm
9

Free air delivery : 106 l/min.
Intercooler water flow: 200 l/jam

Gabungan Tingkat Pertama dan Kedua (Tingkat Ganda)
Dimension: Length : 1450 mm
Width : 610
Height : 1780 mm
Electrical supply: 220-240 Volt, 50-60 Hz
Single phase 2,2 kW for cash stage
Weight: GT102/2: 182 kg

Dalam operasinya reciprocating air compressor (RAC) ataupun sebuah kompresor
mengisap sejumlah udara dengan volume tertentu masuk ke dalam silinder. Udara yang
diisap ini di dalam silinder ditekan secara politropis sehingga mengakibatkan suatu
kenaikan tekanan dan temperatur. Dara tekanan ini mengalir melalui "Spring loaded out
disc valve" ke "discharge system:

Udara akan keluar secara kontinu sampai piston mencapai titik mati bawah (TMB),
sejumlah udara berikutnya akan terhisap melalui spring loaded disc valve dan proses akan
berulang kembali. Dari diagram P-V yang ideal untuk kompressor satu tingkat dibawah ini
dapat dilihat siklus yang dijalani oleh udara tersebut.
Teori Umum Dari Kompresi

Gambar 1
10

Keterangan gambar: a b = langkah kompresi
B c = langah buang
Vc = Volume sisa
Vs = Va Vc = volume lengkap
V = Va Vd = volume isi
Dari suatu siklus kompressor, proses penekanan dan pengembangan tidak mengikuti
proses adiabatis ataupun isothermal, ini berarti index politropis untuk proses penekanan dan
pengembangan (n) terletak diantara 1.0 dan 1.4 dimana PV
n
= konstan. Kerja politropis V
pj

= yang ditunjukan oleh luas diagram P-V adalah:
2 2 1 1
1
pj
n
V Pdw PV P V
n
= = =

}

persamaan tersebut dapat juga ditulis:
2 1
1
2
1
pj
n n
W m RT p
n n

| |
=
|

\ .
(1)
Diagram dibawah ini memperlihatkan sebuah bentuk dari diagram P-V yang
sebenarnya yang berbeda dengan diagram P-V yang ideal, yang mana seperti terlihat pada
gambar terlihat titik-titik ujung mempunyai bentuk yang membulat.

Gambar 2



11

Kerja yang ditunjukkan:
1 2 1
2 1
( )
( ) Ap N
a
c
Ls
c
W Pdv P P
P P dl
=
=
}
}

dimana: Ap = luas penampang piston
Ls = langkah
N = putaran
Ataupun ditulis
W
1
= Pm Ap Ls N (2)

Diagram ini memperlihatkan sebuah diagram P-V yang ideal dari sebuah
kompressor bertingkat ganda. Disini penekanan berlangsung dalam dua tingkat, yang mana
akan ada suatu tekanan perantara (P
1
) yang terletak diantara P
1
dan P
2
. Dalam hal ini
dianggap tidak tekanan yang hilang diantara tingkat tersebut.


Gambar 3
Dengan menggunakan persamaan (1) untuk siklus penekanan didapatkan

(3)

( )( ) ( )( )
( )( ) ( )
1 1
1 1 1 2
1 1
1 1 1 2
' 1 1 ' 1 1
' 1 1 1
n n n n
P
n n n n
P P
W m aRT n n P m aRT n n P
m aRT n n T


= +
= +
12

Suatu yang tidak boleh dilupakan dalam pembahasan kompressor adalah mengenai
efesiensi, yang mana efesiensi volumetris praktis sebuah kompressor. Efisiensi volumetris
adalah perbandingan antara besarnya massa udara yang dikeluarkan sebenarnya dengan
harga maksimum secara teoritis.

Efisiensi volumetris dapat didefinisikan sebagai berikut:
a d
vol
s
V V
V
q

= (4)
Karena Vs = Va, maka persamaan (4) dapat juga ditulis sebagai berikut:
1 1
a d s c d c d
vol
s s s c
V V V V V V V
V V V V
q
| | +
= = =
|
\ .

Karena:
1
, maka: 1 1
n
n n c c
d d c c vol
s d
V P
PV PV
V P
q
| |
| |
|
= =
|
|
\ . |
\ .

Karena:
1
, maka: 1
c n
p vol p
d
P
P
q
| |
= =
|
\ .
(5)
Dari persamaan (5) diatas dilihat bahwa apabila tekanan "naik" akan menyebabkan
efisiensi volumetris turun. Oleh karena itu ntuk mendapatkan nilai perbandingan
efesiensi volumetris yang tinggi pada umumnya digunakan kompressor tingkat ganda atau
lebih. Hal ini akan lebih menyempurnakan jumlah udara yang diberikan pada suatu nilai
perbandingan dan dapat mengurangi jumlah daya yang dibutuhkan untuk mencapai nilai
perbandingan tertentu.

Aspek-Aspek Teoritis Tambahan
Berikut ini diberikan suatu ringkasan yang ada hubungannya dengan teori
Psikrometris dan juga suatu analisa thermodinamis dari sebuah intercooler.
13


1. Spesifikasi Humidity (Moisure Content)
Udara dalam keadaan tekanan normal terdiri dari sejumlah uap air. Kandungan uap
air tersebut banyaknya tergantung pada keadaan atmosfir. Dan dalam suatu proses
penekanan serta kemudian dianjurkan daengan perbandingan pada keadan normal, maka
perbandingan campuran itu dapat berubah. Spesifik Humidity adalah:

Massa uap air '
atau
Massa udara kering
a
v
V m a
W W
ma V
= = =
dimana: V
a
dan V
v
adalah mempunyai spesifik volume.

Bila dianggap uap air mempunyai sifat sebagai gas sempurna, kemudian dengan
hukum Dalton dari "Partai Pressure" diketahui:
Pv = mv . Rv . Tv dan Pa . V = ma . Ra . Ta
Untuk Ta = Tv, maka:
.
0, 622
.
v a
a o v
P R R
W
P R P P
= =

(6)
dimana: Ra = gas konstan untuk udara kering = 0,2871 KJ/kg.K
Rv = gas konstan untuk uap air = 0,14615 KJ/kg.K
Bila uap air dalam keadaan jenuh, Pv hanya merupakan fungsi naik, maka
persentase kandungan uap air menjadi kurang, pengurangan didapat dari pengembunan.

2. Relative Humidity (Q)
Tekanan parsial dari uap air Pv dan T1
Tekanan parsial dari uap air dalam jenuh pada T1
( )
( ) ( )
Q
Pv mv Vv sat
Pv sat mv sat Vv
=
= = =
(7)
Dengan menggunakan sistim thermometer tabung kering dan tabung basah pengurangan
relative dari temperatur tabung basah terhadap tabung kering bisa didapatkan. Dan dari tabel yang
diberikan nilai relative Humidity dapat ditemukan.
14


3. Pembahasan Intercooler
Intercooler adalah tabung perpindahan panas, dimana temperatur udara yang keluar
dari tingkat pertama didinginkan sampai mencapai harga terendah.
Panas yang diambil oleh air:
Qw = mw . Qpw (T
26
-T
24
) (8)
Panas yang diberikan oleh udara:
Qa = ma . Qpa (T
23
-T
24
) (9)
Karena thermocouple yang digunakan untuk mendapatkan harga-harga dari T
23
-T
24
dipasang dekat intercooler, maka akibatnya terdapat kehilangan panas yang sangat kecil
dan tidak dapat dihitung. Secara Umum:
Q'a = Q'w + Losses
(10)
Sehingga efisiensi thermal adalah:

'
'
th
Q w
Q a
q = (11)
Dalam hal ini sangat sulit untuk menghitung jumlah panas yang sebenarnya
diberikan oleh udara, disebabkan oleh losses yang tidak dihitung. Maka disini yang lebih
pendting untuk diketahui dari sebuah heat exchanger adalah "thermal ratio" yang
didefinisikan sebagai berikut:

23 24
23 25
temperatur drop pada yang panas
temperatur drop maksimum yang dapat terjadi
T T
T T
c
c
=

(12)
Berdasarkan data-data yang didapat dari pengujian dapat dilakukan analisa terhadap
kompressor yang telah diuji tersebut dengan menggunakan rumus-rumus berikut ini.
15


Rumus-rumus Untuk Perhitungan
1. Analisa Massa Udara (kg/s)
3
3
.
' 6, 574 (kg/s)
p P
m a
T
A
= (13)
Dimana: p = Orifice Diferential Head (mmH
2
O)
P3 = Orifice plate down stream pressure (Bar abs)
= 9,8 . 10
-5
. P
3
+ P
0

P
3
= Penunjukan pada manometer (mmH
2
O)
P
0
= Tekanan atmosfer (Pa abs)
T
3
= T
3
+ 273 (K)

2. Kompresi Ratio (P)
Tingkat Pertama:
12 0 12
1
11 11 0
'
'
P P P
P
P P P

+
= =
+
(14)
Tingkat Pertama:
22 0 22
2
21 21 0
'
'
P P P
P
P P P

+
= =
+
(15)

3. Temperatur Ratio (P)
Tingkat Pertama:
12 12
1
11 11
' 273
' 273
T T
T
T T

+
= =
+
(16)
Tingkat Kedua:
22 22
2
21 21
' 273
' 273
T T
T
T T

+
= =
+
(17)

4. Harga Index Politropis (n)
Bila: P
1
.V
n
1
= P
2
. V
n
2
dan P
1
+ (T2/T1)
n/n-1
.P
2
16

Dengan cara menurunkan rumus diatas maka akan diperoleh harga n, yaitu:
log
log log
p
p T

q

=
+


5. Kerja politropis (Wp 1)
Dari persamaan (1):
1
1
1 ' 1 (kW)
1
n
n
n
Wp m aRt t
n


| |
| |
=
|
|

\ .
\ .
(18)
Dimana: ma = Aliran massa udara (kg/s)
R = Konstanta gas = 0.2871 (kj/kg/K)
T
1
= Temperatur Udara masuk (K)
n = Index politropis
= Pressure Ratio

6. Efisiensi Volumetris
Dari persamaan (4) didapatkan:
induced volume flow aliran udara yang sebenarnya
swept volume flow aliran massa yang seharusnya terbawa pada kondisi yang sama
vol
q = =

Aliran Massa udara yang sebenarnya: ma
Untuk kompresor tingkat pertama:
Swept air mass flow =
-3
1
0,0091 10 . (kg/s) N (19)
Untuk kompresor tingkat kedua:
Swept air mass flow =
-3 21
2
21
1,1964 10 . (kg/s)
P
N
T
(20)
Pada persamaan (20) besarnya temperature dan tekanan adalah penting,
selama tingkat kedua mempunyai udara masuk dengan tekanan P
21
dan temperature
T
21
.
Maka efisiensi volumetrik:
Untuk tingkat pertama:
17

3
1
'
100%
0, 0091 10
vol
m a
N
q

=

(21)
Untuk tingkat kedua:
-3
21 1
'
100%
1,1964 10
vol
m a
P N
q =

(22)
dengan menggambarkan diagram vol p akan terlihat bahwa harga efisiesnsi
volumetrik akan menurun sebanding dengan pertambahan p.

7. Kerja Isothermal (W
Is
)
Untuk tingkat pertama:
Wis = ma . RT
11
.ln. P
1
Untuk tingkat kedua:
Wis = ma . RT
21
.ln. P
2

8. Kerja Indicated (W
i
)
Untuk tingkat pertama:
W
1
= P
m1
. A
1
. L
1
. N
1
. Z
1
Untuk tingkat kedua:
W
1
= P
m2
. A
2
. L
2
. N
1
. Z
1

Pm = Indicated steam pressure, dimana Pm = K. Ad/Xs
Dengan: K = Konstanta pegas =39.1 kpa/mm
Ad = Luas indicator diagram (mm
2
)
Xs = Jangka/stroke dari diagram indicator (mm)
Untuk kompresor tingkat pertama, bore x stroke = 66,7 mm x 63,4 mm, jumlah
silinder = 2. Untuk kompresor tingkat kedua, Bore X stroke = 50.8, jumlah silinder
=2.
9. Kerja Mekanis (W
mech
)
21. .
1000
mech
NTq
W =
18

Dimana:
K = Putaran Motor Listrik = 3,53 .N
1
/ 60 atau (3.53 x N
2
)
Tq = Momen puntir (N-m) = F . R
F = Menunjukan spring balance (N)
R = Broke arm radius = 160 mm = 0.160 m
Jadi: W
mech1
= 0.0591 . 10
-3
. N
1
. F
1
(kw)
W
mech2
= 0.0591 . 10
-3
. N
2
. F
2
(kw)
10. Input Daya Motor Listrik
Suplai daya listrik total = armature power + field power
=
. 220.0, 4
1000 1000
V A
+
Field power mempunyai nilai tetap, pada 20 volt DC dan arus 0.4 ampere.
11. Harga-harga Efisiensi
Efisiensi termal :
Wi
W
is
is
= q
Efisiensi isotermal overall :
mech
is
o is
W
W
=
.
q
Efisiensi mekanis :
mech
i
mech
W
W
= q
12. Analisa Psikometris
Dari tabel dapat dicari harga relative humidity pada bagian masuk Q
1
dan
bagian Q
3
, berdasarkan selisih temperatur dry bulb dengan temperatur wet bulb (T
D

- T
w
) pada temperatur T
D
. Dan berdasarkan harga Q
3
, dari tabel tersebut juga dapat
dicari tekanan uap air jenuh (Pv
sat
) pada temperatur TD
1
.
Maka
sat
Pv Q Pv . =
dan
Pv Po
Pv
W

=
622 , 0

19

Dimana spesific humidity adalah:
a m
v m
'
'

sehingga aliran rata-rata dari massa
uap air yang mengalir adalah: m W M
V
.
1
= .
Dengan cara yang sama, dapat dicari harga dari aliran rata-rata massa uap air
(M
V2
). Dan dengan mengumpulkan air yang mengendap pada intercooler atau pada
receiver akan dapat diperiksa perbedaan antara M
V1
dan

m
2
.

20

T
D
(C)
WET BULB DEPRESSION T
D
- T
w
(

C ) VAPOUR PRESSURE
(RIBUAN) . (Pa)
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
15 80 61 44 27 13 - - - - - 1,704
16 81 63 46 30 15 - - - - - 1,817
17. 81 64 47 32 18 - - - - - 1,936
18. 82 65 49 34 20 - - - - - 2,063
19. 82 65 50 36 22 10 - - - - 2,2
20. 83 66 51 37 24 12 - - - - 2,337
21. 83 67 53 39 26 14 - - - - 2,486
22. 83 68 54 40 28 17 6 - - - 2,642
23. 84 69 55 42 30 19 8 - - - 2,808
24. 84 69 56 43 31 20 10 - - - 0,982
25. 84 70 57 44 33 22 12 - - - 3,166
26. 85 71 58 46 34 24 14 5 - - 3,36
27. 85 71 58 47 36 26 16 7 - - 3,564
28. 85 72 59 48 37 27 18 9 - - 3,779
29. 86 72 60 49 38 28 19 11 - - 4,004
30. 86 73 61 50 39 30 21 13 - - 4,212
31. 86 73 61 51 40 31 22 14 9 - 4,491
32. 86 74 62 51 41 32 24 16 10 - 4,754
33. 87 74 63 52 43 33 25 17 11 - 5,029
34. 87 75 63 53 43 35 26 19 12 5 5,318
35. 87 75 64 54 44 36 28 20 13 7 5,622
Tabel 1. Kelembapan Relatif dan Tekanan Uap Jenuh
13. Analisa Intercooler
Thermal Ratio:
25 23
24 23
T T
T T

= c
21

14. Analisa Indikator Diagram dari Operasi Tingkat Ganda
Dengan menggunakan analisa indikator diagram akan dapat dihasilkan suatu
grafik tekanan vs volume yang telah dikoreksi, disamping itu dapat pula dihasilkan
suatu diagram kombinasi dari tekanan vs volume untuk tingkat ganda.
Dari grafik P-T akan dapat dihasilkan suatu indeks politropis (n). Dari
diagram P-V yang sebenarnya akan naik oleh karena adanya clearance volume yang
dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel ini diberikan untuk menghitung clearance
volume terhadap tekanan untuk kompressor tingkat tunggal dan tingkat ganda.

Pressure (Bar)

Tingkat Pertama
Vc.10
-5
m
3


Tingkat Kedua
Vc.10
-5
m
3


0

2,294

1,691

1

2,307

1,704

2

2,319

1,717

3

2,331

1,730

4

2,345

1,743

5

2,360

1,757

6

2,373

1,770

7

2,388

1,783

8

2,401

1,796

9

2,414

1,810

10

2,425

1,822

Tabel 2

Isi yang dikerjakan untuk tingkat tunggal = 22.187x105 Pa untuk satu
silinder, sedangkan untuk tingkat ganda 10.296x105Pa untuk satu silinder . Dengan
ini dapat digambarkan diagram P-V yang telah dikoreksi . Supaya diagram tingkat
tunggal dapat dimodifikasikan untuk mendapatkan grafik volume rata-rata, yaitu
sebagai berikut:
22

Untuk Tingkat tunggal :
1
1
1
60 .
N
V
V =

Untuk Tingkat ganda :
1
1
1
60 .
N
V
V =

Sehingga dengan demikian diagram P-V untuk compressor tingkat ganda dapat
digambar.
23

BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Percobaan

UNIT TINGKAT 1
PERCOBAAN KE- 1 2 3
P
1
mmH
2
O 350 350 350
P
2
Bar 1 1 1
T
1

O
C 31 35 35
T
2

O
C 79 75 76
T
3

O
C 29 30 22
N
1
rpm 400 400 400
P mmH
2
O 1 1 1
P
3
mmH
2
O 13 13 13
F
1
Newton 4 4 3.5
V Volt 125 130 125
I Ampere 2 2 2
TD
1

O
C 30 33 32
TW
1

O
C 26.5 27 27
TD
3

O
C 30 31 32
TW
3

O
C 29 29 30
P
o
Bar
1
1 1


UNIT TINGKAT 2
PERCOBAAN KE- 1 2 3
V
in
Lt/min 3 3 3
P
1
Bar 1 1 1
24

P
2
Bar 2 3 4
T
1

o
C 22.5 25 25
T
2

o
C 55 65 70
T
3

o
C 30 35 35
T
4

o
C 20 20 20
T
5

o
C 20 20 20
T
6

o
C 20 20 20
N
2
rpm 400 400 400
F
2
Newton 5 5 6
V Volt 110 120 120
I Ampere 2 2 3

3.2 Perhitungan

1. Analisa Massa Udara
( )
3 13
13
5
13 0
' 6, 574 10 kg/s
(9, 8 10 )
p P
m a
T
P P

A
=
= +

1. Analisa Massa Udara
No.
P P
3
P
o
P
3
T
3
T
3
m'a
(mmH
2
O) (mmH
2
O) (bar) (bar abs) (C) (K) (kg/s)
1 1 13 1 1.001274 29 302 0.001364
2 1 13 1 1.001274 30 303 0.0013618
3 1 13 1 1.001274 22 295 0.0013809

2. Rasio Kompresi (
P
)
12 22
1 2
11 21
;
P P
P P
P P
= =


25

2. Rasio Kompresi
No.
P
11
P
12
P
21
P
22

P1

P2

(bar abs) (bar abs) (bar abs) (bar abs)
1 1.0343 2 2 3 1.934 1.5
2 1.0343 2 2 4 1.934 2
3 1.0343 2 2 5 1.934 2.5


3. Rasio Temperatur (
T
)
12 22
1 2
11 21
;
T T
T T
T T
= =


4. Indeks Politropis (n)
1 2
1
1 1 2 2
log log
; 2
log log log log
P P
P T P T
n n


= =
+ +


3. Rasio Temperatur dan Indeks Politropis
No.
T
11
T
12
T
21
T
22

T1

T2
n
1
n
2

(K) (K) (K) (K)
1 304 352 295.5 328 1.158 1.110 0.818 0.795
2 308 348 298 338 1.130 1.134 0.844 0.846
3 308 349 298 343 1.133 1.151 0.841 0.867


5. Kerja Politropis (W
P
)
1
1
2
2
1 1
1 11 1
1
1 2
2 21 2
2
' 1 kW
1
' 1 kW
1
n
n
P P
n
n
P P
n
W m a R T
n
n
W m a R T
n

| |
| |
= |
|
|

\ .
\ .
| |
| |
= |
|
|

\ .
\ .

26

4. Kerja Politropis
No.
m'a R n
P
T(K) W
P1
W
P2

(kg/s) (kJ/kgK) n
1
n
2

P1

P2
T
11
T
21
(kW) (kW)
1 0.00136402 0.2871 0.818 0.795 1.934 1.5 304 295.5 0.073 0.045
2 0.00136183 0.2871 0.844 0.846 1.934 2 308 298 0.075 0.076
3 0.00138091 0.2871 0.841 0.867 1.934 2.5 308 298 0.076 0.101


6. Efisiensi Volumetris (
vol
)
1 3
1
2 3
2
'
100%
0, 0091 10
'
100%
0, 0091 10
vol
vol
m a
n
N
m a
n
N

=

=


5. Efisiensi Volumetris
No.
m'a N
1

1vol
P
21
N
2
T
21

2vol

(kg/s) (rpm) (%) (bar abs) (rpm) (K) (%)
1 0.00136402 400 37.473 2 400 295.5 84.225
2 0.00136183 400 37.413 2 400 298 84.801
3 0.00138091 400 37.937 2 400 298 85.990


7. Kerja Isothermal (W
is
)
1 11 1
2 12 2
' ln (kW)
' ln (kW)
is P
is P
W m a R T
W m a R T

=
=

6. Kerja Isothermal
No.
m'a R T
11

P1

T
21

P2

W
1is
W
2is

(kg/s) (kJ/kgK) (K) (K) (kW) (kW)
1 0.00136402 0.2871 304 1.933674949 295.5 1.5 0.0785036 0.0469206
2 0.00136183 0.2871 308 1.933674949 298 2 0.0794092 0.0807604
3 0.00138091 0.2871 308 1.933674949 298 2.5 0.080522 0.1082554

27


8. Kerja Indicated (W
i
)
1
1 1 1 1 1
2
1 2 2 2 2
(kW)
60
(kW)
60
i m
i m
N
W P A L Z
N
W P A L Z
| |
=
|
\ .
| |
=
|
\ .

7. Kerja Indicated
No.
P
m1
P
m2
A
1
A
2
L
1
L
2
N
1
N
2

Z
1
Z
2

W
1i
W
2i

(kPa) (kPa) (m
2
) (m
2
) (m) (m) (rpm) (rpm) (kW) (kW)
1 97.0758621 156.4 0.0035 0.002027 0.0635 0.0508 400 400 2 2 0.2876681 0.2147301
2 97.0758621 156.4 0.0035 0.002027 0.0635 0.0508 400 400 2 2 0.2876681 0.2147301
3 97.0758621 156.4 0.0035 0.002027 0.0635 0.0508 400 400 2 2 0.2876681 0.2147301


9. Kerja Mekanik (W
mech
)
3
1 1 1
3
2 2 2
0, 0591 10 (kW)
0, 0591 10 (kW)
mech
mech
W N F
W N F
=
=

8. Kerja Mekanis
No.
F
1
F
2
N
1
N
2
W
1mech
W
2mech

(N) (N) (rpm) (rpm) (kW) (kW)
1 250 250 400 400 5.91 5.91
2 225 300 400 400 5.319 7.092
3 262.5 300 400 400 6.2055 7.092


10. Input Daya Motor
1 1
1
2 2
2
220 0, 4
Daya (kW)
1000
220 0, 4
Daya (kW)
1000
V I
V I

=

=


28

9. Input Daya Listrik
No.
V
1
I
1
I
p
listrik 1 V
2
I
2
I
p
listrik 2
(Volt) (Ampere) (kW) (Volt) (Ampere) (kW)
1 120 5 0.688 120 5 0.688
2 120 5 0.688 115 6 0.778
3 120 5 0.688 120 5 0.688


11. Harga-harga efisiensi
a. Efisiensi Thermal
1 2
1 2
1 2
100%; 100%
is is
is is
i i
W W
n n
W W
= =
b. Efisiensi Thermal Overall
1
1 ,
1
2
2 ,
2
100%
100%
is
is o
mech
is
is o
mech
W
n
W
W
n
W
=
=

c. Efisiensi Mekanis
1
1
1
2
2
2
100%
100%
i
mech
mech
i
mech
mech
W
n
W
W
n
W
=
=


No.
W1is W2is W1i W2i W1mech W2mech
(kW) (kW) (kW) (kW) (kW) (kW)
1 0.0785036 0.0469206 0.2876681 0.21473011 5.91 5.91
2 0.07940924 0.0807604 0.2876681 0.21473011 5.319 7.092
3 0.08052197 0.1082554 0.2876681 0.21473011 6.2055 7.092



29

1is 2is 1mech 2mech 1is.o 2is.o
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
27.289642 21.850954 4.8674812 3.6333352 1.3283182 0.7939184
27.604461 37.610184 5.4083124 3.0277793 1.4929355 1.1387534
27.991271 50.414637 4.6356964 3.0277793 1.2975903 1.5264439


12. Analisa Psikometris
Saat masuk:
Dari tabel halaman 4/13:
Dengan menggunakan nilai T
D1
-T
W1
dan nilai T
D1
, diperoleh nilai Q (%) dan nilai
P
V-sat
(kPa).
1
1
1
0 1
1 1
(bar)
0, 622
W
' (kg/s)
V V sat
V
V
V
P Q P
P
P P
M W m a

=

Saat keluar:
Dari tabel halaman 4/13:
Dengan menggunakan nilai T
D3
-T
W3
dan nilai T
D3
, diperoleh nilai Q (%) dan nilai
P
V-sat
(kPa).
3
3
3
0 3
3 3
(bar)
0, 622
W
' (kg/s)
V V sat
V
V
V
P Q P
P
P P
M W m a

=

No.
T
D1
-T
W1
T
D3
-T
W3
m'a Po Q1 Q3
(C) (C) (kg/s) (bar) (%) (%)
1 6 6 0.001364 1 63 62
2 7 6.5 0.0013618 1 54 54
3 6 7 0.0013809 1 64 54

30

P
V-SAT1
P
V-SAT3
P
V1
P
V3
M
V1
M
V3
W1 W3
(bar) (bar) (bar) (bar) (kg/s) (kg/s) (kg/s) (kg/s)
0.05318 0.04754
3.35034 2.94748
-
0.001209
-
0.001284
-
0.88664
-
0.94139
0.05622 0.05318
3.03588 2.87172
-
0.001263
-0.0013
-
0.92752
-
0.95431
0.05622 0.05622
3.59808 3.03588 -0.00119
-
0.001281
-
0.86141
-
0.92752


13. Analisa Intercooler
23 24
24 25
T T
T T
c

=


12. Analisa Intercooler
No.
T
23
T
24
T
25


(C) (C) (C)
1 30 22 20 0.8
2 35 20 20 1
3 35 30 20 0.333333333


3.3 Pengolahan Grafik

Tingkat 1:
1 1
11 11
11 1
11 1
1 1
11 12
2 1 4 3
12 11
3
' 60
;
;
n n
c
m a R T V
V V
P N
P P
V V V V
P P
V V

= =
| | | |
= =
| |
\ . \ .
=


31


Tingkat 1
No. V11 V1 V2 V3 V4
1 0.11510109 0.0172652 0.0077111 0.00002316 5.18551E-05
2 0.11642892 0.0174643 0.0079936 0.00002316 5.06E-05
3 0.11806039 0.0177091 0.0080823 0.00002316 5.07454E-05








0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 0.01 0.02
T
e
k
a
n
a
n

(
P
)

Volume (V)
Tingkat 1 - Percobaan 1
1
2 3
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 0.01 0.02
T
e
k
a
n
a
n

(
P
)

Volume (V)
Tingkat 1 - Percobaan 2
1
2 3
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 0.01 0.02
T
e
k
a
n
a
n

(
P
)

Volume (V)
Tingkat 1 - Percobaan 3
32

Tingkat 2:
2 2
21 21
21 1
21 2
1 1
21 22
2 1 4 3
22 21
3
' 60
;
;
n n
c
m a R T V
V V
P N
P P
V V V V
P P
V V

= =
| | | |
= =
| |
\ . \ .
=

Tingkat 2
No. V21 V1 V2 V3 V4
1 0.05786019 0.008679 0.0052127 0.00001717 2.85876E-05
2 0.05825631 0.0087384 0.0038522 0.0000173 3.92443E-05
3 0.05907263 0.0088609 0.0030794 0.00001743 5.01551E-05



1
2 3
0
0.5
1
1.5
2
2.5
0 0.005 0.01
T
e
k
a
n
a
n

(
P
)

Volume (V)
Tingkat 2 - Percobaan 1
1
2 3
0
0.5
1
1.5
2
2.5
0 0.005 0.01
T
e
k
a
n
a
n

(
P
)

Volume (V)
Tingkat 2 - Percobaan 2
1
2 3
0
0.5
1
1.5
2
2.5
0 0.005 0.01
T
e
k
a
n
a
n

(
P
)

Volume (V)
Tingkat 2 - Percobaan 3
`
33

BAB IV
ANALISA


4.1 Analisa Alat

Alat yang digunakan pada percobaan kompresor ini adalah kompresor udara bertingkat
ganda yang terdiri dari GT 102 sebagai tingkat pertama dan GT 102/2 sebagai tingkat
kedua. Dikarenakan umur alat yang sudah lama, beberapa komponen tidak dapat
bekerja dengan baik, seperti pengukur temperatur T
1
pada tingkat pertama dan alat
penggambar grafik diagaram P-V yang tidak dapat menggambar grafik secara tepat.
Selain itu, tidak adanya indikator temperatur dan tekanan untuk kondisi ruangan
praktikum juga membuat adanya asumsi dalam penentuan nilai temperatur dan tekanan
lingkungan sehingga menyebabkan hasil yang didapat menjadi semakin tidak akurat

4.2 Analisa Percobaaan

Pada percobaan, variabel yang diatur oleh praktikan adalah tekanan P
2
pada kompresor
unit tingkat 2. Tekanan ini dijaga dengan mengatur bukaan udara pada unit tingkat 1.
Saat kompresor bekerja, udara masuk ke dalam suatu vessel. Dalam keadaan ini, keran
pengatur bukaan udara pada unit tingkat 1 harus ditutup, sehingga tekanan P
2
pada unit
tingkat 2 dapat naik. Setelah beberapa waktu, penunjuk tekanan P
2
pada unit tingkat 2
akan menunjukkan angka sesuai dengan nilai yang praktikan inginkan, yaitu 2 bar, 3
bar, atau 4 bar. Bukaan keran diatur sedemikian hingga agar penunjukkan angka diatas
dapat dijaga nilainya. Dalam keadaan ini, parameter-parameter lainnya yang ingin
didapat seperti gaya, beda potensial, arus, dan temperatur dapat diukur melalui alat ukur
yang tersedia.



34

4.3 Analisa Hasil

Dari hasil yang didapat melalui percobaan, didapat parameter seperti temperatur, gaya
motor kompresor, voltase, dan arus. Dari parameter-parameter ini, temperatur
merupakan parameter yang ikut meningkat seiring dengan kenaikan tekanan P
2
pada
kompresor unit 2. Hal ini jelas menunjukkan bahwa meningkatnya tekanan udara akibat
kerja kompresor juga menaikkan temperatur udara tersebut.

4.4 Analisa Grafik

Grafik diagram P-V yang didapat dari hasil penggambaran mesin kompresor (gambar
grafik ada di lampiran) terlihat tidak begitu presisi. Hal ini mungkin disebabkan karena
umur alat yang sudah tua, sehingga penggambaran grafik P-V pada kertas tidak baik.
Seharusnya grafik yang tergambar tidak terlihat seperti garis lurus. Grafik harusnya
tergambar agak melengkung keatas seperti grafik-grafik P-V semestinya.

4.5 Analisa Kesalahan

Pada analisa proses percobaan telah dibahas mengenai kondisi serta metode
percobaan yang masih jauh dari sempurna. Kondisi instrumen dan lingkungan jelas
mempengaruhi kualitas hasil yang diperoleh. Selain itu metode percobaan yang kurang
rinci dan teliti pun juga dapat dipastikan mempengaruhi hasil yang diperoleh.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat terjadi saat pembacaan hasil ukur serta
penentuan variasi data input yang kurang akurat. Proses pembacaan hasil ukur yang
dilakukan pada kondisi yang tidak stabil pun juga mempengaruhi besar kesalahan dari
hasil yang diperoleh.


35

BAB V
PENUTUP


5.1 Kesimpulan
a. Praktikum dilakukan dengan menggunakan dua unit kompresor, tingkat I dan
tingkat II beserta intercooler.
b. Parameter yang dihitung melingkupi massa udara kompresor, tekanan masuk dan
keluar kompresor, temperatur di beberapa titik kompresor, temperatur wet bulb dan
dry bulb lingkungan, temperatur dan debit air intercooler, serta daya listrik
kompresor.
c. Besar massa udara yang dapat dikerjakan kompresor sebesar 0,001369 kg/s dengan
rasio kompresi untuk kompresor tingkat pertama sebesar 1,934 dan 1,5; 2; 2,5 untuk
kompresor tingkat kedua pada tekanan 2; 3; 4 bar.
d. Rasio temperatur untuk kompresor tingkat pertama dan tingkat kedua berturut-turut
adalah sebesar 1,140 dan 1,132. Sedangkan untuk indeks politropis, untuk
kompresor tingkat pertama sebesar 0,834 dan untuk kompresor tingkat kedua
sebesar 0,836.
e. Beberapa indikator kerja yang digunakan antara lain kerja isotermal, kerja mekanis,
kerja indicated, dan kerja politropis.
f. Beberapa nilai efisiensi yang digunakan antara lain efisiensi volumetrik, efisiensi
mekanis, dan efisiensi isotermal.
g. Dari diagram P-V yang didapat, diketahui bahwa proses kompresi sesuai dengan
bentuk dasar siklus kompresi.


36


5.2 Lampiran

37

BAB VI
Tugas Tambahan

Review Kegiatan Praktikum

1. Turbin Pelton
Melalui praktikum turbin pelton, dapat diketahui aplikasi nyata perhitungan serta
analisa dari ilmu mekanika fluida dan sistem fluida. Turbin Pelton merupakan turbin
dengan karakteristik kerja pada kondisi head yang tinggi dan kecepatan spesifik (ns) yang
rendah. Hal terpenting yang mempengaruhi tingkat efisiensi turbin Pelton adalah pada
desain nozzle dan bucket turbin. Bentuk nozzle sangat mempengaruhi besar kecepatan
pancaran air yang akan memutar turbin. Selain itu nozzle juga mempengaruhi jumlah dan
ukuran pancaran air. Bucket yang terdapat pada turbin juga harus didesain sedemikian rupa
sehingga dapat mengoptimalkan besar energi yang diberikan oleh pancaran air. Bucket
didesain agar dapat menerima pancaran air dengan efektif dan dapat membuang air yang
sudah mengenai bucket agar tidak memberikan efek balik pada turbin.

2. Heat Pump

Pada dasarnya, heat pump memiliki prinsip kerja yang sama dengan RTU, yaitu
prinsip perpindahan panas. Hanya saja, pada sistem RTU, lingkungan yang menjadi
parameter utama sistem adalah lingkungan evaporator, yang berarti lingkungan yang
diserap panasnya atau didinginkan. Sedangkan pada heat pump, lingkungan yang menjadi
parameter utama sistem adalah lingkungan kondensor, yang merupakan lingkungan yang
diberi panas atau dipanaskan. Komponen yang terlibat pun juga sama dengan yang berada
pada sistem RTU atau sistem refrijerasi. Terdapat evaporator, kondensor, kompresor, dan
katup ekspansi dengan fungsi yang sama dengan yang terdapat pada sistem refrijerasi.

38


3. Motor Otto

Motor otto merupakan motor pembakaran dalam yang bahan bakarnya
menggunakan bensin. Motor otto yang digunakan dalam percobaan adalah mesin 4-
langkah. Berikut adalah gambar siklus-siklus yang terdapat pada motor otto:



Siklus kerja mesin 4-langkah.

Secara sederhana, seperti yang terlihat di gambar, mesin 4-langkah bekerja dalam 4
langkah siklus yang berkelanjutan, yaitu langkah isap (intake), langkah mampat
(compression), langkah pembakaran (combustion), dan langkah buang (exhaust).
Berbeda dengan motor diesel, pembakaran pada motor otto berlangsung pada volume
konstan. Pada kondisi ini penyalaan pembakaran menggunakan busi.
Percobaan motor otto ini dilakukan dengan mengatur putaran mesin dari 1000 rpm
hingga 1600 rpm dengan selang 200 rpm, sehingga percobaan dilakukan 4 kali. Pada setiap
kali percobaan, parameter-parameter yang dicatat adalah temperatur, L, kapasitas aliran
air sistem pendingin, dan waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan 25 ml bahan bakar.

4. Refrigeration Training Unit

Melalui praktikum RTU, dapat diketahui proses suatu sistem refrijerasi sederhana.
Pada suatu sistem refrijerasi, terdapat komponen dasar yang terlibat dalam proses tersebut,
antara lain kondensor, evaporator, kompresor, dan katup ekspansi. Selain itu juga terdapat
39

beberapa komponen penunjang seperti akumulator dan receiver. Hal terakhir yang juga
berperan penting pada proses refrijerasi adalah fluida refrijeran itu sendiri.
Proses refrijerasi melibatkan proses penyerapan panas di suatu lingkungan dan
proses pembuangan panas di lingkungan yang lain. Proses penyerapan panas terjadi pada
komponen evaporator berupa proses penyerapan panas oleh refrijeran yang membuat
refrijeran mengalami perubahan wujud dari fluida cair menjadi fluida gas (uap). Setelah itu
refrijeran dalam wujud gas masuk ke dalam kompresor untuk dinaikkan tekanannya
sehingga dapat mencapai wujud cair pada kondensor. Di kondensor inilah terjadi proses
pembuangan panas ke lingkungan. Refrijeran dalam wujud cair yang berasal dari kondensor
diteruskan ke dalam katup ekspansi yang berfungsi untuk menurunkan tekanan fluida
sehingga temperatur didih (boiling point) fluida refrijeran dapat diturunkan. Dari katup
ekspansi fluida refrijeran diteruskan ke dalam evaporator dan siklus refrijeran kembali
berulang.

5. Motor Diesel

Motor diesel merupakan motor pembakaran dalam yang bahan bakarnya
menggunakan solar. Motor diesel yang digunakan dalam percobaan adalah mesin 4-
langkah. Siklusnya pun sama seperti motor otto.
Berbeda dengan motor otto, pembakaran pada motor diesel berlangsung pada tekanan
konstan. Pada kondisi ini penyalaan pembakaran dengan tekanan yang tinggi.
Percobaan motor diesel juga dilakukan dengan mengatur putaran mesin dari 1000
rpm hingga 1600 rpm dengan selang 200 rpm, sehingga percobaan dilakukan 4 kali. Pada
setiap kali percobaan, parameter-parameter yang dicatat adalah temperatur, L, kapasitas
aliran air sistem pendingin, dan waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan 25 ml bahan
bakar.

Anda mungkin juga menyukai