Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS Nama Umur Jenis kelamin Alamat Pekerjaan Tanggal masuk : Tn. AH Hutabarat : 67 tahun : Laki-laki : Sipin : Tidak bekerja : 7 April 2014

1.2 ANAMNESIS Keluhan utama : Nyeri saat buang air kecil ,didaerah supra pubik terasa tegang Riwayat Penyakit Sekarang : Sejak 2 minggu yang lalu pasien merasakan nyeri saat buang air kecil dan didaerah supra bupik tegang ,Pasien tidak merasakan pusing, mual, muntah, BAB (+) normal, tidah dirasa nyeri pada daerah tertentu, kencing darah (-) , Panas (-), pinggang tidak terasa sakit. Kemudian Os berobat kembali ke Poli RS dan disarankan untuk USG.

Riwayat Penyakit Dahulu: - Riwayat trauma sebelum gangguan BAK (-) - Riwayat infeksi saluran kemih (+) - Riwayat Hipertensi disangkal. - DM disangkal

Riwayat Penyakit dalam Keluarga: - Riwayat penyakit serupa dalam keluarga (-)

Riwayat Kebiasaan - Makan : 3 x sehari.

- Minum air putih - Rokok - Alkohol - Obat tanpa resep dokter - Jamu - Olahraga

: Jarang. : (+) : (-) : (-) : (-) : (-)

1.3 PEMERIKSAAN FISIK Status Present Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, status gizi kesan cukup.

Tanda Vital Tensi Nadi Pernafasan Suhu : 130/80 mmHg : 80 x/menit, isi cukup : 20x/menit, regular, Kusmaull (-), Cheyne-Stokes (-) : 36,7o C

Kepala Bentuk : mesosephal, deformitas (-) Rambut : warna putih beruban, distribusi merata

Mata Sklera Ikterik Conjuctiva Anemis Pupil (+/+) : -/: -/: isokor kiri-kanan (+/+), 3mm, reflex cahaya

Telinga Bentuk Secret : normotia : -/-

Hidung

Tidak ada deviasi septum Sekret : -/-

Mulut dan tenggorokan Bibir Lidah Tonsil Pharing : tidak kering dan tidak cyanosis : dalam batas normal, tidak kotor, tepi tidak hiperemi : T1/T1 : tidak hiperemi

Leher Trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran KGB

Pulmo Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Suara dasar : vesikuler : simetris kanan-kiri, retraksi (-), sikatriks (-) : nyeri tekan (-) : sonor pada seluruh lapangan

Suara tambahan: ronkhi (-), wheezing (-)

Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : ictus cordis tidak tampak : thrill (-) : batas jantung dbn : bunyi jantung normal, regular (+), gallop

Abdomen Inspeksi Palpasi : abdomen datar, tidak tampak adanya massa :nyeri tekan (-), massa (-), vesika urinaria teraba, ginjal tidak teraba, hepar dan lien tidak teraba Perkusi Auskultasi : timpani. : bising usus (+) normal

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Laboratorium Darah Rutin a. Darah lengkap - WBC - RBC - MCV - MCH - MCHC - Clotting Time (CT) : 13 : 4,99 :87m3 : 29,5 pg : 33,8 gr/dl : 3 (3,5-10) (3,80-5,80) (80-97) (26,5-33,5) (31,5-35,0) (2-6 menit) (1-3 menit)

- Bleeding Time (BT) : 2

b. Pemeriksaan Kimia Klinik Ureum Kreatinin Asam Urat SGOT SGPT : 30,3 : 1,0 : 5,9 : 56 : 56 (15-39mg/dl) (0,9-1,3 mg/menit) (3,5-7,2 mg/dl) (<40) (<41)

Glukosa darah - Glukosa sewaktu - HBsAg Pemeriksaan USG : 156 : (-) (< 200 mg/dl) (Negatif)

Kesan : Cystitis Kronis

1.5 Diagnosis Kerja Cystitis Kronis

1.6 Penatalaksanaan Berikut ini adalah penatalaksanaan medikamentosa yang diberikan kepada pasien: Bachtrim 3x1 tab 400 Mg Po Phenazopiridine 3x 1 tab Po

1.7 Prognosis Dubia ad bonam

BAB II Pendahuluan

Sistem saluran kemih terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Di antara ke empat organ tersebut, ginjal adalah organ yang paling penting. Ginjal berfungsi menyaring sampah dari saluran darah, mengatur keseimbangan cairan, dan memproduksi beberapa hormon. Ureter berfungsi mengalirkan cairan hasil penyaringan ginjal ke kandung kemih untuk disimpan semantara dan bila kandung kemih telah penuh maka akan dikeluarkan ke luar melalui uretra. Gangguan pada sistem urinaria yang umum terjadi yaitu sistitis (chystitis), hematuria, gromeluronefritis, batu ginjal, dan gagal ginjal. Chystitis merupakan inflamasi kandung kemih yanglebih sering timbul pada wanita dibandingkan pada pria, dan juga sering disertai dengan disuria,urgency atau demam ringan. Bagi kaum wanita,radang selaput lendir kandung kemih dapat terjadi satu atau dua hari sesudah bersenggama. Peradangan pada kandung kemih juga dapat terjad ikarena terjadinya peradangan pada pada ginjal. Bagi kaum pria, jenispenyakit ini ada hubungannya dengan peradangan pada ginjal atau prostat.Sesuatu yang menghalangi mengalirnya air kencing sehingga menyebabkan tertinggalnya air kencing di dalam kandung kemih dapat mengakibatkan peradangan. Peradangan selaput lendir kandung kemih atau chystitis dapat juga disebabkan oleh sisa-sisa zat asam di dalam tubuh yang muncul karenamakan daging, zat asam oxalat dari bayam, atau sisa-sisa makanan berkanjilainnya (Nainggolan, 2006).

Kekambuhan meskipun penanganan infeksi saluran kamih khususnya chystitisselama 3 hari biasanya adekuat pada wanita, tetapi kambuhnya infeksi pada 20% wanita yang mendapat penanganan untuk infeksi saluran kemih non komplikasi (Suhartono dkk, 2008).Chystitis merupakan Infeksi Saluran Kemih (ISK) bawah. Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada wanita. Pada populasi wanita, infeksi ini terjadi sebesar 1-3% pada anak usia sekolah yang kemudian meningkat cukup signifikan seiring dengan peningkatan aktivitas seksual pada dewasa.

ISK sering ditemukan pada wanita usia 20-50 tahun. Sedangkan pada populasi pria, ISK akut terjadi pada usia-usia pertama kehidupan dan ISK jarang ditemukan pada pasien di bawah usia 50 tahun. Wanita lebih sering mngalami sistitis dari pada pria dikarenakan uretra wanita lebihpendek dibandingkan dengan uretra pria. Selain itu juga getah pada cairanprostat pria mempunyai sifat bakterisidal sehingga relatif tahan terhadap infeksi saluran kemih. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah pada perempuan dapat berupa sistitis dan Sindrom Uretra Akut (SUA). Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna. Sindrom uretra akut adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis. SedangkanISK bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis, prostatitis, epididimitis, dan uretritis (Benson & Pernoll, 2009).

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Anatomi Kandung kemih adalah sebuah organ tubuh yang menyerupai sebuah kantung dalam pelvis yang menyimpan urin yang diproduksi ginjal. Urin dialirkan ke kandung kemih melalui saluran yang dikenal sebagai ureter. Kandung kemih dibagi menjadi beberapa lapisan, yaitu : Epitelium, bagian transisional dari epitel yang menjadi asal datangnya sel kanker. Lamina propria, lapisan yang terletak di bawah epitelium. Otot detrusor, lapisan otot yang tebal dan dalam terdiri dari lapisanlapisan otot halus yang tebal yang membentuk lapisan dinding otot kantung kemih. Jaringan perivesikal lembut, lapisan terluar yang terdiri dari lemak, jaringan-jaringan, dan pembuluh darah.

Buli-buli terdiri dari 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman. (otot longitudinal, sirkuler, dan longitudinal). Mukosa buli-buli terdiri atas sel-sel transisional yang sama seperti pada mukosa-mukosa pada pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum buli-buli. Buli-buli berfungsi menampung urine dari ureter kemudian

mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam menampung urine, buli-buli mempunyai kapasitas maksimal, untuk orang dewasa kurang lebih 300 - 450 ml. Sedangkan kapasitas buli pada anak menurut Koff adalah : (Umur + 2) x 30 ml. Pada saat kosong, buli-buli terletak di belakang simfisis pubis dan pada saat penuh berada di atas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi. Bulibuli yang terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf aferen dan menyebabkan aktivasi pusat miksi di medula spinalis segmen sakral S2-4. Hal ini

akan menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya leher buli-buli, dan relaksasi sfingter uretra sehingga terjadilah proses miksi.

3.2 Defenisi Chystitis adalah inflamasi kandung kemih yang disebabkan oleh infeksi bakteri (biasanya escherichia coli) yang menyebar dari uretra atau karena respon alergik atau akibat iritasi mekanis pada kandung kemih (Sloane, 2004). Chystitis juga merupakan inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra, dimana ada aliran balik urin dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks uretrovesikal), kontaminasi fekal, atau penggunaan kateter atau sistoskop (Baughman & Hackley, 2000). Menurut Tambayong (2000), chystitis atau radang kandung kemih lebih sering terdapat pada wanita daripada pria, karena dekatnya muara uretra dan vagina dengan daerah anal. Organisme gram negatif dapat sampai ke kandung kemih selama bersetubuh, trauma uretra, atau karena kurang higienis. Biasanya organisme ini cepat dikeluarkan sewaktu berkemih (miksi). Pada pria, sekret prostat memiliki sifat antibakterial. Chystitis adalah infeksi yang disebabkan bakteri pada kandung kemih, dimana akan terasa nyeri ketika buang air kecil (disuria), kencing yang tidak tuntas, dan demam yang harus dicurigai (Gupte, 2004). Sistitis (chystitis)

10

merupakan peradangan yang terjadi di kantung urinaria. Biasanya terjadi karena infeksi oleh bakteri yang masuk ke dalam tubuh (Ferdinand & Ariebowo, 2007). Chystitis virus dan kimiawi harus dibedakan dari chystitisbakterial berdasarkan atas riwayat penyakit dan hasil biakan urin. Secara radiografi, ginjal hipoplastik dan displastik, atau ginjal kecil akibat vaskuler, dapat tampak sama dengan pielonefritis kronis. Namun, pada yang terakhir ini biasanya terdapat refluks vesikureter.

3.3 Epidemiologi Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak laki-laki. Kejadian infeksi saluran kemih pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah mencapai 10-100 kali lebih besar disbanding bayi dengan berat lahir normal (0,1-1%). Sebelum usia 1 tahun, infeksi saluran kemih lebih banyak terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya, sebagian besar infeksi saluran kemih terjadi pada anak perempuan. Misalnya pada anak usia pra sekolah di mana infeksi saluran kemih pada perempuan mencapai 0,8%, sementara pada laki-laki hanya 0,2% dan rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian infeksi saluran kemih pada anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada anak laki-laki. Pada anak laki-laki yang disunat, risiko infeksi saluran kemih menurun hingga menjadi 1/5-1/20 dari anak laki-laki yang tidak disunat. Pada usia 2 bulan 2 tahun, 5% anak dengan infeksi saluran kemih mengalami demam tanpa sumber infeksi dari riwayat dan pemeriksaan fisik. Sebagian besar infeksi saluran kemih dengan gejala tunggal demam ini terjadi pada anak perempuan. Faktor resiko yang berpengaruh terhadap infeksi saluran kemih: Panjang urethra. Wanita mempunyai urethra yang lebih pendek dibandingkan pria sehingga lebih mudah Faktor usia. Orang tua lebih mudah terkena dibanndingkan dengan usia yang lebih muda. Wanita hamil lebih mudah terkena penyakit ini karena penaruh hormonal ketika kehamilan yang menyebabkan perubahan pada fungsi ginjal dibandingkan sebelum kehamilan.

11

Faktor hormonal seperti menopause. Wanita pada masa menopause lebih rentan terkena karena selaput mukosa yang tergantung pada esterogen yang dapat berfungsi sebagai pelindung.

Gangguan pada anatomi dan fisiologis urin. Sifat urin yang asam dapat menjadi antibakteri alami tetapi apabila terjadi gangguan dapat menyebabkan menurunnya pertahanan terhadap kontaminasi bakteri.

Penderita diabetes, orang yang menderita cedera korda spinalis, atau menggunakan kateter dapat mengalami peningkatan resiko infeksi.

Sebagian besar infeksi saluran kemih tidak dihubungkan dengan faktor risiko tertentu. Namun pada infeksi saluran kemih berulang, perlu dipikirkan kemungkinan faktor risiko seperti :

Kelainan fungsi atau kelainan anatomi saluran kemih Gangguan pengosongan kandung kemih (incomplete bladder emptying) Konstipasi Operasi saluran kemih atau instrumentasi lainnya terhadap saluran kemih sehingga terdapat kemungkinan terjadinya kontaminasi dari luar.

Kekebalan tubuh yang rendah

3.4 Etiologi Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainan urologis atau kalkuli. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksi tanpa komplikasi. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis, kalkuli atau obstruksi. Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina ke arah uretra atau dari meatus terus naik ke kandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli. Pada pria biasanya sebagai

akibat dari infeksi di ginjal, prostat, atau oleh karena adanya urin sisa (misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik bladder) atau karena infeksi dari usus.

12

Jalur infeksi : a. Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyakit ini lebih sering ditemukan pada wanita. b. Infeksi ginjal yang sering meradang, melalui urin dapat masuk ke kandung kemih. c. Penyebaran infeksi secara lokal dari organ lain dapat mengenai kandung kemih misalnya appendiksitis. d. Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi. Jalur utama infeksi yang terjadi pada sistitis adalah ascendingmelalui

periurethral/vaginal dan flora pada tinja. Mikroorganisme penyebab utama adalah E.coli, Enterococci, Proteus, dan Stafilokokus aureus yang masuk ke dalam buli-buli melalui uretra. Selain akibat infeksi, inflamasi pada buli-buli juga disebabkan oleh bahan kimia, seperti deodorant, detergent, atau obat-obatan

yangdimasukkan intravesika untuk terapi kanker buli-buli (siklofosfamid). Sistitis disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini disebabkan oleh aliran balik urin dari uretra ke dalam kandung kemih, kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sitoskopi (Sloane, 2004). Etiologi dari Etiologi dari cystitis berdasarkan jenisnya menurut Taber (1994), yaitu : a. Infeksi : Bakteri Kebanyakan berasal dari bakteri Escherichia coly yang secara normal terletak pada gastrointestinal. Pada beberapa kasus infeksi yang berasal dari retra dapat menuju ginjal. Bakteri lain yang bisa menyebabkan infeksi adalah Enterococcus, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, dan Staphylococcus. Jamur Infeksi jamur, penyebabnya misalnya Candida. Virus dan parasit Infeksi yang disebabkan oleh virus dan parasit jarang terjadi. Contohnya adalah trichomonas, parasit ini terdapat dalam vagina, juga dapat berada dalam urin.

13

b. Non infeksi : Paparan Radio terapi Reaksi imunologi, biasanya pada pasien SLE (Systemic Lupus Erytematous) 3.5 Faktor Predisposisi Faktor predisposisi untuk kemih neurogenis, chystitis adalah bersetubuh, kehamilan, kandung obsdtruktif, dan diabetes mellitus bahan kimia, contohnya obat-obatan (misalnya

cyclophosphamide/cytotaxan, Procycox).

keadaan-keadaan

(Tambayong, 2000). Pada umumnya faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan infeksi saluran kemih adalah : a. Wanita cenderung mudah terserang dibandingkan dengan laki-laki.Faktorfaktor postulasi dari tingkat infeksi yang tinggi terdiri dari urethra dekat kepada rektum dan kurang proteksi sekresi prostat dibandingkan dengn pria. b. Abnormalitas struktural dan fungsional mekanisme yang berhubungan termasuk stasis urin yang merupakan media untuk kultur bakteri, refluks urin yang infeksi lebih tinggi pada saluran kemih dan peningkatan anomali ketidak sempurnaan

tekanan hidrostatik. Contoh : strikur, hubungan uretero vesicalis. c. Obstruksi

Contoh : tumor, hipertofi prostat, calculus, sebab-sebab iatrogenic. d. Gangguan inervasi kandung kemih Contoh : Malformasi sum-sum tulang belakang kongenital, multiple sklerosi. e. Penyakit kronis Contoh : Gout/asam urat, DM, hipertensi, Penyakit Sickle cell f. Instrumentasi Contoh : prosedur kateterisasi. g. Penggunaan fenasetin secara terus menerus dan tidak pada tempatnya.

14

3.5 Klasifikasi Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu; a. Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra. b. Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis. Ada beberapa jenis sistitis: a. Sistitis Trauma mungkin adalah bentuk paling umum dari sistitis pada wanita, dan karena memar kandung kemih, biasanya melalui hubungan seksual. Hal ini sering diikuti oleh bakteri sistitis, sering oleh bakteri coliform yang ditransfer dari usus melalui uretra ke dalam kandung kemih. b. Sistitis Interstisial (IC) dianggap lebih cedera pada kandung kemih mengakibatkan iritasi konstan dan jarang melibatkan adanya infeksi. IC pasien sering salah didiagnosis dengan ISK / sistitis selama bertahun-tahun sebelum mereka diberitahu bahwa kultur urin mereka negatif. Antibiotik tidak digunakan dalam pengobatan IC. Penyebab dari IC tidak diketahui, meskipun beberapa menduga mungkin autoimun dimana sistem kekebalan tubuh menyerang kandung kemih. Beberapa terapi sekarang tersedia. c. Eosinofilik Sistitis adalah bentuk yang jarang dari sistitis yang didiagnosa melalui biopsi. Dalam kasus ini, dinding kandung kemih adalah menyusup dengan tingginya jumlah eosinofil. Penyebab Komisi Eropa juga tidak diketahui meskipun telah dipicu pada anak dengan obat-obatan tertentu. Beberapa menganggapnya sebagai bentuk sistitis interstisial. d. Sistitis Radiasi sering terjadi pada pasien yang menjalani terapi radiasi untuk pengobatan kanker. e. Sistitis Hemoragik, dapat terjadi sebagai efek samping dari terapi siklofosfamid, dan sering dicegah dengan pemberian mesna.

15

3.6 Patofisiologi Chystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coliperadangan timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral. Kemudian bakteri tersebut berekolonisasi pada suatu tempat misalkan pada vagina atau genetalia eksterna menyebabkan organisme melekat dan berkolonisasi disuatu tempat di periutenial dan masuk ke kandung kemih. Kebanyakan saluran infeksi kemih bawah ialah oleh organisme gram negatif seperti E. Colli, Psedomonas, Klebsiela, Proteus yang berasal dari saluran intestinum orang itu sendiri dan turun melalui urethra ke kandung kencing. Pada waktu mikturisi, air kemih bisa mengalir kembali ke ureter (Vesicouretral refluks) dan membawa bakteri dari kandung kemih ke atas ke ureter dan ke pelvis renalis. Kapan saja terjadi urin statis seperti maka bakteri mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk bertumbuh dan menjadikan media yang lebih alkalis sehingga menyuburkan pertumbuhannya. Infeksi saluran kemih dapat terjadi jika resistensi dari orang itu terganggu. Faktor-faktor utama dalam pencegahan infeksi saluran kemih adalah integritas jaringan dan suplai darah. Retak dari permukaan lapisan jaringan mukosa memungkinkan bakteri masuk menyerang jaringan dan menyebabkan infeksi. Pada kandung kemih suplai darah ke jaringan bisa

berkompromi bila tekanan di dalam kandung kemih meningkat sangat tinggi (Tambayong, 2000). Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui : a. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat saluran kemih yang terinfeksi. b. Hematogen yaitu penyebaran mikroorganisme patogen yang masuk melalui darah yang terdapat kuman penyebab infeksi saluran kemih yang masuk melalui darah dari suplai jantung ke ginjal. c. Limfogen yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening yang disalurkan melalui helium ginjal. d. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.

16

Menurut Tiber (1994), agen infeksi kebanyakan disebabkan oleh bakteri E. coly. Tipikal ini berada pada saluran kencing dari uretra luar sampai ke ginjal melalui penyebaran hematogen, lymphogendan eksogen. Tiga faktor yang mempengaruhi terjadnya infeksi adalah virulensi (kemampuan untuk menimbukan penyakit) dari organisme, ukuran dari jumlah mikroorganisme yang masuk dalam tubuh, dan keadekuatan dari mekanisme pertahanan tubuh. Terlalu banyaknya bakteri yang menyebabkan infeksi dapat mempengaruhi pertahanan tubuh alami pasien.Mekanisme pertahanan tubuh merupakan penentu terjadinya mukosa

infeksi,normalnya urin dan bakteri tidak dapat menembus dinding bladder. Lapisan

mukosa bladder tersusun dari sel-sel urotenial yang unsur yang membantu mempertahankan integritas

memproduksi mucin yaitu

lapisan bladder dan mencegah kerusakan serta inflamasi bladder. Mucin juga mencegah bakteri melekat pada selurotelial. Selain itu pH urine yang asam dan penurunan/kenaikan cairan dari konstribusi urin dalam batas tetap, berfungsi untuk mempertahankan integritas mukosa, beberapa bakteri dapat masuk dan sistem urin akan mengeluarkannya. Bentuk anatomi sluran kencing, keduanya mencegah dan

merupakankonstribusi yang potensial untuk perkembangan UTI (Urinary Tract Infection). Urin merupakan produk yang steril, dihasilkan dari ultrafiltrasi darah pada glumerolus dari nepron ginjal, dan dianggap sebagai sistem tubuh yang steril. Tapi uretra merupakan pintu masuk bagi pathogen yang terkontaminasi. Selain itu pada wanita 1/3 bagian distal uretra disertai jaringan periuretral dan vestibula vaginalis banyak dihuni bakteri dari usus karena letak anus tidak jauh dari tempat tersebut. Kolonisasi basi pada wanita di daerah tersebut diduga karena perubahan flora normal dari daerah perineum, berkurangnya antibody normal, dan bertambahnya daya lekat oeganisme pada sel spitel pada wanita. Cystitis lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki, hal ini karena uretra wanita lebih pendek dan lebih dekat dengan anus. Mikroorganisme naik ke bledder pada waktu miksi karena tekanan urine. Dan selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah mengeluarkan urine.

17

3.7 Tanda dan Gejala Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis) adalah nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih (disuria), spasame pada area kandung kemih dan suprapubis, hematuria (disertai darah dalam urin), urgensi (terdesak rasa ingin berkemih), nokturia (sering berkemih pada malam hari), piuria (adanya sel darah putih dalam urin), dan nyeri punggung (Sloane, 2004). Menurut Taber (1994), secara umum tandan dan gejala cystitis adalah : Disuria. Rasa panas seperti terbakar saat kencing. Ada nyeri pada tulang punggung bagian bawah. Urgensi (rasa terdesak saat kencing). Nokturia (cenderung sering kencing pada malam hari akibat penurunan kapasitas kandung kemih). Pengosongan kanding kemih yang tidak sempurna. Inkontinensia (keluarnya urin tanpa disengaja atau sulit ditahan). Retensi, yaitu suatu keadaan penumpukan urin di kandung kemih dan tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya. Nyeri suprapubik 3.8 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang a. Analisa Urin (urinalisis) Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin). Dinyatakan positif jika terdapat 5 atau lebih leukosit (sel darah putih) per lapangan pandang dalam sedimen urine. Hematuria (ditemukannya eritrosit dalam urin). Merupakan petunjuk adanya ISK jika ditemukan eritrosit (sel darah merah) 5-10 per lapangan pandang sedimen urin. Hematuria bisa juga karena adanya kelainan atau penyakit lain, misalnya batu ginjal dan penyakit ginjal lainnya.

b. Pemeriksaan bakteri (bakteriologis) Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan secara mikroskopis dan biakan bakteri. Mikroskopis. Bahan: urin segar (tanpa diputar, tanpa pewarnaan). Positif

18

jika ditemukan 1 bakteri per lapangan pandang. Biakan bakteri. Ditujukan untuk memastikan diagnosa ISK.

c. Pemeriksaan kimia Tes ini dimaksudkan sebagai penyaring adanya bakteri dalam urin. Contoh, tes reduksi griess nitrate, untuk mendeteksi bakteri gram negatif. Tingkat kepekaannya mencapai 90 % dengan spesifisitas 99%.

d. Tes Dip slide Berguna untuk menentukan jumlah bakteri per cc urin. Kelemahan cara ini tidak mampu mengetahui jenis bakteri. e. Pemeriksaan penunjang lain radiologis (rontgen), IVP (pielografi intra vena), USG dan Scanning. Pemeriksaan penunjang ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya batu atau kelaianan lainnya. 3.9 Tatalaksana Prinsip pengobatan infeksi saluran kemih adalah memberantas (eradikasi) bakteri dengan antibiotika. Tujuan pengobatan : Menghilangkan bakteri penyebab Infeksi saluran kemih. Menanggulangi keluhan (gejala). Mencegah kemungkinan gangguan organ ( terutama ginjal).

Tata cara pengobatan : Menggunakan pengobatan dosis tunggal. Menggunakan pengobatan jangka pendek antara 10-14 hari. Menggunakan pengobatan jangka panjang antara 4-6 minggu. Menggunakan pengobatan pencegaham (profilaksis) dosis rendah. Menggunakan pengobatan supresif, yaitupengobatan lanjutan jika

pemberantasan (eradikasi) bakteri belum memberikan hasil. Pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotika yang telah diseleksi terutama didasarkan pada beratnya gejala penyakit, lokasi infeksi, serta timbulnya

19

komplikasi. Pertimbangan pemilihan antibiotika yang lain termasuk efek samping, harga, serta perbandingan dengan terapi lain. Tetapi, idealnya pemilihan antibiotika berdasarkan toleransi dan terabsorbsi dengan baik, perolehan konsentrasi yang tinggi dalam urin, serta spectrum yang spesifik terhadap mikroba pathogen. Antibiotika yang digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih terbagi dua, yaitu antibiotika oral dan parenteral. I. Antibiotika Oral

a. Sulfonamida Antibiotika ini digunakan untuk mengobati infeksi pertama kali. Sulfonamida umumnya diganti dengan antibiotika yang lebih aktif karena sifat resistensinya. Keuntungan dari sulfonamide adalah obat ini harganya murah. b. Trimetoprim-sulfametoksazol Kombinasi dari obat ini memiliki efektivitas tinggi dalam melawan bakteri aerob, kecuali Pseudomonas aeruginosa. Obat ini penting untuk mengobati infeksi dengan komplikasi, juga efektif sebagai profilaksis pada infeksi berulang. Dosis obat ini adalah 160 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam. c. Penicillin Ampicillin adalah penicillin standar yang memiliki aktivitas spektrum luas, termasuk terhadap bakteri penyebab infeksi saluran urin. Dosis ampicillin 1000 mg dan interval pemberiannya tiap 6 jam. Amoxsicillin terabsorbsi lebih baik, tetapi memiliki sedikit efek samping. Amoxsicillin dikombinasikan dengan clavulanat lebih disukai untuk mengatasi masalah resistensi bakteri. Dosis amoxsicillin 500 mg dan interval pemberiannya tiap 8 jam. d. Cephaloporin Cephalosporin tidak memiliki keuntungan utama dibanding dengan antibiotika lain yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih, selain itu obat ini juga lebih mahal. Cephalosporin umumnya digunakan

20

pada

kasus

resisten

terhadap

amoxsicillin

dan

trimetoprim-

sulfametoksazol. e. Tetrasiklin Antibiotika ini efektif untuk mengobati infeksi saluran kemih tahap awal. Sifat resistensi tetap ada dan penggunannya perlu dipantau dengan tes sensitivitas. Antibotika ini umumnya digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh chlamydial. f. Quinolon Asam nalidixic, asam oxalinic, dan cinoxacin efektif digunakan untuk mengobati infeksi tahap awal yang disebabkan oleh bakteri E. coli dan Enterobacteriaceae lain, tetapi tidak terhadap Pseudomonas aeruginosa. Ciprofloxacin ddan ofloxacin diindikasikan untuk terapi sistemik. Dosis untuk ciprofloxacin sebesar 50 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam. Dosis ofloxacin sebesar 200-300 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam. g. Nitrofurantoin Antibiotika ini efektif sebagai agen terapi dan profilaksis pada pasien infeksi saluran kemih berulang. Keuntungan utamanya adalah hilangnya resistensi walaupun dalam terapi jangka panjang. h. Azithromycin Berguna pada terapi dosis tunggal yang disebabkan oleh infeksi chlamydial. i. Methanamin Hippurat dan Methanamin Mandalat Antibiotika ini digunakan untuk terapi profilaksis dan supresif diantara tahap infeksi.

II.

Antibiotika Parenteral.

a. Amynoglycosida Gentamicin dan Tobramicin mempunyai efektivitas yang sama, tetapi gentamicin sedikit lebih mahal. Tobramicin mempunyai aktivitas lebih besar terhadap pseudomonas memilki peranan penting dalam pengobatan onfeksi sistemik yang serius. Amikasin umumnya digunakan

21

untuk bakteri yang multiresisten. Dosis gentamicin sebesar 3-5 mg/kg berat badan dengan interval pemberian tiap 24 jam dan 1 mg/kg berat badan dengan interval pemberian tiap 8 jam. b. Penicillin Penicillin memilki spectrum luas dan lebih efektif untuk menobati infeksi akibat Pseudomonas aeruginosa dan enterococci. Penicillin sering digunakan pada pasien yang ginjalnya tidak sepasang atau ketika penggunaan amynoglycosida harus dihindari. c. Cephalosporin Cephalosporin generasi kedua dan ketiga memiliki aktivitas melawan bakteri gram negative, tetapi tidak efektif melawan

Pseudomonas aeruginosa. Cephalosporin digunakan untuk mengobati infeksi nosokomial dan uropsesis karena infeksi pathogen. d. Imipenem/silastatin Obat ini memiliki spectrum yang sangat luas terhadap bakteri gram positif, negative, dan bakteri anaerob. Obat ini aktif melawan infeksi yang disebabkan enterococci dan Pseudomonas aeruginosa, tetapi banyak dihubungkan dengan infeksi lanjutan kandida. Dosis obat ini sebesar 250500 mg ddengan interval pemberian tiap 6-8 jam. e. Aztreonam Obat ini aktif melawan bakteri gram negative, termasuk Pseudomonas aeruginosa. Umumnya digunakan pada infeksi nosokomial, ketika aminoglikosida dihindari, serta pada pasien yang sensitive terhadap penicillin. Dosis aztreonam sebesar 1000 mg dengan interval pemberian tiap 8-12 jam.

Preventif Infeksi Saluran Kemih Agar terhindar dari penyakit infeksi saluran kemih, dapat dilakukan halhal berikut: Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kemih.

22

Bagi perempuan, membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki pH balanced (seimbang) sebab membersihkan dengan air saja tidak cukup bersih. Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak menyentuh langsung permukaan toilet dan lebih higienis. Jika terpaksa menggunakan toilet duduk, sebelum menggunakannya sebaiknya

bersihkan dahulu pinggiran atau dudukan toilet. Toilet-toilet umum yang baik biasanya sudah menyediakan tisu dan cairan pembersih dudukan toilet. Jangan membersihkan organ intim di toilet umum dari air yang ditampung di bak mandi atau ember. Pakailah shower atau keran. Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak lembab.

3.10 Prognosis Infeksi pada kandung kemih mempunyai kemungkinan untuk dapat sembuh sendiri bila tidak disertai infeksi dari ginjal, prostat, atau adanya urine sisa.

23

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Infeksi saluran kemih secara umum dapat disebabkan oleh E.coli atau penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama pada sekitar 90% wanita muda. Gejala dan tandatandanya antara lain : sering kencing, disuria, hematuria dan piuria. Adanya keluhan nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas. Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih selain E.coli melalui infeksi nosokomial Klebsiella, Proteus, Providencia, Citrobacter, P. aeruginosa, Acinetobacter, Enterococcus faecalis dan Stafilokokus saprophyticus. Gambaran klinis dari penyakit infeksi saluran kemih umumnya adalah sebagai berikut: rasa sakit pada punggung adanya darah pada urin (hematuria) adanya protein pada urin (proteinuria) urin yang keruh ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar demam dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia) tidak nafsu makan lemah dan lesu (malaise) rasa sakit pada saat berkemih (dysuria) rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita) rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria) Media pembiakan yang sesuai untuk berbagai mikroorganisme penyebab meningitis adalah media agar darah dan agar mac conkey. Diagnosa yang dilakukan untuk pendeteksian penyakit infeksi saluran kemih adalah dengan tujuan untuk mengidentifikasikan adanya infeksi bakteri yang menyebabkan penyakit tersebut. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala yang ada, namun gejala- gejala dari infeksi saluran kemih, baik akut maupun

24

kronik sangat sukar dibedakan dengan infeksi saluran kemih yang biasa. Hal ini dikarenakan gambaran klinik dari infeksi saluran kemih berat mirip dengan infeksi bakteri biasa.

3.2 Saran Semoga untuk ke depan dapat ditingkatkan kesehatan dan kebersihan pribadi tiap tiap individu sehingga dapat terhindar dari penyakit Cystitis khususnya, dan penyakit infeksi bakteri secara umum.

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Baughman, D. C., & Hackley, J. C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku dari Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC. 2. Behrman, Kliegman, & Arvin. 2000. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 3. Jakarta: EGC. 3. Benson, R. C., & Pernoll, M. L. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9. Jakarta: EGC. 4. Ferdinand, F., & Ariebowo, M. 2007. Praktis Belajar Biologi: untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Visindo. 5. Grace, P. A., & Borley, N. R. 2007. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta: EMS. 6. Gupte, S. 2004. Panduan Perawatan Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor. 7. Nainggolan, R. A. 2006. Sehat Alami Terapi Jus & Diet: Cara Alami 8. Menaklukkan 99 Jenis Penyakit. Jakarta: Agro Media Pustaka. 9. NANDA Internasional. 2012. Klasifikasi. Jakarta: EGC. 10. Sabiston, 1994. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta: EGC. 11. Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC. 12. Suharyanto, Toto, & Madjid. A. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media. 13. Taber, B. 1994. Jakarta: EGC. 14. Tambayong, J. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. 15. Tucker, S. M., Canobbio, M. M., Paquette, E. V., & Wells, M. F. 1999. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosis, dan Evaluasi Edisi V Volume 4. Jakarta: EGC Kapita Selekta Kedariratan Obstetri dan Ginekologi. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan

Anda mungkin juga menyukai