Anda di halaman 1dari 6

2.1.

1 Anatomi Payudara Payudara merupakan suatu kelenjar yang terdiri atas lemak, kelenjar, dan jaringan ikat, yang terdapat di bawah kulit dan di atas otot dada. Pria dan wanita memiliki payudara yang memiliki sifat yang sama sampai saat pubertas. Pada saat pubertas terjadi perubahan pada payudara wanita, dimana payudara wanita mengalami perkembangan dan berfungsi untuk memproduksi susu sebagai nutrisi bagi bayi. (Faiz, O., dan Moffat, D., 2003). Payudara terletak di dinding anterior dada dan meluas dari sisi lateral sternum menuju garis mid-aksilaris di lateral. Secara umum payudara dibagi atas korpus, areola dan puting. Korpus adalah bagian yang membesar. Di dalamnya terdapat alveolus (penghasil ASI), lobulus, dan lobus. Areola merupakan bagian yang kecokelatan atau kehitaman di sekitar puting. Puting (papilla) merupakan bagian yang menonjol di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI. Tiap payudara terdiri atas 15-30 lobus. Lobus-lobus tersebut dipisahkan oleh septa fibrosa yang berjalan dari fasia profunda menuju ke kulit atas dan membentuk struktur payudara. Dari tiap lobus keluar duktus laktiferus dan menyatu pada puting. Areola, yaitu bagian yang kecoklatan atau kehitaman di sekitar puting susu. Pada bagian terminal duktus laktiferus terdapat sinus laktiferus yang kemudian menyatu terus ke puting susu dimana ASI dikeluarkan. Definisi Kanker payudara adalah sekelompok sel yang tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Kanker payudara merupakan salah satu bentuk pertumbuhan sel atau pada payudara. Dalam tubuh terdapat berjuta-juta sel. Salah satunya, sel abnormal atau sel metaplasia, yaitu sel yang dapat berubah-ubah tetapi masih dalam batas normal. Akan tetapi, jika sel metaplasia ini dipengaruhi faktor lain maka akan menjadi sel displasia. Yaitu sel yang berubah menjadi tidak normal dan terbatas dalam lapisan epitel (lapisan yang menutupi permukaan yang terbuka dan membentuk kelenjar-kelenjar). Dimana pada suatu saat sel-sel ini akan berkembang menjadi kanker karena berbagai faktor yang mempengaruhi dalam kurun waktu 10-15 tahun. (Kasdu.D.2005)

Epidemiologi Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang yang didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang (Moningkey, 2000). Kanker payudara di Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker leher rahim. Diperkirakan 10 dari 100.000 penduduk terkena kanker payudara dan 70% dari penderita memeriksakan dirinya pada keadaan stadium lanjut (Ana, 2007). The American Cancer Society memperkirakan hampir 1,4 juta kasus baru kanker payudara invasif pada tahun 2008. Selama 25 tahun terakhir, tingkat insidensi kanker payudara telah meningkat secara global, dengan tingkat tertinggi di negara-negara barat.Selain kanker payudara invasif, 62.280 kasus baru pada kanker payudara in situ terjadi di kalangan wanita di tahun 2009. Sekitar 85% di antaranya karsinoma duktal in situ (DCIS). (Swart, 2010) Secara keseluruhan, angka kejadian tahunan pada wanita Amerika-Afrika (119,4 darisetiap 100.000) dan / perempuan Hispanik Latina (89,9 dari setiap 100.000) telah stabilsejak awal 1990-an dan lebih rendah daripada kejadian tahunan kanker payudara padawanita kulit putih (141,1 dari setiap 100.000). Namun, Amerika - Afrika lebih mungkin untuk dapat didiagnosis dengan tumor stadium lanjut (> 5 cm), dibandingkan perempuankulit putih. Tingkat insidensi di antara perempuan Asia dan Kepulauan Pasifik terusmeningkat sebesar 1,5% per tahun (89 dari setiap 100.000) tapi masih jauh lebih rendahdaripada wanita kulit putih. Namun, tingkat kematian karena kanker payudara telah terusmenurun pada wanita sejak tahun 1990. (Swart, 2010) Etiologi Etiologi dari penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Namun, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara. Faktor-faktor resiko tersebut adalah : a) Jenis kelamin Berdasarkan penelitian, wanita lebih beresiko menderita kanker payudara daripada pria. Prevalensi kanker payudara pada pria hanya 1% dari seluruh kanker payudara. b) Faktor usia

Resiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Setiap sepuluh tahun, resiko kanker meningkat dua kali lipat. Kejadian puncak kanker payudara terjadi pada usia 40-50 tahun c) Riwayat keluarga Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga merupakan faktor resiko terjadinya kanker payudara. d) Riwayat adanya tumor jinak payudara sebelumnya Beberapa tumor jinak pada payudara dapat bermutasi menjadi ganas. e) Faktor genetik Pada suatu studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Bila terdapat mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, yaitu gen suseptibilitas kanker payudara, maka probabilitas untuk terjadi kanker payudara adalah sebesar 80%. f) Faktor hormonal Kadar hormon estrogen yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi perubahan hormon pada saat kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. g) Usia menarche Berdasarkan penelitian, menarche dini dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Ini dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan dari estrogen. h) Menopause Menopause yang terlambat juga dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Untuk setiap tahun usia menopause yang terlambat, akan meningkatkan resiko kanker payudara 3 %. i) Usia pada saat kehamilan pertama >30 tahun. Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan usia wanita saat kehamilan pertamanya. j) Nullipara/belum pernah melahirkan

Berdasarkan penelitian, wanita nulipara mempunyai resiko kanker payudara sebesar 30 % dibandingkan dengan wanita yang multipara. k) Tidak menyusui Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara. Ini dikarenakan adanya penurunan level estrogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik selama menyusui. l) Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama, diet tinggi lemak, alkohol, dan obesitas.

2.2 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 2.2.1 Pengertian SADARI Periksa payudara sendiri (SADARI) merupakan langkah awal untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara. Dimana Periksa Payudara Sendiri (SADARI) sebaiknya dilakukan seminggu setelah selesai haid. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dilakukan pada usia 20-30 tahun, minimal tiap tiga bulan sekali, tetapi akan lebih baik dilakukan sebulan sekali setelah selesai haid. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) adalah bagian penting dari perawatan kesehatan, yang dapat melindungi dari resiko terkena kanker payudara. Untuk mendeteksi kanker payudara stadium dini sangat mudah, dengan melakukan SADARI, dapat diketahui secara dini terjadinya kanker payudara. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dapat dilakukan dirumah, cukup beberapa menit dan sebulan sekali setelah selesai haid. Universitas Sumatera UtaraPeriksa Payudara Sendiri (SADARI) sebaiknya dilakukan seminggu setelah menstruasi, karena pada saat selesai menstruasi kondisi payudara lunak dan longgar, sehingga dapat

memudahkan perabaan. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dilakukan pada. usia 20-30 tahun, minimal dilakukan tiga tahun sekali. Pada usia 30-40 tahun sebaiknya dilakukan 12 tahun sekali. Pada usia 40-50 tahun sebaiknya dilakukan tiap tahun ditambah dengan pemeriksaan mamografi. (Suryaningsih, 2009).

2.2.2 Manfaat SADARI Manfaat periksa payudara sendiri (SADARI) adalah untuk mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan pada payudara karena kanker payudara pada hakikatnya dapat diketahui secara dini oleh para wanita usia subur. Setiap wanita mempunyai bentuk dan ukuran payudara yang berbeda, bila wanita memeriksa payudara sendri secara teratur, setiap bulan setelah haid, wanita dapat merasakan bagaimana payudara wanita yang normal. Bila ada perubahan tentu wanita dapat mengetahuinya dengan mudah. (Suryaningsih, 2009).

2.2.3 Cara Melakukan SADARI Berikut merupakan langkah-langkah pada SADARI : 1) Melihat Meliputi bentuk dan ukuran, puting lurus ke depan atau tertarik ke dalam, puting atau kulit ada yang lecet atau tidak, warna kulit tampak kemerahan atau tidak, tekstur kulit tampak menebal dengan pori-pori melebar atau mulus, tampak adanya kerutan, cekungan atau tidak (payudara yang normal adalah payudara dengan bentuk sempurna tanpa perubahan warna, tekstur dan pembengkakan). (Suryaningsih, 2009). 2) Memijat Secara lembut pijat payudara dari tepi hingga ke puting, untuk mengetahui ada atau

tidaknya cairan yang keluar dari puting susu (seharusnya tidak ada cairan yang keluar, kecuali sedang menyusui). 3) Meraba Dilakukan dengan gerakan memutar mulai dari tepi payudara hingga ke puting, masing-masing gerakan memutar dilakukan dengan kekuatan tekanan berbeda-beda, yaitu: a) tekanan ringan untuk meraba ada tidaknya benjolan di dekat permukaan kulit b) tekanan sedang untuk meraba ada tidaknya benjolan di tengah tengah jaringan payudara c) tekanan cukup kuat untuk merasakan adanya benjolan di dasar payudara, dekat dengan tulang dada. d) Meraba ketiak Raba ketiak dan area di sekitar payudara untuk mengetahui ada tidaknya benjolan (Suryaningsih, 2009).

Anda mungkin juga menyukai