Di dalam melakukan kegiatan budi daya, pengendalian hama dan penyakit sangat di
perlukan untuk mencegah terjadinya kerugian oleh pembudi daya dan kerugian bagi orang
banyak akibat mutu rendah dan penyakit yang menyerang. Untuk itu perlu di lakukan
pemberantasan hama dan penyakit dengan baik, terutama pada saat pengolahan tanah pada
tambak.
Adanya hama di dalam tambak sangat merugikan bagi para pembudi daya dan spesies itu
sendiri. Untuk itu para pembudi daya juga perlu memahami lebih dalam jenis – jenis hama yang
dapat mengganggu, merusak bahkan memangsa spesies yang di budi dayakan. Dengan di
ketahuinya jenis – jenis hama tersebut maka pembudi daya dapat mencegahnya atau
memberantasnya dengan memberi obat sesuai dengan jenis hama yang di ketahui. Begitu pula
dengan penyakit, yang sangat merugikan sekali bagi pembudi daya karena adanya suatu penyakit
dapat menyebabkan ikan / udang mati secara mendadak dalam jangka waktu yang singkat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sejalan dengan berkembangnya usaha budidaya ikan laut tersebut, terdapat pula
beberapa masalah yang mengganggu, sehingga menghambat perkembangan usaha
budidaya, yaitu hama dan penyakit ikan. Apabila keadaan tersebut tidak segera
ditanggulangi lebih awal, maka kegiatan budidaya ikan laut akan terganggu, akibatnya
ikan akan menurun karena
tingkat kematiannya tinggi.
Untuk menghindari hal tersebut perlu diupayakan pencegahan dan pengobatan
terhadap hama dan penyakit ikan. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa tidak
semua penyebab kematian dikarenakan penyakit, maka dalam menangani masalah ini,
tindakan penanggulangannya dilakukan secara hati-hati dan teliti agar tidak menimbulkan
kesalahan yang merugikan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ikan / udang terserang penyakit meliputi:
A. Faktor-faktor kimia dan fisika, antara lain:
1. Perubahan salinitas air secara mendadak;
2. pH yang terlalu rendah (air asam), dan pH yang terlalu tinggi (air basa/alkalis);
3. Kekurangan oksigen dalam air;
4. Zat beracun, pestisida (insektisida, herbisida dan sebagainya);
5. Perubahan suhu air yang mendadak;
6. Kerusakan mekanis (luka-luka);
7. Perairan terkena polusi.
B. Makanan yang tidak baik :
1. Kekurangan vitamin dan komposisi gizi yang buruk;
2. Bahan makanan yang busuk dan mengandung kuman-kuman.
C. Bentuk fisik dan kelainan-kelainan tubuh yang disebabkan oleh keturunan.d. Stres
Stres yang terjadi pada ikan berkaitan dengan timbulnya penyakit pada ikan tersebut.
Stres merupakan suatu rangsangan yang menaikkan batas keseimbangan psikologi dalam
diri ikan terhadap lingkungannya. Biasanya stres pada ikan diakibatkan perubahan
lingkungan akibat beberapa hal atau perlakuan misalnya akibat
pengangkutan/transportasiikan-ikan yang dimasukkan ke dalam jaring apung di laut dari
tempat pengangkutan biasanya akan mengalami shock, berhenti makan dan mengalami
pelemahan daya tahan terhadap penyakit.
e. Kepadatan Ikan
Kepadatan ikan yang melebihi daya dukung perairan (carrying capacity) akan
menimbulkan persaingan antar ikan tinggi, oksigen terlarut menjadi rendah dan sisa
metabolisme seperti ammonia akan meningkat sehingga dapat menimbulkan stres dan
merupakan penyebab timbulnya serangan penyakit. (Anonim, 2005).
Penyebab penyakit di atas tergolongkan kedalam faktor intern (dari dalam), maksudnya
penyebab penyakit itu masih di sebabkan oleh spesies itu sendiri. Sedangkan faktor
eksternal di sebabkan oleh lingkungan di sekitar tempat spesies di budi dayakan.
Timbulnya penyakit pada budidaya tambak salah satunya disebabkan karena
menumpuknya limbah disekitar lingkungan tambak (faktor ekstern) sehingga
menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme. Jika pertumbuhan mikroorganisme ini
melimpah terutama pada golongan pengurai akan diikuti dengan turunnya kualitas air di
sekeliling perusahaan hatchery (Anonim, 2004).
BAB III
PEMBAHASAN
Pada umumnya hama yang sering menyerang ikan / udang yang di budi dayakan itu sama
hanya tergantung spesies yang di pelihara .
Hama tambak adalah segala macam hewan yang ada di tambak, selain yang
dibudidayakan, dan dianggap merugikan karena mengurangi produktifitas maksimal, disebabkan
hilangnya hewan budidaya karena proses makan memakan (predasi), terjadinya persaingan
dalam pemanfaatan sumber energi atau menimbulkan kerugian di bidang fasilitas.
3.2.2. Penyaing
Jenis-jenis hewan penyaing yang sering ditemukan di tambak diantaranya :
1. Cacing Polychaeta “Dendronereis sp. (Palolo)”
2. Udang-udangan Mesopodopsis (Jambret), Metapenaus monoceros (Udang api-api), Penaeus
merguiensis (Udang putih), Penaeus indicus (Udang jaring)
3. Serangga Chironomus sp.
4. Moluska Cerithidae, Trisipan
5. Ikan Cichlidae Tilapia mossambica (Mujair), Microryridae, Aplocheilus panchax (Kepala
timah),Mugiliidae Mugil Cephalus (Belanak),Siganiidae Siganus sp. (Samadar)
3.2.3.Perusak
Keberadaan hama ini dapat menimbulkan bebrapa kerugian diantaranya kerusakan pada tanggul
sehingga menyebabkan kebocoran . Jenis perusak antara lain kepiting (Scylla serrata) dan udang
pantus (Thalassina sp). Kepiting biasanya membuat lubang-lubang pada tanggul sehinga
kedalaman air sulit dipertahankan dan masuk hama pemangsa dan penyaing dalam petakan
tambak. Selain itu menyebabkan ikan / udang lolos melalui lubang kepiting.
Prosedur Pengendalian Hama
Prosedur pengendalian hama dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
Cara Fisik
1. Pengolahan Tanah
Sebelum benur ditebar, usahakan agar tambak dikeringkan secara total agar semua
organisme mati dan pengeringan dasar tambak dapat membantu memperbaiki struktur tanah
dasar.
2. Perbaikan Pematang
Lubang-lubang pada pematang sebaiknya diperbaiki, jika terdapat lubang dapat dilakukan
penyumbatan. Cara lain adalah dengan melapisi tanggul dengan plastik.
10. Ukuran kepala dan badan tidak proporsional, kemungkinan terjadi kelainan bentuk lain
Karakteristik penyakit infeksi pada ikan.
Ikan merupakan salah satu hewan air yang selalu bersentuhan dengan lingkungan
perairan sehingga mudah terinfeksi patogen melalui air. Infeksi bakteri dan parasit tidak terjadi
pada hewan darat melalui perantara udara, namun pada ikan sering terjadi melalui air. Pada
budidaya, air tidak hanya sebagai tempat hidup bagi ikan, tapi juga sebagai perantara bagi
patogen.
3.3.1 Istilah penting penyakit infeksi pada ikan
Istilah penting yang seringkali digunakan dalam penyakit infeksi ikan adalah sebagai
berikut :
Epidemiologi : ilmu yang mempelajari hubungan berbagai faktor yang mempengaruhi frekuensi
dan penyebaran penyakit pada suatu komunitas.
Penyebaran vertikal : penyebaran penyakit dari suatu generasi ke generasi selanjutnya melalui
telur.
Penyebaran horisontal : penyebaran penyakit dari ikan satu ke ikan yang lain pada kelompok
ikan dan waktu yang sama.
Carrier : hewan yang membawa organisme penyebab penyakit dalam tubuhnya, namun hewan
tersebut terlihat sehat sehingga menjadi pembawa atau penyebar infeksi.
Vektor : hewan yang menjadi perantara organisme penyebab penyakit dari inang yang satu ke
inang yang lain.
Contoh : siput, burung.
Patogenisitas : kemampuan untuk dapat menyebabkan terjadinya penyakit.
Virulensi : derajat patogenisitas suatu mikroorganisme.
Kisaran inang : kisaran hewan-hewan yang dapat diinfeksi oleh patogen.
Penempelan Trichodina (Gambar 4) pada tubuh ikan sebenarnya hanya sebagai tempat pelekatan
(substrat), sementara parasit ini mengambil partikel organik dan bakteri yang menempel di kulit
ikan. Tetapi karena pelekatan yang kuat dan terdapatnya kait pada cakram, mengakibatkan
seringkali timbul luka, terutama pada benih dan ikan muda. Pelekatan pada insang juga
seringkali disertai luka dan sering ditemukan set darah merah dalam vakuola makanan
Trichodina. Pada kondisi ini maka Trichodina merupakan ektoparasit sejati.
Trichodina yang merupakan ektoparasit pada ikan air laut mempakan spesies yang bersifat
sebetulnya lebih bersifat komensal daripada ektoparasit. Trichodina spp. yang didapatkan pada
ikan air payau merupakan spesies yang memiliki toleransi yang luas terhadap kisaran salinitas.
Trichodina yang menempel di insang umunmya berukuran lebih kecil dibandingkan yang hidup
di kulit, contohnya adalah Trichodinella. Ikan yang terserang Trichodina biasanya warna
tubuhnya terlihat pucat, produksi lendir yang berlebihan dan terlihat kurus. Diagnosis dapat
dilakukan dengan cara melakukan pengerokan (scraping) pada kulit, atau mengambil lembaran
insang dan melakukan pemeriksaan secara mikroskopis. Pencegahan terhadap wabah penyakit
adalah dengan cara pengendalian kualitas lingkungan, karena mewabahnya penyakit berkaitan
dengan rendahnya kualitas lingkungan. Perlakuan terhadap ikan yang terinfeksi oleh parasit
adalah dengan cara perendaman dalam larutan formalin 200-300 ppm.
4.3.3.3. Caligus sp., parasit golongan Crustacea
Parasit jenis ini sering, ditemukan baik pada induk ikan maupun di tambak. Penempelan
ektoparasit ini dapat menimbulkan luka, dan akan lebih parah lagi karena ikan yang terinfeksi
dengan parasit sering menggosok-gosokkan tubuhnya ke dinding bak atau substrat keras lainnya.
Timbulnya luka akan diikuti dengan infeksi bakteri. Caligus sp. berukuran cukup besar sehingga
dapat diamati dengan tanpa bantuan mikroskop. Perlakuan ikan terserang parasit cukup mudah,
yaitu hanya merendamnya dalam air tawar selama beberapa menit. Perlakuan dengan formalin
200-250 ppm juga cukup efektif. Penggunaan bahan seperti Triclorvon (Dyvon 95 SP) hiingga 2
ppm dapat mematikan parasit.
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang ada dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa dalam pembudidayaan
ikan, baik pada air payau maupun air laut di butuhkan pengawasan yang ekstra pada kultivan
yang di pelihara. Hal ini dilakukan karena tidak menutup kemungkinan bahwa kultivan akan
terserang penyakit, yang mana akan menimbulkan kerugian.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, “Pengendalian Hama Yang Sering Terjadi Di Tambak Air Payau” Departemen
Kelautan dan Perikanan, 2004.
Anonim, “Jenis Penyakit Pada Ikan (Finfish) Budidaya Air Payau” Departemen Kelautan dan
Perikanan, 2005.
Makalah kelompok
Dasar-dasar akuakultur
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR