Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reaksi hipersensitivitas merupakan reaksi immunopatologi oleh karena respon imun yang berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan jaringan. Alergi atau reaksi hipersensitivitas adalah perubahan spesifik, didapat, pada reaktivitas hospes yang diperantarai oleh mekanisme imunologis dan menyebabkan respons fisiologis yang tidak menguntungkan.

Reaksi hipersensitivitas menurut Coombs dan Gell dibagi menjadi 4 tipe reaksi berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi, yaitu tipe I, II, III, dan IV. Ada beberapa penyebab timbulnya alergi, antara lain obat-obatan, makanan, hirupan (debu dan serbuk sari bunga), dan kontak kulit. Dalam laporan pemicu 2 ini, akan dibahas mengenai permasalahan yang terjadi pada seorang perempuan berumur 25 tahun yang alergi terhadap antibiotik karena riwayat antibiotiknya yang tidak jelas.Dan gigi terdiri dari beberapa jaringan pembentuk. Secara garis besar, jaringan pembentuk gigi ada 3, yaitu email, dentin, dan pulpa. Serta gigi merupakan satu kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain. Kerusakan pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya, sehingga akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Gigi memiliki tiga fungsi yaitu: berfungsi sebagai alat pengunyahan (mastikasi), proses pengucapan (fonetik), dan berperan terhadap penampilan (estetik).
Konservasi Gigi 1

1.2 Tujuan
1.Mengetahui tentang struktur anatomi gigi 2.Mengetahui macam-macam dari Reaksi Hipersensitivitas

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana struktur anatomi gigi tersebut? 2. Apa saja macam-macam dari Reaksi Hipersensitivitas?

Konservasi Gigi

BAB II PEMBAHASAN

STRUKTUR ANATOMI GIGI

Gigi geligi manusia dibagi dalam dua golongan. :

1. Gigi sulung / Deciduous teeth Normal bayi yang baru lahir tidak mempunyai gigi. tetapi benih gigi sudah ada jauh sebelum bayi lahir. baru pada usia kurang lebih 6 bulan gigi pertama sulung tumbuh dan pada umur kurang lebih 2 tahu gigi lengkap tumbuh. Normal anak mempunyai gigi sulung 20 gigi yang susunannya sebagai berikut : 10 rahang atas, 10 rahang bawah ; nama dari gigi sulung : Gigi seri pertama / insisivus sentral / i1 Gigi seri kedua / Insisivus lateral / i2 Gigi taring / Caninus/c Gigi Graham pertama / Molar ke - 1 /m1 Gigi graham kedua/ molar ke-2/m2

Konservasi Gigi

2. Gigi Tetap Normal kita mempunyai gigi 32 gigi tetap yang susunannya sebagai berikut : 16 gigi rahang atas dan 16 gigi rahang bawah. gigi tetap pertama kli tumbuh adalah gigi molar pertama yang letaknya persis dibelakang molar sulung ke-2pada usia 6 tahun ; nama dan macam - macam gigi tetap ; 1. Gigi seri pertama/ insisivus ke-1/ I1 2. Gigi seri kedua / insisivus ke-2/I2 3. Gigi taring / Caninus/ C 4. gigi geraham kecil pertama/ Premolar ke-1/ P1 5. Gigi Geraham kecil kedua/ Premolar ke-2/P2 6. Gigi Geraham besar pertama/ molar ke-1/ M1 7. Gigi geraham besar kedua/ molar ke-2/M2 8. Gigi Geraham besar ketiga/ Molar ke-3/ M3

Konservasi Gigi

Berikut ini akan dijabarkan secara lebih seksama mengenai struktur penyusun, jaringan-jaringan, dan bagian-bagian gigi manusia atau disebut juga anatomi gigi.

A. STRUKTUR JARINGAN GIGI Gigi terdiri dari beberapa jaringan pembentuk. Secara garis besar,pembentuk gigi ada 3 yaitu: email,dentin dan pulpa.

I. Email Gigi Email adalah lapisan terluar gigi, yang menutupi seluruh mahkota gigi dan merupakan bagian tubuh yang paling keras dan dibentuk oleh sel-sel yang disebut ameloblast. Meskipun sangat keras, email rentan terhadap serangan asam, baik langsung dari makanan atau dari hasil metabolisme bakteri yang memfermentasi karbohidrat yang kita makan dan menghasilkan asam. Pola makan yang kaya asam akan mempercepat kerusakan email gigi. Demikian juga pada penderita penyakit tertentu misalnya bulimia yang selalu memuntahkan kembali makanan yang baru dimakan, di mana makanan yang dimuntahkan tersebut telah bercampur dengan asam lambung sehingga bersifat erosif bagi gigi.

Konservasi Gigi

Jaringan email gigi tidak mengandung persyarafan, sehingga bila terjadi kerusakan yang terbatas hanya pada email tidak akan terasa sakit. Bila terjadi kerusakan pada email, tidak dapat mengadakan pemulihan diri dengan sendirinya seperti halnya pada tulang atau jaringan dentin.

Warnanya putih, namun email memiliki sifat translusen dan memungkinkan warna dentin yang kuning sedikit terlihat, sehingga member tampilan gigi terlihat kuning.

Jaringan email adalah struktur kristalin yang tersusun oleh jaringan anorganik 96 %, material organik hanya 1 % dan sisanya adalah air. Komposisi ini membuat sifat email gigi mirip seperti keramik.

Secara mikroskopis, lapisan email tersusun oleh prisma email yang merupakan kristal hidroksiapatit dengan pola orientasi yang khas. Meski strukturnya keras dan padat, email mampu dilewati oleh ion dan molekul tertentu misalnya zat warna dari makanan atau minuman tertentu.

Email menutupi mahkota anatomis gigi dengan ketebalan yang berbeda-beda di daerah-daerah tertentu, email paling tebal di daerah permukaan kunyah gigi (di insisal gigi insisif dan oklusal

Konservasi Gigi

gigi molar), dan semakin kebawah makin menipis. Ketebalan juga berbeda-beda pada jenis gigi yang berbeda, yaitu:

- Incisal ridge insisif = 2 mm - Cusp premolar = 2.3 2.5 mm - Cusp molar = 2.5 3 mm Adapun sifat fisik email, sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. Warna putih keabu-abuan transparan Kekuatan tarikan kurang lebih 100 kg/cm2 Kekuatan kompressinya 2100 3500 kg/cm2 Bersifat getas Ketebalan pada cusp kurang lebih 2,5 mm

Sifat termal email : 1. 2. Meneruskan panas dengan konduksi Tidak menghantarkan listrik tetapi mentransmisi listrik

Permeabilitas email : 1. 2. Bersifat permiabel terhadap sejumlah material baik invivo/ invitro Dapat dipenetrasi oleh molekul yang cukup besar pada suhu kamar/ suhu tubuh

II. Dentin Dentin merupakan struktur penyusun gigi yang terbesar. Jaringan ini jauh lebih lunak dibandingkan email karena komposisi material organiknya lebih banyak dibandingkan email yaitu mencapai 20 %, di mana 85 % dari material organik tersebut adalah kolagen. Sisanya adalah air sebanyak 10 % dan material anorganik 70 %. Di daerah permukaan mahkota gigi, dentin terletak di bawah email. Tapi di bagian akar dentin tidak ditutupi oleh email melainkan oleh sementum. Di bagian bawahnya, dentin menjadi

Konservasi Gigi

atap bagi rongga pulpa. Pulpa adalah suatu rongga yang berisi pembuluh darah dan persyarafan bagi gigi. Oleh karena itu secara anatomis, dentin sangat berhubungan erat dengan jaringan pulpa. Kebanyakan ilmuwan menganggap dentin dan pulpa adalah satu jaringan dan membentuk pulp-dentin complex. Secara mikroskopis, dentin berbentuk seperti saluran yang disebut tubuli dentin dan berisi sel odontoblast dan cairan tubuli dentin. Sel ini dianggap sebagai bagian dari dentin maupun jaringan pulpa karena badan selnya ada di rongga pulpa namun serabutnya (yang disebut serabut tomes) memanjang ke dalam tubuli-tubuli dentin yang termineralisasi. Serabut tomes inilah yang membuat dentin dianggap sebagai jaringan hidup dengan kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsang fisiologis maupun patologis.

Bila dentin terekspos ke lingkungan karena karies telah mencapai dentin atau karena gigi tersebut patah, maka gigi akan sensitif terhadap perubahan suhu (misalnya pada saat berkontak dengan makanan panas/dingin) dan akan terasa sakit. Hal ini disebabkan karena tubuli dentin berisi cairan seperti serum yang berkesinambungan dengan cairan ekstraseluler pada jaringan pulpa. Dengan tereksposnya tubuli dentin, cairan dalam tubuli ini akan mengalir dari pulpa ke

Konservasi Gigi

arah luar yaitu perbatasan email dengan dentin, sehingga mempengaruhi ujung syaraf gigi. Akibatnya syaraf gigi akan teraktivasi dan mengirimkan sinyal ke otak dan terasa sakit.

Adapun sifat fisik dari dentin, ialah : 1. 2. 3. Keras, warna putih kekuningan Tahanan tarik 250 kg/cm2 Elastisitas cukup tinggi

Permeabilitas dentin : 1. Tubuli dentin merupakan saluran utama untuk berdifusinya cairan melalui denting 2. Sebanding dengan diameter dan jumlah tubuli 3. Tinggi pada pulpa 4. Lebih rendah pada dentin akar daripada dentin mahkota dan bagian luar sangat tidak permeable 5. Pada infeksi gigi reaksi radang berkembang di dalam pulpa jauh sebelum terkena infeksi 6. Sklerorik dentin mengurangi permeabilitas karena menyubat tubuli 7. Pengeboran dentin pada pada preparasi kavitas menghasilkan debris mikro kristalin yang menutupi tubuli dentin yang disebut smear layer dan berfungsi mencegah kuman menembus dentin.

III. PULPA Seperti yang telah disinggung sebelumnya, pulpa adalah suatu rongga di bawah lapisan dentin. Pulpa gigi banyak memiliki kemiripan dengan jaringan ikat lain pada tubuh manusia, namun ia memiliki karakteristik yang unik. Di dalam pulpa terdapat berbagai elemen jaringan seperti pembuluh darah, persyarafan, serabut jaringan ikat, cairan interstitial, dan sel-sel seperti fibroblast, odontoblast dan sel imun.

Konservasi Gigi

Ilustrasi Gmbr. Gigi Molar

Pulpa adalah sistem mikrosirkuler, di mana komponen vaskular terbesarnya adalah arteriol dan venula, yang memasuki pulpa melalui lubang di ujung saluran akar gigi (foramen apikal). Karena dibatasi oleh dinding denting yang kaku, perubahan volume di dalam rongga pulpa -misalnya saat terjadi vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah)- menjadi sangat terbatas.

Gbr. Ilustrasi bagian dalam gigi yang memperlihatkan jaringan pulpa yang dibatasi oleh jaringan dentin. Di bawah pulpa, persyarafan dan pembuluh darah kecil berjalan di sepanjang saluran akar dan keluar melalui foramen apikal yang terletak di ujung akar.

Konservasi Gigi

10

Di bagian terluar pulpa yang sehat adalah barisan sel odontoblast yaitu sel pembentuk dentin. Uniknya, badan sel odontoblast berada di dalam pulpa, sedangkan perpanjangan selnya (disebut serabut tomes) memasuki tubulus dentin. Oleh sebab itu, adanya stimulus yang mengenai dentin -baik rangsang mekanis maupun suhu- akan diteruskan ke pulpa. Sel odontoblast yang berada di pulpa bagian coronal (yang menghadap mahkota gigi) lebih banyak daripada bagian radikular (yaitu daerah akar gigi). Di bawah lapisan sel odontoblast terdapat zona bebas sel (cell free zone), di mana di zona ini hanya sedikit terdapat sel-sel dan mengandung pembuluh darah kapiler dan serabut syaraf yang tidak bermyelin. Selanjutnya adalah zona yang kaya akan sel, di mana selain terdapat fibroblast juga terdapat sel-sel pertahanan seperti makrofag, sel dendritik dan limfosit.

Pulpa terdiri dari beberapa bagian, yaitu : 1. Ruang atau rongga pulpa, yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian tengah korona gigi dan selelu tunggal. Sepanjang kehidupan pulpa gigi mempunyai kemampuan untuk mengendapkan dentin sekunder, pengendapan ini mengurangi ukuran dari rongga pulpa. 2. Tanduk pulpa, yaitu ujung dari ruang pulpa. 3. Saluran pulpa atau saluran akar, yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian akar gigi. Pada kebanyakan kasus, jumlah saluran akar sesuai dengan jumlah akar, tetapi sebuah akar mungkin mempunyai lebih dari sebuah saluran. 4. Foramen apikal, yaitu ujung dari saluran pulpa yang terdapat pada apeks akar berupa suatu lubang kecil. 5. Supplementary canal. Beberapa kar gigi mungkin mempunyai lebih dari satu foramen, dalam hal ini, saluran tersebut mempunyai 2 atau lebih cabang dekat apikalnya yang disebut multiple foramina / supplementary canal. 6. Orifice, yaitu pintu masuk ke saluran akar gigi. Saluran pulpa dihhubngkan dengan ruang pulpa. Adakalanya ditemukan suatu akar mempunyai lebih dari satu saluranpulpa,

Konservasi Gigi

11

misalnya akar mesio-bukal dari M1 atas dan akar mesial dari M1 bawah mempunyai 2 saluran pulpa yang berakhir pada sebuah foramen apikal.

Di dalam pulpa terdapat berbagai jenis sel, yaitu : 1. Odontoblas, yaitu sel pulpa yang paling khas. Sel ini membentuk lapisan tunggal di perifernya dan mensintesis matriks yang kemudian termineralisasi dan menjadi dentin. Odontoblas adalah sel akhir yakni tidak mengalami lagi pembelahan sel. Odontoblas terdiri atas dua komponen structural dan fungsional utama yakni badan sel dan prosesus sel. 2. Preodontoblas. Odontoblas baru dapat tumbuh setelah odontoblas yang lama hilang akibat cedera. Namun tumbuhnya odontoblas baru hanya bisa terjadi jika pada zona kaya akan sel telah ada preodontoblas. Preodontoblas adalah sel yang telah terdiferensiasi sebagian sepanjang garis odontoblas. Preodontoblas ini akan bermigrasi ke tempat terjadinya cedera dan melanjutkan diferensiasinya pada tempat tersebut. 3. Fibroblast, adalah tipe sel yang paling umum terlihat dalam jumlah paling besar di pulpa mahkota. Sel ini menghasilkan dan mempertahankan kolagen serta zat dasar pulpa dan mengubah struktur pulpa jika ada penyakit. Akan tetapi, tidak seperti odontoblas, sel ini mengalami kematian apoptosis dan diganti jika perlu oleh maturasi dari sel yang kurang terdiferensiasi. 4. Sel cadangan. Sel ini merupakan sumber bagi sel jaringan ikat pulpa. Sel precursor ini ditemukan di zona kaya akan sel dan inti pulpa serta dekat sekali dengan pembuluh darah. Tampaknya, sel-sel ini merupakan sel yang pertama kali membelah ketika terjadi cedera. 5. Sel-sel sistem imun. Makrofag, limfosit T, dan sel dendritik juga merupakan penghuni seluler yang normal dari pulpa. Sel dendritik dan prosesusnya ditemukan di seluruh lapisan odontoblas dan memiliki hubungan yang dekat dengan elemen vaskuler dan elemen saraf. Sel-sel ini merupakan bagian dari sistem respons awal dan pemantau dari pulpa. Sel ini akan menangkap dan memaparkan antigen terhadap sel T residen dan makrofag.

Konservasi Gigi

12

Jaringan pulpa memiliki lima fungsi yakni bersifat formatif dan bersifat suportif. Adapun fungsi pulpa, yaitu : 1. Induktif. Jaringan pulpa berpartisipasi dalam memulai dan perkembangan dentin, yang bila terbentuk, akan mengarah pada pembentukan email. Kejadian-kejadian ini merupakan kejadian yang saling bergantung dalam arti bahwa epitel email akan menginduksi diferensiasi odontoblas, dan odontoblas serta dentin menginduksi pembentukan email. Interaksi epitel-mesenkim seperti itu adalah esensi dari pembentukan gigi. 2. Formatif. Odontoblas membentuk dentin. Sel yang sangat special ini berpartisipasi dalam pembentukan dentin dalam tiga cara : a. Melalui sintesis dan sekresi matriks anorganik. b. Melalui pengangkutan komponen anorganik ke matriks yang baru terbentuk di saat-saat awalnya. c. Melalui penciptaan lingkungan yang memungkinkan mineralisasi matriks. 3. Nutritif. Jaringan pulpa memasak nutrient yang sangat penting bagi pembentukan dentin (misalnya dentin pretubuler) dan hidrasi melalui tubulus dentin. 4. Defensif. Jaringan pulpa juga memiliki kemampuan memroses dan mengindentifikasi zat asing serta menimbulkan respons imun terhadap keberadaan zat asing itu. hal ini adalah cirri khas respons pulpa terhadap karies dentin. 5. Sensatif. Jaringan pulpa mentransmisikan sensasi saraf yang berjalan melalui email atau dentin ke pusat saraf yang lebih tinggi. Sensasi pulpa yang berjalan melalui dentin dan email biasanya cepat, tajam, parah, dan ditransmisikan oleh serabut bermielin. Sensasi yang dialami diawali di dalam inti pulpa dan ditransmisikan oleh serabut C yang lebih kecil, biasanya lambat, lebih tumpul, dan lebih menyebar (difus).

Konservasi Gigi

13

Lapisan sel odontoblast, B. Zona bebas sel, C. Pleksus Raschkow. (sumber http://210.44.214.13/lab/Oral Histology slides)

Inervasi (Persyarafan) Pulpa Pulpa adalah fenomena yang kompleks, yang tidak hanya melibatkan respon sensorik tapi juga aspek emosional dan konseptual. Gigi dipersyarafi oleh banyak sekali serabut syaraf. Apapun bentuk rangsangan yang diterima pulpa perubahan suhu, rangsang mekanis, traumasensasi yang dihasilkan adalah rasa sakit. Sistem sensorik pada pulpa membuatnya dapat menghantarkan sinyal ke otak saat pulpa terancam misalnya saat terjadi karies mencapai pulpa. Di dalam pulpa, terdapat dua jenis serabut syaraf yaitu serabut syaraf bermyelin (serabut A) dan tanpa myelin (serabut C). Serabut sensorik pada pulpa berasal dari syaraf trigeminal dan memasuki ujung akar pulpa melalui foramen apikal. Serabut syaraf A terletak di daerah perbatasan dentin-pula, dan bila terstimulasi maka akan terasa rasa sakit yang tajam. Sedangkan serabut syaraf C terdistribusi di seluruh kamar pulpa, bila serabut syaraf tipe ini terangsang maka akan terasa rasa sakit yang lebih berat dan biasanya gigi telah mengalami cedera, misalnya karena benturan atau karies mencapai pulpa.

Konservasi Gigi

14

Bila infeksi bakteri karena karies telah mencapai pulpa, akan terjadi inflamasi (peradangan) pada pulpa dan lama kelamaan persyarafan dan vaskularisasi pulpa dapat mengalami kematian.

B. JARINGAN PENDUKUNG GIGI I. Sementum Sementum bagian dari jaringan gigi dan termasuk juga bagian dari jaringan periodontium karena menghubungkan gig dengan tulang rahang dengan jaringan yang terdapat di selaput periodontal. Bila ada rangsangan yang kuat pada gigi maka akan terjadi resorpsi/penyerapan sel-sel sementum pada sisi yang terkena rangsangan dan pada sisi lainnya akan terbentuk jaringan sementum baru. Pembentukan sementum yang baru kearah luar. Jaringan sementum tidak mengadakan resorpsi atau pembentukan kembali tetapi mengalami aposisi- makin tua umur makin tebal lapisan semen. Adapun macam-macam sementum ialah : 1. Semen primer ialah semen yang terdapat pada waktu erupsi gigi. 2. Semen fisiologis ialah lapisan semen yang terbentuk karena meningkatnya usia. 3. Semen patologis ialah semen yang terbentuk karena iritasi obat-obatan pada perawatan endodontia, karena penyakit dan sebagainya, misalnya

hipersementosis.

II.

Gingiva Gingiva adalah bagian mukosa mulut yg mengelilingi gigi dan menutupi ridge alveolar.

Secara anatomi, gingiva dibagi atas tiga daerah : 1. Marginal gingiva (unattached gingiva), merupakan bagian gingiva yang mengelilingi gigi seperti kerah baju dan tidak melekat langsung pada gigi, biasa juga disebut juga dengan free gingiva 2. Attached gingiva merupakan lanjutan dari marginal gingival dan disebut juga mukosa fungsional.

Konservasi Gigi

15

3. Interdental gingival, merupakan bagian gingival yang mengisi ruang interproksimal antara dua gigi yang bersebelahan.

III. Ligamentum Periodontal

Ligamentum periodontal merupakan struktur jaringan konektif yang mengelilingi akar gigi dan mengikatnya ke tulang. Ligamen periodontal merupakan lanjutan jaringan gingiva yang berhubungan dengan ruang sumsum tulang melalui saluran vaskuler. Adapun fungsi ligamnetum periodontal adalah : 1. Memelihata aktivitas biologik sementum dan tulang alveolar.(Fungsi Formatif) 2. Menyuplai nutrisi dan membersihkan produk sisa mll aliran darah dan limfe.(Fungsi Nutritif) 3. Memelihara relasi gigi thdp jar.keras dan lunak. (Fungsi Fisik) 4. Menghantarkan tekanan taktil dan sensasi nyeri melalui jalur trigeminal. (Fungsi Sensorik) Serat utama ligamnetum periodontal terbagi atas enam kelompok, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kelompok transeptal Kelompok crest alveolar Kelompok horizontal Kelompok oblique Kelompok apikal Kelompok interadikular

IV. Tulang alveolar Tulang alveolar disebut juga prosesus alveolaris yg mencakup tulang rahang secara keseluruhan, yaitu maksila dan mandibula yg membentuk dan mendukung soket (alveoli) gigi. Terbentuk ketika gigi erupsi dan secara perlahan hilang ketika gigi sudah dicabut. Adapun struktur tulang alveolar ialah :
Konservasi Gigi 16

1. Tulang trabekular/ medular/ cancellous/ spongiosa, merupakan simpanan kalsium untuk memenuhi kebutuhan metabolism (bagian metabolic). 2. Tulang kortikal/ osteid/ callus/ kompakta. Struktur dasar tulang kompak terdiri atas sistem harvian (osteon)

REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Gigi terasa ngilu saat bersentuhan dengan air es yang dingin, bahkan pada sebagian orang, gigi juga bisa terasa ngilu saat terkena tiupan angin, atau saat berkontak dengan makanan yang asam. Hal ini sering kali dianggap angin lalu, dan penderita jarang datang ke dokter gigi untuk mengatasinya karena mereka menganggap ini bukan masalah kesehatan yang serius. Padahal masalah ini patut mendapat perhatian dan tidak dibiarkan saja, dengan harapan akan hilang dengan sendirinya.

Hipersensitif dentin merupakan suatu kondisi gigi yang umum terjadi dan menyakitkan. Hipersensitif dentin digambarkan sebagai rasa nyeri yang berlangsung singkat dan tajam yang timbul akibat dentin yang terpapar terkena rangsangan seperti panas, dingin, uap, sentuhan, atau kimiawi, yang tidak dapat dianggap berasal dari kerusakan gigi atau keadaan patologis gigi lainnya (Karies, fraktur, atau trauma karena oklusi). Secara klinis, didefinisikan sebagai rasa nyeri yang akut, terlokaliser, cepat menyebar, dan berdurasi singkat. Walaupun rangsangan yang memicu rasa nyeri tersebut bisa bermacam-macam, tetapi rangsangan dingin merupakan pemicu yang paling sering dikeluhkan. Secara makroskopis tidak terlihat adanya perbedaan antara dentin yang hipersensitif dengan dentin yang tidak sensitif.

Tidak setiap rasa ngilu disebabkan oleh hipersensitivitas. Karies (lubang gigi) yang mencapai dentin juga dapat menimbulkan keluhan ngilu saat gigi berkontak dengan
Konservasi Gigi 17

makanan/minuman dingin atau manis dan asam. Selain itu bisa juga karena gigi patah, karies sekunder yang terjadi di bawah tambalan.

Agar mekanisme gigi hipersensitif dapat dipahami, ada baiknya kita melihat lagi anatomi gigi. Gigi terdiri dari lapisan-lapisan. Struktur gigi terluar adalah yang paling keras, disebut email. Email bisa keras karena tersusun oleh kristal hidroksi apatit. Di bawah email terdapat dentin yang terdiri dari tubuli atau pori, dan jauh lebih lunak daripada email. Dentin berbatasan dengan ruang pulpa yang berisi serabut syaraf. Ujung serabut syaraf ini ada yang terletak di ujung tubuli dentin. Bila ada rangsangan, serabut syaraf yang terletak di ujung tubuli dentin akan terstimulasi, maka timbullah rasa ngilu. Rangsangan ini contohnya rangsangan thermal (suhu panas/dingin), terutama dingin. Gigi juga dapat menjadi hipersensitif setelah prosedur pemutihan gigi/dental bleaching.

Ngilu sesaat yang tajam saat gigi sama sekali tidak ada karies atau kelainan gigi lainnya adalah ciri dari hipersensitivitas dentin. Biasanya, daerah yang paling sering mengalami hipersensitif adalah daerah leher gigi terutama pada permukaan gigi yang menghadap bibir. Seperti yang terlihat pada gambar di atas, dentin di daerah leher gigi lebih tipis. Di daerah akar tidak tertutup lapisan email. Jadi bila email di daerah leher gigi mengalami abrasi, otomatis dentin akan terbuka dan dapat mengarah ke hipersensitivitas dentin.
Konservasi Gigi 18

Kalkulus/karang gigi awalnya menumpuk di daerah leher gigi, dan lama kelamaan gusi dapat menjadi resesi/menurun karena penumpukan kalkulus semakin banyak. Setelah dilakukan scaling (pembersihan karang gigi), biasanya gigi terasa ngilu, karena permukaan akar yang tadinya tertutup oleh karang gigi sekarang bersih dan dentin menjadi terbuka.

Hipersensitivitas dentin juga dapat terjadi secara fisiologis (alamiah), yaitu pada orang tua di mana umumnya gusinya menurun atau resesi gingiva. Resesi gingiva ini semakin bertambah seiring dengan pertambahan usia. Dapat dilihat pada gambar, permukaan gusi yang seharusnya menutupi akar menurun sehingga akar terbuka. Gigi jadi terlihat seolah-olah lebih panjang.

Pencegahan dentin hipersensitif Bahan makanan yang bersifat erosif seperti buah-buahan yang asam, jus buah yang asam, dan minuman beralkohol mempunyai pengaruh besar dalam dentin hipersensitif. Asam lambung pada orang dengan masalah pencernaan juga rentan untuk mengalami dentin hipersensitif. Disamping itu, menyikat gigi dengan pasta gigi yang abrasif juga dapat mengikis permukaan dentin di daerah leher gigi. Oleh karena itu, tidak dianjurkan untuk menyikat gigi langsung setelah mengkonsumsi makanan/minuman yang asam untuk mengurangi efek merusak dari asam
Konservasi Gigi 19

dan abrasi. Menyikat gigi juga tidak perlu dengan tekanan berlebihan dan lakukan dengan arah vertikal dari atas ke bawah.

Perawatan dentin hipersensitif

Hipersensitif dentin mempunyai beberapa gejala yang sama dengan penyakit gingiva dan karies gigi. Oleh karena itu, diagnosa dan penyebab hipersensitif dentin harus ditegakkan agar perawatan yang diberikan memberikan efek yang tepat pula.

dengan tepat

Ada dua cara utama perawatan hipersensitif dentin yaitu pertama menghalangi syaraf merespon rasa nyeri dan yang kedua menutup tubulus dentin. Perawatan tersebut juga harus dapat menghilangkan faktor-faktor predisposisi penyebab hipersensitif dentin, sekaligus mencegah terjadinya rekurensi. Perawatan hipersensitif dentin bisa bersifat invasif dan noninvasif. Perawatan non-invasif bisa dilakukan sendiri oleh pasien di rumah, dan bisa pula dilakukan oleh dokter gigi. Perawatan yang dilakukan yang dirumah meliputi penggunaan pasta gigi desensitisasi, obat kumur dan permen karet. Pasta gigi desensitisasi mengandung potassium nitrate, potassium chloride atau potassium citrate.

Banyak pasta gigi yang juga mengandung bahan aktif lain seperti fluoride dan bahan antiplak. Aplikasi fluor topikal membuat adanya penghalang di permukaan gigi dengan terbentuknya presipitat kalsium florida (CaF2) sehingga tubuli dentin tertutup. Akibatnya hipersensitivitas dentin dapat berkurang. Cara menyikat gigi juga patut diperhatikan. Kebanyakan orang banyak berkumur-kumur setelah menggosok gigi. Sebetulnya kumur-kumur

Konservasi Gigi

20

tidak perlu terlalu banyak karena kumur dengan air dapat menyebabkan bahan aktif menjadi larut dan terbuang dari mulut sehingga efektifitas dari pasta gigi menjadi berkurang.

Perawatan hipersensitivitas dentin oleh dokter gigi di klinik, yaitu dengan mengaplikasikan bahan desensitisasi yang tujuannya untuk menutup tubuli dentin sehingga mengurangi hipersensitifitas. Bahan tersebut dapat mengandung fluoride, atau potassium nitrate, atau bahan aktif lainnya. Namun, agen desensitisasi tersebut biasanya tidak bertahan terlalu lama, efeknya hanya sementara.

Selain itu bisa juga dilakukan perawatan invasif dengan menggunakan bahan adhesive, atau bagian dentin yang terbuka di daerah leher dan akar gigi ditutup dengan bahan tambal. Karena resesi gingiva dan terpaparnya permukaan akar gigi merupakan faktor utama terjadinya hipersensitif dentin, maka dapat dilakukan cangkok gingiva sebagai rencana perawatan, terutama pada resesi yang progresif. Ketika terpaparnya permukaan akar yang sensitif juga diikuti dengan kehilangan permukaan akibat abrasi, erosi, dan abfraksi, maka dipertimbangkan pula pemberian bahan restorasi resin atau ionomer kaca (glass ionomer). Restorasi tersebut akan mengembalikan kontur gigi dan menutup tubulus dentin yang terbuka Hipersensitivitas (atau reaksi hipersensitivitas) adalah reaksi berlebihan, reaksi imun yang patologik, tidak normal, tidak diinginkan karena terlalu senisitifnya respon imun (merusak, menghasilkan ketidaknyamanan, dan terkadang berakibat fatal) yang dihasilkan oleh sistem kekebalan normal. Robert Coombs dan Philip HH Gell (1963) membagi reaksi ini menjadi 4 tipe berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi, yaitu tipe I, II, III dan IV. Penyakit tertentu dapat dikarenakan satu atau beberapa jenis reaksi hipersensitivitas.

Konservasi Gigi

21

Suatu reaksi hipersensitivitas biasanya akan terjadi sesudah kontak pertama kali dengan sebuah antigen. Reaksi terjadi pada kontak ulang sesudah seseorang yang memiliki predisposisi mengalami sensitisasi. Sensitisasi memulai respon humoral atau pembentukan antibody.

Konservasi Gigi

22

Penutup
Kesimpulan
Gigi merupakan satu kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain. Kerusakan pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya, sehingga akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Gigi memiliki tiga fungsi yaitu: berfungsi sebagai alat pengunyahan (mastikasi), proses pengucapan (fonetik), dan berperan terhadap penampilan (estetik). Selain itu, masih ada fungsi lain dari gigi, yaitu: (1) Untuk memotong dan memperkecil bahan-bahan makanan pada waktu pengunyahan. (2) Untuk mempertahankan jaringan penyanggah, supaya tetap dalam kondisi yang baik, dan terkait dengan erat dalam lengkung gigi serta membantu dalam perkembangan dan perlindungan dari jaringan-jaringan yang menyanggahnya. (3) Untuk memproduksi dan mempertahankan suara/bunyi. (4) Untuk melindungi jaringan penyanggah.

Saran
Saran yang didapatkan dari makalah ini adalah semoga apa yang disajikan di dalam makalah ini dapat menjadi rujukan bagi teman-teman sehingga dapat melengkapi makalah yang akan dibuat nantinya.

Konservasi Gigi

23

DAFTAR PUSTAKA
(Inggris)Hypersensitivity Reactions. Abdul Ghaffar.

David K. Male, Jonathan Brostoff, Ivan Maurice Roitt, David B. Roth (2006). Immunology. Mosby. ISBN 978-0-323-03399-2.

(Inggris)Hypersensitivity Douglas F. Fix.

(Inggris)Fritz H. Kayser (2004). Medical Microbiology. Thieme. ISBN 978-1-58890-245-0.

(Inggris)Tak W. Mak, Mary E. Saunders, Maya R. Chaddah (2008). Primer to the immune

response. Academic Press. ISBN 978-0-12-374163-9..

sumber: buku anatomi gigi Poltekkes tasikmalaya jkg http://floem70.blogspot.com/2013/06/mengenal-struktur-penyusun-gigi-atau.html http://floem70.blogspot.com/2013/07/anatomi-gigi-atau-struktur-penyusun.html http://andina26.wordpress.com/2013/02/22/tipe-tipe-hipersensitivitas/

Konservasi Gigi

24

Konservasi Gigi

25

Anda mungkin juga menyukai