Anda di halaman 1dari 78

HIPOKSEMIA, INDIKASI PEMBERIAN OKSIGEN, PEMBERIAN OKSIGEN, METODE PEMBERIAN OKSIGEN PADA ANAK, & HUMIDIFIKASI OKSIGEN

Dr Darmawan B Setyanto, SpA(K)

HIPOKSEMIA

HIPOKSEMIA

Kadar O2 rendah DALAM DARAH

HIPOKSIA

Kadar O2 rendah PADA JARINGAN

VENTILASI (V)

volume udara yang mengalir masuk keluar saluran napas (L/menit)


RASIO VENTILASI PERFUSI

menentukan kecukupan pertukaran gas antara udara (ventilasi) dengan darah (perfusi/sirkulasi) - V menyeimbangi Q V/Q matching (rasio V/Q normal: 4/5 atau 0,8) difusi oksigen optimal

Terjadi ketidakseimbangan V/Q mismatch, difusi oksigen tidak optimal terjadi hipoksemia, contoh: pneumonia

PERFUSI (Q)

volume darah yang mengalir melalui pembuluh kapiler alveolar (L/menit)

V/Q = 0 unit paru yang terperfusi (Q=n) namun tidak mendapatkan ventilasi (V=0) V/Q = 0/n = 0 tidak terjadi pertukaran gas pirau intrapulmoner
Normal: Jika

persentase pirau intrapulmoner <10%.

>30% pemberian O2 tidak akan banyak mengatasi hipoksemia diatasi dengan mengembangkan dan memaksimalkan volume paru dengan pemberian tekanan positif.

V/Q >1 ventilasi melebihi perfusi (aliran darah kapiler) area paru yang terventilasi namun tidak mendapatkan perfusi ventilasi ruang rugi (dead space) alveolus
Normal:

30% dari total ventilasi

Peningkatan

ventilasi ruang rugi hipoksemia dan

hiperkapnea Contoh: hipotensi, emboli paru, atau pada pemberian ventilasi mekanis

Skema berbagai rasio V/Q


Arteri pulmonalis Vena pulmonalis

Faktor yang berperan pada hipoksemia


Masalah patofisiologis FiO2 rendah atau PaO2 rendah V tidak adekuat untuk membawa O2 dari atmosfer alveolus Interface kapiler aleveolar-pulmoner yang abnormal, mengurangi difusi oksigen dari alveolus ke darah V/Q mismatch Contoh klinis Asfiksia, tenggelam, dataran tinggi Obstruksi jalan napas /hipoventilasi (mis. paralysis otot, opioid atau obat anestesi); pneumotoraks Tenggelam, edema paru, fibrosis paru

Hb tidak cukup untuk transpor O2 Hb tidak dapat terikat dengan O2 Gangg. sirkulasi menyebabkan penurunan perfusi O2 ke jaringan Metabolisme sel tidak dapat menggunakan O2

Rasio V/Q tinggi emboli paru, hipoveolemia, gagal jantung RasioV/Q rendah pneumonia, atelektasis Anemia berat Keracunan karbon monoksida Syok: sepsis, kardiogenik, anafilaksis
Keracunan sianida, sepsis

Standar baku emas : PaO2

Pengukuran kadar O2 dalam darah

Hanya dapat diukur dengan AGD

- Invasif, menyakitkan bagi anak, menyebabkan stres - Mesin & reagen sangat mahal - Tingkat kesulitan cukup tinggi, perlu tenaga khusus

TIDAK SESUAI UNTUK DILAKUKAN DI RS TINGKAT RUJUKAN PERTAMA

MENGGUNAKAN 2 (kadar saturasi O2 Hb nadi)

SpO

Ambang batas hipoksemia untuk pemberian O2

SpO2 normal : 94-100%, berbeda pada daerah dengan ketinggian berbeda SpO2 lebih rendah pada daerah pegunungan karena PaO2 lebih rendah

Ambang batas hipoksemia untuk pemberian O2

Sebagian besar penelitian ambang batas: SpO2 <90%

Perubahan kecil pada SpO2 antara 90-100% perubahan yang besar pada PaO2 (karena kurva disosasi Hb-O2 cenderung datar). Pada SpO2 <90%, kurva berbentuk curam penurunan PaO2 yang kecil sekalipun dapat mengakibatkan penurunan SpO2 yang sangat lebih besar.

Ambang batas hipoksemia untuk pemberian O2

Beberapa kondisi yang memerlukan terapi oksigen pada ambang batas SpO2 >90%
saat

hantaran O2 dari paru ke jaringan tubuh sangat terganggu saat organ-organ vital rentan terhadap kadar O2 rendah. Contoh: anemia berat, gagal jantung berat, sepsis berat atau cidera otak.

Pada kondisi ini ambang pemberian oksigen pada SpO2<94%.

Penyebab hipoksemia pada anak

Infeksi Respiratori Akut (IRA)


Pneumonia
Bronkiolitis

Kondisi lain
Asma
Meningitis Sepsis

Malaria

HIPOKSEMIA, pesan kunci

Hipoksemia merupakan komplikasi umum pneumonia, dan merupakan faktor risiko kematian utama Hipoksemia juga terjadi pada penyakit lain seperti asma akut, meningitis, sepsis dan malaria SpO2<90% merupakan batas hipoksemia yang paling umum Pada beberapa keadaan klinis (anemia berat, gagal jantung, cedera otak), batas SpO2 <94% yang dipakai

INDIKASI PEMBERIAN O2

Indikasi Pemberian O2
Dapat dideteksi menggunakan:
- tanda-tanda klinis
HIPOKSEMIA

- oksimeter denyut (pulse oxymeter) - analisis gas darah

Tanda-tanda klinis

Tanda-tanda klinis hipoksemia pada anak


>60 x/menit - <2 bulan, >50 x/menit - 2-12 bulan, >40 x/menit - <5 tahun Perhitungan: 60 detik (1 menit) penuh. dipengaruhi usia, malnutrisi, ketinggian, anemia, &demam.

Peningkatan frekuensi napas

Tarikan dinding dada yang dalam

retraksi subkostal, retraksi interkostal atau retraksi substernal

Tanda-tanda klinis hipoksemia pada anak


Ketidakmampuan untuk minum
Bayi muda (<2 bulan) dan bayi (< t tahun): menyusu kurang dari jumlah biasanya. Anak balita: tidak dapat minum sama sekali. Termasuk yang terlalu lemah untuk minum ketika ditawari cairan Tanda hipoksemia yang nonspesifik Head nodding: kepala yang terangguk ke arah dada setiap kali anak menghirup napas menggambarkan penggunaan otot-otot aksesoris saat bernapas

Kepala terangguk-angguk (head nodding), merintih, atau napas cuping hidung

Tanda-tanda klinis hipoksemia pada anak


Hb ter-oksigenisasi: merah Hb ter-deoksigenisasi: biru. Jika sel-sel darah merah tidak sepenuhnya teroksigenisasi, kulit dan membran mukosa tampak biru Identifikasi: Periksa lidah dan gusi (bukan bibir) di bawah sinar matahari atau cahaya lampu neon putih (cool day light) Bandingkan warna lidah anak dengan lidah ibu. Biru pada dasar kuku atau bibir: sianosis perifer anak dengan anemia berat dan yang memiliki sianosis terdeteksi pada hipoksemia berat

Sianosis Sentral

Tanda-tanda klinis hipoksemia pada anak

Bunyi Napas Abnormal

Krepitasi atau ronki basah kasar mengi atau ekspirasi memanjang

Kejang lama, letargi, atau koma

koma atau kejang lama (kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit) memiliki risiko hipoksemia yang berarti diasosiasikan dengan depresi usaha napas tanda hipoksemia yang non-spesifik

Penentuan prioritas
1. 2. 3. 4. Tanda klinis pneumonia berat Sianosis sentral Penurunan kesadaran Kepala terangguk-angguk atau mengerang Telapak atau konjungtiva sangat pucat (anemia berat) dengan tarikan dinding dada atau frekuensi napas cepat Koma akut atau kejang >15 menit Prioritas pemberian oksigen Prioritas sangat tinggi Prioritas sangat tinggi Prioritas sangat tinggi Prioritas sangat tinggi; prioritas tinggi diberikan untuk koreksi abnormalitas yang mendasari (misalnya transfusi darah dan/atau antimalaria) Prioritas sangat tinggi hingga usaha napas kembali normal; juga melindungi jalan napas dan memastikan ventilasi adekuat Prioritas tinggi Prioritas tinggi

5.

6. 7.

Tidak bisa makan atau minum Tarikan dinding dada ke dalam

INDIKASI O2, pesan kunci

Tanda klinis hipoksemia:


Frekuensi

napas di atas normal sesuai usia Retraksi epigastrium Ketidakmampuan minum Head nodding Sianosis sentral

Indikasi lain: kejang lama, koma akut, dan masalah neurologis berat lain. Pada keadaan demikian hipoksemia dpt terjadi karena obstruksi / gangguan ventilasi

Oksimetri denyut
Penggunaan klinis, alarm dan sensor

Oksimetri denyut

mengukur saturasi oksigen Hb dalam darah membandingkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda melalui bagian tubuh yang translusen. metode paling optimal untuk mendeteksi dan memantau hipoksemia. harus tersedia di setiap RS dan puskesmas perawatan

Penggunaan Klinis Oksimetri Denyut

Mengidentifikasi 20 - 30% lebih banyak anak dengan hipoksemia dibandingkan menggunakan tanda-tanda klinis saja Mengurangi penggunaan oksigen yang tidak perlu. Memastikan penggunaan oksigen (yang tidak murah) secara efisien. Efektif dan lebih murah. Intervensi yang efektif secara biaya, di RS yang banyak merawat anak dengan penyakit pernapasan akut

Keunggulan oksimetri denyut

Lebih sensitif: mendeteksi hipoksemia pada pasien yang secara klinis tidak tampak hipoksemia Lebih spesifik: menyingkirkan hipoksemia pada pasien yang secara klinis tampak hipoksemia

Tanda klinis Hipoksemia (+)

Hipoksemia Oksimeter denyut

Tanda klinis Hipoksemia (-)

Penggunaan Klinis Oksimetri Denyut

dilakukan pada pasien terpilih saat triase (di rawat jalan atau IGD) dan pada semua pasien rawat inap Cara seleksi pasien di triase melakukan uji penapisan oksimetri pada:
semua

pasien dengan tanda klinis hipoksemia, anak dan neonatus dengan tanda kegawatdaruratan atau prioritas

Penggunaan Klinis Oksimetri Denyut


Tanda kegawatdaruratan hipoksemia

Obstruksi pernapasan Distress pernapasan berat Sianosis sentral Tanda-tanda syok: ekstremitas dingin; capillary refill time (CRT) > 4 detik; nadi yang lemah dan cepat Koma Kejang

Penggunaan Klinis Oksimetri Denyut


Tanda-tanda prioritas penyakit

bayi kecil, atau anak < 2 bulan yang sakit suhu tinggi trauma atau kondisi operasi urgent yang lain sangat pucat keracunan nyeri hebat

Distres napas luka bakar luas malnutrisi (wasting kasatmata) rujukan yang perlu ditangani segera edema kedua tungkai gelisah, iritabilitas yang berlanjut atau letargi

Jenis-jenis oksimeter
Oksimeter denyut jari (fingertip oxymeter) Oksimeter denyut genggam (handheld oxymeter)

Oksimeter denyut jinjing (portable oxymeter)

Perbandingan berbagai jenis oksimeter denyut


Kondisi

Keakurasian
Kemudahan pemakaian Pemeliharaan alat Ketahanan alat Ketersediaan Harga Kemudahan layanan purna-jual

Oksimeter Oksimeter Oksimet Jari Genggam er jinjing baik baik baik mudah mudah mudah

Keterangan
Baik, jika memenuhi standar internasional seperti DIN, FDA, dsb.

tidak ada kurang


mudah murah mudah

mudah baik
mudah sedang mudah

mudah baik
mudah mahal mudah

Kurang karena mudah jatuh saat pemakaian

Khususnya di ibu kota Propinsi

Bagian-bagian oksimeter

Alarm
Untuk

memberitahukan petugas kesehatan kapan mesin perlu disambungkan ke catu daya (AC mains). Sebaiknya oksimeter selalu disambungkan ke catu daya ketika sedang tidak digunakan di ruang rawat.

Sensor
Sekali

pakai Masa pakai lebih lama (lebih mahal)

Jenis sensor
1. Klip jari dari plastik yang keras Untuk dewasa tidak akan menempel dengan baik pada bayi atau anak.

2. Sensor dengan kantung karet yang lembut


Digunakan pada pasien dengan berbagai usia dan ukuran Disesuaikan dengan bentuk jari anak dan dewasa Tidak perlu perekat dalam penggunaannya Sensor dan kabel penghubungnya halus dan mudah rusak jika terinjak 3. Probe Sensor Y Perlu ditempel ke tangan, kaki, atau jari Ideal untuk neonatus dan anak

Contoh Pembacaan Oksimeter Denyut

Normal: Frekuensi nadi (FN) = 102 kali/menit SpO2 = 97% Gelombang pletismograf (nadi) jejak arterial yang baik dan pembacaan yang valid.

Contoh Pembacaan Oksimeter Denyut

diambil dari seorang anak berusia 6 tahun


FN= 55 kali/menit; SpO2 = 83% ABNORMAL Nadi tidak teratur pembacaan jejak arterial yang tidak baik.

Akurasi sebaiknya diperiksa kembali bandingkan angka di oksimeter dengan auskultasi jantung dan hitung denyut yang terdengar. Pada kasus ini: denyut jantung dengan auskultasi:120 kali/menit.

Contoh Pembacaan Oksimeter Denyut


biasanya terjadi karena koneksi yang kurang baik antara sensor dengan kulit, terutama pada anak yang bergerak aktif, atau karena perfusi perifer yang jelek
Pembacaan SpO2 tidak valid, dan sensor perlu direposisi.

Contoh Pembacaan Oksimeter Denyut

FN= 150 kali/menit; SpO2 = 82%, gelombang pletismografik yang teratur pembacaan jejak arterial valid. pembacaan SpO2 82% akurat pasien mengalami hipoksemia Berikan Oksigen

Analisis Gas Darah

Analisis Gas Darah (AGD)

Memberikan informasi mengenai:


oksigenasi,

ventilasi, dan sirkulasi PaO2 dan PCO2 pada darah arteri (atau vena atau kapiler) pH darah Konsentrasi elektrolit (terutama natrium dan kalium)

Kekurangan AGD

Pengambilan darah arteri, invasif, nyeri, dan membuat pasien mengalami distress (t.u anak dan bayi) Memberikan informasi sewaktu jarang menjadi metode yang praktis untuk pemantauan perubahan respons terhadap terapi. sangat mahal: mesin, reagen penggunaan reagen kimia secara berkelanjutan membutuhkan biaya yang tinggi

Informasi AGD yang tidak tersedia dari oksimetri denyut

Kadar CO2 darah menilai efisiensi ventilasi Kadar pH untuk penilaian langsung status asambasa secara keseluruhan (dari darah arteri, kapiler arteri, dan vena). Penyebab gangguan pH dengan pemerikaan tekanan parsial CO2 dan konsentrasi HCO3 darah (&/ kelebihan atau defisit basa).

Perbandingan oksimetri denyut dan AGD


Faktor Nyeri dan distress pasien Minor Risiko pada nakes Kesesuaian untuk pemantauan Biaya Tidak ada Berlekanjutan atau pemeriksaan sewaktu reguler Moderat plus biaya rutin penggunaan (probe sensor) Ketrampilan menggunakan dan intepretasi dapat diajarkan ke perawat dan dokter non-spesialis Tidak ada indikasi pada anak dengan oksigen suplemental Tidak Perfusi kulit yang buruk Artefak pergerakan Confidence intervals yang lebar (margin of error besar) pada SpO2 yang lebih rendah Oksimetri denyut AGD arteri Sangat tidak nyaman Moderat (kemungkinan tertusuk) Pemeriksaan sewaktu Sangat mahal dan biaya rutin yang tinggi untuk reagen dan pemeliharaan alat Keahlian laboratories yang tinggi dan ketrampilan intepretasi Ya Ya Anak tidak kooperatif Spesimen membeku Udara dalam jarum suntik Penanganan di laboratorium

Ketrampilan diperlukan

Indikasi kecukupan ventilasi Indikasi status metabolik Sumber masalah

Oksimetri denyut jauh lebih murah, dan tidak menimbulkan sakit atau stress pada anak. Pada anak yang sakit berat, oksimetri denyut sebaiknya digunakan untuk pemantauan intermiten oksigenasi. Evaluasi yang ketat tanda-tanda klinis lebih sesuai dibandingkan AGD untuk deteksi masalah ventilasi dan sirkulasi

Pemberian Oksigen pada Anak

Pemberian Oksigen pada Anak

Harus selalu diberikan berkesinambungan (terus menerus) dan tidak boleh diberikan intermiten (selang seling), misalnya setiap satu atau dua jam pemberian, kemudian dihentikan. Dilakukan pada keadaan sesuai dengan indikasi pemberian O2 (slide sebelumnya)

Pemberian Oksigen pada Anak

Aturan umum: HARUS pada setiap anak dengan SpO2<90% O2 diberikan pada SpO2<93%.
Bila

persediaan oksigen cukup Pasien dengan anemia yang sangat berat, gagal jantung berat, syok septik dan penyakit neurologis akut

Untuk fasyankes yang terletak pada ketinggian > 2500 m, jika persediaan O2 terbatas, maka O2 diberikan bila SpO2<85%

Terapi O2

Evaluasi setelah 15-30 menit - memburuk - hanya terjadi sedikit perbaikan (tanda klinis hipoksemia tetap ada, atau SpO2 masih rendah)

respons kurang

Pemberian oksigen tidak adekuat

Periksa:
o apakah terdapat aliran oksigen o apakah ada kebocoran dari selang O2 o apakah kanul / kateter nasal terpasang dengan baik o apakah kanul / kateter nasal tersumbat. o jika menggunakan konsentrator O2, apakah konsentrasi O2 yang diberikan adekuat (>85%)

Terdapat masalah lain Periksa:


- Efusi pleura - Pneumotoraks - Obstruksi saluran napas atas (mis. Croup atau benda asing) - Bronkospasme - Penyakit jantung sianotik atau gagal jantung kongestif - Kegagalan ventilasi

Jika kanul nasal (NK) dengan aliran maksimum tidak efektif:

tingkatkan laju aliran sampai 1L/menit (bayi) atau sampai 2L/menit (anak yang lebih besar), selama ada humidifikasi yang efektif. bila tersedia, berikan sumber O2 kedua melalui sungkup O2 (idealnya dengan rebreathing mask) Jika sungkup tidak tersedia, gunakan kateter N-F (jangan gunakan NF bersamaan dengan NK). Mulai CPAP atau pertimbangkan perlunya ventilasi mekanis jika peralatan tersedia

Pemantauan

Menggunakan oksimeter denyut


Minimal 2 kali per hari Bila stabil mulai menyapih O2

Oksimeter denyut tidak memberikan informasi mengenai konsentrasi CO2


tidak dapat memantau kecukupan ventilasi harus dinilai klinis usaha napas, frekuensi pernapasan dan tingkat kesadaran

Ventilasi yang tidak adekuat akan mengalami pernapasan yang pendek atau dangkal, dan anak tampak letargis.

Menyapih oksigen

Minimal 1 kali sehari Paling baik dilakukan pada saat tersedia tenaga kesehatan yang cukup untuk mengobservasi pasien, yaitu pada jam kerja (sekitar pukul 08.00 14.00). Selama penyapihan, awasi anak untuk melihat apakah muncul sianosis atau gangguan pernapasan berat. Anak sebaiknya tidak dipulangkan sebelum SpO2 stabil tanpa oksigen, minimal selama 24 jam, sampai semua tanda bahaya tidak ada / perawatan rumah yang baik telah direncanakan

Menyapih oksigen
Anak STABIL secara klinis Klinis: tidak ada tanda kegawatdaruratan dan SpO2 >90% dilepas dari oksigen selama 10 15 menit Periksa adanya perubahan tanda klinis dan SpO2 untuk menilai apakah pemberian oksigen masih diperlukan. Diawasi untuk menghindari komplikasi hipoksemia

Jika SpO2 90%

Jika hipoksemia berat (SpO2<80%), apnea, atau gangguan pernapasan berlanjut

Nilai kembali setelah 1 jam Kemungkinan adanya desaturasi lambat

Beri O2 kembali

Perawatan umum anak dengan hipoksemia


Kontak membuat tidak nyaman Aktivitas membuat tubuh anak mengkonsumsi O2 lebih banyak. Kontak sebaiknya dilakukan dengan lembut. Stresor atau prosedur yang menyakitkan yang tidak perlu sebaiknya dihindari. Anak akan menemukan sendiri posisi yang paling nyaman Posisi kepala terangkat 30 dengan topangan leher Beberapa neonatus dan bayi lebih stabil pada posisi telungkup selama wajah tidak terobstruksi.

Kontak minimal

Pengaturan posisi

Prinsip perawatan cairan dan nutrisi pada pasien hipoksemia

Tunda pemberian makan secara oral ketika anak mengalami tarikan dinding dada yang dalam atau gangguan pernapasan berat risiko aspirasi. Gunakan IV drip atau NGT (naso-gastric tube), pilih yang lebih aman Jangan berikan cairan IVdalam jumlah besar karena dapat membuat edema paru memperberat hipoksemia. Pastikan bahwa setelah gangguan pernapasan berat teratasi (tidak harus menunggu bebas sesak napas) , anak mendapat nutrisi yang baik terutama ASI.

METODE PEMBERIAN OKSIGEN

Aliran O2 tinggi tidak efisien bila digunakan di tempat dengan O2 terbatas


Tidak direkomendasikan untuk anak

Aliran O2 lebih rendah keuntungan di tempat dengan O2 terbatas Produksi PEEP memperbaiki oksigenasi

Paling optimal untuk bayi dan anak

Nasal Kanul

Humidifikasi tidak diperlukan dengan aliran O2 baku Risiko penyumbatan saluran napas oleh lendir (risiko meningkat dengan O2 aliran tinggi Tidak ada risiko distensi lambung pada laju aliran baku karena tidak dapat dimasukkan terlalu jauh ke dalam rongga hidung FiO2 yang mencapai jalan napas <100%, tergantung:
Laju aliran O2 Hubungan antara cabang kanul dan diameter hidung Berat badan

Pertimbangan Praktis

Diameter cabang distal sesuai dengan lubang hidung

Usia
Bayi muda Bayi Anak balita Usia Sekolah

Laju aliran maksimum


0,5 L/menit 1 L/menit 2 L/menit 4 L/ menit

(prematur: 1 mm, bayi baru lahir-10 kg: 2 mm)

Fiksasi di pipi dekat hidung Menjaga hidung agar bersih dari lendir yang dapat menghalangi aliran oksigen

Kateter Nasal

Humidifikasi tidak diperlukan Dapat tersumbat oleh lendir obstruksi saluran napas bagian atas Kateter nasal kurang efisien dalam meningkatkan oksigenasi dibandingkan kateter N-F, tapi kemungkinan komplikasi lebih sedikit

Pertimbangan Praktis

Neonatus dan bayi: ukuran kateter 8-French (F)

Panjang kateter sampai bagian posterior rongga hidung: diukur dari sisi lubang hidung ke tepi bagian dalam alis mata
Ujung kateter TIDAK boleh terlihat di bawah uvula Fiksasi di atas bibir atas Selang nasogastrik HARUS dipasang dalam lubang hidung yang sama Laju aliran maksimum:
0,5

liter/menit pada bayi muda 1 liter/menit pada bayi

Kateter Nasofaring

Dimasukkan ke faring sedikit di bawah uvula Dengan aliran O2 lebih rendah daripada kanul nasal, dapat dicapai oksigenasi lebih baik FiO2 yang mencapai trakea relatif lebih tinggi dan terdapat produksi PEEP Risiko: tersumbat oleh lendir (sumbatan saluran napas bagian atas), tergeser masuk ke kerongkongan (tersedak, muntah) Pengawasan ketat jika sulit dilakukan, gunakan kanul nasal atau kateter nasal (kecuali hipoksemia berat)

Kateter Nasofaring
A: Mengukur jarak dari hidung ke tragus telinga untuk insersi kateter N-F B: Gambaran crosssectional posisi Kateter N-F C: Ujung kateter N-F terlihat tepat di bawah pallatum molle

Pertimbangan Praktis

Kateter N-F dimasukkan hidung (jarak: antara ala nasi ke tragus dikurangi 1 cm Difiksasi dengan plester Nenonatus dan bayi: kateter 8-F Laju aliran maksimum: 0.5 liter/menit (bayi muda) dan 1 liter/menit (bayi) Selang NGT sebaiknya dipasang pada lubang hidung yang sama) untuk dekompresi lambung Kateter dilepas dan dibersihkan minimal 2x/hari Humidifikasi selalu diperlukan

Kateter Nasofaring

Penggunaan harus dibatasi, yaitu pada keadaan:


Kanul

nasal tidak tersedia Staf sudah terbiasa dengan teknik pemasangan dan pengawasannya Persediaan oksigen terbatas Untuk anak-anak yang mengalami sianosis atau desaturasi oksigen yang tidak mengalami perbaikan dengan oksigen yang diberikan melalui kanul nasal atau kateter nasal

Metode Non-Invasif
Head box, inkubator, dan sungkup wajah
Keuntungan:

FiO2 aktual dapat dinilai dengan oxygen analyser (tempatkan dekat mulut bayi) Tidak ada peningkatan risiko obstruksi jalan napas oleh mukus Tidak ada peningkatan risiko distensi lambung Humidifikasi tidak diperlukan

Kekurangan: Retensi CO2 toksisitas :

Laju aliran O2 tidak adekuat (penentuan laju aliran terlalu rendah, selang terlipat/terlepas)

Kotak di leher bayi terlalu ketat

Intervensi proses pemberian makan (pada head box dan sungkup wajah) memerlukan aliran O2 tinggi mahal dan boros

Kateter oral

Memasukkan selang makan 8-F melalui mulut ke dalam hipofaring Jarak: dari sisi hidung ke tragus telinga. Diganti satu kali sehari. Laju oksigen 0.5 1 liter/menit Tidak terdapat situasi tergesernya atau tersumbatnya selang.

HUMIDIFIKASI

Humidifikasi

Tidak diperlukan pada penggunaan kanul nasal/ kateter nasal dengan laju aliran standar Diperlukan ketika:
O2

diberikan melalui kateter nasofaringeal (N-F) Semua pasien dengan selang trakea/ trakeostomi

Humidifikasi kurang diperlukan jika O2 berasal dari konsentrator (pada iklim tropis) dibandingkan O2 dari tabung

Bubble humidifier yang tidak dihangatkan


Mengurangi kekeringan O2 dari tabung dengan menggelembungkan gas melalui air Diisi air bersih (air suling, air keran yang telah direbus dan didinginkan) Berperan ketika:

O2

diberikan dari tabung melalui kateter nasal/ kateter N-F Laju aliran yang digunakan > laju aliran baku

CUKUP untuk
terapi O2 dasar dengan laju aliran baku laju aliran yang lebih tinggi jika humidifier dihangatkan tidak ada

Keamanan Bubble Humidifier


Masalah keamanan utama: kontaminasi bakteri Humidifier dengan air keran dan air steril memiliki kemungkinan terkontaminasi yang sama
Air diganti setiap hari Sebelum digunakan kembali: ganti air; cuci humidifier, tabung air dan kateter dalam air sabun, bilas air bersih, keringkan di udara Sekali seminggu, rendam dalam larutan antiseptik ringan15 menit, bilas dengan air bersih dan keringkan di udara

Humidifier Trakeostomi

Menggantikan fungsi hidung dan mulut untuk memberikan kehangatan, penyaringan dan kelembaban udara Menjaga sekret tetap encer dan menghindari terbentuknya gumpalan lendir yang kental

Humidifier Trakeostomi

Filter pelembab yang ukurannya sesuai dengan ujung selang trakea Menjaga sekret tetap cair Humidifier yang dihangatkan lebih disukai sebagai pelembab udara

Heat Moisture Exchange(HME)

HUMIDIFIKASI, pesan kunci

Humidifikasi diperlukan untuk metode pemberian oksigen yang tidak melewati hidung. Humidifikasi juga penting ketika oksigen dingin dari tabung diberikan melalui kateter nasofaringeal (N-P). Reservoar humidifier dibersihkan secara teratur untuk menghindari kontaminasi bakteri. Humidifikasi penting pada pasien dengan trakeostomi atau tube endotrakeal. (Obstruksi tube endotrakeal akibat humidifikasi yang tidak adekuat menjadi penyebab banyak kematian yang tidak perlu di RS).

.: TERIMA KASIH :.

Disajikan pada

Pelatihan Terapi Oksigen Buku Panduan WHO Subdit ISPA Kemenkes RI Botani Square Bogor Selasa, 18 Dec 2012

Anda mungkin juga menyukai