Anda di halaman 1dari 46

Ada Apa ?

Ketersediaan energi yang terbatas.


Energi cenderung semakin mahal.

Tindakan
?
Pencarian energi alternatif.
Penggunaan energi yang :
bijaksana, produktif, dan efektif.
Proses Audit Energi
Perencanaan
Pengecekan
Pelaksanaan
Evaluasi/Koordinasi
Sumber Panas Sistem AC
Radiasi Surya
Konduksi
pada Kaca
Radiasi Difus
Infiltrasi Udara
Beban
Internal
Beban
Orang
Beban Lampu
Konduksi pada
Tembok
Konduksi dari Lantai
Konduksi dari Atap
Konduksi dari
Partisi
Sumber Panas pada Sistem AC
Infiltrasi Udara
Sensibel
Laten
( )
2 1
T T 08 . 1 = CFM Q
s

design udara kelembaban rasio W
masuk udara kelembaban rasio W
kering udara massa satuan per air uap massa , kelembaban rasio W
F desain, udara r temperatu T
F pasokan, udara r temperatu T
minute] per feet [cubic udara aliran laju
2
1
o
2
o
1
=
=
=
=
=
= CFM
( )
2 1
W W 68 , 0 = CFM Q
L
WATER
CHILLER
PUMP 1
PUMP 2
LTTS
L m
-
AHU/FCU
Cooling Tower
Sistem AC
Distribusi Udara
Distribusi Air
Gabungan
Paket (window, split, kabinet, dll)
Sistem Refrigerasi Kompresi Uap
Sederhana
Condenser
Evaporator
Prime Mover
Motor
Engine
Steam Turbin
Gas Turbin
Throttling Device
Capillary Tube
Orifice
TXV
Level Con. V.
Hand Ex.V
Compressor
Scroll
Reciprocating
Screw
Rotary
Centrifugal
Air Cooled Coil
Shell and Tube HX (Liquid Chiller)
Special Configuration for specific Processes
Air Cooled
Water Cooled
Evaporative
Liquid line
Suction line
Discharge line
High Press. Side
Low Press. Side
Sistem Refrigerasi Kompresi Uap
Sederhana
h
(kJ/kg)
4
1
2
3
1 2
Evaporator
Q
e

Compressor
W
P
(bar)
3
4
Condenser
Q
c

Throttling Device
Taksiran Masukan Daya (kW/TR)
Sistem AC
Sistem
Kompresor
(kW/TR)
Alat Tambahan
(kW/TR)
Total
(kW/TR)
Unit jendela (window) 1,46 0,32 1,78
Unit Paket (air cooled) 1,49 0,14 1,63
Sentral (Air Cooled)
3 hingga 25 TR
25 hingga 100 TR

1,20
1,18

0,21
0,20

1,40
1,39
Sentral (Water Cooled)
25 hingga 100 TR
di atas 100 TR

0,94
0,70

0,17
0,20

1,11
0,90
Prestasi Sistem Refrigerasi
Efek Refrigerasi
1 2
h h q
e
=
Kapasitas Refrigerasi
( )
1 2
h h m q m Q
r
e
r
e
= =
- -
Kerja Kompresi
( )
2 3
h h m q m W
r
w
r
= =
- -
Pembuangan panas Kondensor
( ) ( ) ( )
4 3 1 2 2 3
h h m h h m h h m W Q Q
r r r
e c
= + = + =
- - -
Koefisien Performansi (COP)
( )
( )
2 3
1 2
kompresor dilakukan Kerja
Evaporator di diserap Energi
COP
h h
h h
W
Q
e

= = =
ECOS (Electrical Conservation Opportunities) 1/2
Selubung Gedung (Building envelope)
Peneduh jendela/pintu Kaca
Pelapisan jendela/pintu dengan film memantulkan panas
Penyekatan cuaca dan Pendempulan
Isolasi dan warna lebih terang untuk atap dan dinding
Plafon atap berventilasi
Air Handling Unit
Konversi dari volume konstan ke volume udara variabel
Isolasi Pekerjaan saluran udara
Koreksi kebocoran saluran udara
Penciutan laju aliran udara yang berlebihan
Penciutan laju aliran udara segar pengganti atau udara buang
Kucilkan daerah yang bembutuhkan AC khusus
ECOS (Electrical Conservation Opportunities) 2/2
Kontrol
Penjadwalan Start/Stop sistem
Mesin Pendingin
Penyetelan Temperatur air pendingin
Penyimpanan Termal
Penggantian menara pendingin
Sistem pemompaan primer dan sekunder
Pemompaan putaran variabel/ pemasangan pompa kecil paralel
Pemanfaatan panas kondensor
Pergantian chiller
BE1 : Peneduh dari panas surya
Digunakan External Shading (lebih baik dari tirai)

Prosedur
1. Tentukan posisi gedung (pada garis lintang) tabel 6.9
2. Tentukan bukaan jendela
3. Tentukan jam pendinginan ruangan
4. Jumlahkan hourly solar heat gain setiap bulan
5. Hitung rata-rata bulanan dan tahunan solar heat gain
6. Pilih faktor peneduh Tabel 6.10
7. Masukan rumus diatas,
8. Ulangi langkah 1-7 dengan shading factor yang tepat

HF x SF x A SHG x Q
j endela shg
=
BE 2 : Pelapisan jendela/pintu
dengan film
Meningkatkan faktor reflektivitas dari kaca jendela/pintu

Prosedur
1. Tentukan posisi gedung (pada garis lintang) tabel 6.9
2. Tentukan bukaan jendela
3. Tentukan jam pendinginan ruangan
4. Jumlahkan hourly solar heat gain setiap bulan
5. Hitung rata-rata bulanan dan tahunan solar heat gain
6. Pilih faktor peneduh Tabel 6.10
7. Masukan rumus diatas,
8. Ulangi langkah 1-7 dengan shading factor yang tepat

HF x SF x A SHG x Q
j endela shg
=
BE 3 : Penyekatan dari infiltrasi
udara (1/4)
Beban infiltrasi udara bergantung besar udara bocor
dan perbedaan kondisi udara dalam-luar.

Prosedur
1. Tentukan besarnya bocoran
2. Tentukan (Tdb dan Twb) udara di luar dan didalam.
3. Plot pada diagram psikrometri
4. Tentukan besarnya beban infiltrasi.
5. Hitung rata-rata bulanan dan tahunan beban infiltrasi
6. Ulangi langkah 1-5 sesuai dengan penyekatan.
7. Selisihnya adalah besar penghematan yang didapat.

( )
in ud ud.out
udara
h h
. inf
m Q =
-
Contoh Perhitungan :
Pengukuran sebuah celah udara, menghasilkan laju
aliran udara 4 m
3
/jam.
Kondisi udara dalam ruangan T
db
25
o
C dan T
wb
18
o
C.
Kondisi udara luar rata-rata T
dB
30
o
C dan RH 70%

Setelah perbaikan/pendempulan/penyekatan,
didapatkan laju aliran udara rata-rata 1 m
3
/jam.
Sistem pendingin bekerja dari jam 08.00 s/d 19.00.

Perkirakan pengiritan yang diperoleh
BE 3 : Penyekatan dari infiltrasi
udara (2/4)

Kondisi
Udara Luar
Kondisi
Udara Dalam
h
ud,out

h
ud,in

BE 3 : Penyekatan dari infiltrasi
udara (1/4)
Perhitungan :
Laju aliran udara = 4 m
3
/jam = 0,0011 m
3
/s.
Entalpi udara luar ruangan h
ud,out
= 79 kJ/kg
Entalpi udara dalam ruangan h
ud,in
= 51 kJ/kg
Rapat massa udara rata-rata = 1,15 kg/m
3

Q
inf
= 0,0011 x 1,15 x (79 - 51) = 0,035 kW

Setelah penyekatan, laju aliran udara = 1 m
3
/jam = 0,00028 m
3
/s.
Q
inf
= 0,00028 x 1,15 x (79 - 51) = 0,009 kW

Pengiritan diperoleh = 0,026 kW = 0,286 kWh/hari =1,716 kWh/mg =
6,864 kWh/bln = 89,232 kWh/thn
1 , ud
m
-
BE 3 : Penyekatan dari infiltrasi
udara (4/4)
CP 1 : Penyetelan temperatur air
pendingin (1/2)
Unjuk kerja sistem AC, untuk sistem water chiller,


Apabila terdapat data performansi chiller :
1. Dari data tentukan tonase dan kW mesin, yang berlaku pada
temperatur air pendingin keluar saat kini.
2. Dari data tentukan tonase dan kW mesin, yang berlaku pada
temperatur air pendingin keluar setelah dilakukan penyetelan.
3. Hitung perbaikan kW/TR mesin.
4. Jika data kW tidak ada, hitung berdasarkan persamaan berikut :
( )
out cw in cw p
cw
T T C m
pf I V
TR
kW
, ,
3
n pendingina Kapasitas
Listrik daya Kebutuhan


= =
-
1000
3 jam pf I V
kWh

=
Catatan :
muncul untuk listrik 3|
3
CP 1 : Penyetelan temperatur air
pendingin (2/2)
Apabila tidak terdapat data performansi chiller : Perhitungan
dilakukan dengan menggunakan diagram p-h untuk refrigeran yang
digunakan.
1. Catat tekanan dan temperatur pada suction dan discharge.
Petakan pada diagram p-h.
2. Gambarkan garis yang menyatakan temperatur air pendingin
keluar saat kini pada diagram p-h.
3. Apabila chiller bekerja pada temperatur air pendingin yang
rendah, chiller dapat disetel lagi agar bekerja pada temperatur
lebih tinggi.
4. Lakukan analisis efek peningkatan setelan temperatur tersebut.
5. Catat besarnya perubahan entalpi pada suction dan discharge
kompresor, dan hitung penurunan dari kebutuhan daya.
CP 2 : Penyimpanan termal
(thermal storage)
WATER
CHILLER
PUMP 1
PUMP 2
LTTS
L m
-
AHU/FCU
Cooling Tower
Thermal
Storage
Akan berguna jika terdapat beda tarif pada waktu tertentu.
Jenis : Penyimpan termal bentuk Laten dan Sensibel.
CP 3 : Penggantian Menara
Pendingin (Cooling Tower)
Prosedur pengiritan :
1. Amati tekanan discharge dan
suction, bandingkan dengan data
sebelumnya.
2. Apakah tekanan discharge semakin
naik ?
3. Periksa apakah ada udara dalam
saluran air, laju aliran air mencukupi,
saringan dan CT bersih.
4. Lakukan langkah langkah CP1, untuk
penghematan.
Performance Cooling Tower
ditentukan oleh :
Range = T
w
,
out
- T
w,in

Approach = T
w,in
- T
wb

WATER
CHILLER
PUMP 1
Cooling Tower
T
w,out

T
w,in

T
db

T
wb

CP 4 : Sistem Pemompaan
primer/sekunder
Prosedur pengiritan :
1. Hitung kebutuhan daya pemompaan air untuk AHU terjauh.
Bandingkan dengan kebutuhan daya pemompaan AHU terdekat.
2. Amati dan catat lamanya mesin AC bekerja.
3. Hitung kWh single loop dan kWH primary-secondary pumping
system, Analisa bagaimana pompa-pompa dapat digabung untuk
memenuhi kebutuhan pendinginan.
4. Amati perbedaannya.
Eff x 3960
TDH x GPM
= HP
GPM : laju aliran air pendingin, gallon/menit
TDH : total dynamic head, ftH
2
O
Eff : efisiensi pompa
CHILLER
BEBAN
CHILLER
BEBAN
CP 5 : Pemompaan putaran variabel
pemasangan pompa paralel
Pengaturan debit aliran air :
1. Pengaturan putaran pompa.
2. Pasang pompa kecil secara paralel.

Prosedur evaluasi pengiritan sama dengan CP 4.

CP 6 : Pemanfaatan Panas
Kondensor
Dapat dilakukan untuk kebutuhan pemanasan yang rendah.
Pemasangan sebaiknya pada pipa dekat discharge kompresor
perlu dilakukan analisis biaya, karena harga Penukar kalor cukup mahal.
Dari Kompresor
Air Panas
Kondensor-2
w
m
-
T
w,out

T
w,in

( )
in w out w p
w
w
T T C m Q
, ,
=
-
Energi Panas yang didapat :
CP 7 : Penggantian Chiller
Dilakukan jika chiller tidak efisien, dan biaya operasi menjadi tinggi.
Prosedur :
1. Kapasitas chiller dan daya chiller, untuk menentukan kW/TR.



2. Bandingkan dengan chiller yang jenis efisiensi tinggi, dan hitung
pengiritan yang didapat.
3. Hitung pengiritan tahunan, dan BEP.
( )
out cw in cw p
cw
T T C m
pf I V
TR
kW
, ,
3
n pendingina Kapasitas
Listrik daya Kebutuhan


= =
-
Catatan :
pengukuran aliran chilled water dapat dilakukan dengan 1. Flowmeter,
2. Mengukur tekanan air masuk/keluar chiller, kemudian melihat spesifikasi
chiller, 3. Mengukur tekanan suction dan discharge pompa, dan melihat
spesifikasi pompa.
AH 1 : Konversi volume konstan ke
VAV
Pada distribusi udara volume konstan, blower bekerja pada kapasitas
penuh.
Pada VAV, udara didistribusikan sesuai dengan beban pendinginan.
Modulasi blower dapat dilakukan dengan mengubah sudu masukan
(inlet vanes) atau dengan penggerak putaran variable (variable speed).
( )
| |
( )
| | British satuan
5 , 4
nal Internasio satuan
s
m

2 , 1
, ,
3
, ,
CFM
h h
Q
CFM
h h
Q
V
room ud s ud
t
room ud s ud
t

=

=
-
AH 2 : Isolasi saluran udara
Isolasi saluran udara, berpengaruh tehadap performansi mesin AC.
Rugi-rugi termal dapat diperkecil dengan isolasi saluran udara yang baik.

Prosedur :
1. ukur besar aliran melalui saluran udara.
2. Amati penurunan T
db
dan T
wb
pada udara keluaran AHU dan grille
suplay. Jika beda temperatur lebih dari 2
o
F, perbaiki isolasi/saluran.
3. Petakan pada diagram psikrometri, dan hitung pengiritan yang
diperoleh.
AHU
T
db1
T
wb1
T
db2
T
wb2

AH 3 : Koreksi kebocoran saluran
udara
Kebocoran udara dapat dilakukan dengan membandingkan besaran
pasokan udara dari blower dengan pasokan udara di grille suplay ke
ruangan, hingga udara balik ke AHU.
Kebocoran udara, berpengaruh tehadap performansi mesin AC.
AHU
CFM
1
CFM
2

( ) 5 , 4 atau 2 , 1 h h Jika
2 , 1 2 , 1 energi Rugi
2 , 1 energi Kandungan
2 , 1 energi Kandungan
2 1 1
2 1
1 1 2
2
2
1
1
2
2
2
1
1
1
CFM CFM h Q V V h Q maka
h V h V Q
h V Q
h V Q
= A
|
.
|

\
|
= A =
|
.
|

\
|
= A
=
=
- -
- -
-
-
AH 4 : Penciutan aliran udara
Mengatasi kekurangan kapasitas pendinginan dapat dilakukan dengan
menambah jumlah udara yang dihembuskan.
Hembusan udara tidak harus sama, tetapi harus disesuaikan dengan
beban pendinginan.
Hembusan udara yang deras/berlebihan merupakan kerugian.
Sesuaikan hembusan udara dengan standar yang ditentukan.
Prosedur : (sama dengan langkah AH 2 dan AH 3)
AH 5 : Penciutan udara segar/buang
Udara segar pengganti sebagai ventilasi untuk orang.
Udara segar merupakan beban pendinginan terbesar dalam AC.
Ruangan dengan sumber pencemaran, harus dipisah sistem pembuangan
udaranya.
Setiap orang rata-rata butuh 7,5 CFM udara segar.
AH 6 : Pengucilan daerah yang
butuh AC khusus
Teliti apakah ruangan membutuhkan AC khusus dilihat dari Temperatur,
kelembaban, dan kebersihan udara
Tentukan kebutuhan khusus tersebut.
Teliti bagaimana sistem AC yang digunakan saat kini.
Adakah peluang pengiritan ?
Alternatif pemecahan :
Unit AC dipisah
Gunakan booster dari unit yang ada. (misal dengan 2 evaporator)
Peluang yang ada ditentukan dengan membandingkan kebutuhan
pendinginan, serta kW/TR-nya.
C 1 : Jadwal sistem saat start/stop
Teliti kapan sistem harus dijalankan dan dimatikan.
Perubahan start dan stop jangan sampai
menggangu pelayanan pendinginan.
Perubahan start dan stop sistem dapat
memperpendek jam kerja sistem.
1000
3 jam pf I V
kWh

=
C 2 : Setelan kontrol termostat
Dapat dilakukan untuk sistem dengan kapasitas
yang memadai. (tandanya, sistem mati karena
setting termostat tercapai)
Penyetelan termostat, dapat berakibat:
menurunkan beban pendinginan, dan jam
kerja sistem saat hidup lebih pendek.
Performansi sistem pendingin lebih baik.
Penurunan temperatur kondensor atau kenaikan
temperaur evaporator akan meningkatkan COP.
Perubahan T
kondensor
& COP
COP
2
> COP
1

Siklus 1 : Awal
Siklus 2 : T
k
turun
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Perubahan T
evaporator
& COP
COP
3
> COP
1

Siklus 1 : Awal
Siklus 3 : T
e
naik
Siklus 1
Efek Temperatur Kondensasi Dan
Temperatur Air Dingin Keluar Chiller
Infiltrasi Melalui Jendela
Infiltrasi Melalui Pintu
Contoh :
Pintu berdaun tunggal dengan
pemakaian 750 x per jam.
Infiltrasi udara diperoleh : 1250 CFM
Efek Penebalan Isolasi terhadap
nilai U
Tebal
penambahan
Isolasi
Contoh 1.
U awal 0,4 Setelah penambahan
isolasi dengan ketebalan :
1 diperoleh U = 0.15
2 diperoleh U = 0,11
3 diperoleh U = 0,075
Contoh 2.
U awal 0,6 dan diinginkan U menjadi 0,1
maka harus ditambahkan ketebalan isolasi :
sebesar + 21/4 (perpotongan garis bantu 1
dan 2)
Garis bantu 1
Garis bantu 2
T A U Q A =
Konsumsi Daya Fan Sentrifugal
*)

Contoh :
Fan dengan 1000 CFM dan
tekanan statik 5 inchH
2
O
beroperasi selama 8760 jam per
tahun, maka daya fan dikonsumsi
sebesar :
280.000.000.000 Btu pertahun
~ 81900 kWH
*)
Jenis fan sentrifugal bersudu
lengkung ke belakang, Backward
Curved Blades
Kerugian Akibat Tebal Isolasi
Saluran Udara
Perhitungan didasarkan pada isolasi kaku
dengan nilai k 0,27 BTU/h.ft
Untuk Saluran udara dengan
tebal isolasi 1/2, akan
mempunyai kerugian panas
sebesar 9 BTU/h.ft
2
pada beda
temperatur 20
o
F. Dan berharga
14,5 BTU/h.ft
2
pada beda
temperatur 30
o
F
20
30
50
70
Kerugian Panas Pipa Air (100-180
o
F)
( )
2
1
1
2 1
ln
2 fd
d
d
d
k
d
a s
T T
q
+

=
Rumus dasar
d
1

d
2

Di mana :
q : laju rugi panas pipa, BTU/h.ft
2

T
s
:Temperatur permukaan pipa,
o
F
T
a
:Temperatur lingkungan,
o
F
d
1
: diameter luar pipa, inci
d
2
: diameter luar isolasi, inci
k : konduktivitas bahanisolasi,
BTU.in/h.ft
2
.
o
F
f : koefisien permukaan, BTU/h.ft
2
.
o
F
Gambar disamping didasarkan pada harga
k = 0,3 BTU.in/h.ft
2
.
o
F dan T
a
= 68
o
F
Kerugian Panas Pipa Air (200-350
o
F)
Contoh :
Air dari boiler mengalir di dalam
pipa 1-1/2 tanpa isolasi.
Temperatrur air 350
o
F., maka
diperoleh rugi panas sebesar
3750 BTU/jam per 10 ft panjang
pipa.
Gambar disamping didasarkan pada harga
k = 0,3 BTU.in/h.ft
2
.
o
F dan T
a
= 68
o
F
Beban Panas Pipa Air Dingin 45
o
F
Contoh :
Water chiller mengalir di dalam
pipa 1-1/2 tanpa isolasi.
Berdasarkan tabel diperoleh
beban panas sebesar 298
BTU/jam per 10 ft panjang pipa.
Untuk pipa diisolasi setebal 1,
beban panas sebesar 42 BTU/jam
per 10 ft panjang pipa
Gambar disamping didasarkan pada harga
k = 0,3 BTU.in/h.ft
2
.
o
F dan T
a
= 68
o
F
Good design practices
Good house-
keeping
Efficient
systems
Efficient
operation
User education
& awareness
Interdisciplinary
team approach

Sekian & Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai