Anda di halaman 1dari 24

BAB I PENDAHULUAN Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan demam dan usia, serta tidak didapatkan

infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. Kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai dengan 5 tahun. Insiden bangkitan kejang demam tertinggi terjadi pada usia 18 bulan. Kejang demam dikelompokkan menjadi dua, yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam kompleks adalah kejang demam fokal, lebih dari 15 menit, atau berulang dalam 2 jam. !ada kejang demam sederhana kejang bersifat umum, singkat, dan hanya sekali dalam 2 jam. "aktor#faktor yang berperan dalam etiologi kejang demam yaitu faktor demam, usia, riwayat keluarga, riwayat prenatal $usia saat ibu hamil%, riwayat perinatal $asfiksia, usia kehamilan dan bayi berat lahir rendah%. !rognosis kejang demam baik, kejang demam bersifat benigna. &ngka kematian hanya ',( ) # ',*5). +ebagian besar penderita kejang demam sembuh sempurna, sebagian berkembang menjadi epilepsi sebanyak 2#*). ,alaupun prognosis kejang demam baik,bangkitan kejang demam -ukup mengkhawatirkan bagi orang tuanya. Kejang demam juga dapat mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan intelegensi dan pen-apaian tingkat akademik. !emberian antipiretik tanpa disertai pemberian antikon.ulsan atau dia/epam dosis rendah tidak efektif untuk men-egah timbulnya kejang demam berulang. 0enis obat yang sering digunakan adalah dia/epam, fenobarbital, asam .alproat dan fenitoin.

STATUS PASIEN POLI

I. IDENTITAS PENDERITA 1ama 3mur 0enis Kelamin +uku &gama &lamat 4anggal !eriksa 2 1ajla ,afiyyah 2 1 tahun ( bulan 2 !erempuan 2 &-eh 2 Islam 2 0eulingke 2 * "ebruari 2'13

II. ANAMNESIS 1. Keluhan Utama 2. Keluhan tambahan 2 Kejang 2 5untah

3. Ri a!at Pen!a"it Se"a#an$ 2 !asien datang dengan keluhan kejang yang di rasakan 1' menit sebelum masuk ke puskesmas. Kejang berlangsung selama 5 menit dengan frekuensi satu kali. Kejang di seluruh tubuh. +ebelumnya pasien mengalami demam yang di rasakan sejak 2 hari +56+. 7emam naik turun dan biasanya turun dengan obat penurun panas. Ibu pasien juga mengeluh muntah sejak 2 hari sebelum masuk ke puskesmas. 5untah dengan frekuensi (8. dengan .olume 2' --98 muntah. 5untah berisi makanan dan minuman yang dimakan. :&K dan :&: tidak dikeluhkan. %. Ri a!at Pen!a"it Dahulu& !ernah di rawat dengan bronkopneumonia '. Ri a!at Pen!a"it Kelua#$a 2 4idak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama dengan pasien

(. Ri a!at Pen$$unaan Obat & !ara-etamol ). Ri a!at Kelahi#an !asien lahir dengan normal di rumah sakit ditolong oleh dokter, dengan berat badan lahir 3''' gram *. Ri a!at Pembe#ian Ma"anan ' ; 3 :ulan 3 # ( :ulan ( ; < :ulan < ; 12 :ulan 2 &+I 2 &+I 2 &+I = nasi lembek 2 +usu formula = nasi lembek

+. Ri a!at Pe#"emban$an ' ; 3 :ulan 3; ( :ulan 2 5enengadahkan kepala 2 4engkurap dan mengangkat dada dengan bertopang tangan (; < :ulan < ; 12 :ulan 2 5erangkak dan duduk dengan dibantu 2 :elum dapat berjalan

III. STATUS PRESENT # # # # # # # # Keadaan 3mum Kesadaran ?eart rate 6espiratory rate 4emperatur :erat :adan +ekarang 4inggi :adan +ekarang +tatus Ai/i 2 :aik 2 >ompos mentis 2 12( 8 9 menit 2 2' 8 9 menit 2 3*,5 @> 2 ( kg 2 (8 -m 2

# # Kesimpulan 2 gi/i kurang

I,. STATUS INTERNUS a. Kulit ,arna 4urgor +ianosis Ikterus Bedema &nemia 2 !utih 2 >epat kembali 2 $#% 2 $#% 2 $#% 2 $#%

b. Ke-ala 6ambut ,ajah 5ata 4elinga ?idung 5ulut 2 &gak kekuningan, sukar di-abut, tipis 2 +imetris, edema $#% 2 >onjun-ti.a pu-at $#9#%, ikterik $#9#% 2 +erumen $#9#% 2 +ekret $#9#% 2 Kesimetrisan 2 +imetris, :ibir 2 :ibir pu-at $#%, mu-osa basah $=%, sianosis $#%

!li-a nasolabialis 2 ?ilang $#9#% 5enggembungkan pipi 2 $#9#% Cidah 4onsil "aring .. Lehe# Inspeksi !alpasi 2 +imetris 2 0D! $1% 6#2 -m ?2B. !embesaran KA: $#% 2 4remor $#%, hiperemis $#% 2 ?iperemis $#9#% 2 ?iperemis $#%

/. Th0#a1 Inspeksi +tatis 7inamis &8illa !alpasi 2 +tem "remitus Capangan !aru &tas Capangan !aru 4engah Capangan !aru :awah !aru Kanan 1ormal 1ormal 1ormal !aru Kiri 1ormal 1ormal 1ormal 2 kesan normal 2 kesan normal 2 !embesaran KA: $#%

!erkusi2 !aru Kanan !aru Kiri +onor +onor +onor

Capangan !aru &tas Capangan !aru 4engah Capangan !aru :awah

+onor +onor +onor

&uskultasi 2 !aru Kanan Desikuler Desikuler Desikuler !aru Kiri Desikuler Desikuler Desikuler

+uara 1afas !okok Capangan !aru &tas Capangan !aru 4engah Capangan !aru :awah

+uara 1afas 4ambahan Capangan !aru &tas Capangan !aru 4engah

!aru Kanan 6h $=%, ,h $#% 6h $=%, ,h $#%

!aru Kiri 6h $=%, ,h $#% 6h $=%, ,h $#%

Capangan !aru :awah

6h $=%, ,h $#%

6h $=%, ,h $#%

e. 2antun$ Inspeksi !alpasi &uskultasi 2 I-tus -ordis tidak terlihat 2 I-tus -ordis tidak teraba 2 :0 I E :0 II, regular, bising $#%

3. Ab/0men Inspeksi !alpasi ?epar Cien Ainjal !erkusi &uskultasi 2 +imetris, distensi $#% 2 1yeri tekan $#%, defans mus-ular $#% 2 4idak teraba 2 4idak teraba 2 :allotement $#% 2 4impani, shifting dullness $#% 2 !eristaltik usus normal

$. 4enitalia h. Anu5 i. Kelen6a# Lim3e 6. E"5t#emita5

2 4idak diperiksa 2 7alam batas normal 2 !embesaran KA: $#% 2 Su-e#i0# Kanan Kiri In3e#i0# Kanan Kiri

+ianosis # # Bedema # # "raktur # # # # # # # #

,. PEMERIKSAAN NEUROLO4IS A.4 7 S !upil 6eflek >ahaya Cangsung 6eflek >ahaya 4idak Cangsung 4anda 6angsang 5eningeal # # # # # B. 4e#a"an Abn0#mal & $#% Kaku kuduk CaseHue Kernig !eningkatan 4ekanan Intra Kranial $4IK% 2# 2# 2# 2# 2 F 5( D5 G 15 2 isokor, 3 mm93 mm 2 =9= 2 =9=

7. 8un$5i ,e$etati3 5iksi 7efekasi 2 Inkontinensia 3rine $#% 2 Inkontinensia &l.i $#%

D. K00#/ina5i9 7a#a Be#6alan /an "e5eimban$an !asien belum bisa berjalan dengan baik

Dia$n05i5 Sementa#a # Kejang demam = obser.asi .omitus = gi/i buruk tipe marasmus

PENATALAKSANAAN & 1. Non Medikamentosa # :ed rest # Fdukasi 2. Medikamentosa # &mpi-illin syr 3 8 -th I # 7ia/epam 3 8 ',5 mg # !ara-etamol 3 8 5' mg

PRO4NOSIS &d Ditam &d "ungsionam &d +anationam 2 ad bonam 2 ad bonam 2 ad bonam

BAB III TIN2AUAN PUSTAKA DE8INISI Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh $suhu rektal E 38o>% yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. 5enurut consensus statment on febrile seizures kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi dan anak biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.1 7efinisi kejang demam menurut International League Against Epilepsy $IC&F% adalah kejang yang terjadi setelah usia 1 bulan yang berkaitan dengan demam yang bukan disebabkan oleh infeksi susunan saraf pusat, tanpa riwayat kejang sebelumnya pada masa neonatus dan tidak memenuhi kriteria tipe kejang akut lainnya misalnya karena keseimbangan elektrolit akut.5,( Kejang demam terjadi pada 2# ) anak berumur ( bulan sampai 5 tahun. :ila anak berumur kurang dari ( bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului

dengan demam pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi susunan saraf pusat atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. 1,2 &nak yang pernah kejang tanpa demam kemudian mengalami kejang demam kembali dan bayi yang berumur kurang dari minggu tidak termasuk dalam definisi kejang demam. 7erajat tingginya demam yang dianggap -ukup untuk diagnosis kejang demam ialah 38 o> atau lebih, tetapi suhu sebenarnya saat kejang berlangsung sering tidak diketahui.1,2 Kejang demam kompleks ialah kejang demam yang lebih lama dari 15 menit, fokal atau multipel $lebih daripada 1 kali kejang per episode demam% sedangkan kejang demam sederhana ialah kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik tanpa gerakan fokal, kejang tidak berulang dalam waktu 2 jam. Kejadian kejang demam sederhana yaitu 8') di antara seluruh kejang demam. 1,2 0ika kejang yang disertai demam terjadi selama lebih dari 3' menit baik satu kali atau multipel tanpa kesadaran penuh diantara kejang maka diklasifikasikan sebagai status epileptikus yang dipro.okasi demam. Kejadian ini berkisar 5 ) dari keseluruhan kejang yang disertai demam.( "aktor yang penting pada kejang demam ialah demam, umur, genetik, prenatal dan perinatal. 7emam sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang paling tinggi, terkadang kejang terjadi pada demam yang tidak begitu tinggi. :ila hal ini terjadi maka anak tersebut memiliki resiko tinggi untuk berulangnya kejang. 1 Kejang demam diturunkan se-ara autosomal dominan sederhana. :anyak pasien kejang demam yang orangtua atau saudara kandunnya menderita penyakit yang sama. "aktor prenatal dan perinatal dapat berperan dalam kejang demam. 1 B. EPIDEMIOLO4I Kejang sangat tergantung kepada umur, 85) kejang pertama sebelum berumur tahun yaitu terbanyak di antara umur 1*#23 bulan. ?anya sedikit yang mengalami kejang demam pertama sebelum berumur 5#( bulan atau setelah

berumur 5#8 tahun. :iasanya setelah berumur ( tahun pasien tidak kejang demam lagi9 namun, beberapa pasien masih dapat mengalami kejang demam sampai umur lebih dari 5#( tahun.1 7i &merika +erikat insiden kejang demam berkisar antara 2#5) pada anak umur kurang dari 5 tahun. 7i &sia angka kejadian kejang demam dilaporkan lebih tinggi dan sekitar 8'#<') dari seluruh kejang demam adalah kejang demam sederhana. 7i 0epang angka kejadian kejang demam adalah <#1').3 !rognosis kejang demam baik, kejang demam bersifat benigna. &ngka kematian hanya ',( ) # ',*5). +ebagian besar penderita kejang demam sembuh sempurna, sebagian berkembang menjadi epilepsi sebanyak 2#*). Kejang demam juga dapat mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan intelegensi dan pen-apaian tingkat akademik.

7. MANI8ESTASI KLINIS 3mumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau tonik#klonik bilateral. +eringkali kejang berhenti sendiri. +etelah kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar embali tanpa defisit neurologis. Kejang demam kompleks dapat diikuti oleh hemiparesis sementara $hemiparesis 4odd% yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari.1,8 !erbedaan kejang demam sederhana $K7+% dan kompleks $K7K%. D. 8AKTOR RESIKO KE2AN4 DEMAM 4erdapat enam faktor yang berperan dalam etiologi kejang demam, yaitu2 demam, usia, riwayat keluarga, faktor prenatal $usia saat ibu hamil, riwayat pre# eklamsi pada ibu, hamil primi9multipara, pemakaian bahan toksik%, faktor perinatal $asfiksia, bayi berat lahir rendah, usia kehamilan, partus lama, -ara lahir% dan faktor paskanatal $kejang akibat toksik, trauma kepala%.3, 8a"t0# /emam.

7emam ialah hasil pengukuran suhu tubuh di atas 3*,8o> aksila atau di atas 38,3o> rektal. 7emam dapat disebabkan oleh berbagai sebab, tetapi yang tersering pada anak disebabkan oleh infeksi dan infeksi .irus merupakan penyebab terbanyak. 7emam merupakan faktor utama timbulnya bangkitan kejang. Kenaikan temperatur tubuh berpengaruh terhadap nilai ambang kejang dan eksitabilitas neural, karena kenaikan suhu tubuh berpengaruh pada kanal ion dan metabolisme seluler serta produksi &4!. +etiap kenaikan suhu tubuh satu derajat -elsius akan meningkatkan metabolisme karbohidrat sebesar 1'#15), sehingga meningkatkan kebutuhan glukosa dan oksigen. ,< 7emam tinggi akan mengakibatkan hipoksia jaringan termasuk jaringan otak. !ada keadaan hipoksia, otak akan kekurangan energi sehingga menggangu fungsi normal pompa 1a=. !ermeabilitas membran sel terhadap ion 1a= meningkat, sehingga menurunkan nilai ambang kejang dan memudahkan timbulnya bangkitan kejang. 7emam juga dapat merusak neuron A&:&#ergik sehingga fungsi inhibisi terganggu. ,< :angkitan kejang demam terbanyak terjadi pada kenaikan suhu tubuh berkisar 38,<I>#3<,<I> $ ' #5()%. :angkitan kejang terjadi pada suhu tubuh 3*I>#38,<I> sebanyak 11) dan sebanyak 2') kejang demam terjadi pada suhu tubuh di atas 'o>. 2. 8a"t0# u5ia 4ahap perkembangan otak dibagi ( fase yaitu 2 1. 1eurulasi 2. !erkembangan prosensefali 3. !roliferasi neuron . 5igrasi neural 5. Brganisasi (. 5ielinisasi.

4ahapan perkembangan otak intrauteri dimulai fase neurulasi sampai migrasi neural. "ase perkembangan organisasi dan mielinisasi masih berlanjut sampai tahun#tahun pertama paskanatal. Kejang demam terjadi pada fase perkembangan tahap organisasi sampai mielinisasi. "ase perkembangan otak merupakan fase yang rawan apabila mengalami bangkitan kejang, terutama fase perkembangan organisasi. !ada keadaan otak belum matang $developmental window%, reseptor untuk asam glutamat sebagai reseptor eksitator padat dan aktif, sebaliknya reseptor A&:& sebagai inhibitor kurang aktif, sehingga otak belum matang eksitasi lebih dominan dibanding inhibisi. ,< >orti-otropin releasing hormon $>6?% merupakan neuropeptid eksitator, berpotensi sebagai prokon.ulsan. !ada otak belum matang kadar >6? di hipokampus tinggi dan berpotensi untuk terjadi bangkitan kejang apabila terpi-u oleh demam. ,< &nak pada masa developmental window merupakan masa perkembangan otak fase organisasi yaitu saat anak berusia kurang dari 2 tahun. !ada masa ini, apabila anak mengalami stimulasi berupa demam, maka akan mudah terjadi bangkitan kejang. ,< +ebanyak ) anak akan mengalami kejang demam dan <') kasus terjadi pada anak antara usia ( bulan sampai dengan 5 tahun, dengan kejadian paling sering pada anak usia 18 sampai dengan 2 bulan. 3. Ri a!at "elua#$a :elum dapat dipastikan -ara pewarisan sifat genetik terkait dengan kejang demam. !ewarisan gen se-ara autosomal dominan paling banyak ditemukan sekitar ('#8'). &pabila salah satu orang tua memiliki riwayat kejang demam maka anaknya beresiko sebesar 2'#22). &pabila kedua orang tua mempunyai riwayat pernah menderita kejang demam maka resikonya meningkat menjadi 5<#( ). +ebaliknya apabila kedua orangtuanya tidak mempunyai riwayat kejang demam maka risiko terjadi kejang demam hanya <). !ewarisan kejang demam lebih banyak oleh ibu dibandingkan ayah yaitu 2*) berbanding *).

%. 8a"t0# P#enatal /an Pe#inatal 3sia ibu kurang dari 2' tahun atau lebih dari 35 tahun dapat mengakibatkan berbagai komplikasi kehamilan dan persalinan. Komplikasi kehamilan diantaranya hipertensi dan eklamsia, sedangkan gangguan pada persalinan diantaranya trauma persalinan. ?ipertensi pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ke plasenta berkurang sehingga berakibat keterlambatan pertumbuhan intrauterin, prematuritas dan ::C6. Komplikasi persalinan diantaranya partus lama. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan janin dengan asfiksia sehingga akan terjadi hipoksia dan iskemia. ?ipoksia mengakibatkan lesi pada daerah hipokampus, rusaknya faktor inhibisi dan atau meningkatnya fungsi neuron eksitasi, sehingga mudah timbul kejang bila ada rangsangan yang memadai seperti demam. '. 8a"t0# Pa5"anatal 6isiko untuk perkembangan kejang akan menjadi lebih tinggi bila serangan berlangsung bersamaan dengan terjadinya infeksi sistem saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis, dan terjadinya abses serta infeksi lainnya. Fnsefalitis .irus berat seringkali mengakibatkan terjadinya kejang. 7i negara#negara barat penyebab yang paling umum adalah .irus ?erpes simple8 $tipe l% yang menyerang lobus temporalis. +elain infeksi, ditemukan bukti bahwa -edera kepala memi-u kejadian kejang demam pada anak sebesar 2',(). E. PATO4ENESIS KE2AN4 DEMAM Kejang merupakan manifestasi klinik akibat terjadinya pelepasan muatan listrik yang berlebihan di sel neuron otak karena gangguan fungsi pada neuron tersebut baik berupa fisiologi, biokimiawi, maupun anatomi. +el syaraf, seperti juga sel hidup umumnya, mempunyai potensial membran. !otensial membran yaitu selisih potensial antara intrasel dan ekstrasel. !otensial intrasel lebih negatif dibandingkan ekstrasel. 7alam keadaan istirahat potensial membran berkisar

antara 3'#1'' mD, selisih potensial membran ini akan tetap sama selama sel tidak mendapatkan rangsangan. 5ekanisme terjadinya kejang ada beberapa teori yaitu 2 Aangguan pembentukan &4! dengan akibat kegagalan pompa 1a#K, misalnya pada hipoksemia, iskemia, dan hipoglikemia. +edangkan pada kejang sendiri dapat terjadi pengurangan &4! dan terjadi hipoksemia. !erubahan permeabilitas sel syaraf, misalnya hipokalsemia dan

hipomagnesemia. !erubahan relatif neurotransmiter yang bersifat eksitasi dibandingkan dengan neurotransmiter inhibisi dapat menyebabkan depolarisasi yang berlebihan. 5isalnya ketidakseimbangan antara A&:& atau glutamat akan menimbulkan kejang. !atofisiologi kejang demam se-ara pasti belum diketahui, diperkirakan bahwa pada keadaan demam terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh. 7engan demikian reaksi#reaksi oksidasi terjadi lebih -epat dan akibatnya oksigen akan lebih -epat habis, terjadilah keadaan hipoksia. 4ransport aktif yang memerlukan &4! terganggu, sehingga 1a intrasel dan K ekstrasel meningkat yang akan menyebabkan potensial membran -enderung turun atau kepekaan sel saraf meningkat. +aat kejang demam akan timbul kenaikan konsumsi energi di otak, jantung, otot, dan terjadi gangguan pusat pengatur suhu. 7emam akan menyebabkan kejang bertambah lama, sehingga kerusakan otak makin bertambah. !ada kejang yang lama akan terjadi perubahan sistemik berupa hipotensi arterial, hiperpireksia sekunder akibat aktifitas motorik dan hiperglikemia. +emua hal ini akan mengakibatkan iskemi neuron karena kegagalan metabolisme di otak. 7emam dapat menimbulkan kejang melalui mekanisme sebagai berikut 2 7emam dapat menurunkan nilai ambang kejang pada sel#sel yang belum matang9immatur. 4imbul dehidrasi sehingga terjadi gangguan elektrolit yang menyebabkan gangguan permiabilitas membran sel.

5etabolisme basal meningkat, sehingga terjadi timbunan asam laktat dan >B2 yang akan merusak neuron. 7emam meningkatkan Cerebral Blood Flow $>:"% serta meningkatkan kebutuhan oksigen dan glukosa, sehingga menyebabkan gangguan aliran ion#ion keluar masuk sel.

8. DIA4NOSIS 7iagnosis kejang demam ditegakkan setelah penyebab kejang yang lain dapat disingkirkan yaitu meliputi meningitis, ensefalitis, trauma kepala, ketidakseimbangan elektrolit, dan penyebab kejang akut lainnya. 7ari beberapa diagnosis banding tersebut, meningitis merupakan penyebab kejang yang lebih mendapat perhatian. &ngka kejadian meningitis pada kejang yang disertai demam yaitu 2#5). ( Kejadian demam pada kejang demam biasanya dikarenakan adanya infeksi pada sistem respirasi atas, otitis media, infeksi .irus herpes termasuk roseola. Cebih dari 5') kejadian kejang demam pada anak kurang dari 3 tahun berhubungan dengan infeksi .irus herpes $Human Herpes Virus ( dan *%.( ?al ; hal yang perlu ditanyakan saat anamnesis yaitu 11 2 &danya kejang, jenis kejang , kesadaran, lama kejang +uhu sebelum9saat kejang, frekuensi dalam 2 jam, inter.al, keadaan anak pas-a kejang !enyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat $gejala infeksi saluran napas akut9I+!&, infeksi saluran kemih9I+K. Btitis media akut9B5&, dll% 6iwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi dalam keluarga +ingkirkan penyebab kejang yang lain $misalnya diare9muntah yang mengakibatkan gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan hipoksemia, asupan kurang yang dapat menyebabkan hipoglikemia% !emeriksaan fisik yang dilakukan antara lain 112

Kesadaran 2 apakah terdapat penurunan kesadaran +uhu tubuh2 apakah terdapat demam 4anda rangsang meningeal2 kaku kuduk, :ru/inski I dan II, KerniHue, CasuHue dan pemeriksaan ner.us -ranial 4anda peningkatan tekanan intrakranial2 ubun ubun besar $33:% membonjol, papil edema 4anda infeksi di luar susunan saraf pusat seperti infeksi saluran pernapasan, faringitis, otitis media, infeksi saluran kemih dan lain sebagainya yang merupakan penyebab demam !emeriksaan patologis11 !emeriksaan laboratorium seperti darah rutin tidak begitu bermanfaat untuk dilakukan pada pasien dengan kejang demam sederhana ke-uali jika terdapat komplikasi atau penyakit lain yang mendasari seperti gangguan keseimbangan elektrolit yang berkaitan dengan dehidrasi akibat infeksi saluran gastrointestinal. !emeriksaan laboratorium sebaiknya dilakukan untuk men-ari penyebab demam diantaranya pemeriksaan kultur urin untuk melihat ada tidaknya infeksi saluran kemih jika ternyata tidak ditemukan fokus infeksi dari pemeriksaan fisik. !emeriksaaan kadar elektrolit seperti kalsium, fosfor, magnesium dan glukosa yang biasa dilakukan pada pasien kejang tanpa demam juga kurang memberikan arti yang bermakna jika dilakukan pada pasien kejang demam sederhana.* :eberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah FFA $elektroensefalogram%. FFA dapat memperlihatkan gelombang lambat di daerah belakang yang bilateral, sering asimetris kadang#kadang unilateral. !erlambatan ditemukan pada 88) pasien bila FFA dikerjakan pada hari kejang dan ditemukan pada 33) pasien bila FFA dilakukan 3 sampai * hari setelah serangan kejang. 1amun, perlambatan FFA ini kurang mempunyai nilai prognostik dan kejadian kejang berulang dikemudian hari atau perkembangan ke arah epilepsi. +aat ini neurologi2 tonus, motorik, refle8 fisiologis, refle8

sudah tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan FFA pada pasien kejang demam sederhana karena hasil pemeriksaan yang kurang bermakna.1 !emeriksaan -airan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. !ada bayi ke-il seringkali sulit untuk menegakkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas, oleh karena itu pemeriksaan pungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur J (#12 bulan, sangat dianjurkan pada bayi berumur 12#18 bulan dan tidak rutin dilakukan pada bayi berumur E18 tahun jika tidak disertai riwayat dan gejala klinis yang mengarah ke meningitis.1,2,(,< !emeriksaan radiologi tidak begitu memberikan manfaat dalam e.aluasi kejang demam sederhana dan masih kontro.ersial untuk dilakukan pada kejang demam kompleks sekalipun. !emeriksaan radiologi misalnya agnetic resonance imaging $56I% dapat dilakukan untuk menge.aluasi ada tidaknya kerusakan di otak misalnya di daerah hipokampus jika penyebab kejang masih belum diketahui. 4. TATA LAKSANA !ada tatalaksana kejang demam ada 3 hal yang perlu diperhatikan yaitu 12 1. !engobatan fase akut 2. 5en-ari dan mengobati penyebab 3. !engobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam !ada waktu pasien datang dalam keadaan kejang maka hal yang harus dilakukan ialah membuka pakaian yang ketat dan posisi pasien dimiringkan apabila muntah untuk men-egah aspirasi. 0alan napas harus bebas agar oksigenasi terjamin. !engisapan lendir dilakukan se-ara teratur, diberikan terapi oksigen dan jika perlu dilakukan intubasi. 1 &wasi keadaan .ital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi jantung. +uhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air hangat dan pemberian antipiretik. 4idak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan ketika anak demam $E 38,5o>%.

7osis parasetamol yang digunakan ialah 1'#15 mg9kg::9kali diberikan kali sehari.2

kali

sehari dan tidak lebih dari 5 kali. 7osis ibuprofen 5#1' mg9kg::9kali diberikan 3# Bbat yang paling -epat untuk menghentikan kejang adalah dia/epam yang diberikan se-ara intra.ena atau intrarektal. Kadar dia/epam tertinggi dalam darah akan ter-apai dalam waktu 1#3 menit apabila dia/epam diberikan se-ara intra.ena dan dalam waktu 5 menit apabila diberikan se-ara intrarektal. 7osis dia/epam intra.ena ',3#',5 mg9kg::, diberikan perlahan#lahan dengan ke-epatan 1#2 mg9menit atau dalam waktu 3#5 menit dengan dosis maksimal 2' mg. 3ntuk memudahkan orangtua di rumah dapat diberikan dia/epam rektal dengan dosis 1,22 5 mg pada anak dengan berat badan J 1' kg 1' mg untuk berat badan anak E 1' kg :u--al mida/olam $'.5 mg9kgK dosis ma8imal 1' mg% dikatakan lebih efektif daripada dia/epam per rektal pada anak.1' !en-egahan berulangnya kejang demam perlu dilakukan karena sering berulang dan menyebabkan kerusakan otak yang menetap. &da 2 -ara profilaksis yaitu proflaksis intermiten pada waktu demam dan profilaksis terus#menerus dengan antikon.ulsan setiap hari. 1 3ntuk profilaksis intermiten, antikon.ulsan hanya diberikan pada waktu pasien demam. Bbat yang diberikan harus -epat diabsorpsi dan -epat masuk ke jaringan otak. 7ia/epam intermiten memberikan hasil lebih baik karena penyerapannya lebih -epat. 7apat digunakan dia/epam intrarektal tiap 8 jam pada kenaikan suhu men-apai 38,5o> atau lebih yaitu dengan dosis 12 5 mg untuk pasien dengan berat badan J 1' kg 1' mg untuk pasien dengan berat badan E 1' kg 7ia/epam dapat pula diberikan se-ara oral dengan dosis ',5 mg9kg::9hari dibagi dalam 3 dosis pada waktu pasien demam. Ffek samping dia/epam ialah ataksia, mengantuk dan hipotonia.1

3ntuk profilaksis terus#menerus dilakukan dengan pemberian fenobarbital #5mg9kg::9hari dengan kadar obat dalam darah sebesar 1(Lg9ml menunjukkan hasil yang bermakna untuk men-egah berulangnya kejang demam. Ffek samping fenobarbital berupa kelainan watak yaitu iritabel, hiperaktif, pemarah dan agresif ditemukan pada 3'#5') pasien. Ffek samping dapat dikurangi dengan menurunkan dosis fenobarbital. Bbat lain yang dapat digunakan yaitu asam .alproat dengan dosis 15# ' mg9kg::9hari. "enitoin dan -arbama/epin tidak efektif untuk pen-egahan kejang demam. &ntikon.ulsan profilaksis terus#menerus diberikan selama 1#2 tahun setelah kejang terakhir kemudian dihentikan se-ara bertahap selama 1#2 bulan. 1 &dapun indikasi profilaksis terus#menerus yaitu sebagai berikut 12 +ebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologis atau perkembangan &da riwayat kejang tanpa demam pada orangtua atau saudara kandung Kejang demam lebih lama dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan neurologis sementara dan menetap Kejang demam terjadi pada bayi berumur J 12 bulan atau terjadi kejang multipel dalam satu episode demam H. PRO4NOSIS Kejadian ke-a-atan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Kematian akibat kejang demam juga tidak pernah dilaporkan. !erkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang memang sebelumnya normal. !enelitian lain se-ara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian ke-il kasus dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus kejang yang lama atau kejang berulang baik fokal atau kejang umum. 2,5 Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. "aktor resiko berulangnya kejang yaitu riwayat kejang demam dalam keluarga, usia saat kejang pertama J 12 bulan, temperatur yang rendah saat kejang $J 'I>% dan timbulnya kejang yang -epat setelah demam. :ila semua faktor tersebut terpenuhi maka resiko berulangnya kejang demam 8' ) sedangkan bila tidak terdapat faktor

tersebut resikonya 1'#15). Kemungkinan berulangnya kejang paling besar pada tahun pertama.2,5

BAB I, PEMBAHASAN !ada kasus di atas jika kita -ermati merupakan kasus kejang demam. ?al ini ditunjukkan karena pada kasus di atas menunjukkan gejala#gejala kejang demam, dikarenakan adanya infeksi pada sistem respirasi atas, otitis media, infeksi .irus herpes termasuk roseola. Cebih dari 5') kejadian kejang demam pada anak kurang dari 3 tahun berhubungan dengan infeksi .irus herpes $ Human Herpes Virus ( dan *%.( ?al ; hal yang perlu ditanyakan saat anamnesis yaitu 11 2 &danya kejang, jenis kejang , kesadaran, lama kejang, +uhu sebelum9saat kejang, frekuensi dalam 2 jam, inter.al, keadaan anak pas-a kejang, !enyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat $gejala infeksi saluran napas akut9I+!&, infeksi saluran

kemih9I+K. Btitis media akut9B5&, dll% , 6iwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi dalam keluarga, +ingkirkan penyebab kejang yang lain $misalnya diare9muntah yang mengakibatkan gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan hipoglikemia% hipoksemia, asupan kurang yang dapat menyebabkan

BAB , KESIMPULAN Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan demam dan usia, serta tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. Kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai dengan 5 tahun. Insiden bangkitan kejang demam tertinggi terjadi pada usia 18 bulan. Kejang demam dikelompokkan menjadi dua, yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam kompleks adalah kejang demam fokal, lebih dari 15 menit, atau berulang dalam 2 jam. !ada kejang demam sederhana kejang bersifat umum, singkat, dan hanya sekali dalam 2 jam. !ada tatalaksana kejang demam ada 3 hal yang perlu diperhatikan yaitu 2 !engobatan fase akut, 5en-ari dan mengobati penyebab, !engobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam.

DA8TAR PUSTAKA 1. +oetomenggolo, 4.+., $1<<8%, Kejang 7emam dalam :uku &jar 1eurologi, I7&I, 0akarta. 2. !usponegoro, ?.7., ,idodo, 7.!., Ismael, +., $2''(%, Konsensus !enatalaksanaan Kejang 7emam, 3nit Kerja Koordinasi 1eurologi, Ikatan 7okter &nak Indonesia, 0akarta. 3. Kusuma, 7., Muana I., $2'1'%, Korelasi antara Kadar +eng +erum dengan :angkitan Kejang 7emam, $4esis%, 5agister Ilmu :iomedik dan !rogram !endidikan 7okter +pesialis 1, Ilmu Kesehatan &nak, 3ni.ersitas 7iponegoro, +emarang, 0awa 4engah. . "uadi, "., $2'1'%, "aktor 6isiko :angkitan Kejang 7emam pada &nak, $4esis%, 3ni.ersitas 7iponegoro, +emarang, 0awa 4engah. 5. 0ones, 4., 0a-obsen, +.0., $2''*%, C!ild!ood Febrile "eizures# $verview and Implications% Int& '& ed& "ci& $2%211'#11 . (. ,olf, !., +hinnar, +., $2''5%, Febrile "eizures in Current C!ild (eurology% )!ird Edition& :> 7e-ker In-. anagement in

*. +rini.asan, 0., ,alla-e, K.&., +-heffer, I.F., $2''5%, Febrile "eizures% &ustralian "amily !hysi-ian, Dol. 3 , 1o. 122 1'21#1'25. 8. +-heffer, I.F., +adleir, C.A., $2''*%, Febrile "eizures, :50K33 K3'*#311. <. :ahtera, 4., $2''(%, !engelolaan Kejang 7emam, 1eurologi &nak, "K 317I!, 0awa 4engah. 1'. 5inistry of ?ealth +er.i-e, $2'1'%, *uidelines and +rotocols # Febrile seizures% :ritish >olumbia 5edi-al &ssosiation. 11. Ikatan 7okter &nak Indonesia. $2'1'%. !edoman !elayanan 5edis Ikatan 7okter anak Indonesia 0ilid 1. 12. 5angunatmadja, I., ,idodo, 7.!., $2'11%, +imposium dan ,orkshop 4ata Caksana 4erkini Kejang 7emam dan Fpilepsi pada &nak, Ikatan 7okter &nak Indonesia >abang Kalimantan :arat.

Anda mungkin juga menyukai