Anda di halaman 1dari 20

BAB III KAJIAN KEBIJAKAN PUBLIK

A. PENDAHULUAN Menurut Wayne Parson dalam Kajian Kebijakan Publik ada dua pendekatan yaitu Analysis of the policy process (Proses Pembuatan Kebijakan) dan Analysis in and for the policy process (Analisis Kebijakan). Analysis of the policy process berkaitan dengan bagaimana masalah Kebijakan dirumuskan dengan agenda kebijakan ditentukan, bagaimana suatu kebijakan dirumuskan, bagaimana keputusan kebijakan diambil dan bagaimana kebijakan dilaksanakan dan dievaluasi. Analysis in and for the policy process (Analisis Kebijakan), mencakup teknik-teknik analitik, riset, advokasi (advocacy) dalam perumusan masalah, kebijakan pengambilan keputusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan dan evaluasi kebijakan. Sesuai dengan Keputusan Kepala LAN Nomor 199/XIII/10/6/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II, maka materi Kajian Kebijakan Publik (KKP) terdiri dari 5 sub kajian dan setiap sub kajian terdapat beberapa pokok bahasan yaitu : 1. Manajemen Kebijakan Publik, meliputi pokok bahasan : 1) Pengertian Kebijakan Publik; 2) Sistem dan Proses Pengelolaan Kebijakan Publik; 3) Stratifikasi Kebijakan Publik. 2. Dinamika Proses Kebijakan Publik, meliputi pokok bahasan : 4) Dinamika Lingkungan Kebijakan; 5) Agenda Setting; 6) Faktor Sosial Ekonomi, Politik yang mempengaruhi Kebijakan Publik; 3. Formulasi Kebijakan Publik, meliputi pokok bahasan : 7) Pengertian dan Sifa-sifat Masalah Kebijakan Publik; 8) Teknik Perumusan Masalah; 9) Identifikasi Pemilihan Masalah; 31

10) Perumusan dan Pemilihan Alternatif Kebijakan; 4. Pelaksanaan dan Pengendalian Kebijakan, meliputi pokok bahasan : 11) Konsep dan Prinsip Pelaksanaan dan Pengendalian Kebijakan Publik; 12) Teknik / Metode Pelaksanaan dan Pengendalian Kebijakan; 13) Hambatan dalam Pelaksanaan Kebijakan Publik; 14) Penanggulangan Masalah dalam Pelaksanaan Kebijakan Publik; 5. Evaluasi Kinerja Kebijakan Publik, meliputi pokok bahasan : 15) Pengertian dan Prinsip Evaluasi Kierja Kebijakan Publik; 16) Metode dan Pendekatan Evaluasi Kinerja Kebijakan Publik; 17) Teknik-teknik Pengukuran Dalam Evaluasi Kinerja. Dilihat dari itu, menunjukkan bahwa Kajian Kebijakan Publik dalam Diklatpim tingkat II ini terdapat 17 Pokok Bahasan.

B. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Pelaksanaan pembelajaran Kajian Kebijakan Publik diatur dengan tahapantahapan sebagai berikut : 1. Ceramah Umum Kajian Kebijakan Publik; 2. Ceramah Tehnis Kajian Kebijakan Publik; 3. Diskusi Kelompok mebahas Isu Aktual sebagai Studi Kasus; 4. Membuat Laporan Hasil Diskusi Kelompok; 5. Aktualisasi.

C. SUBSTANSI KAJIAN KEBIJAKAN PUBLIK 1. Manajemen Kebijakan Publik a. Pengertian Kebijakan Publik Beberapa pakar kebijakan publik memberikan pengertian Kebijakan Publik antara lain : Thomas R. Dye, menyatakan : Public Policy is whatever the Government choose to do or not to do yang artinya bahwa Kebijakan Publik diartikan sebagai Apapun pilihan

32

Pemerintah untuk melakka sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. James E. Anderson menyebutkan : Public Policy are those policies developed by Governmenal Bodies and Officials (Kebijakan public adalah kebijakan-kebijakan yang

dikembangkan oleh lembaga-lembaga pemerintah dan pejabat-pejabat pemerintah). Anderson juga menyatakan bahwa Kebijakan Publik adalah suatu respons dari Sistem Politik terhadap demands/claim yang mengalir dari lingkungannya. b. Sistem dan Proses Pengelolaan Kebijakan Publik 1) Sistem Kebijakan Dari pengertian kebijakan public yang dikemukakan oleh Anderson tersebut di atas, sekaligus menunjukkan elemen-elemen Sistem Kebijakan sebagaimana dinyatakan oleh Dunn, yaitu : Stakeholders Kebijakan atau disebut juga Policy Actors atau Political Actors baik formal maupun informal dalam Boundaries system politik; Kebijakan Publik (Policy Contents); Lingkungan Kebijakan (Policy Environment).

Selanjutnya oleh Prof. Dr. Mustopadidjaja ditambahkan satu elemen lagi dalam Sistem Kebijakan yaitu Kelompok Sasaran Kebijakan (Target Group), sehingga menjadi empat elemen-elemen dalam Sistem Kebijakan yaitu : Stakeholders Kebijakan; Lingkungan Kebijakan; Kebijakan Publik; Kelompok Sasaran (Target Group) David Easton membagi elemen-elemen Sistem Kebijakan berdasarkan System Theory yang disebut Dinamic Model yaitu meliputi : Input Process Output dan Feedback.

33

Lingkungan Kebijakan menurut Easton terdiri dari Intra dan Ekstra Social Environment. Dari keduanya mengalir Dua Input yaitu Demand / Claim dan support yang kemudian di Proses ke dalam sistem politik yang selanajutnya melahirkan Policy Output. Policy Output kembali ke Social Environment sebagai Respon terhadap Demand / Claim dan Support dari Social Environment. Persyaratan mendasar dalam membangun Sistem Kebijakan adalah perlu adanya : Komitmen Stakeholder terhadap demokrasi; Sifat dan Sikap Rasional, interaktif, komunikatif dan transparan Konstitusi dan Hukum; Technical Know How; Konsensus terhadap Tujuan.

2) Proses Pengelolaan Kebijakan Mustopadidjaja AR menyatakan langkah-langkah proses pengelolaan kebijakan publik terkait dengan konsep dasar pembuatan kebijakan publik dan kebutuhan melaksanakan analisis kebijakan publik, meliputi : Pengkajian Persoalan / Masalah; Tentukan Tujuan; Rumuskan Alternatif; Penyusunan Model; Menentukan Kriteria; Menilai Alternatif; Perumusan Rekomendasi; Pemantauan; Evaluasi.

Tindakan runtut proses pembuatan kebijakan menurut Anderson dinyatakan sebagai Sequential Pattern Of Faction yaitu meliputi tindakan-tindakan : Problem Identification and Legend Formation; Formulation; 34

Adoption; Implementation; Evaluation.

Pola tindakan runtut itu merupakan proses pembuatan kebijakan yang menurut Anderson masuk dalam Wilayah Politik, sedangkan oleh Easton menyatakan berada dalam Sistem Politik. Hal ini didasarkan pada adanya konflik kepentingan di antara individu, kelompok tentang Issu Kebijakan. Pandangan Analis Kebijakan, policy process merupakan Lokus (In and for the policy process), sedangkan Fokusnya adalah Penyediaan Informasi yang relevan (Relevant Information). c. Stratifikasi Kebijakan Publik : Stratifikasi Kebijakan dapat dibagi dalam tiga Strata yaitu : Kebijakan Stratejik; Kebijakan Teknis / Taktis; Kebijakan Operasional.

2. Dinamika Proses Kebijakan Publik a. Dinamika Lingkungan Kebijakan Publik : Dalam pembuatan kebijakan, perlu memperhatikan dan memahami Lingkungan Kebijakan dengan menggunakan Teori Gunung Es yang menggambarkan tingkatan-tingkatan pemahaman terhadap Dinamika Proses Kebijakan Publik khususnya Dinamika Lingkungan Kebijakan. Jenis Tindakan (Senge, 1994) REACTIVE RESPONSIVE

EVENT PATTERNS OF BEHAVIOR SYSTEMIC STRUCTURES MENTAL MODEL The Iceberg and Level of Perspective (Maani and Canava, 2000)

GENERATIVE

35

Memahami lingkungan kebijakan dengan menggunakan Teori Gunung Es (The Iceberg Theory) akan menghasilkan perspektif pengertian yang bertingkat (Level of Understanding) dan memunculkan pola pikir dan jenis tindakan (action mode) dalam mengantisipasinya serta dapat menggambarkan tingkat ungkitan (leverage). Bertitik tolak dari pemahaman berpikir sistematik menurut Kees Van der Hijden, maka Dinamika (prubahan) Lingkungan Kebijakan dapat diamati melalui : Peristiwa (Events); Kecenderungan (Trends) dan Pola (Petterns); Struktur (Structures).

Melalui tiga pengamatan itu menurut Hijden dinamika (perubahan) lingkungan kebijakan dapat diketahui kadang juga tidak, sehingga hal itu digambarkan sebagai Gunung Es yang berada di bawah laut (Iceberg Theory). Dinamika Lingkungan Kebijakan juga diwarnai oleh Perubahan Lingkungan Strategis yang sedang terjadi yaitu Globalisasi dan Modernisasi. Kenichi Ohmae (1991) menyatakan baahwa kita sedang dan akan memasuki era tanpa batas. Lodge (1995:1) mendefinisikan globalisasi sebagai proses dimana masyarakat dunia menjadi semakin berhubungan (interconnected) satu sama lainnya dalam berbagai aspek kehidupan mereka, baik dalam hal budaya, ekonomi, politik, teknologi maupun lingkungan. Dunia kini menjadi pasar global bukan hanya untuk barang dan jasa, tetapi juga untuk penyediaan Modal dan Teknologi. Ohmae (1991) menyatakan dunia tanpa batas ditandai dengan semakin terfokusnya masalah ke dalam 5 C yang stratejik yaitu : 1) Customers, 2) Company, 3) Competetion, 4) Currency dan 5) Country. Siapa yang akan dapat bertahan dan unggul dalam nuansa global menurut Marquards dan Reynold (1994) adalah Organisasi Pembelajar dalam skala Global (The Global Learning Organization). Learning

36

organization mengacu pada perhatian menyeluruh terhadap disiplin kelima (Fifth Dicipline) dari Peter Senge (1992), yaitu : (1) System Thinking; (2) Personal Mastery; (3) Share Vision; (4) Mental Models; (5) Team Learning. Sebagai ilustrasi menurut Senge (1992), inovasi di dunia keteknikan memerlukan komponen utama yang penting adalah Teknologi, seperti pesawat udara, komputer dan lain sebagainya. Sedangkan inovasi dalam dunia Perilaku Manusia dan Organisasi, komponen utama yang penting adalah Disiplin (Dicipline) yang diidentifikasi sebagai : a body of theory and teaching that must be studied and mastered to be put into practice. Rosabeth Moss Kanter (1995) menyatakan masyarakat yang dapat memainkan peran kunci dalam ekonomi global adalah kelompok masyarakat yang memiliki kekayaan Intangible Asset 3 C yaitu meliputi : (1) Concept; (2) Competence; (3) Connection atau Networking.

b. Agenda Setting / Policy Process : Menurut James E. Anderson, proses pembuatan kebijakan (Policy Process) terdiri tahapan sebagai berikut : (1) Agenda Setting; (2) Policy Formulation; (3) Policy Adoption; (4) Policy Implementation; (5) Policy Assessment / Evaluation. Agenda Setting atau The Policy Agenda merupakan tahap paling awal dalam Policy Process. Policy Agenda memuat masalah kebijakan yang 37

perlu direspon oleh sistem politik yang bersumber dari lingkungan kebijakan. Menurut Anderson proses pembuatan Policy Agenda secara runtut sebagai berikut : Private Problem Public Problem Issue

Institutional Agenda ( The Agenda Formation Process )

Systemic Agenda

Cobb dan Elder mengidentifikasi 2 (dua) jenis Policy Agenda, yaitu : (1) Systemic Agenda, yaitu semua issue yang pada umumnya dirasakan oleh para anggota masyarakat. (2) Institutional Agenda ( Governmental Agenda), yaitu semua issue yang patut mendapatkan perhatian publik dan issue tersebut memang berada dalam juridiksi kewenangan pemerintah (Public Officials).

c. Faktor Sosial, Ekonomi, Politik yang Mempengaruhi Kebijakan Publik : Faktor sosial ekonomi dan politik mempengaruhi kebijakan, karena pembuatan kebijakan tidak dapat dilepaskan dari lingkungan kebijakan. Tuntutan (demands / claims) terhadap suatu tindakan kebijakan bersumber dari lingkungan yang kemudian mengalir ke dalam sistem politik dan pada saat yang sama lingkungan memberikan Limits dan Constrains terhadap Pembuat Kebijakan (Policy Makers / Stakeholders / Policy Actors). Faktor-faktor yang terdapat dalam lingkungan antara lain faktor-faktor geografi (sumberdaya alam, cuaca, penduduk), budaya politik, struktur sosial dan sistem ekonomi. 38

Anderson memilih dua (2) faktor yang banyak dikaji oleh para ilmuwan (Scientist) yaitu : (1) Political Culture : Individualistic Political Culture; Moralistic Political Culture; Traditionalistic Political Culture.

Almond dan Verba membedakan Political Culture : Parochial Political Culture; Subject Political Culture; Participant Political Culture.

(2) Socio Economic Conditions : Faktor sosial dan faktor ekonomi mempunyai saling ketergantungan dalam mempengaruhi aktivitas politik. Kebijakan publik, dapat dipandang sebagai produk konflik antar berbagai kelompok masyarakat yaitu mengenai aktivitas ekonomi. Hubungan antar kelompok masyarakat dapat berubah bila terjadi perubahan atau perkembangan ekonomi. Kelompok

masyarakat yang dirugikan oleh perubahan itu dapat mengajukan Demands / Claims kepada pemerintah untuk melakukan sesuatu tindakan.

3. Formulasi Kebijakan Publik a. Pengertian dan Sifat Masalah Kebijakan 1) Pengertian Masalah : Pengertian Masalah Kebijakan menurut William N.Dunn (1994) : adalah produk pemikiran yang dibuat pada suatu lingkungan, suatu elemen situasi masalah yang diabstraksikan dari situasi oleh para analis. Dengan demikian apa yang kita alami merupakan situasi masalah, bukan masalah itu sendiri. Masalah kebijakan adalah kebutuhan atau kesempatan kesempatan yang tidak terealisir, tetapi yang dapat dicapai melalui tindakan Kebijakan Publik. 39

Perumusan masalah merupakan sistem petunjuk pokok atau mekanisme pendorong yang mempengaruhi keberhasilan semua fase analisis kebijakan. Perumusan masalah menyumbangkan pengetahuan yang mempersoalkan asumsi-asumsi yang mendasari, sehingga definisi masalah, pembuatan kebijakan melalui agenda setting akan

diketemukan : Asumsi yang tersembunyi; Mendiagnosa sebab-sebab dan akibat; Memetakan Tujuan; Memadukan pemandangan yang bertentangan; Merancang peluang.

(Prioritas Perumusan Masalah dalam analisis kebijakan dapat dilihat di gambar 1 halaman berikut).

40

Gambar 1 Prioritas Perumusan Masalah dalam Analisis Kebijakan (Dunn, 2000 : 212)

Pengenalan Masalah

SITUASI MASALAH

Perumusan Masalah

Pementahan solusiMasalah

SITUASI MASALAH

Pementahan solusiMasalah

TDK

Masalah Benar ?

YA

Pemecahan Masalah

SOLUSI KEBIJAKAN

Pemecahan kembali Masalah

YA

Masalah Benar ?

TDK

41

2) Sifat-Sifat Masalah Kebijakan : (William N. Dunn : 1998 :214-216) Saling ketergantungan dari Masalah Kebijakan; Subyektivitas dari Masalah Kebijakan; Sifat buatan dari Masalah; Dinamika Masalah Kebijakan Jenis-jenis masalah : Masalah Sederhana Masalah Sangat Sederhana Masalah Rumit. b. Teknik Perumusan Masalah : 1) Tahap-Tahap Perumusan Masalah : Perumusan masalah dapat dipandang sebagai suatu proses, menurut Dunn (1998 :247-278) ada empat (4) fase yang saling ketergantungan yaitu Pencarian Masalah (Problem Search) Pendefinisian Masalah (Problem Definition) Spesifikasi Masalah (Problem Specification) dan Pengenalan Masalah. 2) Prasyarat Perumusan Masalah : Adanya pengakuan atau dirasakan keberadaan suatu situasi masalah. Dari situasi masalah dicari masalahnya, dengan tujuan jangka pendeknya bukan penemuan masalah tunggal tetapi Setumpuk Masalah yang saling terkait. Kumpulan masalah dari semua masalah dianalisis kedalam tatanan Pohon Masalah atau Fish Bone Model yang disebut Meta Masalah 3) Kesalahan Tipe Ketiga : Dalam matematika dikenal ada Kesalahan Tipe Pertama, yaitu menolak hipotesis nol yang benar. Kesalahan Tipe Kedua yaitu menerima hipotesis nol yang salah. Dan Kesalahan Tipe Ketiga adalah memecahkan masalah yang salah. Kesalahan tipe ketiga ini lebih buruk akibatnya daripada memecahkan secara salah terhadap masalah yang benar. Inilah pentingnya Perumusan Masalah. 4) Perumusan Kebijakan Publik, menurut Mustopadidjaja, setelah Masalah Formal ditetapkan dengan menggunakan langkahlangkah yang runtut dan dituangkan ke dalam matriks sederhana sebagai berikut : ( Tabel 1 ) 42

No.

Masalah Formal

Dampak Tujuan Instru Ramalan Dam Kini Kebijak men / masa pak an Kebijak depan pelaksa an kebijakan an kebijak an 3 4 5 6 7

Alter natif kebi jakan

Hal hal yg di atur

5) Metode Perumusan Masalah : Sebagaimana telah dikemukakan di depan bahwa proses perumusan masalah meliputi Empat Fase yang saling berhubungan yaitu : Mengenali Masalah menghasilkan : Situasi Masalah; Mencari Masalah menghasilkan Mendefinisikan Masalah Menspesifikasi Masalah : Meta Masalah; : Masalah Publik; : Masalah Formal (yaitu

masalah yang akan diselesaikan melalui Kebijakan Publik; Ada beberapa Metode Pemecahan Masalah dilihat dari beberapa perspektif Tujuan; Prosedur; Sumber Pengetahuan dan Kriteria Kinerja. (Lihat Tabel 2 )

43

Tabel 2 : Metode-metode Perumusan Masalah Metode Tujuan Prosedur Sumber Pengetahua n Kriteria Kinerja

Analisis Batas

Estimasi Batas Peta Masalah

Pencarian sampel bola salju,pencarian masalah dan penjumlahan

Sistem Pengetahua n

Ketepatan Batas

Analisis Klasifikasi

Kejelasan Konsep

Penilaian secara logis dan klasifikasi penyebab

Analisis Individual

Konsistensi Logis

Analisis Hirarki

Synecties (-- Analog)

Identifikasi penyebab yg mungkin, masuk akal, & dapat ditindaklanjut i Pengenalan kesamaan antar masalah Generalisasi ide, tujuan dan strategi Generalisasi Wawasan

Pemilahan secara logis dan klasifikasi penyebab

Analisis individual atau kelompok

Konsistensi Logis

Perumusan Analog personal, langsung dan fantasi Pemunculan Ide dan Evaluasi Penggunaaan secara serentak perspektif teknis organisasional dan personal Identifikasi pelaku, penampakan asumsi, mempertentangkanny a dan pengelompokan dan sintesis Penyusunan tingkat dan penggambaran Plausibilitas & Urgensi

Kelompok

Plausibilitas Perbandinga n Konsensus

Brainstormin g Analisis perspektif berganda

Kelompok

Kelompok

Perbaikan Wawasan

Analisis asumsi

Sintesis kreatif asumsiasumsi yg berlawanan

Kelompok

Konflik

Pemetaan argumentasi

Penilaian Asumsi

Kelompok

Plausibilitas dan Urgensi Optimal 44

c. Identifikasi, Pemilihan dan Penetapan Alternatif Kebijakan : Identifikasi atau Perumusan Alternatif Kebijakan, Pemilihan dan Penetapan Alternatif Kebijakan merupakan langkah-langkah dalam Analisis Kebijakan (Policy Analysis). Mustopadidjaja (1992: 32-36) dan (1999: 6-9) menawarkan langkahlangkah dalam Analisis Kebijakan sebagai berikut: 1) Pengkajian Persoalan; 2) Penentuan Tujuan; 3) Perumusan Altenatif; 4) Penyusunan Model; 5) Penentuan Kriteria; 6) Penilaian Alternatif; 7) Perumusan Rekomendasi.

Dalam perumusan kebijakan ada bebedapa Model Perumusan Kebijakan. Seperti Yehezkel Dror dalam Islamy (1992)

mengemukakan ada Tujuh (7) Macam Model Pembuatan Keputusan yaitu : Pure Rationality Model Economically Rational Model Sequential-decision Model Incremental Model Satisfying Model Extra Rational Model Optimal Model. Sedangkan Thomas R. Dye dan Nicolas Henry dalam Islamy (1992), menyebutkan masam-macam model pembuatan kebijakan sebagai berikut : Model Institusional Model Elite Masa Model Kelompok Model Sistem Politik Model Sistem Politik Model Incremental dan Model Mixed Scanning.

d. Perumusan dan Pemilihan Alternatif Kebijakan : Menurut Mustopadidjaja (1999: 14-15) penilaian dan perkiraan alternatif kebijakan dapat digunakan konsep dan metode sbb. 1) Pemilihan Alternatif Kebijakan dan Kriteria Penilaian : 45

a) Konsep dan Metode Dengan tujuh (7) langkah Perumusan Alternatif Kebijakan, diperkirakan kemungkinan ada perubahan atau dapat terjadi perubahan sebagai akibat yang ditimbulkan oleh sejumlah alternatif. Maka diperlukan penggunaan Metode Penilaian Alternatif dengan maksud menguji atau memperhitungkan Tingkat Fisibilitas, Tingkat Efektivitas dan Tingkat

Efisiensinya. Ada beberapa metode untuk menilai alternatif : (1) Deductive Causal Analysis; (2) Optimum Choice Analysis; (3) Decision Theory; (4) Optimum Level Analysis; (5) Optimum Mix Analysis or Allocation Theory; (6) Threshold Analysis; (7) Percentaging Analysis; (8) Statistical Causal Analysis; (9) Interdisciplinary Analysis.

b) Kriteria Penilaian Alternatif Kebijakan : (1) Berdasarkan Konsep Ekonomi (Free Market Model; Cost; Benefit; Standing; Externalities; Elasticity; Marginal Analysis; dan Equity). (2) Di samping kriteria ekonomi, penilaian alternatif kebijakan perlu memperhatikan metode-metode

lainnya seperti : Forecasting Methods; Evaluation Methods; Sensitivity Analysis; Allocation Formules; Quick Decision Analysis. (3) Kriteria umum yang digunakan : Technical Feasibility; Economic & Financial Feasibility; Political Feasibility dan Administrative Operability.

46

2) Perumusan Rekomendasi Kebijakan : a) Rekomendasi meliputi tahap kegiatan perumusan kebijakan, termasuk kegiatan pengambilan keputusan dan pengesahan kebijakan, sehingga merupakan keputusan formal / organizational yang mempunyai kekuatan hukum atau bersifat mengikat baik Obyek maupun Subyek dari keputusan / kebijakan tersebut (Mustopadidjaja, 1992 : 20). b) Model Pendekatan Perumusan Rekomendasi Kebijakan : (1) Rational Comprehensive Process Model (RCPM); (2) Incremental Process Model (IPM); (3) Mixed Scanning Process Model (MSPM); (4) Analytical Hieraarchical Process (AHP). c) Faktor Strategis yang berpengaruh dalam Perumusan

Kebijakan : (1) Faktor Poltik; (2) Faktor Ekonomi / Finansial; (3) Faktor Administrasi / Organisatoris; (4) Faktor Teknologi; (5) Faktor Sosial Budaya; (6) Faktor Pertahanan & Keamanan

4. Pelaksanaan dan Pengendalian Kebijakan a. Konsep dan Prinsip Pelaksanaa dan Pengendalian Kebijakan 1) Konsep : a) Pelaksanaan dan Pengendalian Kebijakan merupakan mata rantai perlengkapan dalam proses kebijakan publik; b) Kebijakan publk yang teah disahkan siap dilaksanakan; c) Kebijakan Publik ada dua jenis sifatnya, yaitu : Self Executing sedikit jumlahnya, bentuk kebijakan publik yang dengan sendirinya terimplikasikan begitu

47

disahkan, misalnya tentang pengaturan kedaulatan suatu negara. Non Self Executing pada umumnya jenis ini yang

banyak. Bentuk ini harus dilaksanakan dan dikendalikan oleh berbagai pihak yang berwenang. d) Tujuan pelaksanaan dan pengendalian KP adalah untuk tercapainya tujuan yang diinginkan dengan dkeluarkannya KP tsb dan dampak negatif sekecil mungkin. 2) Prinsip : a) Sifat kebijakan publik : Self Executing / Not Self Executing; b) Siapa yang bertanggung jawab; c) Pelaksanaan dan Pengendalian dilaksanakan secara simultan; d) Orientasi pada sasaran dan tujuan serta target group; e) Efektif dan efisien dalam penggunakan sumber daya; f) Berdasarkan prosedur dan tata laksana; g) Tertib hukum dan tertib administrasi; h) Akuntabilitas pelaksanaan. b. Teknik / Metode Pelaksanaan dan Pengendalian Kebijakan : Urutan langkah pelaksanaan dan pengendalian kebijakan publik sebagai berikut : 1) Sosialisasi & Deseminasi Kebijakan; 2) Pembentukan Organisasi Pelaksanaa; 3) Penyusunan Program Kerja; 4) Perincian Program Kerja; 5) Pelaporan berkala. c. Hambatan Pelaksanaan Kebijakan : 1) Pejabat & Instansi Pemerintah lebih dominan dalam perumusan kebijakan tetapi kurang dalam implementasi; 2) Kurang sosialisasi / deseminasi; 3) Legitimate & harus disebar luaskan; 4) Praktek korupsi; 5) Dana kurang dan organisasi tidak memadai; 48

6) Lemahnya penegakan hukum; 7) Kurangnya kepatuhan masyarakat. d. Penanggulangan Masalah dalam Pelaksanaan Kebijakan : 1) Kompensasi yang wajar bagi yang dirugikan; 2) Social cost yang timbul harus segera diatasi; 3) Tinjau ulang & review program pelaksanaan; 4) Batalkan / perbaharui bila menimbulkan dampak negatif yang besar.

5. Evaluasi Kinerja Kebijakan a. Pengertian dan Prinsip Evaluasi Kinerja Kebijakan 1) Pengertian : a) Evaluasi Kebijakan Publik : Merupakan proses mendapatkan gambaran tentang kebijakan publik dalam pelaksanaan, alat yang dipakai dan tujuan-tujuan yang diberikan (Michael Howlett & M. Ramesh) b) Evaluasi Kebijakan Publik : Sebagai tujuan sistemik dan pengamatan Empiris tentang pengaruh kebijakan yang berjalan dan program pemerintah yang telah ditentukan dalam sasaran dan tujuan yang akan dicapai ( David Nachmias). c) Bentuk Evaluasi : (1) Evaluasi Administratif; (2) Evaluasi Kebijakan di bidang Hukum; (3) Evaluasi Politik; d) Maksud dasarnya adalah pengaruh akibat perubahan yang ditimbulkan oleh kebijakan.

2) Prinsip : a) Fokus Nilai : menilai manfaat dan kegunaan pelaksanaan program dan kegiatan; b) Interdependensi Fakta-Nilai : hasil evaluasi tidak hanya tergantung pada fakta/bukti-bukti tetapi juga nilai; 49

c) Berorientasi pada masa kini dan masa lalu; d) Obyektif : Evaluasi berkenaan dengan apa adanya. b. Metode dan Pendekatan Evaluasi Kinerja Kebijakan : 1) Analisis Lintas Dampak (Cross Impact Analysis) : a) Secara Retrospektif (Ex-Post) maupun Prospektif (Ex-Ante); b) Grafik, Angka Index, Analisis Serial Terkontrol (Control Series Analysis); c) Evaluasi Semu, Evaluasi Formal dan Evaluasi Keputusan Teori. 2) Analisis Survey Pemakai (User Survey Analysis), adalah serangkaian prosedur untuk mengumpulkan kebijakan, program dari calon pengguna dan pelaku kebijakan. c. Teknik-teknik Pengukuran Dalam Evaluasi Kinerja : Salah satu metode Pengukuran kinerja dapat nenggunakan pendekatan Balanced Scorecard, yaitu pengukuran kinerja secara seimbang melalui empat (4) persepktif sebagai berikut : 1) Perspektif Keuangan (Financial Perspective); 2) Persepktif Kepuasan Pelanggan (Customers Perspective); 3) Perspektif Proses Internal; 4) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan. Balanced Scorecard pada mulanya dikembangkan sebagai sistem pengukuran kinerja pada organisasi bisnis. Penerapan pengendalian pelaksanaan kebijakan publik melalui pengukuran dan penilaian kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard, diperlukan identifikasi kinerja organisasi secara menyeluruh pada semua tingkatan ke dalam empat perspektif tersebut di atas.

-------------------

50

Anda mungkin juga menyukai