73 218 1 PB PDF
73 218 1 PB PDF
PENGAWASAN TERHADAP TERA ULANG POMPA UKUR BAHAN BAKAR MINYAK OLEH DINAS KOPERASI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI LAMPUNG
Bina Putri Ayu Kumalasari, Dr. Yuswanto, S.H., M.H., Eka Deviani, S.H., M.H. Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro, No. 1, Bandar Lampung, 35154
ABSTRAK Didalam Undang-undang No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal menyatakan bahwa setiap alat ukur wajib ditera ulang. Salah satu alat ukur tersebut yaitu Pompa Ukur BBM. Tera ulang pompa ukur BBM yang keluar dari nozzle adalah sebuah prosedur wajib bagi setiap SPBU di Wilayah Provinsi Lampung, karena hal ini berkaitan dengan kepentingan konsumen untuk memperoleh jumlah volume BBM sesuai dengan yang dibayar. Setelah dilakukan tera ulang setiap pompa ukur BBM wajib dilakukan suatu pengawasan untuk menjamin kebenaran pengukuran guna tercapainya tertib ukur. Pengawasan ini dilaksanakan oleh instansi pemerintah yang berperan penting dalam pengawasan terhadap tera/tera ulang Pompa ukur BBM adalah Diskoperindag Provinsi Lampung. permasalahan dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimanakah pelaksanaan pengawasan terhadap tera ulang Pompa Ukur BBM oleh Diskoperindag Provinsi Lampung? Dan (2) Apakah yang menjadi faktor penghambat Diskoperindag Provinsi Lampung dalam melaksanakan pengawasan terhadap tera ulang pompa ukur BBM? Metode Penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Adapun sumber dan jenis data adalah data primer dari studi lapangan dengan melakukan wawancara kepada PPNS Diskoperindag Provinsi Lampung dan dua SPBU di wilayah kota Bandarlampung serta data sekunder diperoleh dari studi pustaka yang diperoleh kemudian diolah dengan cara memeriksa dan mengoreksi data, setelah itu data diolah dan diadakan analisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pengawasan terhadap tera ulang pompa ukur BBM oleh Diskoperindag Provinsi Lampung adalah suatu pengawasan bersifat eksternal yang bertindak secara preventif yaitu pengawasan dengan cara melihat tanda tera
sedangkan secara represif yaitu pengawasan dengan cara melakukan pemeriksaan pada mesin pompa ukur BBM dengan menggunakan bejana standard terhadap volume BBM. Faktor penghambat dalam pelaksanaan pengawasan ini yaitu tidak adanya Penyidik PNS Metrologi di dalam Diskoperindag pada Bidang PDN Seksi Tertib Niaga dan perlindungan Konsumen. Saran dalam penelitian ini yaitu diharapkan untuk dibentuknya Penyidik PNS bidang metrologi di dalam Diskoperindag pada Bidang PDN Seksi Tertib Niaga dan perlindungan Konsumen agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang mengaturnya serta melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar ikut berperan aktif dalam pengawasan. Kata kunci : Pengawasan, Tera ulang, Pompa Ukur BBM, Metrologi Legal,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tera ulang pompa ukur bahan bakar minyak (bahan bakar minyak selanjutnya disingkat BBM) yang keluar dari nozzle adalah sebuah prosedur wajib bagi setiap Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum selanjutnya disingkat SPBU) di Wilayah Provinsi Lampung dengan jumlah 148 SPBU (data pada tahun 2012), karena hal ini berkaitan untuk dengan kepentingan jumlah
melakukan tera ulang, alat ukur SPBU di wilayah Lamteng. Salah satunya yakni di SPBU Seputihjaya dengan nomor 2434105 milik Hi. Awet Abadi, warga Kota Metro. Kegiatan ini rutin dilakukan tiap tahunnya, kemungkinan untuk mengantisipasi kesalahan
terjadinya
pengukuran dari pihak SPBU tersebut. Kepala UPTD Balai Meteorologi Lampung kepada Trans Lampung (grup Radar Lampung) memang mengatakan rutin kegiatan Hal ini itu
konsumen
memperoleh
volume BBM sesuai dengan yang dibayar. Misalnya membeli premium/ solar 50 liter maka yang keluar dari nozzle dan masuk ke tangki pelanggan adalah sesuai pada takaran 50 liter. Radar Lampung (2011, 8 Juni) Salah satunya seperti yang dilakukan di
dilakukan.
disebut UUML), bahwa setiap alat ukur wajib ditera ulang. Untuk itu, kegiatan
peneraan/peneraan ulang yang dilakukan oleh UPTD Balai metrologi. Didalam hubungan diantara tingkat-tingkat dalam
pemerintahan terdapat hubungan secara vertikal yaitu pengawasan. Pengawasan ini dilaksanakan oleh badan-badan pemerintah yang bertingkat lebih tinggi terhadap badanbadan yang lebih rendah. UPTD Balai Metrologi merupakan badan pemerintahan di bawah Diskoperindag Provinsi Lampung yang bertugas dalam pelayanan terhadap kemetrologian. Oleh karena itu, Instansi Pemerintah yang berperan penting dalam pengawasan terhadap tera/tera ulang UTTP adalah Diskoperindag Provinsi Lampung.
kepentingan umum perlu adanya jaminan dalam kebenaran pengukuran serta adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metoda pengukuran, dan UTTP. Bahwa pengaturan tentang UTTP sebagaimana ditetapkan UUML yang bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada
kepentingan umum dalam hal kebenaran pengukuran. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan Disamping itu tujuannya adalah juga untuk mempermudah pengawasan dan pelaksanaan pengamatan tugas terhadap Latar Belakang yang
dikemukakan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1) Bagaimanakah pelaksanaan
UTTP oleh petugas instansi Pemerintah yang diserahi pembinaan Metrologi Legal, mengingat demikian banyaknya jenis dan bentuk UTTP yang digunakan oleh
masyarakat.
Keadaan
tersebut
menggambarkan betapa pentingnya suatu pengawasan terhadap tera ulang pada UTTP khususnya pada Pompa Ukur BBM secara jelas, tepat dan dapat diketahui oleh seluruh masyarakat. Upaya pengawasan terhadap pompa ukur BBM merupakan tindak lanjut dari
pengawasan
1.3 Kegunaan Penelitian Secara garis besar dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka kegunaan penelitian ini dapat dibagi menjadi : 1) Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian ini
II. METODE PENELITIAN 2.1 Pendekatan Masalah Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu pendekatan normatif yang dilakukan dengan cara menelaah, mengutip dan mempelajari ketentuan atau peraturanperaturan literatur perundang-undangan yang berkaitan dan dengan
diharapkan
dapat
berguna
pelaksanaan pengawasan terhadap tera ulang pompa ukur BBM dan Pendekatan empiris dilakukan dengan cara melakukan penelitian langsung dilapangan,
pelaksanaan pengawasan terhadap tera ulang pompa ukur BBM oleh Diskoperindag Provinsi Lampung dan faktor penghambat yang
dialami
dalam
pelaksanaan 2.2 Sumber dan Jenis Data 1) Data primer adalah data yang penelitiam ini diperoleh peneliti melalui studi lapangan (field research) dengan mengadakan mengajukan wawancara pertanyaan dan kepada
diharapkan dapat menjadi bahan kajian bagi pemerintah, khususnya bagi lembaga Legislatif sebagai bahan masukan untuk suatu
pihak yang terkait. 2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang dianggap menunjang dalam penelitian ini, yang terdiri dari : Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, dalam hal ini yaitu : Undang-undang No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, dan Keputusan Direktur Metrologi Nomor : 1734/PDN-
Undang-Undang
yang berkaitan dengan metrologi legal. Serta dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa pompa ukur BBM yang sesuai volumenya adalah pompa ukur yang bertanda tera.
4.1.1/XII/2002 tentang Pedoman Pengawasan UTTP dan Saruan Sistem Internasional. 3.1 Gambaran Koperasi, Umum Perindustrian Dinas dan
Perdagangan Provinsi Lampung Dasar 2.3 Prosedur Pengumpulan Prosedur pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder penulis menggunakan alat-alat pengumpulan data, yaitu Studi Kepustakaan (library Pembentukkan Diskoperindag
Provinsi Lampung yaitu Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Derah Provinsi Provinsi tugas
Lampung. Lampung
Diskoperindag mempunyai
menyelenggarakan sebagaimana urusan pemerintahan provinsi di bidang koperasi, perindustrian dan perdagangan
berdasarkan asas otonomi yang menjadi 2.4 Prosedur pengolahan data Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya dilakukan pengolahan data sehingga data yang diperoleh dapat kewenangan, tugas dekonsentrasi dan
pembantuan serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan ketentuan yang peraturan berlaku.
deskriptif
dilakukan dengan cara menguraikan datadata yang diperoleh dari hasil penelitian dalam bentuk kalimat-kalimat yang
disusun secara sistematis, sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang masalah yang diteliti.
kelembagaan dan pemberdayaan koerasi di tingkat provinsi. 3) Pengembangan iklim serta kondisi mendorong pertumbuhan koperasi dan dalam
pemasyarakatan
wilayah provinsi. 4) Pemberian perlindungan kabupaten/kota. 5) pembinaan dan pengembangan bimbingan koperasi dan lintas
15) pelaksanaan
pengawasan,
monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan bidang koperasi dan UKM, perindustrian dan
usaha kecil ditingkat provinsi. 6) fasilitas akses penjaminan dalam penyediaan bagi UKM di tingkat Provinsi. 7) pemberian fasilitas usaha industri dalam rangka pengembanga IKM. 8) pemberian perlindungan kepastian berusaha terhadap usaha industri lintas kabupaten/kota. 9) pemberian bantuan teknis dalam pencegahan pencemaran
3.2 Pelaksanaan
Pengawasan
Terhadap Tera Ulang Pompa Ukur BBM Oleh Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung Sebagian tugas-tugas dan fungsi
lingkungan oleh industri lintas kabupaten/kota. 10) penyedian bahan kebijakan dan pelaksanaan pengembangan ekspor. 11) pembinaan, koordinasi dan kegiatan
konsumen dan produsen dengan cara menciptakan jaminan dalam kebenaran pengukuran serta adanya ketertiban dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran UTTP. Dalam
pengawasan perdagangan 12) pembinaan, sosialisasi, informasi dan publikasi dan penyelenggaraan perlindungan provinsi. 13) pembinaan dan pengendalian konsumen tingkat
pengawasan terhadap tera ulang pompa ukur BBM yang merupakan salah satu UTTP yang ikut menunjang dalam dunia perdagangan transaksi penunjang yang digunakan juga dalam sebagai
menentukan
Sunarti
Azis
selaku
Pejabat
PNS
Diskoperindag Provinsi Lampung pada Bidang Perdagangan Dalam Negeri Seksi Tertib Niaga dan perlindungan Konsumen, bahwa pelaksanaan pengawasan terhadap tera ulang pompa ukur BBM yang dilakukan Lampung Diskoperindag adalah suatu Provinsi pengawasan
digunakan, kegiatan ini rutin dilakukan setiap harinya. Agar tetap menjaga takaran dalam penggunaan pompa ukur BBM. Hal ini juga yang dirasakan oleh bapak ahmad selaku pimpinan SPBU No. 24.351.74 di Rajabasa, menurut beliau Diskoperindag Provinsi melakukan Lampung memang hanya rutin saja
terhadap setiap pompa ukur BBM yang bertanda tera atau tidak bertanda tera dan apakah masih berada pada batas toleransi yang diizinkan yang dilakukan oleh
pengawasan
pengawasan tersebut bersifat pengambilan sampel saja. Pengambilan sampel disini berarti bahwa di daerah tersebut telah dilakukan pengawasan. Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas, bahwa pengawasan terhadap tera ulang pompa ukur BBM dapat dilakukan dengan dua cara instansi yang yang dibedakan melakukan
Diskoperindag Provinsi Lampung pada PDN Seksi Tertib Niaga dan Perlindungan Konsumen yang dilakukan rutin setiap satu bulan sekali. Hal ini sesuai dengan Pasal 2 Huruf (a) dan (b) dan Pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 50/M-
DAG/PER/10/2009 tentang Unit Kerja dan Unit Pelaksanaan Teknis Metrologi Legal yang menyatakan bahwa penyuluhan,
berdasarkan
pengawasan yaitu : 1) Pengawasan secara internal, pengawasan ini dilakukan sendiri yaitu pengelola SPBU sendiri pada bagian staf pengawas yang rutin dilakukan setiap harinya sebelum atau sesudah digunakan. 2) Pengawasan secara eksternal,
pengamatan dan pengawasan terhadap UTTP dalam hal ini salah satunya pompa ukur BBM dilakukan oleh kantor dinas provinsi yaitu Diskoperindag Provinsi Lampung. Hasil wawancara tersebut dipertegas oleh Bapak Nurdin selaku Manajer SPBU No. 24.351.77 di Labuhan Ratu menurut beliau pengawasan yang dilakukan oleh
pengawasan yang dilakukan oleh organ atau lembaga-lembaga yang berada di secara luar
Diskoperindag
Provinsi
Lampung yang bekerja sama dengan pihak Kepolisian. Dari jenis-jenis pengawasan diatas, bahwa
Diskoperindag Provinsi Lampung memang rutin dilaksanakan setiap bulan dan juga pihak pengelola dari intern SPBU miliknya
pengawasan
yang
dilakukan
oleh
perlindungan produsen
terhadap
konsumen
dan
Diskoperindag Provinsi Lampung pada Bidang Konsumen PDN dan Seksi Tertib Perlindungan Niaga adalah
dengan
cara
menciptakan
jaminan dalam kebenaran pengukuran serta adanya ketertiban dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran pada pompa ukur BBM serta memberikan pemahaman kepada setiap orang yang berhubungan dengan Pompa ukur BBM ini mengenai apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya didalam menjaga kelancaran dan kontinuitas
Pengawasan bersifat Eksternal. Selain itu pengawasan ini juga dilakukan dengan dua tindakan yaitu : 1) Tindakan preventif, tindakan yang bersifat pencegahan dengan cara melihat tanda tera pada setiap pompa ukur BBM. Hal ini sesuai dengan apa yang diatur dalam UUML yang tercantum di dalam Pasal 25 huruf (a) sampai (c) dan Pasal 26 huruf (a) sampai huruf (c). Ketika Pompa ukur tersebut tidak sesuai dengan pasal-pasal tersebut maka pemilik SPBU tersebut akan 2) dikenakan Tindakan peringatanRepresif, pada
peredaran/pemakaian pompa ukur BBM serta agar dapat tercapai daya guna dan hasil guna sesuai apa yang telah
peringatan. pengawasan
yang
dilakukan
tahapan/prosedur yang harus dilakukan pada pelaksanaan pegawasan terhadap tera ulang pompa ukur BBM yaitu : 1) Persiapan a. Pejabat PNS yang ditunjuk harus menggunakan pakaian seragam Keputusan (berdasarkan Surat Menteri
penunjukkan batas toleransi pada mesin pompa ukur BBM. Batas toleransi yaitu berdasarkan Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 251/MPP/Kep/6/9 batas toleransi terhadap mesin pompa ukur BBM diperbolehkan maksimal 0,5%.. Apabila ditemukan kesalahan penunjukkan pada pompa ukur BBM diatas 0,5 % maka dilakukan peringatan terhadap pengusaha pemilik pompa ukur BBM dan diwajibkan untuk meneraulangkan kembali pompa ukur BBM tersebut. Maksud dan tujuan dilakukannya suatu pengawasan ini adalah untuk memberikan
Perdagangan dan Koperasi No. 75/Kp/III/S2) b. Surat Perintah Tugas c. Peralatan yang akan digunakan dalam pengawasan Peralatan yang digunakan
standar
20
),
cap
segel
diizinkan untuk tera. d. Pejabat PNS dapat melakukan tugasnya antara pukul 06.00 sampai pukul 18.00 waktu
metrologi, dll. d. Surat-surat penyidikan ( surat penyitaan/berita penyitaan, surat acara panggilan,
setempat ditempat-tempat yang tidak boleh dimasuki umum, jika dalam waktu tersbut diatas
label penyegelan). e. UUML dan KUHAP f. Tentukan didasarkan aspek 2) Kegiatan dilapangan a. Petugas mengamati/melihat cap tanda tera yang tertera pada Pompa Ukur BBM atau surat keterangan sebagai pengganti cap tanda tera sah yang berlaku. b. Petugas mengamati/memperhatikan kebenaran penggunaan Pompa Ukur BBM dan atau apakah Pompa Ukur BBM tersebut mempunyai satuan khusus lokasi kepada yang beberapa
bantuan
penyidik
Kepolisian untuk dapat masuk. Untuk menjamin/mengurangi terjadinya pelanggaran terhadap penggunaan tanda tera pada setiap pompa ukur BBM tersebut, maka didalam UUML mengatur tentang larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh setiap orang baik pada produsen terutama maupun pada konsumen produsen namun yang
pihak
semata-mata keuntungan.
hanya
untuk
menambah
selain dari pada yang diatur dalam PP Nomor 10 tahun 1987 tentang Satuan Turunan, Satuan Tambahan dan Satuan lain yang berlaku. c. Petugas mengontrol kebenaran penunjukan Pompa Ukur BBM dengan menggunakan bejana standar yang kemudian batas Jika dalam pelaksanaan penggunaan pompa ukur BBM yang dapat diketahui melalui laporan seseorang atau petugas yang tertangkap tangan atau diketahui oleh Pejabat PNS terjadi suatu pelanggaran. Maka seseorang atau petugas yang
tertangkap tangan atau diketahui oleh Pejabat PNS tersebut mengajukan suatu pengaduan. Setiap pelanggaran yang
dibandingkan
dengan
terjadi pada penggunaan pompa ukur BBM ini adalah merupakan suatu tindak pidana.
Setiap pengaduan dapat diajukan kepada Penyidik PNS metrologi atau penyidik Polri.
Pengaduan ini harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut : 1) Data/identitas diri pengaduan harus lengkap 2) Adanya barang bukti lengkap
3.3 Faktor
Penghambat
dalam
Pelaksanaan
Pengawasan
Terhadap Tera Ulang Pompa Ukur BBM Oleh Diskoperindag Provinsi Lampung Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu
pemakai, penjual dan penyewa harus jelas Setelah diterimanya suatu pengaduan maka dapat dilakukan suatu tindakan yaitu : 1) Tindakan prefentif adalah tindakan pembinaan atau pencegahan berupa penjelasan, dilakukan peringatan oleh yang yang berwajib ukur
Sunarti Azis selaku PNS Diskoperindag Provinsi Lampung bidang PDN seksi tertib niaga dan perlindungan didalam Konsumen melaksanakan Provinsi
bahwasanya pengawasan,
Diskoperindag
Lampung mendapatkan satu kendala yaitu tidak adanya Penyidik PNS Metrologi di dalam Diskoperindag pada Bidang PDN Seksi Tertib Niaga dan perlindungan Konsumen, sehingga pada kendala ini Diskoperindag melibatkan Metrologi Metrologi. Hambatan yang dialami oleh PNS Provinsi pada Lampung UPTD Balai PNS
penanggungjawab
pompa
BBM. Tindakan prefentif ini dapat dilakukan apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut :a. Belum pernah diperingatkan, b. Bukan merupakan pelanggaran
sebagai
Penyidik
yang diadukan oleh konsumen. 2) Tindakan represif adalah tindakan penyidikan yang dilakukan oleh yang berwajib terhadap pompa ukur
Diskoperindag Provinsi Lampung tersebut terjadi sebelum otonomi daeah. Namun setelah adanya otonomi daerah,
penanggungjawab
mendapatkan/menemukan
pelanggaran-
akan
dikenakan
peringatan-
pelanggaran terjadi. Hal ini dikarenakan : 1) Saat ini pemilik SPBU sudah taat akan hukum sehingga mereka rutin melakukan tera ulang seperti apa yang tercantum pada peraturan perundang-undangan. 2) Setiap harinya pemilik SPBU akan mengecek pada pompa ukur BBM miliknya, jika terjadi permasalahan maka pemilik akan melaporkan kepada pejabat yang berwenang. 3) Pemilik SPBU akan mengalami kerugian, ketika takaran lebih atau kurang dari batas toleransi.
peringatan sebagai sanksi. b. Bertindak secara represif adalah pengawasan yang dilakukan
dengan cara pemeriksaan pada mesin pompa ukur BBM dengan menggunakan bejana standard sebagai alat ukur tera terhadap volume BBM yang berukuran 20 . apabila ditemukan
kesalahan penunjukkan pompa ukur BBM diatas 0,5 % maka wajib dilakukan penyidikkan
undangan yang berlaku. Sanski IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan yang diberikan dapat berupa pencabutan izin usaha. 2) Faktor penghambat dalam pembahasan yang telah diuraikan maka dapat diambil suatu kesimpulan, sebagai berikut : 1) Pelaksanaan pengawasan terhadap tera ulang pompa ukur BBM oleh Diskoperindag Provinsi Lampung adalah suatu pengawasan bersifat eksternal yang dilakukan dengan dua cara yaitu : a. Bertindak adalah secara pengawasan preventif yang
melakukan pengawasan yaitu tidak adanya Penyidik PPNS Metrologi di dalam Diskoperindag pada
Bidang PDN Seksi Tertib Niaga dan perlindungan pada Konsumen, kendala ini
sehingga
dilakukan dengan cara melihat tanda tera didalam pompa ukur BBM. Jika terjadi pelanggaran DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Saiful.2004. Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara. Glora Madani Press : Jakarta. Bohari, H. 1992. Pengawasan Keuangan Negara. Rajawali Pers: Jakarta Manullang, M.1995. Dasar-Dasar
dan/atau Ditera Ulang Serta Syaratsyarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya.
Negara. Ghalia Indonesia : Jakarta. Situmorang, Victor M dan Jusuf Juhir. 1998. Aspek Hukum Pengawasan Melekat dalam Lingkungan Aparatur Pemerintahan. Rineka Cipta: Jakarta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan, Dan Pembinaan Teknis Terhadap
Pengamanan Swakarsa
Menteri
Perindustrian
dan
Perdagangan Nomor 61/MPP/Kep/2/l998 Universitas Penulisan Lampung : Bandar Lampung tentang Penyelenggaraan sebagaimana telah Kemetrologian diubah dengan Ilmiah. Universitas
251/MPP/Kep/6/1999
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan untuk Ditera Indonesia Nomor: 50/M-Dag/Per/10/2009 Tentang Unit Kerja dan Unit
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 08/M-Dag/Per/3/2010 Tentang Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP) yang Wajib Ditera dan Ditera Ulang
Keputusan Direktur Metrologi Nomor 1734/PDN-4.1.1/XII/2002 Pedoman Pengawasan UTTP dan Satuan Standar Internasional Tentang
Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja UPTD pada Dinas Daerah Provinsi Lampung