Anda di halaman 1dari 6

A. Judul : EVALUASI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TEKNIK PENGELASAN BERORIENTASI PRODUK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BANTARKALONG B.

Latar Belakang Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupanya. Pendidikan adalah proses pembelajaran yang dilakukan dan diperoleh seluruh manusia sebagai usaha dalam mengembangkan potensi diri. Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS bab I pasal 1 butir kesatu, menyatakan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (2003:3) Pengertian pendidikan diatas menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang berarti pendidikan dilakukan dengan tidak dalam keadaan terpaksa untuk mencapai tujuan yang jelas, sedangkan yang dimaksud dengan terencana adalah bahwa pendidikan itu direncanakan sebelumnya dengan suatu proses perhitungan yang matang dan berbagai sistem pendukung yang telah disiapkan. Undang-undang SISDIKNAS bab IV pasal 15 menyebutkan bahwa jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan khusus. Salah satu institusi pendidikan yang turut berperan dan bertanggung jawab dalam menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang potensial adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tujuan pokok kurikulum SMK (Depdiknas 1999: 2), yaitu: 1. Menyiapkan siswa-siswa untuk memasuki lapangan pekerjaan serta mengembangkan sikap professional. 2. Menyiapkan siswa-siswa agar memiliki karir, mampu berkompetensi dan mampu mengembangkan diri. 3. Menyiapkan tenaga kerja menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industry pada saat ini maupun pada masa yang akan dating. 4. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif dan kreatif. SMK merupakan sebuah lembaga pendidikan menengah yang secara khusus mempersiapkan lulusannya untuk menjadi tenaga kerja yang terampil dan terlatih serta mampu beradaptasi dengan lingkungan. SMK juga diharapkan mampu mengembangkan diri dalam BERBASIS PROYEK PADA SMK NEGERI

rangka memenuhi dunia kerja di berbagai sektor. Lulusan-lulusan SMK harus dapat menciptakan lapangan pekerjaan diberbagai sektor melalui keterampilan yang mereka dapatkan di sekolah. Berbanding terbalik dengan tujuan pendidikan yang telah diuraikan diatas, dunia pendidikan di Indonesia tidak lepas dari berbagai masalah, dimulai dari prestasi-prestasi anak didik di tingkat nasional maupun international hingga rendahnya kualitas pendidikan di daerah terpencil. Sarana dan prasarana serta kualitas pengajar menjadi salah satu faktor penyebab pendidikan di daerah terpencil terkesan tertinggal. Pemerataan pendidikan di Indonesia hanya terpusat di daerah perkotaan sedangkan di daerah terpencil kurang diperhatikan. Tak jarang kurangnya perhatian pemerintah itu mengesankan bahwa pemerataan pendidikan di Indonesia belum benar-benar adil seperti yang tercantum dalam UUD 1945. Pendidikan dan sarana belajar yang layak merupakan fasilitas yang seharusnya didapatkan setiap individu sebagai sesama warga negara Indonesia. Namun pemerataan yang kurang baik menjadi persoalan besar di negeri ini khususnya di daerah terpencil yang letaknya jauh dari pusat kota. Permasalahan ini mengakibatkan para lulusan SMK di daerah terpencil kurang memiliki keterampilan yang baik seperti yang diharapkan pada tujuan pendidikan sekolah menengah kejuruan. Kurangnya keterampilan para lulusan SMK di daerah terpencil, mengakibatkan sulitnya bersaing di dunia kerja, sehingga hal ini dapat memperbesar angka pengangguran. SMK Negeri Bantarkalong yang berlokasi di Jl. Pemuda 2 Hegarwangi Kecamatan Bantarkalong Kab. Tasikmalaya, merupakan salah satu SMK Negeri yang letaknya jauh dari pusat kota. Hasil wawancara dengan kepala sekolah SMK Negeri Bantarkalong menyatakan bahwa, 40% dari lulusan SMK Negeri Bantarkalong belum mendapatkan pekerjaan. Pendapat kepala sekolah SMK Negeri Bantarkalong tersebut diperkuat dengan hasil survei dari Badan Pusat Penelitian Statistik yang menyatakan bahwa dari jumlah total pengangguran di Indonesia sebesar 7,4 juta orang, ada sekitar 814 ribu orang atau 11,19% merupakan pengangguran dari lulusan SMK. Hasil survei Badan Pusat Penelitian Statistik tersebut menyatakan bahwa lulusan SMK merupakan penyumbang terbesar pengangguran di Indonesia. Usaha untuk mengatasi keterbatasannya pendidikan siswa di SMK Negeri Bantarkalong ini, peneliti merasa tertarik ingin memberikan kontribusi keterampilan agar siswa memiliki keterampilan yang kelak bisa mereka gunakan untuk dijadikan mata pencaharian mereka setelah lulus. Gordon (1994 : 55) mengungkapkan bahwa keterampilan adalah kemampuan untuk

mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat, sedangkan menurut Nadler (1986 : 73) keterampilan adalah kegiatan yang memerlukan praktek atau dapat diartikan sebagai implikasi dan aktivitas. Keterampilan atau kemampuan tersebut pada dasarnya akan lebih baik bila terus diasah dan dilatih untuk menaikkan kemampuan sehingga akan menjadi ahli atau menguasai dari salah satu bidang keterampilan yang ada. Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan dapat dilatih sehingga mampu melakukan sesuatu, tanpa adanya praktek dan latihan, tidak akan bisa menghasilkan sebuah keterampilan yang khusus atau terampil karena keterampilan bukanlah bakat yang biasa saja didapatkan tanpa melalui proses belajar yang intensif dan merupakan kelebihan yang sudah diberikan semenjak lahir. Artinya untuk menjadi seorang yang terampil serta memiliki keahlian khusus pada bidang tertentu haruslah melalui latihan dan belajar dengan tekun supaya dapat menguasai bidang tersebut dan dapat memahami, mengoperasikan serta mengaplikasikannya. Salah satu keterampilan yang di dapat siswa SMK Negeri Bantarkalong selama di sekolah adalah keterampilan teknik pengelasan berorientasi produk. Program keterampilan tersebut bertujuan untuk menciptakan lulusan SMK Negeri Bantarkalong yang siap bekerja di dunia kerja. Permasalahannya adalah kurangnya interaktif transformasi pengetuan dan keterampilan yang diberikan para guru bagi para siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan tersebut menjadi sebuah produk yang berguna bagi masyarakat. Guru tidak memberikan model pembelajaran yang menekankan siswa untuk membuat hasil kreasi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, sehingga menghasilkan sesuatu yang dapat dijual. Pendidikan kejuruan hendaknya tidak hanya memberikan teori-teori yang cukup, perlu juga memberikan contoh-contoh pemecahan proyek-proyek nyata dengan memanfaatkan strategi belajar yang mendukung pendidikan bidang keteknikan. (Purnawan, 2007). Abad pengetahuan saat ini, menginginkan paradigma belajar yang berorientasi pada proyek, masalah, penyelidikan (inquiry), penemuan dan penciptaan (Wilson, 1996; Ardhana, 2000). Strategi pembelajaran yang dapat diberikan kepada para peserta didik agar memiliki kreativitas berfikir, pemecahan masalah, dan interaksi serta membantu dalam penyelidikan yang mengarah pada penyelesaian masalah-masalah nyata adalah project-based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis proyek (Thomas, 1999; Esche, 2002; The George Lucas Educational Foundation, 2005; Turgut, 2008). Project-based learning dapat menstimulasi motivasi, proses,

dan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa dengan menggunakan masalah-masalah yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu pada situasi nyata. Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Fokus pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin studi yang melibatkan peserta didik dalam menginvestigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan siswa untuk bekerja secara otonom membangun pengetahuan mereka sendiri dan menghasilkan produk nyata (Kasmadi, 2008:6). Pembelajaran basis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermanfaat bagi peserta didik (Santyasa, 2006: 12). Model pembelajaran berbasis proyek membuat siswa terdorong lebih aktif dalam belajar. Guru hanya sebagai fasilitator dan mengevaluasi produk hasil kerja peserta didik yang ditampilkan dalam hasil proyek yang dikerjakan. Penggunaan model pembelajaran berbasis proyek disertai pemberian keterampilan tersebut diharapkan dapat memberikan pengaruh yang lebih baik bagi para lulusan SMK Negeri Bantarkalong demi mempersiapkan setiap individunya untuk terjun di dunia kerja yang mandiri. Uraian latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Evaluasi Implementasi Pembelajaran Keterampilan Teknik Pengelasan Berorientasi Produk Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Pada SMK Negeri Bantarkalong

C. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah merupakan hal penting, agar permasalahan menjadi jelas dan terarah. Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sejauh mana sekolah mengoptimalkan pembelajaran bagi siswa di sekolah. 2. Apakah penerapan model pembelajaran berbasis proyek dapat membekali siswa di SMK Negeri Bantarkalong agar memiliki keterampilan dalam bidang otomotif terutama pada teknik pengelasan yang berorientasi produk. 3. Seberapa besar hasil dari pembekalan materi teknik pengelasan berorientasi produk bagi siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek pada hasil keterampilan siswa.

D. Rumusan Masalah Masalah penelitian perlu dirumuskan untuk memperjelas permasalahan yang akan diteliti. Penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Seberapa besar hasil dari pembekalan materi teknik pengelasan berbasis produk bagi siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek pada keterampilan siswa di SMK Negeri Bantarkalong. E. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran keterampilan teknik pengelasan berorientasi produk pada siswa adalah model pembelajaran berbasis proyek. 2. Objek keterampilan hanya difokuskan pada pembelajaran keterampilan Teknik Pengelasan berorientasi produk membuat dudukan pot tanaman hidroponik. F. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang dianjurkan. Penulis merumuskan tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui gambaran umum dari implementasi model pembelajaran berbasis proyek pada keterampilan Teknik Pengelasan berbasis produk siswa SMK Negeri Bantarkalong. 2. Untuk mengetahui perkembangan keterampilan siswa dalam pembelajaran keterampilan Teknik Pengelasan berorientasi produk membuat dudukan pot tanaman hidroponik dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek. G. Definisi Operasional 1. Keterampilan merupakan kemampuan khusus untuk memanipulasikan (memanfaatkan) alat, ide, serta keinginan dalam melakukan sesuatu kegiatan yang berguna bagi dirinya sendiri dan orang banyak (masyarakat)." (Depdiknas:2003) 2. Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Fokus pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin studi yang melibatkan peserta didik dalam menginvestigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan peserta didik untuk bekerja secara otonom membangun pengetahuan mereka sendiri dan menghasilkan produk nyata (Kasmadi, 2008:6).

H. Metode Penelitian Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya metode yang tepat guna untuk mempermudah dalam memperoleh pemecahan masalah yang sedang diteliti, sehingga tercapai tujuan tertentu yang dikehendaki oleh peneliti. Sehubungan dengan itu didalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif analisis karena dalam penelitian ini peneliti memusatkan pada penerapan masalah yang aktual pada saat sekarang dan data-data yang disimpulkan, disusun, dijelaskan, dan dianalisis kemudian data yang diperoleh selanjutnya diolah berdasarkan pendekatan kualitatif. I. Subjek Penelitian Jumlah siswa kelas XI TKR 2 SMK Negeri Bantarkalong adalah 32 siswa yakni 28 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Dalam penelitian peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu penelit memilih sumber data berdasarkan pada aspek fokus dan situasi yang terjadi sesuai dengan tujuan fokus itu, melalui pertimbangan ketrbatasan waktu, tenaga, dan biaya (Arikunto, 2002:108). J. Asumsi Menurut Surachmad dalam Suharsimi (2002) anggapan dasar adalah Sebuah ti tik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik. Hal serupa dingkapkan oleh Subiono (1988:6) bahwa, Anggapan dasar ini merupakan sebuah kebenaran yang tidak memerlukan pengujian lagi, sekurang-kurangnya bagi si peneliti itu. Dalam penelitian ini penelitian menetapkan anggapan dasar untuk mempermudah dan sebagai pijakan penelitian, maka peneliti menetapkan asumsi bahwa siswa dapat lebih terampil dan memiliki keahlian khusu dibidang otomotif terutama pada teknik kompetensi las dengan menggunakan penerapan metode pembelajaran berbasis proyek.

Anda mungkin juga menyukai