Anda di halaman 1dari 8

Tidak ke China Amerika pun jadi

(karya : Rabieta Akmaliazul kahq)


Namaku Mutiara Azahra biasa dipanggil Zahra, walaupun namaku sudah menjamah diberbagai kalangan . Namun tekad dan semangat kulah yang membedakan aku dengan Zahra Zahra lainnya. Aku memang bukan orang kaya, tapi aku adalah salah satu orang yang beruntung. Aku bersekolah di SMAN Tunas Bangsa semester 6. Sekolahku merupakan salah satu yang terfavorit di kotaku. Siang itu, jarum jam menunjukan tepat pukul 12.45 WIB. Raja siang tak hentihentinya memancarkan panasnya, begitupula siswa siswia SMAN Tunas Bangsa yang begitu antusias mengikuti tambahan pelajaran untuk mempersiapkan Ujian Nasional. Kesibukan juga ditunjukan dari raut wajah yang begitu semangat dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. Berbeda pada waktu kelas 10 dan 11 tidak seserius sekarang ini. Namun, waktulah yang membuat aku dan teman teman menjadi pribadi yang dewasa dan berkarakter. Diantara teman temanku, mungkin aku adalah salah satu siswa yang belum siap dalam mengikuti Ujian Nasional. Entah karena apa, atau mungkin karena hasil dari try out awal sampai akhir nilainilainya tidak menunjukan perkembangan yang significant. Bahkan nilainilaiku tidak pernah masuk peringkat 10 besar. Dering bel sekolah disertai suara keras dari sahabatku bernama Lisa seketika membuyarkan lamunana ku. Zahra ayo pulang,ajak Lisa. Sebelum aku meresponnya, Lisa sudah terburuburu, bergegas keluar kelas. Seperti biasa Lisa selalu dijemput oleh orang tuanya, karena Lisa anak satu-satunya di keluarganya. Setelah beberapa menit dari kepergian Lisa, Aku bergegas keluar dari lingkungan sekolah dan langsung menuju ke sebuah bangku yang terbuat dari kayu dengan atapnya yang terbuat dari seng. Atap seperti payung membuat panas dan sinar matahari sedikit terhalang. Setiap sepulang sekoalah bangku di depan sekolah selalu dipenuhi oleh siswa-siswi yang biasanya digunakan untuk menunggu angkutan atau kendaraan umum. Satu per-satu dari teman-temanku yang duduk bersamaku mulai berkurang sehingga bangku yang tadinya begitu sesak sekarang menjadi lebih lega. Beberapa menit kemudian, Akhirnya anggkutan yang sedari tadi aku tunggu-tunggu muncul dengan laju yang pelan. Setiap pulang sekolah aku selalu naik bajaj. Menurutku bajaj merupakan satu-satunya angkutan umum yang paling nyaman dan menjadikan hiburan tersendiri bagiku. Apalagi aku sudah mengenal supir yang mengendarai bajaj. Namanya Pak Maman. Aku adalah salah satu pelanggan Pak Maman. Seketika aku langsung beranjak dari tempat di mana aku duduk dan meghampiri bajaj yang terliahat sudah tua dimakan oleh zaman yang semakin mengalami perkembangan yang pesat. Mesin bajaj itu terasa masih panas karena seharian digunakan untuk mengaisi rezeki. Dengan sedikit tarikan pintu bajaj dapat dibuka dengan mudahnya, kemudian aku segera masuk ke bajaj dan mengatur posisiku agar dapat duduk dengan nyaman. Setelah mengetahui aku telah masuk ke dalam bajaj, segera Pak Maman menginjak pedal gas yang berada di bawah antara kedua kakinya. Kendaraaan berjalan dengan kecepatan penuh, Walau secepat apapun bajaj berjalan tak akan mengalahkan kendaraan lain. Pak Maman berusaha berkonsenterasi untuk menjaga keseimbangan pada kendaraannya. Mendekati warung, Pak Maman memperlambat laju bajaj dan berhenti tepat berada di depan warung. Pak Maman keluar dari bajaj dengan hentakan pintu yang lumayan keras. Sepert i biasa Pak Maman selalu berhenti sejenak untuk menikmati gorengan dan secangkir teh hangat

untuk mengembalikan staminanya.Tiba-tiba dari arah samping warung terdengar suara yang mengejutkan. Zahra...Zahra...seru seorang laki-lakiyang bernama Ricky. Ricky adalah salah satu siswa di sekolahku yang memiliki prestasi yangbanggakan. Terlihat dari kacamata yang selalu bertengger di hidung mancungnya. Ricky selalu membuat bangga sekolah akan prestasinya, bahkanRicky mendapatkan beasiswa anak berprestasi .Dia adalah anak kepala desa di daerahku. Ada apa ricky...?jawabku dengan respon singkat. Seketika Aku langsung menoleh kearah Ricky dimana Ia berdiri. Aku memandangnya lewat jendela bajaj yang tidak terpasang kaca, sehingga asap knalpot tidak dapat terhalang masuk ke dalam bajaj. Zahra nanti sore kamu datang ke sanggar...?tanya Ricky sambil mendekat ke bajaj yang kutumpangi. Ya Rick...jawabku dengan sedikit tersenyum. Zahra ini ada hadiah dari seseorang yang menitipkannya kepada ku,terangRicky sambil memberikan kotak yang diatasnya tertempel pita berwarna merah. Ini buat Aku? Sebenarnya dari siapa sih?tanyaku yang semakin penasaran. Sebelum Ricky menjawab ,seketika aku kaget. Tiba-tiba terdengar suara hentakan pintu yang mengagetkan aku. Ternyata itu Pak Maman yang sudah kembali dari warung, kini staminanya sudah terisi kembali. Aku melambaikan tangan namun sedikit rendah. Aku pulang dulu ya Rick..,ujarku dengan gerakan mulut tanpa suara. Seketiak Ricky tersenyum sambil menganggukkan kepala. Bajaj kembali melaju dengan kecepatan maksimal. Selama perjalan Aku terus memeikirkan kejadian di warung tadi. Sampai-sampai asap knalpot yang sedari tadi bergelut dengan udara panas siang itu tidak ku hiraukan. Aku terus terbayang bayang tingkah Ricky sambil tersenyum sendiri.Diperjalanan Bajaj berhenti di perempatan jalan. Karena lampu lalulintas menujukan warna merah. Sambil menunggu lampu di perempatan jalan berwarna hijau, Aku sembari memlihat-lihat keadaan dan suasana di sepanjang trotorar. Di sana terlihat banyak pemuda yang berseragam sepertiku tengah menunggu angkutan umum. Lampu yang tadinya berwarna merah kini berubah menjadi hijau dan Pak Maman memginjak pedal gas . Belum lama bajaj berjalan, kini terhenti oleh segerombolan pemuda yang tengah trek-trekan di jalan raya. Membuat jalan raya yang tadinya lancar menjadi macet disebabkan oleh ulah pemuda yang tidak bertanggung jawab. Beberapa menit kemudian polisi yang datang mengendarai mobil patroli segera mengamankan dan menertibkan para pemuda itu. Akhirnya kemacetan dapat diatasi dan kini jalan raya terhindar dari kemacetan. Dengan segera Pak Maman melanjutkan perjalanan. Aku sempat berpikir apa tidak ada kerjaan selain trek-trekan di jalan misalnya membantua orangtua. Seketika aku terkejut oleh suara Pak Maman yang berusaha untuk menyadarkan Aku dari monolog ku didalam hati. Neng Zahra sudah sampai ...,ujar Pak Maman yang berbalik dari kemudinya. Ya ... Pak ...terimakasi,jawabku sambil mengulukan ongkos naik bajaj. Segera aku turun dari bajaj dan dengan senyuman Aku berterima kasih kepada Pak Maman. Pak Maman membalas senyuman ku dengan mengklakson. Dan pelahan-lahan meninggalkan posisi aku berdiri. Sebelum aku berbalik dari jalan raya, Aku masih memperhatikan bajaj yang terlihat dari belakang seperti orang merokok dengan asap yang membumbung tinggi keudara. Aku melangkahkan kaki menuju rumah. Di setiap rumah yang ku lewati terlihat masih adanya ketongan yang dulu banyak dimanfaatkan penduduk untuk berkomunikasi, yang artinya masyarakat di desaku

masih memegang teguh nilai-nilai budaya tanpa terpengaruh oleh moderenitas di era sekarang ini. Setelah berjalan cukup lama, akhirnya sampai di rumahku dengan cat orange dengan garis merah horisontal yang melekat di permukan cat orange. Assalamuallaikum Bu...,kata ku saat memasuki rumah Wallaikum salam...baru pulang za...?,sahut ibu dengan nada suara lembut yang sedari tadi terlihat sibuk mempersiapkan makan siang didapur. Zahra makan dulu ....,ajak ibu sambil mematikan kompordigunakan memasak makanan. Nanti dulu ya Bu...,jawabku sambil masuk dan menutup pintu kamarku. Segera aku merebahkan badanku diatas kasur yang empuk dan nyaman. Dan meletakkan sebuah kota hadiah dari orang yang sering ku panggil Si misterius . Hampir setiap hari seorang misterius itu memberikankan ku kado dengan cara yang romantis. Dan didalamnya hanya berisi kertas kosong tanpa dicantumkan nama pengirimnya dan tidak ada kata-kata yang tertulis di dalamnya. Di dalam kamarku bisa dibilang banyak ornamaen-ornamen lucu dan unik. Sedangkan di atas meja belajarku banyak brosur-brosur perguruan tinggi yang tertumpuk rapi. Di antara tumpukan brosur-brosur ada salah satu brosur perguruan tinggi yang sangat Aku minati, yaitu brosur Perguruan Tinggi jurusan Kedokteran di China. Awan yang tadinya berwana biru dengan matahari yang tak henti-hentinya memancarkan sinar dan cahaya, kini berubah jingga dengan matahari yang terlihat sayup-sayup dimata. Dengan segera Aku mandi dan berangkatke sanggar tanpa menyantap makanan yang dari tadi telah dipersiapkan ibu siang tadi. Dengan perut kosong aku mengayuh sepeda ontelku pemberian Ayahku yang kini merantau ke Jakarta. Walaupun sepeda yang kunaiki warnanya telah pudar tak seperti awal membelinya, Aku tetap semangat dan mantap mengayuh sepeda menuju sanggar yang letaknya tidak jauh dari rumahku. Beberapa menit kemudian, akhirnya aku sampai di sanggar. Di sana terlihat banyak siswasiswi mulai dari Tk sampai SMA mengikuti pembelajaran di sanggar. Sanggar ini dibentuk oleh Pak kepala desa yang dijadikan sebagai wadah pembelajaran dan pengembangan kreativitas yang dimiliki siswa-siswi di desaku. Sehingga para pemudanya dapat berkarya dan berprestasi diluar akademik. Sesampainya di sanggar Aku langsung Memakirkan sepeda ontelku di depan serambi sanggar. Dan Aku segera masuk keruang pembelajaran. Di dalam sanggar, materi pembelajaraan dibagi menjadi beberapa bidang mulai dari bidang kesenian, budaya, agama, keterampilan hingga sosial. Aku mengikuti pembelajaran dibidang sosial. Kecintaanku dibidang sosial merupakan awal dari anggan-angganku menjadi seorang perawat. Di sana aku dibimbing untuk dapat bersosialisasi di dalam masyarakat dan tidak memikirkan diri sendiri. Tak lama kemudian pembelajaran di ruanganku telah usai. Akhirnya Aku dapat pulang lebih awal dari biasanya,gumamku didalam hati sambil ku ekspesikan dengan raut wajah yang gembira. Saat Aku berjalan di balkon sanggar terdengar suara merdu yang berasal dari ruangan paling ujung . Segera ku langkahkankaki dan mendatangi dimana arah suara itu terdengar. Terlihat sesosok pria dengan memakai pecis dengan dipadukan baju koko coklat yang tengah membimbing anak-anak untuk belajar membaca Al-Quran. Ternyata itu Ricky. Ricky memang anak yang bisa dibilang agamis jika dibandingkan dengan Aku. Jika dilihat Ricky memang laki-laki yang tampan apalagi ditampah dengan lesung pipi yang terletak di pipi kanannya menambah ketampanannya. Zahra... kemari ,kenapa kamu berdiri di depan pintu ayo duduk besama aku disini?, ajak Ricky sambil mempersilakan Aku masuk keruangan dimana Dia mengajar.

Ekspresiku kemudian berubah yang tadinya biasa saja berubah menjadi malu dan kaget.Entah kenapa Aku serba salah tingkah. Kamu sejak kapan mengajar anak-anak membaca Al-Quran?,tanyaku dengan suara sediki canggung. Sejak dulu ...,jawab ricky singkaa Setelah mendengar jawaban ricky aku sedikit kaget. Atau mungkin karena aku yang tidak memperhatikan Dia yang sejak lama sudah ikut serta didalam sanggar. Seketika aku langsung menghentikan pembicaraanku dengan Ricky. Rick...Aku pulang dulu ya...,kataku sebelum Aku bergegas keluar dari sanggar. Baru saja Aku melangkah, Ricky seketika menghentikan langkahku. Za..ini kado untukmu.., kata Ricky sambil mengulurkan kado entah dari siapa. Kado yang diberikan warna dan tipenya sama. Ini untukku lagi rick?,tanyaku dengan ekspresi tidak percaya. iya ini untukmu.tapi ini bukan dari Aku lho,jelas Ricky. Dengan segera Aku menerima dan mengucapkan terima kasih. Terima kasih ya,kata ku sambil berjalan keluar. Ya hati-hati ya....,ujar Ricky dengan kata singkat. Segera Aku meninggalkan Ricky dan pulang kerumah.Sepulang ku dari sanggar Aku langsung masuk ke dalam rumah tanpa mengetok pintu karena terlihat ibu berada di ruang tamu. Seketika Aku duduk disamping ibu. ibu ada apa kok raut wajah ibu sedih begitu?ada masalah apa bu..?,tanyaku yang semakin mendesak ibu untuk menjawab pertanyaanku. Maafkan ibu ya Za...?,jawab ibu dengan lembut. Maaf untuk apa bu..?,tanya ku balik. Kamu jangan pernah marah dan kecewa karena terlahir di keluarga ini,kata ibu dengan menitihkan air matanya. Untuk apa Aku kecewa ....?,jawabku dengan ikut meneteskan air mata. Maafkan ibu yang tidak bisa memenuhi segala keinginanmu untuk melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi di China,terang ibu. Seketiaka aku memeluk ibu dengan perasaan campur aduk antara sedih melihat ibu dan sedih karena tidak bisa mewujudkan cita-citaku untuk sekolah ke China. Aku berusaha menenangkan ibu, walau sebenarnya aku putus asa dengan segala keadaanku.Dengan segera aku melepaskan pelukan ibu dan masuk ke kamar dan merenungkan semua perkataan ibu.Sejak itu semangat untuk belajar tidak ada, sampai-sampai tekad dan semangat yang dulu membara-bara kini sudah habis, seperti ditiup angin dengan mudahnya. ~000~ Di pagi hari matahari belum menampakan diri. Embun-embun pun masih banyak keluar dari stomata daun. Seperti biasa aku memulai pagi ku dengan membantu orang tuaku. Ketika aku membantu ibuku, Aku berusaha menyembunyikan kesedihan ku didepan ibu. Aku berangat sekolah bersama teman-temanku. Sesampainya di sekolah, sudah banyak teman-temanku yang sedari tadi sudah siap untuk dibimbing dalam belajar untuk mempersiapkan Ujian Nasional. Beberapa menit kemudian bel berbunyi yang artinya pelajaraan akan segera dimulai. Tak seperti biasanya,setelah bel masuk aku selalu siap dengan materi yang akan dipelajari. Namun sekarang berubah 180 derajat menjadi tidak semangat lagi, bahkan materi apa yang akan dipelajari

pun aku tidak tahu.Ricky yang duduk disamping aku berusaha untuk menyadarkan ku dari lamunan dipagi hari. Zahra kamu kenapa?dari tadi Aku perhatiakan kamu selau murung dan sedih sampaisampai kamu tidak konseterasai dengan pelajaran..?,tanya Ricky dengan suara lirih takut akan mengganggu teman lain yang tengah berkosenterasi penuh. Nggak ada apa-apa kok Rick...,jawabku dengan nada lirih mengikuti suara Ricky. Percayalah kalau kamu ada masalah jangan pernah kamu merasa sendiri, tapi percayalah Tuhan pasti akan menyertaimu,jelas Ricky dengan suara lebih keras dari sebelumnya. Akhinya aku mau berbagi cerita dengan Ricky. Lonceng berbunyi tanda waktu belajar telah usai. Kali ini Aku mendapatka tumpangan gratis dari Ricky. Sepulang sekolah Ricky selalu di jemput oleh ayahnya. Terkadang dia jalan kaki menuju rumahnya berhubung rumahnya tidak jauh dari sekolah. Kesederhanaan dan keteladanaan Ricky, membuat banyak teman perempuanku suka pada Ricky. Walau sebenarnya aku sedikit cangguang bila menumpang mobil Ricky sampai ke rumah, tapi mau apalagi jika yang mengajak aku ricky sendiri.

~000~ Hari demi hari, waktu demi waktu semakin mendekati Ujian Nasional. Sementara aku selalu berkutat dengan rasa sedih dan bimbang. Setiap kali aku ingin belajar, semangatku buyar setiap kali aku terbayang dalam benakku kata-kata ibu yang membuat aku sedikit kecewa. Kali ini ibu berusaha menghampiri dan menguatkanku. Zhara kamu kenapa bersedih?Apa karena perkataan ibu kemarin?,tanya ibu dengan pelanpelan. Aku terdiam tanpa berkata-kata. Zahra, percayalah pada mu bahwa kamu bisa dalam segala keadaaanmu ,ujar ibu menguatkan ku. Aku masih terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata pundari mulutku. Percayalah Tuhan tidak tidur, ibu yakin kamu bisa dengan segala kekuranganmu,kata ibu dengan ekspresi sedih melihat Aku sedih. Seketika mendengar perkataan ibu. Aku terperanjak dan bangkit dari segala kesedihan dan kemalasan yang melekat padaku. Terima kasih Bu telah menjadi seorang ibu yang sangat bijaksana,kataku sambil memeluk ibu. Sejak itulah semangat dan tekad ku mulai kembali lagi. Hari ini adalah waktu Ujian Nasional. Aku awali dengan doa dan senyuman kepada orangorang yang telah menguatka A ku. Selama Ujian berlangsung yang kufikirkan hanya Tuhan dan ibu. Aku ingin meyakinkan pada ibu bahwa Aku bisa. Dan Aku ingin semua dunia tahu bahwa Aku ini patut dibanggakan oleh siapa pun. Selama mengerjakan soal Ujian Nasional Aku terus mengolah pikiran dan akal ku untuk dapat memahami soal demi soal. ~000~

Berhari-hari aku menunggu pengumumana UN. Sampai sekarang Aku belum memikirkan kemana aku akan melanjutka sekolah. Semua aku serahkan kepada takdir yang telah tercatat. Akhirnya tibalah hari dimana hasil UN diumumkan. Dengan memakai kebaya dengan polesan tipis ditambah lipstik yang terlihat samar-samar sehingga menambah kepercayaan diriku. Aku berangkat dengan sosok yang ingin aku banggakan yaitu ibuku. Sesampainya di Sekolah aku langsung duduk di sebuah ruangan yang menjadi saksi hasil UN. Didalam Aula, aku selalu berdoa agar mendapatkan hasil yang terbaik. Pada waktu diumumkan hasil UN, Aku sempat tak percaya bahwa akulah yang menjadi juaranya apalagi ditambah dengan beasiswa ke Perguruan Tinggi kedokteran di Amerika. Dengan perasaan bangga aku naik keatas panggung dengan disertai derai air mata disambut pelukan hangat ibuku, selamat anakku kamu berhasil mewujudkan cita-citamu, bisik ibu dengan nada bahagia. ~000~

Sesampainya di rumah aku langsung merapikan barang-barang yang nantinya akan ku bawa ke Amerika. Dengan sibuknya aku, sampai-sampai aku tidak memperhatikan raut wajah ibu yang sedih. Seketika aku tersadar dari kesibukan yang kubuat sendiri, kemudian aku menghampiri ibu. Ibu kenapa kok raut ibu sedih seperti itu?,tanyaku dengan suara lembut. Zahra ibu sedih melihat mu akan pergi. Bukan karena ibu tidak bangga dan senang atas keberhasilanmu , tapi ibu takut kesepian jika kamu pergi,tutur ibu dengan sedih. Lho ..ibu kan pernah berkata , kita hidup tak pernah sendiri,kata ku menenangkan perasan ibu. Tiba-tiba Aku dan ibu terkejut oleh seruan seorang anak laki-laki dari balik pintu rumahku yang masi h tertutup rapat.Aku beranjak dari tempat duduk dan membukakkan pintu.Ternyata itu adalah Ricky dengan membawa sebuah kotak berpita merah. Rick ini untuk ku lagi, tanyaku sebelum Ricky menjelaskan . Sebenarnya kado itu dari aku sendiri, bukan dari orang lain,kata Ricky dengan wajag tegang. Maksud kamu apa? Berarti selama ini.,ujar ku kemudian Ricky menghentikan aku untuk berbicara. Maaf ya selama ini aku berbohong sama kamu atas perasaanku selama ini kepada mu, jelas Ricky sedikit gugup. Sori.ya Rickbukannya aku menolak tapi saat ini belum tepat kalau kita bicara tentang itu.Aku masih mau mengejar mimpi dan prestasi bukan untuk pacaran,kata ku. Za. Aku tau kalau kamu akan berbicara seperti itu. Tapi aku akan selalu menunggu kamu sampai menurutmu cocok waktunya. Segera Ricky bergegas pulang. ~000~ Hari ini aku akan berangat ke Amerika, dengan menenteng tas yang isinya baju dan perlengkapan lain turut melengkapi kepergian ku ke negeri orang. Bu Aku berangkat dulu ya Assallamuallaikum..,kata ku sambilberpamitan dan mengecup tangan ibu.

Walau sebenarnya aku sedih melihat ibu, Tapi aku bertekat. Sepulang dari Amerika, Aku berjanji akan membawa segudang prestasi yang membanggakan dan membuktikan kepada semua orang bahwa aku bisa. Boleh seseorang miskin harta tapi tidak miskin prestasi dan agama.

~Sekian terima kasih~

Biografi
(Rabieta Akmaliazul Khaq) Perempuan berzodiak aquarius kelahiran 31 januari 1998. Merupakan salah satu pecinta warna putih dan makanan pedas. Memiliki selera musik yang aneh. Menyukai permainan yang menantang. Suka bersembunyi di balik keramaian. Senang menonton film yang berbau horor, apalagi didampingi dengan cemilan pedas menambah keseruan. Bercitacita ingin menjadi seorang perawat dengan berbagai prestasi dan beasiswa. Cerpen ini ditulis dengan memiliki tujuan yang sederhana: 1. Sesuatu yang diyakini di dalam hati pasti akan terwujud. 2. Sesuatu yang dilakukan dari yang sederhana namun dengan sungguh akan menghasilkan sesuatu yang hebat. 3. Sesuatu yang diawali dari sebuah doa dan harapan akan membuahkan hasil yang diinginkan. 4. Sesuatu yang didasarkan pada kecintaan kita pada Sang Pencipta, pasti dalam melewati segala rintangandan keadaan apapun Tuhan akan selalu mengiringi disetiap langkah kita. 5. Sesuatu yang kita harapkan namun tidak terwujud bukan berarti Tuhan tidak mendengar segala permintaan kita, namun disisi lain Tuhan telah merancang takdir yang indah.
6. Sesuatu cita-cita akan terwujud sesuai apa yang telah kita lakukan untuk mencapinya. Tuhan Akan menilai setiap kerja keras kita.

Anda mungkin juga menyukai