Anda di halaman 1dari 6

Pendahuluan

Manajemen kantor hukum sebenarnya bukan hanya bertujuan melanggengkan usaha. Ia juga bertujuan untuk memastikan tersedianya pelayanan jasa profesional hukum yang andal (hal. 4). Pengelolaan memang sangat tergantung pada tipologi kantor hukum. Kalau bentuknya praktisi tunggal (sole practitioner), tentu saja relatif gampang karena organisasi yang harus dikelola begitu ramping. Beda halnya kalau firma hukum sudah berukuran menengah hingga kantor besar dengan jumlah advokat di atas 75 orang. Pengelolaan firma hukum besar dengan sistem partnership terbuka tentu membutuhkan manajemen yang lebih rumit. Misalnya, bagaimana mengatur modal, sumber daya manusia, kepengurusan, kompensasi atas pekerjaan dan pembagian fee, hingga hal-hal detail seperti jam kantor dan hubungan dengan klien. Persiapan yang matang, termasuk mengatur detail hal-hal kecil, turut menentukan kelanggengan suatu firma hukum. Karena itu, pendiri atau partner lawfirm perlu menguasai ilmu manajemen. Di Amerika Serikat, sudah biasa sebuah kantor hukum berusia lebih dari satu abad meskipun para pendiri dan partners-nya sudah gonta ganti. Sebaliknya, di Indonesia masih jarang ditemukan kantor advokat yang bertahan dalam waktu yang lama. Bisa jadi penyebabnya karena firma hukum tersebut tidak dikelola dengan baik. Pentingnya tata kelola sekutu menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan dalam memngelola sebuah kantor hukum. Dalam konteks ini, pengelola firma hukum jangan melupakan persoalan modal, sumber daya manusia, dan tentu saja pajak. Tetapi jangan pula melupakan tujuan pendirian firma tersebut. Pada dasarnya seluruh awak firma harus memahami tujuan yang hendak dicapai. Tentu saja, pengendalian mutu layanan jasa hukum mutlak dilakukan, terutama demi kelangsungan nyawa firma hukum bersangkutan. Advokat boleh saja gonta ganti dari firma, suksesi jalan terus. Yang penting dijaga dalam menjalankan sebuah kantor hukum adalah kepercayaan dari para klien. Untuk menjaga kepercayaan, khususnya

dari klien, pengelola firma hukum kudu mendalami strategi pemasaran. Mendapatkan klien baru tidaklah mudah, dan mempertahankan klien yang ada lebih sulit

Lalu, bagaimana agar hubungan kedua belah pihak menjadi langgeng? Berikanlah layanan yang handal kepada klien. Sebisa mungkin informasi yang dibutuhkan klien selalu tersedia dalam waktu yang cepat. Jadi, pengelola firma hukum harus tahu informasi apa saja yang dibutuhkan, tahu tujuan membangun sistem informasi itu, serta mengelola harapan (managing expectation) baik hasil maupun kinerja sistem informasi. Pendirian Kantor Hukum Sebelumnya perlu dipahami bahwa konsultan hukum non-litigasi atau yang memberikan jasa hukum di luar pengadilan juga wajib memiliki izin advokat. Hal ini sesuai dengan definisi jasa hukum yang diatur dalam UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat (UU Advokat) yaitu merupakan jasa yang diberikan Advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien1.

Pada dasarnya, bentuk kantor advokat tidak dibatasi pada suatu bentuk tertentu. Kantor hukum atau kantor advokat dapat berbentuk: 1. Usaha perseorangan :Prosedur pendirian kantor advokat yang berbentuk usaha perseorangan dapa 2. 3. Firma. Prosedur pendirian kantor advokat yang berbentuk firma Persekutuan perdata atau maatschap2 :Prosedur pendirian kantor advokat yang berbentuk persekutuan perdata sama dengan yang berbentuk firma. Karena syarat pendirian persekutuan perdata sama dengan firma, yaitu harus didirikan oleh paling sedikit dua orang berdasarkan perjanjian dengan Akta Notaris yang dibuat dalam Bahasa Indonesia.

1 2

Pasal 1 ayat (2) UU Advokat Pasal 1618KUHPerdata atau lihat juga Pasal 1 angka 4 Kepmenhukham No. M.11-HT.04.02 Tahun 2008

Pada dasarnya jika ada lebih dari satu orang yang akan mendirikan kantor advokat, maka Anda dan rekan-rekan advokat lainnya dapat memilih bentuk firma

ataumaatschap. Dalam praktiknya,di Indonesia sering menggunakan bentuk firma (Firma hukum). Namun,menurutnya, kantor advokat lebih tepat menggunakan bentuk maatschap karena dalam maatschap masing-masing advokat yang menjadi teman serikat bertindak sendiri dan bertanggung jawab secara pribadi3.

Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan dalam pendirian atau pembukaan kantor advokat adalah mengenai kewajiban menyampaikan pemberitahuan
4

kepada

Pengadilan Negeri, Organisasi Advokat, dan Pemerintah Daerah setempat . Perbedaan antara Kantor Hukum/Advokat dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Definisi masing-masing yang diatur mengacu kepada peraturan perundang-undangan:

Kantor Advokat Indonesia

suatu persekutuan perdata ( maatschap) yang didirikan para Advokat Indonesia yang mempunyai tugas

memberikan pelayanan jasa hukum kepada masyarakat (pasal 1 butir 4 Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. M.11-HT.04.02 Tahun 2004) Lembaga Bantuan Hukum (LBH) lembaga yang memberikan bantuan hukum kepada Pencari Keadilan tanpa menerima pembayaran

honorarium (pasal 1 angka 6 PP No. 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma)

3 4

Pasal 1642 KUHPerdata Penjelasan Pasal 5 ayat (2) UU Advokat

Jadi, secara umum perbedaan kantor advokat dengan LBH adalah sebagai berikut: Kantor advokat Pendiri Tujuan -Advokat -memberikan pelayanan jasa hukum kepada masyarakat. -memberikan hukum kepada bantuan Pencari LBH -Tidak harus advokat

Keadilan tanpa menerima pembayaran honorarium. Bentuk - usaha perseorangan; - firma; atau - persekutuan perdata Honorarium -Advokat menerima -Tidak menerima Yayasan.

honorarium atas jasa hukum honorarium. yang kliennya Advokat). diberikan (pasal kepada 21 UU -Catatan: Dalam ada juga LBH praktik bersifat

mencari keuntungan. Lebih lanjut simak uraian kami di sini.

Jasa hukum, menurut pasal 1 angka 2 UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat (UU Advokat), adalah jasa yang diberikan Advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan

melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien. Jadi, memberikan konsultasi hukum juga termasuk jasa hukum yang diberikan oleh advokat.

Meski demikian, tidak ada larangan dalam UU Advokat apabila non-advokat atau sarjana hukum yang belum menjadi advokat memberikan jasa hukum sebagaimana tersebut di atas. Karena ketentuan pidana bagi orang yang menjalankan profesi advokat seolah-olah advokat padahal bukan advokat yang diatur dalam pasal 31 UU

Advokat sudah dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat oleh Mahkamah Konstitusi pada 13 Desember 2004. Akan tetapi, perlu diingat bahwa ketentuan hanya advokat yang dapat memberikan jasa hukum pada dasarnya bertujuan untuk melindungi hak-hak masyarakat penerima jasa hukum (klien). Pemberi jasa hukum yang bukan advokat tidak tunduk pada UU Advokat dan Kode Etik Advokat sehingga yang bersangkutan tidak bisa dikenai tindakan jika, misalnya, mengabaikan atau

menelantarkan kepentingan kliennya. Seorang sarjana hukum yang ingin menjadi advokat dapat menerapkan ilmu yang didapat dari bangku kuliah sekaligus menimba ilmu praktik dalam kegiatan magang baik di kantor advokat maupun LBH. Seperti diketahui, magang merupakan salah satu persyaratan untuk dapat diangkat menjadi advokat sesuai UU Advokat

Struktur Organisasi Sebagai contoh penulis akan melampirkan struktur keorganisasian dari salah satu kantor hukum di Indonesia dalam hal ini adalah O.C.Kaligis and Associates :

Manajemen Kantor Hukum


Diajukan guna memenuhi tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah Dasar-Dasar Manajemen

Disusun Oleh : Adhi Muhammad I.M 110110080229 Universitas Padjadjaran 2013

Anda mungkin juga menyukai