Anda di halaman 1dari 11

HUKUM PERIKATAN ANALISIS TERHADAP KASUS PT GREAT RIVER Tbk

Oleh: Nama: Anggie Septian NIK: 126131020

Studi Kasus Diajukan untuk memenuhi tugas Forensik Audit sebagai salah satu bahan penilaian dalam perkuliahan

Program Studi PPAK

Dosen Drs. Utoyo Widayat, MM., ak.

UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA APRIL 2013

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia serta kesempatan yang diberikannya saya dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Komersial. Saya juga mengucapkan terima kasih Drs. Utoyo Widayat, MM., ak.

atas kesempatan yang diberikan untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah ini memiliki judul
ANALISIS TERHADAP KASUS PT GREAT RIVER Tbk yang membahas tentang masalah pelanggaran yang dilakukan oleh Akuntan Publik atas laporan keuangan perusahaan. Seperti kata pepatah tidak ada gading yang tidak retak, saya juga merasa bahwa makalah ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu saya dengan senang hati menerima kritik dan saran untuk makalah ini agar dapat lebih baik lagi kedepannya.

Jakarta, 29 Maret 2014

Anggie Septian

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN A. B. C. Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penulisan 1 1 1 i ii

BAB II. PEMBAHASAN A. Kronologi Kasus B. Landasan Teori


C. Pembahasan

2 5 7

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran 8 8

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang perkembangan perekonomiannya cukup pesat dari tahun ke tahun. Perkembangan perekonomian di Indonesia ditandai dengan banyaknya perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia dengan berbagai macam bidang. Banyaknya usaha-usaha yang tumbuh di Indonesia membuat persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Persaingan yang ketat dapat menimbulkan dampak positif bagi perekonomian Indonesia, bahwa para pengusaha di tuntut untuk lebih efisien, efektif, dan ekonomis, untuk lebih berinovasi dalam pengembangan produknya. Hal tersebut mutlak untuk dilakukan agar perusahaan dapat bertahan bersaing dengan para pesaingnya. Namun tidak jarang juga bahwa persaingan yang ketat dapat menimbulkan dampak yang negatif seperti manipulasi, penipuan publik, dan kecurangan-kecurangan lain dengan tujuan untuk dapat bersaingan dengan pesaingnya. Dalam makalah ini akan dibahas tentang kasus kecurangan dan manipulasi dalam laporan keuangan. Kasus yang di angkat adalah PT Great River TBK yang diduga telah melakukan manipulasi dalam laporan keuangannya sehingga mengakibatkan pembekuan izin Akuntan Publik terhadap Partner Akuntan Publik.

B. Rumusan Masalah 1. Permasalah apa yang terjadi dengan laporan keuangan PT Great River Tbk 2. Tindakan apa yang telah dilakukan oleh Bapepam terkait dengan pelanggaran seperti yang terjadi dengan PT Great River Tbk

C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tentang masalah yang terjadi pada PT Great River Tbk 2. Untuk mengetahui tindakan yang telah dilakukan ileh Bapepam terkait dengan pelanggaran tersebut

BAB II PEMBAHASAN

A. Kronologi Kasus PT Great River International merupakan perusahaan pakaian jadi berkualitas tinggi dan terkemuka di Indonesia. PT Great River International Didirikan oleh Sukanta Tanudjaja dan Sunjoto Tanudjaja pada tahun 1976 dengan nama PT. Great River Garments Industries. Kemudian pada tahun 1996 Berganti nama menjadi PT Great River International. Pada awalnya, PT Great River International mengalami perkembangan yang sangat pesat hal ini ditandai dengan diperolehnya beberapa kali penghargaan dari majalah Asiamoney dan berhasil lulus sertifikasi ISO 9002 untuk quality management. Namun mulai tahun 2002, PT. Great River International mulai mengalami kesulitan keuangan dengan mengajukan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) ke Pengadilan Niaga. Permohonan PKPU tersebut diajukan sehubungan dengan permohonan pailit yang diajukan oleh Citibank atas utang senilai US $10 juta yang berasal dari US $ 2 juta dari Revolving Credit Agreement pada 16 Februari 1994 dan US $ 8 juta dari Revolving Credit Agreement-Domestic Trade Payable Onshore tanggal 16 November 1995. PT Great River International memperkirakan jumlah kewajibannya yang telah dan akan jatuh tempo, di luar utangnya kepada Citibank, adalah sebesar US $179.291.292. Sedangkan total aset yang dimiliki diperkirakan sebesar

Rp1.674.716.315.355. Perusahaan garmen PT Great River International Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp 1,023 trilyun per September 2002, melonjak dari periode yang sama tahun sebelumnya yang masih membukukan rugi bersih Rp 11,298 milyar. Demikian dikemukakan Dirut Great River Sunjoto Tanudjaja dalam laporan keuangan kepada Bursa Efek Jakarta (BEJ). Lonjakan laba bersih itu lebih disebabkan adanya pendapatan pos luar biasa dari hasil restrukturisasi utang sebesar Rp 1,277 trilyun. Dari total utang sebesar 172,5 juta dollar AS, Great River memperoleh potongan utang (hair cut) sebesar 85 persen atau untuk setiap dollar utangnya, perseroan hanya membayar 15 sen. Oleh karena itu, pos-pos yang tadinya untuk membayar utang, karena ada koreksi pembukuan, berubah menjadi keuntungan. Secara langsung, pendapatan dari pos luar biasa tersebut tidak mempengaruhi aliran dana tunai (cashflow) perusahaan, tetapi mengubah struktur

keuangan perseroan menjadi positif. Sebagaimana dialami berbagai emiten lainnya, perusahaan garmen ini mengalami kesulitan keuangan semenjak krisis ekonomi tahun 1998. Melonjaknya nilai tukar dollar AS terhadap rupiah membuat nilai utang perseroan melejit ke atas. Proses restrukturisasi yang sudah dirintis manajemen selama 4 tahun, sejak tahun 1998 tersebut akhirnya membuahkan hasil dengan penandatanganan scheme buy back (skema pembelian kembali) utang pada bulan Agustus 2002. Pada tahun 2005, salah satu pemegang saham PT. Great River International Tbk mengajukan diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk menindaklanjuti hasil audit investigasi Akuntan Publik Amir Abadi Jusuf dan Mawar. Dalam RUPLSB tersebut, akan dimintakan persetujuan pelaksanaan kuasi reorganisasi terhadap hasil audit investigasi terhadap perseroan yang dilakukan oleh KAP Amir Abadi Jusuf & Mawar pada November 2005. Selain itu, RUPLSB juga akan meminta persetujuan soal restrukturisasi seluruh utang perseroan yakni mengkonversi sebagian atau seluruh utang menjadi saham perseroan. Termasuk pula persetujuan soal penambahan modal sehubungan dengan konversi sebagian atau seluruh utang perseroan menjadi saham perseroan. Bapepam menemukan adanya indikasi konspirasi dalam penyajian laporan keuangan konsolidasi Great River. Tak tertutup kemungkinan, Akuntan Publik yang menyajikan laporan keuangan Great River itu ikut menjadi tersangka. Menteri Keuangan (Menkeu) RI terhitung sejak tanggal 28 Nopember 2006 telah membekukan izin Akuntan Publik (AP) Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun. Sanksi tersebut diberikan karena Justinus terbukti melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT Great RiverInternational Tbk (Great River) tahun 2003. Selama izinnya dibekukan, Justinus dilarang memberikan jasa atestasi (pernyataan pendapat atau pertimbangan akuntan publik) termasuk audit umum, review, audit kerja dan audit khusus. Dia juga dilarang menjadi Pemimpin Rekan atau Pemimpin Cabang Kantor Akuntan Publik (KAP). Namun yang bersangkutan tetap bertanggung jawab atas jasa-jasa yang telah diberikan serta wajib memenuhi ketentuan untuk mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL). Pembekuan izin oleh Menkeu ini merupakan tindak lanjut atas Surat Keputusan Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik (BPPAP) Nomor 002/VI/SK-BPPAP/VI/2006 tanggal 15 Juni 2006 yang membekukan Justinus dari keanggotaan Ikatan Akuntan Indonesia

Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). Hal ini sesuai dengan Keputusan Menkeu Nomor 423/KMK.06/2006 tentang Jasa Akuntan Publik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menkeu Nomor 359/KMK.06/2003 yang menyatakan bahwa AP dikenakan sanksi pembekuan izin apabila AP yang bersangkutan mendapat sanksi pembekuan keanggotaan dari IAI dan atau IAI-KAP. Menurut Fuad Rahmany, Ketua Bapepam-LK, pihaknya sedang melakukan penyidikan terhadap AP yang memeriksa laporan keuangan Great River. Kalau ditemukan unsur pidana dalam penyidikan itu, maka AP tersebut bisa dijadikan sebagai tersangka. Kita sedang proses penyidikan terhadap AP yang bersangkutan. Kalau memang nanti ditemukan ada unsur pidana, maka dia akan kita laporkan juga Kejaksaan, ujar Fuad. Seperti diketahui, sejak Agustus lalu, Bapepam menyidik akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan Great River tahun buku 2003. Fuad menyatakan telah menemukan adanya indikasi konspirasi dalam penyajian laporan keuangan Great River. Sayangnya, dia tidak bersedia menjelaskan secara detail praktek konspirasi dalam penyajian laporan keuangan emiten berkode saham GRIV itu. Fuad juga menjelaskan tugas akuntan adalah hanya memberikan opini atas laporan perusahaan. Akuntan, menurutnya, tidak boleh melakukan segala macam rekayasa dalam tugasnya. Dia bisa dikenakan sanksi berat untuk rekayasa itu, katanya untuk menghindari sanksi pajak.Menanggapi tudingan itu, Kantor akuntan publik Johan Malonda & Rekan membantah telah melakukan konspirasi dalam mengaudit laporan keuangan tahunan Great River. Deputy Managing Director Johan Malonda, Justinus A. Sidharta, menyatakan, selama mengaudit buku Great River, pihaknya tidak menemukan adanya penggelembungan account penjualan atau penyimpangan dana obligasi. Namun dia mengakui metode pencatatan akuntansi yang diterapkan Great River berbeda dengan ketentuan yang ada. Kami mengaudit berdasarkan data yang diberikan klien, kata Justinus.

Menurut Justinus, Great River banyak menerima order pembuatan pakaian dari luar negeri dengan bahan baku dari pihak pemesan. Jadi Great River hanya mengeluarkan ongkos operasi pembuatan pakaian. Tapi saat pesanan dikirimkan ke luar negeri, nilai ekspornya dicantumkan dengan menjumlahkan harga bahan baku, aksesori, ongkos kerja, dan laba perusahaan. Justinus menyatakan model pencatatan seperti itu bertujuan menghindari dugaan dumping dan sanksi perpajakan. Sebab, katanya, saldo laba bersih tak berbeda dengan yang diterima perusahaan. Dia

menduga hal itulah yang menjadi pemicu dugaan adanya penggelembungan nilai penjualan. Sehingga diinterpretasikan sebagai menyembunyikan informasi secara sengaja. Johan Malonda & Rekan mulai menjadi auditor Great River sejak 2001. Saat itu perusahaan masih kesulitan membayar utang US$150 Juta kepada Deutsche Bank. Pada 2002, Great River mendapat potongan pokok utang 85 persen dan sisa utang dibayar menggunakan pinjaman dari Bank Danamon. Setahun kemudian Great River menerbitkan obligasi Rp 300 miliar untuk membayar pinjaman tersebut. Kami hanya tahu kondisi perusahaan pada rentang 2001 - 2003, kata Justinus. Sebelumnya Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) telah melimpahkan kasus penyajian laporan keuangan konsolidasi Great River ke Kejaksaan Agung pada tanggal 20 Desember 2006. Dalam laporan tersebut, empat anggota direksi perusahaan tekstil itu ditetapkan menjadi tersangka, termasuk pemiliknya, SunjotoTanudjaja. Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor investigasi Aryanto, Amir Jusuf, dan Mawar, yang menemukan indikasi penggelembungan account penjualan, piutang, dan aset hingga ratusan miliar rupiah di Great River. Akibatnya, Great River mengalami kesulitan arus kas dan gagal membayar utang. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam terdapat indikasi penipuan dalam penyajian laporan keuangan. Pasalnya, Bapepam menemukan kelebihan pencatatan atau overstatement penyajian account penjualan dan piutang dalam laporan tersebut. Kelebihan itu berupa penambahan aktiva tetap dan penggunaan dana hasil emisi obligasi yang tanpa pembuktian. Akibatnya, Great River kesulitan arus kas. Perusahaan tidak mampu membayar utang Rp 250 miliar kepada Bank Mandiri dan gagal membayar obligasi senilai Rp 400 miliar.

B. Landasan Teori Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). Stadar Auditing terdiri dari: 1. Standar Umum a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 2. Standar Pekerjaan Lapangan a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. 3. Standar Pekerjaan Lapangan a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,

ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

C. Pembahasan Kantor Akuntan Publik ( KAP ) Justinus Aditya Sidharta terbukti melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik ( SPAP ) berkaitan dengan laporan audit dari laporan keuangan konsolidasi PT. Great River Internasional, Tbk tahun 2003. Pelnggaran yang dilakuan khusunya pada standar audit yaitu standar umum. Pelanggaran ini diperkuat dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh Fuad Rahmany ( Ketua Bappepam LK ) karena beliau menemukan indikasi konspirasi dalam penyajian laporan keuangan perusahaan tersebut. Awalnya,perusahaan ini menerima pesanan pakaian dari luar negeri dimana bahan baku untuk pembuatan pakaian tersebut telah disediakan dari pihak pemesan barang. Dengan demikian, pihak penerima pesanan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli bahan baku tersebut. Pada kenyataannya, pihak penerima pesanan pakaian tersebut tetap mencantumkan harga bahan baku, aksesoris, ongkos kerja dan laba perusahaan serta menjumlahkanya ke dalam nilai ekspor pada saat pesanan tersebut dikirim. Pada dasarnya, tugas seorang akuntan publik adalah mengoreksi kesalahan kesalahan pencatatan laporan keuangan dari pihak kliennya. Akan tetapi, KAP ini tidak melakukan koreksi terhadap kelebihan pencatatan ( overstatement ) penjualan PT. Great River karena pihaknya mengaku telah mengaudit laporan keuangan perusahaan tersebut sesuai dengan metode pencatatan periode sebelumnya.

Oleh karenanya Menteri Keuangan RI terhitung sejak tanggal 28 November 2006 telah membekukan izin akuntan publik Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun karena terbukti melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Great River tahun 2003.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Akuntan merupakan profesi dimana setiap profesi memiliki kode etik yang harus dijunjung tinggi karena itu menjadi dasar utama untuk melaksanakan tugas dengan baik dan benar serta memberi manfaat bagi orang lain. Dalam kasus PT Great River, Akuntan Publik yang bersangkutan telah mencelakai kode etik akuntan, khusunya mengenai independensi, integritas dan objektivitas. Akuntan Publik tersebut telah membiarkan kesalahan yang ditemuinya dan tidak ada upaya untuk memperbaikinya. Akibat kelalaian tersebut banyak pihak yang dirugikan karena adanya kesalahan informasi yang di terima publik. Pelanggaran terhadap kode etik seperti ini tidak hanya berimbas pada Akuntan Publik yang bersangkutan saja, namun juga berimbas kepada seluruh Akuntan Publik. Publik dapat saja memiliki persepsi yang negatif setelah kasus ini terhadap integritas, objektivitas dan indpendensi auditor. Pembekuan terhadap izin Akuntan Publik yang telah dilakukan oleh mentri keuangan adalah langkah tepat untuk memperbaiki citra akuntan di mata publik, agar kepercayaan publik terhadap profesi akuntan tetap terjaga demi keberlanjutan profesi ini.

B. Saran Akuntan Publik harus mampu menjaga dan melaksanakan kode etik profesi sebagai akuntan dalam kondisi dan situasi apapun. Akuntan Publik sebagai pihak ketiga yang independen dalam memberikan opini tentang laporan keuangan perusahaan harus mampu menjaga kepercayaan publik dengan melakukan pekerjaan berdasatakan Standar Profesi Akuntan Publik sehingga profesi ini tetap menjadi profesi yang penting di dalam perkonomian negara.

Anda mungkin juga menyukai