Anda di halaman 1dari 8

Case Report Session

Morbus Hansen

Oleh: Mefri Yulia Novita Wulansari Yola Newary

Preseptor : dr. Satya Wydya Yenny, SpKK

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS RSUP DR.M.DJAMIL PADANG 2013

ILUSTRASI KASUS IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis kelamin Pendidikan Pekerjaan Alamat Tanggal pemeriksaan : : : : : : : Ny.A 33 tahun perempuan Tamat SMA Ibu Rumah Tangga Jalan Jati VI No 4A Padang 22 November 2013

Seorang pasien perempuan berumur 33 tahun datang ke poli Kulit dan Kelamin RS Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 22 November 2013 dengan Keluhan Utama: Bercak-bercak merah di lengan kiri bawah yang tidak berasa sejak 10 tahun yang lalu Riwayat Penyakit Sekarang : Bercak-bercak merah di lengan kiri bawah yang mati rasa sejak 10 tahun yang lalu. Awalnya bercak merah timbul sebesar uang logam 500 rupiah kemudian bercak semakin meluas Pasien kemudian berobat ke Puskesmas 1 tahun yang lalu, dan diberi obat salep dan obat makan. Obat salep yang diberi adalah Miconazol dan obat makan pasien tidak tahu namanya (obat berwarna kuning dan putih bulat besar yang dimakan 4 kali sehari dalam 2 minggu). Karena tidak ada perbaikan, pasien kembali lagi ke puskesmas dan dirujuk ke RSUP DR.M.Djamil untuk pemeriksaan selanjutnya. Bercak-bercak merah ditempat lain tidak ada Pasien mandi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali sehari, ganti pakaian dalam 2 kali sehari Pasien menggunakan handuk sendiri Pasien beraktifitas biasa Rambut rontok atau botak tidak ada Penglihatan berkurang tidak ada Riwayat kelopak mata tidak dapat menutup sempurna tidak ada Riwayat alis mata rontok tidak ada Riwayat mengalami mulut mencong tidak ada Pasien lahir di Painan tapi sejak usia 5 tahun pasien pindah dan besar di Padang

Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat menderita batuk-batuk lama disangkal Pasien sudah pernah mendapat imunisasi BCG waktu kecil Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat anggota keluarga menderita bercak-bercak merah yang mati rasa tidak ada Riwayat anggota keluarga batuk-batuk lama disangkal Riwayat anggota keluarga minum obat rutin tidak ada Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien lahir di Painan dan pindah ke Padang sejak usia 5 tahun Pasien tinggal bersama suami dan 3 orang anak di rumah semipermanen seluas 120m2 dengan ventilasi 3 buah masing-masing ukuran 1 x 0,5 m , 2 kamar , 1 kamar mandi (jamban dalam rumah). Pekerjaan suami pedagang dengan penghasilan 2-3 Juta rupiah per bulan Riwayat Atopi/alergi : Riwayat mata merah berair-air tidak ada. Riwayat galigato tidak ada. Riwayat alergi serbuk bunga tidak ada Riwayat bersin-bersin dan hidung berair di pagi hari tidak ada Riwayat sesak nafas berbunyi menciut tidak ada Riwayat biring susu tidak ada Riwayat alergi makanan tidak ada Riwayat alergi obat tidak ada PEMERIKSAAN FISIK STATUS GENERALISATA Keadaan umum : tidak tampak sakit Kesadaran : CMC Nadi : 82 x/menit Nafas : 20 x/menit Berat badan : 60 kg Tinggi badan : 155 cm Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik Thoraks : Diharapkan dalam batas normal Abdomen : Diharapkan dalam batas normal KGB regional : Tidak teraba pembesaran KGB

STATUS DERMATOLOGIKUS Lokasi : Lengan kiri bawah dan punggung tangan kiri Distribusi : terlokalisir Bentuk : Tidak khas Susunan : Tidak khas Batas : tegas Ukuran : Plakat Efloresensi : Makula eritema dengan tepi meninggi

Gangguan sensibilitas : Rasa tusuk Rasa raba Suhu

: hipoestesi pada lesi : hipoestesi pada lesi : hipoestesi pada lesi

Pembesaran saraf perifer : N. Aurikularis magnus dextra dan sinistra N. Ulnaris dextra dan sinistra N. Peroneus lateral dextra dan sinistra N. Tibialis posterior dekstra dan sinistra Tes kekuatan otot : M. orbicularis oculi M. abductor digiti minimi M. interoseous dorsalis M. abductor pollicis brevis M. tibialis anterior Kelainan lain-lain : Kontraktur Mutilasi Atrofi otot Xerosis kutis Absorbsi Ulkus trofik Madarosis Lagophtalmus: Claw hand Wrist drop Dropped foot Facies leonina

: tidak ada pembesaran : tidak ada pembesaran : tidak ada pembesaran : tidak ada pembesaran

:5 :5 :5 :5 :5

: tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada

Status venereologikus Kelainan selaput lendir Kelainan kuku Kelainan rambut

: tidak ditemukan kelainan : tidak ditemukan kelainan : tidak ditemukan kelainan : tidak ditemukan kelainan RESUME

Seorang pasien perempuan usia 33 tahun datang ke poliklinik RSUP DR.M.DJAMIL Padang dengan keluhan bercak-bercak merah yang mati rasa sejak 10 tahun yang lalu. Awalnya bercak merah timbul sebesar uang logam 500 rupiah kemudian bercak semakin meluas. Pasien kemudian berobat ke Puskesmas 1 tahun yang lalu, dan diberi obat salep dan obat makan. Obat salep yang diberi adalah Miconazol dan obat makan pasien tidak tahu namanya (obat berwarna kuning dan putih bulat besar yang dimakan 4 kali sehari dalam 2 minggu). Karena tidak ada perbaikan, pasien kembali lagi ke puskesmas dan dirujuk ke RSUP DR.M.Djamil untuk pemeriksaan selanjutnya. Pada pemeriksaan fisik ditemukan gangguan sensibilitas berupa hipoestesi pada rasa tusuk, raba dan suhu. Pada status dermatologikus ditemukan plak eritema dengan tepi meninggi pada lengan kiri bawah dan punggung tangan kiri, terlokalisir, bentuk dan susunan tidak khas, batas tegas dan ukuran plakat. Diagnosis kerja : Morbus Hansen tipe BT Diagnosis Banding : Morbus Hansen Tipe TT Pemeriksaan rutin : Pemeriksaan BTA Pemeriksaan anjuran : Pemeriksaan histopatologik Pemeriksaan serologik Test Lepromin Hasil Pemeriksaan BTA Lobulus telinga kiri Lobulus telinga kanan Lesi pada lengan kiri bawah Lesi pada punggung tangan kiri

: (-) : (-) : (-) : (-)

TERAPI
Umum : Penjelasan mengenai penyakit (penyebab, penularan dan komplikasi) dan pengobatan pada pasien dan keluarga, serta kontrol rutin tiap bulan ke poli Kulit dan Kelamin, berobat teratur sampai dinyatakan sembuh Menjelaskan pada pasien bahwa daerah yang mati rasa merupakan tempat resiko terjadinya luka, dan luka merupakan port dentree masuknya kuman sehingga hindari luka Menjelaskan pada pasien bahwa penggunaan Rifampicin menyebabkan warna buang air kecil berwarna merah sehingga pasien tidak perlu khawatir Khusus : Paket MH tipe PB warna hijau - hari I : Rifampicin 600mg Dapson 100 mg - hari 2-28 : dapson 100 mg Prognosis : Quo ad sanam : bonam Quo ad vitam : bonam Quo ad kosmetikum : bonam Quo ad functionam : bonam Resep Dr.B Praktek Umum SIP. 1807202039 Praktek Senin-Jumat pukul 17.00-20.00 WIB Jl. Perintis Kemerdekaan No. 32 Padang Telp. 0751-32364 Padang, 20 November 2013 R / Rifampisin tab 300 mg No. II s1ddtab2 R / Dapson tab 100 mg no XXX S1ddtab1

Pro : Ny.A Umur : 33 Tahun

DISKUSI
Seorang pasien perempuan usia 33 tahun datang ke poliklinik RSUP DR.M.DJAMIL Padang dengan keluhan bercak-bercak merah yang mati rasa sejak 10 tahun yang lalu. Awalnya bercak merah timbul sebesar uang logam 500 rupiah kemudian bercak semakin meluas. Pasien kemudian berobat ke Puskesmas 1 tahun yang lalu, dan diberi obat salep dan obat makan. Obat salep yang diberi adalah Miconazol dan obat makan pasien tidak tahu namanya (obat berwarna kuning dan putih bulat besar yang dimakan 4 kali sehari dalam 2 minggu). Karena tidak ada perbaikan, pasien kembali lagi ke puskesmas dan dirujuk ke RSUP DR.M.Djamil untuk pemeriksaan selanjutnya. Diagnosis MH BT pada pasien ini ditegakkan dari anamnesis , pemeriksaan fisik dan laboratorium. Gejala klinis Morbus Hansen Tipe BT adanya plak eritema yang disertasi hipoestesia. Lesi pada tipe ini menyerupai tipe TT yakni berupa makula atau plakat namun pada BT sering disertai lesi satelit ditepinya. Gambaran skuama tidak sejelas tipe TT. Gangguan sarafnya tidak seberat tipe TT dan biasanya asimetris. Penularan kusta belum diketahui secara pasti namun berdasarkan anggapan klasik yaitu melalui kontak langsung antar kulit yang lama dan erat, selain itu dapat pula melalui inhalasi. Namun pada pasien ini tidak ditemukan adanya riwayat kontak tapi faktor predisposisi yang mendukung adalah sosial ekonomi yang rendah. Pada pemeriksaan BTA , tipe BT ditemukan negatif atau hanya positif satu. Sesuai pada pasien ini. Dianjurkan pemeriksaan lepromin dengan hasil yang diharapkan positif lemah. Penatalaksanaan pada pasien ini bertujuan untuk menyembuhkan pasien kusta, mencegah timbulnya kecacatan dan memutus mata rantai penularan dari pasien kusta, terutama tipe yang menular ke orang lain. Prinsip pengobatan pada pasien kusta menggunakan regimen multidrug therapy. Pada pasien dengan tipe BT, diberikan regimen therapy pada tipe PB sesuai kriteria WHO dengan lama pengobatan 6-9 bulan. Setelah program therapy obat biasanya prognosis baik. Pada kasus yang tidak diterapi, akan terjadi perkembangan yang progresif yang seringkali timbul karena cedera saraf dan fase reaksi.

Anda mungkin juga menyukai