Anda di halaman 1dari 27

);:',p"{a.

Elox El3

0 ocr mro

PFICIF. E'FI. NGtENGi MTJHAEIJIFI J


GTUFIIJ

E]ESAFI PAiCA EiAFIJANA

IvIETODOLCDGI

TELAAHAN PGISTTTI'ISTII( IIASIONALISTTK I,AN


PHEil()]UIEIu(,LCDGTK

PENELITlAN I(UALITIITIF

],ENEFIEIIT : FIAKE SiAFIASiIIV [r.o. EClx B3

YclGYAI(AFITA
19Elg

lj

*pri
PE[lPUSTf,,KAAilJ FAK.

riit;'.l0Mt t,f,i$

g hJ0lt Bgo ,atu


fiakoart

fE

vNS

DAN

PHENO}MNOIOCTT
Hak CipEa

..,

@ llAf pada Noeng Muhadjir Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


Hereproduksi,
membanEu

reproduksit

memberi peluang reproduksit dan/atau menyebarkan reprodukei seluruhnya atau sebahagian, dalam bentuk aPaPun dan dengan alasan apapaunr dinyatakan
UEUINGGAR UNDANG-UNDANGI dan

TIDAK DIIKHLASKAN OTEII PENULISNYA

Kesulitan memperoleh buku aslinya di Toko Buku dapat langsung menghubungi penerbit dengan mengirin poswesel Rp 8.750 * plus biaya kl.rim Rp 550

* dapat

berubah tanpa pemberilsahuan

Pesanan 50 eks. ke atas mendapat


rabaE menarik

Disain sampul oleh : HidaYat

KATA

PENGANTAR

Suatu perjalanan akademik y&rig jauhl panjang, dan lama untuk sampai kepada pemikiran metodologi penelitian yang tertuang dalam buku ini Sebagai Dekan Fakultasr IanB sejak tahun 1966 terlihat langeung pada upaya nenjaga standar kualitas penulisan tesls-tesis para mahasissa, dan langsung berupaya membenahi bagian-bagian lemah tampilan teeie-tesis mereka I mulai dari instrumentaei pengumpulan data, pemaknaan hasil analisis, pemilihan teknik arralisis sesuai dengan konsep

t,eorinya bukan sebatiknya, dan akhirnya pembenahan konseptuatisasi teoretik yang lebih kaya; keeemuanya itu dikerjakan dalam kawasan metodologi penelitian kuantitatif statist.ik; dan titik kulminasinya ditampilkan eendiri dalam penelitian untuk disertasi yang konseptu?l.ieasi teoreEiknya logik lain daripada sekedar menggunakan tata-fikir koretrasi, kausalitas, dan inEeraktif. Instrumentasi pengumpulan dat,anya menggunakan test psikometrika (suatu teknik test yang rumit), analisisnya Eenggunakan analisie faktor (salah eatu Eeknik sEatietik yang tergolong sulit); dan hasilnya mamPu merekonstruksi teori yang dianut para pakar di bidangnya. Ia'rtrumentasi, teknik analisis,'serta
pembuatan kesimpulannya menggunakan prosedur yang biasa

berlaku dalam kawasan metodologi penelitian kuantitatif yang teknis menggunakan eEatistikl dan filsafati

l+

eenggunakan positivisme.

tuntitan lingkungan yang lebih luas mendorong penulis untuk menjelajah kawasan yang lebih luas, yaitu kawasan metodologi penelitian kualitatif di samping metodologi penelitian kuantitatif yang t'e1ah digeluti
Sejak tehunl984,
selama 18 tahun. Terasakan oleh penulis sebagai perjalanan akadernik yang sepertinya tidak mau berakhir : dari tuntutan pembimbingan akademik yang satu ke harapan bimbingan

akademik yang tain. Permintaan dan harapan memperoleh petunjuk dan arahan dal.an penulisan tesis dan disertaei tetah membuat penulis tidak nyenyak tiurr dan membuat penulis tumbuh rasa wajib meneruskan perjalanan akademike entah sampai kapan. Semoga Allah selalu memberi inayah dan hidayah-Nya, dan semoga rasa syukur para ilmuwan muda atas

keberhasilan mereka, menambah semangaE dan


perjalanan akademik kami.
Semoga

dorongan

Allah memberi kami umur yang bermanfaat, disertai fikiran cerah, memperoleh petunjuk-Nyal diberi
kesehatan2 aehingga keberadaan kami memberi gunar bukan beban. Semoga Altah mengabulkan harapan penutis. Amien.

Yogyakarta, I Juli

1989

Noeng Muhadjir

DAFTAR
KATA PENGANTAR
DATAR

ISI:
3 5

ISl

BAGIAN PENDAIIULUAN

ORI.ENTASI U{T,I{ }TETODOLOGI

PENELITIAN KUALITATIF
LANDASAN FILOSOFIK DAN TEORETIK }ETODOLOGI

PENELITIAN KUALITATIT

A.!'letoda dan ltetodologl Penelitian B.ltetodologi Penelitian dan Logika Format C.Metodotogi Penelitian den Positivisme D.l{etodologi Penelitian dan Rasionalisme E.lletodologi Penetirian dan Phenomenologi F.Kes impulan Komparatif G.CataEan Tambahan
BAGIAN PERTAMA
PET{DEKATAN

il

l4 l1
20
23 26

}TETODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

POSITIVTSTIK DAN KLTNIK & GENETIK


SAS

27 29 29 29

}IETODOLOGI PENELTTIAN KUALITATIF POSITIVISTTK

. OPERAS

IONALI

I'TETODOLOGIK

A.Variabel Penelitian B.Hipotes ie C.Disain Penelician


D.Poputaai dan Sampel E.Data Kualitatif dan Anali;ie .selena. Pengump.Data F.Penyajian Data G.Menarik Kesimpulan II.STUDI KASUS PENDEKA?AN KLINIK DAN GENETIK

3t
35 38

4t
45 49
52 52 57 59

B.Srudi Kasua unluk Tujuan Klinik C.Studi Kaeus Genetlk III.SURVEY PROSEDUR PEI{GAITBILAN SAUPEL
A. Survey

A.Arti Studi

Kasus

6t

B.Proeedur Pengambilan Sampel


C.Pengembengan
.

6l
63 65

Dieain Survey
DAN VALIDITAS

IV. IICONTENT ANALYSIS'I v. OBYEKTMTAS, RELIABILITAS,

58

7l

BAGIAN KEDUA

METoDoLocI TEHELITIAN KUATITATIT


PESDEKATAN

RASIOT{ALISTIK

73 75
75

}TETODOLOGI PENELITIA!{

KUALITATIF RASIONALISTIK

A.Berfirkir Easioaalietik B.KonseprEualisaei Teoretik penting


D.Ragam

c.Perlunya ttGrand-concepte' sebagai Landagan penel.

78

E.Penartkan Kesimpulan dan pemaknaan


BAGIAN KETIEA

Tata-Fikir Logik

80
82

ta4

}lsToDoLoGI PENELITIAI{ KUALITATIF


PE}IDEKATAN PHENOMENOLOGIK

ilt
il3
I 13
I 13 t 14

I.T'IODEL PARADIG}IA NATURALIS?IK

C.Guba C.Penelitian Nattrralistik D.Paradigma Schwartz dan Ogivly E.Aksioma dalam paradigma Naturalistik F.Realitas, Observasi, dan Generalisasi G.Kausatr itas dan Dampak Nilai li.Arus Se;,etritian Naturalistik I.Wat,ak dan Kont,eks Naturalistik J.Iterasi Empat Iinsur Penelitian NaturaliaEik K.l.Laporan Penelitian Kaeus 2.Kawasan dan KeEerandalan penelitian 3.Kredibilitas 4.Traneferabilitas, Dependabilitas, Konfirmabil, L;Mernproses Data Secara NaEuralistik
B.Egon
II.MODEL

A.Dari Satu [fodetr k* Hodel Lain

I Ig

lll l}h lll llg


l3Z

133 137

l3g t40
145 147

ETHNOGRAPflIK-ETHNO}TETODOLO6IK

I55

A.Ethnographi dan EEhnometodologi 155 B.[iol{us Asumsi dan Sampel Penelitian Ethnographik t56 C.Konseptuatisasi Teori Lebih Iuplisit 160 D.Disain Peneli.tien Ethnographik 16l E.Data Kualitatif. 167

G.Analisis Data

F.tlubungan

Beneliti

169

l7l

IlI

.T'I0DEL INTERAKSI SIMBOLIK

175

175 A.InEearksi Siarbolik dan Para Pendahulu 176 Proposisi Dasar S.fujuh g.l'lazhab Chicago dan trowa 177 D.Prinsip Metodolcgi dalam Interaksi Sinbolik 178 E.lletoda Pemaknaan 179 (Daf,tar Iei bersambung di halaman 208)

"t .t

DAFTAR
t
h:
fr

IsI3

r
L
F
F.

(LanjuEan halanen 6)
}IETODOLOGI. PENELITIAN

KUALITATIF

PIIEIIO}.IENOLOG

IK

182

t
F

IV.}IODEL PENDEKATAN KONTEKSTUI\L

t82
tB2

A.IIetodologi Penelitian

,!b B.Phenomenologi Agama C.Pentingnya Ideologi D.Studi Kontekstual dan IPTEK dL Perspektif Agane E ;Tekstual Kontekstual i F.Logika Pembuktian Kebenaran & Konseptualisasi T.

Agama

t83 r85 t87

l9t

r93

BAGIAN PENUIUP

I'IENCARI I{AWASAN DAN OPERASIONATISASI

I.TETODOLOGI PENELITIAN

KUALITATIF UNTUK I'I.ASA DEPAN

197

DAFTAR REFERENSI

247

r
a

I
t
r

grriiV.

,- -. ,i

i t::) fit*t., rrt f rJ {? ^tJ tt')tE ',--- * t S. EE Lun" *


.r rJ -

'

,fi!'n' "s{"
J

*-

^@-q

BAGIAN PENDAHULUAN

ORIENTASI

U}IUN

METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

i--

:.-

LANDASAN TILOSOFIK DAN TEORETIK METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIT

A.METODA DAN METODOLOGI PENELIIIAN

tidak acuh dan mericampur-adukkan antara metoda penetitian dengan metodologi penetiEian. Sehingga sering dijumpai salah eatu Bab dari karya penelitian berjudul rrmeEodologi penelitian" sedangkan isinya rrmetoda penelitianrr. Apa perbedaannya? Metodologi penelitian membahas konsep teoretik berbagai metoda, kelebihan dan kelemahannYaryang daLam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metoda yang digunakan. $edangkan metoda penelitian mengemukakan Becara tekais tentang metoda*metoda yang
Sementara orang
digunakannya dalam peneliriannya.

penulis ingin menghimbau agar orang mulai memilahkan "apakah dia. akan menulis metoda penellEian atau menulis metodologi penelitian'r bagi karya ilmiah yang sedang
ditulisnya. Setelah upaya mengingatkan ha1 tersebuE, penulisperlu melangkah ke penyadaran kita semua tentang metodologi penelitian itu sendiri. Sementara kita telah memperkenalkan metodotogi penelitian dalam maknanya yang teknis belaka. Uisal : tangsung membahas tentang populasi dan teknik sampling, merumugkan masalah, mendieain taE-refasi, merancangkan instrumen kuantifikasi data, dan sebagainya. Banyak ahli telah tenggelam pada berbagai teknik samplingl teknik instrumentasi, teknik analisls, tanPa menyadarai

lo.*'rt.'1
bahwa
"...-.".

,t.,'

dia telah menjadi penganut filsafat ilmu terEentu.


netodologi tereebut akan menolak cara-cara kerja

Pengguna

lain

sebagai spekulatif, subyektifl dan sebagainyei. Sebaliknya para penganut filsafat ilmu yang berbeda,

memberi capa rbohoogttr Imunafikrt pada langkah-langkah kerja penelitian yang memulai tulisannya dengan ,,alasan pemilihan

judultr, dan semacapnyar Yang memberi cap tersebut lupa atau tidak tahu bahwa ada metodologi penelitian berbeda yang menggunakan daaar filsafat ilmu yang lain, yang memang menuntut langkah kerja eeperti itu. Berdasar uraian di atas penulie memandang bahwa setidaktidaknya ilmuwan peneliti yang bersangkutan perlu tahu dia menggunakan landaean fileafat iLmu yang mana untuk metodoto gi penelitian yang digunakannya; eehingga yang bersangkutan sadar setidk-tidaknya dalam dua ha1, yaitu : kelebihankelemahan metodologi penelltianyang digunakan, dan sadar

bahra ada metodologi penelitian lain yang landasan filsafat llmu yang berbeda.

menggunakn

Arus kebutuhan Btudi pasca sarjana menuntut standar

kualitae akademik lebih tinggi, j.ga datann makna metodologi penelitiarrlao Pemilihan dan Penggunaan metodologi penelitiannya tidaklah layak bila hanya seperti mantrl keaehaian yang memberi obat atau injekei berdasarkan
pen-gGatannya pada dokter atasannya dalam memberi obat atau injeksi pada pasiennya. Ilungkin tidak sedikit tesis atau

disertaei yang dieusun berdasar pembandingan berbagai tesie dan diserEasie lalu ditiru cara kerjanyal tanPa memehami filsafat llmr dan koneep teoretik yang melandasai metodologl penelitian tesis atau disertasl yang diperbandi.ngkannya. Akan lebih urenyedihkan lagi bila tesis atau disertasi yang ditiru eara kerjanya juga haeil kerja

u'['il

rl s t-x 9.1o-Y' r u r u'i ".-r''Lt^1 t


^

r)F'IDUSTAKAAN

" :,t

tingkae "mantri". sehingga dapat dibayangkan kemungkinan Eerjadinya erosi konsep teoretik dan filsafatnya. Melalui tuliean ini penulis ingin menghimbau perlunya uraian teknis netodologik dan uraian teoretik yang melandasi netodologi penelitian daram setiap tesis dan disertasi. Mungkin uraian fil.osofik dan teoretik yang melandasi metodologi penelitiannya disajikan sebagai referensi etau eebagai lampiran; sedangkan metoda penelitiannya dijadikan bagian anatomik dari tesis aEau disertasinya; yang dapat ditimbang-timbang manakah yang lebih tepat : disajikan sebagai lampiran atau menjadi ealah satu bab ,dari tesis atau disertasi. Dengan cara denikian para penguji dan para pembaca dapat mengetahui apakah yang bersangkutan telah bekerja seperti dokter atau bekerja seperti mantri. {T7 ib //4441-t in.
B.}TETODOLOCI PENELITIATI DAN UOGIKA FORMAL

l.Itodologi penelitian merupakn ilmu yang mempelajari tentang metoda-metodg penelitianl ilmu tentang atatalat untuk penelitian. Di llngkungan filsafat dikenal 'ttogikatr sebagi ilmu tentang alaE untuk mencari kebenaran. Bila ditata dalam sistimatika, meEodologi penelitian merupakan bagian dari logika. Dalam logika dikenal logika deduktif atau logika formal atau logika kategorik. Pembuktian kebenaran dalam logika deduktif distrukturkan dalam BaEu premis mayort sejumlah preuris minor, dan satu konklusi. Logi-ka deduktif yang dikenbangkan oleh Aristotelee b'iasa pula disebut logika formal . Di 'samping b-entuk s Eruktur ' : premis mayor, premis minor, dan konklusior logika formal pensyaratkan strukEur proposisi-proposisi- sebagai norma berfikir; aksentuasinya lebih pada forma daripada isinya.

logika formal adalah koneep rts-prt, konsep subyek-pred ika t , dengan struktur : premi.s lnayor ! S_- - P Hanusia dapaE mati E8 ma premis rninor !S.-P mt m1 Aliitumanusia konklusio , Sko - tko Ali dapar mati Keterangart Pri = s*. t t*" = sri i Pko = P*t
Konsep pertama

relasi menggeser konsep SP. Relasi Ali Betua Arnat adalah relasi simetrik; Sidin suami Siti adalah relasi asimetrik; dan Sidin mencintai Siti relasinya dapat simetrik (Uita saling mencintai), dan dapat nonsimetrik (bila Siti tak menci.ntai Sidin). Ali ayah Badu dan Badu ayah Didik, sehingga Ali bukan ayah Didik termasuk relasi intransitif. Kadir lebih Eua dari Lasmini, dan Lasmini lebih tua dari MaryatiS relasi lebih tua tereebut termasuk transitif. Pardi itu teman Qohar dan Qohar itu teman Radyo; retasinya dapat transitif (bila Pardi juga teman Radyo), dan dapaE nontransitif (bila Pardi bukan teman Radyo). Dengan membuat klasifikaei relasi tersebut,e logika format juga disebut logika kategorik (Baca lebih lanjuE : Noeng Huhadjir,1976, Logika Formil dan
Dalam perkembarrgannya konsep

Logika ltatematikl Yogyakarta 3 Rake Press).

bukti

Dalam perkembangan iluru Pengetahuan diperoleh banyak kelemahan logika Aristoteles tersebut.

adalah struktur deduktif dengan proposisi mayor yang diaksio'mnakan sebagai benar; . i propoeisi-proposiei minor yang diangkat dari emperi diujiI cocokkan dengan mayornya, bila tidak cocok bukan menyangkal rayornyal tetapi menyalahkan minornya. Cara-cara pembuktian I\demikian bukan roenghasilkan perkembangan ihau tetapi sekedar pembenahan minor atau emperik berdasar kebenaran {
I

Kelemahan pertama

t3
mayornya.

Kelemahan kedua adalah aksentuaeinya pada forma yang mengabaikan iei. Kita dapat membuat proposisi mayor palsu,

minor paleul konklusio benar : sapi ltu mobil, rtobil itu makan rumput, Jadi sapi .itu makan rumput. Kita juga dapat membuat mayor benar, minor benarl konkluaio ealah ! semua yang penuh itu tidak koeong, Setengah gelas penuh sama dengan setengah gelas kosong, Jadi penuh sama dengan koeong. cara pembuktian yang mengutamakan forma tersebut

sering rnenjebak kita, dan secara tidak sadar

membuat

kesalahan. Dalam sejarah ilmu kesalahan penggunaan struktur pembuktian logika forrnilr IanB juga sering dieebut sillogisme, pertama-tama dan paling mendasar dilakukan olerr filsafat sophisme yang "menghancurkant' ilmu filsafat pada

satu sisi taraf perkembangan ilmu di Yunani pada abad 4 dan 3 sebelum l-lasehi, yeng gemanya tetap ada hingga sekarang. (Maksud sisi di situ : sisi satu perkembangan filsafat sophisme dengan tokoh-tokohnya !protagoras, Gorgias, Hippias, dan Prodikdg; sedang sisi lain adalah filsafat klasik dengan tokoh-tokohnya : Socratee, plaEo,
dan ArisEoteles).

Melalui ulasan teraebur penulis menghimbau para ,. j ilr,r*.n untuk menyadari ketemahan mendasar dari logika \ I deduktif atau logika formal sebagai dasar struktur Lpembuktian kebenaran daLam. metodologi penelitian. Dengan 'logika formal kita tidak akan berhasil mengembangkan ilmu,
i

netainkan hanya' akan dapat membuat pembenahan-pembenahan emperik disesuaikan dengan idea tetap/statis kita. Ulasan-ulasan selanjutnya akan meninggalkan meEodologi yang mendasarkan pada logika formal. Logika apa yang akan dipakai untuk memberi landaean metodologi penelitian?

t4

Kecuali logika apar jug* akan dibahas filsafat ilmu yang mana yang dipakai melandasi teori dan teknik metodologi penelitian kualitatif yang akan dipelajari lebih jauh.
C,I'IETODOTOGI PENELITIAI{ DAN POSITIVISI,IE

Metodologi penelitian kuantitatif dengan berbagai teknik sEaEietiknya diakui mendominasi analisis penelitian eejak abad l8 sampai abad ini. Karena semakin canggihnya teknologi komputer, berkembang. teknik-teknik analisis staEistik mendukung pengembangan peneliFian kuantitatif. Metodologi penelitian kuantitatif statistik menjadi tebih bergengsi daripada metodologi penelitian kualitatif. Lebihc lebih bila diperhatikan pula pada sejumlah kenyataan bahwa i' i ada Bementara calon itmuwan yang menggunakan metodologi

atas alasan dan bukti ketidakmamPuannya \ menguasai teknik-teknik analieis statistik. Pada segi lain, karena bergengsinya metodologi penetitian kuantitatif dengan teknik-teknik sEatietiknyat banyak caton itmuwan mauPun pakar ilmu yang tenggelam ke dalam teknik-teknik analieig etatistik y-6rg canggih, dan tidak tahu atau melupakan kelemahan di eamping keunggulan filsafat dan teori metodologi penelitian yang mefandasinya. ltetodologi penelitian kuantitatif etatistik bersumber i LOari $awasan filsafat positivieme dari Comte; yang menolak metaphisik dan teologik; atau setidak-tidaknya mendudukkan Materialisme metaphisik dan teologik sebagai prioitlf. mekhanistik sebagai perintis pengembangan metodologi ini mengemukakan bahwa : hukum-hukurn mekhanik itU inheren di dalam benda itu sendiri; ilmu dapat menyajikan gambar dunia oecara lebih meyakinkan didasarkan patla penelitian emperik daripada spekulasi filoaofik. Positivisme logik lebih jauh mengembangkan metodologi
1

kualitatif

l.

t5

t axiomatieesi teori ilmu ke dalam logika rnatematik; dan { dikembangkan lebih jauh lagi dalam logika lnduktif, yaitu : / ilmu itu bergerak naik dari fakta-fakta khueus phenornenat ke i Beneralisesi teoretik. Menurut poeitivisme, ilmu yang valid \ adalah ilmu yang dibangun dari emperi. Dengan pendekatan positivisme dan metodologi 'penelitian kuantitatif , generalisasi dikonstruksi dari rerata keragaman individual aEau rerata frekuensi dengan memantau kesalahan-kesalahan yang mungkin. Metodologi kuantitatif menuntut adanya rancangan penelitian yang menspesifikkan obyeknya secara eksplisit dielisrinasikan dari obyek-obyek lain yang ridak direliri. Tata-fikir logik dengan teknik analisie yang telah diperkembangkan, 1.sesuai lmetodologi penelitian kuantitatif membatasl sejumlah tata(, fikir logik tertentu, yaitu : korelasi, kausalitas, dan iinteraktif; sedangkan obyek data ditata dalam rata-fikir [kategorisasi, intervalisasi, dan kontinuas:t. Bila diringkaskan, metodologi penelitian kuanEitatif nrulai dengan penetapan obyek studi yang spesifik, dielirninasikan dari totalitas aEau konteks besarnya; sehingga eksplisit jelas obyek studinya. Disusun kerangka teori sesuai dengan obyek studi spesifiknya. Dari situ ditelorkan hipotesis atau problematik penelitian, instrumentasi pengumpulan data, dan teknik sampling serta teknik analisisnya; juga rancangan-metodologik lain, seperEl : penetapan batas signifikanei, teknik-teknik penyesuaian bila ada kekurangan atau kekeliruan dalam hal data, adminstrasi, analisis, dan Bemacamnya. Dengan kata lain se mua dirancangkan masak sebelum terjun ke lapangan untuk
)

meneliti. ltungkin sementara

pembaca mempertanyakan

mengapa

{
l6

buku ini mernbicarakan metodologi penelitian kuantitatifl sedangkan buku ini, ditrihat darijudulnya khusus membicarakan netodologi penelitien kualitatif? rtu semua penulis kerjakan karena pada waktu ini terdapat beberapa kubu yang menampilkan metodorogi penelitian kualitatif dengan fiLsafat dan teori meEodologi penelitian yang berbeda-beda. salah satu daripadanya adalah rnetodologi penelitian kualitatif yang landasan berfikirnya edalah filsafat posiEivisme dan teori metodologi penel.itiannya adalah yang kuantitatif. Bila
dide'ukripsikan secara sederhanal metodologi penet itian yang kami eebuE terakhir tersebut ! menggunakan pota fikir kuantitatif (arengejar yeng terukur, teramati.r yang emperi

sensualr menggunakan logika natematik, dan membuat generalisasi. ateg rerata); mengakomodasi deskripsi verbal menggantikan angkag atau menggabungkan olahan etatistik dengan olahan verbaL dengan pola fi.kir tetap kuantitatif.
Ontologik, realitas $enurut positivisme dapat dipecahpecahe dapaE dipelajari independenl dieliminasikan dari obyek yang lai.a' dan dapat dikonErol. sehingga ealah satu koneekuensi mendaear dalem metodologi penelitiannya adalah :

teori dirumuskan ee-spesifik mungkin, dan menorak suaLu ulasan meluaa yang tidak langsung retevan. penelitian kualitatif yang menggunakan fileafat poeitivisme menuntut penbuatan kerangka teori seperti itu pu1a. Epistemologiko positivieme menuntut pilahnya subyek peneliti dengan obyek penelitian (termasuk subyekpendukuregnya). Maksud memilahkan subyek dari obyek agar dapat diperoleh haeil yang obyektif. Tujuan penelitian yang berlandaskan ftLsafat positivieme adalah menyusun bangunan ilmu nomothetik; yaitu ilmu yang berupaya membuat hukum dari generalisaainya. Kebenaran dicari lewat hubungan kaueal
kerangka

l7

-linier; tiada akibat tanpa sebab, dan tiada sebab tanpa akibat. Teori kebenaran yang dianut positivisme termasuk benar bila ada 'rteorikorespondensitt, sesuatu itu korespondensi atau isomorphisue antara pernyataan verbal atau matematik dengan realitas emperik (yang dalam positivisme dibatasi pada enperi sensuallindriawi). Ditinjau dari segi axiolbgik, positivisme menunEut agat penelitian itu bebas-ni1ai ("value-free"). [lereka mengejar
obyekEivitas agar dapat ditampilkan prediksi atau hukum yang keberl.akuannya bebas waktu dan tempat.

Uraian lebih lanjut rentang metodologi penelitian

kualiratif yang meniandaskan diri pada filsafat positivisme akan dibahas di Bagian PerLama buku ini. Sebelum nemilih menggunakan metodologi penelitian yang melandaskan diri pada positivisme, diharapkan para peneliti filsafat memperbandi.ngkannya dengan meEodologi penelitian yang diuraikan di Bagian Kedua dan KeEiga. Sehingga masingmasing peneliti akan menggunakan metodologi penelitian kualitatif yang eesuai dengan disiplin ilmunyal atau lebih tepat lagi penulis katakan ! secara proporsional memilih metoda (termasuk teori metodologi dan filsafatnya) sesuai dengan karakterisEik obyek studi dan konseptualisasi
teoregiknya.
D.METODOLOGI

PENELITIAN DAN RASIONALtrSTTE

ltt.odologi penelician kualitatif kedua yang akan dibahas berikut ini adalah metodologi penelitian kualitatif iand mblandaskan diri pada filsafat rasionalieme. Menurut positivisme ilmu yang valid adalah itmu yang dibaogun dari emperil sedangkan menurut rasionatisme ilmu yang valid merupakan abstraksi, simpliflkasil atau idealisasi dari

t8

reafitas, dan terbukti koherefi dengan sistem logiknya. PensrLi"s taurpilkan meEodologi peneritian kuaritatif berlandaskan fileafat rasionalisme atas sejumlah argumen. Pertana, dilihat secara ontologike positivisme lemah dalam hal membangun konsep teoretik, dengan konsekuensi konseptualisasi teoretik ilrmr yang dikembangkan dengan
metodologi yang metandeskan pada poeitivisme menjadi tidak jelas, aEeu dapat dikatakan. Ittiada urunan dalam membangun teorirtl sehingga ilnu-ilmu yang dikembangkan dengan metodologi yang berlandaskan positivisme (dalam hal ini penul.is maksudkan adalah ilmu-ilmu soeial) menjadi semekin miskin konseptualieasi Eeoretiknya; tidak ada teori-teori baru yang uendasar muncul. Banyak ilmu sosial mengalami etagnaai. Peikologi terhenti perkembangannya sampai behaviorisme; yang berkembang berikutnya adalah modifikasimodifikaai. atas behaviorisme dengan menambah sejumlah koneep -koncep ilmu jiwa dalam, iluu jira fikir, ilnu jiwa Gestalt, dan laio-lain dalam koneeptualisaei maupun operasionalisaei behavioriene. Teori ekonomi juga terhenti perkeubangannya pada teori klasik dan teori Keyneaianl tiada teori baru;

kecueli pembenahan-pembenahanl dan tetap menampitkan kontroverai tak tereetesaikan dalam pembuatan kebijakan
ekonomi.

dil.ihat dari eegi axiologi, kebenaran emperik (yang. eenoual) itu telah aendegradaeikan harkat uanusianya manusia. Kebenaran itu tidak hanya dapat diukur dengan indria kita; ada kebenaran yang ddpat ditangkap dari pemaknaan manueia atas emperi seneuall kemampuan manusia untuk rnenggunakan fikir dan akal-budi memaknai emperi sensual iEu lebih memberi arti daripada emperi sensual itu sendiri. Sehingga aeeera axiologikl penulis membedakan
Argnmen keduap

l9

antara ! emperi sensual, emperi 1ogik, dan emperi erik. Enperi sensual dapat diamati kebenarannya berdasar emperi indriawi manusia; emperi logik dapat dihayati kebenarannya karena ketajaman fikir manusia dalam memberi makna atas indikasi emperi (yang tidak perlu menjangkau emperi secara tuntas)i sedangkan emperi etik dapat dihayati kebenarannya
karena ketajaman akal-budi manu8ia dal.am memberi makna idcal atas indikasi emperi. Peran dari suatu skema berfihir

deduktif yang secara hipotetik. atau. tentltif: mencari makna logik atau eEik berbagai indikaai, enperik itu penting' Disc-

but skema hipotetik karena kebenarannya memang masih dipandang perlu untuk diuji-maknakan lagi dari Proses berfikir reflektif, dan disebuE deduktif karena awal konstruksinya tidak dari enperi tetaPi dari kemamPuan filcir aEau kemampuan akal-budi manusia untuk mencoba membangun suatu abstraksie eimplifikasi, atau idealisasi dunia manusia ini; dan disebut tentatif, karena konseptualieasi deduktif tersebut masih membuka-hiunrngkinan pilihan nilai laine yang secara reflektif diuji-maknakan 1agi. Proses berfikir reflek tif dalam tasionalisme tidak terbatas pada Proses linier antara sebab dan akibat, juga bukan dalam makna induksi dan deduksi sajal tetapi ada sejumlah proses rnondar-mandir dalan tata-fikir logik lainnya, eeperti : konvergensi-divergensit lateralsentral-perifer instrumental-substanalal r ' eekuensialTv*ertikal, daa lain-lain' ontologik dan axiologik terdapat perbedaan mendasar antara metodologi penelitian kualitarif yang berlandaekan positivisme dengan yang berlandaskan rasionalisme' tetapi dari segi epistemologik ada kesamaan mendasar antara subyek peneliti keduanya, yaitu : berusaha memitahkan antara juga samat yaitu menjangkau dengan obyeknya. Produk ilnunya

20

ilmu yang nomothetik, membuat prediksi dan membuat hukumhukum. Upaya membuat generalisasi datam metodologi penetitian kualitatif yaug berlandaskan flsafat rasionalisme j,rga ada; bedanya : pada positivisme berpangkal dari obyek 6pesifik dan berakhir pada hasil analisie dari obyek spesifik itu pula; sedangkan pada rasionalisme ada dua tahap generalisasi, yaitu : generalisasi dari obyek spesifik atas hasil uji-makna- emperik, dan pemaknaan hasil uji-reflektif kerangka teoreEik dengan pemaknaan indikasi emperik. Teknik analisis untuk obyek-spesifik dapat dipilih anrara teknik analisia kuangitatif statistik dengan Eeknik analisis kualitatif logik-verbal. UnEuk teknik anatisis kualitatif logik-verbal dapat dipilih akan menggunakan filsafaE positivisme (upaya menganal"isis rerata) atau menggunakan filsafat rasionalisme (upaya mencari yang esensial). Bila dipilih teknik analisis kuantitatif staEistik atau teknik anatieis logik verbal yang menganalisis EraEal berarEi metodologi penelitian yang digunakan menggabungkan antara positivisme dengan rasionatisme . Menggunakan rasionalisme dalam rRenyusun kerangka teori dan memberikan pemaknaan hasil penelitianl dan menggunakan positivisme dalam menguji
emperik obyek spesifiknya, juga sering disebut postpositivis me. Disebut postpoeitivieme karena konseptualisasi EeoreEik yang temah pada positivisme dibenahi. Penulis memandang [e -

bih tepat disebuE rasionalisme karena aecara mendasar


entologi dan axiologinya berbeda.
E.}IETODOLOGI PENELITIAN DAN PHENOMENOLOGI

Ada eejumtah nama yang digunakan Para ahli tentang metodologi penelitian kualitatif yang akan penulis bahas di banah ini2 seperti I paradigma naturalistik, interaksi

2t

ethnometodologi, humanistik, hermeneutit, atau phenomenolbgik. Aksentuasl tertenEu menjadikan masing-nnasing nnemilih nama yeng lebih dipandang tepaE" wawaean dan terapan berbagai penamaan tersebut akan diuraikan dalam buku ini, sehingga penul.is mencoba memilih nama yang dapat dimaknai mencakup. Di samping maksud tersebut penulis juga mempertimbangkan komparabilitasnya dengan identitas metodotogi penelitian kualitatif yang teralr disebut terdahulu. sehingga netodologi penelitian kualitatif yang ketiga ini penutis eebut sebagai yang berlandaskan phenomenotogi. Telah terjadi banyak ragam aksenEuasi dan pemaknaan phenomenologi. Dalam makna ontologik dan axiologik phenomenologi yang penulis pandang dapat memaknai mencakup berbagai metodologi penelitian tersebut di atas adalah phenomenologinya Bdmund tlusserl sendiri yang mengemukakan bahwa obyek ilmu itu tidak terbatas pada yang emperik (sensual), tetapi mencakup phenornena yang Eidak lain daripada persepsi, pemikiran, kemauan, dan keyakinan subyek tentang sesuatu di luar subyek; ada sesuatu yang transendent di samping yang aPosteriorik. Iletodologi penelitian ini diperkembangkan oleh banyak ahli dari berbagai pendekatan disiplin ilmu. Ethnometodotogi lebih berkembang di li.ngkungan anEropologi dan ditunjang antara lain oleh Bogdan, yanB ahli .sosiologi pendidikan. Interaksi simbolik yang lebih berpengaruh di pantai Barat Amerika Serikat diperkembangkan otreh BLumer, ahli sosiologi. Faradigma naturalistik diperkembangkan terutama oleh Guba yang semula memperoleh pendidikan dalam phisika, matematika, dan penelitian kuantitatif. Studi mendalam keterhubungan antara metodologi peneLitian tersebut dengan phenomenologi

simbolik, kualitatif,

22

dilakukan oleh Kenneth Leiter.

OnEologik meLodologi peneLitlan kualitatif berlandaskan phenomenologi sama dengan ysng berlandaskan rasionalisme, dan berbeda dengan yang berlandaskan positivisme. lletodologi penelitian kualitatif berlandaskan phenomenologi menuntut pendekatan holistikp mendudukkan obyek penelitian dalam suatu konstruksi ganda, melihat obyeknya dalam satu konteks rrnaturalttl bukan parsial. Beda dengan positivisme yang menunEuE rumusan obyek se-spesifik mungkin; tetapi dekat de*gan rasionatisme yang menuntuE konstruksi teoretik yang lebih mencakup.

Epistemotogik uretodologi penelitian

kualitatif

berlandaskan phenomenologi sangat jauh berbeda dengan yang berlandaskan poeitivisme; positivisme menuntut penyusunan kerengka teori (meskipun spesifik), sedangkan phenomenologi

malahan sepenuhnya menolak penggunaan kerangka teori sebagai langkah persiapan penelitian. Membuat persiapan seperEi itu menjadikan hasil penelitian itu menjadi produk ttartifisialtt, jauh dari sifat rtnaturalrr-nya. Dalam hal

yang digunakan, phenomenologi sejalan dengan raeionalisme, yaitu : melihat obyek dalam konteksnya dan menggunakan tata-fikir logik leb:.h t*ri sekedar linier kausal; tetapi tujuan penelitiannya berbeda, phenemenologik membangun ilrnu idiographik, ncJa*gkan rasionalisme membangun ilmu
nomothetik.

melihat kejadian dan tata-fikir

antara yang phenomenologik dengan yang rasionalistik, keduanya menga{<ui kebenaran etik, ada
keeamaan

Axiologik ada

ttvalue-boundrr menurut

istilah

Egon G.Guba. Dalam metodologi

penetitian kualitatif berlandaskan raeionalisne telah disebut tentang tiga strata emperi, yaitu : enperi sensuat,

23

empri logik, dan emperi etik. Axiologik, phenomenologi Edmund llusserl mengenal pula emperi transendental. Sehingga metodologipenelitian kuaLitarif berlandaskan phenonenologi dapat penulis kemukakan sebagai mengakui empaE kebenaran emperik, yaitu : kebenaran emperik sensual, kebenaran emperik logik, kebenaran emperik etik, dan kebenaran emperik transendental. Kemampuan penghayatan dan pemaknaan manusia atas indikasi emperi manusia menjadi mampu mengenal
keempat kebenaran tersebuE

di atas.

Episternologik phenomenologi menunEut bersatunya oubyek peneliti dengan subyek pendukung obyek penelitian. Keterlibatan subyek peneliti di lapangan, menghayaEinya menjadi salah Eatu ciri utama penelitian phenomenologik. Berbeda dengan dua penelitian kuaLitatif terdahulu (yang berlandaskan positivisure dan rasionalisme yang menuntut pilahnya subyek peneliti dengan obyeknya).
F. KESI}IPULAN KOI-TPAMTIF

ini dimaksudlcan sebagai buku teks ttlletodologi Penelitian Kualitatif[ khususnya ilmu sosial dan agama. Pembekalan ini bermaksud nrengenalkan alternatif-al.ternatif metodologik bagi penelitian ilrnu sosial dan agame.Bagi mahasiswa metodologi penelitian mana yang sebaiknya atau seteaptnya dlpakai untuk disiplin ilmunya atau obyekobyek studi tertentunya atau untuk kerangka Eeori tertenEu,
Buku

lebih banyak memerlukan rekomendasi dosennya afau ahLinya. Untuk mempermudah pemilihan metodologi penelitian yang tepat uraiannya disajikan dalam bagian-bagian yang berbeda. Bagian Pertama membahae metodologi penelitian krslitatif yang berlandaskan filsafat positivisme, dengan teori meEodologi yang berlaku sama dengan teori metodologi

penelitian kuantitatif. Langkah-langkah atau

tahap-tahap

24

penelitiannya

sama dengan metodologl

peoelitian kuantitatif

terletak bahrsa rekaman data dan analisis dapat menggabungkan yang kualitatif dan yang kuantitatif atau sepenuhnya kualitatif. Unt,uk obyek sEudi yang mudah dieliminasikan dari obyek lain, dalam arti komplelcsitas serta keterkaitan konteksnya mudah dipisahkanr obyek studinya mudah diamati dan diukurl 6erta pertimbanganpertimbangan lai.n yang lebih relevan bagi disiplin yang bersangkutan dapat dipilih penggunaan metodologi penelitian kuatitatif yang dibahae di Bagian Pertama buku ini'

statistikl

bedanya

Bagian kedua membahas metodologi penelitian kualitatif yang berlandaskari fitsafat rasionalisme atau dalam makna teibatas dapat pula disebut berlandaskan postpoeitivigme. Beda terapan antara metodologi penelitian ya:g dibahaa di bagian pertama dengan yang dibahas di bagian kedua terletak pada disusunnya konsepEualisasi teoreti.k (aebagai ttgrand-theorytt atau rrgrand-concepts") se ' belum disajikan obyek spesifiknya dan dibuatnya Pemaknaan sesudah kesimpulan penelieian; sebagaimana diketahui meradol,ogi yang pertama malahan menolak adanya rumusan .uiilatu luasl metodotogi pertama menuntuE Perumuaan obyek spesifik pada arat penelitian. Kecuali dua tahap awal dan tahap akhir, terapan metodologik yang kedua mempunyai tahap-tahap yang sama dengan yang pertama. Ilarap diperhatikan secara hati-hati kata-kata penulis yang menggunakan kata t'beda terapantr aEau "Eerapan yang Bamatt tersebut tidak mengetengahkan apakah fileafat dan teori raetodologi penelitiannya juga beda atau juga s3rl8. Secara garis besar telah diketengahkan pada uraian terdahulu, sedeng lebih rincinya dapat ditelaah pada bagian pertama dan kedua buku ini.

25

Bagian ketiga buku

ini

membahas

meEodologi penelitian

kualitatif yang kita kenal sebagai metodologi : paradigma naturalisEik, ethnographik, interaksi sirnbolikr lgrounded -researchtt, humanistik, atau nama lainnya, yang secara filsafati penulis cakup dengan nama I'metodologi penelitian kualitatif yang berlandaskan filsafaE phenomenologi". Ontologik metodologi ini menuntut pendekatan yang trol.istik, mengamati obyeknya dalam konteksnyar dalam keeeluruhannya, tidak diparsialkan, tidak dieliminasikan dari integritasnya. Dalam hal t,ersebut menjadi sama dengan yang rasionali.sme, dan menjadi berbeda dengan yang
pos

itivisme.

Episternologikl mgtodotogi ini mertuntut menyatunya subyek peneliti dengan obyek penelitian dan subyek pendukungnya. Sehingga keterlibatan langsung di kancah dan menghayati berprosesnya subyek pendukung obyek penelitian menjadi

syarat utama penelitian dengan meEodologi kualitatif


Pada

ini.

penelitian dengan rnetodologi phenomenologi menuntut alokasi waktu yang sangat lama untuk rnelibatkan diri dikancah, sedangkan penelitian dengan metodologi positivistik atau rasionalistik alokasi wakEu terbesar akan lebih banyak tersita pada persiapan penelitian, termasuk orientasi lapanganl mencari alternatif teknik sampting, dan per$usunan instrumen pengumpulan data Eermasuh uji
kual iEasnya.

Dengan bahasa Wilhelm Windelband, tujuan penelitian phenomelogik adalah menyusun bangunan ilmu idiographik,

yaitu upaya memberikan deskripsi kultural atau human atau individual yang khusus; tidak ada pretensi untuk mencari generalisasi; paling jauh hanya memberikan uardasan tentang kemungkinan tttransferabilitastf , Eenurut istilah E.G.Guba

26

kemungkinan pernberian makna yang Bama atas kasus dengan

karakteristik yang Eama.. Sedangkan tujuan penelitian positivistik maupun rasionalistik adalah mengkonstruksi bangunan ilmu nomothetik, yaitu upaya mencari, hukumhukum

bagi

phenomena emperik.

Berdasar kbnparasi tersebut di atas semoga para ilmuwan dapat menggunakan berbagai metodologi penelitian

secara proporsionat tepat; tidak Lagi menggunakan cangkul untuk eegala tujuan pekerjaan : untuk mencangkul, tetapi j,rg" untuk membelah kayu, dan memukul paku. Harapan .penulis adalah penggunaan meEodologi penelitian yang proporsional tepat, yaitu: ada koherensi k'arakterietik obyek studi atau konsep teori disiplin ilmu dengan fileafat dan teori yang melandasi metodologi penelitian yang dipilih. Dengan buku ini diharapkan agar para iknuwan bukan hanya menguasai teknik-teknik metodotogi penelitian, tetapi juga mendalami atau setidak=tidaknya memahami filsafat dan teori
metodologi penelitian yang dipakainya.
G.CATATAN TAUBAITAN

kualitatif

Setetah dirancang dan menjelang akhir penulisan terfikirkan perlunya tambahan di Bagian pertama dan timbul masalah rnendudukkan etudi tekstual. di Bagian Ketiga yang "Pendekatan Phenomenologikl. Dengan adanya label I'Pendekatan Positivistikt' di Bagian pertama nenjadi sulit untuk memaaukkan studi Kaaus' ke dalamnyai tetapi tldak rnenjadl masalah bagi ttsurveytt dan 'content Anarysis,r.
'rpendekatan klinik dan genetik, untuk bagian perEama, .dan dimaksudkan untuk "studi Kasusr,. studi tekgtual yang sentral dalan penelitian agama, di Bagian Ketiga ditanpilkan dalam t'pendekatan Kontekgtual". sehlngga ditambahkan

label

Anda mungkin juga menyukai